Anda di halaman 1dari 11

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Berikut ini adalah tahapan pekerjaan yang akan dilakukan dalam proyek ini :
1. UMUM
2. PEKERJAAN JALAN

B. METODE PELAKSANAAN
A. UMUM
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan yang harus dilakukan dalam
proyek adalah mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang diperlukan
dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain dari pekerja-pekerja
lapangan, dalam pelaksanaannya juga harus mempersiapkan staf pengawas
lapangan baik dari proyek itu sendiri, konsultan, maupun kontraktor.
b. Mobilisasi Peralatan
Dalam pelaksanaan pekerjaan penyedia fasilitas- fasilitas yang berfungsi dapat
mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan proyek mutlak diperlukan.
Oleh karena itu alat-alat berat digunakan sebagai salah satu fasilitas dalam
pekerjaan dapat menunjang kelancaran dan terlaksananya kegiatan
pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, mulai dari tahap pelaksanaan sampai
akhir tahap pelaksanaan. Alat-alat berat tersebut harus disesuaikan dengan
jenis pekerjaan, kondisi lapangan dan kemampuan pekerjaan yang mampu
dilaksanakan, dimana sejumlah alat berat perlu dikoordinasikan dengan
secermat mungkin untuk mendapatkan efisiensi pekerjaan yang sebaik-
baiknya.

B. PEKERJAAN JALAN

B.1 Pekerjaan Agregat kelas B

1. Persyaratan

a. Toleransi Dimensi

 Elevasi permukaan

Elevasi permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana,


dengan toleransi dibawah ini :
 Ketidakrataan Permukaan Pada permukaan semua Lapis Pondasi
Agregat tidak boleh terdapat ketidak-rataan yang dapat menampung
air, dan punggung permukaan (camber) harus sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

 Ketebalan Lapis Pondasi Agregat

- Tebal total minimum tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal
yang disyaratkan.

- Tebal minimum tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang
disyaratkan.

 Penyimpangan Kerataan Permukaan.

Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B disiapkan untuk


lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, setelah semua
bahan yang lepas dibersihkan, penyimpangan maksimum kerataan
permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m,
diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum satu
sentimeter.

b. Bahan

 Sumber Bahan

Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui
Konsultan pengawas dan Direksi Teknis.

 Kelas Lapis Pondasi Agregat

Lapis Pondasi Atas harus terdiri dari Agregat Kelas B.

 Fraksi Agregat Kasar

Agregat kasar (tertahan pada ayakan 4,75 mm) harus terdiri dari
partikel yang keras dan awet. Agregat kasar Kelas B yang berasal dari
batu kali harus 65 % mempunyai paling sedikit dua bidang pecah.

 Fraksi Agregat Halus


Agregat halus (lolos ayakan 4,75 mm) harus terdiri dari partikel pasir
atau batu pecah halus.

 Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan

Agregat untuk lapis pondasi harus bebas dari bahan organik dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki

 Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat

Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan


harus dikerjakan di lokasi crushing plant atau pencampur yang
disetujui, dengan menggunakan cara mekanis yang telah dikalibrasi
untuk memperoleh campuran dengan proporsi yang benar. Tidak
dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan..

c. Peralatan

 Umum

Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan


pekerjaan pada Spesifikasi ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis dan dirawat agar supaya selalu dalam keadaan yang
memuaskan. Peralatan processing harus direncanakan, dipasang,
dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat
mencampur agregat, air secara merata sehingga menghasilkan
campuran yang homogen, seragam yang diperlukan untuk pemadatan.
Bilamana instalasi pencampur digunakan maka instalasi pencampur
tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk memperoleh aliran
yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi
yang benar. Lapis pondasi agregat harus dipadatkan dengan alat
pemadat atau alat lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis.

 Alat Penghampar

Alat penghampar agregat harus mampu menyebarkan bahan lapis


pondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan yang diinginkan.

 Pengangkutan
Dump truk dengan penutup terpal harus digunakan untuk
pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan. Bahan harus digelar dalam
keadaan air optimum untuk pemedatan dengan penggilas.

d. Persyaratan Kerja

 Pengajuan Kesiapan Kerja

Penyedia Jasa harus mengirim secara harian hal-hal di bawah ini dalam
bentuk tertulis kepada Konsultan pengawas, Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan Pekerjaan dan Direksi Teknis segera setelah selesainya setiap
pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan untuk penghamparan
bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat.

 Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau


dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan
setelah hujan atau bila kadar air bahan tidak berada dalam rentang yang
ditentukan.

 Pengendalian Lalu Lintas

Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan Pemeliharaan dan


Pengaturan Lalu Lintas.

2. Pengendalian mutu

Pemborong diwajibkan meyerahkan contoh (sample) dari material yang akan


dipakai, untuk mendapat persetujuan. Bahan baru dapat digunakan setelah
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis atas mutu bahan Lapis Fondasi
Agregat yang diusulkan,
B.2. Pekerjaan Telford

(1) Sumber Material

Material Lapis Pondasi (Telford) harus dipilih dari sumber yang


disetujui konsultan supervise atau direksi teknis. Material untuk lapisan
Telford terdiri atas pasir/pasir urug, batu pinggir, batu belah dan batu
pengunci.

• Pasir

Pasir yang digunakan sebagai dasar ( bantalan) untuk meletakkan batu belah
adalah pasir bersih, pasir laut atau pasir urug yang baik dan tidak
mengandung lempung, bebas dari akar, rumput, sampah atau kotoran
lainnya. Lapisan pasir ini merupakan dasar untuk meletakkan batu belah
dengan tegak. Pasir ini harus mempunyai ukuran 95% < 4,.75 Cm. Tebal
lapisan pasir adalah 10-15 Cm padat.

• Batu Pinggir

Batu pinggir atau batu penyangga dimaksud untuk menjaga supaya


pinggiran lapisan batu yang dihampar sebagai Lapisan Telford dapat
tertahan dengan baik. Batu Pinggir (batu penyangga) dipasang sepanjang
pinggiran Lapisan Telford memanjang jalan disebelah kiri dan kanan dengan
ukuran lebih tebal dari lapisan batu belah pokok (minimal 1.5 kalinya ),
atau 20-25 Cm.

• Batu Belah

Batu belah (pokok) yang dipergunakan haruslah batu belah dengan paling
sedikit 2 (dua) bidang pecah berasal dari batu besar yang dibelah-belah (batu
gunung atau batu kali) yang keras dan sedapat mungkin mempunyai
tampang melintang yang persegi. Ukuran batu belah (pokok) ini tergantung
dari ketebalan lapisan Telford yang dibuat,

B.3. Pekerjaan Bond Breaker (Plastik)

Adapun pelaksanaan pekerjaanya sebagai berikut :


B.1. Dipasang diatas subbase agar tidak ada kelekatan/friction/bonding antara
subbase dengan pelat.

B.2. Dibuat dari plastik tipis dengan ketebalan sekitar 0.05 - 0.1mm

B.3. Permukaan subbase tidak boleh di groove.

B.4. Pekerjaan Begesting

Adapun pelaksanaan pekerjaanya sebagai berikut :

1. Bekisting harus terbuat dari kayu dengan ukuran tebal 2 cm, lebar 20
cm harus lurus & diserut rata pada sisi sebelah atasnya (waterpass)
atau triplek uk 3 mm dan rangka yang kokoh terbuat dari kayu keras,
sama sekali tidak diijinkan memakai bambu sebagai rangka bekisting.

2. Bekisting harus rapat dan kedap air, terutama pada sambungan -


sambungan. Pada saat pengecoran beton, tidak boleh ada cairan atau
adukan beton yang mengalir keluar karena bocor.

3. Untuk permukaan luar beton yang tidak akan diplester (semi exposed),
permukaan dalam bekisting/ multiplex sebaiknya dilapisi bahan
sejenis minyak yang disetujui oleh Direksi/ Pengawas untuk
memudahkan pembongkaran bekisting itu kelak. Penggunaan olie
bekas tidak bisa dibenarkan.

4. Penggunaan ulang dari (bahan) bekisting yang sudah pernah dipakai


harus atas seijin Direksi/ Pengawas.

5. Bekisting yang sudah dipasang, harus diperiksa oleh Direksi/


Pengawas terlebih dahulu sebelum pengecoran. Direksi berhak
menolak dan memerintahkan pembongkaran atau perbaikan terhadap
bekisting yang dianggapnya tidak memenuhi syarat baik kekuatan
maupun ukuran - ukurannya.

B.5. Pekerjaan Beton K-350

Adapun pelaksanaan pekerjaanya sebagai berikut :


1. Bila tidak ditentukan lain, adukan beton harus dibuat dengan
menggunakan mesin pengaduk beton. Penentuan jenis dan ukuran beton
molen harus sepengetahuan Direksi.

2. Permukaan bagian dalam molen harus selalu bersih, tidak diperbolehkan


ada kerak - kerak beton sisa adukan yang dibuat sebelumnya.

3. Campuran Adukan Beton

Campuran adukan beton harus dibuat sesuai dengan Rencana Campuran


Beton yang sesuai dengan RKS. Sehubungan dengan hal itu, jumlah PC,
bahan - bahan adukan dan air untuk membuat adukan beton harus
ditakar dengan alat - alat penakar yang tertera dalam RKS.

4. Waktu Pengadukan

a. Lamanya waktu yang digunakan untuk mengaduk semua campuran


beton adalah paling sedikit 1 1/2 menit untuk 1 m3 beton dihitung dari
saat sesudah semua bahan, kecuali air, dimasukkan ke dalam molen.

b. Lamanya waktu pengadukan harus ditambah bila kapasitas mesin


pengaduk lebih besar dari l m3. Contoh : untuk 2 m3, waktu pengadukan
adalah : 1 1/2 menit + 1 menit = 2 1/2 menit dan seterusnya.

5. Kekentalan Adukan Beton

a. Kekentalan adukan beton harus diperiksa, sesuai dengan (SKSNI T-15-


1990-03).

b. Pemeriksaan kekentalan ini harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas.

c. Untuk memenuhi persyaratan kekentalan adukan beton ini, jumlah air


yang digunakan dapat dirubah, disesuaikan perubahan keadaan cuaca
atau kelembapan bahan - bahan adukan.

6. Pengecoran Beton

a. Pelaksanaan pengecoran beton harus disaksikan oleh


Direksi/Pengawas.

b. Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bila keadaan cuaca buruk


dan bila pada lokasi yang sama sedang dilaksanakan pekerjaan
pemancangan tiang pancang.
c. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat tidak boleh dipakai dan
harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan.

d. Pada waktu pengecoran, adukan beton tidak boleh dijatuhkan dengan


tinggi jatuh lebih dari 1,5 m. Bila tinggi jatuh adukan beton lebih dari 1,5
m maka kerikil akan terpisah dari adukan dan akan membentuk sarang -
sarang kerikil yang berongga.

e. Untuk pengecoran yang dalam/tinggi, dapat menggunakan saluran


vertikal dan/ atau corong yang licin agar adukan beton yang melaluinya
tetap homogen.

f. Pengecoran harus dilakukan dengan merata, adukan beton yang telah


dicorkan, tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter
dalam arah datar.

g. Bagian struktur yang pengecorannya harus dilakukan lapis demi lapis,


tiap lapis harus mempunyai tinggi yang merat/seragam dan tidak
melebihi 100 cm, harus dihindarkan terjadinya lapisan, yang tingginya
tidak seragam dan berbentuk miring. Pengecoran lapisan yang berikutnya
harus dilakukan pada waktu lapisan sebelumnya masih lunak. Pemakaian
conveyor belt untuk mengangkut adukan beton harus seijin Direksi.

h. Dalam cuaca panas, Rekanan harus melakukan langkah - langkah


pengamanan agar adukan beton tidak terlalu cepat mengering, misalnya
dengan cara melindunginya dari panas matahari secara langsung.

7. Pemadatan Adukan Beton

a. Adukan beton yang telah dicor ke dalam bekisting atau galian pondasi,
harus digetarkan dengan menggunakan alat penggetar (vibrator) agar
diperoleh beton yang padat dan homogen serta tidak terjadi sarang -
sarang kerikil.

b. Pada waktu digunakan, jarum penggetar tidak boleh menyentuh


bekisting atau besi tulangan.

c. Pencelupan jarum penggetar kedalam adukan beton tidak boleh terlalu


lama sebab bisa mengakibatkan pemisahan unsur - unsur adukan
beton.
d. Ukuran diameter jarum penggetar yang digunakan harus disesuaikan
dengan keadaan/dimensi bagian yang harus dicor.

8. Perawatan Selama Proses Pengerasan Beton

a. Beton yang telah dicor harus dijaga tetap basah sekurang -


kurangnya selama 14 (empat belas) hari setelah dicor, dengan cara
disirami air, atau ditutup dengan karung goni yang dibasahi atau dengan
cara lain yang dapat dibenarkan.

b. Air tidak diperbolehkan mengalir melalui permukaan beton yang baru


dicor dengan kecepatan aliran yang bisa merusak permukaan beton
tersebut.

c. Sama sekali tidak diijinkan menaburkan semen kering dan pasir di


permukaan beton yang masih basah.

9. Pembukaan Bekisting

a. Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi/ Pengawas, dalam keadaan


normal bekisting pelat hanya boleh dibongkar setelah beton berumur 28
hari.

b. Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan tenaga statis tanpa


getaran, goncangan atau pukulan yang bisa merusak beton.

10. Perlengkapan Pemindahan Beban (Load Transfer Devices)

Bila digunakan dowel, maka harus dipasang sejajar dengan permukaan


dan garis sumbu perkerasan beton, dengan memakai penahan atau
perlengkapan logam lainnya yang dibiarkan tertinggal dalam perkerasan.
Ujung dowel harus dipotong dengan rapi agar permukaannya rata. Bagian
setiap dowel yang diberi pelumas sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar, harus dilapisi sampai merata dengan bahan aspal atau bahan
pelumas yang disetujui, agar bagian dowel tersebut tidak ada melekat
pada beton. Penutup (selubung) dowel dari PVC atau logam yang disetujui
Direksi Pekerjaan, harus dipasang pada setiap batang dowel yang
digunakan dengan sambungan ekspansi. Penutup atau selubung tersebut
harus berukuran pas dengan dowel dan ujungnya yang tertutup harus
kedap air. Sebagai pengganti rakitan dowel pada sambungan kontraksi,
batang dowel bisa diletakkan dalam seluruh ketebalan perkerasan
dengan persetujuani Direksi Pekerjaan.
11. Pekerjaan Cuttering

a. Pekerjaan ini dilakukan pada saat penghamparan beton sepanjang 9 m


dengan kedalaman kurang lebih 5 cm.

b. Bahan penutup sambungan (joint sealent) harus berupa Expandite


Plastic, senyawa gabungan bitumen karet yang dituangkan dalam
keadaan panas, atau bahan serupa yang disetujui.

B.6. Baja Tulangan

Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja


tulangan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Detail pelaksanaan untuk baja
tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen Kontrak pada saat
pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah peninjauan
kembali rancangan awal telah selesai.

Standar Rujukan

SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay Dingin


untuk Tulangan Beton.

SNI 03-6812-2002 : SpesifikasiAnyaman Kawat Baja Polos yang Dilas


untuk Tulangan Beton.

SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton.

AASHTO M31M – 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete


Rein-forcement.

AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway


Bridges.

Toleransi

a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam SNI


03-6816-2002.

b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton


yang menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
Bahan

a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai
dengan Gambar

b) Pengikat untuk Tulangan, Kawat pengikat untuk mengikat tulangan


harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07-6401-2000.

c) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja


tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan
prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan batang yang pada
awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-engkokan
atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil
untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah
banyak.

Anda mungkin juga menyukai