melalui proses gradasi laboratorium. Bahan bahan tersebut dicampur dengan alat khusus yang
dapat menghasilkan campuran beton setengah basah dengan kadar air minimum (Slump Nol).
Penggunaan CTB biasanya pada kostruksi perkerasan jalan sebagai lapisan konstruksi pondasi
bawah (Sub Base) atau pondasi atas (Base Course).
1. Lapisan konstruksi CTB tidak peka terhadap air, sifat ini sangat membantu untuk
konstruksi dimana muka air tanahnya tinggi dan kondisi curah hujan yang tinggi.
2. Nilai CBR yang dihasilkan > 100 % (lebih tinggi dari agregat biasa), sehingga dapat
mengurangi tebal rencana perkerasan.
3. Masa pelaksanaan yang relatif cepat.
4. CTB hanya membutuhkan masa curing 3 hari untuk dilalui kendaraan / dilanjutkan
pekerjaan konstruksi diatasnya setelah pemadatan.
5. CTB tidak membutuhkan bekisting / cetakan dan tulangan.
6. CTB tidak membutuhkan siar detalasi dan construction joint.
7. CTB dapat mengakomodasi penurunan setempat.
Agregat, Semen, Air yang sudah melalui proses laboratorium grading dicampur di plant CTB
kemudian diangkut dengan menggunakan dump truck untuk siap digelar dilapangan dengan alat
penghampar Motor Grader, Finisher dan Alat pemadat yang digunakan adalah Tandem Roller
dengan berat 6 – 8 ton dan Tire Roller dengan berat 10 -12 ton
LINGKUP PEKERJAAN
spesifikasi ini dan harus sesuai dengan dimensi dan potongan melintang yang
tertera dalam gambar serta garis dan kemiringan yang ditentukan oleh Pemberi
Tugas.
b) Cement Treated Base harus dibuat dalam satu deretan dari lajur lajur paralel.
MATERIAL
a) Agregat
1) Agregat yang dipakai dapat dari batu pecah atau kerikil (gravel). Material
halus secara alami berasal dari pemecahan agregat sendiri.
granular base ataupun struktur lainnya harus diaur ulang bila akan
digunakan.
3) Pasir dapat dipakai sebagai tambahan untuk dapat memenuhi gradasi yang
dipersyaratkan
4) Gravel yang dipecah maupun yang tidak dipecah harus merupakan batuan
dan tidak mengandung batuan pipih, memanjang, bebas dari kotoran dan
5) Daur ulang dari konstruksi perkerasan yang ada hanya diijinkan maksimum
disaring dulu.
7) Semua material yang lolos saringan No. 4 hasil dari pemecahan batu,
gravel, atau hasil daur ulang dapat dicampurkan kedalam material base
8) Gradasi harus memenuhi batasan dalam tabel berikut ini apabila diuji
ditentukan berdasarkan batasan tabel tersebut dan harus merata dari kasar
sampai halus.
10) Bagian dari agregat base, termasuk material yang dicampur yang lolos
saringan No. 40 harus mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25% dan
Plasicity Index tidak lebih dari 6% apabila diuji dengan metoda ASTM D
11) Material yang tidak layak seperti lempung, lanau, gypsum, potongan
b) Semen Portland
Semen Portland yang dipakai harus dari merek yang sudah lazim dipakai di
mungkin dapat dipakai dengan syarat kandungan puzzolan tidak lebih dari 30%
berat.
c) Air
Air yang dipakai untuk mencampur dan mengawetkan adukan harus bersih,
lumpur, minyak, asam, bahan bahan organik, alkali, garam atau kotoran
KADAR SEMEN
agregat, semen dan air untuk menentukan jumlah semen yang diperlukan guna
memenuhi persyaratan.
c) Spesimen tes dibuat dengan kadar semen berbeda beda dan dipadatkan
sesuai ASTM D 1557 metoda D dan kadar air optimum ditentukan untuk setiap
kadar semen. Sampel yang dipadatkan pada OMC akan ditentukan kuat desaknya
(compressive strength) sesudah 6 hari dan direndam selama 24 jam. Kadar semen
yang akan dipakai adalah kadar semen terhadap berat yang menghasilkan
karakteristik kuat desak laboratorium pada 7 hari tidak kurang dari 4481 kPa,
METODA PELAKSANAAN
a) Batasan Cuaca
Cement Treated Base tidak boleh dihampar pada waktu hari hujan.
Material diperoleh dari borrow pit, quarry atau daur ulang material yang telah
c) Peralatan
dalam kondisi baik dan harus sudah disetujui oleh Pemberi Tugas sebelum
pekerjaan dimulai.
2) Kontraktor harus menyediakan air dilokasi dalam jumlah yang cukup untuk
cetakan samping.
rencana.
2) Lapisan bawah ini harus sudah disetujui oleh Pemberi Tugas sebelum
penghamparan dimulai.
tersebut
1) Cement Treated Base harus dicampur di mixing plant sentral, dapat sistem
2) Agregat untuk CTB harus dipisahkan paling tidak dalam dua ukuran dan
setiap ukuran harus disimpan terpisah. Satu tempat berisi agregat yang
tertinggal diatas saringan No. 4 dan tempat satunya lagi berisi agregat yang
3) Dalam semua mesin pengaduk proporsi air dapat berdasarkan berat atau
sehingga Pemberi Tugas dapat mengecek jumlah air per batch atau debit
aliran pada continous plant. Air tidak boleh dituang sebelum agregat masuk
kedalam mixer.
4) Bagian dalam mixer harus selalu dibersihkan sehingga tidak ada sisa
(mixing).
of feed) dalam continous mixer tidak boleh melebihi kapasitas mixing plant.
7) Waktu mixing dalam continous plant tidak boleh kurang dari 30 detik,
kecuali bila dapat dibuktikan bahwa dengan waktu kurang dari 30 detik
persyaratan kadar semen dan kuat desak dapat dicapai secara konsisten.
f) Penempatan
diijinkan bila dengan cara ini dapat dijamin tidak terjadi segragasi.
2) Pada lapisan bawahnya (underlying course) sudah tidak terdapat alur alur
atau bagian bagian yang lunak. Apabila permukaannya kering maka harus
3) Truk untuk transport campuran base course ini harus dilengkapi dengan
ton.
dipadatkan tidak lebih dari 250 mm. Batasan ini dapat diabaikan bila
lapisan terbawah harus dikasarkan dengan garu agar terjadi ikatan yang
7) Tenggang waktu antara mixing dan penghamparan tidak boleh lebih dari 30
menit.
lebar.
g) Pemadatan
2) Alat pemadat (roller) harus tersedia dalam jumlah dan kapasitas yang
menghindari terjadinya alur alur akibat jejak roda kendaraan atau traktor.
dengan motor grader sesuai dengan ketinggian yang tertera dalam gambar.
permukaan rencana dan bila diuji dengan batang lurus sepanjang 3 meter
yang diletakkan sejajar atau tegak lurus terhadap sumbu perkerasan, tidak
dapat merusak CTB atau material curing tidak diijinkan melewati base
course yang sudah jadi dalam 24 jam pertama dari waktu curing.
h) Pre-cracking
terjadinya pecah karena susut yang tidak terkendali. Setiap lapisan CTB harus dipecah
b. Membuat retakan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan vibratory plate
dan pembuat retakan.
c. Memotong sambungan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan cutting
wheel.
Apabila Kontraktor memilih membuat retakan pada saat CTB belum mengering, baik
itu dengan vibratory plate maupun dengan cutting wheel, retakan buatan tersebut harus
diisi dengan aspal emulsi untuk menghindarkan retakan tersebut menyambung kembali
karena
pekerjaan pemadatan atau sebab lainnya. Aspal yang diisikan harus dicampur dengan air
dengan perbandingan satu bagian aspal dan dua bagian air. Retakan yang dibuat harus
2) Permukaan ini harus ditutup dengan tanah basah, material lain yang layak
seluruh lapisan.
hari dengan cara membasahi dengan air. Bahan yang dapat menahan air
2) Metoda curing harus segera dimulai dan tidak boleh lebih dari 12 jam
CTB yang baru diletakkan dan dipadatkan tidak boleh menjadi kering.
untuk setiap 2.000 m2 dari cement treated base yang sudah berumur 7 hari
2) Kuat desak 7 hari dari 3 sampel harus tidak kurang dari 5 N/mm2
3) Bila hasil tes sampel tidak memenuhi persyaratan butir 2 tersebut diatas,
harus diperbaiki.