Anda di halaman 1dari 21

38

BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK

Pelaksanaan pekerjaan di lapangan saat pelaksanaan kerja praktik dilakukan


sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi langsung
oleh konsultan pengawas dan Dinas Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan
dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi teknik umum dan
khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja dan syarat-
syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan, sehingga hasil
yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.
Pekerjaan yang dilaksanakan selama dua bulan waktu kerja praktik antara lain:

4.1 Timbunan Pilihan Dari Sumber Lain


Timbunan pilihan dari sumber lain adalah penggunaan material dari sumber lain
dikarenakan tidak layak atau tidak memenuhi syaratnya tanah yang ada pada lokasi
proyek untuk dipergunakan sebagai material bahan baku suatu pekerjaan.

Sebelum memulai pekerjaan timbunan biasa maupun timbunan pilihan, terlebih


dahulu dibuat construction drawing dan test properties material yang akan
digunakan dan harus mendapat persetujuan dari owner. Shop drawing dimaksud
terdiri dari gambar existing. Potongan dan detail yang dapat memberikan
kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan test properti material, yaitu
pengetesan sample material dari quarry, guna memastikan bahwa material yang
digunakan dapat memenuhi persyaratan spesifikasi. Material timbunan pilihan akan
dikirim oleh suplier dan diterima di lokasi pekerjaan.

Peralatan yang digunakan :


a.motor grader
b. vibro roller
c. water tank
d. alat bantu
39

Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan trial embankment, guna


mengetahui berapa jumlah lintasan vibro roller hingga mendapatkan nilai
kepadatan yang disyaratkan spesifikasi, serta tebal gembur material guna
mendapatkan tebal padat sesuai design. Untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan
perlu dilakukan staking out, tentang patok elevasi dan koordinat. Patok centre line
dan batas pekerjaan timbunan pilihan itu sendiri.

4.1.1 pelaksanaan pekerjaan timbunan

Pekerjaan timbunan ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan sebagai berikut :


a. Galian material di quarry atau borrow area
Pengambilan material timbunan di quarry atau borrow area
1) material tidak terpakai dibuang pada tempat yang ditentukan atau ditempatkan
pada lokasi yang tidak mengganggu aktivitas pemindahan material
2) pekerjaan galian dilaksanakan dengan mengikuti metoda penggalian yang benar,
apabila rencana penggalian cukup dalam, penggalian dilaksanakan dengan sistem
trap dengan kemiringan sisi galian dibuat dengan aman agar tidak terjadi
longsoran
3) segera dibuatkan temporary drain yang dapat mengamankan seluruh area
pengambilan material dari pengaruh air hujan yang masuk pada area tersebut dan
untuk menghindari terjadinya genangan air dan kelongsoran material sehingga
tidak menggangu proses pemindahan tanah
4) perawatan jalan kerja dilaksanakan dengan baik guna menjaga kelancaran
pekerjaan pemindahan material.

b. Pemeriksaan kadar air ( water content )

Dilakukan pemeriksaan kadar air material timbunan ini dengan menggunakan


alat ukur kadar air, dengan ketentuan :
40

1) apabila kadar air berada dalam batas toleransi yang disyaratkan material dapat
langsung dihampar dan dipadatkan,

2) apabila kadar air melebihi batas toleransi yang diijinkan, material dikeringkan
terlebih dahulu dengan cara dihampar sampai kadar air mencapai toleransi
tersebut,

3) apabila kadar air lebih kecil dari batas toleransi yang diijinkan, material
dihampar dan disiram dengan air untuk menaikan kadar air.

c. Penyiapan tempat kerja

1) Sebelum penghamparan timbunan ini, semua bahan yang tidak diperlukan


dibuang pada tempat yang diperlukan,
2) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di
atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama dipotong
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan
pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama.

d. Penghamparan material
1) Penghamparan material dilaksanakan dengan menggunakan motor grader,
dimana perlu diperhatikan dan dilakukan sebagai berikut :
Timbunan ditempatkan di permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam
lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan
yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-
lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. Tanah
timbunan diangkut langsung dari lokasi sumber bahan atau dari stock pile ke
lokasi atau permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan
disebarkan.
2) Bilamana badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama disiapkan dengan
membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan
dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama.
Berikut dalam gambar 4.1 diperlihatkan penghamparan material yang
41

dikerjakan menggunakan motor grader.

Gambar 4.1 Penghamparan Material Timbunan

e. Pemadatan
Untuk pemadatan (compaction) dilaksanakan dengan menggunakan vibro
roller, dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Setelah pemadatan satu pas
selesai, alat pemadat dipindahkan ke sebelahnya dengan overlapping 1/8 lebar drum
dan seterusnya hingga mencakup seluruh area pemadatan. Langkah tersebut diulang
kembali hingga jumlah passing pemadatan setiap lintasan mencapai jumlah passing
seperti yang dilaksanakan pada saat trial embankment.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah :
1) Lapis timbunan ini paling atas yang diselesaikan setiap section pemadatan
dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki kemiringan sesuai design. Hal ini
dimaksudkan agar air hujan cepat terbuang keluar area timbunan ini dan tidak
meninggalkan genangan yang dapat mengganggu pekerjaan pada lapis
diatasnya.
2) Pemadatan timbunan tanah dilaksanakan hanya bila kadar air bahan berada pada
rentan 3% dibawah kadar air optimum dan 1% diatas kadar air optimum.
Apabila kadar air kurang maka ditambahkan air dengan cara menyemprotkan air
42

dari truck tangki air.


3) Patok acuan elevasi timbunan ini, centre line, Batas-batas timbunan ini dan
patok kemiringan agar dibuat dengan jelas, di-update sesuai dengan elevasi
timbunan ini yang telah diselesaikan dan dijaga keberadaannya untuk
memudahkan pemeriksaan dan pengontrolan pekerjaan.
4) Untuk lokasi timbunan ini yang tidak dapat dijangkau dengan vibro roller,
digunakan baby roller atau penumbuk loncat mekanis disesuaikan dengan
kondisi lapangan, misalnya pada pertemuan timbunan dengan struktur jembatan,
box culvert, dan lain-lain.
5) Pada lokasi timbunan ini dibuatkan temporary drain sedemikian rupa agar
setiap terjadi hujan saluran tersebut dapat menapung air dan berfungsi dengan
baik sehingga tidak mengakibatkan genangan atau kelongsoran yang dapat
menghambat pelaksanaan pekerjaan. Pemadatan timbunan ini.
Berikut dalam gambar 4.2 diperlihatkan pekerjaan yang dilakukan untuk
memadatkan tanah dengan cara menggilas dan menggetarkan tanah menggunakan
vibrator roller.

Gambar 4.2 Pemadatan Mengunakan Vibrator Roller


f. Pengendalian mutu hasil hamparan
1) Lakukan pengujian kepadatan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan
sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil dari setiap pengujian
menunjukan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka diperbaiki
(dipadatkan lagi).
43

Berdasarkan ketentuan, pengujian kepadatan di lapangan dengan metode


pengujian kerucut pasir ( sand cone ) (SNI 03-2828-1992 ) dilaksanakan setelah
jumlah passing kerja alat pemadat dicukupi.
Berikut dalam gambar 4.3 diperlihatkan test sand cone yang dimaksudkan untuk
mengetahui kepadatan tanah serta dalam gambar 4.4 diperlihatkan test pit yang di
lakukan untuk mengetahui ketebalan timbunan.

Gambar 4.3 Sand Cone Test

Gambar 4.4 Test Pit


g. Penyiapan badan jalan
Penyiapan badan jalan adalah pekerjaan yang mencakup penyiapan dan
pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama, untuk
penghamparan lapis pondasi agregat, lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, lapis
pondasi semen tanah atau lapis pondasi beraspal di daerah jalur lalu lintas
(termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak ditetapkan sebagai
44

pekerjaan pengembalian kondisi.


Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan
motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa
penambahan bahan baru.
Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan
timbunan minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah
atau bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan
perkerasan ditempatkan di atasnya, yang semuanya sesuai dengan gambar dan
spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan.

4.2 Lapis Pondasi Agregat Kelas A, B dan Lapis Pondasi Agregat Kelas S
Bahu

4.2.1 Pekerjaan Base Course (Aggregate Base Class )


Beberapa hal yang dilakukan dalam pekerjaan base course antara lain :
a. Survey quarry dan sampling material
Melaksanakan survey lapangan guna mendapatkan lokasi quarry material lapis
pondasi aggregate Kelas A, B dan S yang akan digunakan. Quarry material agregat
base kelas A, B dan S
Dari lokasi quarry tersebut, dilaksanakan pengambilan contoh material
(sampling) pada beberapa titik untuk dites di laboratorium. Jenis tes yang
dilaksanakan meliputi dan tidak terbatas pada :
1) Batas cair dengan alat casagrande (SNI 03-1967-1990)
2) Pengujian batas plastis (SNI 03-1966-1990)
3) Keausan agregat dengan mesin LA (SNI 03-1966-1990)
4) Kepadatan berat untuk tanah (SNI 03-1743 1989)
5) Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat (SK SNI M —
01-1994-03)
6) Kepadatan lapangan dengan konus pasir (SNI 03-2827-1992)
7) Kepadatan berat untuk tanah (SNI 03-1743-1989)
8) Pengujian CBR laboratorium (SNI 03-1744-1989)
45

Selanjutnya dilakukan pembuatan job mix formula, sehingga didapat komposisi


material yang akan dipergunakan. Berikutnya juga dilakukan trial compaction,
guna mengatahui berapa jumlah lintasan masing-masing alat yang akan digunakan,
untuk mendapatkan nilai kepadatan sesuai dengan spesifikasi.
Peralatan yang dipergunakan :
1) Wheel loader atau excavator.
2) Dump truck.
3) Motor grader.
4) Vibro roller.
5) Water tank.
6) Alat bantu.

b. Staking out
Staking out di lapangan untuk menentukan :
1) Patok referensi. (elevasi dan koordinat).
2) Patok centre line.
3) Patok batas lapis pondasi aggregat kelas B.

c. Penyiapan tempat kerja

1) Pengendalian lalu lintas sesuai ketentuan agar kegiatan tidak terganggu.


2) Pembuatan patok sebagai tanda ketinggian atau elevasi sesuai gambar rencana.
3) Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan diperbaiki
terlebih dahulu sampai mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.
4) Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan
lama atau tanah dasar baru yang disiapkan, maka lapisan ini diselesaikan
terlebih dahulu hingga mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.
46

5) Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan


perkerasan aspal lama, maka dilakukan penggarukan atau pengaluran pada
permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.

d. Pemeriksaan kadar air (water content).

Pemeriksaan kadar air material agregat base kelas B dilaksanakan dengan


dengan ketentuan :
1) Apabila kadar air material berada dalam batas toleransi yang disyaratkan
(biasanya diukur dari kadar air optimum) material dapat langsung dihampar dan
dipadatkan.
2) Apabila kadar air melebihi batas toleransi yang diijinkan, material dikeringkan
terlebih dulu dengan cara dihampar (diangin-anginkan) sampai kadar air
mencapai toleransi tersebut.
3) Apabila kadar air material lebih kecil dari batas toleransi yang diijinkan,
material dihampar dan disiram dengan air untuk menaikkan kadar air.

e. Penghamparan material.

Penghamparan material dilaksanakan dengan menggunakan motor grader. Pada


penghamparan material ini yang perlu diperhatikan adalah :
1) Kondisi cuaca yang memungkinkan.
2) Pengaturan jarak bongkar material agar didapatkan ketebalan yang rata, karena
akan terjadi segregasi material bila terlalu banyak untuk penambahan atau
pengurangan sesuai tebal rencana.
3) Bila penghamparan agregat dilakukan lebih dari satu lapis, maka dibuat
ketebalan yang sama. Tetapi ketebalan ideal dalam penghamparan adalah
sebesar dua kali ukuran maksimum agregat. Bila terjadi segregasi, maka
lakukan segera perbaikan dengan menambah atau mengganti dengan material
yang baru.
47

Berikut dalam gambar 4.5 diperlihatkan pekerjaan penghamparan material


dengan motor grader.

Gambar 4.5 Penghamparan Material Bahu Jalan


f. Pemadatan.
Pemadatan (compaction) dilaksanakan menggunakan vibro roller atau smooth
drum, dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Setelah pemadatan satu pas
selesai, alat pemadat dipindahkan ke sebelahnya dengan overlapping 1/8 lebar drum
dan seterusnya hingga mencakup seluruh area pemadatan. Langkah tersebut diulang
kembali hingga jumlah passing pemadatan setiap lintasan mencapai jumlah passing
tertentu (sesuai hasil trial). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah:

1) Lapis pondasi agregat paling atas yang diselesaikan setiap section pemadatan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki kemiringan sesuai spesifikasi.
Hal ini dimaksudkan agar air hujan cepat terbuang keluar area timbunan ini dan
tidak meninggalkan genangan yang dapat mengganggu pekerjaan pada lapis
diatasnya.
2) Apabila kadar air material kurang maka ditambahkan air dengan cara
menyemprotkan air dari truck tangki air. Banyaknya air yang disemprotkan
harus diperhitungkan agar tidak kelebihan. Kurangnya kadar air biasanya
48

dikarenakan kadar air dari quarry kurang atau penguapan.


3) Patok referensi elevasi lapis pondasi agregat, centre line, batas-batas lapis
pcnikiasi agregat dan patok kemidngan agar dibuat dengan jelas, di-update
sesuai elevasi yang telah diselesaikan dan dijaga keberadaailnya untuk
memudahkan pemeriksaan dan pengontrolan pekerjaan.
4) Untuk lokasi lapis pondasi agregat yang tidak dapat dijangkau dengan vibro
roller atau smooth drum, digunakan baby roller atau stamper disesuaikan
dengan kondisi lapangan, misalnya pada pertemuan timbunan dengan struktur
jembatan, box culvert, dan lain-lain. Pada lokasi lapis pondasi agregat harus
dibuatkan temporary drain sedemikian rupa sehingga saat terjadi hujan saluran
tersebut dapat menampung air dan berfungsi dengan baik.

g. Pengujian.

Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksanakan untuk


mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Pengujian yang dilakukan meliputi;
1) Pengujian kadar air agregat untuk kontrol penghamparan.
2) Pengujian indeks plastisitas 5 pengujian /1000 m3
3) Pengujian gradasi partikel 5 pengujian /1000 m3
4) Pengujian kepadatan kering maksimum 1 pengujian /1000 m3
5) Pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus pasir < 200 m
Pengiriman material dan penghamparan penghamparan dan pemadatan
Penghamparan material agregat kelas A, B dan S, pembentukan material agregat
kelas A, B dan S, pemadatan material agregat base kelas A, B dan S
49

4.3 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)


Pekerjaan lapis resap pengikat (prime coat) adalah pelaburan permukaan
perkerasan yang akan dilapisi perkerasan aspal baru dengan bahan perekat (prime
coat) dengan tujuan agar terjadi ikatan antara permukaan lapis pondasi aggregat
dengan lapis aspal beton baru.

Peralatan yang dipergunakan terdiri dari :


a. Asphalt sprayer.
b. Air compressor.
c. Dump truck kecil 3 ton atau mobil pick up.
d. Alat bantu lainnya.

Pelaksanaan pekerjaan persiapan:

1) Memeriksa kondisi alat penyemprot dan nosel, apakah sudah berfungsi dengan
baik.
2) Melakukan uji coba untuk meyakinkan hasil penyemprotan, sesuai persyaratan
Spesifikasi.

Pelaksanaan penyemprotan lapis resap pengikat:

a. Sebelum penyemprotan lapis resap pengikat, lapisan tanah harus disemprot


dengan kompresor agar debu dan bahan kotoran tersingkir, jika belum bersih
harus dibersihkan lagi dengan sapu ijuk.
b. Penyemprotan dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak menganggu
lalu lintas dan memungkinkan lalu lintas satu arah tanpa merusak hasil
pekerjaan.
c. Pembersihan harus dilanjutkan atau melewati 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot. Jika ada tonjolan benda asing atau lainnya harus segera disingkirkan
dari permukaan dengan memakai penggaruk baja atau cara lainnya yang
disetujui pengawas.
50

d. Panjang permukaan yang akan disemprot oleh tiap lintasan penyemprot harus
diukur dan ditandai.
e. Permukaan yang akan disemprot harus benar-benar kering.
f. Asphalt sprayer harus mulai bergerak tak boleh kurang 5 meter di muka daerah
yang disemprot dengan demikian kecepatan jelajahnya tepat sesuai ketentuan
bila batang semprot mencapai lembaran kertas dan kecepatan ini harus tetap
dipertahankan sampai melalui titik akhir dari pemakaian bahan pengikat dan
sisa prime coat dalam tangki tidak boleh kurang dari 10 % dari kapasitas tangki.
g. Ketentuan jumlah penyemprotan prime coat dan komposisi material yang
dipergunakan harus mengikuti spesifikasi.

Ketentuan lainnya :

Selama lapis resap pengikat belum ditutup dengan lapis perkerasan di atasnya,
maka petugas yang terkait harus melarang lalu lintas melewatinya serta melindungi
segala kerusakan yang mungkin terjadi dan apabila lalu lintas terpaksa diizinkan
lewat di atas lapis resap pengikat maka harus digunakan bahan penyerap (blotter
material) dari hasil pengayakan kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-
butiran berminyak, bahan kohesif dan bahan organik dimana tidak kurang dari 98%
harus lolos ayakan 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2% harus lolos ayakan no. 8
(2,36 mm).
Berikut dalam gambar 4.6 diperlihatkan pekerjaan yang dilakukan untuk
menghilangkan kotoran pada lapis base sebelum dilakukan penyemprotan take coat
serta gambar 4.7 diperlihatkan penyemprotan take coat agar lapis perkerasan dapat
melekat pada lapisan base.
51

Gambar 4.6 Penyemprotan Dengan Kompresor

Gambar 4.7 Penyemprotan Prime Coat


4.4 Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) (gradasi senjang/semi senjang)
Sebelum dimulainya pekerjaan maka disiapkan gambar pelaksanaan (shop
drawing) minimal terdiri dari gambar denah, gambar potongan dan gambar detail
yang dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan.

4.4.1 Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan hotmix dilaksanakan sesuai dengan tahapan berikut :


a. Persiapan material

Material yang akan dipakai untuk pekerjaan hotmix terlebih dahulu dilakukan
pengujian properti masing-masing material dan kombinasinya. Dari hasil pengujian
ini akan dijadikan dasar untuk komposisi campuran hotmix yang akan digunakan
sesuai dengan persyaratan.
52

Peralatan yang digunakan

Asphalt Mixing Plant (AMP).


1) Generator set.
2) Wheel loader.
3) Dump truck.
4) Asphalt finisher.
5) Tandem roller.
6) Pneumatic tyre roller.
7) Alat bantu lainnya.
Berikut dalam gambar 4.8 diperlihatkan alat-alat yang diperlukan untuk
pekerjaan penghamparan HRS.

Gambar 4.8 Alat Yang Digunakan Untuk Penghamparan HRS

b. Trial mix dan trial compaction


Trial mix dilaksanakan berdasarkan analisa dari hasil tes material yaitu dari
design mix formula (DMF). Trial mix dilaksanakan untuk mengadakan trial
compaction. Di mana dari trial compaction akan didapat gambaran mengenai
pelaksanaan yang sebenarnya yaitu berupa :
53

1) Jenis alat pemadat dan kapasitasnya.


2) Suhu hotmix pada saat pengamparan dan pemadatan.
3) Waktu pelaksanaan dan,
4) Jumlah lintasan yang diperlukan untuk memadatkan material.

c. AMP yang sedang produksi staking out


Laksanakan staking out di lapangan untuk menentukan :
1) Patok referensi (elevasi dan koordinat).
2) Patok centre line.
3) Patok batas penggelaran hotmix.

d. Pelapisan prime coat atau tack coat.


Sebelum prime coat atau tack coat dikerjakan maka permukaan perkerasan
dibersihkan terlebih dahulu dengan compressor. Pekerjaan prime coat ataupun tack
coat dilaksanakan di atas permukaan perkerasan secara merata dengan
menggunakan asphalt sprayer. Tujuannya adalah untuk perkuatan ikatan antara
lapisan hot mix dengan lapisan di bawahnya menjadi baik.
Berikut dalam gambar 4.9 diperlihatkan lapisan prime coat yang dimaksudkan
agar menjadi pengikat antara lapis perkerasan dengan base.
54

Gambar 4.9 Lapisan Prime Coat

e. Penghamparan hotmix
Hotmix dari asphalt mixing plant (AMP) diangkut dengan dump truck ke lokasi
pekerjaan. Pada saat pengangkutan temperatur hotmix dijaga dengan jalan
menutupinya dengan terpal. Penghamparan hotmix dilakukan dengan cara
menuangkan hotmix dari dump truck ke asphalt finisher, selanjutnya asphalt
finisher tersebut melakukan penggelaran hot mix.
Ketebalan dan temperatur hotmix pada saat penggelaran disesuai dengan design.
Apabila cuaca tidak memungkinkan (hujan) maka penghamparan akan dihentikan
dan dilanjutkan kembali setelah cuaca memungkinkan.
Berikut dalam gambar 4.10 diperlihatkan pekerjaan penghamparan hotmix.
55

Gambar 4.10 Penghamparan Hotmix


f. Pemadatan hotmix
Pemadatan hotmix terbagi dalam 3 tahap yaitu:
1) Pemadatan pertama (breakdown rolling).
Pemadatan pertama dilaksanakan pada saat temperatur mencapai 125°C s/d
105°C atau sekitar 0–10 menit sejak hotmix digelar. Penggelaran ini menggunakan
tandem roller dengan jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
2) Pemadatan kedua (intermediate rolling).
Pemadatan kedua dilaksanakan pada saat temperatur mencapai 105°C s/d 85°C
atau sekitar 10–20 menit sejak hotmix digelar. Penggelaran ini menggunakan
pneumatic tire roller dengan jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
3) Pemadatan terakhir (final rolling).
Pemadatan terakhir dilaksanakan pada saat temperatur 85°C s/d 65°C atau
sekitar 20–45 menit sejak hotmix digelar. Penggelaran ini menggunakan tandem
roller dengan jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemadatan adalah:
1) Lapis hotmix paling atas yang diselesaikan setiap section pemadatan dibuat
sedemikian rupa sehingga memiliki kemiringan sesuai design.
2) Patok referensi elevasi hotmix, centre line, batas-batas hotmix dan patok
56

kemiringan agar dibuat dengan jelas, di-update sesuai dengan elevasi hotmix
yang telah diselesaikan dan dijaga keberadaannya untuk memudahkan
pemeriksaan dan pengontrolan pekerjaan.
3) Pemadatan pada jalan lurus dimulai dari tepi perkerasan sejajar as jalan menuju
ke tengah. Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as
jalan menuju ke bagian lebih tinggi. Pada bagian tanjakan dan turunan harus
dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.
4) Tandem roller pada lintasan pertama ditempatkan di muka.
5) Pada waktu pemadatan roda tandem roller dibasahi (dilap) dengan air.
Berikut dalam gambar 4.11 diperlihatkan pekerjaan penghamparan hotmix.

Gambar 4.11 Pemadatan Hotmix

g. Sambungan
1) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris
yang lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah
2) Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang telah
dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus. Sapuan
57

aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan Baru harus
diberikan sesaat sebelum campuran aspal dihampar di sebelah campuran aspal
yang telah digilas sebelumnya.

h. Pengendalian mutu dan pemeriksaan di lapangan

1) Kerataan Permukaan Perkerasan


Permukaan perkerasan diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m,
dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Toleransi sesuai dengan
ketentuan atau spesifikasi.
Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan dilaksanakan
segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi akan diperbaiki dengan
membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan
dilanjutkan seperti yang dibutuhkan dan setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan
ini akan diperiksa kembali dan setiap ketidakrataan permukaan yang melampaui
batas-batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tektur, pemadatan
atau komposisi akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
2) Ketentuan Kepadatan
a) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 97% kepadatan
standar kerja (job standard density) untuk HRS dan 98% untuk semua
campuran aspal lainnya.
b) Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI 06-2489-
1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D 5581 untuk ukuran
maksimum 50 mm.
3) Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal
a) Pengambilan benda uji campuran aspal
Pengambilan benda uji dilakukan di instalasi pencampuran aspal dan di lokasi
pekerjaan, sesuai dengan jumlah produktifitas dari AMP.
58

b) Pengendalian proses frekuensi pengujian yang diperlukan sebagai berikut :


1] Aspal drum setiap 3 dari jumlah drum.
2] Aspal curah setiap tangki aspal.
3] Abrasi agregat setiap 5000 m3.
4] Gradasi agregat setiap 1.000 m3.
5] Gradasi hotbin setiap 250 m3 .
6] Suhu hotmix setiap pengiriman.
7] Gradasi dan kadar aspal (ekstraksi) setiap 200 ton/hari.
8] Marshall test setiap 200 ton/hari.
9] VIM pada kepadatan membal setiap 3.000 ton.
10] Benda inti core drill setiap 200 m.
11] Elevasi permukaan minimal tiga titik.
c) Pemeriksaan dan pengujian rutin
Pemeriksaan dan pengujian rutin akan dilaksanakan untuk pekerjaan yang sudah
diselesaikan sesuai toleransi dimensi, mutu bahan dan kepadatan pemadatan.

d) Pengambilan benda uji inti lapisan beraspal


Pengambilan benda uji inti dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor (core
drill machine) sesuai ketentuan yang disyaratkan.

Anda mungkin juga menyukai