Anda di halaman 1dari 6

1.

JELASKAN TENTANG METODE PELAKSANAAN (MATERIAL DAN ALAT


YANG
DIGUNAKAN LENGKAP DENGAN FOTO SERTA CARA KERJA) DARI
PEKERJAAN :
a) PEMBANGUNAN JALAN (LAPIS PONDASI S/D PERKERASAN LENTUR)
pasal 1 angka 4 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, memberikan definisi mengenai
Jalan yaitu prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
Berikut ini tahapan-tahapan pelaksanaan pembangunan jalan dimulai dari awal.
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai. Adapun
pekerjaanpekerjaan yang dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan tersebut, yaitu :
a. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang
Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana
dengan tujuan pengecekan ulang pengukuran. Pemasangan patok pengukuran untuk
profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25 meter.
b. Survey kelayakan struktural konstruksi perkerasan
Kelayakan struktural konstruksi perkerasan dilaksanakan dengan pemeriksaan destruktif
yaitu suatu cara pemeriksaan dengan menggunakan alat Benkelman.
c. Pengadan direksi keet
Untuk pengadaan direksi keet ini pihak kontraktor pelaksana membuatnya disekitar
lokasi proyek. Direksi keet ini berfungsi untuk tempat beristirahat para pekerja dan
penyimpanan material serta peralatan pekerjaan.
d. Penyiapan badan jalan
Pekerjaan ini meliputi pembersihan lokasi, penutupan jalan dan lainnya. Sehingga
pelaksanaan proyek ini berjalan dengan lancar.
Pekerjaan Galian, Timbunan dan Pemadatan
1. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh
bentuk
serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah direncanakan. Adapun prosedur
pekerjaan dari pekerjaan galian, yaitu :
1. Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan
clearing dan grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi dari akar-akar pohon
dan batu-batuan.
2. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka tanah
dipotong kembali dengan menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi yang
diinginkan.
3. Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller.
4. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity Sand Cone
test) di lapangan.
Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :
a. Galian Biasa Commond Excavation)
Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan atau membuang
material yang tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan, yang dilakukan
menggunakan excavator untuk memotong bagian ruas jalan sesuai dengan gambar
rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump truck.
b. Galian Batuan / Padas
Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1
meter kubik atau lebih. Pada pekerjaan galian batu ini biasa dilakukan dengan
menggunakan alat bertekanan udara (pemboran) dan peledekan.
c. Galian Struktur
Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam
batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk struktur.
Pekerjaan galian ini hanya terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan.
2. Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan
Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus didahului dengan
pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya adalah agar lokasi yang akan dilakerjakan
tidak mengandung bahan organik dan benda-benda yang mengganggu proses
pemadatan. Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu dan
dilakukan proses pemadatan.
Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Timbunan Biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal dari hasil
galian badan jalan yang telah memenuhi syarat.
2. Timbunan Pilihan
Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar yang biasa disebut
borrowpitt. Tanah ini digunakan apabila nilai CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%.
Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum
melakukan proses penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan
menggunakan alat berat seperti Vibrator Roller,Dump Truck, MotorGrader.
Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :
1. Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan Dump Truck.
2. Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan pekerjaan
penimbunan.
3. Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan yang direncanakan.
Sebagai panduan operator Grader dan vibro maka dipasang patok tiap jarak 25 m yang
ditandai sesuai dengan tinggi hamparan.
4. Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller
Pengujian Kepadatan Tanah
Pengujian Sand Cone
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar air dilapangan. Juga
bisa sebagai perbandingan pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan dengan
perencanaan pekerjaan.
Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah
Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis
pondasi bawah yang berfungsi sebagai :
1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Dengan nilai CBR 20% dan Plastisitas indeks (PI) ≤ 10%.
2. Material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan
diatasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
4. Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
6. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik kelapis atas. Tebal
rencana lapisan pondasi bawah ini adalah 20 cm.
Lapisan pondasi agregat kelas B yang digunakan dalam proyek ini memiliki komposisi
sebagai berikut :
1. Split 5/7
2. Split 3/5
3. Split 2/3
4. Abu Batu
b) PEMBANGUNAN BENDUNGAN
Pelaksanaan Pembangunan Bendung
Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah,urukan batu, beton, dan/atau
pasangan batu yangdibangun selain untuk menahan dan menampung air,dapat pula dibangun
untuk menahan dan menampunglimbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga
terbentuk waduk.
Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai dan
mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai untuk
mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi.
Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan batu kali,
dan bronjong atau beton. Sebuah bendung konstruksinya dibuat melintang sungai dan fungsi
utamanya adalah untuk membendung aliran sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air
di bagian hulu.
Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor, yaitu
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di
bawahnya;
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air
sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah;
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang
diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan
batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung
Pemilihan lokasi pembangunan bendung harus didasarkan atas beberapa faktor, yaitu
1. Keadaan Topografi
a. Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat
elevasi sawah tertinggi yang akan diari;
b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu
bendung dapat ditetapkan;
2. Keadaan Hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor – faktor
hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi bendung
tergantung pada debit rencana. Faktor – faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir
rencana, perhitungan debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit
hidrograf, dan banjir di site atau bendung.
3. Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu
a. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.
b. Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.
4. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
a. Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir;
b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir;
c. Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
5. Kondisi Tanah Pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga
bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi
kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.
6. Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentu
pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula
dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
Berikut ini adalah metode pembuatan bendung :
Pembuatan bendungan dimulai dengan pembuatan diversion channel (saluran
pengalihan) yang dibangun di sebelah kanan sungai. Dan masih banyak lagi

Anda mungkin juga menyukai