Anda di halaman 1dari 13

Muhammad Subhanu AlHakim

5190811212

Penyelidikan Lokasi ( D )

1.1 Lokasi Proyek

Adapun lokasi proyek ,yakni Proyek Pembangunan Embung yang


terletak di Samas, Srigading, Sanden, Bantul. Lokasi proyek ± 15 km dari
pusat Kabupaten Bantul. Lokasi tersebut dapat ditempuh dengan
menggunakan transportasi darat ± 15 menit dari dari pusat Kabupaten Bantul.

LOKASI

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek

(Sumber : Google Earth)

1.2 Perencanaan Embung


Adapun tahapan – tahapan perencanaan konstruksi embung antara lain :

A. Pemetaan
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan, dan penggambaran
permukaan bumi dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil berupa peta dalam bentuk vektor maupun raster. Pada
pembangunan embung, pemetaan merupakan tahapan awal yang digunakan
untuk menentukan benchmark dan as tubuh embung serta elevasi galian dan
timbunan pada kriteria perencanaan pembangunan tubuh embung.

B. Penentuan Benchmark
Patok benchmark atau lebih dikenal dengan benchmark merupakan
patok yang sudah mempunyai koordinat global dan elevasi yang tetap atau
sudah diketahui nilai XYZ. Fungsi Patok benchmark ini sebagai acuan dalam
pengukuran di sekitar titik BM. Dalam pengukuran tanah, patok BM ini
dijadikan acuan saat pengukuran untuk mendapatkan koordinat di lokasi.
Dalam pemasangan patok BM perlu mempertimbangkan beberapa hal,
diantaranya :

1. Penentuan tempat patok BM adalah berada pada tempat yang stabil dan
aman dari jangkauan manusia ataupun binatang.

2. Patok harus berada pada tempat yang tidak mengganggu aktivitas umum.

3. Patok harus berada pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicari.

4. Patok harus berada pada tempat yang kira-kira steril dari pembangunan-
pembangunan yang akan datang.

Gambar 1.2 Penentuan Benchmark


Sumber : www.google.com/benchmark
C. Penentuan As Tubuh Embung
As tubuh embung merupakan acuan yang digunakan untuk menentukan
panjang embung, lebar mercu embung dan galian pondasi. Sebelum
menentukan As tubuh embung, terlebih dahulu ditentukan letak dua patok
benchmark sebagai acuan untuk membuat As tubuh embung. Titik As tubuh
embung diperoleh dari pekerjaan tim survey yang melakukan pekerjaan
pengukuran dan pematokan. Patok yang digunakan berupa bouwplank kayu
yang kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah. Kemudian dilakukan
penentuan As tubuh embung dengan menggunakan theodolit untuk
mengetahui perbedaan elevasi antar titik BM. Dari kedua titik BM tersebut
akan diperoleh As yang akan digunakan sebagai acuan untuk pembuatan
tubuh embung. (Arifin,1999).

Gambar 1.3 Penentuan As Tubunh Embung Menggunakan Theodolit


Sumber : www.google.com/teknik.pelaksanaan.konstruksi.embung

D. Penetapan Lokasi Quarry


Quarry merupakan lokasi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
tanah sementara. Tanah tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan
material timbunan dalam proses pembuatan embung.Dalam proses penetapan
lokasi quarry, peralatan K3 yang digunakan adalah sarung tangan, helm,
rompi, dan sepatu safety. Berikut adalah tahapan untuk menentukan quarry,
yaitu :
1) Pemilihan Tanah Untuk Quarry Timbunan
Dilakukan survei awal untuk mencari area (tempat) yang tanahnya dapat
diambil dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan. Sampel
tanah diambil untuk diuji berat volume keringnya di laboratorium
menggunakan tes proktor dan dipergunakan sebagai standar acuan kepadatan
di lapangan. Jenis tanah harus sama yaitu tanah liat (clay) untuk memperoleh
daya dukung tanah yang seragam. Selain itu, agar pekerjaan tanah efektif
dalam mobilisasinya, perlu dipersiapkan akses jalan yang mudah dilalui oleh
alat berat dari quarry ke lokasi penghamparan.

Gambar 1.4 Quarry Tanah Timbunan


Sumber : www.google.com/teknik.pelaksanaan.konstruksi.embung
2) Pelakasanaan Penggalian Material Tanah dan Pengangkutan
Untuk meletakkan batas galian dipasang patok pembantu berupa potongan
kayu ataupun bambu dan tali rafia yang menghubungkan dua patok yang
berbeda. Berpedoman pada tali batas galian, maka galian kasar dapat
dilaksanakan dengan menggunakan excavator. Jumlah excavator ditentukan
sesuai perencanaan yang telah dibuat. Galian dari excavator kemudian dimuat
ke dump truck yang telah disiapkan (jumlah dump truck harus disesuaikan
dengan kapasitas excavator) dan selanjutnya tanah galian diangkut ke quarry.
Gambar 1.5 Quarry Tanah Timbunan
Sumber : www.google.com/teknik.pelaksanaan.konstruksi.embung
3) Pembuangan Material Yang Tidak Terpakai
Material sisa galian yang tidak bisa dipergunakan untuk timbunan akan
dimuat oleh dump truck dan dibuang disuatu tempat didalam atau diluar area
konstruksi yang disetujui oleh pemilik sesuai yang dengan kesepakatan yang
telah ditentukan. Penyedia Jasa harus merapihkan dan mengatur ketinggian
serta meratakannya dengan rapi dan tinggi maksimum 3.00 m.

Gambar 1.6 Pembuangan Material Yang Tidak Terpakai


Sumber : www.google.com/teknik.pelaksanaan.konstruksi.embung

E. Pekerjaan Pembersihan (Clearing and Grubbing)


Pekerjaan Clearing dan Grubbing merupakan pekerjaan pembersihan
lokasi proyek menggunakan alat berat seperti Dozer dan Exavator yang
mencakup, pembuangan lapisan tanah humus, pembongkaran serta
pembersihan tubuhan-tumbuhan dan puing-puing didalam daerah kerja.
Pelaksanaan pekerjaan Clearing dan Grubbing pengupasan dan pembuangan
lapisan tanah dilakukan dengan kedalaman pengupasan maximal 20 cm.
(Arifin,1999)
Gambar 1.7 Pekerjaan Pembersihan (Clearing & Grubbing)
Sumber : www.google.com/pekerjaan.clearing.grubbing

F. Pekerjaan Galian Embung


Pekerjaan galian tanah pada embung merupakan pekerjaan galian yang
menggunakan alat berat seperti Exavator untuk menggali tanah dan Dump
Truk untuk mengangkut tanah yang dimaksudkan untuk pembagunan
komponen embung yaitu daerah genangan air (storage) embung. Tanah hasil
kegiatan ini nanti akan dipilah dan yang sesuai dengan bahan timbunan akan
digunakan sebagai bahan timbunan embung, sedangkan yang tidak terpakai
akan di buang. (Arifin,1999)

Gambar 1.8 Pekerjaan Galian


Sumber : www.google.com/teknik.pekerjaan.galian
G. Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan tanah pada embung dimaksudkan pada pekerjaan
pembuatan tubuh embung. Tanah timbunan embung menggunakan tanah
yang telah dipilah dari hasil galian embung dan sesuai dengan persyaratan
bahan timbunan yang harus digunakan. Pekerjaan timbunan dilakukan
menggunakan alat berat seperti Exavator, Vibrator Roller, dengan cara
menghamparkan dan merapikan tanah yang telah dipilah dari hasil galian lalu
dipadatkan menggunakan Vibrator Roller. (Arifin,1999)

Gambar 1.9 Timbunan Tubuh Embung


Sumber : www.google.com/teknik.pelaksanaan.pekerjaan.embung
H. Pekerjaan Pemadatan
Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis menggunakan alat
berat dengan cara dan ketentuan seperti diuraikan berikut ini.
A. Tata cara pemadatan tanah berkohesi (lempung)
Tata cara pemadatan tanah berkohesi (lempung) meliputi beberapa
langkah, yaitu :
1) Bersihkan tempat penambangan bahan urugan (borrow area) dari
bahan organik, dengan mengupas permukaannya.
2) Gali dan kemudian angkutlah bahan urugan ke tempat tubuh embung
dan tumpahkan diatas tanah yang telah dipadatkan terlebih dahulu.
3) Hamparkan tanah bahan urugan menjadi rata (lapisan) dengan
ketebalan 30 cm diatas lapisan tanah yang telah dipadatkan terlebih
dahulu.
4) Siram lapisan tanah dengan air secukupnya, bila keadaan terlalu
kering, sedemikian sehinnga tanah tersebut dapat dikepal dengan
tangan tanpa terurai (berarti terlalu kering) dan juga tidak terlalu lunak
(berarti terlalu basah).
5) Gilas lapisan tanah dengan alat pemadat yang sesuai sehingga
tebalnya berkurang dari 30 cm sampai kira-kira 20 cm yang dapat
dicapai sesui dengan jumlah lintasa yang telah ditetapkan kira-kira 9
kali lintasan.
6) Ulangi pekerjaan yang sama sehingga urugan mencapai elevasi yang
dikehendaki.
Apabila tempat pemadatannya cukup luas, misalnya pada tubuh embung
dapat digunakan vibro roller. Apabila tempat pemadatannya sempit,
misalnya diparitan dapat digunakan stamper.
B. Tata cara pemadatan tanah tak berkohesi
Tata cara pemadatan tanah tak berkohesi meliputi beberapa langkah,
yaitu seperti berikut :
1) Tata cara seperti diatas harus dilakukan pula untuk tanah jenis ini ,
kecuali langkah no. (4) tidak diperlukan.
2) Alat yang diperlukan untuk pemadatan pada tanah jenis ini adalah
tandem roller.
3) Alat pemadatan tanah lempung tidak boleh melintasi urukan tanah tak
berkohesi agar urugan tidak terkotori tanah lempung.

Gambar 1.10 Teknik Pemadatan dan Pengujian Sand Cone Pada Pekerjaan Embung
Sumber : www.google.com/teknik.pelaksanaan.pekerjaan.embung

1.3 Permasalahan Yang Sering Ditemui Pada Embung


Adapun permasalahan yang sering ditemui pada setiap embung adalah:

1) Tidak terisinya air dalam bak penampungan sesuai volume bak.


2) Debit yang mengalir masuk ke dalam bak tampungan sering kecil, yaitu hanya
setengah diameter pipa, sementara kondisi muka air dalam kolam Embung
berada pada posisi Full Supply Level (FSL).
3) Ada bak pelayanan yang tidak terisi air ketika muka air dalam kolam Embung
turun separuh dari tinggi air kolam.

4) Bahan jaringan pipa yang digunakan umumnya berdiameter seragam dari inlet
pipe (pipa transmisi) hingga outlet pipe di bak-bak pelayanan.
1.4 Pemeliharaan Embung
Untuk menjaga keberlanjutan embung, maka beberapa komponen
pemeliharaan embung yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain :
1. Mengurangi kehilangan air karena penguapan. Untuk mengurangi
kehilangan air oleh penguapan dapat di lakukan dengan cara, sebagai
berikut :
a) Buat tiang peneduh di pinggir bibir embungkemudian di atas embung
di buat anyaman untuk media rambatan tanaman
b) Tiang penahan angin di samping embung (wind breaker) pada sisi
datangnya angin dan bisa di tanam tanaman ataupun pohon sebagai
pengganti tiang

2. Memelihara dan melindungi embung, di antaranya :


a) Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan ternak terhadap
tanggul embung.
b) Pengangkatan endapan lumpur.
c) Perbaikan tanggul yang bocor.
d) Tidak membuang sampah yang padat atau cair ke dalam embung.

Anda mungkin juga menyukai