Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI PERTAMBANGAN

Perhitungan Volume Seam Batubara II

Disusun oleh:
Nama : Daffa Akbar Dwifa
NIM : 18/425031/TK/46726
Kelas : A

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Mata Acara Pratikum


Perhitungan Volume Seam Batubara
I.2 Tujuan Kegiatan
Mahasiswa mampu melakukan perhitungan volume seam batubara disetiap block dan
membuat peta sebaran titik bor yang memiliki informasi volume ob, seam e, ib, dan
seam f.

I.3 Manfaat Kegiatan


Manfaat dari pratikum kali ini adalah memberikan pemahaman kepada mahasiswa
untuk menggunakan software pengolah data pertambangan untuk menghasilkan data
hitungan volume seam batubara.

I.4 Landasan Teori

I.4.1 Digital Terrain Model (DTM)


DTM (Digital Terrain Model) dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu DTM grid
dan DTM non-grid. DTM non-grid dapat berupa DTM Triangulated Irregular Network
(TIN) maupun DTM kontur. Ketiga jenis DTM tersebut masing-masing dibedakan
berdasarkan sebaran titiktitik DTMnya. DTM Grid mempunyai titik-titik DTM yang
tersebar secara merata pada seluruh permukaan model dan teratur dalam interval
tertentu. Titik DTM dapat berupa titik sampel maupun titik hasil interpolasi titik
sampel. Permukaan model terbentuk oleh grid yang menghubungkan titik DTM. DTM
TIN menggunakan titiktitik yang tersebar secara tidak teratur pada permukaan model.
Permukaan model TIN adalah jaring bidang segitiga yang terbentuk dari triangulasi
titik-titik DTM

DTM Kontur menyajikan topografi permukaan bumi dalam bentuk garis-garis


kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai ketinggian yang sama.
DTM kontur didapat dari tracing/plotting model stereo citra ataupun dari hasil
interpolasi DTM Grid atau TIN. Kualitassuatu DEM dapat dilihat pada akurasi dan
presisi dari DEM tersebut. Yang dimaksud dengan akurasi adalah nilai ketinggian titik
(Z) yang diberikan oleh DEM, berbanding dengan nilai sebenarnya yangdi anggap
benar. Sedangkan presisi adalah banyaknya informasi yang dapat diberikan oleh DEM.
Presisi bergantung pada jumlah dan sebaran titik-titik sample dan ketelitian titik sample
sebagai masukan/input bagi pembentukan DEM dan juga metode interpolasi untuk
mendapatkan ketinggian titiktitik pembentuk DEM. Titik-titik sample yang dipilih
untuk digunakan harus dapat mewakili bentuk terrain secara keseluruhan sesuai dengan
kebutuhan aplikasi penggunaannya (Fairhead, 1991).

I.4.2 Metode Perhitungan Volume Menggunakan Cut and Fill


Dalam menentukan volume galian dan timbunan satuan yang biasa digunakan
adalah Feet kubik (ft³), yard kubik (yd³) dan meter kubik (m³ ) dipakai dalam hitungan
pengukuran volume tanah, walaupun yard kubik adalah satuan yang paling umum
dalam pekerjaan tanah 1yd³ = 27 ft³, 1 m³ = 35,315 ft³. Namum biasanya di Indonesia
digunakan meter kubik (m³) sebagai satuan dalam menentukan jumlah volume
(Iskandar, 2008).

Pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran


tanah, karena sulit untuk menerapkan dengan sebenar-benarnya sebuah satuan terhadap
material yang terlibat. Sebagai gantinya dilakukan pengukuran tak langsung. Untuk
memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan
volume yang direncanakan.

Prinsip perhitungan volume galian dan timbunan menggunakan metode cut and
fill adalah menghitung luasan dua penampang serta jarak antara penampang atas dan
penampang bawah tersebut. Dengan mengetahui data penampang atas dan penampang
bawah, maka dapat dihitung luas masing-masing penampang. Volume dihitung dari
DTM yang dibentuk dari jarring-jaring segitiga (TIN). Jaring segitiga inilah yang akan
membentuk suatu geometri prisma dari dua surface. Surface dibedakan menjadi dua
yaitu design surface dan base surface. Design surface merupakan surface yang akan
dihitung volumenya sedangkan base surface merupakan surface yang dijadikan sebagai
alas.
Gambar I.1. Visualisasi Perhitungan Volume menggunakan Metode Cut and Fill

I.4.3 Lapisan Tanah Penutup (Over Burden)


Tanah penutup (overburden) merupakan material yang terdapat di permukaan
dan sifatnya dapat dikatakan lepas. Overburden terdiri dari tiga jenis material yaitu
material top soil, common soil dan rock (Tenriajeng, 2003). Definisi dari ketiga jenis
material tersebut adalah sebagai berikut:

1. Top Soil
Top soil merupakan materi bagian atas yang sifatnya lunak dan mudah digali.
Contoh material top soil adalah material eks-penimbunan dan memiliki
kedalaman kurang lebih 2 m. Karena sifat dari materi top soil yang lunak dan
mudah digali maka penggaliannya cukup dengan menggunkan excavator
backhoe. Adapun material top soil yang digali berupa tanah yang mengandung
humus.

2. Common Soil
Common soil merupakan material yang sifatnya agak keras dan agak sulit
digali, sehingga penggaliannya tidak dapat menggunakan excavator,
melainkan terlebih dahulu harus di-ripping menggunakan bulldozer. Material
yang termasuk common soil adalah shale, sillsstone, clay, dan lain-lain.
3. Rock
Rock merupakan material yang sangat keras dan sulit digali dengan
menggunakan alat berat sehingga untuk melepaskan material rock yaitu dengan
peledakan. Material yang termasuk rock adalah granit, andesit, sandstone dan
lain-lain.

Pengupasan tanah penutup merupakan pekerjaan awal dalam suatu operasi


penambangan. Adapun dalam pekerjaan stripping overburden ini sangat penting agar
di dapat stripping ratio yang baik dan recovery batubara yang tinggi. Pada tahap ini juga
akan dibuat bench-bench sebagai tempat kerja alat berat.
Berdasarkan kondisi volumenya, tanah dapat diubah-ubah. Dikenal tiga
macam volume tanah yaitu volume asli (bank), volume lepas (loose) dan volume padat
(compacted) (Tenriajeng, 2003). Adapun penjelasan dari masing-masing volume diatas
adalah :
1. Volume asli (insitu/bank) adalah volume tanah yang belum diganggu dengan
alat-alat berat. Biasanya volume ini dijadikan dasar bagi perhitungan tanah.
Satuan yang digunakan adalah bank cubic meter (bcm).
2. Volume lepas (loose) adalah volume tanah setelah dibongkar atau dikeruk dari
tempat asalnya. Misalnya tanah yang sudah didorong dengan menggunakan
bulldozer, diangkut dump truck atau ditempat penimbunan yang belum
dipadatkan. Satuan adalah loose cubic meter (lcm).
3. Volume padat (compacted) adalah volume tanah yang sudah ditimbun dan
sudah dipadatkan, misal sebagai badan jalan, landasan stockpile batubara dan
sebagainya. Satuan yang digunakan adalah compacted cubic meter (ccm).

I.4.4 Pemodelan Batu Bara

Permodelan batubara digunakan untuk mengetahui bentuk dan sebaran


lapisan batubara, baik letak/posisi, kedalaman, kemiringan dan jumlah lapisan batubara
yang terdapat pada area penelitian. Permodelan batubara di lakukan dengan korelasi
data pemboran yang terdiri dari ketebalan, elevasi, roof dan floor. Proses permodelan
batubara dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penentuan lapisan dan kolerasi batubara dari data pemboran yaitu data yang
memuat data survey yang berisikan koordinat, elevasi dan kedalaman total
titik pemboran . Selain itu juga di buat data lithologi yang berisikan elevasi
roof, elevasi floor, ketebalan, penamaan lapisan batubara.
2. Pemprosesan data survey dan lithologi dengan bantuan software (surpac).
Data topografi digunakan sebagai batas permodelan batubaranya.
3. Pemeriksaan hasil permodelan batubara yang telah dilakukan, apabila
menghasilkan permodelan yang tidak sesuai maka di lakukan pemeriksaan
data survey dan lithologi maupun aturan-aturan permodelan yang telah di
tentukan, dan selanjutnya mengulangi kembali tahapan permodelan yang telah
di lakukan.

Hasil permodelan berupa model geologi batubara yang ditampilkan dalam


bentuk tiga dimensi dan dalam bentuk kontur Floor dan Roof dari lapisan batubara.
Berdasarkan data hasil pemboran terdapat tiga seam batubara yang dapat dimodelkan
yaitu Seam B dan Seam C. Berdasarkan hasil permodelan batubara tersebut dapat
diperoleh data masing-masing seam yang berubah arah sebaran (strike), besar
kemiringan (dip) (Sari et al., 2017).
BAB II
PELAKSANAAN

II.1 Persiapan
II.1.1 Alat
1. Laptop/PC sebagai hardware untuk melakukan pengolahan data
(1 Unit)
2. Surpac sebagai software untuk memroses data
(1 item)
3. Microsoft Excel sebagai software untuk mengolah data koordinat titik bor
(1 item)

II.1.2 Bahan
1. Data topografi lapangan
2. Data koordinat sebaran titik bor

II.2.1 Langkah Kerja


1. Buka software surpac dan kemudian pada jendela navigator ubah format data
bor menjadi .csv

Gambar 1. Mengganti format data bor

2. Kemudian buka file csv yang telah dibuat dan hapus setiap kolom yang memiliki
nilai 0
Gambar 2. Menghapus nilai null

Setelah nilai null (0) dihapus maka hasil akan berupa :

Gambar 3. Data setelah menghapus nilai null

3. Ubah setiap atribut data berturut – turut menjadi string, Y, X, Z, ID, roof e, floor
e, roof f dan floor f.

Gambar 4. Memberikan keterangan atribut


4. Tambahkan kolom untuk volume ob, volume seam e, volume ib dan volume
seam f

Gambar 5. Menambahkan kolom volume

5. Untuk menghitung volume diperlukan nilai luas segment, untuk melihat luas
segment gunakan tab inquire dan pilih segment properties, dan pilih segment
yag ingin dilihat informasinya

Gambar 6. Memilih segment properties

Kemudian akan muncul keterangan luas area seperti pada gambar 7, dimana
luas area yang tersedia adalah 40.000 m2.
Gambar 7. Melihat luas segment

6. Kemudian kembali pada excel dan masukan rumus untuk menghitung volume
dengan mengalikan selisih tinggi dengan luas area seperti gambar berikut :

Gambar 8. Memasukan nilai volume

Lakukan terus hingga didapatkan semua volume yang ada

7. Setelah nilai volume sudah didapatkan pada excel, maka selanjutnya lakukan
import data titik koordinat tersebut kedalam layer, sehingga akan dihasilkan
tampilan seperti berikut :
Gambar 9. Hasil import titik koordinat yang memiliki nilai volume

8. Lakukan pembuatan DTM dengan mengacu pada data topo yang telah
disediakan.

Gambar 10. DTM topo

9. Kemudian lakukan perhitungan volume disetiap block dengan menggunakan


cara yang terdapat pada pratikum minggu 9. Sehingga dihasilkan kembali 4 buah
DTM yang dapat digunakan untuk menghitung volume.
Gambar 11. DTM roof e, floor e, roof f, dan floor f

10. Kemudian lakukan perhitungan volume dengan menggunakan metode cut and
fill disetiap block yang ada.

Gambar 12. Hasil perhitungan OB DH 27


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Volume
Pada pratikum kali ini dilakukan perhitungan volume seam batubara dengan
menggunakan metode yang sama seperti pada pratikum sebelumnya. Hanya saja
perbedaannya adalah volume yang dihitung merupakan volume dititik bor yang sudah
dibagi menjadi beberapa 10 blok.
Perhitungan volume dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu dengan
menggunakan perhitungan secara manual dengan mengalikan nilai luas alas dan tinggi
lapisannya, serta dengan menggunakan metode cut and fill pada software surpac. Untuk
perhitungan secara manual menggunakan excel didapatkan nilai volume seam batubara
seperti berikut :

Gambar 13. Hasil perhitungan secara manual

Akan tetapi apabila melakukan perhitungan volume menggunakan metode cut


and fill akan memakan waktu yang lebih lama karena perlu dibuat DTM setiap lapisan
tanah maupun seam batubara yang ada disetiap blocknya. Akan tetapi, metode ini
memiliki kelebihan yaitu data dari topografi ke roof e tidak dipaksakan berupa
boundary, artinya pada topografi dititik bor tidak berbentuk block karena topografi
tidak mungkin berbentuk block dan tidak flat. Sehingga dengan metode ini volume ob
yang dihasilkan dapat dikatakan sudah tepat.
Pada pratikum kali ini ada sedikit kendala dalam menghitung volume di titik
bor dengan ID DH 16 dan 10. Hal ini dikarenakan data topo yang disediakan tidak
mencakup block DH 16 dan DH 10 secara penuh, sehingga tidak bisa dilakukan
perhitungan volume menggunakan metode cut and fill. Agar bisa dilakukan
perhitungan volume, maka fil topografi harus dimerge dengan file keseluruhan block
yang kemudian di buat DTM nya. Sebagai perbandingan berikut merupakan hasil DTM
sebelum topo yang sudah digabung dengan block dan belum.

Gambar 14. Hasil (kiri) DTM topo (kanan) DTM topo + block

Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa pada gambar sebelah kanan block DH
16 dan DH 10 sudah dapat discover oleh DTM yang ada.Dengan demikian seluruh
block sudah dapat dihitung volume setiap lapisannya dengan menggunakan metode cut
and fill, berikut merupakan hasil perhitungan volume disetiap block :

1. Block DH 27
a) Volume OB

Gambar 15. Hasil Perhitungan volume OB DH 27


Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH
27 adalah 1717447 m3.

b) Volume Seam E

Gambar 16. Hasil perhitungan volume seam e DH 27

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 27 adalah 203640 m3.

c) Volume IB

Gambar 17. Hasil perhitungan volume IB DH 27

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 27


adalah 514400 m3.

d) Volume Seam F
Gambar 18. Hasil perhitungan volume seam f DH 27

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam f pada block
DH 27 adalah 285600 m3.

2. Block DH 25
a) Volume OB

Gambar 19. Hasil perhitungan volume OB DH 25

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH


25 adalah 1153406 m3.

b) Volume Seam E
Gambar 20. Hasil perhitungan volume seam e DH 25

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 25 adalah 120840 m3.

c) Volume IB

Gambar 21. Hasil perhitungan volume IB DH 25

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 25


adalah 514400 m3.

d) Volume Seam F

Gambar 22. Hasil perhitungan volume seam f DH 25

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam f pada block
DH 25 adalah 288400 m3.

3. Block DH 23
a) Volume OB
Gambar 23. Hasil perhitungan volume OB DH 23

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH


23 adalah 1128575 m3.

b) Volume Seam E

Gambar 24. Hasil perhitungan volume seam e DH 23

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 23 adalah 120840 m3.

c) Volume IB

Gambar 25. Hasil perhitungan volume IB DH 23


Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 23
adalah 474400 m3.

d) Volume Seam F

Gambar 26. Hasil perhitungan volume seam f DH 23

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 23


adalah 288400 m3.

4. Block DH 22
a) Volume OB

Gambar 27. Hasil perhitungan volume OB DH 22

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH


22 adalah 690056 m3.

b) Volume Seam E
Gambar 28. Hasil perhitungan volume seam e DH 22

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 22 adalah 120840 m3.

c) Volume IB

Gambar 29. Hasil perhitungan volume IB DH 22

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 22 adalah 514400 m3.

d) Volume Seam F

Gambar 30. Hasil perhitungan volume seam f DH 22


Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 22 adalah 288400 m3.

5. Block DH 15
a) Volume OB

Gambar 31. Hasil perhitungan volume OB DH 15

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH


15 adalah 1245140 m3.

b) Volume Seam E

Gambar 32. Hasil perhitungan volume seam e DH 15

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 15 adalah 120840 m3.

c) Volume IB
Gambar 33. Hasil perhitungan volume IB DH 15

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 15 adalah 514400 m3.

d) Volume Seam F

Gambar 34. Hasil perhitungan volume seam F DH 15

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 15 adalah 288400 m3.

6. Block DH 21
a) Volume OB

Gambar 35. Hasil perhitungan volume OB DH 21


Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH
21 adalah 973125 m3.

b) Volume Seam E

Gambar 36. Hasil perhitungan volume seam e DH 21


Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 21 adalah 120840 m3.

c) Volume IB

Gambar 37. Hasil perhitungan volume IB DH 21

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 21


adalah 514400 m3.

d) Volume Seam F
Gambar 38. Hasil perhitungan volume seam F DH 3

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 21


adalah 288400 m3.

7. Block DH 3
a) Volume OB

Gambar 39. Hasil perhitungan volume OB DH 3

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH 3


adalah 1380439.737 m3.

b) Volume Seam E
Gambar 40. Hasil perhitungan volume seam e DH 3

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 3 adalah 117600 m3.

c) Volume IB

Gambar 41. Hasil perhitungan volume IB

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 3


adalah 517640 m3.

d) Volume Seam F

Gambar 42. Hasil perhitungan volume seam f DH 3

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam f pada block
DH 3 adalah 288400 m3.

8. Block DH 4
a) Volume OB
Gambar 43. Hasil perhitungan volume OB DH 4

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH 4


adalah 758747.030 m3.

b) Volume Seam E

Gambar 44. Hasil perhitungan volume seam e DH 4

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH 4 adalah 120840 m3.

c) Volume IB

Gambar 45. Hasil perhitungan volume IB DH 4


Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 4
adalah 514400 m3.

d) Volume Seam F

Gambar 46. Hasil perhitungan volume seam f DH 4

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH 4


adalah 288400 m3.

9. Block DH 16
a) Volume OB

Gambar 47. Hasil perhitungan volume OB DH 16

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH16
adalah 1357299.392 m3.
b) Volume Seam E

Gambar 48. Hasil perhitungan volume seam e DH 16

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam e pada block
DH16 adalah 120840 m3.

c) Volume IB

Gambar 49. Hasil perhitungan volume IB DH 16

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH16
adalah 514400 m3.

d) Volume Seam F
Gambar 50. Hasil perhitungan volume seam f DH 16

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam f pada block
DH16 adalah 288400 m3.

10. Block DH 10
a) Volume OB

Gambar 51. Hasil perhitungan volume OB DH 10

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH10
adalah 1128931.294 m3.

b) Volume Seam E
Gambar 52. Hasil perhitungan volume seam e DH 10

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume OB pada block DH10
adalah 160840 m3.

c) Volume IB

Gambar 53. Hasil perhitungan volume IB DH 10

Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume IB pada block DH10
adalah 474400 m3.

d) Volume Seam F

Gambar 54. Hasil perhitungan volume seam f


Dari hasil hitungan diatas didapatkan bahwa volume seam f pada block
DH10 adalah 328400 m3.

Berikut merupakan table hitungan volume ob, volume seam e, volume IB dan
volume seam f beserta total volumenya masing – masing menggunakan metode
perhitungan volume cut and fill :

Tabel 1. Hasil perhitungan volume

ID V_OB V_Seam E V_IB V_Seam F


DH 27 1717447 203640 514400 288400
DH 25 1153406 120840 514400 288400
DH 23 1128575 120840 474400 288400
DH 22 690056 120840 514400 288400
DH 15 1245140 120840 514400 288400
DH 21 973125 120840 514400 288400
DH 3 1380439.74 117600 517640 288400
DH 4 758747.03 120840 514400 288400
DH 16 1357299.39 120840 514400 288400
DH 10 1128931.29 160840 474400 328400
Total 11533166.5 1327960 5067240 2924000

Berdasarkan table diatas volume OB total yang dihasilkan adalah 11533166.5


m3, volume total seam e yang ada adalah 1327960 m3, volume total IB yang terdapat
adalah 5067240 m3, dan volume total seam f adalah 2924000 m3.

Dari hasil hitungan volume metode cut and fill table 1 apa bila dilakukan
perbandingan dengan perhitungan volume metode manual, akan terlihat banyak
perbedaan hasil pada bagian volume OB. Hal ini dikarenakan pada perhitungan OB
secara manual, bidang topografi dianggap sebagai mendatar / planar sehingga
mengakibatkan hasil volume yang berbeda. Perbandingan hasil perhitungan volume
dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Perbandingan hasil perhitungan volume

Dapat dilihat dari table 2 bahwa terdapat selesih volume OB sebesar 1941486.5
m3, selisih volume seam e sebesar 440 m3, selisih total volume IB sebesar 3240 m3 dan
selisih total volume seam f adalah sebesar 0 m3, artinya volume seam f yang dihasilkan
dari kedua metode adalah sama.

Peta Sebaran Bor

Pada pratikum kali ini dapat dibuat peta persebaran titik bor dengan memiliki
informasi berupa simbol titik bor, ID, volume OB, volume seam e, volume IB dan
volume seam f. Akan tetapi pada pratikum ini dihasilkan dua buah data volume yang
dihasilkan dari dua buah metode yaitu metode manual dan metode cut and fill. Pada
perhitungan secara manual topografi didefinisikan seabgai bidang planar dan mendatar.
Berikut merupakan peta sebaran titik bor ang dihasilkan :
Gambar 55. Peta persebaran titik bor

Apabila peta persebaran titik bor dizoom hingga menampilkan lokasi titik bor
maka dapat dilihat informasi simbol titik bor, ID, volume OB, volume seam e, volume
IB dan volume seam f seperti berikut :

Gambar 56. Informasi dalam peta sebaran titik bor

Jika pada suatu area ada ratusan titik bor, maka untuk melakukan otomatis
calculate adalah dengan menggunakan menu menu StringMaths yang bisa dilakukan
untuk menambahkan deskripsi secara otomatis berdasarkan expression yang
digunakan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan pratikum kali ini akan
dijabarkan melalui poin – poin berikut :

1. Dalam melakukan pengkuran volume seam batubara disuatu pertambangan


diperlukan adanya data DTM permukaan serta DTM lapisan roof dan floor antar
setiap seam batubara.
2. Ketika melakukan perhitungan volume untuk menentukan volume OB/IB
maupun volume seam dapa digunakan metode cut and fill.
3. Apabila data topografi yang tersedia belum mencakup seluruh wilayah block,
maka dapat dilakukan merge antar layer topografi dengan block yang kemudian
dilakukan pembuatan DTMnya
4. Hasil perhitungan volume menggunakan excel dapat di import kedalam kedalam
surpac dengan menggunakan menu import
5. Terdapat perbedaan hasil hitungan volume antara metode manual dengan
metode cut and fill. Hal ini diakibatkan oleh perhitungan metode manual
mendefinisikan topografi permukaan sebagai bidang datar yang planar.

IV.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam pelaksanaan pratikum kali ini adalah
sebagai berikut :

1. Diperlukan mempelajari bahan dan modul pratikum dengan lebih cermat


2. Perlu diperhatikan kembali apakah blok yang dikerjakan sudah didefinisikan
sebagai clock-waise atau belum
3. Karena pada pengukuran volume menggunakan metode cut and fill memerlukan
data string boundary awal, maka perlu diperhatikan nomor string yang
digunakan sebagai boundary awal.
4. Diperlukan mengingat kembali materi – materi pratikum sebelumnya karena
pada pratikum kali ini banyak mengulang materi dari minggu sebelumnya.
5. Diharapkan memperhatikan overlay antar block dan topografi karena belum
tentu semua block dapat dicover data topografi secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Heru. 2017. Evaluasi Kinerja Bulldozer Ripper dan Excavator Backhoe
Untuk Memenuhi Target Produksi Pada Pengupasan Overburden di PT. Ulima Nitra Job Site
PT.MME , Tanjung Enim. Skripsi. Universitas Sriwijaya : Palembang.

Martiana D.N, Prasetyo Y, Wijaya A.P. 2017. Analisis Akurasi DTM Terhadap
Penggunaan Datapoint Cloudsdari Foto Udara Dan Las Lidar Berbasis Metode Penapisan
Slope Based Filteringdan Algoritma Macroterrasolid. Jurnal Geodesi UNDIP. 6(1) : 293 – 302.

Modul Pratikum Survei Pertambangan Minggu Ke-10. 2021. Teknik Geodesi UGM :
Yogyakarta.

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Fakultas Teknik Universitas Pakuan :


Pakuan.

Purwati, Dwi Nur. 2020. Pengukuran Topografi Untuk Menghitung Volume Cut And
Fill Pada Perencanaan Pembangunan Perumahan Di Km. 10 Kota Balikpapan. Skripsi.
Politeknik Negeri Balikpapan : Balikpapan.

Sari, A. S., Basuki, M., & Iriawan, S. A. 2017. Pemodelan Perhitungan Cadangan
Batubara Dengan Perangkat Lunak Pada PT. Mitra Abadi Mahakam Provinsi Kalimantan
Selatan. Journal of Information Technology. 2(2) : 11–20.

Anda mungkin juga menyukai