Anda di halaman 1dari 32

PERSIAPAN TANAH

DASAR
(SUBGRADE)
ROSELINA RAHMAWATI S.ST., M.T
Persiapan Tanah Dasar (Sub Grade)
untuk Badan dan Bahu Jalan

 Yang dimaksud lapis tanah dasar (sub grade)


adalah bagian badan jalan yang terletak di bawah
lapis pondasi bawah atau pondasi atas yang
merupakan landasan atau dasar konstruksi
perkerasan jalan. Lapis tanah dasar meliputi lebar
badan jalan lalu lintas, median dan bahu jalan
Pekerjaan Galian Tanah

Pekerjaan galian adalah mengurangi tanah dari elevasi


tanah asli yang lebih tinggi hingga mencapai elevasi dari
tanah yang direncanakan. Pekerjaan ini galian tanah ini
mencakup penggalian, penanganan pembuangan tanah
padas atau material lainnya dari badan jalan atau
sekitarnya
Alat yang digunakan

 Excavator, digunakan  Dump Truck digunakan


untuk menggali tanah, untuk mengangkut
memindahkan, tanah hasil galian.
meratakan dan
memuat material
Persyaratan Material untuk galian

a) Tanah dasar yang berdaya dukung sedang harus digali


sampai kedalaman yang ditunjukkan dalam gambar
rencana.
b) Tanah ekspansif harus dibuang sampai kedalaman 1 m
dibawah elevasi permukaan tanah dasar rencana.
c) Galian harus tetap dijaga agar bebas dari air pada
setiap saat terutama untuk tanah lunak, organik, gambut
dan ekspansif untuk memperkecil dampak
pengembangan.
Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan
Pekerjaan

Pemeliharaan
Galian Tanah
Pelaksanaan Pekerjaan Galian Tanah

(a) Menempatkan patok-patok untuk tepi galian dan patok


untuk elevasi dasar galian sesuai Gambar Kerja.
(b) Jika pembuangan tanah ini terlalu banyak/tinggi maka
penggalian dilakukan secara bertahap.
(c) Apabila penggalian dilakukan secara bertahap, dilakukan
pengecekan elevasi dengan menggunakan Waterpass untuk
mengetahui ketebalan yang sudah digali dan yang akan digali sampai
didapat elevasi yang direncanakan,

(d) Jika tebal galian tinggal ± 20 cm dari elevasi rencana, selanjutnya


dapat langsung dipadatkan dengan menggunakan Vibratory Roller
sampai dengan elevasi rencana dan memenuhi CBR yang dikehendaki
atau yang telah disetujui oleh Direksi teknik,
Pelaksanaan Pemadatan

Pemadatan Galian Tanah


Pola Pemadatan Tanah
Pola Pemadatan Galian Tanah pada Bagian Lurus

Pola Pemadatan Galian Tanah pada Bagian Menikung


Pemeliharaan galian tanah
Hasil dari galian agar dijaga keamanannya agar tidak terjadi
longsoran yang dapat menutup elevasi rencana. Apabila
terjadi kerusakan pada daerah galian maka segera
diperbaiki dan dilakukan pemadatan. Sebagaimana
ditunjukan pada Gambar Berikut

Keterangan :
1. Penggalian tanah
2. Pengangkutan tanah galian
3. Pembuangan tanah ketempat
yang telah ditentukan, diangkut
dengan dump truck
Pekerjaan Timbunan Tanah

 Timbunan tanah merupakan usaha penimbunan tanah


pada bagian yang mempunyai ketinggian kurang dari
elevasi rencana. Pekerjaan timbunan tanah ini mencakup
pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah
Spesifikasi Alat

Dump Truck Motor Grader


 Dump Truck  Motor Grader
digunakan untuk digunakan untuk
mengangkut tanah meratakan tanah
ketempat timbunan timbunan
Spesifikasi Alat

Vibratory Roller Water Tank


 Vibratory Roller  Watertank Truck digunakan untuk
menambahkan air apabila kadar
digunakan untuk
air pada tanah timbunan yang
memadatkan tanah akan dipadatkan kurang atau
timbunan tidak memenuhi persyaratan
kadar air optimum (W optimum)
Spesifikasi Bahan
 Timbunan terdiri dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh
Pengguna Barang/Jasa sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan
dalam pekerjaan permanen tersebut.
 Material yang dipakai untuk timbunan adalah tanah dari pekerjaan galian yang
sudah dilakukan pengujian di laboratorium dan memenuhi syarat untuk bahan
timbunan.
 Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI 03-6797-2002. Sebagai tambahan,
timbunan untuk lapisan ini bila diuji harus memiliki CBR tidak kurang dari 6% setelah
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum seperti yang
ditentukan oleh SNI 1744 2012.
 Tanah sangat expansive yang memilik nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat
pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai “very high” atau “extra
high”, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah
perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI (SNI 03-1966-1989).
Prosedur Pelaksanaan
a. Mempersiapkan tanah bahan timbunan pada lokasi
penimbunan, dapat dilihat pada Gambar berikut

b. Bahan timbunan dibawa ke permukaan yang telah


disiapkan dan diratakan dengan Motor Grader.
c. Penimbunan dilakukan secara bertahap selapis demi selapis dan kemudian
dipadatkan, dengan jumlah lintasan yang telah ditentukan berdasarkan hasil
trial dilapangan, dengan nilai CBR yang direncanakan atau yang disetujui oleh
Direksi Teknik.
d. Pemadatan dilakukan dengan tebal rata-rata tiap lapis adalah 20 cm dalam
keadaan padat. Penimbunan dan Pemadatan Lapis demi Lapis ditunjukan
pada Gambar berikut

Pemadatan Timbunan Tanah ditunjukan pada Gambar berikut


e. Pemadatan tanah timbunan menggunakan Vibratory Roller.
f. Untuk mengetahui apakah timbunan tersebut sudah
mencapai elevasi rencana perlu dilakukan pengecekan
dengan menggunakan Waterpass, dapat dilihat pada berikut
(g) Timbunan harus memenuhi ketinggian yang telah ditentukan dan
juga memenuhi bentuk yang disyaratkan.
(h) Water Tanker disemprotkan pada tanah timbunan hingga mencapai
kadar air optimum, setelah itu dilakukan pemadatan kemudian diuji
untuk diketahui nilai kepadatannya.
(i) Pemadatan timbunan harus dilasanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai
1 % diatas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan
sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh
bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03 – 1742- 1989
(j) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan , lalu lintas
alat-alat konstruksi dapat dilewatkan diatas pekerjaan timbunan dan lajur
yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan
pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
(k) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai SNI 03-142-1989. Lapisan tanah pada kedalaman 30
cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai
dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
(l) Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih
dari 200 m.
Pemeliharaan timbunan tanah
 Hasil dari penimbunan selalu dikontrol agar tidak
mengalami perubahan atau kerusakan sebelum
dilakukan pengerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub
Base). Pemeliharaan ini dilakukan agar timbunan
tanah dasar jalan dapat menopang pondasi
bawah dan kontruksi diatasnya.
Pengujian Untuk pekerjaan Tanah
Lapis perkerasan Jalan
1. Pengujian sand cone
2. Pengujian CBR
1. UJI SANDCONE
1.1 Pendahuluan
Di lapangan setelah pekerjaan pemadatan dilaksanakan, maka untuk mengetahui mutu
pemadatan, dilakukan pemeriksaan terhadap derajad kepadatannya, dimana semakin tinggi
derajad kepadatan semakin baik mutu pemadatan yang dicapai.

Yang dimaksud derajad kepadatan ( D ) adalah prosentase perbandingan antara kepadatan


tanah di lapangan ( d lap ) dengan kepadatan standard. Sebagai kepadatan standard adalah d
maksimum yang diperoleh dari percobaan pemadatan/kompaksi di laboratorium.

Sehingga derajad kepadatan ( D ) dapat pula dinyatakan sebagai :


d
D =
lapangan
x 100 %
d max laboratorium

Kepadatan tanah di lapangan (d lapangan ) dapat diketahui apabila kita mengetahui berat isi basah
( m ) dan kadar air ( w ) tanah tersebut.

Hal ini sesuai dengan rumus :

m
d =
1+ w
Salah satu cara untuk menentukan m di lapangan adalah dengan membuat lubang kecil pada
tanah yang telah dipadatkan selanjutnya dicari berat tanah hasil galian lubang dan volume
lubang galian.

Permukaan tanah

Lubang

Gambar IV-1: Penampang tanah uji Sandcone


Berat tanah galian dapat diketahui dengan menimbang langsung tanah hasil galian tersebut ( w
tanah ), yang menjadi masalah adalah bagaimana mengetahui volume lubang galian, karena
bentuk lubang biasanya tidak beraturan.
Untuk itu, salah satu cara pengukuran volume adalah dengan mengisikan pasir kwarsa ke dalam
lubang galian hingga penuh, dengan menggunakan alat sandcone, yang terdiri dari sebuah botol
berisi pasir kwarsa yang dilengkapi dengan corong dan kran.

Alat sandcone

Permukaan tanah

Lubang

Gambar IV-2: Cara Uji Sandcone

Apabila kita mengetahui berat pasir untuk mengisi lubang hingga penuh ( w pasir ) dan berat
satuan pasir (p ) maka volumelubang dapat ditentukan.
W pasir
volume lub ang =
 pasir

Dengan demikian besarnya berat isi basah dari tanah yang dipadatkan dapat diketahui.
W tan ah W tan ah x 
m = atau  m =
pasir

Vol lub ang W pasir


Selanjutnya tanah hasil galian lubang ditentukan kadar airnya sehingga diperoleh nilai
prosentase(%) dan akhirnya nilai kepadatan lapangan di dapat dengan perhitungan :
m
d =
1+ w
lap

1.2 Tujuan
Menentukan mutu pemadatan di lapangan yang dinyatakan dalam derajad kepadatan.
1.3 Peralatan dan Bahan yang Digunakan
• Alat sandcone yang terdiri dari : botol untuk tempat pasir, corong kalibrasi, dan pelat
berlubang di tengahnya.
• Peralatan kecil : palu, sendok, kwas, pahat dan peralatan kadar air.
• Timbangan kapasitas 500 gram ketelitian 0,1 gram
• Timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 1,0 gram
• Pasir kwarsa dalam keadaan bersih dan kering

1.4 Benda Uji


Tanah di lapangan yang telah dipadatkan.

1.5 Prosedur
1.5.1 Menentukan isi botol pasir
i. Timbang alat (botol + corong) = W1 gram
ii. Letakkan alat dengan botol di bawah, buka kran dan isi dengan air jernih sampai penuh
di atas kran. Tutup kran dan bersihkan kelebihan air.
iii. Timbang alat yang berisi air, W2 gram. Berat air + isi botol pasir
iv. Lakukan langkah ii dan iii tiga kali dan ambil harga rata-rata dari ketiga hasil. Perbedaan
masing-masing pengukuran tidak lebih dari 3 cc.

1.5.2 Menentukan berat isi pasir (  pasir )


i. Letakkan alat dengan botol di bawah pada dasar yang rata, tutup kran dan isi corong
pelan-pelan dengan pasir.
ii. Bukalah kran, isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama pengisian corong selalu
berisi paling sedikit setengahnya.
iii. Tutup kran, bersihkan kelebihan pasir di atas kran timbang = W3 gram.
iv. Lakukan pekerjaan (i) sampai dengan (iii) tiga kali dan ambil harga rata-ratanya.

1.5.3 Menentukan berat pasir dalam corong


i. Isi botol secukupnya dan timbang = W4 gram
ii. Letakkan alat dengan corong di baah pada plat berlubang, pada dasar yang rata.
iii. Buka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir.
iv. Tutup kran, timbanglah alat berisi sisa pasir = W5 gr.
v. Lakukan berat pasir yang ada dalam corong = W4 – W5 gr.
vi. Lakukan pekerjaan (i) sampai dengan (v) tiga kali dengan W4 yang berbeda-beda.

1.5.4 Menentukan berat isi tanah ( m )


i. Isi botol dengan pasir secukupnya.
ii. Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa kepadatannya. Letakkan pelat berlubang
pada permukaan yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan paku di keempat sisinya.
iii. Galilah lubang sedalam 10 – 15 cm
iv. Seluruh tanah hasil galian dimasukkan ke dalam kaleng yang tertutup yang telah
diketahui beratnya = W9 gram dan timbanglah kaleng dan tanah = W8 gram.
v. Letakkan alat pada tempat ii dengan corong ke bawah di atas pelat berlubang dan buka
kran pelan-pelan, sehingga pasir mengalir ke dalam lubang. Setelah pasir berhenti
mengalir, tutup kran kembali dan timbang alat dengan sisa pasir = W1 gram.
vi. Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan kadar air w %.

1.6 Perhitungan

Isi botol = berat air = ( W2 – W1 ) cc


(W2 − W1 )
Berat isi pasir = p = gr / cc
(W2 − W1 )
Berat pasir dalam corong = ( W4 – W5 ) gr
Berat pasir dalam lubang = ( W6 – W7 ) – ( W4 – W5 ) gr
= W10 gr
W 10
Volume lubang = =V cc
P
Berat tanah = W8 – W9 gr
W8 − W9
Berat isi tanah = m = gr / cc
Ve
m
Berat isi kering = d = gr / cc
1+ w
d lap
Derajad kepadatan di lap. D = x 100 %
d lab
Catatan :
• Dalam pemeriksaan ini jangan sampai ada getaran-getaran.
• Dalam pengisian pasir, baik ke dalam wadah pasir maupun ke dalam lubang, harus
dilakukan dengan pelan-pelan agar pasir tidak memadat se tempat.
• Penentuan berat isi pasir tersebut dilakukan pada setiap penggantian jenis pasir yang baru
atau apabila pasir tersebut telah lama dipergunakan.
1.7 Daftar Pustaka

Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta. 1976.
Joseph, E, Bowles. Engineering Properties and Their Measurement, Mc. Graw Hill Book
Company, USA. 1970.
Departemen PU, SKSNI Panduan Pengujian Tanah : Yayasan badan Penerbit PU
2. CBR LAPANGAN
2.1 Pendahuluan
CBR Lapangan merupakan pengujian nilai CBR yang langsung dilakukan di lapangan. Nilai CBR yang
didapat hanya berlaku untuk tingkat kepadatan tanah dan kadar air pada saat pengujian dilakukan,
seperti halnya nilai CBR Laboratorium yang berlaku pula untuk suatu nilai kepadatan dan kadar air
tertentu.

2.2 Tujuan
Menentukan besarnya nilai CBR tanah di lapangan.

2.3 Peralatan
• Beban reaksi berupa meja pemberat
• Dongkrak mekanis / hydroulis
• Piston Penetrasi
• Batang penyambung
• Proving ring
• Dial penetrasi
• Balok duga
• Keping beban diameter 25 cm berlubang di tengahnya
• Stopwatch
• Peralatan penentuan kadar air
• Peralatan lain seperti : alat penggali dan perata

2.4 Pelaksanaan Percobaan


a. Areal tanah / perkerasan yang akan diuji dibersihkan hingga jarak diameter 30 cm. Ratakan
dan buat horisontal.
b. Tempatkan meja pemberat sedemikian sehingga dongkrak CBR nantinya tepat berada di
atas areal yang akan diperiksa.
c. Pasang dongkrak CBR dan proving ring serta piston penetrasi sehingga piston penetrasi
berada 1 atau 2 cm dari permukaan tanah yang akan diuji.
d. Letakkan keping beban sentris di bawah piston penetrasi sehingga piston penetrasi tepat
masuk ke dalam lubang keping beban.
e. Pasang balok duga berikut tripotnya.
f. Pasang arloji penetrasi dan sentuhkan dengan balok duga.
g. Turunkan piston penetrasi pada permukaan tanah sehingga piston penetrasi memberikan
beban awal sebesar yang diberikan oleh keping beban.
h. Atur jarum dial proving ring atau dial beban dan dial penetrasi sehingga menunjuk angka
nol.
i. Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati 1,25 per
menit. Catat pembacaan beban pada penetrasi 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4; 5; 6; 7,5; 9; 10;
12,5 mm.
j. Lepaskan beban, apabila dibutuhkan tentukanlah kadar air dan berat isi dari tanah yang
diuji.

2.5 Perhitungan
a. Gambarkan grafik hubungan antara beban penetrasi dan penetrasi. Jika bagian awal dari
grafik ini cekung ke atas, maka harus diadakan koreksi terhadap titik nol (lihat gambar
grafik pada tes CBR Laboratorium).
b. Nilai CBR, dihitung pada penetrasi 2,5 mm dan 5,0 mm (seperti halnya pada CBR
Laboratorium). Bila nilai CBR pada penetrasi 5,0 mm lebih besar dari pada penetrasi 2,5
mm, maka percobaan harus diulangi. Kedua nilai CBR tersebut harus disertakan dalam
laporan.
2.6 Daftar Pustaka
a. Joseph Bowles. 1977. Engineering Properties of Soil and Their Measurement. New York
: Mc. Graw Hill Book Company.
b. ELE International. Catalog. Material Testing Devision. England.
c. Departemen PU, SKSNI Panduan Pengujian Tanah : Yayasan badan Penerbit PU

Anda mungkin juga menyukai