Anda di halaman 1dari 29

SPESIFIKASI TEKNIK

INSTITUSI : KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL


PERHUBUNGAN DARAT BALAI PENGELOLA
TRANSPORTASI
DARAT WILAYAH XVIII PROV. SULAWESI TENGGARA
KEGIATAN : PENINGKATAN/REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG
TIPE A PUUWATU TAHAP II
NOMOR KONTRAK : KU.003/89/I/BPTD-SULTRA/2021
TGL. KONTRAK : 16 FEBRUARI 2021
NILAI KONTRAK : Rp. 16.946.870.000,-
KONTRAKTOR : PT. GUNAKARYA NUSANTARA
SUPERVISI : PT. TRI ARTA CONSULINDO

Pekerjaan Halaman/Landscape
1.1. Pekerjaan Galian Persiapan Landscape
1.1.1. Umum
A. Uraian
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini;
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pengupasan dan pembuangan bahan galian
tanah biasa pada area landscape, dan umumnya untuk pembentukan profil dan
penampang yang sesuai dengan rencana anggaran biaya dan memenuhi garis,
ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas
Lapangan;
3. Untuk keperluan pembayaran, berlaku untuk semua jenis galian yang dilakukan
sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan galian dapat berupa galian tanah biasa
dan galian tanah lumpur/jenis tahah yang berada di lokasi pekerjaan;
4. Galian tanah biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan
sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan
galian perkerasan beraspal.
B. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian tidak boleh berbeda lebih dari 2
cm dari yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas Lapangan pada setiap titik;
2. Permukaan galian tanah biasa yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin
pengaliran air yang bebas dari permukaan dan tanpa terjadi genangan.
C. Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan
1. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar, sebelum memulai pekerjaan,
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas
Pekerjaan, gambar detil penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli
sebelum operasi pembersihan dan pembongkaran, atau penggalian dilaksanakan;
2. Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas untuk setiap
galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan
bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum kedalaman galian,
sifat dan kekerasan bahan pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas;
3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas
suatu catatan tertulis tentang lokasi, kondisi dan kuantitas tanah yang akan dikupas
atau digali. Pencatatan pengukuran harus dilakukan setelah seluruh bahan tanah
biasa telah dikupas atau digali.
D. Pengamanan Pekerjaan Galian
1. Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan
pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di
sekitar lokasi galian;
2. Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian,
dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah
permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas
keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan dan kemajuan.
Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta
perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian;
3. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, sesuai
dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan;
E. Kondisi Tempat Kerja
1. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan
semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan
(pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding
penahan rembesan (cut-off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus
senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi
gangguan dalam pengeringan dengan pompa;
2. Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain
dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka
Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih
yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan
desinfektan yang memadai serta APD yang dibutuhkan dalampekerjaan ini.
F. Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
1. Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang telah ditentukan dalam
gambar kerja dan RAB sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus
diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut :
a) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi
toleransi yang disyaratkan;
b) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
atau lokasi yang mengalami kerusakan atau menjadi lembek, harus ditimbun
kembali dengan bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat sebagaimana
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan;
c) Lokasi galian tanah biasa dengan dimensi dan kedalaman yang melebihi yang
telah ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggunakan
bahan-bahan yang sesuai dengan kondisi perkerasan lama sampai mencapai
elevasi rancangan.
G. Utilitas Bawah Tanah
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh dan membayar
setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang
diperlukan dalam Kontrak;
2. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas
bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah
lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap
kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.
1.1.2. Prosedur Penggalian
A. Prosedur Umum
1. Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar Kerja atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus
mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama,
yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen;
2. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin
terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian;
3. Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm.
Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti juga ketentuan dalam speksifikasi
teknis.
B. Pengukuran
1. Pengukuran Galian Untuk Pembayaran
a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang
dipindahkan, setelah dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar
sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian
berikut ini :
1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85;
2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
factor pengembangan (swelling) 1,2.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil
tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian
akhir dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima.
Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan
penampang melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
b) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran
menurut pekerjaan ini akan tetap dibayar sebagai galian;
c) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor
sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini
dan terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor dengan
exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan dibayar;
d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi
oleh bidang- bidang sebagai berikut:
1) Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang
melalui titik terendah dari tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian
tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan
sifatnya;
2) Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi;
3) Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang
diuraikan di atas, tambahan galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau
karena sebab-sebab lain.
e) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang
melebihi 5 km harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat
dalam kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian
sampai lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.

1.2. Pekerjaan Urugan Tanah dan Pemadatan


1.2.1. Umum
A. Uraian
1. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi timbunan atau untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membuat bentuk dimensi timbunan, antara
lain ketinggian yang sesuai dengan persyaratan atau penampang melintangnya;
2. Segala perubahan dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis kepada
Konsultan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan untuk
memulai pekerjaan.
B. Survey
1. Sebelum pekerjaan timbunan dimulai, harus dilakukan survei topografi. Level yang
disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh Konsultan dan Kontraktor;
2. Kontraktor harus membuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan
penampang dengan skala yang disetujui oleh konsultan. Gambar penampang harus
pada interval 25 m. Konsultan harus memverifikasi dan memeriksa gambar tampak
dan penampang.
C. Peralatan
1. Kontraktor harus mengajukan metoda kerja termasuk output kerja harian, jumlah,
tipe dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada Konsultan;
2. Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.

1.2.2. Pekerjaan Timbunan


A. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan
tanah atau bahan-bahan butiran yang disetujui untuk timbunan atau pengurugan
kembali pada lokasi yang akan ditimbun. Galian dan urugan atau timbunan, pada
umumnya diperlukan sesuai garis kelandaian dan ketinggian dari penampang
melintang yang telah disetujui;
2. Timbunan/urugan kering memakai material seperti yang disyaratkan dan memenuhi
kepadatan yang disyaratkan pada spesifikasi ini.
B. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan
melebihi tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau
disetujui;
2. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup halus dan rata
serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari air
permukaan;
3. Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil yang
ditentukan dengan melebihi 100 mm dari ketebalan yang dipadatkan;
4. Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang dipadatkan
melebihi 300 mm.
C. Standar Rujukan
1. Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian di bawah pengawasan Konsultan
dan harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu setelah masing-masing
pengujian dilaksanakan;
2. Pengujian mencakup:
a) Analisis Saringan : AASHTO T 88 - 78, ASTM D422;
b) Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 - 74, ASTM D698, D1557;
c) Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 - 68, ASTM D423;
d) Penetapan Batas Plastis dan Index Plastisitas Tanah : AASHTO T 90 - 70,
ASTM D424;
e) CBR.: AASHTO T 193-72, ASTM D1883-73;
f) Sand cone.: ASTM D-1556;
g) Test Mineralogi.
D. Pengajuan Persetujuan Pekerjaan
1. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan sebelum suatu
persetujuan untuk memulai pekerjaan dapat diberikan oleh Konsultan, yakni :
a) Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan yang
dipersiapkan bagi timbunan yang akan ditempatkan;
b) Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil pemadatan yang baik dari
permukaan yang dipersiapkan dimana timbunan itu akan ditempatkan;
c) Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut pada konsultan sekurang-
kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum tanggal yang diusulkan dari
penggunaan bahan-bahan yang diajukan untuk digunakan sebagai timbunan,
yang meliputi :
1) Dua contoh masing-masing seberat 50 kg dari bahan-bahan, salah satu akan
ditahan oleh konsultan untuk rujukan selama periode kontrak;
2) Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang
diusulkan untuk digunakan sebagai timbunan bersama dengan data
pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut
memenuhi sifat yang ditentukan.
d) Kontraktor harus mengajukan hal berikut secara tertulis kepada Konsultan
segera setelah penyelesaian setiap bagian pekerjaan dan sebelum setiap
persetujuan diberikan untuk penempatan bahan-bahan lain di atas timbunan,
yakni :
1) Hasil pengujian kepadatan;
2) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran membuktikan
bahwa permukaan berada dalam toleransi yang ditentukan.
E. Kondisi Tempat Kerja
1. Kontraktor harus menjamin lahan pekerjaan selalu kering sebelum dan selama
pekerjaan pemadatan.
2. Timbunan harus mempunyai kemiringan yang cukup untuk menunjang sistem
drainase dari aliran air hujan dan pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase
yang baik. Air dari tempat kerja harus dikeluarkan ke dalam sistem drainase
permanen. Penjebak lumpur harus disediakan pada sistem drainase sementara yang
mengalirkan ke dalam sistem drainase permanen.
3. Kontraktor harus menjamin pada tempat kerja suatu persediaan air yang cukup
untuk pengendalian kelembaban timbunan selama operasi pemadatan.
F. Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat
1. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan
atau disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan, harus diperbaiki
dengan menggaruk permukaan tersebut dan membuang atau menambah bahan-
bahan sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan pemadatan kembali.
2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan dalam batas kadar air yang
ditentukan atau sebagaimana diarahkan oleh konsultan, harus dikoreksi dengan
menggaruk bahan-bahan disusul dengan penyiraman dengan jumlah air secukupnya
dan mencampur secara keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader) atau
peralatan lain yang disetujui.
3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan dalam batas kadar air yang
ditetapkan atau sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, harus dikoreksi dengan
menggaruk bahan-bahan disusul dengan pengerjaan dengan mesin perata berulang-
ulang atau peralatan lainnya yang disetujui, dengan selang istirahat antara
pekerjaan, di bawah kondisi cuaca kering. Kalau tidak atau bila pengeringan yang
cukup tak dapat dicapai dengan pengerjaan dan membiarkan bahan terlepas, maka
Konsultan dapat memerintahkan agar bahan-bahan tersebut dikeluarkan dari
pekerjaan dan diganti dengan bahan-bahan kering yang memadai.
4. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya setelah
dipadatkan secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak
akan memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan
permukaan masih memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini.
5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan sifat atau kepadatan bahan-
bahan dari spesifikasi ini sebagaimana yang diarahkan oleh Konsultan, harus
dilakukan pemadatan tambahan, penggarukan kemudian disusul dengan pengaturan
kadar air dan pemadatan kembali atau pembuangan dan penggantian bahan-bahan.
G. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau lainnya
harus ditimbun kembali oleh Kontraktor tanpa penundaan dan dipadatkan sampai
persyaratan toleransi permukaan dan kepadatan dari spesifikasi ini.
H. Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun, dan
tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar air
bahan-bahan material berada di luar batas yang ditentukan.
I. Royalti Bahan-Bahan
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik, Kontraktor harus membuat
semua pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan royalti kepada
pemilik tanah dan pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan
J. Bahan-Bahan
1. Sumber Bahan-Bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
2. Bahan Timbunan
a) Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan disetujui oleh
Konsultan sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan dalam
pekerjaan permanen.
b) Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat tinggi yang
mempunyai suatu nilai aktivitas lebih besar daripada 1,0 atau suatu derajat
pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi
atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai Aktivitas
harus diukur sebagai Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dan Persentase
Ukuran Tanah Liat (AASHTO T88).
c) Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus lebih kecil
dari 15 % dan batas cair, LL harus lebih kecil dari 45% (AASHTO T90).
d) Bahan-bahan timbunan tidak mengandung mineral Montmorillonite yang
ditunjukkan dari hasil test mineralogi.
e) Material yang telah dipadatkan menurut Modified Proctor, harus memiliki:
1) Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah yang dijenuhkan lebih
besar dari 60 kPa atau sample tanah kering setelah dipadatkan > 120 kPa.
2) Specific Grafity (Gs) lebih besar dari 2,6
3) Kepadatan kering minimum harus mencapai kepadatan minimal 95 %
Modified Proctor maximum density untuk bahan timbunan umum, dan 98 %
Modified Proctor maximum density untuk bahan timbunan subgrade jalan.
K. Penempatan dan Pemadatan Timbunan
1. Persiapan Tempat Kerja
a) Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi
pembersihan dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal
pada waktu pembongkaran akar pohon harus telah diselesaikan dan bahan-bahan
yang tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan sebagaimana telah
diperintahkan oleh Konsultan. Seluruh areal harus diratakan secukupnya
sebelum penimbunan dimulai.
b) Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka daerah
pondasi timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh (termasuk
penggarukan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan
atas 150 mm dari tanah memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk
timbunan yang akan ditempatkan di atasnya.
c) Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan pada
timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk
membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung
peralatan pemadatan sewaktu timbunan ditempatkan dalam lapisan horisontal.
2. Penempatan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan
disebarkan merata serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan
lapisan yang diberikan. Di mana lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan,
maka lapisan tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
b) Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan ke
permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah
timbunan tidak akan diizinkan selama musim hujan, dan pada waktu lainnya
hanya dengan izin tertulis dari Konsultan.
c) Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus
dipersiapkan dengan mengeluarkan semua tumbuhan permukaan dan harus
dibuat terasering sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang baru terikat
pada timbunan yang ada hingga disetujui oleh Konsultan. Timbunan yang
diperlebar kemudian harus dibangun dalam lapisan horisontal sampai pada
ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan sepraktis dan secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang
ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan permukaan.
d) Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan tumbuhan harus
dibuang dari permukaan atas di mana timbunan tersebut ditempatkan.
3. Pemadatan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan
harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak
serta disetujui oleh Konsultan sampai suatu kepadatan yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
b) Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan
berada dalam batas antara 2 % lebih daripada kadar air optimum (wet of
optimum). Kadar air optimum tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di
mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadatkan
c) Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 200 mm dari
bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak lebih besar dari 50
mm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas timbunan batuan. Lapisan
penutup ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk timbunan tanah.
d) Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana
ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Konsultan sebelum lapisan
berikutnya ditempatkan.
e) Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah sumbu
areal reklamasi dengan suatu cara yang sedemikian rupa sehingga setiap bagian
menerima jumlah pemadatan yang sama.
f) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat
biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-bahan lepas tidak
lebih dari 150 mm tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat
pemadat tangan mekanis (mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian khusus
harus diberikan guna menjamin pemadatan yang memuaskan untuk menghindari
rongga-rongga.
4. Perlindungan Timbunan Yang Sudah Dipadatkan
a) Kontraktor harus menjaga dan melindungi timbunan yang sudah dipadatkan dari
segala pengaruh yang merusak mutu timbunan.
b) Apabila Direksi Teknik memandang perlu, maka Direksi Teknik berhak
memerintahkan pengujian tambahan pada sebagian atau keseluruhan timbunan
yang sudah diuji dan diterima. Apabila terbukti bahwa timbunan tersebut
mengalami penurunan mutu sehingga tidak memenuhi Spesifikasi Teknik ini,
maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki timbunan tersebut
sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini, maka Kontraktor wajib atas biayanya
sendiri memperbaiki timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini
dan menanggung biaya pengujian yang diperintahkan Direksi Teknik.
L. Jaminan Kualitas
1. Pengawasan Kualitas Bahan
a) Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, tetapi
harus termasuk semua pengujian yang relevan yang telah ditentukan, sekurang-
kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber bahan-bahan yang diajukan yang
terpilih untuk mewakili serangkaian kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh
dari sumber tersebut.
b) Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang diajukan,
maka pengujian kualitas bahan-bahan tersebut harus diulangi lagi atas
kebijaksanaan tenaga Konsultan, dalam hal mengenal perubahan yang diamati
pada bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
c) Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa ke
tempat proyek. Jangkauan pengujian tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh
Konsultan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik timbunan yang diperoleh dari
setiap sumber.
2. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah
Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan adalah 100-300
mm. Pemadatan setiap lapis (lift) yang telah ditentukan harus mencapai kepadatan
minimal 95 % Modified Proctor maximum density pada kadar air optimum + 2%.
Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan untuk setiap 500 m2
pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan sesuai dengan ASTM D-1556 dan
bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa kepadatan kurang dari kepadatan
yang disyaratkan maka Kontraktor harus membetulkan pekerjaan tersebut.
3. Percobaan Pemadatan
a) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda
untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa
Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka
pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali dengan seizin
Konsultan Pengawas.
b) Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan
tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus
digunakan untuk menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat
pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang selanjutnya.
M. Pengukuran
1. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang dipadatkan
yang diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus didasarkan pada
gambar penampang melintang yang disetujui dari profil tanah atau profil galian
sebelum suatu timbunan ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan ketinggian
dari pekerjaan timbunan akhir yang ditentukan dan disetujui. Metoda perhitungan
volume bahan-bahan harus merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata, dengan
menggunakan penampang melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari
25 meter.
2. Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa dinyatakan sebagai
bagian dari pos pekerjaan tanah tidak akan diukur untuk pembayaran sebagai
timbunan di bawah bab ini.
3. Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dari konstruksi timbunan atau
untuk mengubur bahanbahan yang tidak memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak
akan dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
4. Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter kubik timbunan.
5. Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan sebagi drainase porous
akan diukur dan tidak akan dimasukkan ke dalam pengukuran timbunan di dalam
bab ini.

1.3. WET LEAN CONCRETE ( LANTAI KERJA )


A. Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, material, dan
pelaksanaan semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan lapisan perata
(leveling course) dan pekerjaan pelebaran perkerasan dengan wet lean concrete,
termasuk persiapan lapisan alas, pengangkutan dan penyiapan agregat,
pencampuran, pengadukan, pengangkutan, penuangan, pemadatan, finishing,
pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan insidental yang berkaitan. Semua
pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi, dan
instruksi Direksi Pekerjaan.
2. Lapisan Alas
Bila wet lean concrete ini ditentukan untuk levelling course, maka sebelum
dilaksanakan, lapisan alas harus bersih dari kotoran, lumpur, batu lepas, atau bahan
asing lainnya, dan diperiksa kepadatannya, kerataan finishing dan permukaannya
oleh Direksi Pekerjaan. Daerah yang tidak memenuhi ketentuan Spesifikasi harus
dibongkar, diperbaiki atau direkonstruksi sebagaimana perintah Direksi Pekerjaan.
Tidak ada pembayaran langsung untuk pekerjaan pembongkaran, perbaikan, atau
rekonstruksi ini, karena merupakan tanggung jawab Kontraktor.
3. Lapisan Alas Pasir (sand bedding)
Bila wet lean concrete ditentukan untuk pekerjaan pelebaran jalan, maka beton itu
harus diletakkan di atas alas yang sudah rata terdiri pasir alam setebal 4 cm. Pasir
alam yang tertinggal (tidak lolos) saringan No.200 dan yang fraksi halusnya
nonplastis, dapat digunakan. Pasir dengan kadar air yang memadai dihamparkan
diatas subgrade dan diratakan. Alas yang sudah rata harus dapat dipadatkan dengan
roller yang paling besar yang dapat dipakai. Sebelum pengerjaan wet lean concrete,
alas pasir harus dibasahi dengan air.
B. Bahan
Agregat, semen dan air harus memenuhi ketentuan minimal pada Spesifikasi ini.
Ukuran maksimum agregat harus dipilih oleh Kontraktor dan disesuaikan dengan
kebutuhan pemakaian wet lea concrete, dan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
C. Pencampuran dan Penakaran
Perbandingan jumlah semen dan agregat dalam kondisi kering jenuh (saturated surface
dry condition) harus memadai untuk memenuhi ketentuan kuat pecah beton menurut
Seksi ini, dan untuk menjaga konsistensi campuran.
D. Metode Konstruksi
1. Cetakan (acuan)
Wet lean concrete untuk levelling course harus dituang dalam cetakan baja atau
kayu secara cut off screeding, dengan landai dan elevasi tertentu.
2. Sambungan
Sambungan memanjang harus berjarak sekurang-kurangnya 20 cm dari sambungan
memanjang perkerasan beton yang akan dihampar diatasnya.Sambungan konstruksi
melintang dibuat pada akhir setiap pekerjaan pada hari itu, dan harus membentuk
permukaan vertikal melintang yang benar.
3. Pencampuran, Pengangkutan, Penghamparan dan Pemadatan
Wet lean concrete harus dicampur, diangkut, dituang, disebar dan dipadatkan
menurut ketentuan.
E. Pengendalian Kualitas di Lapangan
1. Pengujian Kekuatan
Untuk ini harus disediakan silinder uji tekan beton (compressive strength), dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, yang dibuat dari beton material wet lean concrete
yang diambil dilapangan. Satu silinder mewakili 50 m kubik wet lean concrete
yang dihamparkan, dan tidak kurang dari tiga silinder harus dibuat setiap hari.
2. Ketentuan Kuat Pecah Beton (crushing strength)
Kuat pecah beton rata-rata pada umur 7 hari dari setiap kelompok (group) contoh
(specimen) yang diambil pada setiap pelaksanaan pekerjaan tidak boleh kurang dari
35 kg/cm2. Bila rata-rata kuat pecah beton pada lebih dari satu kelompok diantara
lima kelompok yang berurutan ternyata kurang dari 35 kg/cm2, maka kadar semen
harus ditambah sesuai dengan persetujuan Direksi Pekerjaan, sampai hasilnya
menunjukkan bahwa campuran tersebut memenuhi syarat.
Bila ketentuan-ketentuan kuat pecah beton diikuti, nilai kuat pecah beton yang
rendah belum tentu menyebabkan hasil pekerjaan ditolak.
3. Kerataan Permukaan
Wet lean concrete harus dibentuk dan diselesaikan sesuai dengan garis, landai dan
penampang permukaan seperti tertera pada Gambar Rencana. Penyimpangan pada
permukaan yang sudah selesai tidak boleh lebih dari 3 cm dari elevasi yang
direncanakan. Penyimpangan permukaan ini juga tidak boleh lebih dari 1 cm pada
mal datar (straight edge) 3 m ketika diterapkan sejajar dengan dan tegak lurus dari
garis sumbu (centre line) badan jalan. Mal datar harus dipergunakan dengan cara
overlap ½ dari panjangnya. Perbedaan penyimpangan dari elevasi yang
dikehendaki untuk lapisan perata (levelling course) untuk perkerasan beton antara
dua titik dalam 20 m, tidak boleh lebih dari 1,5 cm.
4. Pemeliharaan
Peralatan atau pun kendaraan lalu lintas, termasuk kendaraan untuk keperluan
pelaksanaan, tidak boleh memasuki permukaan yang sudah selesai, selama 7 hari
pertama masa perawatan.
Setelah masa perawatan, peralatan dan kendaraan yang diperlukan untuk
meneruskan pekerjaan diperbolehkan memasuki daerah wet lean concrete.
Wet lean concrete harus dijaga agar selalu dalam kondisi baik, sebelum
menghamparkan lapisan berikutnya. Kerusakan akibat apa pun harus diperbaiki
dengan mengganti lapisan pada daerah itu, atas tanggungan biaya Kontraktor
sendiri.
F. Pengukuran
1. Metode Pengukuran
Jumlah wet lean concrete untuk levelling course akan dibayar berdasarkan jumlah
meter persegi dari levelling course itu, yang telah diselesaikan dan disetujui sesuai
dengan Gambar Rencana,Spesifikasi dan petunjuk Direksi Pekerjaan.
Alas pasir akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi lapisan alas yang sudah
selesai dan setujui.
Untuk penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan ketebalan lapisan dari
ketebalan minimum tidak ada tambahan pembayaran.

1.4. Pekerjaan Beton


1.4.1. Besi Tulangan
Semua besi tulangan yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan teknik dalam PBI ’71 NI-2.
Untuk tulangan pada slab harus dipergunakan besi anyaman dilas/welded steel wire
mesh dengan perpanjangan (elongation) minimal 12%, dengan menggunakan besi
jenis U50. Kekuatan las pada persilangan (kekuatan geser las), minimum harus
sebesar 50% dari kekuatan tarik besinya (gaya minimum untuk melepaskan kekuatan
geser las sebesar 50% dari gaya yang diperlukan untuk memutuskan batang besi
tulangan).
Semua jenis tulangan (anyaman atau batangan) yang akan dipergunakan harus bersih
dari kotoran-kotoran yang bisa merusak, kerak besi, karatan yang berat, cat, lemak,
atau sejenisnya, serta tidak boleh ada cacat pada waktu pembuatannya, seperti
berkeping atau retak-retak (fins and tears). Untuk karatan ringan sekedar warna besi
berubah, Pemborong tidak dituntut untuk membersihkannya, tetapi kerak-kerak besi
yang lepas dari karatan yang berat sehingga menjadi kerak, maka Pemborong harus
membersihkannya lebih dahulu sebelum dipergunakan.
Dalam hal tulangan akibat dari pembersihan kerak-kerak besi yang lepas dari karatan
berat, maka sejauh masih dapat dipergunakan oleh Pemborong harus disetujui Ahli
dan bilamana karatan terlalu berat sehingga kekuatannya sudah meragukan, maka
Ahli bisa memerintahkan kepada Pemborong untuk mengadakan uji ulang ke suatu
laboratorium yang telah disetujui oleh Ahli. Bilamana jumlah pesanan cukup banyak
untuk dikapalkan, maka inspeksi pengamatan mutu (pengambilan contoh dan
pengujian-pengujian besi tulangan) bisa dilaksanakan di sumber dari Penjual. Besi
Tulangan yang belum diinspeksi sebelum dikapalkan, harus diinspeksi setelah
barang tersebut sampai di tempat pekerjaan. Meskipun demikian, Ahli masih
mempunyai hak untuk pengambilan contoh lagi (resampling) secara random dan
mengadakan inspeksi semua besi beton yang berada di tempat pekerjaan, untuk
meyakinkan apakah telah sesuai dengan dengan spesifikasi standard.
Khusus jenis tulangan anyaman (welded steel wire mesh) :
1. Wire mesh yang digunakan adalah Wire mesh lembaran
2. Lembaran tulangan yang diletakkan pada suatu bidang yang rata harus juga
merupakan lembaran yang rata dan tidak bergelombang.
3. Pada umumnya tulangan yang lepas pada persilangan harus disingkirkan dari
lokasi. Pada bagian tengah lembaran tulangan yang lepas persilangan
diperbolehkan lepas sebanyak 5% saja, sedangkan dua batang ditepi sekelilingnya
tidak diperbolehkan sama sekali terlepas lasnya.
4. Untuk mencegah karat pada tulangan pipa setelah ditanam, harus dihindarkan
terhadap urugan tanah pada tulangan tersebut.
A. Surat Sertifikat
Pada setiap pesanan besi tulangan yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini,
Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi, yakni copy atau salinan hasil uji dari
setiap macam besi tulangan tersebut yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh orang
yang berwenang dari pabrik pembuatnya, Surat keterangan atau sertikat tersebut harus
memberikan penjelasan sebagai berikut :
1. Proses pengerolan (rolling process) terhadap besi tulangan yang dilaksanakan oleh
pabriknya.
2. Ciri-ciri atau identifikasi dari proses pemanasan tungku beserta bahan pembantu
yang dipergunakan, (seperti : jenis oksigen, dsb.), dari besi tulangan yang dirol.
3. Sifat-sifat chemis dan fisis dari proses pemanasan dari besi tulangan yang akan
dirol.
B. Identifikasi
Pabrik pembuatnya harus memasang label identifikasi yang jelas pada setiap ikatan
tulangan sebelum diadakan inspeksi. Label identifikasi tersebut harus menunjukkan
nomor pengujian dari pabrik pembuatnya beserta jumlah atau tanda-tanda pengenal lain
yang bisa menunjukkan jenis bahan seperti tercantum dalam surat sertifikat, pada setiap
ikatan tulangan.
C. Penimbunan besi Tulangan
Besi tulangan beton setiap saat harus dilindungi terhadap bahaya kerusakan. Besi
tulangan ini harus ditumpuk di atas suatu ganjal berbentuk datar, jajaran batangan papan
balok, mudah diadakan inspeksi/pengamatan.
D. Persyaratan Dimensi
1. Tulangan baja harus sedemikian rupa sehingga luas penampang melintang efektif
tulangan baja dalam arah membujur tidak kurang dari yang diperlihatkan dalam
Gambar.
2. Kuantitas dan distribusi tulangan harus dimodifikasi sebagaimana disetujui oleh
Direksi Pekerjaan disesuaikan dengan adanya bak kontrol, kotak permukaan,
persimpangan atau pelat pelat yang berukuran lebar atau panjang yang tidak
normal.
3. Tulangan baja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga setelah pemadatan
beton tebal selimut pelat beton yang bersangkutan adalah 40 ± 10 mm dari
permukaan akhir pelat dan ini berakhir sekurangkurangnya 40 mm dan tidak lebih
dari 80 mm dari tepi pelat-pelat yang bersangkutan pada semua sambungan beton
kecuali pada sambungan membujur dan sambungan konstruksi. Tulangan baja
harus dipasang diatas batang-batang Dowel dan batang-batang Tie-bar terlepas dari
toleransi-toleransi penempatan tulangan baja.
4. Pada sambungan-sambungan melintang antara lembar-lembar anyaman tulangan
baja, batang tulangan melintang dari lembar yang satu harus terletak dalam
anyaman yang telah diselesaikan/dipasang sebelumnya dan panjang lewatan
(panjang bagian yang tumpang tindih) harus tidak kurang dari 450 mm.
Penunjang-penunjang kedudukan tulangan logam yang dipabrikasi yang telah
disetujui harus dipasang pada badan jalan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan
yang bersangkutan, dan batang-batang tulangan melintang harus diikat, dijepit atau
dilas pada penunjang tersebut bila saling berpotongan. Panjang lewatan pada ujung-
ujung batang tulangan harus tidak kurang dari 40 kali diameter tulangan atau
seperti diperlihatkan dalam Gambar.

1.4.2. Pekerjaan Beton


Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan beton bertulang dilakukan untuk pekerjaan lantai kerja dan plat lantai
kendaraan
A. Referensi
Standar Nasional Indonesia (SNI):
PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.
1. SK SNI M-02-1994-03 (AASHTO T11 - 90): Metode Pengujian Jumlah bahan
Dalam Agregat Yang Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
2. SNI 03-2816-1992 (AASHTO T21 - 87): Metode Pengujian Kotoran Organik
Dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton.
3. SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22 - 90): Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
4. Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23 - 90): Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji Beton di Lapangan.
5. SNI 03-1968-1990 (AASHTO T27 - 88): Metode Pengujian tentang Analisis
Saringan Agregat Halus dan Kasar.
6. SNI 03-2417-1991 (AASHTO T96 - 87): Metode Pengujian Keausan Agregat
dengan Mesin Los Angeles.
7. SNI 03-3407-1994 (AASHTO T104 - 86): Metode Pengujian Sifat Kekekalan
Bentuk Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat danMagnesium Sulfat.
8. SK SNI M-01-1994-03 (AASHTO T112 - 87): Metode Pengujian Gumpalan
Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat.
9. SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126 - 90): Metode Pembuatan dan Perawatan
Benda Uji Beton di Laboratorium.
10. SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141 - 84): Metode Pengambilan Contoh Untuk
Campuran Beton Segar.

AASHTO :
AASHTO T26 - 79 : Quality of Water to be used in Concrete.
1. Pengajuan Kesiapan Kerja
Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini.
Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu
beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran
beton dimulai.
Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh peng-ujian
pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data tersebut selalu
tersedia atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi peng-ujian
kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal
pencampuran.
Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum
setiap pekerjaan perancah dimulai. Kontraktor harus memberitahu Direksi
Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai
melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton, seperti yang
disyaratkan.
2. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan
cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah di
sekitarnya dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastik). Sepanjang waktu,
tumpukan kantung semen harus ditutup dengan lembar plastik.
3. Kondisi Tempat Kerja
Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar, dengan
temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar selalu di
bawah 30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, Kontraktor tidak
boleh melaku-kan pengecoran bilamana :
a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg / m2 / jam.
b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.
c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila udara
penuh debu atau tercemar.
4. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan,
atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus mengikuti
petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi:
a) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan
b) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal;
c) Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan
yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;
Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin
bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya
pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
B. Bahan
1. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland yang
memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat
menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan. Terkecuali
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat
digunakan di dalam proyek.
2. A i r
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus
diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan
memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang
diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada
umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau
minum pada periode perawatan yang sama.
3. Ketentuan Gradasi Agregat
Tabel 3.2.1.2 Ketentuan Gradasi Agregat
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - -
1” 25,4 - - 95 - 100 100 -
3/4” 19 - 35 - 70 90 - 100 100
1/2” 12,7 - - 25 - 60 90 - 100
3/8” 9,5 100 10 - 30 20 - 55 40 - 70
No.4 4,75 95 – 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45 – 80 - - - -
No.50 0,300 10 – 30 - - - -
No.100 0,150 2 – 10 - - - -
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel diatas, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak
perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton
yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan.
Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor
4. Sifat-sifat Agregat
Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat
yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian
SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam
Tabel 3.2.1.2 (1) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur
SNI/AASHTO yang berhubungan.
Tabel 3.2.1.2 (1) Sifat-sifat Agregat
Sifat-sifat Metode Pengujian Batas Maksimum yang
diijinkan untuk Agregat
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan SNI 03-2417-1991 40 %
Mesin Los Angeles pada 500
putaran
Kekekalan Bentuk Batu SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
terhadap Larutan Natrium
Sulfat atau Magne-sium Sulfat
setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan SK SNI M-01-1994- 0,5 % 0,25 %
Partikel yang Mudah Pecah 03
Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02-1994- 3% 1%
No.200 03

C. Pencampuran dan Penakaran


1. Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode
yang disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam
Tabel 3.2.2
2. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh
Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama
seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-
sifat campuran yang disyaratkan di bawah
Tabel 3.2.2 Batasan Proporsi Takaran Campuran
Mutu Beton Ukuran Agre- Rasio Air / Semen Kadar Semen Min.
gat Maks.(mm) Maks. (kg/m3 dari
(terhadap berat) campuran)
K 300 37 0,45 300
25 0,45 320
19 0,45 350
3. Ketentuan Sifat-sifat Campuran
Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan
"slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 3.2.2 (1), atau yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan
pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03
(AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991
(AASHTO T141).
D. Kualitas Beton yang Diinginkan
Mutu beton/ kuat tekan beton yang diinginkan adalah K-350 ( untuk jalan rigid
pavement ). Dengan persetujuan tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas, Kontraktor
dapat melaksanakan pekerjaan cor beton dengan menggunakan sistem beton siap pakai
(ready mix concrete) yang terlebih dahulu memberikan data spesifikasi mutu beton
yang dikehendaki kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengecoran
dilaksanakan.
E. Rencana Kerja, Metode Pelaksanaan dan Ijin Pengecoran.
Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis rencana kerja dan metode pelaksanaan
pengecoran kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis, sebelum
pekerjaan pengecoran dimulai. Sebelum dilaksanakan pengecoran, dilaksanakan
pemeriksaan bersama Kontraktor dan Konsultan Pengawas dan apabila telah memenuhi
syarat ijin pengecoran dapat dikeluarkan.
F. Trial Mix Design dan Perbandingan Adukan
Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran, Kontraktor harus melaksanakan rencana
pengadukan beton/trial mix design untuk mendapatkan mutu beton yang dikehendaki.
Untuk itu Kontraktor perlu melakukan pengujian material di laboratorium yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas untuk semua material beton.
Berdasarkan analisa dan hasil tes sampel tersebut, laboratorium akan merencanakan
suatu campuran beton (mix design) dengan slump yang telah disyaratkan. Sebagai
kontrol suatu campuran beton, data-data yang harus tertulis dalam laporan mix design
mencakup:
Tipe dan gradasi material agregat :
1. Asal agregat
2. Hasil pengujian material air dan agregat (berat jenis dan berat isi agregat,modulus
halus butir pasir,kadar - umpur, dll.
3. Tipe dan merk PC
4. Tipe, merk dan komposisi bahan additives (apabila digunakan)
5. Komposisi takaran beton dan takaran dalam 1 m3
6. Keterangan tentang beton(kemudahan pekerjaan, segregasi kohesi dan lain-lain
7. Hasil tes silinder beton
Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang terhisap oleh agregat) tidak boleh
melampaui 0.50 (perbandingan berat). Perbandingan campuran tersebut dapat diubah
jika diperlukan untuk mendapatkan mutu beton yang dikehendaki dengan kepadatan,
kekedapan, keawetan dan kekuatan yang lebih baik dengan persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang disebabkan oleh
perubahan tersebut di atas. Percobaan kekuatan beton di lapangan dalam N/mm2 (MPa)
dibuat dengan percobaan beton silinder (15 cm tinggi 30 cm). Jumlah silinder
percobaan yang dibuat harus sesuai dengan SNI 03-2834-1992. Copy hasil tes harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas. Percobaan yang dilakukan di lapangan,
pengambilan contoh campuran dan pengujian harus mengundang dan disaksikan oleh
Konsultan Pengawas. Suatu kali jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang
dari 70% dari beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas berhak untuk
memerintahkan Kontraktor untuk menambah PC ke dalam campuran beton. Dan apabila
terdapat beton dengan umur 28 hari yang tidak mencapai mutu beton yang dikehendaki,
maka pengecoran selanjutnya harus dihentikan sampai persoalan tersebut dapat
diselesaikan oleh Kontraktor dan Konsultan Pengawas. Banyaknya air yang digunakan
dalam adukan beton harus cukup. Waktu pengadukan beton harus tetap dan normal
sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah
satu dengan yang lainnya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan keperluannya dengan
melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan adukan (agregat) untuk
mempertahankan hasil yang homogen, kekentalan dan kekuatan beton yang
dikehendaki. Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya sesuai
dengan SNI-3976-1995. Slump yang digunakan dalam proyek ini adalah 8 – 12 cm
sesuai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
Untuk maksud dan alasan tertentu, dengan persetujuan Konsultan Pengawas dapat
dipakai nilai slump yang menyimpang dari ketentuan di atas asal dipenuhi hal-hal
sebagai berikut: Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi Tidak terjadi pemisahan
dari adukan Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability).

1.5. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


1. Syarat-syarat material semen, agregrat halus (pasir) dan air adalah sama dengan pada
pasal 15 peraturan ini.
a. Batu
Batu yang dipakai pada pekerjaan yang ditunjukkan dalam gambar, seperti
pasangan batu atau lapisan batu, haruslah yang bersih dan keras, tahan lama dan
homogen menurut persetujuan direksi/pengawas dan bersih dari campuran besi,
cacat dan ketidaksempurnaan lainnya. Batu tersebut harus diambil dari sumber
yang disetujui direksi.
b. Pasangan Batu
Pasangan batu harus terdiri dari batu yang dipecah dengan palu secara kasar dan
berukuran sembarangan, sehingga kalau dipasang bisa saling menutup. Setiap batu
harus berukuran antara 6 kg s/d 15 kg, akan tetapi batu yang lebih kecil dapat
dipakai atas persetujuan direksi, ukuran maksimum harus memperhatikan tebal
dinding, tetapi juga harus memperhatikan batasan berat seperti tercantum di atas.
c. Alas dan Sambungan
Tiap batu untuk pasangan harus diletakan dengan alasannya tegak lurus kepada
arah tegangan pokok. Setiap batu harus diberi alas adukan (spesi), semua
sambungan diisi padat dengan adukan speci pada waktu pekerjaan berlangsung.
Tebal adukan spesi tidak lebih dari 50 mm lebarnya, serta tidak boleh ada batu
berimpit satu sama lain. Pasak tidak boleh disisipkan sesudah semua batu selesai
dipasang.
d. Penyelesaian Sambungan
Kecuali jika ditentukan lain, sambungan dengan adukan (speci) semen : pasir = 1 :
5 yang kelihatan harus disiar 1 Pc : 2 Psr rata dan halus pada waktu pekerjaan
sedang berlangsung dengan menjaga supaya dijamin adanya keseragaman warna.
Semua sambungan yang tidak kelihatan harus diisi rata dengan adukan.
e. Perlindungan Perawatan
Dalam melaksanakan pekerjaan pasangan batu dalam cuaca yang tidak
menguntungkan dan dalam melindungi dan merawat pekerjaan yang telah selesai.
Pemborong harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang lazim dipakai atau
ditentukan oleh direksi. Pekerjaan pasangan tidak boleh dilaksanakan pada hujan
deras atau hujan yang cukup lama sehingga mengakibatkan spesi larut, spesi yang
telah dipasang dan larut karena hujan harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan
selanjutnya diteruskan. Pekerjaan tidak dibolehkan berdiri di atas pasangan batu
atau pasangan batu kosong yang belum mantap.
2. Pasir Pondasi
1. Pasir untuk mengisi pondasi harus pasir sungai seperti pada spesifikasi teknik ini.
Sebelum mulai pengisian dengan pasir, dasar galian harus dipadatkan dengan alat
pemadat mekanis. Pengisian pasir tersebut harus homogen dan tidak mengandung
kepingan-kepingan batu, gumpalan-gumpalan tanah lain yang berongga-rongga.
2. Sebelum memadatkan pasir dengan alat, kondisi kelembaban pasir harus dijaga
agar berat jenis pasir tetap terjaga.
3. Pondasi pasir untuk alat ducting pipa PVC dan pipa PVC jaringan air bersih yang
melintasi jalan harus diberi pasir ayakan.
3. Semua pekerjaan pondasi harus sesuai antara gambar-gambar dan syarat-syarat
ketentuan. Pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah diperiksa
ukuran dan kedalamannya serta disetujui oleh Direksi/Pengawas. Jika pemasangan
pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung penghentian pondasi terpaksa dihentikan,
maka ujung penghentian pondasi harus bergigi agar penyambungan berikutnya terjadi
ikatan yang kokoh dan sempurna. Di dalam pondasi sama sekali tidak boleh terdapar
rongga-rongga udara/celah-celah.
4. Adukan yang dipergunakan untuk pondasi batu kali adalah 1 PC : 5 PS dan disiar 1 Pc:2
Psr

1.6. Pekerjaan Plesteran


1. Untuk semua pekerjaan plesteran tidak diperkenankan memakai kapur.
2. Pekerjaan plesteran akhir harus lurus, sama rata, datar maupun tegak lurus.
3. Pada dasarnya plesteran lapis pertama adalah dengan adukan pasangan 1 PC : 3 PC
dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
4. Jika hasil plesteran memungkinkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak
lurus, adanya pecahan atau retak, maka bagian tersebut harus dibongkar kembali untuk
diperbaiki.
5. Pada permukaan beton yang halus/rata hendaknya dibuat kasar permukaannya atau
diberi adukan semen baru dilakukan pekerjaan plesteran.

1.7. Paving Block


Merupakan suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen
Portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa
bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton itu. Pekerjaan
paving block dilakuan dengan menyusun paving block sesuai dengan susunan
yang telah di tentukan. Penyusunan paving block ini dilakukan di atas lapisan
pasir urug. Jenis Paving Block yang digunakan harus menggunakan Paving Block
dengan mutu sesuai dengan gambar rencana dan RAB.
1. Dimensi:
Ketebalan paving yang digunakan adalah 8 cm dengan mutu K-300: T= 8 cm: untuk
konstruksi perkerasan lalu lintas sedang sampai berat dengan frekuensi padat, seperti
jalan lingkungan, kompleks industri, terminal bus, pick up, truk.
2. Topi Uskup
Pekerjaan topi uskup ditujukan perekat / pengisi antara pasangan paving block
dengan kansteen. Mutu topi uskup yang digunakan sesuai dengan spesifikasi
teknik lokasi pekerjaan masing-masing. Topi uskup dipasang pada pekerjaan Paving
Block dengan lebar ≥ 1,5 m
3. Kanstein
Kanstein/Penguat tepi atau topi uskup harus sudah terpasang sebelum
pemasangan paving block, demikian juga untuk instalasi di bawah paving block,
seperti drainase/saluran, juga harus sudah dilaksanakan sebelum pemasangan paving
block.
4. Pasir Urug
Pasir urug di gelar di atas lapisan base yang telah padat dengan ketebalan berkisar
antara 4-5 cm, dan di ratakan dengan jidar kayu.

Apabila ada kekurangan atau rencana kerja yang tidak tercantum dalam speksifikasi
teknik ini, diharapkan kontraktor untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada konsultan
pengawas atau pemilik pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dalam melaksanakan
pekerjaan.

Kendari, ………………………………..2021
Ditetapkan Oleh;
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
BPTD Wilayah XVIII Provinsi Sulawesi Tenggara

ANDI FAIZAH ARSAL, ST.,M.Sc


NIP. 19710527 199803 2 011

Anda mungkin juga menyukai