Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1.1 Pengukuran
a. Survey Lokasi
Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah bangunan, sifat
dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga
penawaran.
b. Ketelitian
Kelalaian atau kekurangan telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan tuntutan.
c. Penentuan Ukuran
Dalam pengukuran supaya benar-benar akurat dan disesuaikan dengan gambar
rencana sebelum direalisasikan pekerjaan fisik dan sebaiknya supaya
dikonsultasikan dengan Pengawas Lapangan, maka pembongkaran menjadi
tanggungjawab pihak kontraktor pelaksana berikut biaya yang dikeluarkan untuk
hak itu.
d. Duga lantai
Duga lantai (permukaan atas lantai) ditentukan sesuai dengan gambar
perencanaan.
e. Memasang papan bangunan:
Ketetapan bangunan diukur dengan kontur yang dipancang kuat-kuat dan
papan terentang dengan ketebalan 2 cm diketam rata pada sisi.
Kontraktor harus menyediakan orang ahli dalam cara-cara mengukur.
1.2 Rencana Kerja dan cara-cara pelaksanaan
Dalam waktu 1 (satu) minggu setelah pelulusan, Pemborong wajib menyerahkan
suatu rencana kerja.
Rencana kerja tersebut meliputi:
a. Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan pembangunan dari
masing-masing bagian pekerjaan.
b. Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan-bahan.
c. Jadwal kerja yang diusulkan untuk pekerja-pekerja di lapangan.
d. Jumlah pegawai pemborong yang diusulkan selama pekerjaan berlangsung dengan
disebutkan fungsi atau keahliannya.
1.3 Buku Harian
Pemborong harus menyediakan Buku Harian untuk mencatat semua petunjuk-
petunjuk, keputusan-keputusan dan detail-detail penting dari pekerjaan.
1.4 Laporan
Pemborong harus membuat laporan mingguan mengenai kemajuan pekerjaan.
Laporan kemajuan pekerjaan tersebut sekurang-kurangnya memuat keterangan-
keterangan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian selama 1 (satu) minggu dan
risalah kemajuan sebagai berikut:
a. Jumlah pegawai yang pekerjakan di pekerjaan selama minggu itu.
b. Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir minggu.
c. Bahan-bahan dan barang-barang perlengkapan yang telah masuk.
d. Keadaan cuaca.
e. Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan Proyek.
f. Kunjungan tamu-tamu lain.
g. Kejadian Khusus.
1.5 Bantuan kepada pengawas lapangan
Bila dikehendaki, pemborong wajib atas biaya sendiri mengadakan pegawai sebanyak
yang diperlukan untuk membantu Pengawas Lapangan dalam mengadakan
pemeriksaan garis-garis permukaan (levels), pemeriksaan-pemeriksaan pematokan
(setting out), pengambilan contoh, pemeriksaan bahan-bahan bangunan dan segala
fasilitas yang layak untuk pekerjaan atau segala pekerjaan yang ada hubungannya
dengan kontrak.
1.6 Bangunan sementara (bouwkeet)
Pemborong harus menyediakan dan mendirikan/menempati sebuah
bangunan/tempat semi permanent untuk digunakan sebagai ruang Direksi/pengawas,
Kantor pelaksana, gudang-gudang penyimpanan dan perlindungan bahan-bahan
bangunan.
1.7 Site Supervisor/Direksi Lapangan
Site Supervisor adalah wakil Arsitek yang akan betindak sebagai Pengawas
pelaksanaan kontrak dan harus memberi bantuan sesuai dengan ayat 4 pasal ini.
Pasal 2
PEKERJAAN LAPANGAN
3
2.12.1 Pekerjaan pemadatan tanah diperiksa dan ditest oleh Laboratoriun Tanah
yang ditunjuk oleh Direksi.
2.12.1 Tugas pekerjaan yang disampaikan pada Laboratorium Tanah ditentukan oleh
Arsitek yang pada umumnya terdiri dari:
a) Cara mengurug dan pemadatan
b) Test kepadatan untuk semua fill & back fill (compaction test) dan
pemeriksaan bahan urug.
c) Mengirimkan laporan-laporan hasil pemadatan kepada Arsitek.
2.12.2 Bilamana hasil test pemadatan tidak memenuhi angka test pemadatan yang
ditentukan, maka Pemborong harus membongkar kembali tanah urug sampai
ke permukaan tanah asli kemudian memadatkannya kembali.
2.10 Biaya untuk test dan pengukuran
2.13.1 Pemborong harus memasukkan ke dalam penawarannya segala biaya untuk
keperluan pengetesan dan pengontrolan, pengukuran.
2.13.2 Pemborong harus bertanggung jawab pula untuk semua ongkos-ongkos,
semua test-test yang gagal dalam memenuhi permintaan standard yang
ditentukan.
2.11 Pembersihan
Pembersihan semua bahan bekas galian yang berlebihan yang tidak dipakai untuk fill,
back fill atau grading dan semua sampah dan bekas bongkaran bangunan harus
dibuang dari tanah bangunan.
Pasal 3
PEKERJAAN BETON
5
Air yang digunakan harus air tawar bersih tidak mengandung minyak, asam,
garam, alcohol atau bahan lain yang dapat merusak beton.
3.1.5. Takaran Material Beton
Takaran/ukuran perbandingan material beton tidak diperbolehkan hanya
menggunakan skop/diperkirakan saja. Takaran yang diperbolehkan adalah
ukuran dan bahan sama, antara lain seperti : ember, drum plastik, atau
tong dari besi dengan standar yang telah ditentukan yakni dengan ukuran
K175 atau 225.
Testing dilakukan sesuai dengan PBI. 1971 Bab 4.7. termasuk slump test
maupun compression test. Bilamana beton tidak memenuhi slumptest
maka seluruh adukan tidak boleh digunakan dan harus dibuang keluar site
oleh kontraktor.
Apabila tidak memenuhi compression test maka prosedur PBI. 1997 untuk
perbaikan beton yang harus dilakukan. Mutu beton harus K.225.
pemboran harus membuat mixed desain untuk ditujukkan dan disetujui
Direksi sebelum mulai dengan pengecoran dan pada tiap perobahan
sumber pengambilan agregat.
3.1.6. Besi Beton
Besi beton yang digunakan adalah mutu yang sesuai dengan spesifikasi
dan kekuatan konstruksi yang diperlukan yaitu baja dengan mutu U-24
sesuai PBI 1971.
Besi beton harus bersih dari lapisan minyak lemak, karat dan bebas dari
cacat-cacat seperti serpih dan sebagainya, serta berpenampang bulat.
Memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1985.
Dimensi dan ukuran penampang, bulat besi beton harus sesuai dengan
petunjuk gambar kerja (FULL dan sesuai standar SII), memenuhi batas
toleransi minimal seperti yang dipersyaratkan dalam PBI 1971.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Direksi. Biaya menjadi tanggungan kontraktor.
Batang baja/besi beton harus bebas dari karat dan cacat perubahan
bentuk. Harus disimpan terlepas dari tanah serta tidak diperbolehkan
ditempat terbuka untuk jangka waktu panjang.
Besi beton harus bersih dari lapisan, minyak, karat bebas dari cacat
seperti retak, bengkok-bengkok dan lain-lain sebagainya serta harus
berpenampang, bulat dan memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI -
1971.
3.2. Pekerjaan Pembesian Beton
3.2.1. Pembesian/rakitan besi beton dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
3.2.2. Ikatan besi beton harus menjadi pembesian hingga tidak berubah tempat
selama pengecoran & selimut beton harus sesuai dengan syarat yang
ditentukan dalam PBI 1971.
3.2.3. Jarak pemasangan besi beton harus dapat dilalui oleh material beton dengan
standar PBI-1971 adalah minimal 2,5 cm antara besi.
3.2.4. Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang
disyaratkan dalam NI-2 Bab. 3.7.
3.3. Jenis dan Mutu Beton
6
3.3.1. Beton bertulang K 175 (1pc : 2pc ; 3 krk), digunakan pada beton praktis, kolom
praktis, ringbalk praktis, lisplank atas, balok latei, plat sirip dan plat dinding.
3.3.2. Beton tidak bertulang campuran 1 pc ; 3 ps ; 6 krk, digunakan untuk lantai
beton (rabat) pada overstek keliling bangunan (T-6 cm).
3.4. Pengecoran dan Perawatan Beton
3.4.1. Kontraktor harus menghitung perbandingan material dalam volume dengan
membagi berat tiap bahan oleh obsorpsi air dan kadar kelembaban.
3.4.2. Angker Untuk Dinding
Semua sambungan vartikal antara kolom beton dengan tembok harus
dilengkapi dengan batang-batang baja 10 mm, 25 cm panjang, ditekuk pada
satu ujungnya yang dimasukkan kedalam beton, yang lainnya dibiarkan berupa
stok panjang 25 cm untuk penyambungan dengan dinding kemudian. Angker-
angker tersebut dipasang pada jarak 50-150 cm – 250 cm diatas sloof pondasi
atau plat.
3.4.3. Toleransi
1. Toleransi untuk beton kasar.
Bagian-bagian pekerjaan beton harus tepat dengan toleransi hanya 1 cm
dengan syarat toleransi ini tidak boleh komulatif.
Ukuran-ukuran bagian harus dalam batas-batas ketelitian – 0,3 dan + 0,5
cm.
2. Toleransi untuk beton dengan permukaan rata.
Toleransi untuk beton adalah 0,6 cm untuk penempatan bagian-bagian dan
antara 0 dan 0,2 cm untuk ukuran-ukuran bagian.
Pergeseran bekisting pada sambungan-sambungan tidak boleh melebihi 0,1
cm penyimpangan terhadap kelurusan bagian harus dalam batas-batas 1 %
tetapi toleransi ini tidak boleh kumulatif.
3.4.4. Pemberitahuan Sebelum Pengecoran
Sebelum pengecoran beton untuk bagian-bagian yang penting Kontraktor
diwajibkan memberitahukan Direksi serta mendapatkan persetujuan.
Apabila hal ini dilalaikan atau pekerjaan persiapan untuk pengecoran tidak
disetujui oleh Direksi, maka Kontraktor diwajibkan membongkar beton yang
sudah dicor dengan biayanya sendiri.
3.4.5. Pengecoran Beton
Pengecoran beton dalam bekisting harus diselesaikan sebelum beton
mengeras, yaitu sebelum 30 menit pada keadaan normal. Pengecoran harus
dilakukan secara kontinyu untuk satu bagian pekerjaan, pemberhentian
pengecoran tidak dibenarkan tanpa persetujuan Direksi. Sambungan-
sambungan pengecoran yang terjadi harus memenuhi persyaratan didalam
PBI. 1997. Pengecoran tidak boleh dilakukan waktu hujan kecuali apabila
Kontraktor telah mengadakan persiapan-persiapan untuk itu serta disetujui
oleh Direksi.
3.5. Proses Pengerasan
Kontraktor wajib melindungi beton yang baru dicor terhadap matahari, angin dan
hujan sampai beton tersebut sempat mengeras secara wajar dan menghindarkan
pengeringan yang terlalu cepat dengan cara sebagai berikut :
3.6.1. Semua bekisting yang mengandung beton yang baru dicor harus dibasahi
secara teratur sampai dibongkar.
3.6.2. Semua permukaan beton tidak terlindungi harus dibasahi untuk 14 hari
setelah pengecoran.
3.6.3. Semua permukaan lantai beton harus dilindungi terhadap pengeringan
dengan memberi tutup yang basah.
Tidak dibenarkan untuk menimbun barang atau mengangkut barang diatas beton
yang menurut pendapat Direksi belum cukup mengeras.
3.6. Pembongkaran Bekisting
3.7.1. Tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting, sebelum memcapai kekuatan
sesuai PBI 1997 Bab 5 ayat 8 (hal 51).
3.7.2. Apabila pembongkaran bekisting menyebabkan sebagian pekerjaan beton
mandapat tekanan melebihi perhitungan, maka tidak dibenarkan untuk
membongkar bekistingnya untuk jangka waktu selama keadaan itu
berlangsung. Harus ditekankan disini bahwa tanggung jawab terhadap
keamanan beton sepenuhnya ada dipihak kontraktor serta harus memenuhi
peraturan mengenai pembongkaran bekisting didalam PBI 1997.
3.7.3. Kontraktor wajib memberitahukan Direksi pada waktu akan membongkar
bekisting bagian-bagian pekerjaan beton yang penting serta mendapatkan
persetujuan Direksi, tapi hal ini tidak mengurangi tanggungjawab atas hal
tersebut.
3.7. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan direksi.
3.8. Pembongkaran mall beton harus dapat dibongkar setelah berumur 3 (tiga) minggu,
kecuali beton beton praktis, bila dianggap perlu dapat dibongkar setelah berumur 3-7
hari dengan persetujuan Direksi.
Pasal 4
PEKERJAAN PASANGAN TEMBOK
4.4.2. Air
Air yang digunakan harus air tawar bersih tidak mengandung minyak, asam,
garam, alcohol atau bahan lain yang dapat merusak beton.
4.4.3. Pasir/agregat
Pasir urugan dan pasir pasangan yang digunakan adalah pasir dari jenis
yang baik serta bersih dan tidak tercampur dengan tanah liat atau
kotoran/bahan organis lainnya.
Pasir dapat berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat –
alat pemecahan batu.
Pasir untuk campuran beton dipakai yang berbutir kasar dan bersih
Lumpur/bahan organis lainnya.
Pasir harus terhindar dari batu – batu tajam dan keras. Butir – butir halus
bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Pasir tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5 % (ditentukan
terhadap berat kering).
Pasir laut tidak boleh dipakai untuk semua mutu beton. Selanjutnya pasir
harus memenuhi syarat – syarat PBI 71 Bab 3.3.
4.4.4. Bata
Bata harus bata biasa dari tanah liat hasil produksi lokal dengan ukuran-
ukuran nominal 5 x 11 x 22 cm, yang dibakar dengan baik dan bersudut
runcing dan tanpa cacat atau mengandung kotoran. Berkwalitas baik dan tidak
banyak/ mudah patah/hancur bila kena air.
Meskipun ukuran bata yang bias diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda
dedngan ukuran tersebut di tas, harus diusahakan supaya tidak terlalu
menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut.
Sesuai dengan pasal S1 dari A.V. 1941, minimum daya tekan ultimate harus 30
kg/cm2
4.4.5. Jenis adukan
Jenis adukan berikut harus dipakai sesuai dengan yang diinstruksikan dalam
gambar atau dalam uraian dan syarat-syarat ini:
M1 = Pas. tembok adukan (1 pc : ½ kp : 5 Psr) atau (1 pc : 4 Psr)
M2 = Pasangan tembok trasraam 1 pc: 2 psr
4.3. Cara mencampur
Adukan harus dicampur dalam alat tempat mencapur yang telah disetujui atau
dicampur dengan tangan di atas permukaan yang keras. Sangat dilaranag memakai
adukan yang sudah mulai mengeras atau membutuhkan untuk dipakai lagi.
4.4. Dinding Batu Bata
4.4.1. Bahan
Untuk dinding dipakai bata merah seperti ditentukan dalam bab 4.2.5 pasal
ini.
4.4.2. Adukan
a) Semua dinding mulai dari ujung atas balok pondasi beton sampai 30 cm di
atas lantai dasar yang sudah jadi harus dibuat dari adukan jenis M2.
b) Seperti ditujukan dalam gambar, dinding untuk kamar mandi, toilet, jika
tidak ditentukan lain harus memakai adukan jenis M 2, sampai ketinggian
sesuai gambar, atau bila tidak ditentukan dalam gambar, maka tingginya
minimal 175 cm.
Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
5.4.2. Pemasangan benang pada keempat sisi bidang ditambah dengan posisi
diagonal bidang yang akan diplester dilakukan untuk mengontrol ketebalan
dan kerataan hasil plesteran.
5.4.3. Sedapat mungkin menggunakan alat Bantu batang/penggaris untuk dapat
menjamin kerataan plesteran.
5.4.4. Bidang yang akan memerlukan plesteran dengan aduakan 1pc:3ps digunakan
untuk daerah-daerah sebagai berikut:
- Semua dinding yang berfungsi sebagai turap (penahan tanah) hingga
ketinggian 20cm dari permukaan lantai finish bagian ter-atas.
- Semua dinding hingga ketinggian 30cm dari permukaan lantai.
- Dinding untuk daerah basah (km/wc) setinggi 1,8m
5.4.5. Plesteran halus (acian) dipakai campuran semen dan air hingga mendapat
campuran yang homogen. Acian dilaksanakan sesudah plesteran berumur 8
hari (kering benar).
5.4.6. Untuk pasangan bata sebelum diplester harus dibasahi dulu dan siar-siarnya
dikerok sedalam ± 1cm.
5.4.7. Permukaan beton yang akan diplester harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekesting dan kemudian dikerek (scratch) terlebih dahulu atau diberi
kamprotan adukan.
5.4.8. Tebal minimal plesteran adalah 15mm dan tebal maximal 25mm.
5.4.9. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda yang bertemu dalam suatu
bidang datar,harus diberi naad dengan ukuran lebar 0,7cm dan dalam 0,5cm.
5.4.10. Untuk permukaan datar batas toleransi perlengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 2,5mm untuk setiap 2m2,jika melebihi,kontraktor
wajib memperbaikinya atas tanggungjawabnya.
5.4.11. Kelembaban plesteran yang telah dicuci harus dijaga sehingga pengeringan
berlangsung wajar,tidak terlalu tiba-tiba dengan cara membasahi permukaan
plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik matahari
langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara
cepat.Jika terjadi keretakan akibat pengeringan, maka bidang yang retak harus
dibongkar dan diperbaiki sampi dinyatakan dapat diterima oleh pengawas atas
tanggungan kontraktor.
Pasal 15
PEKERJAAN CAT
Pekerjaan besi
Cat yang dipergunakan dapat dari merk-merk pabrik terkenal seperti; Glotex, Aviant,
atau lainnya yang kualitasnya setaraf dan disetujui.
Dinding-dinding
Cat yang dipergunakan dapat dari merk-merk pabrik terkenal atau lainnya yang
kulaitasnya setaraf dan disetujui.
15.3 Daftar bahan-bahan
Setelah kontrak ditandatangani, Pemborong garis secepatnya tapi tidak kurang dari 2
(dua) bulan sebelum memulai pekerjaan pengecatan mengajukan daftar dari semua
bahan-bahan yang akan dipakai untuk pekerjaan pengecatan dan dikoreksi kepada
Pemberi Tugas/Direksi. Semua bahan-bahan harus disetujui oleh Pemberi
Tugas/Direksi.
15.4 Pemilihan Warna
Semua warna harus dipilih oleh Arsitek/Direksi, dan pemborong harus memasukan
dalam penawarannya biaya untuk mengadakan contah warna-warna untuk disetujui.
Pemborong harus menyerahkan contoh warna-warna tersebut kepada Arsitek pada
suatu potongan triplex atau asbes berukuran 30x30 cm masing-masing warna.
Setelah disetujui oleh Arsitek,maka yang satu akan disimpan oleh Pemborong.
15.5 Metode pelaksanaan
15.5.1 Persiapan dan pengecatan dasar untuk besi
i. Retak-retak, celah-celah dan lubang-lubang harus digosok, dicat dasar dan
diperbaiki dengan jalam menambal keras dan meratakannya.
Penambalannya yang keras harus dari merk yang disetujui. Mata besi
harus dipotong dan diganti dengan besi yang mulus atau dipotong dengan
permukaannya diperbaiki dengan tambalan, mata besi yang kecil-kecil
harus diberi dua lapisan plamir yang tipis. Pekerjaan besi yang halus yang
sudah digambungkan harus dicat dasar semua permukaannya di bengkel
kerja memakai cat dasar sintetis, pekerjaan besi halus lainnya harus dicat
begitu dipotong dan sebelum dipasang harus dicat dasar dulu seperti yang
sudah diuraikan.
ii. Pekerjaan besi halus yang dikirimkan setelah dicat dasar dan menjadi
bergores harus dicat lagi. Tambal semua lubang-lubang paku dan lain-lain
cacat dengan penamnbal yang keras. Sebelum merangkaikan pekerjaan
besi halus, semua permukaan-permukaan tersembunyi harus dicat
dengan 1 lapis cat dasar.
iii. Pekerjaan besi halus yang akan di cat harus digosok dan diampelas hingga
permukaannya lembut dan tidak ada cacat. Segera setelah segalanya siap
baru pengecatan lapisan pertama dilaksanakan.
iv. Semua sambungan-sambungan besi, penampang ujung besi bagian yang
akan melekat pada tembok, harus dicat meni merk Glotex.
v. Cat besi mengkilat digunakan merk Glotex, Avian atau berkualitas
setara dan sebelumnya harus menggunakan cat dasar, plamur, dempul
dan lain-lain. Tata laksana pengecatan harus mengikuti patent atau
petunjuk dari pabrik.
vi. Bagian yang akan dicat besi adalah :
- Realing Besi.
15.5.2 Persiapan dan pengecatan dasar plesteran
Pasal 16
PEKERJAAN PENGELASAN BESI
Pada pekerjaan realing pagar yang menggunakan besi :
I. Pada saat pengerjaan realing pagar dengan menggunakan bahan besi, pemotongan
besi harus menggunakan mesin pemotong yang hasil potongannya herus betul betul
halus dan rapi.
II. Setiap pertemuan sambungan besi harus dilas keliling sehingga tidak ada celah pada
sambungan.
III. Pada saat pengelasan selesai. Hasil las tersebut harus di bersihkan dari sisa – sisa
bekas las.
IV. Tiap bagian yang sudah di las di haluskan dengan menggunakan mesin gosok
(Gurinda)
Pasal 17
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN PEMBERSIHAN
Pasal 18
KETENTUAN TAMBAHAN
17.1. Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, semua ketentuan administrasi,
pemeriksaan bahan/mutu pekerjaan serta ketentuan lain dari pemeriksaan yang
menyangkut pelaksanaan pekerjaan ini, termasuk pula sebagai syarat-syarat yang
harus dipenuhi/ditaati.
17.2. Semua bahan-bahan yang akan digunakan harus melalui persetujuan direksi dengan
menggunakan surat keterangan persetujuan terutama bahan-bahan produksi
Industri yang mempunyai banyak jenis merek.
17.3. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan yang keliru, menjadi tanggung
jawab kontraktor.