Anda di halaman 1dari 11

PENDOPO JOGLO

PEMBUAT RUMAH TRADISIONAL JAWA, PENDOPO JOGLO DAN RUMAH JOGLO


 DEPAN
 PROFIL USAHA
 PRODUK 1
 PRODUK 2
 PRODUK 3
 PRODUK 4
STRUKTUR JOGLO

MENGENAL STRUKTUR JOGLO


Joglo merupakan rumah tradisional Jawa khususnya Jawa Tengah, yang umumnya terbuat dari
kayu Jati (Tectona Grandis Sp.). Istilah Joglo mengacu pada bentuk atapnya, mengambil filosofis
bentuk sebuah gunung. Pada mulanya filosfis bentuk gunung tersebut diberi nama atap Tajug,
tapi kemudian berkembang menjadi atap Joglo atau Juglo (Tajug Loro = Dua Tajug ~
penggabungan dua Tajug). Dalam kehidupan manusia Jawa -gunung sering dipakai sebagai
idea bentuk yang dituangkan dalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-simbol yang
berkenaan dengan sesuatu yang sakral. Hal ini karena adanya pengaruh kuat keyakinan bahwa
gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para
Dewa.

Struktur Tajug
Struktur Joglo

Konstruksi atap Joglo ditopang oleh Soko Guru (tiang utama) yang berjumlah 4 buah. Jumlah ini
adalah merupakan simbol adanya pengaruh kekuatan yang berasal dari empat penjuru mata
angin, atau biasa disebut konsep Pajupat. Dalam konsep ini, manusia dianggap berada di
tengah perpotongan arah mata angin, tempat yang dianggap mengandung getaran magis yang
amat tinggi. Tempat ini selanjutnya disebut sebagai Pancer atau Manunggaling Kiblat Papat.

Denah Joglo

Potongan Melintang Joglo


Potongan Memanjang Joglo

Struktur Soko Guru

Istilah Guru digunakan untuk menunjukan bagian utama (inti) dari sebuah konstruksi Joglo. Soko
Guru menopang sebuah konfigurasi balok yang terdiri dari Blandar dan Pengeret yang disebut
sebagai Pamidhangan atau Midhangan.

Tiang Atau Saka


Analisis Kolom Pada Soko Guru

Menurut naskah "Kawruh Kalang" konfigurasi Blandar-Pengeret inilah yang menjadi patokan,
acuan, rujukan bagi perhitungan struktur keseluruhan Joglo. Semua ukuran dan dimensi struktur
serta bangunan mengacu pada ukuran dan dimensi Blandar-Pengeret tersebut, berdasarkan
standar perhitungan tertentu yang disebut sebagai Petungan.
Berikut petikannya :
"Tembung midhangan punika mirit wujudipun angemperi pundhaking griya, manawi mirid
parlunipun tiyang anindakaken damel griya (ukuraning griya) nama wau leresipun papundhen,
dening kajeng midhangan sakawan iji punika ingkang lajeng manjing nama: guru. Wondene saka
ageng sakawan winastan saka guru, leresipun: sakaning guru, utawi saka ingkang nyanggi guru,
amargi sasampuning wujud catokan sakawan, sakatahing ukur bade pandamelipun babalungan
ageng alit saha panjang celak, tuwin tumpang-tumpangipun sadaya, sami mendhet ukur saking
salebeting gagelengan kajeng sakawan wau, boten saged tilar utawi boten kenging kaempanan
saking dugi-dugi kemawon."
"Di sini keempat batang kayu yang membentuk midhangan (pamidhangan, balandar-pangeret)
itu lalu mendapatkan sebutan yaitu guru. Adapun keempat batang saka (tiang) yang besar-besar
itu lalu dinamakan sakaguru, yang lebih tepatnya adalah sakaning guru atau saka ingkang
nyanggi guru (saka yang menyangga guru). Penamaan ini disebabkan oleh karena setelah
terwujud menjadi empat buah cathokan maka segenap pengukuran dalam membuat besar-
kecilnya balungan griya maupun segenap tumpang, sama-sama mengambil patokan ukuran
pada keempat batang balandar-pangeret tadi. Jadi, mengukur itu tidak boleh sekadar menduga-
duga atau asal mengukur semata."
Karena sifat keutamaan itulah maka konfigurasi Blandar-Pengeret diistilahkan sebagai Guru.
Sedangkan 4 buah tiang penopangnya disebut sebagai Soko Guru atau Sakaning Guru (tiang
yang menyangga Guru).
Hal-hal tersebut di atas mencerminkan manusia Jawa yang dapat digolongkan sebagai golongan
masyarakat archaic yang menempatkan kosmologi sebagai sesuatu yang penting dalam
hidupnya. Yang meyakini kehidupan ini dipengaruhi kekuatan yang muncul dari dirinya sendiri
(Jagad Alit atau Mikrokosmos) dan kekuatan yang muncul dari luar dirinya atau alam sekitarnya
(Jagad Gede atau Makrokosmos). Sehingga perwujudan dari konsep bentuk Rumah Joglo
merupakan refleksi dari lingkungan alamnya yang sangat dipengaruhi oleh geometric , yang
sepenuhnya dikuasai oleh kekuatan dari dalam diri sendiri; dan pengaruh geofisik, yang sangat
tergantung pada kekuatan alam lingkungannya.

Rumah Joglo memiliki struktur utama berupa struktur Rongrongan, yang terdiri dari : 
1. Umpak
2. Soko Guru
3. Sunduk
4. Sunduk Kili
5. Pengeret
6. Blandar 

Tumpangsari merupakan pengakhiran dari struktur Rongrongan ditopang oleh Beladar dan
Pengeret. Tumpangsari merupakan susunan balok menyerupai piramida, dan bisanya dihiasi
oleh ukiran yang sangat indah dan berfungsi menopang bagian langit-langit Joglo
(pamindhangan).

Struktur Rongrongan Joglo

Tumpangsari merupakan susunan balok bertingkat pada bangunan Joglo.

Secara struktural berfungsi sebagai penopang atap Joglo. Sedangkan fungsi arsitektural
-merupakan bagian dari langit-langit utama struktur Rongrongan (Umpak-Soko Guru-Sunduk-
Belandar). Tumpangsari ditopang langsung oleh balok Blandar dan Pengeret.

Biasanya Tumpangsari dipenuhi oleh ukiran yang sangat indah dan merupakan center pointbagi
interior bangunan Joglo.
Struktur Tumpangsari Dalam

Struktur Tumpangsari Luar

Tumpangsari terbagi menjadi 2 bagian yaitu Elar dan Elen, dijabarkan sebagai berikut :

A. Elar  

• Berada diposisi lingkar luar konfigurasi Blandar-Pengeret ;

• Berfungsi sebagai penopang usuk dan struktur atap lainnya ;

• Berjumlah ganjil yaitu 3 (tiga) atau 5 (lima).

B. Elen

• Berada diposisi lingkar dalam konfigurasi Blandar-Pengeret;

• Berfungsi sebagai langit-langit struktur Rongrongan dan menopang papan penutup langit-langit
(Pamindhangan);
• Berjumlah ganjil yaitu 5 (lima), 7 (tujuh), atau 9 (sembilan).

Tumpangsari pada bangunan Joglo terbagi menjadi 2 grid persegi empat yang sama dan
simetris, yang dipisahkan dan ditopang tepat ditengah-tengah oleh balok Dadapeksi.

Hubungan antara Soko Guru - Sunduk -Sunduk Kili menggunakan sistim Purus. Sedangkan
antara Soko Guru - Pengeret & Blandar menggunakan sistim Cathokan.

Analisis Purus Pada Saka Guru

Sistim persendian antara Umpak dan Soko Guru dapat berfungsi untuk mengurangi getaran
pada saat bencana gempa bumi. Sedangkan sistem Purus & Canthokan yang bersifat jepit
terbatas menjadikan atap berlaku sebagai bandul yang menstabilkan  bangunan saat menerima
gaya gempa (berlaku seperti pendulum).

Analisis Sunduk
Purus Pada Sunduk

Dudur

Analisis Tumpang

Posisi dan Penampang Usuk

Hal ini merupakan hasil karya manusia Jawa dalam mendesain bangunan Joglo melalui proses
trial by error mengingat letak geografis arsitektur bangunan Joglo yang berada di daerah Gempa
III (gempa sedang) yang membentang sepanjang Cirebon sampai Banyuwangi.
Perluasan ruang dilakukan dengan penambahan struktur di sekeliling struktur Rongrongan
tersebut -dengan penambahan Soko Pengarak (tiang samping).

Bangunan Joglo dapat berfungsi sebagai ruang pertemuan (Pendopo) maupun rumah (Omah).

Pendopo merupakan bangunan yang bersifat publik sehingga bangunan Joglo hanya merupakan
struktur terbuka tanpa adanya dinding pelingkup.

Sedangkan Omah merupakan hunian yang memiliki ruang yang bersekat-sekat. Biasanya
Rumah Joglo memiliki dinding pelingkup konstruksi kayu, dan memiliki bukaan berupa jendela
dan pintu Gebyok.

Dipakai Bersama1

Share this article :

INFO PRODUK LAIN

Diposkan oleh Mebel Amara 

Label: JOGLO
posting lebih baruposting lamaberanda

GALERY PRODUK

DAFTAR ISI
 INFO PERUSAHAAN
 STRUKTUR JOGLO
 RAGAM JOGLO
 PERKIRAAN BIAYA
 PENYIAPAN BAHAN
 PEMBUATAN JOGLO
 PENGEPAKAN BAHAN
 GALERY FOTO
 UKIRAN JOGLO

HUBUNGI

Sayogyo Utomo, SPd

http://www.amarafurniture.com

Phone: 08122651319

WA : 08122651319

Fax : 0271-610913

PIN BB : D63ED282

TOKO MEBEL MURAH LENGKAP

 DEPAN
 KURSI TAMU
 SOFA
 MEJA MAKAN
 TEMPAT TIDUR
 ALMARI
 BUFET
 PELAMINAN
 PENDOPO JOGLO
Support by: TOKO MEBEL MURAH | TOKO MEBEL JEPARA

Copyright © 1999. PENDOPO JOGLO - All Rights Reserved

Template Created by Creating Website Published by Mas Template

Proudly powered by Blogger

Anda mungkin juga menyukai