Sebutan Joglo mengacu pada bentuk atapnya, mengambil stilasi bentuk sebuah gunung. Stilasi
bentuk gunung bertujuan untuk pengambilan filosofi yang terkandung di dalamnya dan diberi
nama atap Tajug, untuk rumah hunian atau sebagai tempat tinggal, atapnya terdiri dari 2 tajug
yang disebut atap Joglo/Juglo/Tajug Loro. Dalam kehidupan orang Jawa gunung merupakan
sesuatu yang tinggi dan disakralkan dan banyak dituangkan kedalam berbagai simbol, khususnya
untuk simbol-simbol yang berkenaan dengan sesuatu yang magis atau mistis. Hal ini karena
adanya Pengaruh kepercayaan animisme, Hindu dan Budha masih sangat kental mempengaruhi
bentuk dan tata ruang rumah Joglo, keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah
tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa.
Rumah Joglo juga menyiratkan kepercayaan kejawen masyarakat Jawa yang berdasarkan
sinkretisme. Keharmonisan hubungan antara manusia dan sesamanya serta hubungan antara
manusia dengan lingkungan alam di sekitarnya tecermin pada tata bangunan yang menyusun
rumah joglo. Baik itu pada pondasi, jumlah saka guru (tiang utama), bebatur (tanah yang
diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya), dan beragam ornamen penyusun rumah
joglo. Arsitektur rumah Joglo menyiratkan pesan-pesan kehidupan manusia terhadap kebutuhan
“papan”. Bahwa rumah bukankah sekadar tempat berteduh, tapi ia juga merupakan “perluasan”
dari diri manusia itu sendiri. Berbaur harmoni dengan alam di sekitarnya.
FUNGSI-RUANG-BENTUK-SUSUNAN-STRUKTUR/TEKNOLOGI
- Susunan : Susunan ruang pada rumah joglo secara umum dibagi menjadi dua yaitu ruang
tertutup dan ruang terbuka.
Untuk ruang terbuka dibagi menjadi :
Regol
Njaba
Gedhongan
Pendopo
Longkonan
Akan tetapi susunan ruangan pada rumah joglo pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama adalah ruangan pertemuan yang disebut pendhopo. Bagian kedua adalah ruang
tengah atau ruang yang dipakai untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit, disebut pringgitan.
Bagian ketiga adalah ruang belakang yang disebut ndalem atau omah jero, dan digunakan
sebagai ruang keluarga. Dalam ruang ini terdapat tiga buah senthong (kamar), yaitu senthong
kiri, senthong tengah, dan senthong kanan.
Pendhopo
- Fungsi : sebagai tempat menerima tamu, balai pertemuan (karena awalnya hanya
dimiliki oleh bangsawan dan kepala desa),tempat untuk mengadakan upacara –
upacara adat.
- Bentuk : Bagian ini memiliki arsitektur tanpa dinding yang mengelilingi
bangunan. Hanya terdiri dari tiang penyangga dan atap saja, sehingga terlihat
terbuka dan ruangan tersebut bersfat ekstrovert sehingga suasana yang tercermin
adalah akrab sesuai dengan fungsinya sebagai tempat menerima tamu. Hal ini
sesuai dengan filosofi masyarakat Jawa Tengah yang selalu ramah, terbuka, dan
tidak pilih kasih dalam menerima tamu. Umumnya, tidak ada perabot yang
tersedia di Pendhapa seperti meja kursi. Yang tersedia di Pendhapa hanya tikar
yang ditata sebagai alas duduk bagi tamu dan tuan rumah. Hal ini untuk
menunjukkan kesetaraan derajat dalam berbicara untuk menciptakan keakraban
dan kerukunan(unsure vertikal)
- Struktur : menggunakan umpak sebagai alas soko, 4 buah soko guru (tiang utama)
sebagai simbol adanya pengaruh kekuatan yang berasal dari empat penjuru mata
angin, atau biasa disebut konsep Pajupat dan 12 soko pengarak. Ada pula
tumpang sari yang merupakan susunan balik yang disangga oleh soko guru. Soko
Guru menopang sebuah konfigurasi balok yang terdiri dari Blandar dan Pengeret
-disebut sebagai Pamidhangan atau Midhangan . Karena sifat keutamaan itulah
maka konfigurasi Blandar-Pengeret diistilahkan sebagai Guru ;Hal-hal tersebut di
atas mencerminkan manusia Jawa yang dapat digolongkan sebagai golongan
masyarakat archaic yang meyakini kehidupan ini dipengaruhi kekuatan yang
muncul dari dirinya sendiri dan kekuatan yang muncul dari luar dirinya atau alam
sekitarnya. Sehingga perwujudan dari konsep bentuk Rumah Joglo merupakan
refleksi dari lingkungan alamnya yang sangat dipengaruhi oleh
geometric .Umumnya, tumpang sari terdapat pada pendopo bangunan yang
disusun bertingkat. Tingkatan-tingkatan ini dapat pula diartikan sebagai tingkatan
untuk menuju titik puncak. Menurut kepercayaan Jawa, tingkatan-tingkatan ini
akan menyatu pada satu titik. Tumpangsari merupakan pengakhiran dari struktur
Rongrongan ditopang oleh Beladar & Pengeret. Tumpangsari merupakan susunan
balok menyerupai piramida, dan bisanya dihiasi oleh ukiran yang sangat indah .
Tumpangsari merupakan susunan balok bertingkat pada bangunan Joglo. Secara
struktural berfungsi sebagai penopang atap Joglo. Sedangkan fungsi arsitektural
merupakan bagian dari langit-langit utama struktur Rongrongan (Umpak-Soko
Guru-Sunduk-Belandar). Tumpangsari ditopang langsung oleh balok Blandar
dan Pengeret. Perluasan ruang dilakukan dengan penambahan struktur di
sekeliling struktur Rongrongan tersebut -dengan penambahan Soko Pengarak
(tiang samping).
Pringgitan
- Fungsi : sebagai tempat pertunjukan wayang kulit / kesenian / kegiatan public
yang mempunyai makna yang konseptual, yaitu tempat untuk memperlihatkan diri
sebagai simbolis dari pemilik rumah
- Bentuk : serambi yang terdiri dari tiga persegi yang menghadap pendopo
- Struktur : Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi dengan seketsel dan
dengan dalem dibatasi dengan gebyok. Sehingga suasan yang tercipta adalah
remang-remang atau mistis
- Susunan : bagian penghubung antara pendopo dan rumah dalem sebagai ruang
bersama untuk menghubungkan ruang yang stau dengan ruang yang lain. Ketika
melihat ringgit para tamu duduk di sisi dalem sedangkan dalang di sisi pendopo
dengan demikian dari sisi dalem adalah bayangan sesungguhnya dari kehidupan
manusia
Ndalem
- Fungsi : sebagai ruang keluarga dan merupakan pusat pada rumah joglo.
- Bentuk:Pada pola tata ruang, ndalem terdapat perbedaan ketinggian lantai,
sehingga membagi ruang menjadi 2 area. Pada lantai yang lebih tinggi digunakan
sebagai tempat keluar masuk udara, sedangkan pada bagian yang lebih rendah
digunakan sebagai ruang keluarga dan senthong. Bagian ruangan yang bersifat
lebih privasi.(unsure horizontal)
- Susunan: Dalem terdiri dari tiga persegi tengah dimana pintu dan jendela
dipasang simetris. Tiga persegi kedepan membentuk pringgitan dan kebelakang
mebentuk tiga buah senthong yaitu senthong kiwo (kamar kiri), senthong tengan
(kamar tengah) dan senthong tangen (kamar kanan).
o Senthong-kiwa,
- Fungsi : dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai
tempat penyimpanan beras dan alat bertani/sebagai tempat gerabah,
peralatan dapur, padi atau sebagai gudang berasnya
o Senthong tengah sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan.
o Senthong-tengen,
- Fungsi : Senthong tengen biasa dipakai oleh penghuningnya sebagai
tempat tidur bagi bapak ibu kepala rumah tangga atau pemilik rumah.
TAMBAHAN
Gandhok, bangunan memanjang yang terletak di sebelah kanan dan kiri dalem ageng
yang dipisahkan dengan halaman terbuka, untuk menghubungkan halaman tersebut
dengan halaman rumah bagian luar dibuat dinding pasangan bata berpintu yang disebut
deketheng. bentuk atap gandhok pada umumnya kampung atau limasan dengan
variannya. fungsi gandhok sebagai ruang tinggal keluarga/kerabat, serta menginap tamu.
gandhok tengen berfungsi sebagai ruang tidur wanita, sedang gandhok kiwa berfungsi
sebagai ruang tidur pria.
Pawon letaknya ada di dibelakang dalem ageng berhadapan dengan gadri yang
dipisahkan dengan halaman terbuka. pawon berasal dari kata dasar awu (abu) karena
zaman dulu memasak menggunakan bahan bakar kayu,apabila kayu habis terbakar
menyisakan abu (abu). selain untuk memasak pawon juga untuk menyimpan peralatan
dapur bahkan kadang juga untuk menyimpan bahan dasar makanan.
Pekiwan adalah kamar mandi dan toilet, letaknya dibuat terpisah dengan bangunan induk
yaitu disebelah kiri dapur. kata dasar pekiwan adalah kiwa yang berarti kiwa. pada
zaman dulu kamar mandi dan toilet dianggap tempat kotor dan berbau, sehingga harus
dijauhkan dari bangunan induk. didalam pekiwan ini juga terdapat sumur sebagai sumber
air untuk mandi,cuci, dan masak