Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi penting di Pulau Jawa. Selain
karena hiruk-pikuk ekonominya, Provinsi ini juga tersohor karena unsur
kebudayaannya yang masih terjaga. Joglo adalah sebutan bagi rumah adat Jawa
Tengah. Bangunan ini menarik dikaji, baik itu dari segi historis maupun arsitekturnya
yang sarat dengan nilai filosofis khas Jawa.

Suku jawa merupakan suku yang membuat rumah joglo pertama, suku ini
mendiami pulau jawa daerah tengah dan timur, sebelum adanya pembagian wilayah
seperti sekarang ini. Pusat kebudayaan suku jawa semula berpusat di Surakarta, tetapi
dengan terjadinya perjanjian giyangti tahun 1755, pusat kebudayaan jawa berpusat di
dua tempat, yaitu surakarta dan Yogyakarta.

Bangunan joglo adalah rumah adat di Jawa Tengah yang merupakan


interpretasi arsitektur Jawa yang mencerminkan ketenangan dan hadir di antara
bangunan- bangunan yang beraneka ragam di Pulau Jawa. Interpretasi ini memiliki
ciri pada konstruksi bangunan yang kokoh dan memiliki karakteristik tersendiri pada
masing-masing jenisnya dan bentuknya. Rumah adat joglo yang merupakan rumah
peninggalan adat kuno dengan karya seninya yang bermutu memiliki nilai arsitektur
tinggi sebagai wujud dan kebudayaan daerah yang sekaligus merupakan salah satu
wujud seni bangunan atau gaya seni bangunan tradisional.
Rumah Joglo pada umumnya hanya dimiliki oleh mereka yang mampu
ataukalangan kerajaan, hal ini dikarenakan rumah joglo butuh bahan lebih banyak dan
mahal ketimbang rumah bentuk lain. Masyarakat jawa jaman dulu menganggap
bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang, tapi hanya
diperkenankan bagi kaum bangsawan, raja, dan pangeran, serta mereka yang
terhormat dan terpandang.

Pada dasarnya rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar, dengan empat
pokok tiang di tengah yang disebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang
di sebut tumpangsari. Struktur tiang pada joglo yang seperti itu, selain sebagai
penopang struktur utama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah.
Pada bagian pintu masuk memiliki tiga buah pintu, yakni pintu utama di tengah dan
pintu kedua yang berada di samping kiri dan kanan pintu utama. Ketiga bagian pintu
tersebut memiliki makna simbolis bahwa pintu yang berada di tengah untuk keluarga
besar, sementara dua pintu di samping kanan dan kiri untuk besan. Untuk
membedakan status sosial pemilik rumah, kehadiran bentangan dan tiang penyangga
dengan atap bersusun yang biasanya dibiarkan menyerupai warna aslinya menjadi ciri
khas dari kehadiran sebuah pendopo dalam rumah dengan gaya ini.
Bab II

Profil Objek Studi

Nama Rumah Tradisional: Rumah Joglo


Asal Daerah: Jawa Tengah

Rumah Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa, mulai dari Jawa Tengah,
Yogyakarta dan Jawa Timur. Namun demikian, rumah joglo yang akan dibahas adalah
rumah joglo Jawa Tengah yang merupakan salah rumah adat dari 3 provinsi di Pulau
Jawa tersebut, terdiri dari beberapa bentuk dan jenis rumah.

Jenis rumah joglo

1.Rumah Bentuk Joglo

2. Rumah Bentuk Limasan

3. Rumah bentuk Kampung

4. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub

5. Bentuk Panggang Pe.


Bentuk dan Struktur

Sebutan Joglo mengacu pada bentuk atapnya, mengambil stilasi bentuk sebuah
gunung. Stilasi bentuk gunung bertujuan untuk pengambilan filosofi yang terkandung
di dalamnya dan diberi nama atap Tajug , tetapi untuk rumah hunian atau sebagai
tempat tinggal, atapnya terdiri dari 2 tajug yang disebut atap Joglo/Juglo/Tajug Loro.
Di dalam kehidupan khas orang Jawa gunung merupakan sesuatu yang tinggi dan
disakralkan karena banyak dituangkan ke dalam berbagai simbol, terutama untuk
simbol-simbol yang berkaitan dengan hal-hal yang berbau magis atau mistis. Hal ini
karena adanya pengaruh kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi
adalah tempat yangdianggap suci dan tempat tinggal para Dewa. Sebagian besar
material yang digunakan berupa kayu jati.

a. Denah
Denah rumah tradsional jawa tengah membentuk pola grid, bila di tarik garis-garis
imajiner, maka pola grid akan terlihat.
b. Keseimbangan
Keseimbangan pada rumah tradisional jawa tengah berbentk simetris, baik
scara tampak
maupun denah, hal ini akan terlihat jika ditarik garis imajiner pada
masing-masing
sumbu.

c. Pondasi dan Kolom


Pondasi pada rumah tradisional jawa tengah menggunakan jenis pondasi
umpak, yaitu
dengan penopang batu kali yang dihubungkan ke kolom. Jenis kayu yang
digunakan adalah jati, karena kayu jenis ini selain karena kekuatannya,
juga mudah didapat pada waktu dahulu. Sebagian kepala pondasi
dimunculkan ke permukaan tanah, dan menjadi
aksen tersendiri dalam rumah ini.
d. Pondasi dan Lantai
Kepala pondasi dan lantai berhubungan langsung. Sebelum adanya
perkerasan lantai
dahulu lantai rumah tradisional ini menggunakan tanah sebagai alasnya.
e. Bukaan / Jendela
Bukaan pada rumah tradisionl jawa tengah terdiri dari banyak bukaan,
menyesuaikan dengan iklim indonesia yang tropis. Tetapi ukuran bukaan
tersebut tidak terlalu biasanya ditutupi oleh ukiran.

f. Pintu
Pintu Utama pada rumah joglo dibuat lebar, hal ini merupakan
implementasi masyarakat
jawa yang terbuka kepada semua tamu yang datang, pintu biasa dihiasi
ukiran-ukiran khas
yang biasa disebut gebyok.
Filosofi pada pintu utama di tengah, dan pintu lainnya yang di kedua sisi
(kanan dan kiri) rumah. Tata letak pintu ini tidak sembarangan. Ia
melambangkan kupu-kupu yang sedang berkembang dan berjuang di
dalam sebuah keluarga besar.

g. Kolom
Kolom pada rumah tradisonal jawa tengah berjumlah genap, dengan 4
kolom utama sebagai struktur di tengah,atau biasa disebut soko guru.
Filosofi kolom yaitu sebagai alas soko, 4 buah soko guru ( tiang utama)
sebagai symbol 4 arah mata angin. dan 12 soko pengarak, serta Tumpang
sari merupakan susunan balik yang disangga oleh soko guru. Umumnya
tumpang sari terdapat pada pendopo bangunan yang disusun bertingkat.
Tingkatan-tingkatan ini dapat pula diartikan sebagai tingkatan untuk
menuju pada suatu titik puncak, yang terdiri dari serengat, tarekat,
hakekat, dan makrifat. Menurut kepercayaan jawa, tingkatan-tingkatan ini
akan menyatu pada satu titik.

h. Atap
Atap berbentuk joglo banyak menggunakan material kayu, mulai dari kayu
polossampai kayu yang penuh ornamen.
Filofosi atap joglo mengharuskan hadirnya soko sebagai kolom-kolom
pembagi ruang. Pembagian ruang menjadi tidak fleksibel karena adanya
tiang-tiang atau soko sebagai penyalur beban atap. Bila tetap ingin
menggunakan filosofi konstruksi atap joglo, pembagian ruang-ruangnya
pun harus mengikuti letak dari soko tersebut.
Ornamen Khas

Dalam sebuah bangunan Jawa biasanya dapat dijumpai banyak kayu yang diukir.
Ornamen ukir ini sarat mengandung makna simbolis. Ornamen ini bermacam
ragamnya, misalnya gunungan, tlacapan, ayam jago, ular naga, banyu-tetes,banaspati
dan sebagainya. Bentuk dan makna ornamen yang akan dibahas disini dibatasi hanya
pada beberapa ornamen yang umum dipakai.

http://2.bp.blogspot.com/_wC8_9aR_6uE/THUn7b3JxiI/AAAAAAAADdc/T
hW2tqRQrtY/s400/ornamen+adat+jawa.JPG
Gunungan (Kayon / kekayon)
Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang keagungan dan
keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai gunung (seperti yang sering dipakai
dalam wayang kulit). Dalam prakteknya, orang-orang Jawa memasang motif
gunungan di rumah mereka sebagi pengharapan akan adanya ketenteraman dan
lindungan Tuhan dalam rumah tersebut.
Lung-lungan
Sesuai dengan arti harafiah kata lung sendiri yang berarti batang tumbuhan yang
masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir. Jenis
tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin,
buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber
penghidupan di muka bumi.

Wajikan
Berasal dari kata wajik, yaitu sejenis makanan dari beras ketan yang dicampur gula
kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa bentukan belah ketupat yang di
tengahnya terdapat stilasi bunga.

Patran
Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran
ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang.

Banyu-tetes
Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya,
oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan) yang
berkilau-kilau memantulkan sinar matahari.

Banaspati / Kala / Kemamang


Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa
yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke
dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan,
seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk.

Makna dan Filosofi


Jika bagian-bagiannya dibedah, maka rumah adat Jawa Tengah ini terdiri atas
beberapa bagian yakni pendhopo, pringgitan dan juga omah ndalem/omah njero. Yang
dimaksud dengan Pendhopo adalah bagian Joglo yang lazim dipakai untuk menjamu
tetamu. Lalu, Pringgitan sendiri merupakan bagian dari ruang tengah yang umum
dipakai menerima tamu yang lebih dekat.
Sementara itu, yang dikenal dengan istilah Omah Ndalem atau Omah Njero
adalah ruang dimana keluarga bisanya bercengkrama. Ruang keluarga ini pun dibagi
lagi ke dalam beberapa ruangan (kamar/senthong), yakni senthong tengah, kanan dan
juga kiri.

Tak hanya pembagian ruangan, beberapa fitur Joglo juga melambangkan nilai
filosofis yang dalam. Sebut saja bagian pintu rumah Joglo yang berjumlah tiga. Pintu
utama di tengah, dan pintu lainnya ada di kedua sisi (kanan dan kiri) rumah. Tata letak
pintu ini tidak sembarangan. Ia melambangkan kupu-kupu yang sedang berkembang
dan berjuang di dalam sebuah keluarga besar.
Selain itu, di dalam Joglo juga dikenal sebuah ruangan khusus yang diberi nama
Gedongan. Ia berperan sebagai tempat perlindungan, tempat kepala keluarga mencari
ketenangan batin, tempat beribadah dan masih banyak lagi kegiatan sakral lainnya. Di
beberapa rumah Joglo, Gedongan biasa digunakan multi rangkap sebagai ruang
istirahat atau tidur. Di lain waktu, ia juga bisa dialih fungsikan sebagai kamar
pengantin yang baru saja menikah.

Anda mungkin juga menyukai