Anda di halaman 1dari 48

RUMAH ADATDAERAH JAWA BARAT

Julang Ngapak ataujuga disebut JulangNgampak adalah namarumah


adat Jawa Barat.Nama ini diambildari bentuk atapyang terlihat
seperti burung julangyang sedang mengepakkansayapnya.Rumah
adat Julang Ngapakbisa ditemukan didaerah Garut danKuningan,
Jawa Barat.Atap rumahnya memiliki dua sisi yangmelebar. Laludi
bagian atas, tampakseperti huruf V,sehingga atap rumahnyajika
dilihat dari jauhakan nampak sepertiburung yang sedang
mengepakkan sayap.

Didalam rumah adatangga yang disebut golodog,terbuat dari bambu


atau kayu.Tangga ini menjadipenghubung untuk masukke dalam
rumah.Umumnya,jumlahnya hanya ada3 anak tangga.Selain
sebagai penghubung, biasanyadi tangga inijuga orang-orang yang
hendak masuk kerumah membasuh kakidengan air.ImahJulang
Ngapak memakai bahanbangunan alami, sepertidaun rumbia atau
ijuk sebagai atapnya.Pada bagian konstruksinya,imah ini memakai
bambu.Dengan bahan-bahanmaterial alami ini,membuat tampilan
interior maupun eksteriorJulang Ngapak sangattradisional.
Filosofi rumah adat Julang Ngapak :
Masyarakat Sunda berkehidupan tidak jauh dari nilai-nilai filosofis,
begitu pun dari aspek arsitektur, tidak jauh dari nilai-nilai
tersebut. Nilai-nilai filosofis yang terdapat pada bangunan atau rumah
adat Sunda di antaranya adalah:
1. Rumah Adat yang berbentuk panggung, memiliki filosofi bahwa
manusia itu tidak hidup di atas langit tidak pula hidup di dunia bawah
tetapi berada di tengah-tengah, oleh karena itu manusia harus hidup di
pertengahan yang direalisasikan dalam bentuk rumah adat Sunda
yang berbentuk panggung.
2. Bumi adalah istilah yang digunakan dalam bahasa Sunda, yang
berarti rumah. Bumi adalah bahasa halus dan bumi juga berarti dunia.
Hal ini menggambarkan bahwa rumah bukan hanya sebagai tempat
diam, serta rumah lebih dari sekadar tempat tinggal dan berteduh.
Bahan-Bahan Rumah Julang Ngapak
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan rumah Julang Ngapak
adalah bahan-bahan alami dan tradisional. Bahan-bahan tersebut
adalah:
1. Atap
Atap untuk rumah Julang Ngapak biasanya terbuat dari alang-
alang, ijuk dan daun rumbia. Ijuk adalah serabut hitam serta keras,
berfungsi untuk melindungi pangkal pelepah pada daun aren. Rumah
dengan atap berbahan dasar ijuk identik dengan gaya arsitektur
kuno atau tradisional serta banyak memiliki keunggulan tersendiri
serta layak dijadikan pertimbangan dalam dunia arsitektur, maka dari
itu rumah tradisional Julang Ngapak pun memilih ijuk untuk bahan
dasar atapnya. Atap ijuk merupakan bahan serat yang sangat kuat,
bahkan bisa bertahan 80-100 tahun serta kuat terhadap rayap, asam
dan memiliki daya serap yang bagus baik itu menyerap air ataupun
menyerap panas. Penutup atap yang terbuat dari daun alang-alang
(tepus) atau rumbia dan ijuk tersebut diikat menggunakan tali bambu
(apus) ke bagian rangka atap di bagian atas.
2. Kerangka Atap
Bahan yang digunakan untuk kerangka atap jenis rumah julang
ngapak adalah berbahan bambu. Atap pada bangunan rumah jenis
julang ngapak berdesain melebar pada tiap sisinya.
3. penopang
bambu yang disirih empat
RUMAH ADATDAERAHBALI
Klumpu Jineng merupakan rumah adat Bali yang berfungsi sebagai
tempat tinggal sekaligus terdapat tempat penyimpanan atau lumbung
padi.Ciri khas dari Klumpu Jineng yakni memiliki struktur bangunan
panggung dengan atap dan dinding di bagian luarnya tertutup jerami
kering.Serta memilikiposisi yang lebih tinggi dan dirancang seperti goa.

Akan tetapi, Jineng saat ini sudah cukup jarang ditemukan di rumah adat
Bali dengan bahan tradisional.Jineng saat ini lebih banyak dibangun
memakai material pasir, semen, dan batu bata.Atapnya pun tak lagi
memakai jerami, melainkan genteng.BangunanJineng ini dibuat cukup
tinggi, sebab difungsikan untuk menyimpan gabah yang sudah kering.
Dengan adanya ruangan ini, gabah pun akan terhindar dari serangan
burung dan juga jamur yang biasa muncul di tempat lembab. Lalu untuk
bagian bawahnya biasa dipakai untuk menyimpan gabah yang belum
sempat dijemur.
"Filosofi rumah adat Bali:
Rumah adat Bali atau klumpuh jineng disebut Tri Hita Karana, adalah
harmoni antara manusia dengan manusia, harmoni dengan alam, harmoni
dengan yang diyakininya atau Tuhannya. Ketiganya itu tercermin dalam
pengolahan bahan, tercermin dalam penataan massa bangunan, serta
tercermin dalam wujud tampak bangunan jadi sangat beretika kita di situ,
dan itu semua diatur di dalam buku Quote of Balinese Architecture yang
disebut dengan Asta Kosala Kosali,".

Sebagai informasi, Asta Kosala Kosali adalah aturan membangun rumah


dalam masyarakat Bali. Dalam aturan tersebut dijelaskan bagaimana
membangun rumah dengan menentukan luas dan tata letak di dalam
ruangan.
Adapun ciri khas dari rumah adat Bali terlihat dari pola massa yang
bernama Pola Sanga Mandala atau Konsep Nata. Selain itu, masyarakat
Bali sangat memperhatikan bahan bangunan yang dipakai dalam
membangun rumah, ornamennya, hingga bentuk atap rumah. Dan ciri khas
yang pertama pola massa, menggunakan pola Sanga Mandala atau konsep
nata. Lalu yang kedua bahan-bahan bangunannya menggunakan bahan
alami, cerminan arsitekturnya bisa dilihat dari segi sisi struktur, konstruksi,
bahan, ornamen, dan atap. Bentuk atapnya menggunakan konsep limasan
(berbentuk segitiga) sama halnya dengan orang bali pakai udeng/destar
(topi khas bali) itu yang menjadi identitas,"
RUMAHADATDAERAHYOGYAKARTA
RUMAHADATDAERAHKALIMANTANTENG
AH
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki rumah adat tradisional
yang disebut dengan “Rumah Adat Joglo”.Bukan hanya dapat ditemukan
di Yogyakarta melainkan di beberapa wilayah Provinsi Jawa Tengah juga
masih sering dijumpai.

Rumah adat Joglo terdiri dari 2 kata yaitu “Tajung” dan kata “Loro” artinya
menggabungkan dua tanjung.Sementara untuk tajug sendiri adalah bentuk
atap berbentuk piramida. Masyarakat di jawa sendiri memilih tajug sebagai
model atap rumah ini, dikarenakan bentuknya yang mirip sama dengan
bentuk gunung. Ciri khas Rumah Adat Jogloadalah dengan pondasi
utamanya untuk menopang semua bagian bangunan.Terasnya biasanya luas
dan tanpa sekat untuk menjalin silaturahmi bersama tetangga serta
dijadikan untuk sarana interaksi sosial bersama masyarakat setempat.
Setiap hunian Joglo juga dilengkapi dengan jendelaberukuran besar yang
banyak.Pintu rumah Joglo umumnya berada di tengah ruangan. Filosofinya
adalah menggambarkan tentang keharmonisan dan keterbukaan antar
pemilik rumah serta orang lain. Ada pagar mangkok pada hunian ini
berasal dari tanaman perdu.Dimana tingginya tidak sampai 1
meter.Filosofinya adalah supaya bisa berinteraksi dengan tetangga lebih
mudah.Setiap hunian Joglo selalu menggambarkan status sosial pemilik
rumahnya.

Filosofi rumah Joglo


Dari segi desain dan motif ukiran, Bangsal Kencono didesain berdasarkan
filosofi selaras dengan alam di mana desain interior dan eksterior akan
disesuaikan satu sama lain. Bila desain interior dihias dengan ukiran-ukiran
yang bernuansa alam, maka desain interiornya dihias dengan berbagai pot
bunga dan terdapat pula sangkar burung untuk menyempurnakan
pemandangan.

Soal sangkar burung sendiri terdapat makna dan filosofis di baliknya. Arti
dari keberadaan sangat burung yang dilengkapi dengan seekor burung di
Bangsal Kencono sebagai klangenan atau sebuah wahana di mana raja atau
penghuni istana dapat bermain dan berkomunikasi dengan burung untuk
melepas penatnya.
Di samping burung juga menjadi simbol betapa hewan merupakan
bagian penting dari istana Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam
budaya Jawa, kicauan burung menjadi pertanda sesuatu yang berhubungan
dengan alam.
Hal ini sejalan dengan Raja Keraton Yogyakarta yang dipercaya
memiliki hubungan khusus dengan alam–maka burung dalam nuansa
kejawen ini menjadi sebuah pemandu untuk memahami keadaan alam
setiap harinya.

Dari segi Fungsi Bangsal Kencono tidak hanya sebagai ruang


pertemuan antara Raja dengan para tamu, Bangsal Kencono juga menjadi
ruang untuk melakukan upacara adat maupun ritual keagamaan bagi
masyarakat. Raja akan menjadi pemimpin upacara yang disaksikan oleh
para abdi dalem dan keluarga kerajaan.
Rumah adat daerah Kalimantan Tengah rumah Betang.
Salah satu rumah adat yang berada di Kalimantan Tengahadalah rumah
adat Betang.Rumah adat tersebut dihuni oleh masyarakat Dayak
terutama di daerah hulu sungai yang menjadi
pemukiman utama bagi masyarakat suku Dayak. Rumah adat Betang
memiliki bentuk seperti rumah panggung dan dibuat secara memanjang.

Rumahbetanginidihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu


sungai dengan pemukiman utama bagi masyarakat suku Dayak.Dimana
rumah adat Betang inimemiliki panjang hingga 150 meter serta lebarnya
hingga 30 meter.Rumah dengan ukuranbesar ini kemudian umumnya dihuni
oleh banyak penduduk, setidaknya terdapat minimal 100 orang di dalam
satu rumah.

Rumah adat Batang juga dapat dikatakan sebagai salah saturumah suku
terbesar karena didalamnya terdapat juga satu keluarga besar sebagai
penghuni utama serta dipimpin oleh seorang kepala yang bernama Pam
Bakas Lewu.
Filosofi Huma Betang diantaranya adalah :
Hidup rukun dan damai walaupun terdapat banyak perbedaan
Huma Betang dihuni oleh 1 keluarga besar yang terdiri dari
berbagai agama dan kepercayaan, namun mereka selalu hidup rukun
dan damai. Perbedaan yang ada tidak dijadikan alat pemecah
diantara mereka.
Seiring dengan berkembangnya zaman , masyarakat Dayak sudah
mulai meninggalkan rumah adatnya dan beralih kepada tempat
tinggal yang lebih modern. Walaupun demikian keharmonisan tidak
hanya terjadi di Huma Betang. Seluruh masyarakat Kalimantan
Tengah selalu menjaga keharmonisan itu dengan cara saling hormat
menghormati dan juga sikap toleransi.
Bergotong Royong
Perbedaan yang ada tidak membuat penghuni Huma betang
memikirkan kelompoknya sendiri. Mereka slalu bahu-membahu
dalam melakukan sesuatu, misalnya apabila ada kerusakan di Huma
Betang . mereka bersama-sama memperbaikinya , tidak
memandang agama ataupun suku. Tidak hanya di Huma Betang,
Seluruh masyarakat Kalimantan Tengah diharapkan juga bahu-
membahu dalam membangun daerahnya tidak memandang suku
bahkan agama.
Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan kekeluargaan
Pada dasarnya setiap penghuni rumah menginginkan kedamaian dan
kekeluargaan. Apabila ada perselisihan akan di cari pemecahnya
dengan cara damai dan kekeluargaan. Begitu pula di Huma
Betang , masyarakat Dayak cinta damai dan mempunyai rasa
kekeluargaan yang tinggi.
Peristiwa kerusuhan Sampit tahun 2001 lalu adalah masa kelam
provinsi ini , dalam kerusuhan ini terjadi antara masyarakat suku
Dayak dan Masyarakat suku pendatang dari pulau Jawa yaitu suku
Madura. Perselisihan yang ada sempat membuat provinsi ini tidak
aman, perkelahian dimana-mana , termasuk peristiwa pembantaian.
Perselisihan terjadi sangat alot, sampai saat perdamaianpun tiba.
Demi kedamaian juga keamanan Kal-Teng mereka bersedia
berdamai.
Menghormati Leluhur
Setelah masuknya agama-agama baru seperti Hindu, Kristen,
dan Islam, banyak masyarakat Dayak berganti kepercayaan.
Walaupun demikian masih ada sebagian dari mereka yang
menganut agama nenek moyang yaitu Kaharingan. Untuk
menghormati leluhur mereka , masyarakat suku Dayak melakukan
upacara adat. Upacara adat tersebut terdiri dari ritual membongkar
makam leluhur dan membersihkan tulang belulangnya untuk
kemudian disimpan di dalam sanding yang telah dibuat bersama-
sama.

RUMAHADATDAERAHSUMATERABARAT
Rumah Gadang adalahrumah tradisional darisuku minangkabau.Menurut
bentuknya,rumah adat inidisebut rumah gonjong ataurumah bagonjong
(rumahbergonjong), karena bentuk atapnyayang bergonjong
runcingmenjulang.Bentuk atap rumahyang meruncingke ujung kanandan
kiri serta memiliki kemiringanyang curamdimaksudkanuntuk
mempermudah turunnya airhujan. Rumah Gadangini memiliki bentuk
yanghampir sama denganperahu karena bagian bawah berukurankecil dan
membesardi bagian atas. Bentukatap dari rumah ini sepertitanduk
kerbauyangmenjadi ciri khasdalam budaya Minang.Tanduk Kerbau
bermakna harapan untukmenuju Tuhan baikmelalui nilai-nilai, amal
ibadah,dan apapun yangbisa dilakukan untuk mendekatkan diri pada-
Nya.Hal ini disebabkaneratnya tradisi keislaman dalam budayaMinang.
Untuktiang rumah adat Sumatera Barat tidak ditancapkan ke dalam tanah,
tetapi ditumpukan di atas batu yang yang berbentuk datar, ukurannya
lebar, dan punya daya tahan yang kuat terhadap tekanan.Hal ini dilakukan
bukan tanpa tujuan.Maksud dari peletakan tiang seperti itu untuk
mengurangi resiko kerusakan yang parah saat terjadi gempa.Selain
ituKayu yangdigunakan untuk membuat rumah ini tahanrayap, yaitu
jeniskayuulin atau kayu besi yang sudah tua karena kayu ini tahan
terhadap hama kayu.Sedangkanuntuk sambungan antar kayudalam
pembuat rumah, masyarakat Sumatera Barat tidak menggunakan paku,
akan tetapimengandalkan pasak kayu. Halini mengingatkan pada
pembuatan kapal kayu jaman dahulu.Maka tidak mengherankan jika
rumah gadang dikatakan sebagai kapal yang memiliki atap.Selain itu
rumah Gadang rawanjuga memiliki lumbung pangan terpisah yang
fungsinya rangkiang sebagai lumbungpadi.
Berikut adalah beberapa filosofi dan makna yang terkandung
dalam desain rumah gadang:
 Kekuatan alam

Desain rumah gadang mengandung makna kepercayaan


terhadap kekuatan alam yang kuat. Hal ini terlihat dari bentuk
atap rumah gadang yang menyerupai tanduk kerbau atau sapi,
yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberuntungan.
 Harmoni antara manusia dan alam

Rumah gadang juga mengandung makna harmoni antara


manusia dan alam. Ini terlihat dari penggunaan bahan-bahan
alami seperti kayu dan ijuk, yang dipercaya dapat
mempertahankan keseimbangan lingkungan.
 Simbol kekayaan dan kekuatan

Semakin besar dan megah sebuah rumah gadang, semakin


dihormati dan dihargai pemiliknya oleh masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, rumah gadang menjadi simbol kekayaan dan
kekuatan.
 Penghormatan terhadap leluhur
Rumah gadang juga mengandung makna penghormatan terhadap leluhur.
Hal ini terlihat dari adanya balai adat di dalam rumah gadang yang
digunakan untuk upacara adat seperti pernikahan dan pengangkatan
penghulu adat.
 Simbol keluarga besar
Rumah gadang juga menjadi simbol keluarga besar atau
“kemenakan”. Hal ini terlihat dari ukiran-ukiran pada dinding
rumah gadang yang menggambarkan silsilah keluarga pemilik
rumah.
 Simbol kesetiaan dan keberanian

Bentuk atap rumah gadang yang menyerupai tanduk kerbau


atau sapi juga mengandung makna kesetiaan dan keberanian.
Tanduk kerbau atau sapi dianggap sebagai simbol kesetiaan
dan keberanian, karena hewan-hewan tersebut selalu setia dan
berani melindungi keluarganya.
RUMAHADATDAERAHSUMATERAUTARA
Adabeberapa jenisrumah Bolon dalam masyarakat Batak,yaitu
RumahBolon Toba, Rumah Bolon Simalungun,Rumah BolonKaro,
Rumah Bolon Mandailing, RumahBolon Pakpak,Rumah Bolon
Angkola.

Ciri khas RumahBolon diantaranya adapada rumah berbentuk persegi


panjang, layaknyarumah panggung denganbanyak tiang penyangga
setinggi 1,75meter. Karena tiangnyaberukuran cukup tinggi,
makapenghuni rumah dantamu yang hadirdan akan masuk kearea rumah
harusmenaiki anak tangga.Anak tangga ini sendirijumlahnya selalu
ganjil.

Desain pada rumahadat Batak jugabermakna filosofis, pada tiang


penyangganya yangsengaja dibuat kokohsebagai pondasi rumah untuk
menunjukkanbergotong royong dansifat kuat. Sementara pada
bagianatapnya kemudian darirumah Bolon sebagai doa agarpemilik
rumah diberikankemakmuran dan kesuksesan. Pada rumahadat Batak
ukiran,hal ini kemudian mewakili doa baikuntuk pemilik
rumah.Sementara pada tiap lantai di rumahadat Batak inikemudian
terdapat arti-arti tersendiri, yaitu bagianbawah untuk
mengingatkanmanusia dan kematian, pada bagiantengahnya
menggambarkan kehidupan sehari-hari, serta padabagian atas
berhubunganlangsungdengan paradewa.

Berikut ini beberapa filosofi yang ada pada rumah bolon!


1. Pondasi rumah yang kokoh melambangkan bahwa
masyarakat suku Batak akan selalu bersama-sama dalam
menghadapi beban berat.
2. Tiang penyangga rumah atau yang disebut dengan
ninggor melambangkan kejujuran dari setiap warga sekitar
3. Atap rumah atau disebut dengan Songsong boltok,
bermakna yakni agar ketika ada sikap yang kurang
berkenan dadi pemilik rumah, maka sebaiknya disimpan
dalam hati.
4. Lantai rumah yang mempunyai makna kehidupan
5. Bagian bawah rumah yang mempunyai makna tentang
mengingat manusia akan kematian.
6. Bagian tengah yang menggambarkan kehidupan
manusia sehari-hari
7. Bagian atas yang bermakna dunia para dewa.
8. Pola ret-ret yang melambangkan bahwa kehidupan
manusia sehari-hari akan hidup saling membutuhkan.
9.Hal yang menarik pada masyarakat suku Batak Toba
adalah dimana mereka selalu membuang kotoran melalui
telaga yang biasanya terletak di dekat tungku. Hal tersebut
ternyata mempunyai makna yakni untuk menghilangkan
segala keburukan di dalam rumah dan menghilangkan setiap
perbuatan buruk dari penghuninya.
10. Pada bagian rumah juga terdapat panggung yang
mempunyai ukuran kecil. Panggung tersebut digunakan
untuk menyimpan hasil panen, tempat ini juga mempunyai
makna harapan kepada Sang Pencipta agar penghuni
rumah senantiasa dilimpahkan rezeki
Banyaknya makna tersebut dapat dijadikan sebagai bukti
bahwa ternyata rumah tersebut didirikan bukan hanya untuk
tempat berteduh dan tempat tinggal, melainkan juga dibuat
dengan penuh pedoman hidup yang telah diwujudkan dalam
setiap bagian rumah.
RUMAHADATDAERAHJAWATENGAH

RUMAHADATLIMASAN
Saat ini sudah banyak rumah yang menggabungkan konsep Limasan
dengan gaya modern. Arsitektur rumah miliki Jawa Tengah ini memiliki
keunikan di bagian atapnya.Sesuai dengan namanya, yaitu Limasan,
rumah adat ini memiliki atap yang berbentuk seperti limas. Adapun


bentuk bangunannya sama seperti yang lain, yaitu bentuk
persegidengantiang penyangga yang terbuat dari kayu.

Ada beberapa jenis rumah Limasan, seperti Lambang Sari yang memiliki
16 tiang penyangga, Lambang Gantung yang memiliki 8-10 tiang
penyangga, dan juga Jenis Gajah Ngombe, di mana khusus rumah ini
memiliki emper khusus di bagian depan rumah. Atapnya memiliki empat
sisi, dan hampir mirip dengan rumah dari Sumatera Selatan. Ada beragam
rumah Limasan, seperti Gajah Mungkur,Klabang Nyander, Semar
Pindohong, dan Lawakan.Umumnya rumah Limasan dibuat dari
bahanbata merah tanpa lapisan di bagian luar. Bagian luar pun tidak
dilapisi dengan cat.

Filosofi rumah adat Jawa Tengah punya ciri khas yang sangat
menggambarkan sifatnya yaitu sederhana dan bersahaja. CIri lain
yang paling nampak dari rumah adat ini adalah tidak terdapat
kamar-kamar yang menyekat ruangan.
Tradisi yang kerap mengikutsertakan banyak orang adalah alasan
rumah adat ini tidak memiliki kamar karena butuh ruangan terbuka.
Ciri khas ini menggambarkan karakter dari orang Jawa yang
bersifat sosial tinggi.
Rumah dengan ruangan terbuka tersebut bisa Pins sebut juga dengan
istilah pendopo. Di negara tropis, pendopo ini sangat berguna
untuk mengatasi suhu panas sehingga agar memberi kenyamanan
selain berguna untuk menampung banyak orang.
Banyak rumah adat yang berasal dari Jawa Tengah yang tetap
mencerminkan identitasnya sampai saat ini. Pins masih dapat
menjumpai rumah adat Jawa yang masih asli di Jawa Tengah.
Walaupun saat ini rumah adat sudah jarang digunakan masyarakat
sebagai tempat tinggal, masih banyak juga yang masih
menggunakan konsep rumah adat yang diadopsi ke rumah
modern dan menampilkan nilai budaya adat Jawa.
RUMAHADATDAERAHJAWATIMUR

RUMAHADATMADURA
Tanean Lanjhang adalah rumah adat Madura yang memiliki arti halaman
panjang.Merupakan hunian tradisional berupa kumpulan rumah yang
terdiri beberapa keluarga yang masih berada dalam satu ikatan
keluarga.Ciri khas darirumah Tanean Lanjhang ini adalah satu kompleks
yang terdiridari 2-10 rumah.

Pada umumnya, rumah adat Madura Tanean Lanjhang dibangun


menggunakan bahan material yang tersedia di alam.Namun, seiring
perkembangan zaman, masyarakat Madura menggunakan jenis bahan
bangunan yang modern.Bagian lantai rumah adat ini biasanya hanya
menggunakan alas tanah atau menggunakan plesteran semen.Ketinggian
rumah yang biasanya digunakan sekitar 40 sentimeter di atas permukaan
tanah. Hal ini berfungsi untuk menghindari merembesnya air ke
permukaan lantai dalam rumah
jikamusimhujan.
Rumah adat Madura Taneyan Lanjhang memiliki makna filosofis dan
memperjelas panduan barat-timur. Susunan ruang berjajar dengan
pengikat di tengah menunjukkan pusat aktivitas keluarga, dan bangunan
dibuat menurut hierarki keluarga barat-timur (tua-muda). Ketinggian
bangunan juga berbeda untuk memperjelas perbedaan hierarki.

Ruang utama, kandang, dapur berada di timur, sementara langgar di


barat. Langgar dianggap tempat tertinggi yang rohani dan dijadikan
sebagai kamar tamu. Konsep ini menunjukkan sisi kematian (barat) dan
kelahiran (timur). Asal usul dari kepercayaan inilah yang membuat
masyarakat suku Madura membuat hierarki barat-timur.

Makna dari konsep desain ruang tersebut sangat kuat dan menunjukkan
nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat suku Madura. Hal ini
membantu dalam membentuk identitas dan budaya unik yang melekat
pada suku tersebut. Dalam proses perencanaan dan pembangunan
bangunan, faktor-faktor seperti ini sangat penting untuk diperhatikan agar
tidak merusak nilai-nilai dan budaya yang sudah ada.

Selain itu, konsep desain ruang juga mempengaruhi cara masyarakat


hidup dan berkomunikasi di dalam rumah. Susunan ruang yang teratur
dan memiliki makna mempermudah dalam melakukan aktivitas dan
membentuk ikatan kekeluargaan yang kuat.

Konsep desain ruang seperti ini juga bisa diadaptasi oleh bangunan lain
untuk memperkaya nilai-nilai dan budaya. Oleh karena itu, konsep desain
ruang seperti ini perlu dikenal dan dipahami agar nilai-nilai dan budaya
yang ada dapat terpelihara dan diteruskan ke generasi berikutnya.
RUMAHADATDAERAHMALUKU
Rumah adat Maluku Baileo sebagai representasi kebudayaan Maluku
dengan ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan rumah biasanya
dan juga bentuk yang menyerupai rumah panggung.Rumah Adat Khas
Maluku menggunakan material dan bahan yang tersedia langsung dari
alam, diantaranya bambu, kayu dan rumbia, sehingga menjadi salah satu
rumah adat yang sangat ramah lingkungan.Sedangkan untuk lantaitinggi
pada area rumah Baileo ini bermakna agar roh-roh nenek moyangmemiliki
derajat dan tempat yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat setempat.
Tak hanya itu, keunikan rumah ini juga dapat dilihat daribanyaknya ukiran
dan banyaknya ornamen bergambar dua ekor ayam berhadapan serta diapit
dua ekor anjing di sebelah kiri dan kanannya.Ukiran ini sendiri memiliki
makna pada kemakmuran dan kedamaian bagi para penghuninya.Ukiran
lainnya berbentuk ukiran bulan, ukiran bintang, dan ukiran matahari yang
berada pada bagian atap dengan warna beragam yaitu warna merah, warna
kuning, dan warna hitam.Bangunan rumahadat ini sengaja dibuat terbuka
agar memudahkan roh para leluhurmasuk dan keluar rumah.Pondasinya
juga dibuat unik dengan tiang-tiang kayu yang terbuat dari pohon kelapa
berukuran pendek.Tiang-tiang ini juga langsung ditanam ke dalam
tanah.Danuntuk tiang penyangganya berjumlah 9 buah.
Arsitektur dan Filosofi Rumah Baileo
 Tidak Memiliki Dinding
Rumah adat ini berbentuk rumah panggung yang tidak memiliki dinding.
Tidak adanya dinding ini bermakna supaya roh nenek moyang dapat keluar
masuk rumah secara leluasa.

 Lantai Lebih Tinggi


Karena berbentuk rumah panggung, lantai rumah berada di atas permukaan
tanah. Maknanya adalah bahwa derajat arwah nenek moyang lebih tinggi
dari masyarakat.

 Memiliki Batu Pamali


Di depan pintu rumah, Anda akan melihat Batu Pamali. Batu ini adalah
batu kerikil berukuran besar. Biasanya, masyarakat menggunakan Batu
Pamali untuk meletakkan sesaji yang dipersembahkan untuk roh nenek
moyang. Selain itu, Batu Pamali juga menjadi simbol penting Rumah
Baileo yang harus terus dihormati.

 Ornamen Penting
Di sekitar rumah, Anda akan melihat ornamen berbentuk ayam dan anjing
dan posisinya bersebelahan. Selain itu ada juga ornamen berbentuk bulan,
bintang dan matahari berwarna merah, kuning dan hitam. Ornamen-
ornamen tersebut bermakna kalau Rumah Baileo memiliki komitmen
untuk menjaga keutuhan adat Maluku.
Istilah Tongkonan berasal dari suku Toraja yaitu “tongkon” yang artinya
duduk.Rumah adat ini merupakan rumah adat dari suku Toraja, yang
menetap di pegunungan bagian utara Sulsel.
Bentuk rumahnya menyerupai perahu kerajaan China.Bentuk tersebut
sekaligus menjadi pengingat, bahwa nenek moyang suku Toraja duludatang
ke Sulawesi Selatan memakai perahu.Rumah adat ini, selain dipakai sebagai
rumah juga digunakan untuk melaksanakan upacara-upacara adat.Rumah
adat Tongkonan dibangun memakai kayu yang didirikan di atas tumpukan
kayu.Jenis kayu yang dipakai adalah kayu Uru, salah satu yang paling
mudah ditemukan di Sulawesi.Selain itu, pembangunan juga dilakukan
tanpa unsur logam, bahkan paku juga sangat jarang dipakai untuk
membangun Tongkonan.
Lalu sama seperti rumah adat lainnya, ada ornamen atau hiasan yang
menjadi ciri khas Tongkonan. Warna merah, hitam, dan kuning adalah
warna dominan yang dipakai ora Toraja untuk mempercantik
Tongkonan.Dalam masyarakat, rumah adat suku Toraja juga dikenal
sebagai pusat pemerintahan.Istilah yang dipakai adalah Toma’
Parenta.Rumah ini termasuk salah satu rumah yang megah, sehingga dulu
hanya orang-orang bangsawan saja yang bisa membuat rumah Tongkonan.
Filosofi dari Rumah Tongkonan
Rumah adat Tongkonan memiliki beberapa jenis bangunan rumah yang
memiliki filosofinya masing-masing, yaitu:
1. Banua Sang Borong
Bagian rumah yang terdiri dari satu ruangan saja dan tidak memiliki
penyekat antar ruangan. Ruangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan
yang melibatkan banyak orang. Bangunan ini kerap dibangun bagi utusan
dari seorang penguasa adat.
2. Banua duang lanta
Bagian rumah satu ini terdiri dari dua jenis ruang, yaitu sali dan sumbung.
Sumbung sebagai ruangan yang terletak di bagian selatan digunakan
sebagai tempat beristirahat.
3. Banua Talung Lanta
Talung lunta terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sali yang digunakan
sebagai ruang tamu utama kemudian ruang paluan yang terletak di bagian
utara rumah yang digunakan sebagai kamar tidur wanita yang belum
menikah dan ruang sumbung yang digunakan sebagai tempat menyimpan
barang-barang berharga dalam keranjang atau batang besar yang memiliki
sebutan ‘batutu’.
Umumnya Banua Talung Lanta merupakan rumah adat yang mempunyai
peranan Tongkonan Kaparengngesan (Pekaindoran atau Pekambaran),
yaitu sebagai Pemerintahan Adat Toraja.
4. Banua Patang Lanta
Banua Patang Lanta terbagi menjadi dua bagian yaitu banua patang lanta di
lalang tedong dan banua patang lanta di salembe. Banua Patang Lanta
terbagi menjadi empat ruang, yakni inan kabusungan yang berada pada
bagian selatan rumah dan difungsikan sebagai ruang utama tempat
menyimpan segala peralatan adat dan pusaka.
Selain itu terdapat sumbung yang digunakan sebagai kamar tidur dan sali
tangnga yang memiliki ukuran lebih panjang jika dibandingkan dengan
ruang lainnya dan digunakan sebagai tempat berkegiatan bagi anggota
keluarga pada Rumah Adat Tongkonan.
Terdapat juga ruang sali iring yang merupakan ruangan paling rendah dan
biasanya digunakan sebagai tempat menerima tamu keluarga untuk tempat
istirahat para asisten rumah tangga.
Berikut contoh pembuatan maket rumah adat
daerahJAWABARAT
Julang Ngapak atau juga disebut Julang Ngampak adalah nama rumah
adatdaerahJawa Barat.

Alat dan bahanMiniatur rumah adatJulang ngapakJawaBarat:


1. Stik es krim
2. Kardusbekas
3. Lem tembak

Anda mungkin juga menyukai