Anda di halaman 1dari 12

Spesifikasi Teknis

SPESIFIKASI TEKNIS

1. URAIAN PEKERJAAN

1.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang akan dilaksanakan ini adalah Pembangunan Tribun Lapangan Sepak Bola
BRC, Sumber dana yaitu Dana Alokasi Umum Kab. Bengkayang.
1.2. Sarana Kerja
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus tersedia :
1.2.1. Tenaga kerja terampil dan tenaga ahli yang sudah cukup memadai dengan
jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
1.2.2. Alat-alat bantu yang benar-benar diperlukan dan dipakai dalam
pelaksanaan sesuai dengan metodologi pekerjaan yang diajukan oleh
kontraktor.
1.2.3. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup, untuk setiap macam
pekerjaan yang akan dilaksanakan paling lambat 4 hari sebelum
pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud.
1.3. Cara Pelaksanaan
Semua macam pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan penuh keahlian dan
keterampilan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS), Gambar Bestek, Berita Acara Aanwijzing, petunjuk-petunjuk
pelaksanaan dari produsen untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu serta petunjuk dari
Ahli / Konsultan Pengawas.
1.4. Jenis dan Mutu Bahan.
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai
dengan Keputusan Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dan Menpan No.
472/KPB/XII/1980, Nomor : 813/MENPAN/1980, Nomor 64/MENPAN/1980
tanggal 23 Desember 1980.

2. SITUASI DAN UKURAN

2.1. Situasi
2.1.1. Kontraktor wajib meneliti situasi medan, terutama keadaan bagian
bangunan yang akan direhab, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain
yang dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim.
2.1.2. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat
dijadikan alasan untuk mengajukan klaim.

2.2. Ukuran
2.2.1. Ukuran-ukuran situasi yang digunakan di sini semuanya dinyatakan dalam
cm, kecuali ukuran-ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam mm.
2.2.2. Titik duga lantai (permukaan lantai) ditentukan 0,00 sesuai dengan
gambar kerja.

3. PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. Izin Bangunan


Izin Bangunan dan Perizinan lain secara administratif akan diurus oleh Pemberi
Tugas, semua biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan izin bangunan ditanggung
oleh kontraktor, pengurusan izin bangunan ini harus diusahakan sejak pelaksanaan
kegiatan dimulai, segala kerugian yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor dalam
melakukan pengurusan IMB menjadi tanggungjawab kontraktor.
3.2. Tanpa izin dari Penguasa Daerah setempat, Kontraktor tidak diperkenankan
menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun di dalam Lingkup kegiatan.

3.3. Papan Nama Kegiatan


Kontraktor harus membuat/memasang papan nama kegiatan dengan ketentuan
yang disyaratkan baik mengenai ukuran papan maupun besarnya huruf, biaya untuk
pembuatan papan nama ditanggung oleh kontraktor.

3.4. Pengadaan Listrik Sementara


Kontraktor harus mengadakan Listrik sementara atas biaya kontraktor untuk
keperluan kegiatan, serta menyambungnya ke tempat tempat yang akan
ditentukan kemudian oleh pengawas lapangan.

4. PEKERJAAN PENGUPASAN DAN PERATAAN LAHAN

4.1 Lingkup Pekerjaan


4.1.1. Merupakan Pengupasan dan Perataan Tanah untuk meletakkan bangunan.
Pekerjaan ini meliputi pengupasan lahan yaitu membersihkan lahan dari
tanaman yang tumbuh diatasnya sehingga terbebas dari kotoran-kotoran
yang dapat mengganggu konstruksi bangunan dan perataan tanah meliputi
penggalian dan penimbunan bagian tanah yang dianggap perlu sehingga
didapat permukaan tanah yang rata.
4.1.2 Pelaksanaan pekerjaan ini harus dikerjakan dengan baik dan mengikuti
petunjuk konsultan pengawas dan kontraktor bertanggung jawab apabila
terjadi kerusakan struktur tanah yang diakibatkan pelaksanaan pekerjaan
ini.
4.2 Peralatan dan Cara Pengerjaan
4.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan untuk
pekerjaan ini cukup disarankan dengan peralatan manual. Kecuali atas
pertimbangan lain maka pelaksana boleh menggunakan peralatan mekanis.

4.2.2 Cara Pengerjaan Pengupasan dan Perataan Tanah


a. Pekerjaan ini tidak boleh dimulai sebelum disetujui direksi teknis.
b. Pekerjaan Pengupasan dan Perataan Tanah dilaksanakan untuk semua
permukaan tanah yang akan didirikan bangunan atau disesuaikan
dengan volume yang terdapat di dalam kontrak.
c. Semua unsur-unsur pengganggu yang terdapat di dalam atau di dekat
tanah seperti akar-akar dan tunas pohon serta tunggul-tunggul, kayu-
kayuan, batuan dan sebagainya harus dikeluarkan dan disingkirkan.
d. Untuk pekerjaan perataan tanah yang meliputi pekerjaan galian dan
timbunan jika tidak disyaratkan lain maka mengikuti prosedur dan
tata cara pekerjaan tanah

5. PEKERJAAN TANAH

5.1. Lingkup Pekerjaan


5.1.1. Merupakan Penggalian Tanah untuk pondasi. Pekerjaan ini meliputi
penggalian dan pengurugan kembali tanah pada daerah di mana akan
dipasang pondasi.
5.1.2 Pelaksanaan pekerjaan ini harus dikerjakan dengan baik dan mengikuti
petunjuk konsultan pengawas dan kontraktor bertanggung jawab apabila
terjadi kerusakan struktur tanah yang diakibatkan pelaksanaan pekerjaan
ini.

5.2 Peralatan dan Cara Pengerjaan


5.2.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan disarankan memakai alat bantu manual untuk
menggali dan memadatkan tanah. Penggalian dan pemadatan tanah harus
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan keadaan tanah yang akan digali
dan diisi serta mendapat persetujuan konsultan pengawas.

5.2.2 Cara Pengerjaan Galian Tanah


e. Pekerjaan galian tanah untuk semua pekerjaan tidak boleh dimulai
sebelum disetujui direksi teknis.
f. Pekerjaan galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan seperti
pondasi yang nyata-nyata harus dilakukan sesuai dengan gambar
rencana dan tanah kelebihannya harus digunakan urugan kembali
sebagai penutup samping bangunan atau peninggian elevasi
jalan/halaman.
g. Semua unsur-unsur pengganggu yang terdapat di dalam atau di dekat
tanah galian seperti akar-akar dan tunas pohon serta tunggul-tunggul,
kayu-kayuan, batuan dan sebagainya harus dikeluarkan dan
disingkirkan.
h. Kontraktor harus menjaga agar galian tidak tergenang air dengan jalan
menimba, memompa atau dengan cara lain yang dianggap baik atas
beban dan biaya Kontraktor.
i. Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapi setelah galian
disetujui oleh Direksi, segera mulai dengan tahap pelaksanaan
berikutnya.

j. Penggunaan dan Pembuangan Material Galian.


Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-
batas dan cakupan Kegiatan dimana mungkin harus digunakan
secara effektif untuk formasi timbunan atau urugan kembali.
Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, peat,
sejumlah besar akar atau benda tetumbuhan lain yang kompresif
yang menurut pendapat Direksi akan menyulitkan pemadatan dari
material pelapisan atau mengakibatkan terjadi kerusakan atau
penurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan tidak
memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.
Setiap material galian yang berlebihan untuk kebutuhan
timbunan, atau tiap material yang tidak disetujui oleh Direksi
sebagai bahan timbunan harus dibuang.
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk keseluruhan
pengaturan dan biaya untuk pembuangan material yang
berlebihan atau tidak memenuhi syarat, termasuk pengangkutan
dan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan
dilakukan.

5.2.3. Cara Pengerjaan Urugan Tanah


5.2.3.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan semua tenaga kerja, peralatan yang sesuai
dengan dengan gambar kerja dan persyaratan.
Macam pekerjaan urugan yang akan dilaksanakan, terdiri dari
atas:
a Pekerjaan urugan dengan menggunakan tanah setempat.
b Pekerjaan Urugan dengan menggunakan pasir urug.
Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau pasir yang disetujui
oleh Direksi untuk kontruksi urugan.
5.2.3.2. Cara Pelaksanaan
Sebelum urugan dilakukan kondisi tanah dasar (existing)
harus dibersihkan terlebih dahulu dari akar-akar pohon,
tumbuh-tumbuhan ataupun tunggul-tunggul kayu serta
kondisinya kering.
Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis, urugan tidak
boleh dipasang dalam lapisan yang lebih dari 20 cm tebal
padat dan tidak juga dalam lapis yang kurang dari 10 cm
tebal padat.
Urugan tidak boleh dipasang, dihampar atau dipadatkan
sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan
setelah hujan atau lainnya bila kadar air material diluar
rentang yang ditentukan (berlebihan).

7. PEKERJAAN BETON

7.1 Lingkup Pekerjaan


7.1.1 Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, aquipment,
peralatan dan bahan untuk semua pekerjaan beton biasa, penyelesaian dan
lain-lain. Pekerjaan pembetonan sesuai dengan gambar-gambar rencana
dan persyaratannya.
7.1.2 Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang
menyangkut pekerjaan pembetonan, yaitu seperti :
Pekerjaan kayu, tembok dan logam dan lain-lain sebagainya yang ada
kaitannya dengan pekerjaan beton.
7.2 Persyaratan
7.2.1 Standar
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-
persyaratan:
a. NI 3/1970 dan NI 8/1964 PUBB
b. NI 3/1071 PBI, kecuali ditentukan lain.
Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan
gambar-gambar dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton akan ditolak,
kecuali dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan
dan mutu bahan, cara pengerjaan cetakan, cara pengecoran, kepadatan,
texture finishing dan kualitas secara keseluruhan.
7.3 Mutu Beton
Mutu beton struktur adalah K225, U24, mutu karakteristik merupakan
syarat mengikat.
7.4 Bahan Bahan
7.4.1 Semen
Semen yang dipakai harus portland cement type I dari merk yang disetujui
dan dalam segala hal memenuhi syarat seperti dikehendaki oleh Peraturan
Beton Bertulang Indonesia.
7.4.2 Agregat (butiran, pasir)
Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh
mengandung bahan-bahan yang merusak, umpamanya yang bentuk atau
kualitasnya bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau kekalnya
konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap berat
dari tulangan besi beton.
Catatan :
Pasir yang mengandung garam atau asam tidak boleh dipakai.
7.4.3 Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-
bahan yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya
lekat semen.
7.4.4 Bahan tambahan
Bahan tambahan disetujui secara khusus dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.
7.4.5 Baja tulangan
a. Jenis tulangan
Batang tulangan besi beton dari baja lunak dengan tegangan leleh 2400
kg/cm2 dan grade yang dipergunakan adalah ST37 dengan kategori U24

b. Toleransi
Dalam penggunaan batang tulangan besi beton diberikan toleransi
sebagai berikut :
1. Untuk tulangan < 16 mm toleransi sebesar 2,5%.
2. Untuk tulangan > 16 mm tanpa toleransi.
d. Pemasangan
Sebelum beton dicor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak,
kotoran, cat, karat lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang
merusak. Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat
sehingga tidak dapat berubah atau bergeser pada waktu adukan
ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan. Tulangan besi beton dan penutup
beton tingginya harus tepat, dengan penahan-penahan jarak beton yang
telah disetujui Ahli/Konsultan Pengawas.

e. Selimut beton
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak
termasuk plesteran), adalah sebagai berikut :
1. Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan
tanah = 3 cm.
2. Kolom dan balok-balok beton = 2,5 cm.
3. Slab/plat beton di atas tanah = 2 cm.
7.4.6 Cetakan (Bekisting)
a. Bahan
Bekisting harus dipakai kayu kelas III yang cukup kering dan sesuai
dengan finishing yang diminta.
Cetakan harus dibuat dari papan-papan yang bermutu baik . Tebal papan
minimal 2 cm.
a. Penguat Cetak / Sengkang
Harus dipakai kayu kelas III yang cukup kering dan bermutu baik
dengan ukuran 4/6. jarak rangka penguat cetak tersebut minimal 40 cm
untuk kolom dan 30 cm untuk balok.
c. Konstruksi
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat
menahan getaran
d. Ukuran
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama di
semua tempat untuk bentuk dan ukuran.
e. Steiger / Perancah
Steiger cetakan minimal dari kayu dolken dan tidak diperkenankan
memakai bambu.
7.5 Lingkup dan Macam Pekerjaan
7.5.1 Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini.
7.5.2 Pekerjaan meliputi :
Sloof, Kolom dan Balok Beton bertulang K.225
Plat dack dan Listplank Beton bertulang K. 225
Cor lantai beton bertulang camp. K. 225
Lantai kerja Pondasi camp. K. 100
7.6 Syarat-Syarat Pelaksanaan
7.6.1 Syarat-syarat cetakan untuk beton
a. Cetakan (bekisting) harus bermutu baik yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b. Toleransi-toleransi memenuhi ketentuan PBI.
c. Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor, harus diplester
dengan campuran perekat sedemikian rupa sehingga sesuai warna
tekstur dan rupanya dengan permukaan yang berdekatan.
7.6.2 Pemberitahuan tentang pelaksanaan pengecoran
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian
utama dari pekerjaan, Pemborong harus memberitahu Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
7.6.3 Pengecoran
Pengecoran ke dalam cetak harus selesai sebelum adukan mulai mengental,
yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran
suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan
tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan Konsultan Pengawas.
7.6.4 Perubahan konstruksi beton
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas mempunyai wewenang untuk
menolak Konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
Konstruksi beton yang sangat keropos.
Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan
atau posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Konstruksi beton yang tidak tegak lurus, atau rata seperti yang
direncanakan.
Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

8. PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN

8.1 Lingkup Pekerjaan


8.1.1 Meliputi pengadaan dan pekerjaan semua tenaga kerja, peralatan, bahan-
bahan adukan dan plesteran dengan berbagai komposisi campuran, sesuai
dengan persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
8.1.2 Mengadakan koordinasi dengan disiplin pekerjaan lain yang ada
hubungannya dengan pekerjaan adukan dan plesteran, yaitu seperti:
Pekerjaan pemasangan batako.
Pekerjaan beton
8.2 Bahan
8.2.1 Semen Portland (PC)
Semen untuk pekerjaan adukan dan plesteran sama dengan yang digunakan
untuk pekerjaan beton.
8.2.2 Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir, tajam dan keras. Kadar
lumpur yang terkandung di dalam pasir tidak boleh lebih dari 5% dan harus
memenuhi persyaratan NI 3 PUBB 1970.
8.2.3 Air
Air yang digunakan untuk adukan dan plesteran adalah air setempat yang
memenuhi persyaratan

8.3 Persyaratan
8.3.1 Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering dan diaduk dengan
alat/mesin pengaduk di atas alas dari papan sehingga campuran benar
tercampur, baru kemudian diaduk dengan air hingga merata dalam warna
dan konsistensi. Adukan yang telah mulai mengeras harus dibuang.
Melunakkan adukan yang telah mengeras tidak diperbolehkan.
8.3.2 Proporsi adukan, plesteran harus mengikuti proporsi campuran seperti
tersebut di bawah ini:

Perbandingan Penggunaan

1 PC : 2 PS 1. Untuk plesteran plat dack


2. Untuk plesteran listplank
1 PC : 3 PS 1. Untuk plesteran dinding batako seluruh
bangunan

8.4 Cara Pengerjaan


8.4.1 Sebelum pasangan plesteran dimulai, semua bidang dinding yang akan
diplester, siar-siarnya harus dikeruk agar permukaannya menjadi kasar.
Pekerjaan plesteran ini harus dilaksanakan dengan penuh keahlian dan
ketelitian. Bidang-bidang plesteran yang tidak rata, berombak atau retak-
retak harus diulangi dan diperbaiki.
8.4.2 Plesteran yang baru saja selesai tidak boleh langsung difinish, dan selama
diproses pengeringan plesteran harus disiram air agar tidak terjadi retak-
retak rambut akibat proses pengeringan yang terlalu cepat selama 7 hari.
8.4.3 Bidang-bidang beton yang tampak dan akan diplester, sebelumnya harus
dipahat kasar dahulu, kemudian disiram/dibasahi dengan air semen agar
plesteran dapat melekat dengan baik.
8.4.4 Plesteran untuk bidang/dinding yang akan dicat dengan cat tembok acrylic
emulsion atau dilabur dengan bahan lain sebelumnya harus diratakan
dengan acian dan digosok hingga halus dengan ampelas bekas pakai atau
kertas pembungkus/zak semen.
8.4.5 Perbaikan bidang-bidang plesteran baik bidang baru yang dibongkar
kembali dan diperbaiki lagi, harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga
hubungan bidang plesteran benar-benar satu bidang yang rata, tidak retak-
retak, dan terjadi ikatan yang benar-benar kuat.
8.4.6 Tebal plesteran bila tidak ditunjukkan lain dalam persyaratan dan gambar-
gambar, adalah:
a. Untuk bidang batu cetak/batako, tebal minimum 10 mm.
b. Untuk bidang plat dack dan listplank tebal minimum 10 cm

14. PEKERJAAN PASANGAN BATU

14.1 Lingkup Pekerjaan


14.1.1 Meliputi pengadaan, pemasangan, dan pengerjaan tenaga kerja, alat-alat,
dan bahan-bahan sehubungan dengan pekerjaan pasangan batu sesuai
dengan persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
14.1.2 Pengadaan dari seluruh material, galian penyiapan pondasi dan seluruh
pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan
spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi
seperti yang ditunjukan pada gambar atau sebagaimana diperlukan secara
tertulis oleh Direksi.
14.1.3 Pasangan batu ini digunakan untuk pondasi bangunan.

14.2 Persyaratan dan Bahan-Bahan


14.2.1 Batu
- Batu harus bersih, keras tanpa alur atau retak dan harus dari macam yang
diketahui awet. Bila perlu batu harus dibentuk untuk menghilangkan
bagian yang tipis atau lemah.
- Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan jika ditempatkan
saling mengunci.
- Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi, batu harus memiliki ketebalan
yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali
tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali dari
lebarnya.

14.2.2 Adukan
Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan sesuai
dengan persyaratan yang ada pada spesifikasi ini.

14.3 Cara Pengerjaan

14.4 Persiapan
1. Pondasi untuk struktur pasangan batu harus dipersiapkan sesuai dengan
syarat untuk seksi galian.
2. Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada gambar dasar pondasi
untuk struktur penahan harus normal, atau bertangga yang juga normal
terhadap muka dari tembok
3. Bila ditunjukkan pada gambar atau yang diminta oleh Direksi suatu
pondasi beton dapat diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi
kebutuhan sesuai dengan spesifikasi ini.

14.4.1 Pemasangan Batu


1. Landasan dari adukan segar yang paling sedikit 3 cm tebalnya harus
dipasang pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan
masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan harus
digunakan untuk lapisan dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus
dilakukan untuk menghindarkan pengelompokkan dari batu yang
berukuran sama.
2. Batu harus diampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka
yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka tembok dari batu yang
terpasang.
3. Batu harus ditangani sehingga tidak menggunakan atau menggeser batu
yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk
memasang batu yang lebih besar dari yang dapat ditangani oleh dua
orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang
baru dipasang tidak diperkenankan.

14.4.2 Penempatan Adukan


1. Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan secara menyeluruh
dibasahi, cukup waktu untuk memungkinkan penyerapan air mendekati
titik jenuh. Landasan yang akan menerima masing-masing batu juga
harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada
sisi batu ke batu yang sedang dipasang
2. Tebal dari adukan/landasan adukan harus pada rentang antara 2 5 cm
dan harus minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga
antara batu yang dipasang.
3. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang
belum mengeras. Bila batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan
mencapai pengerasan awal maka harus dibongkar, dan adukan
dibersihkan dan batu dipasang lagi dengan adukan segar.

14.4.3 Pekerjaan akhir pasangan


1. Sambungan dari sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak menyelimuti batu, sewaktu pekerjaan
berlangsung.
2. Terkecuali disyaratkan lain bagian puncak horizontal dari seluruh
pasangan batu harus dibuat rapi dengan tambahan dari lapisan adukan
setebal 2 cm, yang dikerjakan kepermukaan yang merata dengan
kemiringan yang akan menjamin perlindungan terhadap air hujan dan
dengan sudut yang dibulatkan. Lapisan tersebut harus dimasukkan
kedalam dimensi yang disyaratkan dari struktur.
3. Langsug setelah ditempatkan dan sewaktu adukan masih segar seluruh
batu muka harus dibersihkan dari kotoran adukan.
4. Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan
untuk pekerjaan beton.
5. Bila pekerjaan cukup kuat dan tidak lebih dari 14 hari menyusul
selesainya pekerjaan pemasangan urugan harus ditempatkan seperti
disyaratkan atau seperti diperintahkan oleh Direksi.
6. Lereng serta bahu yang bersebelahan harus dipangkas dan dikerjakan
untuk menjamin sambungan yang kokoh dengan pasangan batu, yang
akan memungkinkan draenase yang tak terhalang dan mencegah gerusan
pada tepi pekerjaan.

15. PEMBERSIHAN AKHIR

15.1 Kontraktor diwajibkan memelihara kebersihan selesai pekerjaan baik berupa


sampah-sampah, gundukan tanah maupun bahan-bahan yang sudah tidak
terpakai lagi dan lain sebagainya.
15.2 Pembersihan dan kebersihan bangunan setelah kegiatan selesai sampai dengan
penyerahan kedua, menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor.

16. PENUTUP

16.1 Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini pada penjelasan kerja
ternyata diperlukan akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Kerja.
16.2 Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di
lapangan, akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas dengan
Kontraktor dan bila diperlukan akan dibicarakan bersama Pemberi Tugas.

Anda mungkin juga menyukai