PEKERJAAN:
REHAB TEMPAT WUDHUK DAN MUSALLA
LOKASI:
KOMPLEK KANTOR BPSDM ACEH
ANGGARAN:
TAHUN 2018
Letak bangunan sesuai site plan yang sudah direncanakan dan selanjutnya akan dijelaskan
pada saat rapat penjelasan lapangan. Pelaksana harus melihat langsung di lapangan
terutama situasi lapangan yang menyangkut penyimpanan bahan, penempatan peralatan,
dan pelaksanaan pekerjaan.
PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1
e. Perletakan bangunan baru supaya di cocokkan dengan ukuran-ukuran pada
rencana, akan tetapi apabila ada selisih/ perbedaan maka peletakannya
dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi tanah yang ada
berdasarkan petunjuk-petunjuk serta persetujuan Bouwheer/Direksi.
f. Perubahan mengenai tata letak bangunan maupun ukuran-ukurannya harus
diterapkan pada gambar rencana yang ada lengkap dengan tanda-tandanya
serta harus dilegalisir oleh Direksi dan disetujui oleh Bouwheer/Pemberi
Tugas.
1.3 Instalasi Air Bersih, Air Kerja dan Instalasi Listrik Sementara
1.3.1. Pelaksana Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan instalasi air bersih,
air kerja dan instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa
pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-
pekerjaan konstruksi.
PASAL 2
PEKERJAAN TANAH
2.6.5. Timbunan harus dipadatkan dengan alat Stamper, Mini Tandem Roller atau
alat lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas lapis berlapis dengan
ketebalan tiap lapis minimal 30 cm.
2.6.6. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95% dari standar
proctor laboratorium pada kadar air optimum dengan pemeriksaan kepadatan
standar.
2.6.7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
PASAL 3
PEKERJAAN PONDASI
PASAL 4
PEKERJAAN BETON
h. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
6
c. Pelaksana Pelaksana harus menunjukkan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
d. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pelaksana.
4.1.7. Tulangan Beton
a. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
b. Baja tulangan Menggunakan Besi dia. 6 mm dan dia. 10 mm adalah besi
polos.
c. Besi tulangan sengkang/begel diameter 10 mm adalah besi polos.
d. Besi beton yang digunakan harus memenuhi kriteria mutu, besi dengan
ukuran Ø 6 mm dan besi dengan ukuran ≥ Ø 10 mm
e. Besi tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
f. Besi Tulangan untuk semua diameter tidak boleh didatangkan ke lokasi
pekerjaan dalam keadaan bengkok.
g. Besi Tulangan yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.
h. Besi tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
i. Semua peraturan tentang baja di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku
juga pada spesifikasi teknis ini.
7
b. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Desain terutama dari
segi komposisi material beton.
c. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d. Pelaksana Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari
kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk menakar komposisi
material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
e. Penakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar
dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi
material beton yang ada dalam Job Mix Desain.
f. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pelaksana.
4.2.3. Beton Ready Mix (Beton Siap Curah)
a. Penggunaan beton Ready Mix oleh Pelaksana Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b. Pelaksana Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Desain
kepada Konsultan Pengawas terhadap semua mutu beton struktural yang
menggunakan Beton Ready Mix.
c. Job Mix Desain harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum digunakan.
d. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pelaksana.
4.2.4. Perakitan Tulangan
a. Perakitan tulangan balok, kolom, dan pondasi dapat dilakukan di bengkel
kerja oleh Pelaksana Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi
b. Dimensi, model, bengkokan, dan pajang penyaluran tulangan harus sesuai
dengan Gambar Bestek atau standar yang ada dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI).
c. Pelaksana Pelaksana harus menyediakan gambar dan daftar bengkokan,
dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel kerja untuk
menghindari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.
d. Tulangan balok, kolom dan pondasi yang telah selesai dirakit jika tidak
langsung dipasang harus diletakkan ditempat yang terlindungi dari hujan
dan tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah.
e. Untuk tulangan plat lantai dan plat atap dirakit langsung diatas bekisting
yang terlebih dahulu telah selesai dikerjakan.
f. Pada tulangan kolom, balok, pondasi tapak, plat atap, dan plat lantai harus
diberi balok-balok beton tahu dengan tebal yang disesuaikan dengan tebal
selimut beton. Beton tahu harus ditempatkan pada semua sisi tulangan yang
bersentuhan dengan bekisting. Jarak pemasangan beton tahu minimal 30 cm
dan maksimal 60 cm untuk balok dan kolom, sedangkan untuk plat lantai
dan plat atap setiap 1 m2 harus ada minimal 4 buah beton tahu. Mutu beton
tahu minimal sama dengan mutu beton konstruksi penempatan.
g. Untuk tulangan plat lantai dan plat atap harus diberi support atau
penyangga untuk keperluan menjaga kestabilan jaring tulangan dari besi
tulangan dengan diameter yang lebih besar dari diameter tulangan plat.
Setiap 1 m2 harus ada minimal 4 buah support atau penyangga.
h. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
i. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan
alat ikat kawat beton.
j. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan terlalu lama dalam
bekisting.
8
4.2.5. Acuan / Bekisting
a. Bahan utama bekisting adalah multiplex 6 mm yang diperkuat oleh balok-
balok kayu penyangga dari kayu kelas III.
b. Pelaksana Pelaksana harus mengajukan gambar-gambar rencana
pelaksanaan untuk bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta
konstruksi lain yang dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas.
c. Penggunaan bekisting sistem bongkar-pasang dari bahan besi harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting
waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang
rapi.
e. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
f. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
g. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi,
kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Pelaksana Pelaksana dengan alat
Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak dibenarkan.
h. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
i. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton.
j. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Pelaksana Pelaksana harus memperbaikinya.
4.2.6. Pengecoran Beton (Casting Concrete)
a. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Pelaksana Pelaksana harus
memastikan Acuan/Bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian
konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.
c. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Pelaksana
Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak
berhubungan langsung dengan air hujan.
d. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton -beton dengan mutu dibawah K-125.
e. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan batu pecah, pasir beton,
semen, air, dan zat additive jika ada. Urutan ini bisa diubah dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
f. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
g. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputuskan oleh
Konsultan Pengawas sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang
sebelumnya telah disiapkan oleh Pelaksana Pelaksana.
h. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja ke lokasi bekisting untuk dituang.
i. Beton segar harus segera dituang ke dalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas.
j. Untuk pengecoran pada daerah tinggi (lantai 2) dapat dipakai media angkut
lift.
9
k. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
l. Tinggi jauh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
m. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakan sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tertentu
pada saat bekisting dibuka.
n. Jika terjadi sangkar kerikil Pelaksana Pelaksana harus memperbaiki bagian
itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusus untuk
sambungan (joint) dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
o. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah, Pelaksana
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
p. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi
yang sama tidak boleh dari 1 hari.
q. Untuk pengecoran dengan Beton Ready Mix (beton curah) alat-alat untuk
pengecoran seperti Mixer Dump Truck, Concrete Pump, Air Pump, dan
Concrete Vibrator harus tersedia di lapangan.
r. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pelaksana.
4.2.7. Perawatan Beton (Curing)
a. Pelaksana Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
b. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin ke permukaan beton sampai beton
seumur satu minggu. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4.2.8. Quality Kontrol
a. Slump test
Pemeriksaan kekentalan beton (konsistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 5 m3 pekerjaan
beton pada setiap mutu beton.
Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test
dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump
rencana yang ada pada Job Mix Desain Mix Desain.
b. Benda Uji Beton
Pelaksana Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk
kubus dan silinder standar. Ukuran kubus adalah 20 x 20 cm dan ukuran
silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda.
Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air
sampai berumur 28 hari.
Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji,
dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
c. Kuat Tekan Beton
Pelaksana Pelaksana harus melaksanakan pemeriksaan terhadap kuat
tekan beton yang telah selesai mereka kerjakan.
Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan
minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Pelaksana
Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Pengawas. Pemeriksaan kuat
tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Pengawas hasilnya
dianggap tidak sah. Semua biaya untuk pemeriksaan kuat tekan beton ini
harus ditanggung oleh Pelaksana Pelaksana termasuk biaya yang harus
dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas.
10
Hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus menghasilkan kuat tekan
beton karakteristik yang sesuai dengan yang direncanakan.
Kuat tekan beton yang kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana
dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan di lapangan
harus dibongkar.
Pelaksana Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan
pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan
kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton menghasilkan kuat
tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton rencana.
Perencanaan ulang untuk Job Mix Desain Mix Desain harus dilakukan
oleh Pelaksana Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan
jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas bersama dengan
Pelaksana Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan
dalamPengawasan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap
pelaksanaan.
Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Laporan hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
4.2.9. Instalasi dalam Konstruksi Beton
a. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau ditekan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam
Gambar bestek atau oleh Konsultan Pengawas.
b. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam
konstruksi beton.
c. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
d. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
e. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok tidak diperbolehkan untuk alasan apapun.
4.2.10. Sambungan Antar Beton
a. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru
sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom
tiap lantai.
b. Jika penyambungan terpaksa dilakukan permukaan beton lama harus
dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.
c. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
d. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80
cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua.
e. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu
pada beton lama.
f. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent, hal ini harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
g. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
4.2.11. Benda-Benda Yang Tertanam dalam Beton
a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa, dan sebagainya yang diperlukan
tertanam dalam beton harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum
beton di cor.
11
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari karat dan
kotoran lain pada waktu beton di cor.
c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan diikat pada
tempatnya dengan menggunakan template.
4.2.12. Pengeringan Beton
a. Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan baik cara yang disetujui oleh
Direksi Lapangan. Segera setelah beton di cor dan difinis, maka permukaan-
permukaan yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga kehilangan
kelembabannya dengan menjaga agar tetap basah secara terus menerus
selama 7 (tujuh) hari.
b. Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya sedang masa
perawatan beton belum dilampaui harus dirawat dan dilindungi seperti
permukaan-permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan untuk
menghindari terjadinya retak rambat (internal crack).
c. Cetakan beton yang dilindungi terhadap penguapan dan tidak dibongkar
selama masa perawatan. Beton harus selalu dibasahi dengan air untuk
mengurangi retak, terjadinya celah-celah pada sambungannya.
d. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak tersebut di atas
harus dirawat dengan air atau ditutupi dengan membran yang basah.
e. Melapisi permukaan beton dengan bahan khusus perawat beton (curring
compound) hanya diperbolehkan pada bagian-bagian beton yang tidak
ditonjolkan secara estetika. Kecuali dapat dibuktikan pada Direksi Lapangan
bahwa bahan-bahan tersebut tidak memberi pengaruh buruk pada
permukaan beton.
PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN DINDING DAN PLESTERAN
13
a. Semua permukaan pasangan batu bata, kecuali bagian-bagian yang tidak
perlu diplester seperti yang tercantum dalam gambar.
b. Semua kolom, balok, dinding dan langit-langit dari beton.
5.2.3. Bahan-bahan :
a. Semen Portland ( PC tipe I ) seperti yang ditentukan dalam Pasal SII - 003 -
81, NI 8 - 1972 b.
Agregates :
Pasir seperti yang tercantum dalam Pasal 4 kecuali bahwa pasir harus
dicuci dan kecuali apabila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
Pasir untuk lapisan terakhir harus bersih dicuci dan jenis silikat putih.
c. Air bersih, bebas dari minyak-minyak, asam alkali dan barang-barang
organik lainnya.
5.2.4. Penyerahan dan penyimpanan :
a. Bahan-bahan jadi harus dalam bungkus dan ikatan asli yang masih ada
nama dan merk dari pabrik.
PASAL 6
PEKERJAAN LANTAI
6.2 Bahan-bahan :
a. Semen Portland ( PC tipe I ).
b. Agregat halus seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
c. Agregat kasar seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
d. Air seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
PASAL 7
PINTU ALUMINIUM
A. LINGKUP PEKERJAAN
B. BAHAN/PRODUK
16
ii. Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/Konsultan
Pengawas.
iii. Warna Profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan
Kontraktor).
iv. Lebar Profil : (pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar.
v. Pewarnaan : Natural Anodize sesuai standart produksi pabrik.
vi. Nilai Deformasi : Diijinkan maksimal 1 mm.
i. Accesssories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari
vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium
harus ditutup caulking dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka/kosen
aluminium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink
tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat bergeser.
j. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya
harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive
treatment dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau
bahan insulation lainnya.
C. PELAKSANAAN
17
2. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai,
dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk
Perencana/Konsultan Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk,
kualitas, bentuk, ukuran.
PASAL 8
PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA BAJA RINGAN
DAN PENUTUP ATAP
8.2. Syarat-syarat
a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan seperti yang tertera didalam gambar Rencana.
b. Hasil pekerjaan memasang atap ini harus mendapat persetujuan dari Pengawas.
c. Untuk Pekerjaan gudang dipakai Rangka Baja Ringan yang diangkur pada
ring balk menggunakan baut dia. ½ “ dengan panjang 15 cm pada setiap
rangka kuda-kuda.
8.3. Bahan – bahan rangka atap
a. Bahan rangka atap adalah Rangka Baja Ringan dengan kandungan
55% Aluminium & 4,35% Zincalum, Tegangan leleh Baja minimum 550 mpa,
Rangka Baja Yang di izinkan harus memiliki sertifikat dari HIMPUNAN AHLI
KONSTRUKSI INDONESIA (HAKI). Besaran Ukuran Baja Ringan yang dipakai
Harus dihitung kembali oleh pelaksana (Pabrik Pemasok Bahan Rangka Baja
Ringan).
18
didalam gambar rencana.
b. Rangka Baja Ringan yang akan dirangkai sebagai rangka atap harus diangkur
pada ring balk menggunakan baut dia. ½ “ dengan panjang 15 cm pada setiap
rangka kuda-kuda.
c. Jarak Pemasangan Rangka Kuda-kuda Baja Ringan memiliki jarak antar kuda-
kuda sesuai dengan gambar rencana.
d. Pemasangan baut sekrup pada rangka baja ringan harus benar –benar kuat,
sehingga sambungan rangka baja dapat terjepit dengan rapat.
e. Bentuk dan ukuran serja jarak pemasangan rangka kuda – kuda baja ringan
harus dipastikan benar – benar kuat dan aman dari segi strukturalnya, apabila
diperlukan penambahan rangka tambahan maka harus dipasang dengan benar
dan dengan mendapat persetujuan dari pengawas.
f. Untuk pemasangan genteng 0,30 mm harus rapi dan kuat terpasang, harus
dipastikan jarak pemasangan baut tepat pada gording rangka baja ringan. apabila
terdapat kebocoran pada seng atap maka Pelaksana pelaksana harus
membongkar dan memperbaikinya kembali.
g. Pemasangan dan Perletakan atap yang pertama harus dipasang berlawanan arah
angin. Maksud dari berlawanan arah angin adalah tepi ujung yang mempunyai
kaki atap harus dipasang berlawanan arah angin, kemudian baru ditimpa dengan
atap yang tepi ujung yang tanpa kaki atap dan seterusnya diikuti oleh lembaran-
lembaran yang berikutnya.
PASAL 9
PEKERJAAN CAT
9.2 Syarat-syarat
Pelaksana harus memberikan jaminan tertulis kepada pemilik bahwa semua pekerjaan
cat sesuai dengan spesifikasi tidak mengelembung, mengeluap dan cacat-cacat lain
selama 2 tahun sesudah penyerahan terakhir dari pekerjaan.
9.3 Bahan-bahan
a. Untuk dinding dan langit-langit bagian dalam menggunakan Acrylic Emultion Paint
/setara.
b. Sedangkan bagian luar bangunan harus memakai cat Mowilex Weather Shield
Exterior/Setara. Warna dinding dapat dikonsultasikan kembali dengan Direksi
Lapangan/ Pemilik Proyek.
c. Untuk kosen pintu dan jendela serta ambang pintu dan jendela dari kayu harus
memakai cat minyak merk Avian atau setara.
d. Cat harus dalam bungkus asli dan utuh. Pada label tersebut ada keterangan-
keterangan nama pabrik, warna, susunan kimia dan aturan pakai.
e. Pengujian
Contoh cat diambil secara periodik dan kaleng yang dibuka dilapangan diuji di
laboratorium. Bila dari hasil pengujian tersebut hasilnya tidak sama dengan
19
spesifikasi maka biaya perbaikan/ pengecatan kembali dibebankan kepada
Pelaksana.
9.4 Tata Kerja
Koordinasi
a. Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana untuk
menunjukan secara detail berbagai item pekerjaan dari peralatan-peralatan dan
penyambungan-penyambungan.
b. Gambar-gambar rencana menunjukan tata letak secara umum dari peralatan,
pemipaan cabinet dan lain-lain.
10.2 System
a. Air Bersih
Air bersih yang didapatkan dari Jet Pump, PDAM dan Sumur Bor. Pipa yang
digunakan untuk menyalurkan air bersih adalah pipa PVC Ø 3/4" , dari bahan dan
kualitas yang baik, anti karat, anti lumut, tidak mudah rusak akibat tekanan dan
pengaruh cuaca.
20
Bahan dan Material Pipa
Pipa PVC harus sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam SII 034482, S-
12,5.
Bahan baku utama untuk PVC harus Polyvinyl Chloride tanpa pembentukan
sifat plastis dengan kandungan PVC murni harus labih besar dari 92,5 %.
Hasil akhir produksi harus merupakan produk yang homogeny, tahan serta
akan terurai oleh air.
Rekanan har us bertanggung jawab atas setiap kegagalan pengujian yang
dilakukan oleh laboratorim independen trerhadap kandungan bahan baku
PVC.
10 .3 Perkerjaan Pemipaan
Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain adalah :
- ASTM : American Society of Testing Material.
- ANSI : American National Standard Institute.
- BS : Birmingham Standard.
- JIS : Japan Industrial Standard.
- SII : Standard Industri Indonesia.
PASAL 11
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
11.1 Umum
Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga
kerja, pemasangan, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan training bagi
calon operator, sehingga seluruh sisem elektrikal dapat beroperasi dengan baik dan
benar.
21
f) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi
penerangan dan stop kontak.
5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)
a) Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap denga
tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.
b) Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang,
pondasi, armature dan accessories lainnya.
c) Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang
armature dan accessories lainnya.
d) Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap dengan
conduit, pelindung kable dan accessories lainnya.
6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap
dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan accessories lainnya.
7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir
lengkap dengan accessories lainnya.
8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar
dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack,
support equipment dan accessories lainnya)
11.2.2 Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk
menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-
peralatan, dan sambungan sambungannya. Pelaksana Pelaksana harus
melengkapi dan memasang seluruh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan.
2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi
dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain. Pelaksana
Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang
disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan
biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan
padagambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.
11.2.3 Standar-standar
1. Sebagai dasarPengawasan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku:
a) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan
Instalasi Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat penyambungan Listrik
c) Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia
d) Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
e) Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang Standard
penerangan buatan.
f) Pentunjuk pengajuan rencana instalasi dan perlengkapan bangunan.
g) Standdard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti: IEC, VDE,
DIN, NEMA, JIS, NFPA, dan lain-lain.
22
1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang
harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang
dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan
Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS,
NEMA dan sebagainya.
2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal Enclosed),
free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada:
a) Panel Genset
b) LVMDB
3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed).
Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada:
a) Panel-panel pencahayaan dan stop kontak
b) Panel-panel daya plumbing
c) Panel-panel lain.
4. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi
tercantum dalam gambar rencana.
23
b) Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah
pengelasan, kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat
dengan cara galvanisasi atau “Chromium Plating” atau dengan “Zinc
Chromate Primer”.
c) Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven warna abu-
abu atau warna lain yang disetujui Direksi.
7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker
(MCB) dengan breaking capacity minimal 8-10 KA simetris.
8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker
(MCCB) atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada
gambar rencana dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam
gambar rencana.
9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantineous magnetic unit. Main CB dari setiap panel harus dilengkapi
dengan shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.
10. Panel/kubikel harus dilengkapi dengan relay pengaman terhadap kesalahan
hubungan ke tanah (Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan relay
pengaman lainnya (Over Current Relay, Over Voltage Relay, dan lain-lain)
seperti terdapat pada gambar.
11. Main busbars dalam panel harus dipasang horisontal di bagian bawah/atas
dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu
setengah) kali dari rating ampere frame main pemutus dayanya.
12. Busbars dari bahan tembaga murni dengan minimum konduktivitas 99,99.
Busbars harus dicat sesuai code warna dalam PUIL 2000;
a) Phasa : Merah, Kuning, Hitam
b) Netral : Biru
c) Ground : Hijau – Kuning.
13. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 volt, 50 Hz dan tahan
bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat menutup
dengan sempurna pada 85 tegangan nominal Magnetic Contactor harus dari
Telemekanik dan yang setaraf.
14. Pemberian tanda Pengenal Tanda Pengenal harus dipasang, yang
menunjukkan halhal berikut:
a) Fungsi peralatan dalam panel
b) Posisi terbuka atau tertutup
c) Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
d) Dan lain-lain
11.4 Kabel Daya Tegangan Rendah
11.4.1 Umum
Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam
ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana (NYY, NYFGBY,
FRC, NYM, NYA, 06/1
KV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard
SII atau S.P.L.N.
11.4.2 Instalasi dan Pemasangan Kabel
1. Bahan
a) Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/kawat harus baru dan harus
jelas ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis
pintalannya.
24
b) Semua kawat dengan penampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat
secara disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel
dengan penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian
remote control.
c) Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type:
Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit High
Impact PCV.
Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman
dengan menggunakan kabel NYFGbY.
Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP
menggunakan kabel jenis NYY.
Untuk kable-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,
pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.
Untuk FRC digunakan merk: Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli,
Pyrotenax.
2. “Splice” / Pencabangan
a) Tidak diperkenankan adanya “splice” ataupun sambungan-sambungan
baik dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau
kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible).
b) Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara electric, dengan cara-cara “Solderless Connector”.
Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
c) Dalam membuat “Splice” konector harus dihubungkan pada konduktor-
konduktor dengan baik, sehingga semua konduktor tersambung, tidak
ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh
getaran.
d) Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
tembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC,
yang diameternya disesuaikan dengan diameter kabel.
3. Bahan Isolasi
a) Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet,
PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, composition dan lain-lain
harus dari type yang disetujui untuk penggunaan, lokasi voltage dan
lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang disetujui
menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau Manufacturer.
b) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-
lain). Pelaksana Pelaksana harus memberikan brosur-brosur mengenai
cara-cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada
Pengawas.
c) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warnawarna atau nama-
namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan
isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil
pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
d) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambunganpenyambungan harus dengan ukuran yang sesuai.
e) Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
f) Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.
25
g) Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal
temperatur-temperatur pengecoran dan semua lubang-lubang udara
harus dibuka selama pengecoran.
h) Bila kabel dipasang tegak lurus di permukaan yang terbuka, maka harus
dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm minimal 2,5 mm.
4. Saluran Penghantar dalam Bangunan
a) Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceilling
gantung, saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
b) Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling
gantung saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan
diletakkan diatas ceilling dengan tidak membebani ceilling.
c) Untuk instalasi saluran penghantar di luar bangunan, dipergunakan
saluran beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa
galvanized dengan diameter sesuai standarisasi. Saluran beton
dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-belokan.
d) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit
minimum 5/8” diameternya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan
keluar harus menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan
yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip di dalam
junction box.
e) Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus
dilengkapi dengan “ Socket/lock nut”, sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang
berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m harus
dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan pada
setiap jarak 50 cm.
PASAL 12
PEKERJAAN SALURAN AIR KOTOR
PASAL 13
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN FINISHING
17.1 Persiapan pekerjaan dibuat los kerja, gudang bahan dan kamar direksi dalam bentuk
darurat dan papan nama program.
17.2 Pemasangan bowplank harus disahkan oleh direksi, konsultan dan pengelola,
mengingat ada kaitannya dengan peil yang sudah ditentukan.
17.3 Guna untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, untuk kesempurnaan pekerjaan,
ternyata tidak disebut dalam uraian ini, maka bagian tersebut harus dilaksanakan oleh
Pelaksana.
17.4 Apabila ternyata tidak terdapat kesesuaian antara gambar dengan bestek, maka
diambil pada gambar detail. Apabila kurang jelas maka yang berlaku adalah yang
tercantum dalam bestek ini, terkecuali Direksi memberi keputusan lain.
17.5 Untuk dokumentasi, Pelaksana diharuskan mengadakan opname photografi sekurang
kurangnya 3 (tiga) kali (sebelum dimulai, sedang dalam pelaksanaan dan setelah selesai)
pandangan yang sama 4 (empat) arah muka, belakang, samping kiri dan samping
kanan.
28