Anda di halaman 1dari 28

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN:
REHAB TEMPAT WUDHUK DAN MUSALLA

LOKASI:
KOMPLEK KANTOR BPSDM ACEH

ANGGARAN:
TAHUN 2018

Letak bangunan sesuai site plan yang sudah direncanakan dan selanjutnya akan dijelaskan
pada saat rapat penjelasan lapangan. Pelaksana harus melihat langsung di lapangan
terutama situasi lapangan yang menyangkut penyimpanan bahan, penempatan peralatan,
dan pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 Pengukuran dan Opname


1.1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi : Pekerja-pekerja, ahli, bahan, peralatan dan kegiatan-kegiatan
yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan pengukuran
sesuai dengan RKS dan gambar-gambar.
b. Pekerjaan pengukuran antara lain :
 Penentuan lokasi bangunan, jalan, landscaping dan lain-lain.
 Penentuan duga
1.1.2. Syarat-syarat :
a. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dalam
bidangnya dan pengalaman.
b. Pemeriksaan Hasil pengukuran segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas dan dimintai persetujuan Konsultan.
c. Pengukuran harus diketahui dan disetujui oleh Instansi yang berwenang
dalam pengurusan IMB.
1.1.3. Bahan-bahan dan peralatan :
a. meteran
1.1.4. Tata Kerja :
a. Segera setelah diterima surat perintah kerja dari Pemimpin Program,
Pelaksana diharuskan untuk melaksanakan pengukuran dan opname pada
setiap pekerjaan yang akan dikerjakan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
b. Setiap tahap pengukuran dan opname harus disetujui oleh Direksi sebelum
pekerjaan pengukuran berikutnya dilanjutkan, setiap kesalahan/keraguan
hasil pengukuran harus diulang kembali.
c. Dalam hal Direksi tidak dapat hadir pada saat pengukuran, Direksi dapat
menunjuk/menguasakan wakilnya secara tertulis dan mempunyai hak yang
sama dengan Direksi. Pelaksanaan pengukuran dan opname dianggap
benar dan setelah dibuat berita acara serta ditanda tangani oleh kedua belah
pihak dan disetujui oleh Pihak Prngendali Program.
d. Sesudah pekerjaan pemerataan tanah selesai dikerjakan, Pelaksana
diharuskan melakukan pengukuran situasi tanah lokasi lengkap. Untuk
diplotkan tata letak bangunan sesuai dengan gambar rencana.

1
e. Perletakan bangunan baru supaya di cocokkan dengan ukuran-ukuran pada
rencana, akan tetapi apabila ada selisih/ perbedaan maka peletakannya
dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi tanah yang ada
berdasarkan petunjuk-petunjuk serta persetujuan Bouwheer/Direksi.
f. Perubahan mengenai tata letak bangunan maupun ukuran-ukurannya harus
diterapkan pada gambar rencana yang ada lengkap dengan tanda-tandanya
serta harus dilegalisir oleh Direksi dan disetujui oleh Bouwheer/Pemberi
Tugas.

1.2 Lapangan Pekerjaan


1.2.1. Pekerjaan persiapan, Pelaksana harus menyediakan gudang, bangsal-bangsal
kerja kecuali tempat kerja yang akan ditetapkan pada waktu penunjukan
setempat (BUILDING PLOT)
1.2.2. Semua benda-benda tak berguna, tumbuh-tumbuhan, akar, alang-alang dan
lain-lain harus dibersihkan/ disingkirkan dari lapangan dan apabila perlu dengan
menggalinya.
1.2.3. Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tumbuhan di lapangan disingkirkan,
kemudian permukaan tanahnya di sesuaikan dengan tinggi duga yang
dikehendaki.
1.2.4. Bila Pelaksana membutuhkan bangunan sementara, maka Pelaksana diberi
kesempatan untuk mendirikannya atas beban sendiri dengan persetujuan
pengawas.
1.2.5. Pelaksana harus menutup, memagar lapangan kerja, pagar penutup harus
memenuhi syarat- syarat yang ditentukan pemerintah setempat, Pelaksana
diwajibkan untuk membuat pintu masuk sendiri.

1.3 Instalasi Air Bersih, Air Kerja dan Instalasi Listrik Sementara
1.3.1. Pelaksana Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan instalasi air bersih,
air kerja dan instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa
pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-
pekerjaan konstruksi.

1.4 Perlengkapan Keamanan Kerja dan P3K


1.4.1. Pelaksana Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk
semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan.
1.4.2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini:
 Helm Pelindung Kepala
 Sepatu untuk melindungi kaki
 Pemadam Kebakaran
 Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja

PASAL 2
PEKERJAAN TANAH

2.1 Lingkup Pekerjaan :


Meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan yang berhubungan dengan galian
dan urugan untuk konstruksi seperti tercantum dalam spesifikasi dan gambar-gambar
rencana.

2.2 Galian Pondasi


2.2.1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Pelaksana Pelaksana harus
memastikan lokasi di sekitar penggalian bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan tanah humus.
2
2.2.2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi peletakan tapak pondasi
dan ini harus dibuktikan dengan pekerjaan pengukuran posisi peletakan
pondasi dengan cara manual dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
2.2.3. Pekerjaan galian pondasi tidak boleh merusak struktur tanah di sekitar galian
pondasi.
2.2.4. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi harus sesuai dengan Gambar
Bestek.
2.2.5. Penggalian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun
maupun memindahkan rangka/bekisting yang diperlukan dan juga untuk
mengadakan pembersihan.
2.2.6. Perubahan-perubahan dari gambar Bestek yang diperlukan untuk kemudahan
pekerjaan penggalian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.2.7. Kesalahan penggalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman
yang diperlukan, maka kelebihan kedalaman tersebut harus diurug kembali
dengan biaya sendiri dari Pelaksana Pelaksana.
2.2.8. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup.
2.2.9. Jika pada saat penggalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-
puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta
diurug kembali dengan pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang
diperlukan.
2.2.10. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus
ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali ke dalam
lubang galian dan tidak mengganggu pekerjaan konstruksi pondasi.
2.2.11. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah
sebelum pekerjaan konstruksi pondasi selesai dikerjakan.
2.2.12. Pelaksana Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah di sekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan penggalian.
2.2.13. Penggalian dengan alat berat dibenarkan selama tidak merusak struktur tanah
di sekitar galian.
2.2.14. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2.3 Urugan Galian Pondasi


2.3.1. Urugan pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi pondasi selesai
dikerjakan.
2.3.2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau
material lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.3.3. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stamper
atau alat lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.3.4. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal setiap
lapisannya adalah 30 cm.
2.3.5. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2.4 Galian Saluran Drainase


2.4.1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian drainase Pelaksana Pelaksana harus
memastikan lokasi di sekitar penggalian bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan tanah humus.
2.4.2. Penggalian dapat dilakukan dengan tenaga manusia (manual).
2.4.3. Pekerjaan galian harus benar-benar memperhatikan elevasi dasar galian
sehingga ketika saluran selesai dikerjakan air dapat mengalir dengan
lancar, hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Water passing.
2.4.4. Bentuk, dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar
Bestek.
2.4.5. Hasil pekerjaan galian saluran harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3
2.5 Galian Pipa dan Instalasi Listrik
2.5.1. Yang dimaksud dengan galian pipa adalah semua pekerjaan yang
berhubungan dengan, Instalasi Air Bersih, dan Instalasi Limbah Kimia.
2.5.2. Bentuk dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
2.5.3. Kedalaman galian pipa minimal 40 cm dari muka tanah dasar kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
2.5.4. Galian pipa tidak boleh mengganggu struktur dan konstruksi bangunan
lain yang ada disekitarnya.

2.6 Timbunan Tanah


2.6.1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan Pelaksana Pelaksana harus
memastikan lokasi di sekitar penggalian bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan tanah humus.
2.6.2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak berbongkah-
bongkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah, bukan hasil bongkaran
bangunan lama, dan bukan pasir laut.
2.6.3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.
2.6.4. Untuk penimbunan dalam bangunan tidak boleh dilakukan dengan alat berat.

2.6.5. Timbunan harus dipadatkan dengan alat Stamper, Mini Tandem Roller atau
alat lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas lapis berlapis dengan
ketebalan tiap lapis minimal 30 cm.
2.6.6. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95% dari standar
proctor laboratorium pada kadar air optimum dengan pemeriksaan kepadatan
standar.
2.6.7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2.7 Pasir Urug


2.7.1. Pasir urug hanya dipergunakan untuk urugan dan timbunan serta alas
pekerjaan Lantai Kerja Beton (Line Concrete).
2.7.2. Pasir urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton
non struktural.
2.7.3. Pasir Urug tidak terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
2.7.4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10% dari berat keringnya.

PASAL 3
PEKERJAAN PONDASI

3.1 Lingkup Pekerjaan :


Meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan Pondasi, sesuai dengan gambar-gambar denah, gambar potongan dan
gambar detail.

3.2 Bahan Yang Harus disediakan :


3.2.1. Pondasi plat beton bertulang menggunakan bahan yang memenuhi
persyaratan yang diuraikan dalam pasal beton bertulang. Beton yang
digunakan adalah beton mutu K-150.
3.2.2. Batu gunung / Batu Kali yang dipergunakan adalah dari kualitas baik dari jenis
yang keras, tidak berlubang dan fokus.
3.2.3. Batu gunung/ Batu Kali tidak boleh mengandung atau menempel tanah dan
ukuran minimal 25 cm sedangkan ukuran maksimal 30 cm.
3.2.4. Untuk pekerjaan batu kosong (aanstamping) dipakai ukuran minimal 10 cm
sedangkan ukuran maksimal 15 cm.
4
3.2.5. Kerikil yang keras, ukurannya rata-rata sama, berkwalitas terbaik, satu dan
lain sesuai dengan NI-3 pasal 19.
3.2.6. Semen yang dapat digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan yang tersebut dalam NI-8 satu dan lain hal sama dengan yang
diisyaratkan untuk pekerjaan beton dengan pasangan bata.
3.2.7. Pasir yang digunakan dalam pekerjaan ini jenis pasir pasangan, yang
memenuhi syarat- syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal 14 ayat 2, satu
dan lain hal sama dengan yang diisyaratkan dalam pekerjaan beton.

3.3 Pondasi Batu Gunung

3.3.1. Sebelum pasangan Batu gunung dikerjakan Pelaksana Pelaksana harus


memastikan galian pondasi sudah selesai 100%.
3.3.2. Pada lapisan paling dasar diberi lapisan pasir urug setebal minimal 5 cm atau
sesuai dengan Gambar Bestek. Lapisan pasir urug harus dipadatkan dengan
kepadatan yang cukup.
3.3.3. Diatas lapisan pasir urug diletakkan Aanstamping dengan ketebalan minimal
10 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek. Permukaan lantai kerja harus
benar-benar rata dan elevasi dan harus dibuktikan dengan pekerjaan water
passing.
3.3.4. Pasangan Batu gunung diprofilkan atau dipasang diatas Aanstamping dengan
campuran perekat 1 Pc : 4 Ps. Setiap permukaan batu gunung harus benar-
benar merekat satu dengan yang lain oleh perekat dari campuran semen dan
pasir.
3.3.5. Bentuk dan ukuran pasangan Batu gunung harus sesuai dengan Gambar
Bestek.
3.3.6. Permukaan hasil pekerjaan pasangan Batu gunung harus benar-benar rata dan
hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan water passing.
3.3.7. Dalam pasangan Batu gunung harus ditanam angkur-angkur besi dengan
diameter minimal 12 mm untuk keperluan penjangkaran ke sloof-sloof
bangunan kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
3.3.8. Hasil pekerjaan pasangan Batu gunung / Batu Kali harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

PASAL 4
PEKERJAAN BETON

4.1 Syarat-Syarat Umum dan Bahan :


4.1.1. Pasir Beton
a. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
b. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
c. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
d. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
e. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
f. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
g. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
h. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
4.1.2. Kerikil Beton
a. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
5
b. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
c. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
d. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
e. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
f. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
g. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.

h. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

4.1.3. Batu Pecah


a. Hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Crusher) bukan hasil pekerjaan
manual (manusia).
b. Batu pecah berasal dari batuan kali.
c. Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.
d. Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.
e. Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.
f. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat alkali.
g. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar maksimal
3 cm.
h. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui
proses pemeriksaan di Laboratorium Beton.
i. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau
beton dengan mutu K-150
4.1.4. Semen Portland
a. Terdaftar dalam merek dagang.
b. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton struktural maupun beton non struktural.
c. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
d. Tidak berbongkah-bongkah/tidak keras.
e. Untuk pekerjaan beton dan komponen struktur yang berhubungan langsung
dengan tanah dan air dipakai Semen Portland Type II.
f. Untuk pekerjaan beton dan komponen struktur yang tidak berhubungan
dengan air dan tanah dipakai Semen Portland Type I.
g. Semua peraturan tentang penggunaan semen Portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
4.1.5. Air
a. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
b. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organik yang dapat
merusak beton.
c. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan
dari tempat lain ke lokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas sebelum digunakan.
4.1.6. Zat Additive
a. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan dengan kemudahan dalam pengerjaan beton atau workability
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan di laboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Pelaksana Pelaksana.

6
c. Pelaksana Pelaksana harus menunjukkan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
d. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pelaksana.
4.1.7. Tulangan Beton
a. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
b. Baja tulangan Menggunakan Besi dia. 6 mm dan dia. 10 mm adalah besi
polos.
c. Besi tulangan sengkang/begel diameter 10 mm adalah besi polos.
d. Besi beton yang digunakan harus memenuhi kriteria mutu, besi dengan
ukuran Ø 6 mm dan besi dengan ukuran ≥ Ø 10 mm
e. Besi tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
f. Besi Tulangan untuk semua diameter tidak boleh didatangkan ke lokasi
pekerjaan dalam keadaan bengkok.
g. Besi Tulangan yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.
h. Besi tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
i. Semua peraturan tentang baja di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku
juga pada spesifikasi teknis ini.

4.2 Syarat - Syarat Pelaksanaan


4.2.1. Rancangan Campuran Beton (Job Mix Desain)
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan mutu
K-125 sampai mutu K-150 Pelaksana Pelaksana harus membuat Rancangan
Campuran Beton (Job Mix Desain).
b. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti berikut:
 Kolom utama K-150
 Kolom Praktis K-150
 Balok dan Ring balk K-150.
c. Job Mix Desain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton.
d. Semua beton dengan mutu K-150 harus menggunakan batu pecah dan tidak
diijinkan menggunakan kerikil beton.
e. Laporan Job Mix Desain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan:
 Laporan hasil penelitian Pasir Beton
 Laporan hasil penelitian kerikil beton
 Laporan hasil penelitian batu pecah.
 Komposisi pasir beton
 Komposisi batu pecah
 Komposisi air beton.
 Komposisi zat additive jika digunakan.
 Nilai slump rencana
 Nilai Faktor air semen.
f. Job Mix Desain yang dibuat oleh Pelaksana Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.

4.2.2. Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)


a. Berdasarkan Job Mix Desain Pelaksana Pelaksana membuat Rencana
Campuran Lapangan (Job Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-
150.

7
b. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Desain terutama dari
segi komposisi material beton.
c. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d. Pelaksana Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari
kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk menakar komposisi
material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
e. Penakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar
dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi
material beton yang ada dalam Job Mix Desain.
f. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pelaksana.
4.2.3. Beton Ready Mix (Beton Siap Curah)
a. Penggunaan beton Ready Mix oleh Pelaksana Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b. Pelaksana Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Desain
kepada Konsultan Pengawas terhadap semua mutu beton struktural yang
menggunakan Beton Ready Mix.
c. Job Mix Desain harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum digunakan.
d. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pelaksana.
4.2.4. Perakitan Tulangan
a. Perakitan tulangan balok, kolom, dan pondasi dapat dilakukan di bengkel
kerja oleh Pelaksana Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi
b. Dimensi, model, bengkokan, dan pajang penyaluran tulangan harus sesuai
dengan Gambar Bestek atau standar yang ada dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI).
c. Pelaksana Pelaksana harus menyediakan gambar dan daftar bengkokan,
dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel kerja untuk
menghindari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.
d. Tulangan balok, kolom dan pondasi yang telah selesai dirakit jika tidak
langsung dipasang harus diletakkan ditempat yang terlindungi dari hujan
dan tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah.
e. Untuk tulangan plat lantai dan plat atap dirakit langsung diatas bekisting
yang terlebih dahulu telah selesai dikerjakan.
f. Pada tulangan kolom, balok, pondasi tapak, plat atap, dan plat lantai harus
diberi balok-balok beton tahu dengan tebal yang disesuaikan dengan tebal
selimut beton. Beton tahu harus ditempatkan pada semua sisi tulangan yang
bersentuhan dengan bekisting. Jarak pemasangan beton tahu minimal 30 cm
dan maksimal 60 cm untuk balok dan kolom, sedangkan untuk plat lantai
dan plat atap setiap 1 m2 harus ada minimal 4 buah beton tahu. Mutu beton
tahu minimal sama dengan mutu beton konstruksi penempatan.
g. Untuk tulangan plat lantai dan plat atap harus diberi support atau
penyangga untuk keperluan menjaga kestabilan jaring tulangan dari besi
tulangan dengan diameter yang lebih besar dari diameter tulangan plat.
Setiap 1 m2 harus ada minimal 4 buah support atau penyangga.
h. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
i. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan
alat ikat kawat beton.
j. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan terlalu lama dalam
bekisting.

8
4.2.5. Acuan / Bekisting
a. Bahan utama bekisting adalah multiplex 6 mm yang diperkuat oleh balok-
balok kayu penyangga dari kayu kelas III.
b. Pelaksana Pelaksana harus mengajukan gambar-gambar rencana
pelaksanaan untuk bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta
konstruksi lain yang dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas.
c. Penggunaan bekisting sistem bongkar-pasang dari bahan besi harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting
waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang
rapi.
e. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
f. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
g. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi,
kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Pelaksana Pelaksana dengan alat
Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak dibenarkan.
h. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
i. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton.
j. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Pelaksana Pelaksana harus memperbaikinya.
4.2.6. Pengecoran Beton (Casting Concrete)
a. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Pelaksana Pelaksana harus
memastikan Acuan/Bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian
konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.
c. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Pelaksana
Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak
berhubungan langsung dengan air hujan.
d. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton -beton dengan mutu dibawah K-125.
e. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan batu pecah, pasir beton,
semen, air, dan zat additive jika ada. Urutan ini bisa diubah dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
f. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
g. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputuskan oleh
Konsultan Pengawas sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang
sebelumnya telah disiapkan oleh Pelaksana Pelaksana.
h. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja ke lokasi bekisting untuk dituang.
i. Beton segar harus segera dituang ke dalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas.
j. Untuk pengecoran pada daerah tinggi (lantai 2) dapat dipakai media angkut
lift.
9
k. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
l. Tinggi jauh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
m. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakan sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tertentu
pada saat bekisting dibuka.
n. Jika terjadi sangkar kerikil Pelaksana Pelaksana harus memperbaiki bagian
itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusus untuk
sambungan (joint) dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
o. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah, Pelaksana
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
p. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi
yang sama tidak boleh dari 1 hari.
q. Untuk pengecoran dengan Beton Ready Mix (beton curah) alat-alat untuk
pengecoran seperti Mixer Dump Truck, Concrete Pump, Air Pump, dan
Concrete Vibrator harus tersedia di lapangan.
r. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pelaksana.
4.2.7. Perawatan Beton (Curing)
a. Pelaksana Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
b. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin ke permukaan beton sampai beton
seumur satu minggu. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4.2.8. Quality Kontrol
a. Slump test
 Pemeriksaan kekentalan beton (konsistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 5 m3 pekerjaan
beton pada setiap mutu beton.
 Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test
dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump
rencana yang ada pada Job Mix Desain Mix Desain.
b. Benda Uji Beton
 Pelaksana Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk
kubus dan silinder standar. Ukuran kubus adalah 20 x 20 cm dan ukuran
silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
 Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda.
 Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air
sampai berumur 28 hari.
 Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji,
dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
c. Kuat Tekan Beton
 Pelaksana Pelaksana harus melaksanakan pemeriksaan terhadap kuat
tekan beton yang telah selesai mereka kerjakan.
 Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan
minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
 Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Pelaksana
Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Pengawas. Pemeriksaan kuat
tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Pengawas hasilnya
dianggap tidak sah. Semua biaya untuk pemeriksaan kuat tekan beton ini
harus ditanggung oleh Pelaksana Pelaksana termasuk biaya yang harus
dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas.
10
 Hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus menghasilkan kuat tekan
beton karakteristik yang sesuai dengan yang direncanakan.
 Kuat tekan beton yang kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana
dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan di lapangan
harus dibongkar.
 Pelaksana Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan
pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan
kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton menghasilkan kuat
tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton rencana.
 Perencanaan ulang untuk Job Mix Desain Mix Desain harus dilakukan
oleh Pelaksana Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan
jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas bersama dengan
Pelaksana Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan
dalamPengawasan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap
pelaksanaan.
 Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
 Laporan hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
4.2.9. Instalasi dalam Konstruksi Beton
a. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau ditekan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam
Gambar bestek atau oleh Konsultan Pengawas.
b. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam
konstruksi beton.
c. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
d. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
e. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok tidak diperbolehkan untuk alasan apapun.
4.2.10. Sambungan Antar Beton
a. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru
sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom
tiap lantai.
b. Jika penyambungan terpaksa dilakukan permukaan beton lama harus
dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.
c. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
d. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80
cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua.
e. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu
pada beton lama.
f. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent, hal ini harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
g. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
4.2.11. Benda-Benda Yang Tertanam dalam Beton
a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa, dan sebagainya yang diperlukan
tertanam dalam beton harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum
beton di cor.
11
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari karat dan
kotoran lain pada waktu beton di cor.
c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan diikat pada
tempatnya dengan menggunakan template.
4.2.12. Pengeringan Beton
a. Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan baik cara yang disetujui oleh
Direksi Lapangan. Segera setelah beton di cor dan difinis, maka permukaan-
permukaan yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga kehilangan
kelembabannya dengan menjaga agar tetap basah secara terus menerus
selama 7 (tujuh) hari.
b. Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya sedang masa
perawatan beton belum dilampaui harus dirawat dan dilindungi seperti
permukaan-permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan untuk
menghindari terjadinya retak rambat (internal crack).
c. Cetakan beton yang dilindungi terhadap penguapan dan tidak dibongkar
selama masa perawatan. Beton harus selalu dibasahi dengan air untuk
mengurangi retak, terjadinya celah-celah pada sambungannya.
d. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak tersebut di atas
harus dirawat dengan air atau ditutupi dengan membran yang basah.
e. Melapisi permukaan beton dengan bahan khusus perawat beton (curring
compound) hanya diperbolehkan pada bagian-bagian beton yang tidak
ditonjolkan secara estetika. Kecuali dapat dibuktikan pada Direksi Lapangan
bahwa bahan-bahan tersebut tidak memberi pengaruh buruk pada
permukaan beton.

4.2.13. Pembukaan Bekesting


a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
 Bagian sisi balok 48 jam
 Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
 Balok dengan beban konstruksi 21 hari
 Plat lantai 21 hari
b. Dengan persetujuan direksi lapangan cetakan beton dapat dibongkar lebih
awal asal benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton
sebenarnya telah mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28
hari. Segala izin yang diberikan oleh Direksi Lapangan sekali-kali tidak
boleh menjadi bahan untuk mengurangi/ membebaskan tanggung jawab
Pelaksana dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton harus
dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan
tidak pecah.
c. Berkas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang terpendam
dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan
pengurugan tanah kembali.
d. Bekesting bagian konstruksi yang memikul beban pelaksanaan lantai
diatasnya tidak boleh dibongkar sebelum beton lantai di atasnya tersebut
mencapai 75 % dari kekuatan umur 28 hari dan lantai itu sendiri sudah
mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan umur 28 hari.
e. Semua beton yang tampak dalam pandangan, pertemuan dua bidang
harus tajam dan halus di bidang-bidangnya. Segera setelah cetakan dibuka
dan beton masih relatif segar semua bidang-bidangnya harus dipahat
sedangkan lekukan serta lubang-lubang harus diisi dengan adukan satu
semen dan satu pasir. Sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
harus dibasahi secara menyeluruh. Semua bagian-bagian atau permukaan
12
yang kasar harus digosok dengan batu karburandum dengan air dan
ditinggalkan dalam warna yang merata. Penggosokan hanya diperlukan pada
permukaan yang kasar akibat cetakan atau tetesan air semen.
f. Permukaan lantai beton harus mempunyai permukaan bentuk fisik yang rata
dan halus. Menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan
maksud menyerap kelebihan air tidak dibenarkan sama sekali.

PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN DINDING DAN PLESTERAN

5.1 Pekerjaan Pasangan Batu Bata


5.1.1. Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan pasangan dan plesteran seperti yang tercantum dalam
spesifikasi dan gambar.
5.1.2. Syarat-syarat :
Standar umum pekerjaan ini harus mengikuti persyaratan pekerjaan beton.
5.1.3. Bahan-bahan :
a. Semen Portland ( PC tipe I ).
b. Agregat halus seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
c. Agregat kasar seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
d. Air seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
e. Batu bata harus digunakan batu bata biasa dari tanah liat buatan pabrik
dengan ukuran 6 x 12 x 22 cm dan harus kuat. Tidak mudah patah, dibakar
dengan baik, mempunyai ukuran yang tepat, bentuk yang teratur tidak
2
mempunyai cacat dan mempunyai kekuatan tekan minimum 30 kg/cm .

5.1.4. Pemasangan dan Tata Kerja :


a. Adukan semen harus diaduk dengan mesin pengaduk seperti yang
dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
b. Semua pemasangan harus diletakkan tegak lurus, datar dalam satu garis
lurus dan berjarak sama. Sebelum dipasang batu bata harus dibasahi
dengan air. Tebal spesie adalah 1 cm - 2 cm.
c. Untuk dinding-dinding biasa yang di atas tanah seperti pada saluran serta
untuk dinding – dinding yang dimulai dari sloof sampai 50 cm di atas lantai
dipakai pasangan kedap air (trasram) dengan perbandingan 1 semen : 2
pasir ( 1pc : 2ps).
d. Pasangan biasa dengan adukan 1 semen : 4 pasir ( 1pc : 4ps) berada di atas
pasangan kedap air tersebut.
e. Benda-benda yang tertanam, pasang semua penulangan, baut-baut,
angker dan barang-barang lain yang diperlukan untuk pekerjaan lain
ditempatkan pada tempat yang telah
ditentukan. f. Perawatan :
Sebelum diplester pasangan bata harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.
g. Contoh :
Berikan contoh dari batu bata yang digunakan untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
5.2 Pekerjaan Plesteran
5.2.1. Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan Plesteran seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan
gambar.
5.2.2. Syarat-syarat :

13
a. Semua permukaan pasangan batu bata, kecuali bagian-bagian yang tidak
perlu diplester seperti yang tercantum dalam gambar.
b. Semua kolom, balok, dinding dan langit-langit dari beton.
5.2.3. Bahan-bahan :
a. Semen Portland ( PC tipe I ) seperti yang ditentukan dalam Pasal SII - 003 -
81, NI 8 - 1972 b.
Agregates :
 Pasir seperti yang tercantum dalam Pasal 4 kecuali bahwa pasir harus
dicuci dan kecuali apabila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
 Pasir untuk lapisan terakhir harus bersih dicuci dan jenis silikat putih.
c. Air bersih, bebas dari minyak-minyak, asam alkali dan barang-barang
organik lainnya.
5.2.4. Penyerahan dan penyimpanan :
a. Bahan-bahan jadi harus dalam bungkus dan ikatan asli yang masih ada
nama dan merk dari pabrik.

b. Simpanlah bahan-bahan untuk plesteran, sehingga tidak kena tanah, jauh


dari tembok basah dan harus ditutup rapat sehingga tidak kena air.
5.2.5. Tata kerja :
a. Pemeriksaan permukaan yang akan diplester :
 Periksa semua permukaan yang akan diplester dan pekerjaan yang
berhubungan sebelum melakukan pekerjaan plesteran. Berikan laporan
kepada Konsultan Pengawas semua kondisi yang tidak memungkinkan
terlaksananya pekerjaan tersebut dengan baik.
 Bila Pelaksana mulai mengerjakan pekerjaan ini tanpa berhubungan/
melaporkan adanya hal-hal yang tidak memenuhi syarat kepada
Konsultan Pengawas Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya akan
hasil pekerjaan tersebut. Setiap perbaikan yang diperlukan untuk
penyempurnaan pekerjaan buruk sebelumnya, harus dikerjakan oleh
Pelaksana tanpa adanya biaya tambahan.
 Persiapan dinding yang akan di plester
1. Semua siar dipermukaan dinding batu bata hendaknya
dikerok sedalam ± 10 mm.
2. Permukaan dinding beton yang diplesteran harus diketrik (dibuat
kasar) agar bahan plesterannya dapat mereket.
3. Semua pekerjaan yang akan diplesteran harus disikat sampai bersih
dan disiram air sebelum bahan plesterannya di tempelkan
(permukaan dindingnya harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu semenjak penempelan plesterannya.
b. Mencampur plesteran
 Ukurlah bahan-bahan dengan tepat dan campuran menurut proporsi
yang sesuai. Cara pengukuran harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
 Campurlah lebih dahulu bahan-bahan kering sebelum diberi air.
 Pergunakan alat-alat pencampur mekanis dari type yang disetujui
untuk segala macam campuran plesteran
 Campur plesteran dengan jumlah air yang sesuai sehingga diperoleh
campuran yang baik.
 Tidak diizinkan untuk memakai kembali adukan yang sudah mengeras.
c. Proporsi plesteran :
Plesteran semen portland (pc)
 Standar berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 4 bagian pasir.
 Transram berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 2 bagian pasir.
Plesteran trassram dilakukan pada daerah 50 cm diatas dan dibawah
permukaan tanah atau pada daerah yang basah. Plesteran transram
toilet harus setinggi ± 1,5 m.
14
d. Penggunaan :
 Permukaan beton ; tebal min. 0,05 cm dan max. 0,8 cm.
 Permukaan batu bata; tebal min. 1,5 cm dan max. 2 cm.
 Logam pelindung plesteran :
Tempelkan tepat pada pasangan batu bata dengan menggunakan
baut-baut pengikat sedemikian rupa sehingga lurus dan tidak miring.
Logam pelindung harus rata dengan plesteran sekitarnya.
e. Perawatan :
Jagalah agar permukaan yang baru diplester tetap basah selama 48 jam.
Basahilah secukupnya tiap-tiap plesteran, bila plesteran tersebut mulai
mengeras, untuk mencegah kerusakan. Lindungilah plesteran dari
penguapan yang berlebihan selama udara panas dan kering.
f. Penambalan :
Sesudah pekerjaan selesai dilakukan, penambalan dan pelaburan yang
dibutuhkan, tambalkan sebaik-baiknya agar tambalan tidak tampak.
Pekerjaan yang sudah selesai harus bersih dan tidak ada kerusakan.
g. Perlindungan untuk pekerjaan lain :
Tutuplah pekerjaan lain dengan kantung semen atau yang lain. Singkirkan
sisa-sisa plesteran yang masuk dalam lubang-lubang yang disiapkan
untuk panel listrik.

PASAL 6
PEKERJAAN LANTAI

6.1 Lingkup Pekerjaan :


Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan Lantai seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar.

6.2 Bahan-bahan :
a. Semen Portland ( PC tipe I ).
b. Agregat halus seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
c. Agregat kasar seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
d. Air seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.

6.3 Tata kerja :


6.3.1. Timbunan Pilihan bawah lantai
a. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam
ruangan harus sudah selesai 100%.
b. Diatas timbunan tanah dilakukan urugan timbunan timbunan pilihan yang
dipadatkan secara sempurna dengan kdelaman pengurungan sesuai gambar
bestek.
c. Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya
dukung tanah dasar pada lapisan dasar dibawah lantai.
d. Timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan
bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah.
e. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk
timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu
yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan
harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling
sedikit 10.% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 10%
kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
6.3.2. Pasir Urug Bawah Lantai
15
a. Diatas timbunan pilihan dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal
minimal 10 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
b. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang
seragam.
c. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang
diinginkan dengan alat Stamper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak
dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.
d. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
e. Untuk lantai 2 (dua) diatas lantai beton dilakukan pekerjaan pelapisan pasir
urug setebal minimum 5 cm.
6.3.3. Lantai Kerja
a. Pekerjaan lantai kerja dengan campuran 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr dilakukan diatas
lapisan pasir urug dengan ketebalan minimal 7 cm.
b. Permukaan hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar rata
dan elevasi hal ini dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
6.3.4. Lantai Keramik Dan Granite
a. Keramik Merk Platinum/yang setara ukuran 40 x 40 cm untuk lantai dalam
ruangan.
b. Keramik Kesat Merk Platinum/yang setara ukuran 40 x 40 cm untuk dindin
c. Warna keramik ditentukan kemudian oleh PPTK.
d. Pemasangan keramik harus dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli dan
sebelum pemasangan harus mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan.
Warna dan merk keramik harus mendapat persetujuan dari PPTK.
e. Spesifikasi Pemasangan Keramik :
 Direndam  10 menit,
 Dioleskan semen PC tipe I pada permukaan bagian bawah keramik,
 Mortal semen adukan 1 : 2 dan jangan terlalu encer.
f. Pemasangan lantai keramik tersebut diatas harus dikerjakan serapi mungkin,
sehingga diperoleh permukaan yang betul-betul rata. Sambungan (celah)
antara satu dengan yang lainnya harus lurus dan siku-siku dengan lebar
celah maksimum 2 mm. Celah-celah (siar) tersebut diisi/ dicor dengan
larutan semen yang warnanya sama dengan warna keramik yang
bersangkutan. Permukaan lantai harus betul-betul datar (diukur dengan
water pass), sedangkan keramik dinding harus betul-betul tegak (harus di
lot).

PASAL 7
PINTU ALUMINIUM

A. LINGKUP PEKERJAAN

a) Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat


bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b) Pekerjaan ini meliputi seluruh kosen pintu, kosen Jendela, kosen bovenlicht
seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari
Kontraktor.

B. BAHAN/PRODUK

a. Pintu Aluminium yang digunakan :


i. Bahan : Dari bahan Aluminium.

16
ii. Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/Konsultan
Pengawas.
iii. Warna Profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan
Kontraktor).
iv. Lebar Profil : (pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar.
v. Pewarnaan : Natural Anodize sesuai standart produksi pabrik.
vi. Nilai Deformasi : Diijinkan maksimal 1 mm.

b. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat


syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan.
d. Kosen-kosen khususnya Pintu harus mampu untuk menahan engsel-engsel
Pintu Panel yang cukup berat karena terbuat dari kayu utuh.
e. Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,
minimum 100 kg/m2.
f. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan
terhadap tekanan air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
g. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi
terlebih dahulu sesuai dengan bentuk toleransi ukuran,
ketebalan,kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan.
h. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi
warna profil-profil harus diseleksi secermat mungkin.
Kemudian pada waktu fabrikasi unitunit, jendela, pintu partisi dan la
in-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit
didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong, punch dan
drill, dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai
toleransi ukuran sebagai berikut :
- Untuk tinggi dan lebar 1 mm.
- Untuk diagonal 2 mm.

i. Accesssories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari
vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium
harus ditutup caulking dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka/kosen
aluminium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink
tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat bergeser.

j. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya
harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive
treatment dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau
bahan insulation lainnya.

C. PELAKSANAAN

1. Sebelum memulai pelaksaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-


gambar dan kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh
jadi untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan
dengan sistem konstruksi bahan lain.

17
2. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai,
dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk
Perencana/Konsultan Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk,
kualitas, bentuk, ukuran.

3. Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan


secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.

4. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi


untuk menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya.

PASAL 8
PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA BAJA RINGAN
DAN PENUTUP ATAP

8.1. Lingkup pekerjaan :


Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan, alat dan bahan-bahan yang diperlukan
terbuat dari Kuda-kuda Rangka Baja Ringan dan Atap genteng 0,30 mm, sesuai
dengan gambar rencana.

8.2. Syarat-syarat
a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan seperti yang tertera didalam gambar Rencana.
b. Hasil pekerjaan memasang atap ini harus mendapat persetujuan dari Pengawas.
c. Untuk Pekerjaan gudang dipakai Rangka Baja Ringan yang diangkur pada
ring balk menggunakan baut dia. ½ “ dengan panjang 15 cm pada setiap
rangka kuda-kuda.
8.3. Bahan – bahan rangka atap
a. Bahan rangka atap adalah Rangka Baja Ringan dengan kandungan
55% Aluminium & 4,35% Zincalum, Tegangan leleh Baja minimum 550 mpa,
Rangka Baja Yang di izinkan harus memiliki sertifikat dari HIMPUNAN AHLI
KONSTRUKSI INDONESIA (HAKI). Besaran Ukuran Baja Ringan yang dipakai
Harus dihitung kembali oleh pelaksana (Pabrik Pemasok Bahan Rangka Baja
Ringan).

8.4. Bahan - bahan penutup atap harus memenuhi syarat – syarat


a. Kuat – Tahan terhadap tekanan dan terpaan angin hingga kecepatan 192 km/jam
serta tahan terhadap gempa.
b. Tahan lama – Tidak berkarat, tidak berjamur atau rapuh dengan umur produk 30
thn
c. Tahan bocor dan cuaca – Garansi water proof 10 thn dan cocok untuk iklim tropis
: panas, hujan, kelembaban seerta perubahan cuaca.
d. Ekonomis – Tidak memerlukan perawatan dan pemeliharaan.
e. Insulasi panas – Dapat meredam panas, memiliki daya hantar panas yang
rendah.
f. Pemasangan dan fleksibilitas – Pemasangan mudah dan dapat di pergunakan
untuk berbagai aplikasi.
g. Aman dan ramah lingkungan – Tidak mengandung bahan bahan yang berbahaya.

8.5. Tata kerja


a. Untuk Pekerjaan pemasangan genteng 0,30 mm dan Kuda-kuda Baja
Ringan ini Pelaksana pelaksana harus mendapatkan persetujuan dari pengawas
terhadap bahan yang dipakai dan tata cara pemasangannya.
Pemasangan ini harus mengikuti petunjuk pabrikasi dan petunjuk yang terdapat

18
didalam gambar rencana.
b. Rangka Baja Ringan yang akan dirangkai sebagai rangka atap harus diangkur
pada ring balk menggunakan baut dia. ½ “ dengan panjang 15 cm pada setiap
rangka kuda-kuda.
c. Jarak Pemasangan Rangka Kuda-kuda Baja Ringan memiliki jarak antar kuda-
kuda sesuai dengan gambar rencana.
d. Pemasangan baut sekrup pada rangka baja ringan harus benar –benar kuat,
sehingga sambungan rangka baja dapat terjepit dengan rapat.
e. Bentuk dan ukuran serja jarak pemasangan rangka kuda – kuda baja ringan
harus dipastikan benar – benar kuat dan aman dari segi strukturalnya, apabila
diperlukan penambahan rangka tambahan maka harus dipasang dengan benar
dan dengan mendapat persetujuan dari pengawas.
f. Untuk pemasangan genteng 0,30 mm harus rapi dan kuat terpasang, harus
dipastikan jarak pemasangan baut tepat pada gording rangka baja ringan. apabila
terdapat kebocoran pada seng atap maka Pelaksana pelaksana harus
membongkar dan memperbaikinya kembali.
g. Pemasangan dan Perletakan atap yang pertama harus dipasang berlawanan arah
angin. Maksud dari berlawanan arah angin adalah tepi ujung yang mempunyai
kaki atap harus dipasang berlawanan arah angin, kemudian baru ditimpa dengan
atap yang tepi ujung yang tanpa kaki atap dan seterusnya diikuti oleh lembaran-
lembaran yang berikutnya.

PASAL 9
PEKERJAAN CAT

9.1 Lingkup Pekerjaan


Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pengecatan sesuai dengan spesifikasi.
Semua permukaan kayu, dinding, plafond dan lain-lain dicat kecuali kalau ditentukan
lain dalam gambar.
Pekerjaan terdiri dari :
a. Dinding ; plamur, cat dasar 1 kali dan warna tembok 2 kali minimal.
b. Kayu ; plamur, cat dasar 1 kali dan warna kayu 2 kali minimal.
c. Besi ; meni besi, plamur, cat dasar 1 kali dan 2 kali cat minimal.
d. Teakwod ; plitur 2 kali, teak oil 2 kali.

9.2 Syarat-syarat
Pelaksana harus memberikan jaminan tertulis kepada pemilik bahwa semua pekerjaan
cat sesuai dengan spesifikasi tidak mengelembung, mengeluap dan cacat-cacat lain
selama 2 tahun sesudah penyerahan terakhir dari pekerjaan.
9.3 Bahan-bahan
a. Untuk dinding dan langit-langit bagian dalam menggunakan Acrylic Emultion Paint
/setara.
b. Sedangkan bagian luar bangunan harus memakai cat Mowilex Weather Shield
Exterior/Setara. Warna dinding dapat dikonsultasikan kembali dengan Direksi
Lapangan/ Pemilik Proyek.
c. Untuk kosen pintu dan jendela serta ambang pintu dan jendela dari kayu harus
memakai cat minyak merk Avian atau setara.
d. Cat harus dalam bungkus asli dan utuh. Pada label tersebut ada keterangan-
keterangan nama pabrik, warna, susunan kimia dan aturan pakai.
e. Pengujian
Contoh cat diambil secara periodik dan kaleng yang dibuka dilapangan diuji di
laboratorium. Bila dari hasil pengujian tersebut hasilnya tidak sama dengan

19
spesifikasi maka biaya perbaikan/ pengecatan kembali dibebankan kepada
Pelaksana.
9.4 Tata Kerja

a. Pelaksana bertanggung jawab atas kesempurnaan hasil pekerjaan. Pelaksana harus


mengerjakan pengecatan sedemikian rupa sehingga hasilnya baik dan sempurna.
Walaupun Pelaksana harus mengecat lebih 2 kali untuk lapisan akhirnya tanpa
adanya biaya tambahan. Jangan mulai mengecat bila keadaan masih kotor dan
pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan belum selesai.
b. Dinding sebelum dicat terlebih dahulu harus di plamur supaya permukaannya rata
dan tidak terlalu banyak menyerap cat.
c. Untuk kosen pintu dan jendela serta ambang pintu dan jendela harus di Menie (cat
dasar) terlebih dahulu sebelum di cat jadi.
d. Semua cara-cara pengecatan harus sesuai dengan petunjuk pabrik, terutama
mengenai urutan pengecatan.
PASAL 10
PEKERJAAN INSTILASI AIR DAN SANITASI

10.1 Lingkup Pekerjaan

 Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaan , sebagaimana


yang ditunjukan pad Gambar Bestek yang terdiri dari, tetapi tidak terbatas pada :
a. Pengadaan dan pemasangan pompa-pompa air bersih.
b. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air kotor, dan air bekas
sesuai Gambar Bestek dan spesifikasi, termasuk penyambungan pipa air.
c. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh peralatan
Plumbing.
d. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang terpasang kecuali
sanitary.
e. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh Owner.

 Koordinasi
a. Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana untuk
menunjukan secara detail berbagai item pekerjaan dari peralatan-peralatan dan
penyambungan-penyambungan.
b. Gambar-gambar rencana menunjukan tata letak secara umum dari peralatan,
pemipaan cabinet dan lain-lain.

c. Kontraktor Pelaksana harus memodifikasi tata letak tersebut sebagaimana yang


dibutuhkan untuk mendapatkan pemasangan-pemasangan yang sempurna sesuai
dengan rencana pekerjaan Arsitek dari peralatanp-peralatan tersebut. Modifikasi
yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
d. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak ditunjukan
dalam Gambar Bestek atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang seperti
pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi teknis dan ditunjukan dalam Gambar
Bestek.

10.2 System

a. Air Bersih
Air bersih yang didapatkan dari Jet Pump, PDAM dan Sumur Bor. Pipa yang
digunakan untuk menyalurkan air bersih adalah pipa PVC Ø 3/4" , dari bahan dan
kualitas yang baik, anti karat, anti lumut, tidak mudah rusak akibat tekanan dan
pengaruh cuaca.
20
 Bahan dan Material Pipa
Pipa PVC harus sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam SII 034482, S-
12,5.
Bahan baku utama untuk PVC harus Polyvinyl Chloride tanpa pembentukan
sifat plastis dengan kandungan PVC murni harus labih besar dari 92,5 %.
Hasil akhir produksi harus merupakan produk yang homogeny, tahan serta
akan terurai oleh air.
Rekanan har us bertanggung jawab atas setiap kegagalan pengujian yang
dilakukan oleh laboratorim independen trerhadap kandungan bahan baku
PVC.

10 .3 Perkerjaan Pemipaan

Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain adalah :
- ASTM : American Society of Testing Material.
- ANSI : American National Standard Institute.
- BS : Birmingham Standard.
- JIS : Japan Industrial Standard.
- SII : Standard Industri Indonesia.

PASAL 11
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

11.1 Umum
Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga
kerja, pemasangan, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan training bagi
calon operator, sehingga seluruh sisem elektrikal dapat beroperasi dengan baik dan
benar.

11.2 Lingkup Pekerjaan


11.2.1 Lingkup pekerjaan sistem elektrikal
1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama dari
panel distribusi menuju ke ruang panel di setiap lantai, lengkap dengan
seluruh instalasinya termasuk armature, saklar, dan stop kontak.
2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran
kabel tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.
3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan rendah
dan panel kapasitor sesuai dengan gambar rencana.
4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:
a) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis
lampu sesuai gambar rencana.
b) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop
kontak daya dan stop kontak khusus.
c) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan
saklar tukar.
d) Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable switch dan
saklar tukar.
e) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung
kabel serta berbagai accessories lainnya seperti: box untuk saklar dan
stop kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket dan
lain-lain.

21
f) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi
penerangan dan stop kontak.
5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)
a) Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap denga
tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.
b) Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang,
pondasi, armature dan accessories lainnya.
c) Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang
armature dan accessories lainnya.
d) Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap dengan
conduit, pelindung kable dan accessories lainnya.
6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap
dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan accessories lainnya.
7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir
lengkap dengan accessories lainnya.
8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar
dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack,
support equipment dan accessories lainnya)
11.2.2 Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk
menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-
peralatan, dan sambungan sambungannya. Pelaksana Pelaksana harus
melengkapi dan memasang seluruh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan.
2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi
dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain. Pelaksana
Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang
disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan
biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan
padagambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.
11.2.3 Standar-standar
1. Sebagai dasarPengawasan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku:
a) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan
Instalasi Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat penyambungan Listrik
c) Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia
d) Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
e) Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang Standard
penerangan buatan.
f) Pentunjuk pengajuan rencana instalasi dan perlengkapan bangunan.
g) Standdard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti: IEC, VDE,
DIN, NEMA, JIS, NFPA, dan lain-lain.

11.3 Panel Tegangan


Rendah
11.3.1 Persyaratan Bahan dan Material
1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan,
pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga teknisi
dan tenaga ahli.
2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera didalam gambar
dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.
11.3.2 Persyaratan Bahan dan Material

22
1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang
harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang
dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan
Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS,
NEMA dan sebagainya.

2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal Enclosed),
free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada:
a) Panel Genset
b) LVMDB
3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed).
Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada:
a) Panel-panel pencahayaan dan stop kontak
b) Panel-panel daya plumbing
c) Panel-panel lain.
4. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi
tercantum dalam gambar rencana.

11.3.3 Karakteristik Panel


a) Tegangan kerja : 400 volt
b) Tegangan uji : 3.000 volt
c) Tegangan uji Impulse : 20.000 volt
d) Frekuensi : 50 Hz

11.3.4 Kontruksi Panel


1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman oleh
petugas, misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB), pemutus
tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-indikator, pengecekan
tegangan, pengecekan gangguan dan sebagainya.
2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk
pemasangan peralatan-peralatan atau penyambungan-penyambungan.
Setiap lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam
lemari tersebut telah off/mati.
3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interlock harus
dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat
kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.
4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan
diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga
dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masing-masing
terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.
5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut:
a) Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat
dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.
b) Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang
dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa,
sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah
off/mati.
c) Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan
ketinggiannya.
6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:
a) Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium

23
b) Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah
pengelasan, kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat
dengan cara galvanisasi atau “Chromium Plating” atau dengan “Zinc
Chromate Primer”.
c) Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven warna abu-
abu atau warna lain yang disetujui Direksi.
7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker
(MCB) dengan breaking capacity minimal 8-10 KA simetris.
8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker
(MCCB) atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada
gambar rencana dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam
gambar rencana.
9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantineous magnetic unit. Main CB dari setiap panel harus dilengkapi
dengan shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.
10. Panel/kubikel harus dilengkapi dengan relay pengaman terhadap kesalahan
hubungan ke tanah (Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan relay
pengaman lainnya (Over Current Relay, Over Voltage Relay, dan lain-lain)
seperti terdapat pada gambar.
11. Main busbars dalam panel harus dipasang horisontal di bagian bawah/atas
dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu
setengah) kali dari rating ampere frame main pemutus dayanya.
12. Busbars dari bahan tembaga murni dengan minimum konduktivitas 99,99.
Busbars harus dicat sesuai code warna dalam PUIL 2000;
a) Phasa : Merah, Kuning, Hitam
b) Netral : Biru
c) Ground : Hijau – Kuning.

13. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 volt, 50 Hz dan tahan
bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat menutup
dengan sempurna pada 85 tegangan nominal Magnetic Contactor harus dari
Telemekanik dan yang setaraf.
14. Pemberian tanda Pengenal Tanda Pengenal harus dipasang, yang
menunjukkan halhal berikut:
a) Fungsi peralatan dalam panel
b) Posisi terbuka atau tertutup
c) Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
d) Dan lain-lain
11.4 Kabel Daya Tegangan Rendah
11.4.1 Umum
Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam
ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana (NYY, NYFGBY,
FRC, NYM, NYA, 06/1
KV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard
SII atau S.P.L.N.
11.4.2 Instalasi dan Pemasangan Kabel
1. Bahan
a) Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/kawat harus baru dan harus
jelas ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis
pintalannya.

24
b) Semua kawat dengan penampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat
secara disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel
dengan penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian
remote control.
c) Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type:
 Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit High
Impact PCV.
 Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman
dengan menggunakan kabel NYFGbY.
 Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP
menggunakan kabel jenis NYY.
 Untuk kable-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,
pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.
 Untuk FRC digunakan merk: Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli,
Pyrotenax.

2. “Splice” / Pencabangan
a) Tidak diperkenankan adanya “splice” ataupun sambungan-sambungan
baik dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau
kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible).
b) Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara electric, dengan cara-cara “Solderless Connector”.
Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
c) Dalam membuat “Splice” konector harus dihubungkan pada konduktor-
konduktor dengan baik, sehingga semua konduktor tersambung, tidak
ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh
getaran.
d) Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
tembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC,
yang diameternya disesuaikan dengan diameter kabel.
3. Bahan Isolasi
a) Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet,
PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, composition dan lain-lain
harus dari type yang disetujui untuk penggunaan, lokasi voltage dan
lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang disetujui
menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau Manufacturer.
b) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-
lain). Pelaksana Pelaksana harus memberikan brosur-brosur mengenai
cara-cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada
Pengawas.
c) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warnawarna atau nama-
namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan
isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil
pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
d) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambunganpenyambungan harus dengan ukuran yang sesuai.
e) Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
f) Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.

25
g) Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal
temperatur-temperatur pengecoran dan semua lubang-lubang udara
harus dibuka selama pengecoran.
h) Bila kabel dipasang tegak lurus di permukaan yang terbuka, maka harus
dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm minimal 2,5 mm.
4. Saluran Penghantar dalam Bangunan
a) Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceilling
gantung, saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
b) Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling
gantung saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan
diletakkan diatas ceilling dengan tidak membebani ceilling.
c) Untuk instalasi saluran penghantar di luar bangunan, dipergunakan
saluran beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa
galvanized dengan diameter sesuai standarisasi. Saluran beton
dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-belokan.
d) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit
minimum 5/8” diameternya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan
keluar harus menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan
yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip di dalam
junction box.
e) Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus
dilengkapi dengan “ Socket/lock nut”, sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang
berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m harus
dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan pada
setiap jarak 50 cm.

11.5 Penerangan Dan Kotak Kontak


11.5.1 Lampu dan Armaturenya
1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti
yang dilukiskan dalam gambargambar elektrikal.
a) Semua armature lampu harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
b) Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus
dikompensasi dengan “power factor correction capasitor” yang cukup
kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu
sendiri.
c) Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu,
sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.
d) Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis
komponen lampu itu sendiri.
e) Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel-kabel
dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri, sehingga
tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
f) Box terbat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian difinish dengan cat akhir dengan oven warna putih.
g) Box terbuat dari glass-fibre reinforced polyster dengan brass insert
harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari
clear polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas
kimia.
h) Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface
Mounted harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.
26
i) Ballast harus dari jenis “Low Loss Ballast” dan harus pula dipergunakan
single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).
j) Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis “ high-
Frequency Electronic Light Regulating Ballast”, yang dapat men-dimmer
lampu-lampu fluorescent Tl, dan harus pula dipergunakan single
electronic ballast (satu electronic ballast untuk satu lampu fluorescent).
k) Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan lain-
lain. Dengan jenis warna lampu 54 cool day light, sedangkan untuk area
kolam ikan dengan jenis warna lampu 33.
l) Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan
harus dari bahan aluminium silicon
m) Konstruksi armatur down light harus kuat untuk dipasang denga lampu
HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.
n) Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk
mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir,
tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
o) Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan
desain Arsitek.

11.5.4 Saklar Dinding


1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan
rating 250 volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple
gangs (grid switches), saklar hotel single gang atau double gangs dipasang
dengan ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.
11.5.5 Isolating Switches
1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan
indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating
MCB/MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa
250 volt, fasa 415 volt.
2. Switches harus dipasang pada box.
11.5.6 Box untuk Saklar dan Kotak Kontak
1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm.
2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau kotak
kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut, pemasangan
dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.
11.5.7 Kabel Instalasi
1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM,
NYY).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode warna
insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:
 Fasa R : merah
 Fasa S : kuning
 Fasa T : hitam
 Netral : biru
 Grounding : Hijau/kuning

11.5.8 Pipa Instalasi Pelindung Kabel


1. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas AW
atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya
harus sesuai dengan lainnya,yaitu tidak kurang dari diameter 19-25 mm.
2. Pipa flexibel harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung
Qunction Box dan armature lampu.
27
3. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan kotak kontak dengn pipa
PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange, minimum
diameter 19-25 mm.
4. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar saddle,
adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut dan
perlengkapan lainnya.
5. Conduite khusus harus digunakan type Explosion Proof, Class IP-65.

PASAL 12
PEKERJAAN SALURAN AIR KOTOR

12.1 Air Bekas/Air Kotor


12.1.2 Pengadaan & pemasangan instalasi air buangan lengkap dg peralatan
12.1.3 Pengadaan & pemasangan saluran air kotor beserta kelengkapannya termasuk
instalasi pemipaan dan Septik Tank + Resapan.
12.1.4 Pengadaan & pemasangan bak kontrol di halaman dari setiap pipa/saluran
buangan air kotor, kemudian disalurkan ke Drainase.
12.1.5 Penyediaan tenaga kerja yg berpengalaman dlm melaksanakan pekerjaan
instalasi air kotor.
12.1.6 Pengangkutan, penimbunan serta perapihan kembali bekas galian
(pembobokan) dan pembersihan site oleh kontraktor.

PASAL 13
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN FINISHING

17.1 Persiapan pekerjaan dibuat los kerja, gudang bahan dan kamar direksi dalam bentuk
darurat dan papan nama program.
17.2 Pemasangan bowplank harus disahkan oleh direksi, konsultan dan pengelola,
mengingat ada kaitannya dengan peil yang sudah ditentukan.
17.3 Guna untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, untuk kesempurnaan pekerjaan,
ternyata tidak disebut dalam uraian ini, maka bagian tersebut harus dilaksanakan oleh
Pelaksana.
17.4 Apabila ternyata tidak terdapat kesesuaian antara gambar dengan bestek, maka
diambil pada gambar detail. Apabila kurang jelas maka yang berlaku adalah yang
tercantum dalam bestek ini, terkecuali Direksi memberi keputusan lain.
17.5 Untuk dokumentasi, Pelaksana diharuskan mengadakan opname photografi sekurang
kurangnya 3 (tiga) kali (sebelum dimulai, sedang dalam pelaksanaan dan setelah selesai)
pandangan yang sama 4 (empat) arah muka, belakang, samping kiri dan samping
kanan.

Banda Aceh,05 Juli 2018


Konsultan Perencana
CV. TEBADIRA ENGINEERING
CONSULTANT

TEUKU MUDA MAZNI


Direktur

28

Anda mungkin juga menyukai