Anda di halaman 1dari 30

SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1
URAIAN UMUM DAN LINGKUP PEKERJAAN

Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus di baca dan dimengerti
bersama – sama dengan gambar-gambar rencana, yang keduanya menguraikan tentang
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Pemborong. Identitas pekerjaan seperti peta lokasi,
tempat pekerjaan dilaksanakan dijelaskan dalam gambar rencana. Dalam uraian ini
disebutkan detail dari spesifikasi teknis untuk Pembangunan Rumah Toko (Ruko) di kawasan
Kel. Pasar Lama, Kecamatan Banjar Barat – Banjarmasin kal-Sel. Pengerjaannya akan
diselenggarakan secara hati-hati dan efisien, disesuaikan dengan Spesifikasi Teknis ini dan
dengan petunjuk-petunjuk yang sudah di uraikan.
Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Ruko ini meliputi :
PEKERJAAN BANGUNAN UTAMA :
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
III. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
IV. Pekerjaan Pintu, Jendela dan Pengunci
V. Pekerjaan Beton
VI. Pekerjaan Lantai dan Dinding
VII. Pekerjaan Rangka dan Penutup Atap.
VIII. Pekerjaan Finishing
IX. Pekerjaan Elektrikal
X. Pekerjaan Plumbing

Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan meliputi :
2.1 Pembersihan Lapangan dan Pembongkaran:
Halaman/lapangan kerja terutama dimana lokasi tempat bangunan harus dibersihkan
terlebih dahulu.

2.2 Uitzet /Pengukuran dan pemasangan Bouplank :


1. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran tinggi (elevasi) telah ditetapkan dalam gambar
rencana.
2. Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar utama dengan gambar-gambar
perincian maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran pada gambar utama
3. Sebagai ukuran pokok ± 0,00 disesuaikan dengan ukuran gambar rencana.
4. Dengan ketentuan tersebut Pemborong, Perencana, Direksi Teknis dan Pengawas
akan menetapkan patok duga ± 0,00 tersebut di lapangan.
5. Penetapan ukuran dan sudut siku-siku tetap dijaga dan antara lain dengan
mempergunakan alat-alat Waterpass dan berpedoman pada bangunan yang telah
ada.
6. Setelah Ukuran ditetapkan, baru dilanjutkan dengan pemasangan papan Bouplank.
Kayu papan yang digunakan minimal dari kelas kuat II dengan ukuran lebih
kurang
2/20 cm dan usuk 4/6. Bouplank dipasang dari titik luar Bangunan dengan jarak
kurang lebih 2 meter atau sesuai kondisi lapangan.
7. Perlengkapan Peralatan Perancah kerja agar dipersiapkan lebih awal sebelum
memulai proses Pekerjaan.
2.3 Mobilisasi Peralatan dan Material
Semua peralatan kerja yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus sudah
dipersiapkan oleh Pemborong. Peralatan tersebut harus dalam kondisi baik dan laik pakai.
Jika dalam masa pelaksanaan pekerjaan, peralatan mengalami kerusakan/tidak bisa
dipergunakan, pemborong harus segera menyiapkan peralatan pengganti yang baru yang laik
pakai. Penempatan material di areal site harus dikonsultasikan terlebih dahulu, agar tidak
mengganggu selama proses pekerjaan berlangsung.
2.4 Administrasi dan Dokumentasi
Pemborong harus menyiapkan administrasi pelaksanaan pekerjaan antara lain :
Request, Gambar shop Drawing, laporan harian pelaksanaan , laporan mingguan, laporan
bulanan prestasi fisik pekerjaan, Time schedule pekerjaan dan foto-foto kemajuan pekerjaan
dibuat sesuai dengan laporan prestasi pekerjaan, sekurang-kurangnya pada saat dilakukan
opname kemajuan pekerjaan.

2.5 Situasi
1. Lokasi/ tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan di Kecamatan Banjar Barat, Kel.
Pasar lama Banjarmasin Kal-Sel.
2. Lapangan pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya
untuk itu para calon pemborong wajib meneliti situasi medan, terutama kondisi
tanah yang akan dikerjakan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal lain yang
berpengaruh terhadap harga penawaran.
3. Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
Claim dikemudian hari.
Pasal 3
PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
3.1 Pekerjaan Galian
3.1.1 Pekerjaan Persiapan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan – bahan , alat – alat dan
pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “ pekerjaan tanah “
seperti yang disyaratkan dalam gambar rencana dan spesifikasi ini.
b. Meliputi pembersihan areal galian, galian tanah , urugan dan pemadatan tanah utuk
bangunan seperti yang ditentukan dalam gambar atau sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas.
3.1.2 Syarat – syarat Pelaksanaan
a. Pekerjaan Pembersihan
1. Seluruh areal galian dan bangunan dibersihkan dari semua belukar/semak, sampah
yang tertanam dan material lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah yang
akan dikerjakan, harus dihilangkan, ditimbun dan kemudian dibakar atau dibuang
dengan cara – cara yang disetujui oleh Pengawas.
2. Semua sisa – sisa tanaman seperti akar – akar, rumput – rumput dan sebagainya,
harus dihilangkan/dibuang keluar site yang merupakan tanggungan pemborong.
3. Semua daerah urugan, harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun
terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa – sisa tumbuhan
atau bahan – bahan yang dapat menimbulkan pelapukan dikemudian hari.

4. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggungan pemborong.


5. Pemborong harus menyediakan alat – alat ukur sepanjang masa pelaksanaan berikut
ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila dianggap perlu siap untuk
mengadakan pengukuran ulang.
b. Pekerjaan Galian Tanah
1. Pekerjaan galian harus memenuhi syarat – syarat seperti yang ditentukan dalam
gambar. Pemborong harus menjaga supaya tanah dibawah dasar elevasi seperti
pada gambar rencana atau yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas tidak terganggu,
jika terganggu Pemborong harus menggalinya dan mengurug kembali lalu
dipadatkan seperti yang telah ditentukan oleh Pengawas.
2. Dasar dari semua galian harus waterpass, bila mana pada dasar setiap galian masih
terdapat akar tanaman atau bagian – bagian gembur , maka ini harus digali keluar
lubang sedang lubang tadi diisi kembali dengan pasir.
3. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau pompa
lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
terkumpulnya air .
4. Semua tanah kelebihan berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah
tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk Pengawas.
5. Bagian – bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih,
bebas dari segala kotoran dan memenuhi syarat – syarat sebagai tanah urug.
c. Pekerjaan Urugan Dan Pemadatan.
1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan – bahan , peralatan dan alat –alat
bantu yang dibutuhkan demi terlaksannya pekerjaan itu dengan baik.
2. Pekerjaan galian ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Pengawas.
3. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan dan penimbunan
kembali, juga seluruh sisa-sisa, puing – puing, sampah – sampah harus disingkirkan
dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk itu adalah tanggung jawab
Pemborong.
4. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka lapisan tanah urug dilakukan
lapis demi lapis, setiap lapis maksimum tebal 10 cm, disiram/dibasahi, diratakan
dan dipadatkan, hingga mencapai peil urugan yang disyaratkan.
5. Konsultan mengharuskan agar supaya semua urugan bahan hanya terdiri dari mutu
yang terbaik yang dapat diperoleh.
6. Pengeringan/pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan tanah supaya
daerah yang dikerjakan terjamin pengaliran airnya.
7. Apabila material urugan mengandung batu – batu, tidak dibenarkan batu – batu
yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori – pori harus diisi dengan batu–
batu kecil dan tanah yang dipadatkan.
8. Kelebihan material galian harus dibuang oleh Pemborong ketempat pembuangan
yang ditentukan oleh Pengawas. Jika material galian tidak cukup, material
tambahan harus didatangkan dari tempat lain, tanpa tambahan biaya.
3.2 Pekerjaan Urugan Pasir Padat
3.2.1 Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan – bahan, peralatan dan alat –
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat diperoleh hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan dibawah lantai dan dibawah pondasi serta
seluruh detail yang ditunjukan dalam gambar.
3.2.2 Persyaratan Bahan
1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir – butir yang bersih, tajam dan keras,
bebas lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap NI-3
(PUBB tahun 1970 ) psl 14 ayat 3
2. Air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam
alkali dan bahan – bahan organis lainnya serta memenuhi syarat – syarat yang
ditentukan dalam NI-3 psl 10
3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat – syarat yang
ditentukan di atas dan harus dengan persetujuan Pengawas.

3.2.3 Syarat – Syarat Pelaksanaan


1. Pasir urug yang digunakan harus dengan persetujuan pihak Pengawas.
2. Pekerjaan urugan pasir dilakukan bila seluruh pekerjaan lain dibawahnya /
didalamnya telah selesai dengan baik dan sempurna.
3. Lapisan pasir urug dilakukan lapis demi lapis, dipadatkan hingga mencapai tebal
10 cm, atau seperti yang disyaratkan dalam gambar.
4. Setiap lapis pasir urug harus diratakan, disiram air dan dipadatkan dengan alat
pemadat yang disetujui Direksi Pengawas. Pemadatan dilakukan hingga mencapai
tidak kurang dari 95% dari kepadatan maksimum hasil laboratorium.
5. Lapisan pekerjaan di atasnya, dapat dikerjakan bilamana pekerjaan urugan pasir
padat telah sempurna, memenuhi semua persyaratan yang ditentukan dan sudah
mendapat persetujuan Pengawas.
3.3 Pasangan Batu Kosong
1. Batu kosong yang dipergunakan adalah batu sungai yang dibelah dan tidak porous dan
bersih dan besarnya tidak lebih dari 30 cm.
2. Pemecahan batu harus dilakukan di luar batas bowplank bangunan.
3. Pondasi dialasi dengan pasir urug yang bersih dan tidak mengandung benda yang
lebih besar dari 1,5 cm dengan ketebalan sesuai dengan gambar kerja, kemudian
disiram dengan air secukupnya.
4. Pasangan batu kosong dipasang dengan ketebalan sesuai gambar kerja kemudian diisi
dengan pasir dan disiram dengan air sampai semua celah – celah antara batu yang satu
dengan yang lain terisi penuh dengan pasir.
3.4 Pasangan Batu Gunung
a. Bahan
1. Batu Gunung yang dipergunakan adalah Batu Gunung yang dibelah atau batu
gunung yang keras dan tidak porous dan bersih dan besarnya tidak lebih dari
30 cm.
2. Tidak dibenarkan menggunakan Batu Gunung bulat atau batu endapan.
Pemecahan batu harus dilakukan diluar batas bouwplank bangunan.
3. Semen, pasir dan air pasangan adalah sama dengan yang ditentukan dalam
pekerjaan beton.
4. Penggunaan adukan : Kecuali ditunjukkan lain dalam gambar, adukan spesi yang
digunakan adalah 1 SP : 4 PP
b. Pemasangan
1. Pondasi dialasi dengan pasir urug yang bersih dan tidak mengandung benda yang
lebih besar dari 1,5 cm dengan ketebalan sesuai dengan gambar kerja. Kemudian
disiram dengan air secukupnya.
2. Pada setiap pokok galian dibuat profil pondasi terbuat dari kayu atau bambu
dengan ukuran sesuai dengan ukuran pondasi yang akan dibuat.
3. Pasangan batu kosong (aanstamping) dipasang dengan ketebalan sesuai gambar
kerja kemudian diisi dengan pasir dan disiram dengan air sampai semua lubang
batu terisi penuh dengan pasir.
4. Batu Gunung yang telah dibasahi, dipasang dengan adukan yang ditentukan
dalam gambar.
5. Batu Gunung terpasang padat dan diantara Batu Gunung harus dilapisi oleh
adukan. Tetapi atas dari pondasi Batu Gunung harus datar.
6. Untuk pondasi Batu Gunung yang menumpu kolom beton bertulang harus
dilengkapi dengan stek-stek berdiameter sama dengan tulangan kolom yang akan
ditumpunya.
3.5 Pasangan Pondasi Footplate
Komponen Bertulang terdiri dari Pondasi Tapak dan Kolom Pedestal, Sloof dan
kolom pagar. Struktur Pondasi tapak dan kolom pedestal merupakan satu- kesatuan.
Konstruksi tulangan dari kedua struktur ini juga satu kesatuan.
a. Tahapan pelaksanaan:
Jenis Pekerjaan Pekerjaan Sebelumnya Pekerjaan Sesudahnya
- Pondasi Tapak
- Kolom Pedestal Galian Pondasi Pasangan Batu Gunung
- Sloof Pondasi Pasangan Batu Gunung Kolom
- Kolom Sloof Pekerjaan Pasangan
b. Persiapan
• Approval material yang akan digunakan.
• Persiapan dan penyesuaian lahan kerja lahan kerja.
• Persiapan material kerja, antara lain : pasir beton, kerikil beton, besi beton,
kawat beton, semen PC, pasir, multiplek 9 mm, paku, minyak bekesting, balok
kayu, kayu lat, papan kayu dan lain-lain.
• Persiapan alat bantu kerja, antara lain : concrete mixer (molen), vibrator,
meteran, gergaji, bar bender, schafolding, raskam, benang, selang air, timba
cor, kereta sorong dan lain-lain
a. Fabrikasi dan instalasi besi tulangan
• Pelaksanaan fabrikasi besi tulangan memerlukan tempat yang cukup luas
untuk menaruh, memotong besi beton dan membengkoknya sehingga sesuai
dengan gambar yang telah disetujui.
• Membuat cutting plan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh gambar
rencana.
• Besi beton yang dipakai untuk proyek ini mutu dan diameter (spesifikasi)
disesuaikan dengan gambar kerja dan RKS.
• Potong dan bentuk besi beton dengan ukuran sesuai gambar kerja yang sudah
dituangkan dalam cutting plan.
• Merangkai besi beton dan mengikat dengan kawat beton.
• Besi beton yang telah difabrikasi diberi tanda sesuai dengan penempatannya,
supaya tidak membingungkan/membuang waktu untuk saat akan dipasang.
• Tulangan pondasi yang sudah dibentuk untuk pondasi tapak ditempatkan pada
lubang galian setelah diberikan pasir urug 5 cm.
• Tulangan sloof yang sudah dirakit dipasang di atas pondasi batu gunung yang
telah selesai dikerjakan dan sebelumnya dipasang angchor/stick.
• Tulangan kolom dipasang pada stick yang disediakan pada pekerjaan kolom
pedestal.
• Instalasi tulangan kolom bersama bekisting harus tegak lurus.
• Penyetelan tegak lurus pada sisi-sisi bekisting kolom dengan waterpass tangan
dan unting-unting.
• Posisi penempatan tulangan yang horizontal harus tepat dan lurus pada as
rencana penempatan kolom dan as pasangan bata serta lurus merata secara
vertikal.
• Tulangan pondasi tapak tidak boleh bersentuhan langsung pasir urug/dasar
galian, tetapi diberikan beton dacking setebal 5 – 7 cm.
• Tulangan kolom dipasang tegak lurus mengikuti bekisting dan diberikan beton
dacking agar seluruh tulangan terselimuti.
b. Fabrikasi dan instalasi bekisting
• Fabrikasi bekesting dikerjakan di lokasi proyek untuk memudahkan
pengukuran dan mempercepat pelaksanaannya, karena angkutan bekesting
menjadi dekat.
• Fabrikasi bekesting untuk struktur beton diatas permukaan tanah seperti:
kolom, balok, plat lantai dan tangga menggunakan bahan dari multiplek 9 mm
dan perkuatan menggunakan balok kayu dan alat perancah schafolding,
langkah kerja adalah sebagai berikut:
1. Multiplek dipotong sesuai dengan bentuk dan ukuran dalam gambar kerja.
2. Pasang dan rangkai potongan multiplek pada area struktur yang akan dicor dengan
perkuatan kayu balok 5/5 cm sebagai tulangan, kayu support dan schaffolding.
3. Sebelum pengecoran, bekesting harus benar-benar diperiksa kembali jangan sampai
ada celah yang berakibat kebocoran. Pasangan bekesting harus rapih, siku dan
lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat menghasilkan bidang yang
flat/maksimal.
4. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting diberi minyak bekisting.
• Untuk kolom pedestal, dibuatkan sepatu kolom dengan besi beton atau besi plat
siku untuk menjaga agar kolom tetap tegak lurus dan siku.
• Setting (pasang) besi tulangan yang telah difabrikasi ke dalam bekesting.
• Pasang beton dacking dan cakar ayam secara merata dan sesuai kebutuhan.
• Memeriksa kembali elevasi dan kerataan pemasangan bekesting.
c. Pengecoran beton
• Untuk pondasi tapak, sebelum pengecoran pada galian tanah diberikan pasir
urug setebal 5 cm.
• Pada tahapan pekerjaan pondasi dan pedestal, pondasi tapak dicor lebih dulu,
kolom pedestal dilanjutkan pengecorannya setelah pondasi tapak mengeras.
• Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu kontraktor membuat
Job Mix Formula untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan
sehingga didapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang diharapkan. Job
Mix Formula yang telah dibuat kontraktor diserahkan kepada direksi maupun
pengawas lapangan untuk disetujui. Untuk keperluan pengecoran pondasi
tapak dan kolom pedestal Pada proyek ini menggunakan beton mutu K-200.
• Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi menyetujui untuk
pengecoran beton yang dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan kerja.
• Sebelum dilakukan pengecoran, diperiksa kembali kekuatan acuan yang sudah
dipasang /difabrikasi, semua ukuran dan perkuatan acuan diperiksa benar dan
disahkan oleh konsultan/direksi untuk pekerjaan selanjutnya.
• Membersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan
sampah.
• Beton yang diaduk dengan molen (concrete mixer) dituangkan ke dalam area
pengecoran, pada saat pengecoran adukan beton diratakan dan dipadatkan
dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan mecapai sela-sela ruang
pembesian.
• Seluruh area pengecoran akan disiapkan sepenuhnya sehingga tidak terdapat
penyambungan pengecoran.
d. Curring Beton
Metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton dalam hal ini adalah
penyiraman langsung dengan air bersih secara rutin.
e. Urugan tanah kembali
Setelah selesai masa pemeliharaan beton dan bekistingnya telah dibongkar, maka
akan dilakukan pengurugan kembali tanah bekas galian pada area pondasi tapak.

Pasal 4
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

4.1 Pekerjaan Dinding Batu /Bata Merah

a. Bahan
1. Semua bata merah yang digunakan harus dari mutu klas I, padat, keras, benar
ukurannya, mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan gambar kerja.
2. Semua bata merah yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat. Bata
merah yang akan digunakan dengan ukuran yang mendapat persetujuan Direksi.
3. Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pasangan bata merah mengikuti
ketentuan peraturan pekerjaan beton.
b. Pemasangan.
1. Sebelum dipasang, bata merah harus dibersihkan terlebih dahulu sampai bebas dari
kotoran.
2. Secara umum, bata dipasang dengan adukan (1 SP : 4 PP).
3. Pasangan bata merah dilakukan secara bertahap dan setiap hari tingginya tidak
lebih dari 100 cm atau 5 lapisan bata merah, yang diikuti dengan cor kolom praktis.
4. Pembuatan lubang steger pada pasangan bata merah sama sekali tidak dibenarkan.
5. Semua angker, pipa dan peralatan lainnya harus dipasang bersamaan dengan
pasangan bata merah.
6. Setelah bata merah terpasang, adukan, nat/siar harus dibersihkan dengan sapu lidi
dan kemudian disiram dengan air.
7. Hasil dari pasangan bata merah adalah sesuai dengan gambar kerja. Kerugian
akibat kesalahan pemasangan bata merah, sepenuhnya menjadi tanggungan
Pemborong.
4.2 Pekerjaan Plesteran Dinding
a. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland yang digunakan harus dari satu produk, mutu I dan yang
disetujui Direksi pengawas serta memenuhi syarat – syarat yang ditentukan
dalam NI – 8 dan PUBI Tahun 1982.
2. Pasir harus memenuhi NI – 3 pasal 14 dan PUBI 1982
3. Air harus memenuhi NI – 3 pasal 10
4. Campuran (aggregat) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan
bebas dari segala macam kotoran, harus bersih dan melalui ayakan Ø 1,6 – 2,0
mm.
b. Syarat – syarat Pelaksanaan
1. Seluruh plesteran dinding batu bata dengan adukan campuran 1 SP : 4 PP,
kecuali pada dinding batu bata trasraam / rapat air.
2. Untuk dinding batu bata trasraam / rapat air diplester dengan aduk campuran
1 PC : 3 pasir.
3. Pasir yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti
yang dipersyaratkan.
4. Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan di atas tetapi dibutuhkan
untuk penyelesiaan / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu
baik dari jenisnya dan disetujui Pengawas.
5. Semen Portland yang dikirim ke site harus dalam keadaan tertutup atau dalam
kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type dan
tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada cacat.
6. Semen harus disimpan ditempat yang kering, berventilasi baik, terlindung,
bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan
bahan, dilindungi sesuai dengan jenisnya seperti yang disyaratkan dari pabrik.
7. Semua bahan sebelum digunakan harus ditunjukan kepada Direksi Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan / persyaratan dari
pabrik yang bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti dengan
material yang lain yang mutunya sesuai dengan persyaratan tanpa biaya
tambahan.
8. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong diharuskan memeriksa site yang
telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk dimulainya
pekerjaan.
9. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya,
Pemborong harus segera melaporkan kepada Direksi/Pengawas. Pemborong
tidak diperkenankan melakukan pekerjaan ditempat tersebut sebelum
kelainan / perbedaan diselesaikan.
10. Tebal Plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan diding finish 15 cm atau sesuai
yang ditunjukan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm
harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat
plesteran, pada bagian pekerjaan yang diijinkan Direksi Pengawas.
11. Pertemuan plesteran dengan jenis pekerjaan lain ( kosen dan lain sebagainya) ,
dibuat naat (tali air ) lebar minimal 7 mm dalam 5 mm, pada bagian pekerjaan
yang diijinkan Pengawas.
12. Plestean halus ( acian ) digunakan campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen. Acian dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (
kering betul ).
13. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar
tidak terlalu tiba – tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan
bahan penutup yang bias mencegah penyerapan air secara cepat.
14. Pemborong wajib / mengulang / mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan ( dan masa garansi ), atas biaya Pemborong selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik / Pemakai.
4.3 Pekerjaan Acian
a. Bahan
Bahan – bahan seperti pasir halus, semen, mill tembok dan air adukan mengikuti
ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan beton.
b. Pelaksanaan
1. Lakukan pekerjaan acian setelah plesteran/beton berumur 7 hari.
2. Pastikan bahwa kondisi plesteran rata, lurus pada bagian sudut dan siap untuk
diaci.
3. Lakukan pembasahan/penyiraman dengan air terhadap plesteran/beton/bidang
yang akan diaci.
4. Tebal acian tidak boleh lebih dari 3 mm.
5. Gunakan jidar aluminium untuk meratakan acian.
6. Setelah acian setengah kering gunakan kasut kecil untuk merapikan dan
menghaluskan acian secara merata dan tidak bergelombang.
7. Bidang acian harus tetap dibasahi dengan air minimal dalam waktu 7 hari, dan
setelah itu acian baru dikeringkan.
8. Setelah acian benar – benar kering dan atas persetujuan Direksi/Pengawas
pekerjaan, pekerjaan pengecatan/plamiran baru dapat dilaksanakan.

Pasal 5
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA DAN PENGUNCI
5.1 KUSEN
Kusen dipasang sebelum tembok dikerjakan / sebagian tembok dikerjakan.
Bahan–bahan meliputi :
1. Kusen, Ram Menggunakan Kayu Ulin
2. Daun pintu Panil Menggunakan Kayu lanan
3. Daun Jendela menggunakan Kayu lanan
5.1.1 Bahan-bahan diatas, harus memenuhi persyaratan meliputi :
a. Bebas dari cacat dan mata kayu
b. Lurus dan tidak lapuk
c. Kering dan kuat
d. Tidak bergetah
e. Alur/urat-urat kayu rapi

Pemborong harus menyampaikan secara tertulis bahwa bahan – bahan kayu yang akan
digunakan sudah melalui test yang diadakan di pabrik atau lembaga pengujian bahan lainnya
dengan disertai sertifikat pengujian.

Pekerjaan kusen, daun pintu dan jendela, kayu tersebut harus diketam rapi dan diprofil
yang sama. Kusen, daun pintu dan daun jendela dibuat rapi, tidak baling dan siku pada sudut-
sudutnya. Ukuran kayu yang digunakan :

a. Kusen : 5 /10 cm.


b. Daun pintu : 3.5/9.5 cm.
c. Daun jendela : 2.5/7.5 cm.
5.1.2 Pelaksanaan
Type daun pintu dan jendela sesuai dengan gambar kerja.
5.1.3 Kunci dan Penggantung
a. Sebelum mengadakan pembelian untuk perlengkapan pintu ini, Pemborong harus
mengajukan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
b. Semua kunci tanam harus terpasang dengan baik, kuat dan rapi pada daun pintu dan
terpasang 90 cm diatas lantai atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
c. Engsel-engsel minimal dipasang 2 buah untuk pintu teaxwood dan 3 buah untuk pintu
panil atau diperhitungkan agar masing-masing engsel memikul beban tidak lebih dari
20 kg.
5.1.4 Pemasangan Kusen.
a. Semua kayu harus dikerjakan dengan rapi, bagian yang nampak harus diserut dan
diamplas halus.
b. Semua kusen harus mempunyai alur, dan diberi angker besi diameter 10 mm tiap
jarak vertikal 60 cm, dan dicor ke tembok dengan adukan 1 pc : 2 ps : 3 kr.
c. Semua kusen harus menempel pada beton yang sudah jadi maka harus dipakai
fischer dengan sekrup kuningan.
d. Untuk mencegah gangguan rayap, maka bagian kayu yang menempel pada
dinding dan lantai harus dimenie.
e. Selama pekerjaan berlangsung, kusen-kusen harus dilindungi dari
benturanbenturan benda keras. Kerusakan atau cat-cat harus diganti oleh
Pemborong dengan biaya sendiri.
f. Pegangan kunci dipasang sesuai dengan gambar. Kalau tidak disebutkan lain,
maka tinggi pegangan kunci adalah 90 cm dari lantai.
g. Rangka kayu tidak boleh disambung bertepatan dengan penanaman badan
pengunci.
5.1.5 Hasil Akhir Yang Dikehendaki
1. Bentuk dan letak pintu sesuai dengan gambar.
2. Tidak ada bagian-bagian atau sudut-sudut yang cacat.
3. Kusen-kusen terpasang dengan kuat pada tembok.
4. Daun tidak terpuntir dan dapat dibuka / ditutup dengan lancar.
5. Kunci-kunci, penggantung dapat dipergunakan dengan lancar dan baik.
6. Penyelesaian bersih dan merata.
5.2 Pekerjaan penggantung
1. Engsel setara Solid dipasang untuk semua pintu dan dipasang sebanyak 3 buah untuk
masing – masing daun pintu panil, sedangkan untuk pintu plywood maupun Teakwood
dipasang 2 buah.
2. Untuk daun jendela menggunakan engsel setara Solid untuk semua daun jendela dan
dipasang masing – masing 2 buah untuk masing – masing daun.
3. Jarak pemasangan engsel dari tepi atas/bawah daun adalah 20 cm ke as engsel.
4. Posisi dudukan engsel pada alur kusen dibuat satu garis lurus vertikal dan sesuaikan
dengan tebal plat engsel.
5. Perekatan engsel dengan kusen dan dengan daun menggunakan screw atau rivert.
6. Lakukan pengecekan final terhadap operasional, kelengkapan pasangan paku
ulir/rivert, engsel dan kunci.
7. Kait angin setara Solid dipasang sebanyak 2 buah untuk masing – masing jendela
5.3 Pekerjaan pengunci
1. Semua kunci pintu menggunakan kunci setara Solid
2. Semua daun jendela dan pintu dilengapi dengan grendel setara Solid.
3. Espanolet setara Solid dipasang pada daun pintu double
4. Apabila tidak ditentukan lain, jarak pemasangan kunci dari elevasi lantai keramik ke as
kunci adalah 90 s/d 100 cm
5. Perekatan kunci dengan kusen dan dengan daun pintu menggunakan screw atau rivert
6. Dalam membuat lubang dudukan kunci tidak dibenarkan melakukannya dalam
keadaan pintu tergantung atau terpasang
7. Lakukan pengecekan final terhadap operasional, kelengkapan pasangan paku ulir/rivert
engsel dan kunci.
8. Berikan proteksi pada handle kunci dari benturan, goresan, kotoran cement dll, yang
sulit dihilangkan.
Pasal 6
PEKERJAAN BETON
6.1 Pengertian
Beton merupakan hasil suatu adukan yang merata dari bahan-bahan : air, semen (pc)
dan agregat (pasir dan kerikil/batu pecah). Adukan tersebut akan mengeras beberapa jam
sesuai dengan usia beton tersebut.
6.2 Bahan Beton
1. A i r
Air yang digunakan dalam air yang bersih, tidak mengandung minyak, garam, kotoran
organik atau bahan–bahan lain yang dapat merusak beton dan besi.
2. S e m e n
Semen merupakan bahan yang terpenting untuk membuat beton. Semen merupakan
bahan yang dapat menjadi keras apabila diberi air. Dengan demikian maka semen menjadi
bahan yang mempersatukan butir-butir pasir pasir dan kerikil menjadi satu kelompok. Semen
yang akan digunakan sebagai bahan pembuat beton bertulang dan diisyaratkan memenuhi
ketentuan yang tercantum dalam N I 18.
3. Agregat
Terdiri dari agregat halus yaitu pasir dan agregat kasar kerikil atau batu pecah.
4. P a s i r
Penggunaan pasir untuk beton harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pasir halus mempunyai tekanan hancur yang lebih besar dari pada tekanan hancur
semen yang telah menjadi keras.
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % ditentukan terhadap berat kering.
3. Tidak mengandung bahan–bahan organik.
4. Butiran pasir mempunyai diameter antara 0 – 5 mm dan memenuhi Analisa kerja
(PBI-1971).
6.3 Kerikil dan Batu Pecah
Penggunaan kerikil dan batu pecah untuk beton harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori dengan besar
butir lebih dari 5 mm.
2. Dimensi maksimum kerikil tidak lebih dari 2,5 mm dan tidak lebih dari seperempat
dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
3. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1 % ditentukan terhadap berat kering.
4. Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat yang reaktif
alkali.
5. Besar butir beraneka ragam dan memenuhi analisa kerja (PBI – 1971).
6.4 S e m e n
1. Semen yang dipakai adalah semen portland type I dari merk yang setara Gresik dan
mendapat persetujuan Direksi dan memenuhi syarat PBI - 1971.
2. Selama pengangkutan dan penyimpanan, semen tidak boleh kena air dan kantongnya
harus asli dari pabriknya dan tetap utuh dan tertutup rapat.
3. Semen yang sudah membeku, tidak dibenarkan dipakai dalam pekerjaan ini.
4. Semen disimpan pada tempat yang beralas dari kayu yang tingginya tidak kurang dari
30 cm dari lantai.
5. Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2,00 meter.
6. Pengeluaran semen dari tempat penyimpanan berurutan sesuai dengan datangnya
semen ditempat penyimpanan.
6.5 Pasir dan Kerikil Beton
1. Pasir dan kerikil beton harus bersih dari segala kotoran seperti bahan organis, tanah/
lumpur, kapur, garam dan sebagainya, tidak poreus dan sesuai dengan PBI - 1971.
2. Bahan pengisi (pasir dan kerikil) harus disimpan ditempat yang bersih dan dicegah
agar tidak terjadi pencampuran antara bahan yang satu dengan yang lainnya dan
terlindung dari pengotoran.
6.6 Air Beton dan Bahan Campuran Tambahan (Admixture)
1. Air untuk adukan dan untuk merawat beton harus bersih dan bebas dari semua
kotoran yang dapat merusak daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu beton.
2. Bahan campuran tambahan bila dipandang perlu dapat digunakan untuk
mempercepat pengerasan, perbaikan beton. Produk yang digunakan adalah ”Sika”
atau bahan lain yang setara dan sesuai dengan sifat-sifat yang diharapkan dan harus
mendapat persetujuan Direksi terlebih dahulu. Bahan-bahan tersebut tidak boleh
mengandung bahan-bahan yang merugikan sifat beton bertulang.
6.7 Besi – Beton
1. Mutu besi beton yang digunakan adalah :
Mutu besi tulangan beton untuk diamater batang polos adalah BJ. Tp 24 (fy = 240
Mpa / 2400 kg/cm2 dengan ukuran sesuai ketentuan dalam gambar. Simbol “Ø”
(menunjukkan Baja tulangan polos), Simbol “D” (menunjukan Baja Tulangan
Deform/Ulir ).
2. Semua besi yang dipakai diatas harus mempunyai sertifikat dari produsen/pabrik.
Ketentuan toleransi ukuran besi disesuaikan dengan standar SII atau SNI.Merk besi
yang digunakan setara KS,CS dan WS
3. Jika besi yang di datangkan ke lokasi tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
sertifikat/diragukan, Direksi pekerjaan berhak memerintahkan pemborong untuk
melakukan pengujian terhadap besi tersebut. Semua biaya hasil pengujian menjadi
tanggungan pemborong. Bila hasil pengujian tidak sesuai dengan yang tercantum
dalam sertifikat, maka Direksi berhak menolak semua besi tersebut.
4. Membengkokkan dan meluruskan besi beton harus dalam keadaan dingin, sesuai
dengan aturan yang berlaku. Panjang penyaluran besi beton dan Panjang
pengangkeran pada bagian-bagian konstruksi disesuaikan dengan gambar kerja atau
menurut aturan dalam SKSNI-1991.
5. Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat dan kotoran lain yang dapat
mengurangi daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu besi beton.
6. Besi beton harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar. Kemudian
dibentuk dan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran
tidak berubah tempat.
7. Kawat beton yang dipergunakan harus lazim dipakai, sehingga dapat mengikat besi
beton tetap pada tempatnya. Untuk mendapatkan mutu besi beton yang diinginkan,
dapat dipergunakan besi beton dari produk yang ditunjuk Direksi Teknis.
8. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan
di alam terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
9. Dalam segala hal, besi beton harus memenuhi ketentuan PBI - 1971 dan PBI yang
telah disempurnakan, serta diameternya harus sama dengan yang tertera atau
disyaratkan dalam gambar rencana.
10. Membengkokkan dan meluruskan besi beton harus dalam keadaan dingin, sesuai
dengan aturan yang berlaku.
11. Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat, dan kotoran lainnya yang
dapat mengurangi daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu besi beton.
12. Besi beton harus dipotong dan di bengkokkan sesuai dengan gambar. Kemudian
13. dibentuk dan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran
tidak berubah tempat.
14. Kawat beton yang dipergunakan harus yang lazim dipakai, sehingga dapat mengikat
besi beton pada tempatnya. Untuk mendapatkan mutu besi beton yang diinginkan,
dapat dipergunakan besi beton dari produk yang ditunjuk pengawas.
15. Jaminan Mutu
a. Mutu bahan yang dipasok dan campuran yang dihasilkan, cara kerja dan hasil
akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Seksi
Standar Rujukan. Mutu performance beton yang ditargetkan adalah kualitas
“Beton Expose” terutama untuk Kolom, Balok, Listplang beton dan Dinding
beton dengan finishing expose.
b. Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas besi yang
dipasang dengan disahkan oleh Direksi Pekerjaan dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai
sertifikat dari laboratorium. Penunjukan Laboratorium Pengujian harus dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
6.8 Cetakan Beton / Bekisting
1. BAHAN
a. Semua cetakan beton harus dibuat dari papan plywood yang tebalnya minimal
9mm tergantung kualitas dan jarak rangka penguat cetakan tersebut.
b. Cetakan untuk beton finishing kasar, harus terbuat dari papan terentang atau dari
bahan sejenis setelah mendapat persetujuan Direksi.
c. Bahan steger (tiang penyangga) harus terbuat dari kayu bermutu baik. Bambu
tidak dibenarkan dipakai untuk steger.
2. KONTRUKSI
a. Cetakan dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga dapat mencegah getaran
yang merusak, dan tidak merubah bentuk sebelum, selama pengecoran berlangsung
dan selama beton belum padat.
b. Cetakan dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah pengecoran dan pemadatan
beton tanpa merusak konstruksi beton.
c. Kayu steger (penyangga) harus dibuat sedemikian rupa dengan ukuran minimal usuk
4/6 sehingga dapat menahan beban yang dipikulnya.
d. Pemborong harus membuat shop drawing dari bagian-bagian konstruksi cetakan/
bekisting serta mendapat persetujuan Direksi.
3. PELAPIS CETAKAN
a. Untuk mempermudah membuka bekisting beton, dapat digunakan melapis cetakan
dari bahan plastik yang dipasang sedemikian rupa dibagian dalam cetakan sehingga
mudah dilepaskan dan hasil cetakan rapi atau dari bahan yang disetujui pengawas.
b. Minyak pelumas, baik bekas maupun yang baru, tidak dibenarkan dipakai sebagai
pelapis cetakan.
6.9 Adukan Beton
1. Rencana Adukan
a. Nama “jenis adukan” di bawah diberikan untuk setiap jumlah bahan pengisi
(pasir dan kerikil) terhadap 50 kg semen.
b. Gradasi butiran bahan pengisi harus sesuai dengan syarat – syarat gradasi
c. Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja
dengan acuan, atau antara perbatasan lainnya.
d. Jenis adukan Beton :
Catatan pc = portland cement m3
ps = pasir (bahan pengisi halus) m3
krl = kerikil (bahan pengisi kasar) m3
6.10 Kekuatan beton
Kuat tekan beton yang direncanakan adalah K. 250 kg/cm2 untuk beton Struktur dan
beton non struktur K. 175 kg/cm2 sesuai gambar rencana

6.11 Pengadukan beton


Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu komposisi
yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan campuran beton. Sebelum
diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan, pencampuran bahan-bahan
dapat dilakukan di laboratorium, untuk mendapatkan formula rancangan sesuai rencana
(membuat Job Mix Formula). Secara umum pengadukan beton dengan mesin ( batching
plant) harus disesuaikan dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuatnya. Ketentuan waktu pengadukan minimal untuk campuran beton yang
volumenya lebih kecil atau sama dengan 1 m3 adalah 1.5 menit atau menurut petunjuk
direksi. Selama proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi terus
dengan cara memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.
6.12 Beton Dekking
1. Beton dekking / ganjal 1 pc : 2 ps harus dibuat terlebih dahulu, sebelum pekerjaan
beton konstruksi dimulai. Dicetak setebal 2 cm berukuran 4 x 4 cm atau sesuai dengan
yang diisyaratkan, lengkap dengan kawat pengikatnya.
2. Sesudah mengeras dan kering udara, beton dekking ini direndam dengan air.
3. Untuk beton balok dan kolom, dipasang 10 (sepuluh) buah untuk setiap 1 m2 dengan
ketebalan 3 cm. Dan untuk beton plat dipasang beton dekking dengan ketebalan 2 cm
sebanyak 5 buah untuk setiap 1 m2
4. Selain beton dekking untuk balok yang mempunyai dua baris atau lebih tulangan,
harus diberikan ganjalan dengan besi beton dengan diameter yang sama dengan
tulangan rangkap. Ganjalan ini dipasang pada bagian samping dan bawah balok
sebanyak 3 buah untuk setiap 1 m2
6.13 Adukan beton “Site Mixing” (setempat)
a. Adukan beton dibuat dengan alat pengaduk “batch mixer” dengan type dan
kapasitas yang mendapat persetujuan direksi.
b. Kecepatan aduk sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.
c. Kapasitas aduk tidak boleh lebih dari yang diijinkan.
6.14 Syarat Mutu Beton
a. Tidak boleh lebih dari satu diantara 21 nilai hasil percobaan kubus coba
berturutturut terjadi kuat tekan karakteristik kurang dari yang direncanakan.
b. Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari empat buah percobaan kubus coba
berturut-turut mempunyai kuat tekan kurang dari (Kr + 0,82 Sr). Sebaiknya antara
nilai tertinggi dan rendah diantara empat kubus hasil percobaan berturut-turut
tidak boleh lebih besar dari 4,30 x Sr
6.15 Pengecoran Beton
1. Proporsi perbandingan campuran semen dengan bahan pengisi (pasir dan kerikil)
adalah minimal. Jadi tidak dibenarkan untuk dikurangi semennya.
2. Sebelum adukan beton dicorkan, semua cetakan harus betul-betul bersih dari
kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan kotoran lainnya. Kemudian
cetakan tersebut dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada
genangan air pada cetakan tersebut.
3. Pengecoran baru bisa dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi. Apabila
pengecoran beton dilakukan tanpa adanya persetujuan Direksi, maka kerugian
akibat pembongkaran, sepenuhnya menjadi tanggungan Pemborong.
4. Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah
dicorkan dalam waktu 1 ( satu ) jam setelah pencampuran dengan air dimulai.
5. Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus menerus sampai
selesai dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan Direksi. Tidak
dibenarkan mengecor beton disaat hujan, kecuali ada tindakan pengamanan
Pemborong, terutama untuk meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan, yang
mendapat persetujuan Direksi. Dalam hal ini Pemborong harus berupaya agar
beton yang baru dicorkan tidak dirusak oleh air.
6. Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah adanya
pemisahan atau pengurangan bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh
dijatuhkan lebih dari 2 meter. Untuk kolom-kolom yang tinggi, harus dibuatkan
jendelajendela dengan jarak vertikal tidak lebih dari 2 meter.
6.16 Toleransi-toleransi
Toleransi pada beton cetakan kasar.
a. Toleransi terhadap posisi untuk masing-masing bagian konstruksi adalah 1 cm.
b. Toleransi terhadap ukuran masing-masing bagian konstruksi adalah -0,3 dan
+0,5 cm.

6.17 Toleransi pada beton cetakan halus.


a. Toleransi terhadap posisi untuk masing-masing bagian konstruksi adalah 0,6 cm.
b. Toleransi terhadap ukuran masing-masing bagian konstruksi adalah -0,2 dan
+ 0,4 cm.
c. Toleransi posisi vertikal : 2 mm/m’.
d. Toleransi posisi horizontal : 1 mm/m’.
6.18 Penggunaan Beton
Pekerjaan beton digunakan untuk :
1. Bangunan : pondasi, sloof, kolom, balok lantai, plat lantai, ring, dan lain-lain
sesuai dengan gambar kerja.
2. Halaman : kanstein, beton rabat, pagar halaman dan lain-lain sesuai dengan
petunjuk gambar kerja
3. Penggunaan adukan beton yang berbeda dalam pekerjaan yang monolith seperti
pada pertemuan balok dengan kolom, perbedaan adukan beton supaya dicorkan
serentak atau berseling dimana beton yang mutunya lebih tinggi dicorkan lebih
dahulu, kemudian tidak lebih 20 menit, dicorkan beton yang mutunya lebih rendah
dan kemudian digetarkan sampai kiranya kedua mutu beton tersebut saling
mengikat. Pemasangan heavy duty sealant merk Sikaflex 15 LM untuk ”expansion
joint” (pertemuan kolom/balok/lantai) ada dibawah pengawasan pengawas.
6.19 Perawatan Beton
1. Beton Harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi pengauapan
cepat.
2. Beton harus dibasahai paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.
3. Perbaikan Permukaan Beton
4. Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos denngan cara grouting
setelah pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setalah mendapat persetujuan
Pengawas. Bahan Grouting yang akan dipergunakan harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi/Pengawas.
5. Jika ketidak sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan
yang diharapkan dan diterima oleh Direksi/Konsultan Pengawas, maka harus
dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali atas beban biaya pemborong.
6. Ketidak sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur,
pecah/retak, ada gelembung udara, keropos, berlubang, tonjolan dan ada yang lain
yang tidak sesuai dengan bentuk diharapkan/diinginkan.

Pasal 7
PEKERJAAN LANTAI, DINDING DAN PLIN
7.1 Persyaratan Bahan
a. Bahan yang digunakan keramik buatan dalam negeri yang bermutu baik dan yang
disetujui Pengawas.
b. Warna akan ditentukan kemudian, untuk masing – masing warna harus seragam,
warna yang tidak seragam akan ditolak.
c. Tebal bahan minimal 8 mm finishing berglazuur, kekuatan lentur 250 kg / cm
mutu tingkat I ( satu ).
d. Bahan perekat dan pengisi siar dari grouting berwarna, jenis sesuai yang disetujui
Direksi Pengawas.
7.2 Ukuran dan pemasangan :
a. Bahan lantai keramik ukuran 40 x 40 cm produk setara Asia Tile KW 1, dipasang
pada lokasi yang ditunjukan dalam detail gambar.
b. Keramik ukuran 30 x 30 cm anti slip produk setara Asia Tile, dipasang pada lantai
dan KM/WC
c. Keramik ukuran 25 x 25 cm produk setara Asia Tile, dipasang pada dinding
KM/WC.
d. Pengendalian pekerjaan keramik ini harus sesuai dengan peraturan – peraturan
ASTM, NI – 19, PUBI 1982 pasal 31 dan SII – 0023- 81.
e. Semen Portland harus memenuhi NI –8, pasir harus memenuhi PUBI 1982 pasal
11 dan air harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan dalam PUBI 1982
pasal 9.
7.3 Syarat – syarat Pelaksanaan
a. Bahan – bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh – contohnya ( minimum 3 contoh bahan dari 3 jenis produk
yang berlainan ) kepada Pengawas.
b. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong diwajibkan membuat shop drawing dari
pola keramik yang disetujui Direksi Pengawas.
c. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan
tidak ternoda.
d. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar – benar rata.
e. Jarak antara unit – unit pemasangan keramik yang terpasang ( siar – siar ), harus
sama lebar maksimum 3 mm dan kedalaman maksimum 2 mm, atau sesuai detail
gambar serta petunjuk Pengawas, yang membentuk garis – garis sejajar dan lurus
yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar – siar yang berpotongan harus
membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
f. Bahan perekat dan siar – siar dari bahan grouting sesuai ketentuan persyaratan,
warna bahan perekat / pengisi sesuai dengan warna keramik yang dipasangnya.
g. Pemotongan unit – unit keramik haus menggunakan alat pemotong keramik
khusus sesuai persyaratan dari dari pabrik yang bersangkutan.
h. Keramik yang sudah dipasang, terlebih dahulu unit – unit keramik direndam
dalam air sampai jenuh.
i. Pinggulan pasangan keramik bila dilakukan harus dikerjakan dengan alat gerinda,
sehingga diperoleh hasil pengerjaan yang teratur, siku dan memperoleh bentuk
tepian yang sempurna. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh
pekerjaan lain selama 3 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada
permukaannya.

Pasal 8
PEKERJAAN RANGKA ATAP
8.1 Persyaratan Bahan
a. Kuda-kuda Galvalume 0.75 merk taso
b. Reng Galvalume o.45 merk Taso
c. Profil harus sudah mempunyai sertifikat ISO 9001-2008 dan SNI 04096-2007
d. Type screw / mur dan baut menggunakan self drilling screw (SDS).
8.2 Syarat - syarat Pelaksanaan.
a. Konstruksi baja ringan harus dikerjakan oleh tenaga Profesional atau tenaga kerja
yang sudah bersertifikat pada konstruksi baja, dengan menunjukkan sertifikat
resmi. b. Konstruksi baja ringan dirancang hanya berupa system struktur kuda
kuda langsung diikuti dengan reng dari baja tanpa gording dan kaso / usuk.
b. Semua penggunaan aksesories seperti baut reng, baut lisplank dan dinabold Ø 10
65 harus memakai pedoman dari pabrik yang memproduksi baja ringan.
c. Untuk menghindari salah potong material, pengerjaan atau pemotongan dilakukan
di lapangan agar sesuai dengan ukuran yang ada dilapangan.
d. Sebelum dilakukan pemasangan baja, semua bahan ditest pembebanan terlebih
dahulu dan dilaporkan kepada direksi.
e. Sebelum pemasangan agar menunjukkan perhitungan struktur dan shop drawing
kepada direksi / konsultan pengawas.

Pasal 9
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
9.1 Persyaratan Bahan
a. Bahan atap genteng metal setara sakura roof
b. Bahan bubungan yang sama dengan bahan genteng penutup atap yang digunakan /
dipasang sesuai yang ditunjukan dalam gambar detail, dipasang dengan adukan 1 PC :
3 pasir.
9.2 Syarat – syarat Pelaksanaan
a. Bahan – bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh – contohnya kepada Direksi Pengawas untuk mendapatkan Persetujuannya.
b. Sebelum dikerjakan, semua hbahan harus ditunjukan kepada Direksi/Pengawas untuk
mendapat persetujuan. Material yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan.
c. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian maka bahan – bahan
penggantian harus disetujui Pengawas yang berdasarkan contoh yang diajukan
Pemborong.
d. Kecuali peralatan / bahan yang tampak pada gambar, Pemborong tidak diperkenankan
untuk memasang bahan lain tanpa persetujuan Pengawas.
e. Pemborong tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada kelainan
perbedaan di tempat itu, sebel;um kelalaian / perbedaan tersebut terselesaikan.
f. Pemborong wajib memperbaiki / mengulangi / mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan massa garansi, atas biaya Pemborong, selama
kerusakan tersebut bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
g. Hasil pemasangan genteng harus merupakan suatu bidang yang rata, landai dengan
kemiringan sesuai detail gambar, jalur – jalur genteng harus lurus, rapih dan tidak
bocor /tampyas.

Pasal 10
PEKERJAAN LISTPLANK KAYU

10.1 Persyaratan Bahan


a. Bahan lisplank dari kayu yang telah yang telah dikeringkan, mutu kelas I, kelas kuat I
–II dan kelas awet I.
b. Bahan lisplank Kalsiplank minimal 2 x 20 cm atau sesuai detail yang disebutkan
dalam gambar.
c. Kayu yang dipakai harus lurus, kering dengan permukaan rata, bebas dari cacat
seperti retak – retak, mata kayu dan cacat lainnya. Kelembaban yang disyaratkan
maksimum 12 %, untuk seluruh bahan kayu lisplank yang digunakan.Mutu kayu
yang dipakai sesuai persyaratan dalam NI – 5 ( PKKI tahun 1961 ), PUBI 82 pasal 37
dan memenuhi persyaratan SII 0458 – 81. 10.2 Syarat – syarat Pelaksanaan
d. Sebelum melaksanaan pekerjaan, Pemborong diwajibkan untuk meneliti gambar –
gambar yang ada dan kondisi di lapangan termasuk mempelajari bentuk, pola,
layout / penempatan, cara pemasangan, dan detail – detail sesuai gambar.
e. Sebelum pemasangan, penimbunan / penyimpanan bahan di tempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang / tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena
cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
f. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku – siku satu sama lain sisi
– sisinya dan dilapangan sudajh dalam keadaan siap untuk penyetelan / pemasangan,
kecuali bila ditentukan lain.
g. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi. Pemasangan rata /
waterpas pada sisi atas pasang, rapi, lurus, sama tinggi dan kuat terpasang.
h. Sambungan kayu memanjang bentuk ekor burung, adapun sambungan sudut dengan
overstek miring 45 derajat, rapat dan lurus.
i. Kayu lisplank tidak diperkenankan dipulas dengan cat, vernis, meni atau finishing
lainnya sebelum diperiksa dan diteliti oleh Direksi Pengawas.
j. Setelah terpasang perlu diberi pelindung terhadap benturan dan pengotoran dari
akibat pelaksanaan pekerjaan lain.

Pasal 11
PEKERJAAN CAT
X.1 Persyaratan Bahan
a. Bahan : Dari produk setara merk VINILEX
b. Warna : Akan ditentukan kemudian
c. Bahan Plamuur : ICI Acrylic Wallfiller A 931-49001 atau setara disetujui Pengawas.
d. Cat dasar : Cat dasar digunakan ICI Alkali Resisting Primer A – 931/1050.
e. Kapasitas/daya sebar : Maksimal 8 m2/Kg
f. Pengencer : Air bersih maksimum 20%
g. Pengeringan : Minimum setelah 2 jam lapis berikutnya dapat dilakukan.
h. Sistem Pengecatan : Minimal dilakukan 2 lapis
i. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memnuhi persyaratan dalam PUBI 1982 pasal
54, NI-4. BS no. 3900-1970, AS k-41 dan sesuai ketentuan teknis dari pabrik yang
bersangkutan.
X.2 Syarat – syarat Pelaksanaan
a. Bahan – bahan yang dipergunakan, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh – contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
b. Pemborong harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis operatip dari
pabrik dan contoh percobaan warna cat kepada Pengawas.
c. Sebelum pengecatan dimulai, permukaan bidang pengecatan harus rata, kering dan bersih
dari segala kotoran, minyak dan debu.
d. Plafond siap dicat setelah diplamur terlebih dahulu. Sebelum plafond diplamur,
permukaan pengecatan harus bebas dari retak-retak dan lubang – lubang yang terjadi
akibat pelaksanaan dan setelah disetujui Pengawas.
e. Lapisan plamuur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang rata.
f. Sesudah selama 3 (tiga) hari plamuran dilakukan dan percobaan warna sudah disetujui
Pengawas, bidang plamuur diamplas dengan amplas besi yang halus No.00, kemudian
dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih.
g. Selanjutnya plafond dicat dengan menggunakan roller. Untuk permukaan dimana
pemakaian roller tidak memungkinkan, dipakai kuas yang baik / halus.
h. Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan terjadinya sentuhan bendabenda
dan pengaruh pekerjaan-pekerjaan sekelilingnya selama 2 jam.

Pasal 12
PEKERJAAN ELEKTRIKAL DAN MEKANIKAL

12.1 Persyaratan Bahan


a. Saklar dan Stop kontak : Setara dengan Merk CLYPSAL
b. Lampu lampu : Setara Merk Philip
c. Kabel : NYM/NYY 2x1,5 dan NYM/NYY 2x2,5 Standar PLN
12.2 Syarat – syarat Pelaksanaan
a. Bahan – bahan yang dipergunakan, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh – contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi/
Pengawas.
b. Gambar-gambar perencanaan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
perlengkapan accessories secara terperinci Semua bagian diatas walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan dipasang oleh
Pemborong, sehingga system dapat bekerja dengan baik dan
c. Gambar-gambar instalasi Elektrikal menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan instalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan
kondisi dari proyek. Gambar-gambar arsitektur dan struktur / sipil serta interior harus
dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail “finishing” dari proyek.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar-gambar kerja dan
detail (blue print, shop drawing) sebanyak 4 (empat) set yang harus diajukan kepada
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing yang diajukan
pemborong untuk disetujui Pengawas dianggap bahwa Pemborong telah mempelajari
situasi dan telah berkoordinasi dengan pekerjaan instalasi lainnya
e. Pemborong harus membuat catatan-catatan yang cermat dari
penyesuaianpenyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-catatan tersebut
harus dituangkan dalam 3 (tiga) set lengkap gambar blue print (cetak biru) sebagai
gambargambar sesuai pelaksanaan (as built drawings).
f. Pemborong harus melakukan semua testing dan commisioning serta
pengukuranpengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui apakah
seluruh instalasi dan peralatan yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan
telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku

Pasal 13
PEKERJAAN SANITAIR
13.1 Persyaratan Bahan
a. Closet Jongkok : Digunakan merk setara INA, warna akan ditentukan kemudian.
Pemasangan harus dengan persetujuan Pengawas.
b. Tempat Sabun : Digunakan merk setara INA, warna akan ditentukan kemudian.
Pemasangan harus dengan persetujuan Pengawas
c. Semua material harus memenuhi ukuran, standar dan mudah didapat di pasaran, kecuali
bila ditentukan lain.
d. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai
standar / peralatan dari pabrik yang bersangkutan.
13.2 Syarat – syarat Pelaksanaan
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukan kepada Direksi/Pengawas beserta
persyaratan / ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak
disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan. Jika dipandang perlu diadakan
penukaran / penggantian bahan pengganti harus disetujui Pengawas berdasarkan
contoh yang diajukan Pemborong.
b. Sebelum pemasangan dimulai, Pemborong harus meneliti gambar – gambar yang
ada dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara
pemasangan dan detail – detail sesuai gambar .
c. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara RAB dengan gambar, gambar dengan
spesifikasi dan sebagainya, maka Pemborong harus segera melaporkannya kepada
Pengawas.
d. Pemborong tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada kelainan /
perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan. Selama pelaksanaan
harus selalu diadakan pengujian / pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil pekerjaan.
e. Pemborong wajib memperbaiki / mengurangi / mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Pemborong, selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
f. Pelaksanaan pemasangan harus menghasilkan pekerjaan yang sempurna, rapi dan
lancar dipergunakan / air tidak macet.
g. Membuat beberapa unit resapan air pada lingkungan sekitar lokasi pekerjaan, disain
pada resapan air akan ditentukan kemudian.
h. Pemborong wajib melaksanakan pembersihan akhir terhadap lokasi pekerjaan.

Pasal 14
PENUTUP

Pemborong wajib membuat as built drawing dan setelah pembangunan selesai 100% ,
semua sampah dan bahan-bahan yang tidak berguna harus dibersihkan. Untuk biaya upacara
bangunan yang telah selesai dikerjakan ditanggung oleh Pemborong dengan klasifikasi
maksimal tingkat madya, tanpa memasukan nilainya dalam penawaran. Apabila pada uraian
dan syarat-syarat pekerjaaan, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan ini belum
disebutkan namun hal tersebut secara teknis menuntut harus dikerjakan yang sama sekali
tidak bisa ditiadakan, maka hal-hal tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.

Anda mungkin juga menyukai