Anda di halaman 1dari 15

BAB VI

SYARAT-SYARAT TEKNIS

Pasal 1
PENJELASAN UMUM

A. Bangunan ini didirikan diatas sebidang tanah Pemerintah.


B. Lingkup pekerjaan :
2.1. Pekerjaan Pemindahan Sarana Panjat Tebing Kota Samarinda
1. Pekerjaan dilaksanakan seperti yang dimaksud dalam RKS (Rencana Kerja &
syarat-syarat Pekerjaan) dan gambar-gambar Pekerjaan.
2. Direksi adalah PPK, PPTK, dan Staf Pengawas Dari Dinas Kepemudaan Dan
Olahraga Kota Samarinda yang ditunjuk untuk mengawasi pekerjaan ini.
3. Kegiatan Sarana Dan Prasarana Olahraga Pekerjaan Pekerjaan Pemindahan
Sarana Panjat Tebing Kota Samarinda.
C. Kewajiban Kontraktor :

1. Kontraktor berkewajiban untuk meneliti RKS, gambar-gambar pelaksanaan


dan dokumentasi lainnya, Memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan,
meninjau tempat pekerjaan, melakukan pengukuran dan mempertimbangkan
seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan
kelengkapan proyek.
2. Kontraktor harus mengerjakan seluruh pekerjaan sesuai dengan RKS, gambar-
gambar pelaksanaan dan dokumen lainnya, menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan untuk pelaksanaan dengan persetujuan Direksi/Pengawas.
3. Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan, serta dengan kondisi yang baik, menyediakan tenaga kerja yang
ahli dan cakap dan menunjuk seorang wakil yang harus selalu ada ditempat
untuk mempertanggung jawabkan pekerjaan.
4. Kontraktor harus menjaga kesejahteraan/keselamatan pegawainya selama
masa pelaksanaan pekerjaan.
5. Direksi Pengawas Direksi/pengawas lapangan dalam hal ini adalah Dinas
Kepemudaan Dan Olahaga Kota Samarinda serta aparat-aparatnya di lokasi,
yang akan mengadakan pengawasan teknis sehari-hari.

D. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Didalam melaksanakan pekerjaan, pemborong harus berpedoman kepada


ketentuan-ketentuan yang terdapat pada :
- Peraturan-peraturan umum (Algemene Voorwarden) disingkat AV 1941.
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971 – NI.2.
- Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961 – NI,5.
- Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan di Indonesia NI.3.
- Peraturan Semen Portland – NI.8.
- Peraturan Batu Merah sebagai bahan Bangunan NI.10.
- Sepesipikasi teknis dari pabrikasi, yaitu untuk bahan/material yang belum
mempunyai standart (Normalisasi).
- Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1988.
- Keputusan Presiden Nomer 6 Tahun 1988.
- Keputusan Presiden Nomer 18 Tahun 2003.
- Petunjuk-petunjuk dan peringatan tertulis yang diberikan Direksi /Pengawas
Lapangan.
2. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Pekerjaan dan risalah pekerjaan.dengan
ketentuan :
- Jika ternyata dalam RKS terdapat kelainan/ penmyimpangan dan peraturan
peraturan tersebut pada 1. E.1 diatas maka RKS inilah yang mengikat.
- Jika tidak ditentukan lain dalam RKS, maka semua peraturan-peraturan
sebagaimana tersebut pada 1.E.1. diatas termasuk segala perubahan-
perubahannya tetap berlaku.
3. Gambar-gambar Pelaksanaan.

Meliputi gambar-gambar perencanaan, gambar-gambar detail dan gambar-


gambar yang dibuat oleh kontraktor (yaitu shopdrawing, asbuild drawing).
Pasal 2

PENGUKURAN, PENENTUAN PEIL & PERSIAPAN

A. Pekerjaan Pengukuran / Uitzet.

1. Pekerjaan pengukuran/Uitzet sepenuhnya dilaksanakan oleh kontraktor dan


disaksikan oleh Direksi/Pengawas.
2. Pengukuran yang dilakukan dan disaksikan / sepenuhnya Direksi/Pengawas
dianggap tidak syah dan diulang kembali.
3. Pekerjaan pengukuran harus dilakukan dengan teliti yaitu dengan
mempergunakan alat ukur, agar sudut-sudut betul-betul tegak lurus

A. Pekerjaan Penentuan Peil.

1. Sebelum penentuan peil tinggi/lantai, gedung yang ada dilokasi dibongkar


terlebih dahulu atau diurung dahulu sampai peil yang ditentukan oleh
Direksi/Pengawas.
2. Sebagai peil 0.00 diambil permukaan atas lantai utama bangunan yang
sudah ada.

B. Pekerjaan Persiapan.

1. Barak kerja dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu


pelaksanaan pekerjaan dan sebelumnya dengan persetujuan Direksi/
Pengawas.
2. Sebelum pekerjaan dimulai, lokasi harus dibersihkan dari segala sesuatu
yang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan. Menghilangkan humus-
humus sebelum dilakukan galian/urugan dan selanjutnya tanah
kelebihan/sisa-sisa galian timbunan harus segera disingkirkan oleh
kontraktor.
3. Kontraktor harus segera memasang papan nama proyek.
4. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus mencegah
terjadinya kerusakan semua sarana umum yang masih digunakan seperti
saluran

-saluran air, listrik, jalan dan lain-lain yang dijumpai disekitar lokasi
proyek. Bila terjadi kerusakan, maka kontraktor harus memperbaiki,
sebagai resiko pemborong tersebut.

Pasal 3

PEKERJAAN TANAH

A. Lingkup Pekerjaan Meliputi :

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan penyandangan semua tenaga kerja


bahan-bahan dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan
penggalian/pengurugan tanah baik di dalam bangunan maupun di luar
bangunan.

B. Bahan-Bahan :

1. Bila tidak ditentukan didalam gambar-gambar detail, maka urugan pasir 5


cm padat (setelah diratakan , disiram dan dipadatkan) dibagian atas dari
urugan bawah plat-plat beton bertulang, beton rabat pondasi-pondasi harus
terdiri dari urugan pasir padat.
2. Di bawah lapisan pasir tersebut, urugan yang dipakai adalah dari jenis Silty
clay dan bersih tanpa potongan-potongan
3. Kontraktor wajib mengusahakan agar supaya semua urugan bahan keras
terdiri dari mutu terbaik yang bisa diperoleh.

C. Pelaksanaan :

1. Semua sampah-sampah, tumbuh-tumbuhan dan bekas-bekas urugan harus


dibuang. Penggalian harus dilaksanakan sampai mencapai kedalaman
sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar. Sebelum pekerjaan
selanjutnya dilanjutkan, maka semua pekerjaan penggalian harus mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas yang ditugaskan.
2. Kontraktor harus memberikan perlindungan yang baik terhadap galian
yang telah selesai, bila terjadi kerusakan/keruntuhan galian maka
kontraktor harus menggali kembali daerah yang bersangkutan sampai
kesuatu tahap yang disetujui oleh Direksi, dimana untuk penggalian
tambahan serta pengurugan selanjutnya tidak diberikan biaya tambahan.
3. Tanah yang diurug guna peninggian sampai ketinggian yang diharuskan
harus dipakai urugan seperti yang telah diuraikan di atas dan dipadatkan
menjadi lapisan-lapisan yang tidak lebih tebal 15 cm (perlapis) dengan
alat-alat yang telah disetujui seperti stampler, mesin gilas getar
(compactor) bila diperlukan. Bila bahan urugan yang dipergunakan
menjadi lapuk/rusak atau bila urugan yang telah dipadatkan menjadi
terganggu, maka bahan demikian itu harus digali keluar diganti dengan
bahan yang memenuhi syarat serta dipadatkan kembali, tanpa ada biaya
tambahan.
4. Bila dicantumkan di dalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan pondasi beton bertulang, maka dasar galian harus ditimbun
dengan pasir urug tebal minimal 7 cm dengan campuran sesuai yang
diisyaratkan.

Pasal 4
PEKERJAAN CERUCUK ULIN/ TIANG PANCANG MINIPILE

A. Lingkup Pekerjaan Meliputi :


Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentuan titik-titik posisi tiang di
lapangan sesuai dengan gambar rencana), pemancangan ulin 10/10 cm dan
pemancangan minipile 20x2- cm serta pemasangan kalang dan sunduk.
B. Bahan dan Peralatan :
1. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, bahan, tenaga kerja yang
berpengalaman, pengawasan untuk pemancangan, pemotongan kepala tiang serta
pemasangan sloof sesuai dengan syarat-syarat di dalam persyaratan teknis dan
gambar perencanaan. Tiang pancang yang digunakan adalah kayu ulin 10/10 cm,
cerucuk ulin berukuran 10 cm x 10 cm dengan panjang seperti yang tertera pada
gambar rencana juga dipasang kalang ulin ukuran 5 x 10 cm. Kayu ulin harus
berkualitas baik, lurus dan tidak cacat/bermata dan untuk minipile berukuran
20x20 cm.
2. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengajukan data lengkap dari
peralatan yang akan dipergunakan, cara pemancangan dan prosedur kerjanya
termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan dipergunakan di lapangan.
3. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyatakan kerusakan pada bentuk
(penampang) tiang ulin dan menggunakan mesin pancang.

C. P e l a k s a n a a n
1. Kontraktor agar melakukan/menempatkan tiang pancang tepat pada daerah yang
telah ditentukan.
Tiang pancang cerucuk ulin/tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat
sesuai dengan urutan kerja yang telah direncanakan.
Tiap tiang pancang/cerucuk diberikan tanda dengan cat putih setiap interval 0,5 m.
2. Kontraktor agar mencatat semua data pemancangan dari setiap tiang dengan
seteliti mungkin
3. Kontraktor agar melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari kerusakan
pada kepala tiang pancang selama pemancangan. Untuk maksud tersebut helmet
dan packling yang cocok dan disetujui oleh Direksi/Pengawas harus dipasang pada
kepala tiang.
4. Kontraktor harus memberi laporan kepada Direksi/Pengawas tentang pelaksanaan
pemancangan, sehingga Direksi/Pengawas dapat melakukan inspeksi.
5. Kedalaman tiang ditentukan sesuai dengan gambar rencana.
6. Jika ada kerusakan tiang pancang selama pemancangan, maka pada bagian yang
rusak tersebut dipotong dan disambung dengan pengarahan Direksi/Pengawas,
kontraktor tidak mungkin untuk memperbaiki tiang pancang yang secara baik atau
jika Direksi/Pengawas meragukan perbaikan tiang pancang, maka
Direksi/Pengawas dapat memerintahkan untuk mengganti dengan yang baru.
7. Ketidak-lurusan tiang tidak boleh lebih dari 1 : 40 dalam arah vertikal, kemiringan
tiang tidak lebih dari 1 : 24 dari sudut yang ditentukan.

Setelah pemancangan selesai dilaksanakan kontraktor wajib apabila diperlukan


memotong kelebihan panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga sesuai deangan
gambar rencana.

Pasal 5
PEKERJAAN PONDASI BATU GUNUNG

A. Lingkup Pekerjaan Meliputi :


1. Timbunan pasir urug bawah pondasi.
2. Pasangan pondasi batu gunung lengkap dengan tongkat pondasi, yaitu bila
disesuaikan dengan kondisi tanah.
B. Bahan dan Pelaksanaan :
1. Batu gunung yang dipergunakan untuk pondasi harus batu yang keras, sudut
runcing, tidak berpori dan berkwalitas baik.
2. Sebelum pondasi dipasang, terlebih dahulu dibuat prfil-profil pondasi dari bambu
atau batu pada setiap galian yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
pondasi.
3. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal sesuai gambar,
disiram dan diratakan dan diatasnya diberi aanstamping bila diperlukan yang
dipasang sesuai dengan gambar untuk itu.
4. Pondasi batu gunung menggunakan adukan campuran 1Pc : 4 Ps.
Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air campuran 1 Pc : 2 Ps setinggi
20 cm, dihitung dari permukaan atau pondasi bawah. Adukan harus membungkus
batu gunung pada bagian tengah pondasi sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat.

Pasal 6
PEKERJAAN BETON

A. Lingkup Pekerjaan Meliputi :

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-
bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan
beton bertulang baik yang serupa struktur bangunan maupun non struktur.
Ukuran-ukuran dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada
gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis
besar. Ukuran-ukuran yang tepat begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam
gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam
ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus
dikonsultasikan dengan Direksi.

B. Bahan-bahan dan Pelaksanaan :


1. S e m e n
Portland Cement (PC) harus memenuhi Standart International atau NI 8 untuk
butir waktu ikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan dan susunan kimia.
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga
agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan di tumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen
yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun
tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari
tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung dengan
baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan
sesuai dengan urutan pengiriman.
Semen yang dipergunakan harus terdiri dari satu jenis merk daru mutu yang baik
antara lain seperti merk Tonasa, Tiga Roda, Gresik dan lain-lain sesuai dengan
daerah yang bersangkutan. Semen yang telah disimpan lebih dari 3 (tiga) bulan di
dalam gudang dan atau telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak diperkenankan
untuk dipergunakan.

2. Pasir dan Kerikil/Koral


Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam, bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sebagainya, memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
diatur dalam PBI 1971.
Kerikil/koral harus bersih, bermutu baik, mempunyai gradasi serta kekerasan
sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
Tempat penyimpanan/penimbunan pasir dan kerikil/koral harus dipsahkan satu
sama lain sehingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur.

3. A i r
Air yang digunakan harus air tawar, bersih tidak mengandung minyak, asam garam
alkalis dan bahan organis/bahan lainnya yang dapat merusak beton.

4. Besi Tulangan
Mutu besi tulangan yang digunakan adalah besi ulir/ polos, dengan kekuatan leleh
tarik/tekan minimum 2400 kg/cm2.
Besi tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karet serta bahan-bahan lain
yang mengurangi daya lekat.
Untuk pembuatan tulangan pada batang-batang lurus atau dibengkokkan,
sambungan, kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan
yang tercantum dalam PBI 1971. Kecuali ada petunjuk lain dari Direksi.
Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi tulangan harus sesuai
dengan rencana dan tidak mengalami perubahan maupun tempat selama
pengecoran berlangsung.
Toleransi pemasangan tulangan, baik pada sambungan, stek, maupun
penjangkaran harus disesuaikan dengan PBI 1971.
Kawat pengikat dibuat dari baja dan tidak disepuh dengan seng.

5. Cetakan dan Acuan


Kontraktor harus lebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana cetakan dan
acuan untuk mendapatkan persetujuan Direksi sebelum pekerjaan tersebut di
laksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi
cetakan/acuan, sambungan serta kedudukan dan sistem rangkanya.
Cetakan dan acuan untuk pekerjaan beton bertulang harus memenuhi persyaratan
dalam PBI 1971, NI – 2.
Acuan harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban konstruksi dan
getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Penurunan
Maksimum oleh cetakan/acuan antara tumpuannya harus dibatasi sampai 1/400
bentang antara tumpuan tersebut.
Pembongkaran cetakan/acuan harus dilaksanakan sedemikian agar keamanan
konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan PBI 1971, NI – 2.
Untuk beton-beton yang keropos, sarang-sarang koral maupun besi yang terlihat
sebagai timbul akibat ketidakpadatan pada saat pengecoran harus segera diisi
dengan beton, sehingga penampang brton menjadi utuh dan penuh.
Cetakan/acuan untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan struktur beton
bertulang harus menggunakan papan/plywood tebal minimal 9 mm s/d 2 cm, balok
5/7 cm, 6/10 cm, 8/10 cm dan dolken diameter 8 – 10 cm, atau berdasarkan
perhitungan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan. Jenis kayu minimal kayu
meranti merah dan berkwalitas baik.

6. P e r a n c a h
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum
mengeras. Kontraktor harus mengajukan rencana gambar perancah tersebut untuk
disetujui Direksi.
Perancah harus merupakan konstruksi yang kuat dan kokoh terhindar dari bahaya
pengerasan dan penurunan, sedang konstruksi sendiri harus juga kokoh terhadap
pembebanan yang harus dipikulnya, termasuk gaya-gaya pratekan dan gaya-gaya
sentuhan yang mungkin ada. Kontraktor harus membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya-gaya yang
bekerja sedemikian rupa sehingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan
bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang
seharusnya. Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan
tidak mudah lapuk.
Gambar rencana perancah dan pondasinya atau sistem lainnya secara detail
(termasuk perhitungan) harus diserahklan kepada Direksi untuk disetujui
n pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar rencana
tersebut disetujui.

7. Pamancangan Minipile 20x20 cm, dan lain-lain yang akan tertanam didalam
beton
Penempatan saluran/pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi
kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan dalam PBI 1971.
Tidak diperkenankan untuk menanam pipa, dan lain-lain di dalam bagian-bagian
struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail di dalam gambar.
Di dalam beton perlu dipasang selongsong dan tulangan perkuatan tambahan pada
tempat-tempat yang dilewati pipa.
Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar, tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton.
Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam
dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang,
maka kontraktor harus segera mengkonsultasikan hal ini dengan Direksi.
Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser/memindahkan besi
tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewati pipa-pipa
saluran tersebut tanpa izin dari Direksi.
8. P e n g e c o r a n
Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan PBI 1971. Tingggi jatuh dari beton
yang dicor jangan melebihi 2 meter, bila tidak disebutkan lain atau disetujui
Direksi.
Pada pengecoran plat lantai, sebelum pengecoran dilaksanakan seluruh tulangan
harus sudah terpasang dengan rapi dan benar sesuai dengan gambar, dan pada
bawah tulangan harus dibuat beton decking untuk menjaga selimut tetap
terpenuhi.
Pengecoran pada suatu bagian struktur beton harus dilaksanakan secara terus
menerus. Dan untuk mendapatkan adukan yang rata diharuskan memakai beton
molen. Selama pengecoran dan sebelum beton menjadi padat, maka beton tersebut
harus digetarkan dengan mesin penggetar/vibrator, serta harus dihindarkan cacat
beton seperti keropos dan sarang-sarang koral.
Untuk penghentian pengecoran suatu bagian struktur beton harus memenuhi
persyaratan yang diatur dalam PBI 1971, dan pada saat pengecoran dilanjutkan
maka beton lama harus disiram dengan air semen secara merata.
Beton setelah selama dalam masa pengeringan harus selalu dibasahi selama 2
(dua) minggu.
Selama proses pengerasan, beton harus dihindarkan dari pembebanan yang akan
mempengaruhi struktur beton itu sendiri.

9. Cacat-cacat pekerjaan
Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang akan dipergunakan atau keahlian dalam
pengerjaan setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang
dibutuhkan maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat
pekerjaan.
Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan digali sesuai
dengan yang dikehendaki oleh Direksi.
Seluruh pembongkaran dan pemulihan kembali pekerjaan yang digolongkan cacat
tersebut semua biaya yang timbul akibat hal itu seluruhnya dibebankan kepada
kontraktor.
Pasal 7
PEKERJAAN LANTAI

A. Lingkup Pekerjaan meliputi :


1. Cor lantai beton pada plat lantai

B. Bahan dan Peralatan :


1. Cor-coran sesuai pasal diatas
2. Cor lantai dan rabat beton dibuat dengan campuran 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl.

C. P e l a k s a n a a n :
1. Sebelum pengurugan pasir pada lantai dasar, tanah bawah lantai harus sudah
padat dengan ketinggian yang telah ditentukan. Tanah tersebut terlebih dahulu
dibersihkan dari sampah, humus, sisa-sisa material/kotoran lainnya.
2. Di atas lapisan pasir, dipasang cor beton.
Pengecoran rabat beton harus padat permukaannya rata, yaitu untuk
memudahkan pemasangan lantai keramik.
3. Pemasangan lantai harus rapi dan rata, terutama pada sudut-sudut pertemuan
lantai dengan dinding.
4. Untuk pengecoran sebelum dipasang seluruh permukaan lantai dibersihkan
(disikat dengan sikat besi), sehingga adukan campuran dapat mengikat dengan
lantai.
5. Sebelum umur lantai dianggap cukup kuat dan belum ada perintah/
persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan, lantai tersebut harus dijaga dari
pembebanan yang dapat merubah letak bahan penutup lantai.

Pasal 8
FOTO DOKUMENTASI
A. Foto Kemajuan Fisik Lapangan :
1. Foto pada 0 (nol) prosen.
2. Foto pada waktu pengambilan Angsuran I
3. Foto pada waktu pengambilan Angsuran II
4. Foto pada waktu pengambilan Angsuran III
5. Foto pada waktu pengambilan Angsuran IV
6. Foto pada waktu 100 % (seratus prosen) dan untuk tampak depan dibesarkan
12 R sebanyak 3 lembar.
B. Tiap-tiap pengambilan termyn disertai :
Foto-foto pandangan dari pandangan yang sesuai tahapan pekerjaan di lapangan
yaitu :
 Pandangan muka, samping kiri, kanan dan belakang.
 Pandangan dalam ruangan, dan Papan Nama.
 Pandangan lantai dalam, teras, selasar, dinding, dll.

Pasal 17
P E N U T U P

1. Apabila dalam rencana kerja dan syarat - syarat ( RKS ) ini untuk uraian bahan-
bahan pekerjaan tidak disebutkan perkataan atau kalimat “diselenggarakan oleh
kontraktor” maka hal ini dianggap seperti disebutkan.
2. Guna mendapatkan hasil yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk
dalam pekerjaan ini tetapi tidak dimasukkan atau disebutkan kata demi kata dalam
RKS, harus diselenggarakan oleh kontraktor dan diterima sebagai “hal” yang
disebutkan.
Hal - hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh
pihak Pelaksana Teknis Kegiatan, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam peraturan
ini.

Samarinda, September 2013


Pejabat Pembuat Komitmen

HENDRO ATMOJO, ST
Nip. 19771113 200312 1 001

Anda mungkin juga menyukai