3. Persyaratan Pelaksanaan:
o Untuk pasangan pondasi batu kali, agar dibuat terlebih dahulu profil pondasinya
dari kayu setara Meranti ukuran 2/3 cm dengan konstruksi yang kuat dan disetujui
oleh Pengawas yang ditempatkan disetiap pojok galian.
o Pasangan batu kali baru dapat dilaksanakan setelah galian disetujui oieh Konsultan
Pengawas.
o Untuk kestabilan konstruksi, batu pecah dengan dimensi lebih kecil
ditempatkandibagian atas, bahan-bahan ini harus ditempatkan diantara batu-batu
pecah tersebut,antara batu harus ada perekatnya.
o Campuran untuk pasangan batu kali dipakai 1 pc : 4 ps berlaku untuk seluruh
pasangan batu kali yang ditetapkan pada gambar pelaksanaan.
o Seluruh gambar rencana pondasi harus dibaca bersama dengan gambar Denah
pada gambar Arsitektur.
o Setiap perubahan/ketidak cocokan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada
Perencana/Pengawas, untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.
B. Pekerjaan Acuan Beton
1. Lingkup Pekeriaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan
pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan beton sesuai
dengan gambar-gambar konstruksi dan gambar-gambar disiplin lain yang berhubungan
seperti diuraikan dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaan, secara aman dan benar.
2. Persyaratan Bahan
Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk: beton, baja, pasangan bata yang
diplester, kayu atau material lain yang dapat dipertanggung jawabkan
kualitasnya.penggunaan acuan siap pakai produksi pabrik tertentu diizinkan untuk
dipergunakan, selama dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas. Acuan yang terbuat dan
kayu harus menggunakankayu jenis meranti atau setara.Ukuran material yang
digunakan harus sedemikian rupa, sehingga pada saat dibebani dengan beton seger tidak
mengalami deformasi vertikal maupun lateral yang melampaui toleransi yang diizinkan.
3. Syarat- Syarat Pelaksanaan
Perencanaan acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa sedemikian
rupa,sehingga mampu memikul beban ke semua arah yang mungkin terjadi (kuat),
tanpamengalami deformasi yang berlebihan (kaku), dan juga harus memenuhi
syarat stabilitas. Peninjauan terhadap kemungkinan beban di luar beban beton juga
harus dipertimbangan, seperti kemungkinan beban angin, hujan dan lain-lain. Untuk
mempercepat pelaksanaan Kontraktor diizinkan untuk mempertimbangkan
penggunaan acuan yang siap pakai dengan persetujuan dari Konsultan pengawas.
Semua analisa dan perhitungan acuan berikut elemen pendukungnya harus
diserahkan kepada Konsultan Perancang sebelum pelaksanaan dilakukan.
Semua ukuran-ukuran penampang struktur beton yang tercantum dalam gambar
struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran/finishing.
Tambahan seperti bentuk tertentu yang tercantum dalam gambar arsitektur juga
harus diperhitungkan baik sebagai beban maupun dalam analisa biaya.
Sebelum memulai pekerjaannya, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan
tertulisatas perhitungan acuan yang diserahkan kepada Pengawas. Tanpa
persetujuan tersebut Kontraktor tidak diperkenankan untuk memulai pembuatan
acuan di lapangan.
Walaupun sudah disetujui oleh Pengawas, tanggung jawab sepenuhnya atas
kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan menjadi tanggung jawab sepenuhnya
Kontraktor. Jika terjadi hal-hal yang diluar perkiraan ataupun kekeliruan yang
mengakibatkan timbulnya biaya tambah, maka semua biaya tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat dalam
gambar kerja. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja harus segera
dibongkar.
Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga kemungkinan
bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindarkan.
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas.
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya
tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
Acuan beton hanya diperbolehkan dipakai maksimum 2 (dua) dan 4 (empat) kali
untuk kolom praktis, kecuali ditentukan lain oleh Pengawas. Acuan yang akan
digunakan berulang harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat dijamin
permukaan acuan tetap rapih dan bersih.
Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi.
Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran. Harus
dipersiapkan sistem pengaliran air sedemikian, sehingga pada saat dibasahkan, air
dapat mengalir ke tempat yang diinginkan dan acuan tidak tergenang oleh air.
Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau
hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan
tidak bergoyang.
Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari acuan kolom atau dinding
harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan dolken atau balok
kayu untuk steger dapat dipertimbangkan oleh pengawas selama masih memenuhi
syarat.
Setelah pekerjaan diatas selesai, Kontraktor harus meminta persetujuan dari
pengawas dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran Kontraktor harus
mengajukan permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada Konsultan
Pengawas.
4. Pembongkaran
Pembongkaran dilakukan Sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia, dimana bagian
konstruksi yang dibongkar acuannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaannya.
Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai waktu sebagai berikut:
- Sisi-sisi balok kolom dan dinding 3 hari
- Balok beton dan pelat beton dengantiang penyanggah tidak dilepas 14 hari
- Tiang-tiang penyanggah pelat beton 21 hari
- Tiang-tiang penyanggah balok-balok 21 hari
- Tiang-tiang penyanggah ovetstek 28 hari
Waktu pembongkaran tersebut hanya berlaku untuk acuan dengan beton bertulang biasa
dan harus dilakukan pertimbangan tersendiri untuk beton pratekan dan beton yang
dibebani berlebihan pada saat pekerjaan sedang berlangsung.
Untuk mempercepat waktu pembongkaran, Kontraktor dapat merencanakan dan
mengusulkan metode dan pehitungan yang akan digunakan, dan usulan tersebut harus
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Tidak ada biaya tambah untuk hal
tersebut.
o Setiap rencana pekerjaan pembongkaran acuan harus diajukan terlebih dahulu
secaratertulis untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
o Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak
bergelombang,berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala
keropos/tidak sempurna.
o Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan pada beton dan material-material lain disekitarnya, dan
pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kerusakan akibat benturan pada saat pemindahan.
o Perbaikan yang rusak akibat kelalaian Kontraktor menjadi tanggungan Kontraktor.
o Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang
keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut,
maka Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Pengawas, untuk meminta
persetujuan tertulis mengenai cara perbaikan, pengisian atau pembongkarannya.
Kontraktor tidak diperbolehkan menutup/mengisi bagian beton yang keropos tanpa
persetujuan tertulis Pengawas. Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan
tersebut dan biaya-biaya perbaikan, pembongkaran atau pengisian atau penutupan
baryan tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
o Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari
lokasiproyek dan dibuang pada tempat yang teiah ditentukan oleh Pengawas
sehingga tidak mengganggu kelancaran pekerjaan.
o Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas mempunyai
wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut:
- Konstruksi beton yang keropos yang dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
- Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk/ukuran yang direncanakan
atau posisi-posisinya tidak seperti yang ditunjukan oleh gambar.
- Konstruksi beton yang tercampur dengan kotoran/kayu atau benda lainnya
yang dapat memperlemah kekuatan konstruksi.
- Dan cacat lain yang menurut pendapat Pengawas dapat mengurangi kekuatan
konstruksi.
C. Pekerjaan Beton Bertulang
1. Lingkup Pekerjaan
Melengkapi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan tambahan dari Arsitek dalam uraian syarat-syarat pelaksanaan.
2. Pedoman Pelaksanan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan-persyaratan selanjutnya, maka sebagai
dasarpelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
o Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982); NI-3.
o Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI - 2).
o Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5).
o Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
o ASTM C -150 "Specification for Portland Cement".
o ASTM C-33 "Standard Specification for Concrete Aggregates".
o Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
o Peraturan Bangunan Nasion21 1978.
o Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tulisan yang diberikan
olehkonsultan Pengawas. Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan
olehKontraktor di "site".
o Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.
o Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
StrukturTembok Bertulang untuk Gedung 1983.
o Pedoman Beton Indonesia 1988.
o SII 0013-81 "Mutu dan Cara Uji Semen Portland".
o SII 0052-80 "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton".
o SII 0136-84 "Baja Tulangan Beton".
o SII 0784-83 "Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton".
3. Keahlian Dan Pertukangan
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi dan
penyelesaian.Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung di atas
tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan campuran semen :
pasir: koral = 1:3:5. Dengan mutu beton K100.
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya. Semua pekerjaan yang
dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan standar umum yang berlaku.
Apabila Konsultan Pengawas memandang perlu, Kontraktor dapat meminta nasihat-
nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Konsultan Pengawas atas beban Kontraktor.
4. Bahan-Bahan
Portland Cement
Digunakan Portland Cement jenis II menurut NI-8 atau type-I menurut ASTM dan
memenuhi S.400 menurut standard portland cement yang digariskan oleh Assosiasi
Semen Indonesia serta memenuhi persyaratan SII 0013-81.
Pertimbangan Konsultan Pengawas hanya dapat dilakukan dalam keadaan:
- Tidak adanya persediaan di pasaran dari merek yang telah terpilih.
- Usulan merek lain tersebut harus disertai dengan data-data teknis yang menunjukkan
bahwa mutu semen tersebut adalah sesuai dengan ayat tersebut diatas.
Agregat
- Kualitas agregat harus memenuhi syarat-ayarat PSI 1971 dan SII 0052-80.
- Agregat kasar harus berupa batu pecah yang mempunyai susunan gradasi
yangbaik, cukup syarat kekerasan dan padat (tidak porous).
- Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm.
- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya. Kadar lumpur tidak boleh
melebihi4% berat.
- Untuk bagian dimana pembesian cukup berat (cukup rumit dan rapat) digunakan
agregat kasar dengan dimensi, maksimum sebesar jarak bersih antar tulangan
terpasang.
Besi Beton
- Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang
dapatmengurangi lekatnya pada beton. Memenuhi syarat SII 0136-84.
- Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk
mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada
tempatnya. Besi tulangan harus terpasang dengan kokoh sehingga tidak terjadi
pergerakan/pergeseran pada saat pengecoran, ukuran, bentuk dan posisi spacer
harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
- Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat mutu maupun ukuran harus segera
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan. Besi tulangan disarankan menggunakan
exKrakatau Steel.
Admixture
Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur dan
mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan
sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Kontraktor
diminta terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas mengenai hal
tersebut. Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik
produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
Penyimpanan
- Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai dengan
waktu dan urutan pelaksanaan.
- Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah diturunkan
dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca,
berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah. Semen masih harus
dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
- Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-
bantalan kayu dan bebas lumpur atau zat-zat asing lainnya (misalnya minyak dan
lain-lain).
- Agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut jenis
dan gradasinya serta harus beralaskan lantai beton untuk menghindari
tercampur dengan tanah.
Air Kerja
- Air yang dipergunakan untuk pembuat beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, zat organik atau bahan lain yang
dapat merusak beton atau baja tulangan.
- Air tawar yang tidak dapat di minum, tidak boleh dipakai untuk pembuatan
beton, kecuali disetujui oleh konsultan Pengawas.
5. Kwalitas Beton dan Cara Pelaksanaannya
Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-225 (tegangan
tekan hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm3 pada usia
28hari). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam PBI 1971.
Mutu beton K-225 digunakan pada umumnya untuk kolom-kolom praktis dan
bagian bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan lain.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan, harus dibuat minimum 1 benda uji per
1.5m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama.
Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh konsultan pengawas dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh kompomen adukan masuk kedalam mixer.
Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen
beton.
Harus digunakan Vibrator untuk pemadatan beton.
6. Penggantian Besi
Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan
apa yang tertera pada gambar.
Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat
kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada maka:
- Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian
yang tertera dalam gambar secepatnya hal ini diberitahukan pada Perencana
konstruksi untuk sekedar informasi.Jika hal tersebut diatas akan dimintakan
oleh Kontraktor sebagai pekerjaan lebih,maka penambahan tersebut hanya
dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulisdari Perencana konstruksi.
- Jika diusulkan perubahan jalannya pembesian, maka perubahan tersebut hanya
dapat dilaksanakan dengan persetujuan tertulis dari Perencana konstruksi.
Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas merupakan keharusan bagi
Kontraktor.
Jika Kontraktor tidak behasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang
ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan
diameter yang terdekat dengan catatan:
- Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas.
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah
jumlah luas). Khusus untuk balok induk, jumlah luas penampang besi pada
tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
7. Perawatan Beton
- Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan
cepat.
- Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
- Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.
8. Tanggung Jawab Kontraktor
- Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang
diberikan.
- Adanya atau kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi tugas
atauPerencana yang sejauh mungkin melihat, mengawasi/menegur atau memberi
nasehat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
9. Perbaikan Permukaan Beton
- Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, kropos dengan cara grouting setelah
pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dan
sepengetahuan Konsultan Pengawas.
- Bahan grouting yang akan dipergunakan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Konsultan Pengawas.
- Jika ketidak-sempunaan itu tidak. Dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan
yang diharapkan dan diterima oleh Konsultan Pengawas, maka harus dibongkar dan
diganti dengan pembetonan kernbali atas beban biaya Kontraktor.
- Ketidak-sempunaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah/retak,
ada gelembung udara, kropos, berlubang, tonjolan dan yang lain yang tidak sesuai
dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.
10. Pembersihan
- Pembersihan harus dilakukan secara baik dan teratur, agar pada soal pengecoran
beton puing-puing tidak sampai tercampur dengan adukan beton.
11. Contoh Yang Harus Disediakan
- Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh material
split,pasir, besi beton, pc, admixture dll untuk mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
- Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontraktorkelapangan.
- Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang
telah disetujui dibangsal Konsultan Pengawas.
12. Kolom Dan Balok Praktis
Posisi dan penempatan Kolom Praktis disesuaikan seperti yang tercantum pada gambar
Arsitektur. Pada setiap pertemuan antara Kolom Praktis dan susunan vertikal batu bata
harus diberi stek pembesian dengan D 8 - 500 mm (panjang 400 mm).
IV. PEKERJAAN ARSITEKTUR
B. Pekerjaan Plesteran
Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran
pada permukaan pasangan batu merah atau permukaan bidang lain yang hurus
diplester menurut ketentuannya.
Uraian/persyaratan teknis lain yang berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan ini
adalah:
Pekerjaan Adukan Semen Pasir.
Ketentuan
Adukan plester biasa; Adukan untuk plesteran biasa menggunakan campuran semen
pasir dengan perbandingan volume 1 semen : 4 pasir digunakan pada semua
permukaan pasangan batu merah
Standard dan Peraturan yang berlaku adalah;
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBBI) 1982
- Peraturan Umum Bangunan Nasional 1978
- Standard Industri Indonesia (SII)
Material
- Pasir dan air, secara umum harus sesuai dengan PUBBI th. 1982, keras, bersih
atau bebas dari bahan-bahan organis maupun lumpur.
- Semen pc, yang dipakai adalah dari tipe I mutu S.325 menurut NI-8
PersyaratanSemen Portland. Pelaksanaan pekerjaan menggunakan semen lebih
dari 1 merk harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
Pelaksanaan
- Persiapan pemukaan dinding yang akan diplester.
Pada permukaan dinding bata, pada celah/siar pasangan batu bata harus dibuat
cekungan sedalam lebih kurang 10 mm, untuk persiapan pelaksanaan
pemlesteran.Permukaan dinding beton yang akan diplester harus dikasarkan
(dibuat: kasar) agar bahan plester-nya dapat merekat.
- Sudut-sudut plesteran.
Semua sudut horizontal, baik luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam
pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku. Sudut luar
dibuat tumpul.
- Perbaikan bidang plesteran.
Plesteran yang bergelombang yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
pembeobokan dan pemlesteran kembali, harus dibongkar dan diganti dengan yang
baru.
- Jumlah Lapisan plester.
Jumlah lapisan plester pada tiap bidang permukaan adalah 2(dua) lapis. Lapisan
pertama adalah lapis plester setebal + 10 mm, merupakan lapis plester untuk
membentuk permukaan yang rata dan datar, menggunakan bahan untuk plesteran
kasar. Lapisan kedua adalah lapis plester akhir guna mencapai permukaan dinding
yang direncanakan, harus membentuk permukaan dinding yang halus, rata dan
datar, menggunakan bahan untuk plesteran halus. Penghalusan permukaan
plesteran dengan menggunakan acian semen, tidak diperlukan.
- Pasangan bata dan berapen (plester pasangan bata dibawah permukaan tanah).
Pasangan bata yang terletak di dalam tanah dan plesterannya (berapen) harus
menggunakan adukan tipe kedap air 1 semen : 3 pasir dengan ketebalan 15 mm.
C. Pekerjaan Finishing
Plesteran Tembok
Spesifikasi:
- Untuk semua bidang yang akan diplasteran diperlukan plesteran campuran 1 Pc :
4 Psr.
- Untuk plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen.
- Semua jenis adukan perekat tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupas
ehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering. Diusahakan
agar jarak waktu pencampuran adukan perekat tersebet dengan pemasangannya
tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
Pelaksanaan:
- Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting dan kemudiail diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-
lubang bekas pengikat bekisting harus tertutup adukan plester.
- Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish
dengan cat dipakai plesteran halus (acian diatas permukaan plesterannya).
- Ketebalan plesteran harus sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar atau
sesuai peil-peil yang diminta dalam gambar.
- Acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar).
7. Pekerjaan Pengecatan
1. Umum
Pekerjaan yang dimaksud adalah:
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu serta
menyediakan pengangkutan yang dibutuhkan untuk pekerjaan pengecatan, sesuai yang
dinyatakan dalam gambar. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah:
- Pengecatan permukaan tembok
- Pengecatan kolom dan aksesoris plasteran
- Kualifikasi Kontraktor Pekerjaan pengecatan ini harus dilaksanakan oleh ahli yang telah
berpengalaman, serta direkomendir oleh pabrik pembuat bahan cat yang dipakai dalam
pekerjaan ini.Pelaksanaan pengecatan harus dilakukan menurut prosedur dan ketentuan
dari pabriknya, serta dibawah pengawasan tenaga ahli dari pabrik pembuat cat yang
bersangkutan, demi tercapainya hasil pekerjaan yang memuaskan sesuai dengan
ketentuan dari pabriknya.
Garansi:
Hasil pelaksanaan pekerjaan ini harus mendapat garansi/jaminan dari pabriknya, berlaku
selama 5 (lima) tahun terhitung dari saat pemakaian gedung. Jaminan tersebut berlaku
untuk keadaan:
Menjamurnya bidang cat.
Terkelupasnya lapisan cat.
Lunturnya warna asli.
Segala penyimpangan dan kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan pemakaian bahan
dan tata-cara pelaksanaan, perbaikan dan penggantiannya menjadi beban Kontraktor
sepenuhnya.
Syarat Pelaksanaan:
Segera sebelum pelaksanaan pengecatan, Kontraktor diminta untuk menyebabkan
contoh, katalog dan data-teknis/petunjuk pemakaian dari bahan Cat yang akan
dipakai, guna penentuan warna serta persetujuan pemakainnya.
Sebelum dimulai pekerjaan ini seluruh pemukaan bidang-bidang yang akan
menerima pengecatan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran debu dan benda-
benda asing yang melekat pada bidang permukaannya.
Kontraktor harus meneliti bidang-bidang tersebut dan menyempurnakannya
sehingga dinyatakan siap untuk dicat oleh Konsultan pengawas
Setiap pengecatan yang akan dilakukan harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas dan sesuai ketentuan pabrik.
1. Material/Bahan
Bahan Cat
Cat yang dipakai adalah dari produk yang setaraf merk ICI, type acrylic emulsion
untuk interior dan type weathershield untuk exterior, atau dari produk lain yang
disetujui Konsultan Pengawas. Semua bahan cat yang dikirim ke lapangan pekerjaan
harus berada dalam kemasan/kaleng yang tertutup rapat dan mempunyai etiket
yang jelas.
Bahan-bahan lain
Bahan lain yang diperlukan guna kelengkapan pelaksanaan pekerjaan
pengecatanseperti dempul dan lain-lain bahan harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik bahancat yang dipakai.
2. Pelaksanaan
Persiapan
Semua bidang pekerjaan yang akan dicat harus bersih dari kotor minyak, gemuk,
lapisan organis atau kotoran lain yang dapat mempengaruhi daya lekat atau mutu
kerja pengecatan.Permukaan bidang yang akan dicat harus dalam keadaan kering,
dengan kelembaban maksimum 4% diukur dengan menggunakan peralatan ukur
kelembaban.
Pekerjaan pengecatan baru dapat dimulai, bilamana semua bidang sudah benar-benar
bersih serta kering (tidak lembab) yang ditunjukkan dengan meteran pengukur
kelembaban permukaan bidang yang akan dicat, sehingga memenuhi ketentuan yang
disyaratkan oleh pabrik.
Semua lubang, retak dan lain kerusakan pada bidang yang akan dicat, harus
diperbaiki terlebih dahulu hingga rata dan halus dengan menggunakan bahan pengisi
berupa dempul. Bahan dempul yang boleh dipakai adalah bahan yang mendapat
rekomendasi dari pabriknya.
Pengecatan
Prosedur dan tahapan pengecatan harus menurut petunjuk yang dikeluarkan oleh
pabriknya. Untuk pelaksanaannya, Kontraktor diminta untuk meminta
pengawasan/supervisi tenaga ahli dari pabrik atau perwakilannya didaerah setempat.
Setiap lapis pengecatan harus dilaksanakan dengan tata cara dan dengan peralatan
yang direkomendir oleh pabriknya.
Pelaksanaan pekerjaan pengecatan harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati
dengan mempertimbangkan gangguan/kotor yang mungkin timbul sebagai akibat
kegiatan pelaksanaan pekerjaan pengecatan ini.
Perbaikan-perbaikan
Perbaikan kerusakan harus dilakukan dengan prosedur yang ditetapkan oleh
pabriknya, hingga didapat hasil kerja yang rata, halus serta memenuhi syarat pada
umumnya.
Hasil pengecatan
Hasil pengecatan untuk bagian dinding yang diplester, harus rata dalam warna dan
halus dalam tekstur, kuat dan tahan terhadap pengaruh yang ada di sekelilingnya
sesuai dengan garansi waktu yang berlaku.
Satu dan lain hal, apabila di dalam RKS ini tidak tercantum uraian, pengaturan dan
ketentuan, yang sebenarnya termasuk dalam pekerjaan, maka semua pekerjaan dan
peraturan itu harus dilaksanakan agar tercapai penyelesaian pekerjaan yang diharapkan
serta memuaskan semua pihak
Disetujui Diajukan
PPK Peng.Kawasan Tahura CV.PARAGA NUSANTARA