Anda di halaman 1dari 88

PENDAHULUAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

I. Jenis Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan ini meliputi: mendatangkan, mengolah, mengerjakan, mengangkut
semua bahan, mengerahkan tenaga kerja, mengadakan alat-alat bantu dan sebagainya.
Tujuan umumnya langsung atau tidak langsung termasuk dalam usaha menyelesaian
pekerjaan dengan baik, dan sempurna hingga saat serah terima pekerjaan, seuai dengan
gambar kerja, prosedur pekerjaan serta penjelasan-penjelasan yang di peroleh dari Direksi
Teknik/Pengawas lapangan/pemberi tugas.

II. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan pada bagian ini ditujukan untuk pekerjaan yang tercantum maupun yang
tidak tercantum di dalam daftar kuantitas dan harga serta gambar bestek tetapi masih berada
pada sub bagian pekerjaan yang lain dalam satu kegiatan, spesifikasi teknis ini antara sub
bagian pekerjaannya saling berhubungan, walaupun harus tetap dilaksanakan sesuai petunjuk
direksi teknik/pengawas lapangan.

III. Penutup
Spesifikasi teknis pekerjaan yang belum tercantum/ tidak ada dalam bagian ini, maupun hal-
hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini, serta tidak tercantum dalam RAB, RKS dan
Gambar Kerja, dalam pelaksanaanya dilapangan, harus mendapatkan ijin pelaksanaan dan
penggunaan bahan/ material, dari Direksi Teknik/ Pengawas Lapangan/Pemberi Tugas.

Cilacap, Maret 2019


Pejabat Pembuat Komitmen/PPK
Bidang Sungai & Pantai

ttd

IMAM JAUHARI.,ST.
NIP. 19720314 200501 1 006
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PENDAHULUAN
A. Lingkup Pekerjaan

Meliputi: Pekerja-pekerja, tenaga ahli, bahan, peralatan, dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan pengukuran sesuai dengan RKS dan gambar.

-Pekerjaan pengukuran.

-Penentuan lokasi bangunan dan lain-lain.

-Penentuan duga.

B. Persyaratan

Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dan berpengalaman. Pemeriksaan
hasil pengukuran harus segera dilaporkan kepada Direksi Teknis/pengawas lapangan dan
dimintakan persetujuannya. Direksi Teknis /pengawas lapangan juga akan menentukan patokan
utama sebagai dasar memulai pembangunan.

c. Peralatan Pendukung

Theodolite, waterpass serta peralatannya dan patok-patok yang kuat diperlukan dalam
pengukuran. semua peralatan ini harus dimiliki Kontraktor dan harus selalu ada bila
sewaktu-waktu memerlukan pemeriksaan.

d. Pelaksanaan

1. Lokasi, ukuran maupun bangunan-bangunan lainnya ditentukan dalam gambar. Jika terdapat
keragu-raguan supaya menanyakan kepada Direksi Teknis /pengawas lapangan.
Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya
harus dilaporkan kepada Direksi Teknis /pengawas lapangan untuk dimintakan keputusannya
segera. Pekerjaan pengukuran sepenuhnya dilakukan pemborong disaksikan oleh Direksi atau
Pengawas. Pengukuran yang dilakukan tanpa disaksikan / sepengetahuan Pengawas / direksi
dianggap tidak sah dan diulang kembali. Pekerjaan pengukuran harus dilakukan dengan
cermat / teliti dengan mempergunakan alat ukur, agar sudut-sudut betul-betul benar sesuai
yang diminta. Patok profil / bouwplank ditanam dengan kuat agar tidak hilang / berubah dari
tempatnya serta di cat / diberi tanda yang jelas.

2. Pekerjaan Papan Bangunan (Bouwplank)

Bahan papan bangunan harus dibuat dari kayu kelas IV ukuran 3/20 yang kering dan kuat
dengan tiang-tiang ukuran 5/7 dari kayu sejenis setiap 1 m. Papan harus diketam dahulu
bagian atasnya dan tiangnya harus benar-benar kuat.

3. Cara Pemasangan
Papan ini harus benar-benar rata (waterpass) dan saling tegak lurus, dalam hal ini harus
dibantu dengan alat ukur. Selama pekerjaan masih berlangsung papan bangunan ini harus
dijaga dan dipelihara jangan sampai berubah letak maupun tingginya. Papan harus
menunjukkan tinggi 0,00 serta sumbu-sumbu dinding.

PEKERJAAN TANAH

1. U m u m
a. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan, peralatan-peralatan,


kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan : clearing,
stripping, grubbing, penggalian, pengurugan, perataan, pemadatan, termasuk
pembongkaran dan lain-lain sesuai dengan RKS dan gambar-gambar.

b. Pekerjaan pada seksi lain yang berhubungan dengan hal ini antara lain pekerjaan tanah
untuk pekerjaan konstruksi.

2. Persyaratan

a. Standar Pengujian Tanah : laporan mengenai hal ini dapat diperoleh di kantor Direksi
Teknik/pengawas lapangan atau Pemberi Tugas.

b. Pemeriksaan lapangan dan melihat kondisi dan bahan-bahan yang akan dikerjakan
sebelum memulai pekerjaan.

c. Pemeriksaan dan pengujian pekerjaan tanah yang dilakukan akan diperiksa dan diuji pada
laboratorium Penyelidikan Tanah yang dipilih oleh Konsultan Pengawas/pengawas
lapangan/direksi teknik.

d. Jasa-jasa laboratorium akan meliputi :

- Pengawasan pekerjaan pengurugan.

- Pengujian pekerjaan pemadatan tanah.

- Penyerahan laporan pengujian kepada Direksi Teknis.

- Rekomendasi-rekomendasi supaya dapat mencukupi persyaratan dan spesifikasi.

e. Biaya Pengujian

Kontraktor harus menanggung semua biaya pengujian. Apabila hasil pengujian tidak
memenuhi syarat yang ditentukan maka Kontraktor harus menggali, mengurug dan
memadatkan lagi sampai pengujian memenuhi syarat yang ditentukan atas biaya Kontraktor
sendiri.
g. Prosedur Pengujian

Pengujian pemadatan terdiri atas test-test untuk mendapatkan prosentase relatif dari
density maksimum yang dihasilkan oleh pekerjaan pemadatan yang dibandingkan dengan
test-test laboratorium sebelumnya atau density kering secara teoritis.

i. Pengujian-pengujian dapat disesuaikan dengan metode lain yang disetujui Direksi


Teknis/pengawas lapangan & Pengelola Proyek.

3. M a t e r i a l

Bahan-bahan urugan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi


teknik dan Pengelola Proyek yang ditentukan sebagai berikut :

a. Bahan-bahan yang memenuhi syarat dari galian lapangan.

b. Bahan-bahan yang didatangkan dari luar lapangan yaitu jenis tanah yang berbutir
kasar, tidak mengembang dan bebas sampah-sampah, akar dan bahan-bahan organik
lainnya.

c. Lapisan teratas urugan setebal 30 cm tidak boleh dimasuki butir-butir yang lebih besar
dari 3 cm.

4. Pelaksanaan

a. Pengertian Clearing, Stripping dan Grubbing :

Clearing : membersihkan semua sampah-sampah dan barang-barang yang tidak perlu.


Stripping : memapras semua rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya kecuali pohon-pohon
yang memang dipertahankan.

Grubbing : menyingkirkan dan membuang semua sampah dari tempat kerja.

b. Pengupasan tanah bagian atas :

Semua area bangunan, sesudah stripping dan grubbing diselesaikan, buang lapisan tanah
setebal 20 cm. Tanah lapisan atas ini dapat dipakai untuk bahan urugan halaman.

d. Pemadatan

Tanah urug ini harus dipadatkan paling sedikit mencapai 60% dari pemadatan maksimum.

g. Pekerjaan-pekerjaan untuk melindungi kerusakan :

- Kontrol air di permukaan dan dibawah tanah selama masa pembangunan dan masa
pemeliharaan dengan jaminan, lindungilah seluruh lapangan terhadap air yang
menggenang, yang dapat menimbulkan erosi. Hal ini meliputi pembuatan tanggul-
tanggul, selokan-selokan sementara, sumur-sumur, alat-alat pompa dan lain-lain guna
mencegah kerusakan atau dibawah tanah tempat yang berdekatan.

- Perpanjangan jangka waktu kontrak yang disebabkan lapangan basah tidak akan
dipertimbangkan, kecuali bila Kontraktor telah melakukan semua usaha-usaha
perlindungan yang mungkin. Semua pekerjaan galian/urugan tanah dikerjakan sesuai
dengan letak, elevasi, kemiringan dan penampang yang diminta dalam gambar, dengan
memperhitungkan ruang kerja untuk ukuran bangunan.

- Tanah galian yang memenuhi syarat untuk urugan, setelah memperoleh persetujuan
Konsultan Pengawas dapat dipakai sebagai tanah urug dan pelaksanaan pengurugan
harus dilakukan secepat mungkin sehingga tidak mengganggu lingkungan. Tanah yang
tidak terpakai untuk mengurug harus dikeluarkan dari lokasi.

- Semua material galian dan bongkaran yang tidak dipergunakan untuk pengurugan
kembali harus dikeluarkan dari lokasi. Pembuangan material tidak boleh mengganggu
lingkungan sekitarnya. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas tuntutan dari
pihak manapun, yang diakibatkan hal tersebut.

- Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan dan milik masyarakat atau pribadi yang


disebabkan pelaksanaan Kontraktor dalam pembersihan, harus diperbaiki atau diganti
atas biaya Kontraktor.

- Jika material hasil pembersihan akan dibakar, Kontraktor harus mendapatkan izin
Direksi Teknis /pengawas lapangan dan menempatkan orang untuk mengawasinya dari
kemungkinan bahaya kebakaran lingkungan alam maupun harta benda. Bekas
pembakaran harus dirapikan sehingga tidak mengganggu lingkungan.

5. Pengukuran Elevasi Tanah

Untuk memulai penggalian, Kontraktor harus mengukur elevasi tanah asli dengan disaksikan
dan disetujui oleh Direksi Teknik/pengawas lapangan. Pekerjaan ini meliputi pengukuran untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang batas-batas galian, kontour, dan volume pekerjaan
galian/urugan. Kontraktor akan diminta untuk melaksanakan pembersihan sebelum
pelaksanaan konstruksi lainnya.

6. Stripping

Sebelum pekerjaan stripping dilakukan, ketinggian permukaan tanah asli harus ditetapkan dan
disepakati secara tertulis terlebih dahulu Direksi Teknis /pengawas lapangan, Kontraktor dan
Pemberi Tugas berdasarkan hasil pengukuran. Permukaan tanah / dasar yang akan diurug
tanah padat untuk keperluan konstruksi harus distripping atau dibuang lapisan tanah atas
(humus) setebal 15 cm atau seperti ditetapkan Konsultan Pengawas/pengawas
lapangan/direksi teknik. Material hasil pekerjaan stripping harus dikeluarkan dari lokasi galian
tanah. Elevasi galian ditunjukkan dalam gambar atau diberitahukan kepada Direksi Teknis
/pengawas lapangan. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, patok tanda galian (bouwplank)
harus dipasang dengan teliti, dan elevasinya diukur serta disetujui oleh Konsultan
Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Pada bouwplank ini dituliskan elevasi-elevasi
yang perlu serta titik as galian.

7. Pasangan Turap

Apabila diperlukan, Kontraktor harus menurap dan mempergunakan penyokong-penyokong


untuk mencegah longsornya tanah. Direksi Teknis / pengawas lapangan juga akan minta
gambar konstruksi penurapan yang dipandang perlu. Biaya untuk pembuatan gambar
semacam ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

8. Perataan Tanah dan Pemadatan

Untuk pemadatan urugan dan galian pondasi perlu dilakukan pemadatan yang diinginkan,
persyaratan dan pemadatan tanah ini akan diberikan setelah didapat hasil dari Laboratorium
Penyelidikan Tanah atau ditentukan oleh Direksi Teknis/pengawas lapangan. Pada pekerjaan
bangunan sederhana dimana pemadatan tidak memerlukan test uji laboratorium, maka
Direksi Teknis/pengawas lapangan harus memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk dapat
melaksanakan pemadatan. Petunjuk ini tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas
hasil pemadatan yang dilakukan.

9. Pembongkaran Bangunan Eksisting

Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan bongkaran. Pelaksanaan
Dimana ditunjukkan pada gambar, bangunan-bangunan yang ada harus dibongkar, Kontraktor
harus membongkar bangunan tersebut. Sebelum dilakukan pembongkaran, Kontraktor harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Teknis/Pengawas Lapangan. Tanpa persetujuan
ini, walaupun gambar rencana menunjukkan perlu dibongkar, pembongkaran tidak boleh
dilaksanakan. Segala perijinan yang diperlukan untuk pembongkaran ini, pengurusannya
merupakan kewajiban Kontraktor. Pembongkaran harus dilaksanakan hingga ke pondasi
bangunan segala sisa bongkaran harus dikeluarkan dari tapak kecuali Direksi Teknis/Pengawas
Lapangan menentukan lain. Pemutusan sementara sambungan listrik dan telepon,
pengurusannya merupakan kewajiban Kontraktor.

10. Pekerjaan Tanah Untuk Pekerjaan Konstruksi

A. U m u m

a. Meliputi : Pekerja-pekerja, peralatan-peralatan, bahan-bahan yang sehubungan dengan


galian dan urugan untuk pekerjaan kontruksi seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan
gambar-gambar.
b. Pekerjaan ini berhubungan dengan :

1. Penyiapan lahan.

2. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan seksi ini.

B. Persyaratan

a. Standar pengujian seperti tercantum pada bagian Penyiapan Lahan.

b. Laporan penyelidikan tanah untuk pondasi bangunan ini dapat dilihat di kantor
Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik atau Pemberi Tugas.

c. Syarat - syarat sama seperti yang tercantum pada bagian Penyiapan Lahan.

C. Material

Material sama seperti yang tercantum bagian Penyiapan Lahan.

D. Pelaksanaan

Pada umumnya pekerjaan urugan, perataan dan pemadatan tanah untuk bagian Penyiapan
Lahan harus telah selesai dikerjakan sebelum pekerjaan pada bagian ini dimulai. Semua
pekerjaan pada bagian ini harus mengikuti persyaratan sesuai dengan persyaratan pada bagian
Penyiapan Lahan dan dengan persyaratan lain sebagai berikut :

Semua sisa tanah yang berasal dari galian harus dibuang seluruhnya hingga bersih. Jika galian
tanah vertikal selalu runtuh maka alternatif ini tidak diijinkan.

Galian tanah vertikal ini jika memenuhi syarat 1,2 dan 3 diatas juga pada masing-masing sisinya
lebih besar 2,5 cm dari pada yang ditunjukan dalam gambar.

Pada galian tanah yang lebih tinggi dari 2 meter Kontraktor wajib menyiapkan tindakan
pengamanan berupa sheet pile atau dolken-dolken dengan biaya merupakan tanggungan
Kontraktor.

Bila galian tanah dibuat terlalu dalam tanpa persetujuan Konsultan Pengawas/pengawas

lapangan/direksi teknik terlebih dahulu kelebihan galian ini tidak boleh diurug kembali dengan
tanah, tetapi harus diisi dengan pasir urug atau beton tergantung dari jenis pondasinya.
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN TANAH

1. RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran. Pedoman ini mencakup kegiatanpenggalian, penanganan,
pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan laindari sumber bahan yang diperlukan
untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak iniuntuk pekerjaan galian.

Pedoman ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatantanah atau
bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunankembali galian pipa atau
struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untukmembentuk dimensi timbunan sesuai
dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampangmelintang yang disyaratkan atau disetujui untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.

2. ACUAN NORMATIF

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

-SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah.

-SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.

-SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.

-SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah.

-SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.

-SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang mengandung Butir
Kasar.

-SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah Untuk Bangunan
Sederhana.

-SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir

-SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah Maksimum

-SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah

-SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat Hidrometer.

-SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan Cetakan Benda Uji.

-
SNI 13-6425-2000 : Metode Pengujian Indeks Pengembangan Tanah.

-SNI 2835-2008 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah Untuk Konstruksi Bangunan
Gedung dan Perumahan

3. ISTILAH DAN DEFINISI

3.1. Galian biasa adalah mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu, galian
bangunan, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal, dan masih dapat
dilakukan dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton
dan tenaga kuda netto maksimum sebesar 180 PK (tenaga kuda).

3.2. Galian biasa sebagai bahan buangan adalah bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan sebagai
bahan timbunan atau material galian dianggap tidak diperlukan dalam konstruksi

3.3. Galian bangunan adalah galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau
ditunjukkan dalam gambar untuk bangunan.

3.4. Galian tanah berbatu adalah galian tanah pada lapisan tanah yang mengandung batu

3.5. Galian tanah biasa adalah galian tanah pada lapisan tanah yang dapat digali dengan cangkul.

3.6. Galian tanah cadas adalah galian tanah pada lapisan tanah keras yang dapat digali dengan bantuan
alat pemecah.

3.7. Galian tanah keras adalah galian tanah pada lapisan tanah padat tidak mudah pecah yang dapat
dikerjakan dengan bantuan alat pemecah.

3.8. Galian tanah lumpur adalah galian tanah pada lapisan tanah lunak dan berair.

3.9. Kupasan (striping) adalah pengupasan lapisan tanah bagian atas.

3.10.Lump Sum (LS) adalah biaya yang dibayarkan langsung tanpa membutuhkan rincianberbagai jenis
pekerjaan atau komponennya.

3.11. Tebas tebang adalah memotong dan membersihkan segala macam tumbuh-tumbuhan besar dan
kecil.

3.12. Nilai aktif adalah perbandingan antara indexs plastisitas dengan prosentase kadarlempung

3.13. Timbunan tanah adalah proses penimbunan tanah baik secara manual atau secaramekanis

3.14. Timbunan biasa adalah timbunan yang terdiri dari bahan tanah atau bahan galian batuyang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan sebagai bahan yangmemenuhi syarat untuk
digunakan dalam pekerjaan permanen
3.15. Timbunan pilihan adalah timbunan yang terdiri dari bahan tanah atau tanah berbatu yang
memenuhi semua ketentuan timbunan biasa dan sebagai tambahan harusmemiliki sifat-sifat tertentu
yang tergantung dari maksud penggunaannya

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN

4.1. Umum

Lingkup dari pekerjaan tanah akan meliputi semua pekerjaan yang berkaitan sebagai

berikut:

• Pembersihan

• Galian termasuk pembentukan dan saluran

• Timbunan kembali, bedding dan pekerjaan pelapisan

• Pembuangan, stok dan penggunaan kembali material dari galian

• Penimbunan

• Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi

Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus diusulkan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuan paling tidak tiga puluh (30) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan. Penyedia
Jasa akan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari beberapa tempat dan akan membuang
material galian seperti yang telah ditentukan dalam gambar atau seperti yang diarahkan oleh Direksi.

4.2. Ketelitian dalam pekerjaan tanah Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran dapat diizinkan sebagai
diterangkan dibawah ini, apabila luas rata-rata penampang basah saluran untuk panjang 500 m, seperti
yang tertera pada gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.

• Dasar Saluran : + 0.05 m atau - 0.10 m vertikal

• Level Puncak Timbunan : + 0.10 m atau – 0.10 m vertikal

• Dasar Kemiringan : + 0.05 m horisontal

• Puncak Kemiringan Timbunan : + 0.10 m horisontal

Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan dengan teliti dan tidak boleh dipengaruhi
oleh toleransi tersebut diatas. Semua permukaan harus diselesaikan dengan rapi dan halus.

4.3. Pekerjaan Galian

Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuran ketinggian yang
ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian lain, yang mungkin akan diperintahkan
oleh Direksi. Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan denganketinggian tanah, atau jarak
terusan harus ditunjukkan kepada Direksi lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan tanah pada setiap
tempat. Yang dimaksud dengan “ketinggian tanah” dalam spesifikasi adalah tinggi “permukaan
tanah” sesudah pembersihan lapangan dan sebelum pekerjaan tanah dimulai. Hal yang
membedakan jenis galian tersebut di atas hanyalah material yang akan digali yang berimplikasi
terhadap jenis peralatan dan produktifitas hasil galian. Pekerjaan galian dibedakan atas 4 (empat)
kelompok pembayaran sebagai berikut :

4.3.1 Galian tanah biasa.

Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian dengan material hasil galian berupa tanah pada umumnya,
yang dengan mudah dapat dilakukan dengan Excavator. Seluruhgalian dikerjakan sesuai dengan garis-
garis dan bidang-bidang yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
gambar kerja atau sesuai dengan yang diarahkan / ditunjukkan oleh Direksi. Galian tanah biasa
dimaksudkan untuk daerah yang bahan hasil galiannya terdiri dari tanah, pasir dan kerikil. Bila ada galian
yang perlu disempurnakan seharusnya diinformasikan ke Direksi untuk ditinjau. Tidak ada galian yang
langsung / ditutupi dengan tanah / beton tanpa diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi. seluruh proses
pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa. Kemiringan yang rusak atau berubah, karena
kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki oleh dan atas biaya Penyedia Jasa. Apabila pada saat
pelaksanaan penggalian terdapat batu-batu besar dengan diameter lebih besar dari 1.00 m yang
tidak dapat disingkirkan dengan alat Excavator, maka pembayaran volume ini akan termasuk
kedalam pembayaran item Galian Batu atas sepengetahuan Direksi pekerjaan. Pengukuran untuk
pembayaran pada galian tanah biasa akan dibuat dalam meter kubik dimana tanah galian dari
permukaan kupasan sampai yang sesuai ditunjukan dalam garis-garis bidang yang sesuai dalam
gambar. Pembayaran untuk galian tanah biasa dibuat dalam meter kubik untuk item dalam BoQ.
Selama proses penggalian tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada suatu tempat
yang disetujui Direksi, material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak
layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah biasa dan timbunan kembali,
sedangkan material yang tidak layak selanjutnya akan dibuang keluar daerah irigasi atau kesuatu
tempat yang tidak akan mengganggu areal pertanian dan fungsi jaringan. Penyedia Jasa harus
menguasai medan kerja sehingga penumpukan material yang bisa dipakai untuk timbunan
ditempatkan pada lokasi yang sedekatdekatnya dengan lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa
langsung ditebar pada bagian yang akan ditimbun. Harga satuan termasuk upah buruh, bahan dan
peralatan yang diperlukan untuk penggalian, perapihan dan kemiringan talud temasuk usaha
pencegahan bahaya longsor, pembuatan tanggul kecil pada bahu galian dan timbunan kecil apabila
dianggap perlu oleh Direksi. Peralatan pengangkutan diperhitungkan terhadap pemindahan material
hasil galian ke suatu tempat penimbunan sementara yang disetujui Direksi sejauh ± 1 km. Khusus
untuk jaringan tersier yang dimensinya relatif kecil dan berada didaerah persawahan, agar
diperhitungkan terhadap tingkat kesukaran peggalian atau alternative lain berupa galian secara manual.
4.3.2 Galian Deposit Sungai

Galian deposit sungai adalah pekerjaan galian dengan material berupa deposit sungai yang terdiri dari
pasir, kerikil dan kerakal/boulder, yang dapat dilakukan dengan excavator tetapi dengan tingkat
produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan galian tanah biasa, karena kondisi lapisan endapan
relatif lebih padat. Yang dimaksud dengan galian deposit sungai adalah suatu kegiatan penggalian
pada badan sungai atau daerah tertentu yang material galiannya merupakan endapan sungai yang
terdiri tanah berbatu kerikil dan kerakal yang padat, sehingga alat excavator tidak dapat bekerja
secara maksimal. Harga satuan yang diperhitungkan untuk pekerjaan ini termasuk tenaga kerja dan
alat/excavator, sedangkan untuk keperluan pengangkutan dan pembuangan ke lokasi diluar daerah
kerja yang disetujui oleh direksi sejauh ± 1 km. Untuk jarak pembuangan yang lebih jauh maka akan
diperhitungkan dalam pekerjaan pembuangan sisa galian. Kecuali untuk material bahan galian yang
selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain, maka pekerjaan
pembuangan tidak diperhitungkan.

4.3.3 Galian Batu Lapuk

Galian batu lapuk adalah pekerjaan galian dengan material galian berupa batu yang sudah lapuk.
Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan dengan kombinasi alat excavator dan pick hammer.

4.3.4 Galian Batu.

Galian batu termasuk semua batu-batuan padat dan keras di tempat yang tidak dapat disingkirkan
dengan mudah baik dengan mempergunakan pacul, excavator biasa maupun Pick Hammer, kecuali
dengan Excavator yang diperlengkapi dengan Breaker atau dengan Peledakan. Apabila menggunakan
peledakan, maka Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan segala peralatan dan material yang
diperlukan berikut perizinan dan penanganan peledakannya.

4.3.5 Galian untuk pekerjaan pasangan beton.

Dasar dan sisi miring dari galian untuk pondasi di atas atau terhadap dimana beton akan ditempatkan
akan digali sesuai yang diperlukan seperti ketinggian, garis dan ukuran seperti ditunjukkan dalam
gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi. Tidak ada material akan diijinkan untuk ditambahkan dalam
garis baku dari struktur beton. Jika di beberapa titik dalam galian, material galian berdasarkan
permintaan tertulis dari Direksi diantara batas yang diperlukan untuk menerima struktur
penambahan galian akan segera diisi penuh dengan beton tipe K-100 atau diisi dengan tanah yang
sesuai dan dipadatkan atas biaya Penyedia Jasa.

4.4. Pekerjaan Galian Tanah Yang Tidak Akan Ditimbun Kembali

Semua pekerjaan galian tanah yang tidak akan ditimbun kembali akan dilaksanakan sesuai pasal ini,
harus dilaksanakan hingga mencapai elevasi dengan tingkatan dan dimensi yang ditunjukan dalam
gambar-gambar atau ditentukan oleh Direksi. Selama dalam pekerjaan ini mungkin akan dijumpai dan
diperlukan untuk merubah kemiringan (slope) atau dimensi dari penggalian dari yang ditentukan.
Setiap penambahan atau pengurangan dari volume pekerjaan galian tanah sebagai akibat dari
perubahan perubahan tersebut akan diperhitungkan sesuai petunjuk dan persetujuan Direksi. Semua
tindakan pencegahan yang perlu dilakukan guna melindungi material yang ada dibawah galian
dalam keadaan yang memungkinkan, kerusakan pada pekerjaan yang disebabkan oleh Penyedia
Jasa dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk hancurnya material dibawah batas penggalian yang
diperlukan, harus diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa.

Galian yang melebihi dari ketentuan baik yang dilakukan sengaja maupun akibat kelalaian Penyedia Jasa
tidak akan diperhitungkan dalam pembayaran. Penyedia Jasa harus mengisi kembali dengan material
yang sesuai dan dilaksanakan atas biaya Penyedia Jasa.

4.5. Luasnya Penggalian

Luasnya penggalian harus sekecil mungkin menurut Direksi. Penggalian dimulai dari muka tanah dengan
harus mengambil lebar yang cukup sesuai gambar atau ditentukan lain oleh Direksi. Tidak ada galian
yang langsung/ditutupi dengan tanah/ beton tanpa diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi. Seluruh
proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa. Kemiringan yang rusak atau berubah, karena
kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki oleh dan atas biaya Penyedia Jasa. Selama proses penggalian
tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada suatu tempat yang disetujui Direksi, material
yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak layak. Material yang layak
selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah biasa dan timbunan kembali, sedangkan material yang
tidak layak selanjutnya akan dibuang keluar atau kesuatu tempat yang tidak akan mengganggu areal
pekerjaan dan dirapihkan. Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan
material yang bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-dekatnya dengan
lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar pada bagian yang akan ditimbun. Semua
galian untuk pondasi bangunan / struktur akan dilaksanakan dalam kondisi kering (dimana dalam kondisi
kering akan dibangun seperti dalam Sub-bag 1.6.1 Pekerjaan Pengeringan). Tidak ada tambahan biaya
terhadap harga satuan tender dalam BoQ untuk galian yang disebabkan material menjadi basah.
Galian akan dibuat sepenuhnya sesuai dengan ukuran yang diperlukan dan akan diselesaikan terhadap
garis dan ketinggian yang ditentukan kecuali terdapat batu menonjol sendiri akan diijinkan untuk
melebar dalam garis yang telah ditentukan tidak lebih dari 20 (dua puluh) sentimeter dimana
permukaan tidak dilindungi dengan beton.Jika permukaan dilindu ngi dengan beton secara umum
harus rata seperti ditentukan oleh Direksi. Kecuali seperti secara rinci ditunjukkan dalam gambar
atau sebaliknya yang diarahkan oleh Direksi, keperluan pengukuran untuk pembayaran galian
terbuka terhadap kemiringan seperti disebutkan dibawah ini:

MATERIAL KEMIRINGAN ( V : H ) DESKRIPSI


Batu 1 : 0,5 Untuk Kemiringan Permanen
Batu Lapuk 1 : 0.8 Untuk Kemiringan Permanen
Tanah 1 : 1.0 Untuk Kemiringan Permanen
Galian Deposit Sungai 1 : 1.0 Untuk Kemiringan Permanen

Dimana diperlukan dan diinstruksikan oleh Direksi, Penyedia Jasa akan menggali saluran terbuka / parit
untuk mengalihkan air mengalir keluar dari galian terbuka. Biaya keseluruhan dari pekerjaan ini akan
ditanggung oleh Penyedia Jasa kecuali dimana saluran tersebut adalah merupakan bagian dari pekerjaan
permanen yang mana pembayaran untuk galian akan dihitung dari harga satuan tender dalam BoQ.
Penggalian tanah untuk bangunan termasuk pekerjaan galian dari semua tanah, kerikil, dan batuan
kasar. Penggalian untuk bangunan harus dilaksanakan dengan cara yang paling aman hingga
mencapai elevasi yang disetujui Direksi. Kecuali ditunjukkan dengan jelas pada gambar atau telah
ditetapkan oleh Direksi. Apabila terdapat material alam pada lokasi galian pondasi yang mengganggu
selama pelaksanaan penggalian, maka hal tersebut harus dipadatkan ditempat atau disingkirkan
atau diganti dengan tanah timbunan yang sesuai atau beton K100 atas biaya Penyedia Jasa.
Pekerjaan galian tanah untuk bangunan akan diukur sebagai dasar pembayaran hingga mencapai
elevasi yang diperlihatkan dalam gambar atau bila tidak diperlihatkan dalam gambar sampai
mencapai garis elevasi sesuai dengan syaratsyarat yang ditentukan.

4.6. Pekerjaan Timbunan

Penyedia Jasa akan mengerjakan beberapa macam material timbunan dan penutupankembali di lokasi
yang ditunjukkan oleh gambar atau ditempat lain seperti arahan Direksi. Kualitas dari material harus
mendapatkan ijin dari Direksi dan tidak termasuk bahan organik atau bahan lain yang tidak
diijinkan. Penyedia Jasa harus semaksimal mungkin menggunakan material hasil galian
sebagaibahan untuk timbunan sejauh secara kualitas memenuhi syarat. Tidak diizinkan adanya semak,
akar, rumput atau material tidak memenuhi syarat lain yang akan dipakai sebagai bahan timbunan.
Kelayakan dari setiap bagian pondasi untuk penempatan material timbunan dan semua material yang
digunakan dalam konstruksi timbunan adalah sesuai dengan spesifikasi teknik. Penyedia Jasa harus
melaksanakan test uji timbunan (trial embankment) untuk menentukan efektifitas dari beberapa
metode pemadatan dari material yang tersedia untuk pekerjaan timbunan. Sasaran hasil dari uji
test timbunan adalah untuk mengkonfirmasi efektifitas dari metode pemadatan yang berkaitan
dengan jenis dan ukuran dari alat pemadat, jumlah lintasan untuk ketebalan lapisan yang
disyaratkan, efek getaran terhadap kadar air dan aspek lain dari pemadatan. Pekerjaan ini termasuk
penempatan/penghamparan dari material dari borrow area, galian dan stockpile dengan perbedaan
kadar air dan dalam lajur terpisah untuk pemadatan dengan peralatan pemadat, kecepatan,
frekuensi dan jumlah lintasan yang berbeda. Hasil percobaan ini tidak membebaskan Penyedia Jasa
dalam segala hal kewajibannya untuk mendapatkan batas pemadatan sebagai yang ditentukan dalam
kontrak Apabila ditemukan/dijumpai tanah yang berbeda pada waktu pelaksanaan dikemudian hari,
maka percobaan-percobaan lebih lanjut harus dilaksanakan terlebih dahulu. Bila hasil percobaan
pemadatan tanah dilaksanakan untuk tanggul pada bangunan yang permanen, percobaan tersebut
akan dianggap sebagai suatu bagian pekerjaan dalam penyelesaian pekerjaan tersebut, dan apabila
pekerjaan tersebut gagal dan tidak memenuhi persyaratan- persyaratan yang ditentukan Direksi,
maka Penyedia Jasa harus membongkar kembali pekerjaan permanen yang didasarkan pada
percobaan yang gagal tersebut atas biaya Penyedia Jasa tidak ada pembayaran terpisah atas
percobaan tanah yang dilaksanakan di tempat lain. Penyedia Jasa akan memberikan informasi
kepada Direksi paling tidak 30 (tigapuluh) hari sebelum pelaksanaan test uji timbunan (trial
embankment). Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji timbunan (trial embankment) adalah sebagai

berikut :
• Kepadatan Lapangan (field density)

• Permeability lapangan (field permeability)

• Berat Jenis (specific gravity)

• Kadar Air (water content)

• Konsistensi (consistency/Atterberg Limit)

• Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium

• Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)

Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk test uji timbunan (trial embankment).
Semua biaya untuk pelaksanaan test uji timbunan sudah termasuk uji pemadatan, penghamparan,
dan berikut pembongkaran material serta berkaitan dengan pengujian, pengambilan contoh uji
(sample) adalah sudah termasuk dalam harga satuan yang dapat diterapkan untuk pekerjaan
timbunan dalam BoQ.

4.7. Jenis Pekerjaan Timbunan

Sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi di lapangan maka kegiatan timbunan tanah yang akan
diberlakukan dalam pekerjaan ini terdiri dari :

• Timbunan tanah kembali dari galian

• Timbunan tanah dengan material dari borrow area

• Timbunan lolos air.

1) Timbunan tanah kembali dari hasil galian.

Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah kembali dari hasil galian adalah kegiatan
penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan dengan mempergunakan
bahan timbunan dari hasil galian yang secara spesifikasi teknis bahan tersebut dapat dipertangung
jawabkan. Penimbunan dan pemadatan tanah isian di bangunan boleh dilakukan setelah umur
bangunan sudah dinilai cukup oleh Direksi. Pelaksanaan harus dilakukan secara hati-hati dengan
menggunakan alat yang diijinkan oleh Direksi. Penimbunan dilaksanakan secara lapis perlapis
dengan ketebalan hamper sesuai dengan spesifikasi alat yang digunakan. Bila tidak ada instruksi
lain dari Direksi maka Penyedia Jasa wajib menggunakan tanah hasil galian untuk penimbunan tanah
isian. Bila material tanah hasil galian bangunan tidak cukup maka Kotraktor dibolehkan menggunakan
material timbunan dari luar (borrow area) atas ijin Direksi.
2)Timbunan tanah dengan material dari borrow area

Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah dengan material dari borrow area adalah kegiatan
penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan dengan mempergunakan bahan
timbunan dari galian pada suatu lokasi borrow dengan jenis dan kualitas tanah yang tertentu dan
Penyedia Jasa mengeluarkan biaya untuk pengadaan material tanah timbunan tersebut. Sumber dari
material borrow untuk setiap timbunan harus sesuai dengan borrow area yang telah disetujui oleh
Direksi. Semua bagian dari timbunan akan dihitung dan dibayar terhadap material terpasang dalam
lokasi timbunan dengan dasar setelah pekerjaan pemadatan.

3)Timbunan Lolos Air

Timbunan kembali lolos air harus ditempatkan berdasarkan garis, ketinggian dan ukuran seperti
ditunjukkan dalam gambar atau seperti arahan Direksi. Material harus ditangani dan diletakkan
sedemikian rupa untuk menghindari segregasi. Metode dari pelaksanaan timbunan kembali lolos air
harus diusulkan dan mendapat persetujuan dari Direksi. Timbunan kembali lolos air harus ditimbun
secara lapis horisontal dengan ketebalan tidak lebih dari 50 (lima puluh) cm sentimeter sebelum
dipadatkan dan dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat kapasitas 10 ton (vibratory
roller) atau berdasarkan kepadatan dari uji timbunan yang telah mendapatkan persetujuan dari
Direksi. Material filter dapat diperoleh dari sungai setempat, galian pondasi bendung/bangunan air atau
lokasi yang telah disetujui Direksi. Material filter harus terdiri dari material yang layak, awet, pasir dan
kerikil bergradasi baik dengan ukuran partikel kurang dari 8 (delapan) sentimeter. Juga material
tidak boleh mengandung fraksi lolos saringan no.4 dalam jumlah lebih dari 50% (limapuluh
persen) begitu juga lolos saringan no. 200 tidak lebih atau kurang dari 10 % (sepuluh persen).

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis
pekerjaan tanah harus memuat :

5.1. Pekerjaaan Persiapan

Dari gambar rencana (dokumen kontrak), maka dapat diketahui volume dan lokasi galian, serta volume
dan lokasi timbunan.

a. Penetapan Disposal area :

a) Dilakukan survey awal untuk mencari daerah-daerah tempat pembuangan hasil galian yang tidak
dapat dipakai sebagai material timbunan

b) Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan daerah-daerah pembuangan yang
menguntungkan ditinjau dari segi biaya dan waktu. Dalam banyak hal daerah yang terdekat biasanya
menjadi pilihan yang baik.

c) Ukur jarak tempat pembuangan (Disposal Area) dari tempat galian.


Untuk dapat menghitung jumlah dump truck yang diperlukan (ingat cara menghitung kebutuhan
Dump Truck didasarkan atas volume lepas) dan menghitung biaya angkutan.

b. Penetapan Quarry Tanah Timbunan

a) Bila diperlukan quarry tanah, maka perlu survey awal untuk mencari daerahdaerah yang
tanahnya dapat diambil dan memenuhi syarat untuk material timbunan.

b) Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan daerah yang menguntungkan dengan
pertimbangan biaya, waktu dan mutu tanahnya. Usahakan letaknya searah dengan disposal area
(atau sebaliknya) sehingga dump truck yang balik dalam keadaan kosong dapat dimanfaatkan

c) Ambil sampel tanahnya, untuk dapat dihitung berat volume kering maksimumnya di
laboratorium, untukdipergunakan sebagai standar pengukuran kepadatan dalam pelaksanaan. Karena
standar hanya berlaku untuk jenis tanah yang sama, maka harus diberi tanda supaya tidak tertukar
dengan yang lain.

d) Agar pengambilan tanah dapat berjalan secara efektif, maka jalan kerja jalan kerja menuju quarry
dan disposal area, perlu dapat perhatian yang serius serta dilengkapi dengan drainase lingkungan.

c. Penetapan Base Camp

Tetapkan letak base camp, sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan. Hendaknya diperhatikan juga
lingkungan sosial yang ada.

d. Dokumentasi

Perlu dibuat dokumentasi untuk daerah quarry, disposal area, jalan kerja dan kondisi sepanjang saluran

5.2. Pembersihan Medan

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi pekerjaan dari semua tumbuhan
harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari Direksi. Pembersihan terdiri dari
penebangan pohon-pohon perdu, semak belukar dan pembabatan rumput liar yang tumbuh sepanjang
dasar saluran, talud luar dan dalam, serta di atas tanggul saluran, sehingga profil saluran terlihat
rapih kembali seperti sebelumnya. Sampah yang berasal dari pembersihan harus diatur dan disebar
disekitar lokasi yang dijamin tidak akan mengganggu kegiatan pertanian. Pengaturan dari semua sampah
tersebut harus sesuai petunjuk Direksi. Kemudian Penyedia Jasa harus membongkar akar-akar,
mengisi lubang-lubangnya dengan tanah dan dipadatkan kemudian membuang dari tempat
pekerjaan semula bahan-bahan hasil pembersihan lapangan. Untuk semua pohon dan semak-semak
yang tidak harus dibersihkan / tidak harus ditebang dan tetap berada di tempatnya, maka Penyedia Jasa
harus melindunginya dari kerusakan. Semua bahan yang akan dibakar harus ditumpuk dengan rapi dan
apabila keadaan mengijinkan harus dibakar sampai habis. Penumpukan untuk pembakaran harus
dikerjakan dengan cara dan pada tempat-tempat tertentu agar tidak menimbulkan resiko terhadap
bahaya kebakaran. Semua pembakaran harus sesempurna mungkin sehingga bahan yang dibakar akan
menjadi abu. Penyedia Jasa setiap saat harus mengambil langkah-langkah pencegahan secara khusus
untuk mencegah penyebaran api dan harus mempunyai peralatan sesuai untuk digunakan dalam
pencegahan dan pemadaman. Pembersihan lokasi pekerjaan termasuk penebangan pohon dan
semak belukar, dimana lokasi tersebut akan dipakai untuk bangunan-bangunan permanen, jalan
masuk, tanggul-tanggul dan saluran-saluran. Sedangkan bidang lain yang diperlukan untuk menunjang
pekerjaan tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Luas areal yang akan dibayar untuk pekerjaan
ini adalah dihitung berdasarkan luasan.

5.3. Kupasan / Stripping

1)Kupasan adalah penggalian humus (tanah organik) berikut rumput, yang akan dilakukan pada
semua dasar tanggul, pada lokasi material galian yang dipakai kembali sebagai bahan timbunan, pada
semua dasar jalan, pada lokasi borrow area yang disetujui, semua lokasi yang tercantum pada
Gambar dan seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

2) Pelaksanaan kupasan harus dilakukan dengan cara mengupas semua material yang tidak cocok
untuk timbunan atau untuk pondasi dan semua bahan organik seperti rumput, tanah lapis atas dan
sisa akar, yang tidak termasuk didalam pembersihan medan. Kedalaman minimum pekerjaan kupasan
adalah 0,20 meter.

3) Bahan hasil kupasan harus ditumpuk. Tumpukan semua material/sampah hasil kupasan harus
mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

5.4. Penggalian Pada Bangunan

Penggalian harus dilaksanakan sedemikian hingga memungkinkan dikerjakan dengan baik, dapat
membuat penyokong bagi tebing galian, dan masih cukup ruangan untuk pembuatan acuan, pengecoran
beton, memasang pasangan batu dan melaksanakan timbunan, termasuk pemadatan dan kegiatan
pekerjaan lainnya.

5.4.1 Pekerjaan Pengeringan

Sebelum melaksanakan pekerjaan bangunan yang membutuhkan pengeringan (dewatering) dengan


alat pompa, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana kerja lengkap yang memuat metode, tahap-
tahap pekerjaan dan kebutuhan waktu pengeringan dan dimintakan persetujuan Direksi paling
lambat 15 hari sebelum pelaksanaan pembangunan. Penyedia Jasa harus menjaga agar galian bebas
dari air selama masa pembangunan dan menjamin adanya peralatan pompa yang cukup dan siap
dioperasikan di lapangan setiap waktu guna menghindari terputusnya kontinuitas pengeringan air. Cara
menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan pembuangan air harus dilaksanakan dengan cara yang
dapat disetujui oleh Direksi. Penyedia Jasa harus menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik
dan cukup dilapangan guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.

5.4.2 Cara Penggalian


Penyedia Jasa harus menyampaikan usul mengenai cara-cara penggalian, termasuk detail dari
konstruksi penahan yang mungkin diperlukan, guna mendapat persetujuan Direksi secara tertulis
sekurang-kurangnya 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan, sehingga keamanan penggaliannya
terjamin.

5.4.3 Kelebihan Penggalian

Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan pada gambar atau yang tidak diperintahkan oleh
Direksi harus diisi kembali oleh Penyedia Jasa dengan tanah yang dipadatkan sebagaimana yang
dikehendaki Direksi, tanpa menuntut suatu tambahan pekerjaan.

5.4.4 Perapihan Permukaan Galian

Setiap permukaan galian harus dirapihkan dengan cara manual atau alat lain yang disetujui oleh
Direksi, sehingga bidang pondasi atau bagian lain dari bangunan atau timbunan ang berhubungan
lansung dengan tanah asli bisa berhubungan baik. Apabila tanah dasar pondasi atau bagian lain yang
dianggap peka oleh Direksi rusak akibat berlangsungnya pekerjaan maka Penyedia Jasa wajib
memperbaikinya sesuai dengan petunjuk Direksi atas biaya Penyedia Jasa. Dasar galian yang akan
menerima beton, pasangan batu atau isian dipadatkan, 0,15 m yang terakhir dari galian harus dirapikan
dengan tangan, atau dengan cara yang mungkin dibenarkan atau diperintahkan oleh Direksi. Hal ini
dilakukan setelah pembersihan semua lumpur pada waktu akan menempatkan konstruksi diatasnya.

5.5. Pekerjaan galian dengan menggunakan alat berat

5.5.1 Di Lokasi Saluran

a. Untuk menetapkan letak batas-batas galian, dapat dipasang patok-patok pembantu dan atau tali
rafia yang menghubungkan dua profil yang berdekatan.

b. Berpedoman pada tali batas galian, maka galian kasar dapat dilaksanakan dengan Excavator.
Jumlah Excavator yang diperlukan dihitung berdasarkan kapasitas alat dan waktu yang tersedia .

c. Galian dari Excavator langsung dimuat ke Dump Truck yang telah disiapkan (jumlah kebutuhan
Dump Truck harus disesuaikan dengan kapasitas Excavator), dan kemudian diangkut ke tempat yang
ditentukan. Usahakan posisi Dump Truck sedemikian rupa sehingga swing dari Excavator bersudut
kecil.

d. Bila karena suatu hal profil rusak atau berubah posisi, maka sebelum galian finishing dilakukan,
profil tersebut diperbaiki dengan pedoman patok-patok bantuan yang selalu terjaga.

e. Galian finishing dilakukan oleh tenaga orang dengan cangkul. Sebenarnya dengan kerjasama
yang baik antara pelaksana dan operator excavator yang mahir, dapat langsung dilakukan penggalian
sampai garis/bidang finishing.
f. Dalam hal desain saluran terdapat saluran gendong, seperti sket di bawah, sebaiknya
pembuatan saluran tersebut didahulukan, karena dapat berfungsi sebagai saluran drainase.

5.5.2 Di Lokasi Quarry

a.Setelah lokasi quarry di stripping dengan bersih, maka tanah dikupas dan di stock dengan Bulldozer .

b. Bila musim hujan, sebaiknya stock tanah lepas dibatasi seperlunya saja, dan dilindungi/ditutupi
dengan terpal/plastik .

c. Stock tanah yang ada dimuat ke dalam Dump Truck dengan pelayanan Wheel Loader untuk diangkut
ke tempat pekerjaan timbunan

d. Alternatif komposisi alat di quarry dapat biasanya berupa : bulldozer dan loader dan Excavator

5.6. Pembuangan Sisa Galian Yang Tidak Terpakai

Material sisa galian yang tidak bisa dipergunakan untuk timbunan akan dibuang disuatu tempat
didalam dan/atau diluar daerah irigasi yang disetujui oleh pemilik sesuai yang ditunjukan dalam
gambar atau Direksi. Penyedia Jasa harus merapihkan dan mengatur ketinggian serta
meratakannya dengan rapi dan tinggi maksimum 3.00 m. Penyedia Jasa harus memelihara tanpa
mengganggu aliran air disaluran dan jalan masuk serta yang berhubungan dengan hal tersebut. Sisa
galian dari pekerjaan galian di bendung, mata air dan pompa akan dibuang pada lokasi sekitar lokasi
pekerjaan tersebut diratakan dan dirapihkan dengan tingginya penimbunan sesuai dengan persetujuan
Direksi. Sedangkan sisa galian dari pekerjaan jaringan irigasi bisa dibuang disekitar lokasi asalkan
tidak mengganggu fungsi jaringan dan stabilitas tanggul/lereng dan material tersebut tidak akan
masuk/turun kembali kesaluran yang mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan saluran. Kalau
lokasi setempat tidak memungkinkan maka material sisa tersebut harus dibuang kesuatu tempat
diluar Daerah irigasi, diratakan dan dirapihkan. Lokasi pembuangan harus mendapat persetujuan
Direksi dan mendapat ijin pemilik tanah. Material dari galian saluran pembuang atau saluran yang
tidak pergunakan akan diangkut untuk dibuang ke suatu tempat pembuangan yang telah ditentukan
seperti yang disetujui oleh Direksi. Sebagian material yang layak pakai akan dtempatkan sementara di
lokasi memenuhi syarat yang akan dipergunakan nantinya atau langsung dipergunakan sebagai bahan
timbunan untuk konstruksi permanen seperti ditentukan oleh Direksi. Penyedia Jasa harus
menyediakan/membuat jadwal rincian rencana kerja dari pekerjaan tanah seperti lokasi dan
program galian dari saluran dan penggunaan material galian untuk pekerjaan timbunan. Bila diminta
seperti ditentukan oleh Direksi, lokasi pembuangan harus di ratakan, untuk menghindari dari erosi
akibat hujan. Perubahan atau penambahan dari luasan lokasi pembuangan untuk kenyamanan dari
Penyedia Jasa sendiri adalah merupakan tanggung jawab dan atas biaya dari Penyedia Jasa serta harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi.

Penyedia Jasa harus mengajukan proposal kepada Direksi paling tidak tiga puluh (30) hari untuk
mendapatkan persetujuan berkenaan dengan pembuangan material di tempat lain selain dari lokasi
yang telah disetujui dan untuk perlindungan material dari erosi. Biaya pengangkutan pembuangan
material galian ke tempat pembuangan dan untuk perawatan dari lokasi pembuangan yang
ditentukan disini harus sudah terangkum dalam harga satuan per meter kubik untuk pekerjaan galian.

5.7. Longsoran di Talud

Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan, yang diperlukan, untuk mencegah terjadinya
longsoran dari talud dan tanggul. Dalam hal terjadinya longsoran, Penyedia Jasa harus memperbaiki
semua pekerjaan dan kerusakan yang bersangkutan dan melaksanakan setiap perubahan yang
diperlukan sampai memuaskan Direksi.

5.8. Gebalan Rumput

Dimana diharuskan atau ditunjukkan dalam gambar, lereng dari saluran, dan saluran gendong
harus digebal dengan rumput. Sebelum gebalan rumput dipasang, permukaan harus diratakan dan
digemburkan bila perlu dan dilapisi dengan humus 2 cm. Permukaan gebalan rumput harus rata
dengan permukaan lereng saluran. Setelah gebalan rumput dipasang harus disiram dengan air
secukupnya sampai gebalan itu tumbuh dengan baik, sedang gebalan rumput yang tidak tumbuh
harus dibuang dan diganti.

Daerah yang harus digebal adalah sebagai berikut :

• Selebar 0.30 m pada kedua tepi tanggul bagian atas.

• Lereng dalam dari saluran mulai tepi atas sampai 0.20 m dibawah muka air rencana untuk saluran
tanah dan sampai tepi atas pasangan untuk saluran pasangan.

• Lereng luar saluran dari tepi atas sampai kaki tanggul. Persyaratan gebalan rumput.

• Rumput gebalan tebal 4 cm dan bersama akar-akarnya

• Bukan berasal dari tanah yang susut besar

• Ukuran-ukuran 25 cm x 25 cm

• Cerucuk untuk Gebalan

Cerucuk bambu atau kayu harus dipakai untuk memasang gebalan rumput. Ukuran dari cerucuk
tadi paling tidak panjangnya 15 cm dengan diameter 2-3 cm dan dipasang 2 buah cerucuk untuk setiap
gebalan ukuran 25 cm x 25 cm x 4 cm.

5.9. Pelaksanaan Penimbunan

Permukaan tanah pada lokasi rencana pembuatan tanggul harus dibersihkan dan dikupasatau digali
hingga mencapai kedalaman yang ditunjukan dalam gambar. Permukaan tanah yang telah dikupas atau
digali tersebut, sebelum pekerjaan timbunan untuk tanggul saluran maupun tanggul banjir harus
dibuat alur-alur terbuka sedalam 20.00 cm dengan jarak antara alur lebih kurang 1.00 meter. Sebelum
mulai menimbun, permukaan tanahnya digaruk sampai kedalaman yang lebih besar dari retak-retak
tanah yang ada dan paling tidak sampai kedalaman 0.15 m, dan kadar air tanah yang digaruk harus
dijaga, baik secara pengeringan alami atau pembasahan dengan alat semprot. Kalau pelaksanaan
pemadatan terhenti, permukaan dari timbunan harus digaruk kembali dan kadar airnya diperiksa
kembali sebelum pekerjaan timbunan atau pemadatan dilanjutkan. Sebelum pekerjaan penimbunan
dilakukan, semua lubang-lubang dan bekas-bekas yang terjadi pada permukaan tanah, harus diratakan.
Untuk semua pekerjaan tanggul harus dibangun hingga mencapai garis elevasi yang ditunjukan pada
gambar atau yang ditentukan oleh Direksi. Tanah timbunan untuk tanggul harus bersih dari
tunggul-tunggul pohon, akar, rumput, humus- humus dan unsur lain yang bisa membusuk.
Penyedia Jasa harus memperhitungkan tambahan pengisian pemadatan sendiri, dan penurunan dari
tanggul, baik disebutkan atau tidak, maka tinggi, lebar dan ukuran yang ditunjuk dalam gambar-gambar,
harus dilebihkan (freeboard), sehingga setelah penurunan selesai dan tanggul dirapihkan maka akan
tercapai dimensi/ukuran sesuai dengan gambar. Secara berurutan material harus ditempatkan agar
supaya menghasilkan distribusi material yang baik sesuai dengan yang disetujui oleh Direksi dan dimana
diperlukan untuk mencapai tujuan ini Direksi akan menunjuk lokasi di area timbunan dimana
material akan ditempatkan. Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis dengan ketebalan
maksimum hamparan material sebelum dipadatkan adalah 30 cm. Penghamparan dan pemadatan
material pada sisi kemiringan luar atau dalam supaya dilebihkan minimal 30 cm dari garis rencana agar
pada saat setelah perapihan didapat kepadatan yang sama diseluruh bidang rencana. Bila dianggap
perlu, Direksi bisa meminta pada Penyedia Jasa untuk melasanakan pemadatan khusus di tempat-
tempat tertentu tanpa mengubah harga satuan. Hasil akhir pekerjaan timbunan untuk saluran
diatas tanah asli harus rapat air dan tidak boleh ada rembesan pada tanah timbunan yang
dianggap membahayakan oleh /Direksi, maka Penyedia Jasa wajib memperbaikunya tanpa ada biaya
penggantian. Ketika masing-masing lapisan material telah dikondisikan untuk kadar air yang
diperlukan, kepadatan kering lapangan yang dihasilkan minimal 90 % (sembilan puluh persen) dari
kepadatan kering maksimum laboratorium. Setiap lapis dari material timbunan harus memenuhi
kadar air untuk pemadatan yang dibutuhkan dengan menggunakan alat vibrator roller dengan berat
lebih dari 9 (sembilan) ton atau alat pemadat lain yang telah disetujui. Ini akan dapat dipenuhi
dengan dilewati alat pemadat kira-kira 6 (enam) lintasan setiap lapis (sama dengan lebar kepadatan
yang dibutuhkan, bagaimanapun Direksi boleh mengubah jumlah lintasan dari alat vibrator roller
tergantung dari uji coba timbunan/trial embankment. Untuk mendapatkan acuan kerja lapangan
diperlukan uji coba (trial test) timbunan dengan menggunakan peralatan yang akan digunakan
Penyedia Jasa di lapangan. Uji percobaan ini harus disaksikan oleh Direksi dan dibuat berita
acaranya. Selanjutnya tes kepadatan dilakukan per 50 meter panjang saluran per lapis timbunan.
Pembayaran pekerjaan timbunan sudah termasuk penggalian di tempat asal material, pengangkutan,
penghamparan, penyiraman (bila perlu), pemadatan dan tes kepadatan dihitung dalam meter kubik
timbunan terlaksana sesuai garis rencana atau sesuai perintah Direksi. Penyedia Jasa harus merawat
timbunan yang telah disetujui hingga akhir penyelesaian dan penerimaan dari pekerjaan. Penyedia
Jasa harus bertanggungjawab terhadap erosi dari permukaan timbunan dan setiap material timbunan
yang hilang akibat erosi harus diganti oleh biaya Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus hati-hati dalam
pemadatan material timbunan yang berdekatan / berada di sekitar struktur beton. Kerusakan
apapun yang berakibat pada struktur beton oleh peralatan Penyedia Jasa harus diperbaiki dengan biaya
Penyedia Jasa. Untuk material yang ditempatkan berdekatan dengan struktur beton,
penempatannya harus ditunda atau menunggu hingga struktur telah mencapai umur 28 hari atau
seperti arahan Direksi. Material akan ditempatkan sepanjang mungkin disekitar struktur beton untuk
memperkecil pembebanan tidak seimbang pada struktur, yang mana telah dipertimbangkan dalam
perencanaan.

5.9.1 Kontrol Pengendalian Pengujian untuk Pekerjaan Timbunan

Semua pengujian rutin yang penting bagi pengendalian mutu dari pekerjaan timbunan harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa seperti yang ditetapkan sesudah ini atau seperti arahan Direksi.
Penyedia Jasa akan bertanggungjawab penuh terhadap pengendalian mutu dari pekerjaan yang
dilaksanakan. Direksi akan melakukan pemeriksaan dan meneliti semua pekerjaan yang dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa dalam rangka bahwa Penyedia Jasa dapat memenuhi kualitas yang dibutuhkan dan
melaksanakan tes dan pengambilan contoh uji (sample) agar dapat memenuhi spesifikasi teknik. Direksi
akan dan berhak untuk menolak semua atau sebagian dari pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
jika pekerjaan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dalam spesifikasi teknik. Dalam kasus
demikian Penyedia Jasa akan membongkar dan mengerjakan ulang dari pekerjaan yang tidak
memenuhi dengan biaya sendiri. Penyedia Jasa akan menyediakan peralatan dan perlengkapan uji dan
menyediakan semua tenaga ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan semua uji yang diperlukan untuk
memenuhi kewajiban menurut spesifikasi dibawah pengawasan dari Direksi. Tidak ada pembayaran
terpisah untuk pengujian pengendalian mutu. Semua biaya untuk pelaksanaan uji pengendalian mutu
termasuk semua tenaga, material, peralatan konstruksi dan peralatan, pengambilan contoh dan
pengujiannya harus sudah termasuk dalam harga satuan dalam BoQ.

5.9.2 Operasi dari Borrow area

Penyedia Jasa harus bertanggungjawab penuh terhadap operasi di borrow area dibawah
pengawasan dan instruksi Direksi. Apabila secara teknis, bahan timbunan dari hasil galian
setempat tidak memungkinkan untuk dipakai, maka harus diambil dari tanah luar (Borrow area)
sesuai yang ditunjukan dalam gambar atau atas perintah Direksi. Penyedia Jasa harus membayar ganti
rugi kepada pemilik daerah tersebut dalam memperoleh tanah timbunan sebagaimana yang
ditunjukan oleh Direksi. Biaya ganti rugi tanah timbunan, biaya pengupasan dan penggalian tanah telah
termasuk dalam harga satuan penawaran. Sedapat mungkin kadar air dari bahan tanah timbunan
harus diatur dan dijaga sebelum digali dari lokasi borrow-area, dengan cara memberi atau menambah
air dengan mengalirkannya (bila kurang basah) atau dengan menggali saluran atau parit pembuang
untuk mengurangi kelebihan air. Material akan di dapatkan dari kebutuhan galian dan borrow area
seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja dan dari kebutuhan dengan galian, jika demikian
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi. Garis batas dari borrow area seperti ditunjukkan dalam
gambar kerja hanya kira-kira dan mungkin akan meluas jika diperlukan dengan persetujuan dari Direksi.
Pada saat perluasan Penyedia Jasa tidak akan mengajukan tambahan biaya terhadap harga satuan untuk
material tersebut dalam BoQ. Tidak kurang dari 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pengoperasian
di lokasi tersebut Penyedia Jasa harus mengajukan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan
mengenai kelengkapan dari usulan metode pengoperasian di borrow area, termasuk urutan
pengoperasian, kedalaman pengambilan material dan uraian dari rencana borrow area yang
diusulkan. Apabila terdapat perbedaan tinggi dalam pengoperasian di borrow area horisontal berm
akan dibentuk dan borrow area akan ditinggalkan dalam keadaan rapi dan dalam kondisi aman
untuk kepuasan Direksi. Dengan demikian Penyedia Jasa tidak diizinkan untuk memulai
melaksanakan pekerjaan tersebut sebelum mendapat persetujuan Direksi. Lokasi galian pengambilan
tanah timbunan harus dibersihkan terlebih dahulu dan bebas dari kotoran dan sisa-sisa akar pohon, dan
secara seksama dikupas dan dihilangkan bahan-bahan organiknya seperti rumput, lapisan tanah
permukaan dan akar pohon, dengan demikian tanah timbunan tidak mengandung tunggul, semak
belukar, akar, rumput, humus, gumpalangumpalan tanah dan unsur lain yang mudah membusuk.
Borrow area harus dioperasikan sehingga tidak merusak kegunaan dari segala bagian dari pekerjaan.
Apabila terdapat material yang mempunyai ukuran lebih dari tiga puluh (30 cm) sentimeter di lokasi
borrow area maka material tersebut harus di pisahkan atau dibuang oleh Penyedia Jasa atau pada saat
material sebelum dipadatkan. Setelah penggalian selesai di borrow area, material kupasan (stripped)
(termasuk material humus dan material tidak dipergunakan yang mungkin akan ditimbunkan
kembali) harus dikembalikan ke borrow area di mana pada saatnya akan ditutup seperti arahan
Direksi untuk memelihara kesuburan lahan dan mencegah resiko terhadap ternak dan orang. Jika
dilokasi manapun di borrow area (sebelum atau selama operasi penggalian) terdapat daerah yang
terlalu basah, akan diambil langkah yang memungkinkan untuk mengurangi kandungan air dengan jalan
pemilihan daerah galian untuk menjamin material dalam kondisi tidak jenuh air atau dengan cara di
jemur atau material di tempatkan dilokasi stock yang telah di setujui oleh Direksi dan apabila ditemukan
kelebihan kandungan air diijinkan untuk dikeringkan atau dengan menggunakan alat lain yang telah
disetujui. Pada akhir penyelesaian dari pelaksanaan pekerjaan pembuatan tanggul, Penyedia Jasa
harus mengatur dalam borrow area tersebut dengan suatu cara sedemikian rupa agar elevasi
permukaan tanah disekitarnya dan permukaan tanah borrow area sama tinggi, sehingga air hujan tidak
tergenang di lokasi tersebut kecuali ditentukan lain oleh Direksi. Untuk menghindari terbentuknya
kolam air di borrow area, parit saluran dari borrow area ke pengeluaran terdekat harus di buat
oleh Penyedia Jasa dimana jika parit saluran tersebut diperlukan. Penyedia Jasa tidak diijinkan
memindahkan atau membawa material dari borrow area untuk keperluan Penyedia Jasa dan atas
kemauan sendiri tanpa persetujuan dari Direksi. Kecuali ditentukan lain, tidak ada pembayaran
langsung untuk biaya persiapan, operasi dan pemeliharaan borrow area termasuk pembersihan,
pengupasan, penggalian dan pekerjaan-pekerjaan lain yang diperlukan hingga syarat-syarat timbunan
tersebut sesuai untuk digunakan dalam pekerjaan pembuatan tanggul. Akan tetapi biaya tersebut
akan diperhitungkan dalam harga satuan pada sub pasal yang ada sangkut pautnya untuk pekerjaan
pembuatan tanggul, dimana tanah timbunan diambil dari Borrow area. Pemadatan timbunan tanah
harus dilaksanakan hanya jika kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum
sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh jika tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989
tentang Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi
luar dan bergerak menuju ke arah sumbu tanggul sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima
jumlah energi pemadatan yang sama.
5.10. Pekerjaan timbunan dengan menggunakan alat berat

Di dalam praktek tidak mudah menetapkan berapa banyak air yang diperlukan pada saat pemadatan,
kecuali pelaksana yang sudah berpengalaman sekali. Tetapi untuk pedoman kasar, adalah sebagai
berikut :

a.Bila selama pemadatan timbul debu, berarti kadar air kurang;

b.Bila selama pemadatan, tanah keluar airnya (becek) berarti kadar airnya terlalu tinggi. Hal-hal yang
berpengaruh terhadap kepadatan adalah :

a. Tebal lapisan tanah lepas, yang akan dipadatkan;

b. Berat dan energi alat pemadat;

c.Banyaknya lintasan pemadatan;

d.Kadar air.

Urutan pelaksanaan, sebagai berikut :

a) Percobaan Pemadatan

• Hamparkan tanah lepas setebal yang kita kehendaki, diatas permukaan yang telah dipadatkan
seperlunya (biasanya dalam spesifikasi teknik ditetapkan tidak boleh lebih dari 30 cm)

• Semprotkan air, bila dirasakan hamparan tanah kadar airnya masih kurang (tetapi lebih baik agak
kurang daripada kelebihan)

• Kemudian dipadatkan dengan alat pemadat Vibro Roller atau Sheep Foot Rollerdan dicoba misalnya
dengan 6 lintasan. Sesudah itu diambil sampel tanah dan diukur kepadatannya (berat volume
keringnya). Bila ternyata masih kurang padat, maka lintasan pemadatan ditambah lagi, misalnya
ditambah dua lintasan. Bila tingkat kepadatannya telah dicapai, maka cara-cara tersebut dipakai sebagai
pedoman selanjutnya.

b) Pemadatan Timbunan

• Dasar tanah yang akan ditimbun, dipadatkan seperlunya, sesuai persyaratannya.

•Tanah timbunan yang diambil dari quarry atau lokasi galian, dibawa dengan Dump Truck,
ditumpahkan di lokasi tempat timbunan yang telah dipersiapkan.Jarak tumpukan diatur sedemikian,
sehingga bila dihampar dengan ketebalan 30 cm seluruh permukaan dapat tertimbun.

• Tumpahan tanah dari Dump Truck digusur/diratakan dengan Bulldozer atau Grader untuk
mencapai ketebalan hamparan kurang lebih 30 cm. Perhatikan kadar airnya secara visual .

• Bila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi seperlunya saja, dan dilindungi/ditutupi
dengan terpal. Bila hujan cukup deras, pekerjaan harus dihentikan.
• Lapisan pertama tersebut sebaiknya melebihi lebar kaki timbunan kurang lebih 50 cm, dikanan dan
dikiri. Kemudian setelah kadar air dinilai cukup, langsung dipadatkan dengan Vibro Roller atau Sheep
Foot Roller dengan lintasan sebanyak percobaan pemadatan yang telah dilakukan .

• Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15 cm, agar seluruh permukaan terpadatkan.
Lapisan pertama yang telah selesai dipadatkan, diambil sampelnya setiap jarak 50 meter (atau sesuai
spesifikasi), dan diperiksa kepadatannya .

• Bila kepadatannya telah memenuhi syarat, maka lapisan berikutnya baru diperbolehkan untuk
dihampar .

• Pemadatan lapisan pertama dan kedua dilakukan diantara dua profil yang ada (daerah profil dilewati
dulu) Sesudah dua lapisan selesai dan dapat dipakai sebagai pedoman, maka profil dapat
dibongkar untuk ditimbun mengikuti lapisan-lapisan yang telah selesai .

• Timbunan dan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis. Untuk menjaminmutu timbunan (yang
berbentuk tanggul) penimbunan diteruskan sampai separuh kedalaman saluran (untuk saluran yang
tidak lebar)

• Sisa kepala tanggul (di kanan-kiri) ditimbun dari hasil galian profil saluran, dan juga dipadatkan lapis
demi lapis. Dalam proses pembentukan tanggul harus dipedomani lagi dengan profil saluran.

• Agar diingat bahwa apabila lebar tanggul kurang dari rencana (desain), penambahan akan sulit,
tidak boleh langsung ditambal dari samping.

• Tambahan/pelebaran tanggul yang sudah jadi harus lapis demi lapis dari bawah dan dengan
sambungan bertangga

6.PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan
tanah harus memuat :

6.1. Pekerjaan Galian

a) Penerimaan bahan

1) Pengujian contoh harus dilakukan untuk setiap lapisan tanah dan batuan yang berbeda.

2) Bahan yang diterima sudah diklasifikasikan ke dalam galian biasa, galian batu, galian bangunan

b) Pemeriksaan mutu bahan

1) Untuk pekerjaan galian lereng tanah harus dilakukan pemeriksaan sudut geser dalam, φ dan kohesi
tanah beserta informasi mengenai sumber mata air dan ketinggian muka air tanah.
2) Untuk pekerjaan galian batu harus dilakukan pemeriksaan tingkat pelapukan (slake durability) dan
informasi batuan yang meliputi kekar, kemiringan.

3) Galian bangunan.

(a) Untuk galian lantai pondasi, tembok beton penahan tanah dan bangunan pemikul beban lainnya,
harus dilakukan pemeriksaan klasifikasi tanah, tingkat kepadatan (konsistensi) dan informasi
kedalaman muka air tanah.

(b) Pekerjaan yang berhubungan dengan drainase sebaiknya dilakukan analisa butir tanah.

(c) Pekerjaan yang berhubungan dengan pemompaan, harus dilakukan pemeriksaan berkaitan
dengan kemungkinan bahaya piping, terutama untuk data ketinggian muka air, jenis tanah tempat
pemompaan dan analisa butir.

(d) Pekerjaan yang memerlukan penimbunan kembali harus memperhatikan mengenai pengendalian
mutu timbunan.

(e) Pekerjaan yang berhubungan dengan galian buangan , pemeriksaan dilakukan pada lokasi tempat
pembuangan, yakni pemeriksaan “kestabilan”, parameter longsoran dan parameter daya dukung
tanah setempat.

6.2. Pekerjaan Timbunan

a) Penerimaan bahan

1) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan akan
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang
disyaratkan dalam dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili setiap sumber bahan yang
diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.

2) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, Direksi Pekerjaan dapat memintakan
pengujian mutu bahan ulang lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

b) Pengujian mutu bahan Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan
untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan
yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian untuk
menentukan ekspansif tidaknya bahan timbunan, yang ditentukan oleh nilai aktif.

c) Percobaan Pemadatan di lapangan Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode
dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Jika Penyedia Jasa tidak
sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan
kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya dapat digunakan Penyedia Jasa untuk menetapkan pola
lintasan pemadatan, jumlah lintasan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan
berikutnya.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis
pekerjaan tanah harus memuat :

7.1. Pengukuran

7.1.1 Pekerjaan Pembersihan

Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan pembersihan adalah harga satuan permeter persegi,
kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang wajar.Pembayaran pekerjaan pembersihan
termasuk upah pekerja, harga-harga bahan dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk menebang,
membabat dan menebar disekitar lokasi.

7.1.2 Pekerjaan Kupasan/stripping

Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan kupasan/stripping adalah harga satuan per meter
persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang wajar. Pembayaran pekerjaan
pembersihan termasuk upah pekerja, harga-harga bahan dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menggali, dan mengangkutnya disekitar lokasi.

7.1.3 Pekerjaan Galian

Harga satuan untuk pekerjaan galian ini termasuk tenaga kerja dan alat/excavator dengan jarak angkut
ke lokasi stockpile/lokasi timbunan dan pembuangan ke lokasi di luar daerah kerja sejauh kurang dari
1.00 km tidak diperhitungkan Untuk jarak pembuangan yang lebih jauh maka akan diperhitungkan
dalam pekerjaan pembuangan sisa galian. Kecuali untuk material bahan galian yang selanjutnya
akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain, maka pekerjaan pembuangan tidak
diperhitungkan. Galian saluran dan struktur lain yang terkait akan termasuk semua kebutuhan
galian untuk mencapai garis, ketinggian dan ukuran seperti ditunjukan dalam gambar atau seperti
diarahkan oleh Direksi, termasuk galian di tempat/local atau dental, perawatan pondasi dan semua
galian yang lain dalam area kerja. Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur
untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah
dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau timbunan

pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini :

(1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan penyusutan (shrinkage)
sebesar 0,85 yang mengacu pada SNI 03-3422-1994, tentang Metode Pengujian Batas Susut
Tanah.
(2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan factor pengembangan
(swelling) sebesar 1,2 yang mengacu pada SNI 13-6425-2000 tentang Metode Pengujian Indeks
Pengembangan Tanah. Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil
tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir meliputi garis,
kelandaian dan elevasi sebagai yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan haruslah
metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang pekerjaan dengan jarak tidak
lebih dari 25 meter.

(a) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran menurut Bagian ini
akan tetap dibayar sebagai galian hanya jika bahan galian tersebut tidak digunakan dan dibayar
dalam Bagian lain dari Spesifikasi ini.

(b) Jika bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat digunakan sebagai bahan
timbunan, namun tidak digunakan oleh Penyedia Jasa sebagai bahan timbunan, maka volume
bahan galian yang tidak terpakai ini dan terjadi semata-mata hanya untuk cadangan Penyedia Jasa
dengan exploitasi sumber bahan (borrow area) tidak akan dibayar.

(c) Pekerjaan galian bangunan yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh bidang-bidang
sebagai berikut :

(1) Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui titik terendah
dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai galian biasa
atau galian batu sesuai dengan sifatnya

(2) Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.

(3) Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.

(4) Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan di atas atau
sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian karena kelongsoran,
bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.

(d) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang melebihi 300 meter harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat
penggalian sampai lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.

(e) Harga satuan yang diperhitungkan untuk keperluan pembuangan kelebihan volume galian ke luar
daerah kerja yang disetujui oleh Direksi adalah sejauh > 1 km. Kecuali untuk material bahan galian yang
selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain maka pekerjaan pembuangan
tidak diperhitungkan.

7.1.4 Pekerjaan Timbunan

Untuk timbunan yang tidak diukur dan dibayar dari volume galian maka :
1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang dilaksanakan,
diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus berdasarkan gambar
penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan
ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang
disyaratkan dan diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang
ujung, dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih
dari 25 m.
2) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui, termasuk
setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat penggalian bertangga pada atau
penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan
dimasukkan kedalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali bila :
3) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak stabil atau gagal
jika Penyedia Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab.
4) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau untuk mengubur
bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan, tidak boleh
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

7.2. Dasar Pembayaran

7.2.1 Pekerjaan Galian

Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan pengukuran
dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga Dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam
melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Bagian ini.

7.2.2 Pekerjaan Timbunan

Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut berapapun yang
diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari masingmasing harga yang dimasukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga
tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan,
pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.

No. Uraian Satuan Pengukuran


1. Pekerjaan Galian Meter Kubik
2. Pekerjaan Timbunan Meter Kubik
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PEMASANGAN BUIS BETON/GORONG2
1. Lingkup Pekerjaan :

Lingkup pekerjaan yang dimaksud dalam Spesifikasi teknis ini adalah semua item pekerjaan yang
tercakup dalam kegiatan pemasangan maupun pengadaan Buis beton, sebagai kontruksi gorong-
gorong maupun kontruksi tanggul ataupun pondasi.

2. Persyaratan Bahan

Bahan atau material buis beton yang dipakai adalah barang pabrikasi atau dibuat oleh pabrik yang
berpengalaman serta sesuai standart mutu gorong2/buis beton, dilengkapi dengan bukti sertifikat
standart mutu, dan uji kekerasan dan kelayakan beton. Ukuran yang digunakan adalah sesuai dengan
gambar kerja yang digunakan.

Buis beton maupun gorong2 yang hendak dipakai telah mendapat persetujuan dari Direksi
Teknik/pengawas lapangan.

3. Urutan Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang diusulkan oleh
kontraktor berdasarkan pertimbangan efisiensi dalam pelaksanaan dan telah disetujui bersama oleh
Direksi Teknik/Pengawas Lapangan. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus meliputi rencana waktu,
pengadaan bahan, alat dan tenaga kerja sesuai tahapan pekerjaan.

Sebelum melakukan pekerjaan Kontraktor harus melakukan : Pengukuran dan pematokan sesuai
dengan rencana tapak secara keseluruhan, mempersiapkan jalan logistik ke lokasi bangunan untuk
efisiensi kerja dan menentukan tempat untuk menumpukan material agar tidak mengganggu pekerjaan.
Mengadakan dan menyimpan cadangan air untuk keperluan konstruksi, sub struktur, uper struktur dan
finishing seluruh bagian pekerjaan

4. Pekerjaan Pemasangan
Untuk melaksanakan pekerjaan ini penentutan titik lokasi beserta pengukuran yang tepat dilaksanakan
pertama kali, kemudian dilanjutkan dengan penggalian tanah atau pondasi, setelah itu baru dilakukan
dengan pemasangan buis beton, penyambungan buis, atau penumpukan buis beton kemudian
dilanjutkan dengan proses finishing. Hal hal yang berhubungan dengan pekerjaan ini seperti pekerjaan
Galian dan Timbunan dilaksanakan menurut aturan yang terdapat pada bab/bagian lain pada spesifikasi
teknis ini.

Teknik dan cara pemasangan serta waktu yang pelaksanaan, Kontraktor harus mendapatkan ijin dan
persetujuan dari Direksi Teknik/ Pengawas Lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN BETON
1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi
konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja
tulangan, bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan
itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukan.

2. PERATURAN-PERATURAN

Peraturan yang yang mengikat untuk pekerjaan beton adalah :

- PBI 1971 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia) / NI-2.

- ACI 1983 (Association Concrete International)

- SII (Standar Industri Indonesia)

- SKBI-2.3.53.1987.

- NI-8 (Peraturan Portland Cement Indonesia ) 1972

- PPKI 1961 (NI-5)

- Petunjuk Perencanaan Beton 1987

- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983 & 1987

- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat

- Peraturan Bangunan Nasional tahun 1987

- Standar Besi Beton SII No. 0136 – 84

- Standar Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1989

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Sebelum melaksanakan pekerjaan beton Kontraktor diwajibkan memeriksa seluruh perhitungan


konstruksi beton yang dibuat oleh Perencana. Jika ternyata terdapat kesalahan pada bagian
perhitungan tersebut, Kontraktor diwajibkan melapor kepada Direksi yang akan diteruskan ke
Perencana. Sebelum ada keputusan mengenai perhitungan tersebut Kontraktor tidak
diperbolehkan untuk mulai melaksanakan sebagian pekerjaan tersebut. Sebelum melaksanakan
pekerjaan beton diwajibkan membuat Shop Drawing untuk mendapat persetujuan dan
keputusan dari Pemberi Tugas sekurang-kurangnya 3 hari sebelum pengecoran pertama,
Kontraktor sudah menyerahkan Mix Design untuk mutu beton yang dibuat, dari laboratorium
pengecekan beton, yang tentunya sebelumnya menyerahkan contoh bahan yang akan
dipergunakan. Sebagian contoh yang ditestkan disimpan oleh Pemberi Tugas untuk pengecekan
bahan pada waktu pengecoran. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan
sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi dan
penyelesaiannya. Produk Beton yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding dengan
standar umum yang berlaku. Apabila Pemberi Tugas memandang perlu, Kontraktor dapat meminta
nasehat- nasehat dari tenaga ahli yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas atas beban Kontraktor.

4. JENIS KETEGUHAN BETON

Untuk beton bertulang , mutu beton yang digunakan adalah sesuai analisa bahan beton dalam BQ
Mutu beton ini digunakan pada semua pekerjaan beton bertulang konstruksi atas, kecuali disebut
lain.

5. BAHAN-BAHAN

Sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1991 dan Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur
Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983. Direksi Teknis/pengawas
lapangan dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap bahan yang akan digunakan,
dan harus dilaksanakan pada lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui serta yang
disetujui Direksi Teknis/pengawas lapangan. Semua biaya yang berhubungan dengan pengujian
tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor.

Jika karena keadaan pasaran besi tulangan perlu diganti guna kelangsungan pelaksanaan, maka
jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang
termuat dalam PBI - 1991. Dalam hal ini harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

A. Portland Cement

Digunakan Portland Cement type jenis I menurut SII.13 1977 menurut ASTM dan memenuhi
S.400 menurut standar portland cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia atau
setara, berdasarkan kualifikasi yang ditetapkan dalam NI-8. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-
tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi. Pertimbangan Direksi
hanya dapat dilakukan dalam keadaan :

- Tidak adanya persediaan di pasaran dari merk yang tersebut di atas Kontraktor memberikan
jaminan dengan data-data teknis bahwa mutu semen penggantinya setara dengan mutu
semen tersebut di atas.

- Kontraktor diharuskan mengadakan pengujian/pengetesan laboratorium, dari kualitas


semen yang akan digunakan dan Kontraktor wajib memberikan hasil pengujian tersebut
kepada Direksi Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan dan untuk ini tidak ada
penambahan biaya.
- Kantong-kantong PC yang rusak jahitannya atau ada dalam keadaan robek-robek atau setelah
dilakukan penimbangan ternyata volume/beratnya tidak sesuai dengan yang tercantum
dalam kemasan, tidak boleh dipergunakan.

- PC yang sebagian sudah membatu dalam kantong, sama sekali tidak boleh untuk
dipergunakan.

- Penyimpanan PC harus pada gudang tertutup dengan lantai yang ditinggikan 40 cm dari
tanah sekitarnya dan selalu ada dalam keadaan kering.

B. Agregat

- Kualitas agregat harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Agregat kasar harus berupa koral
atau batu pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya
dan padat (tidak porous), kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 40%
berat.

- Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil
dari bagian konstruksi yang bersangkutan.

- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, kasar, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya. Pasir dan kerikil yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat warna, kekerasan, tekanan hancurnya tidak boleh kurang dari
tekanan hancur yang telah mengeras.

C. Air

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, garam,
alkalis atau satu dan lain hal sesuai dengan yang disyaratkan PBI. Sebelum mempergunakan
air dari suatu sumber, Kontraktor harus memberikan hasiltes tersebut 2 (dua) minggu
sebelumnya ke Direksi Pelaksana untuk diteliti.

Semua biaya untuk mendapatkan air bersih dan biaya pemeriksaan di laboratorium menjadi
tanggungan Kontraktor.

D. Besi Beton/Wiremesh

- Besi beton yang harus digunakan harus diterima dalam keadaan baru, tidak boleh cacat /
terdapat serpih-serpih, retak, gelembung, lipatan atau tanda-tanda yang menunjukkan
kelemahan dari material tersebut. Pada percobaan lengkung 180° tidak terlihat adanya
tanda-tanda seperti getas. Besi beton harus bersih dari kotoran, lemak, karat lepas atau yang
lainnya yang dapat mempengaruhi perlekatan beton dengan besinya.

- Kawat beton/ikat harus berkualitas besi lunak yang telah dipijarkan berdiameter 1 mm dan
tidak disepuh seng, Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan
untuk mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya.
Sambungan tulangan dan pengangkaran harus dilaksanakan sesuai persyaratan untuk itu
yang tercantum dalam PBI 1971. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang
diminta, maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat
dari laboratorium apabila tidak ada maka secara periodik minimum masing-masing 2 (dua)
contoh percobaan (stress-strain) dan perlengkapan untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan
dilakukan untuk laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Direksi Pelaksana.

E. Admixture

Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara pengecoran yang
cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih
dianggap perlu dengan mempertimbangkan kondisi site, cuaca dan lain-lain. Kontraktor
diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari pengawas/Direksi mengenai hal
tersebut. Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture
tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi jenis
bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko- resiko dan keterangan lain yang
dianggap perlu. Bila diputuskan untuk mempergunakan bahan admixture, Kontraktor
harus memberikan hasil-hasil percobaan, perbandingan berat dan W/C ratio serta crushing
test kubus-kubus beton berumur 7, 14, 21 dan 28 hari dari beton yang mempergunakan
bahan-bahan admixture itu.

F. Penyimpanan

Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya harus sesuai dengan waktu dan
urutan pelaksanaannya.

Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat kekurangan berat
dari apa yang tercantum pada zak, segera setelah diturunkan dan disimpan dalam gudang
yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas
dari tanah. Semen masih harus dalam keadaan fresf/belum mulai mengeras, bagian tersebut
masih dapat ditekan hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari
10%. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, maka jumlah
tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik
dalam jumlah yang sama. Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta
harus tetap terjamin.

Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-
bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya (misalnya minyak dan lain-
lain) dan tidak diperkenankan penyimpanan besi beton melebihi waktu yang lama, maximum
1 minggu, lebih dari jangka waktu tersebut, tidak diizinkan untuk dipergunakan.

Agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut jenis dan
gradasinya serta harus beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya
dengan tanah.
6. ADUKAN

Untuk mendapatkan beton sesuai dengan persyaratan, maka Kontraktor harus mengadakan
“Trial Mix” adukan beton sebelumnya dan disamping itu mutu beton harus sesuai dengan standar
dalam PBI-1991. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa dan disetujui Pengawas/pengawas
lapangan/direksi teknik mengenai kekuatan/ kebersihannya. Semua biaya pengujian tersebut
menjadi beban Kontraktor

7. PENGUJIAN / PEMERIKSAAN MUTU BETON

Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton 15 x 15 x 15
cm sesuai standar dalam PBI 1991 Bab 4 Pasal 4.1.2. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di
Laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor harus memberikan jaminan
atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan
di tempat atau dengan mengadakan trial mix di laboratorium yang ditunjuk.

Kontraktor harus membuat laporan tertulis, atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan harus disertai sertifikat dari laboratorium yang
bersangkutan. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian “slump”, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI - 1971 Bab 4 Pasal 4.4. Jumlah kubus beton
dan slam akan ditentukan kemudian tebal penutup beton minimal bila tidak disebutkan lain, tebal
penutup beton harus sesuai dengan persyaratan PBI - 1991 Bab 7 Pasal 7.2.

Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu tulangan
harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama
dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak untuk keperluan penutup beton
dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimal 4
(empat) buah setiap meter persegi cetakan. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar merata
dan harus dapat berfungsi dengan tepat.

Selama pelaksanaan pembetonan harus ada pengujian slump, minimum 7 cm dana maximum 12
cm. Cara pengujian slump adalah mengikuti cara-cara slump test sebagai berikut :

Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting).

Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas kayu atau plat beton. Cetakan diisi sampai
kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk - tusuk 25 kali dengan besi
berdiameter 16 mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan
dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap
tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang di bawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera
cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai slumpnya).
Seluruh pekerjaan beton, baik dalam pembuatan mix design maupun pada pekerjaan fisiknya,
campuran beton harus berdasarkan perbandingan berat, satu dan lain hal harus memenuhi prosedur
dalam PBI 1971.

Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak tergenang air, selama 7
hari berturut-turut dan selanjutnya dalam udara terbuka. Satu dan lain hal harus memenuhi prosedur
perawatan khusus berdasarkan PBI 71 pasal 4.9 seluruh ayat. Jika dianggap perlu, maka digunakan
juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh
kurang dari 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak
memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat
dengan cara-cara seperti halnya ditetapkan dalam PBI 1971 dengan tidak menambah biaya bagi
Pemberi Tugas.

8. PERAWATAN BETON

Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI - 1991, NI -2 pasal 6.6. Beton setelah dicor
harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan
kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka
waktu yang diperlukan untuk proses hidrasi semen serta pengerasan beton. Perawatan beton
segera dimulai setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harusberlangsung terus
menerus selama paling sedikit 2 (dua) minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu Beton pada awal
pengecoran harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30 C. Dalam jangka waktu tersebut
cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton
dibuka sebelum selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut, pelaksanaan
perawatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan
Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Beton harus dibasahi paling sedikit 7 hari berturut-
turut setelah pengecoran dan harus dipersiapkan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan
harus diperhatikan.

9. PENGECORAN BETON

Sebelum melaksanakan pekerjaan beton Kontraktor diwajibkan memeriksa seluruh perhitungan


konstruksi beton yang dibuat oleh Konsultan Perencana, jika ternyata terdapat kesalahan pada
bagian perhitungan tersebut Kontraktor diwajibkan melapor kepada Direksi yang akan
diteruskan ke Perencana sebelum ada keputusan mengenai perhitungan tersebur Kontraktor
tidak diperbolehkan untuk mulai melaksanakan sebagian pekerjaan tersebut. Sebelum melaksanakan
pengecoran beton, Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu ke Konsultan
Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
pengecoran beton baru dapat dilaksanakan. Kontraktor dapat diperintahkan untuk membongkar
beton yang dicor tanpa persetujuan Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik atas
biaya Kontraktor sendiri. Sebelum pengecoran dimulai, maka semua tempat - tempat yang
akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran (misalnya: potongan kayu, batu,
sisa beton, tanah, dll) dan dibasahi dengan air semen. Pada pengecoran baru (sambungan antara
beton lama dan beton baru) maka permukaan beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan
dikasarkan dengan sikat besi sampai agregat kasar tampak, kemudian disiram dengan air semen
atau bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Tempat
dimana pengecoran akan dihentikan, harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Tinggi jatuh dari beton yang akan dicor jangan lebih 2
m bila disebutkan lain atau disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.

10. PEMADATAN BETON

Kontraktor harus menyiapkan vibrator tanpa adanya penundaan pada saat pengecoran
berlangsung. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan beberapa vibrator cadangan yang siap pakai.
Vibrator yang dipakai harus dari type rotary out of balance dengan frekwensi tidak kurang dari
6000 cycles permenit dan kemampuan memberikan percepatan 6 g pada beton setelah kontak
dengan beton. Harus dihindarkan pemadatan beton secara berlebihan sehingga
menyebabkan pengendapan agregat, kebocoran melalui bekisting, dll.

11. LAIN-LAIN

Semua konstruksi beton yang berlubang harus diberi tambahan tulangan diagonal seluas tulangan
yang dipotong. Semua anchor yang ada, bila tidak terpasang harus diganti dengan anchor bolt
dengan tanpa penambahan biaya. Bila tidak disebutkan lain atau persetujuan Konsultan
Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari
2.00 m. Kontraktor harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang terpasang, selubung-
selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian
beton bertulang yang tercantum dalam gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah
ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran- ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya
ditetapkan dalam gambar- gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih
dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan Konsultan Perencana untuk mendapatkan ukuran sesungguhnya.

12. BEKISTING

Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan gambar rancangan cetakan


dan acuan untuk mendapatkan persetujuan Direksi sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat Konstruksi cetakan/acuan, sambungan-
sambungan serta kedudukan dari sistem rangkanya.

Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-
batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar-gambar rencana. Bekisting harus kokoh
dan rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan. Bekisting harus diberi perkuatan-perkuatan
secukupnya, dapat terjamin kedudukan dan bentuknya yang tetap. Bekisting harus terbuat dari
bahan yang baik yang tidak mudah meresap air dan
direncanakan sedemikian rupa hingga mudah dapat dilepaskan dari beton tanpa menyebabkan
kerusakan pada beton. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton harus
mempergunakan plywood ketebalan minimal 15 mm type I (WBP) atau plat baja ketebalan minimal 1
mm, balok 5/7, 6/10, dolken 8-12 cm atau bahan-bahan lain yang disetujui oleh Direksi.

Bekisting yang harus memikul beban-beban yang besar dan/atau harus mengatasi bentang- bentang
yang besar, maka harus dibuat perhitungan dan gambar-gambar kerja khusus. Dalam perencanaan
harus ditinjau hal-hal berikut :

Kecepatan dan cara pengecoran.

Beban-beban pelaksanaan, termasuk beban-beban vertikal, horizontal dan beban kejut. Disamping
kekuatan dan kekakuan dari bekisting juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik.

Tiang-tiang bekisting dari kayu harus dipasang di atas papan kayu yang kokoh dan harus mudah
dapat disetel dengan baji. Tiang-tiang bekisting tersebut harus tidak boleh mempunyai lebih dari
satu sambungan yang tidak disokong ke arah samping. Bambu tidak boleh digunakan sebagai tiang
bekisting.

Bekisting hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan sistim bekisting
yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan ini harus ditunjukkan dengan pemeriksaan
benda uji yang disebut dalam PBI-71 pasal 4.7 ayat (5) dan dengan perhitungan-perhitungan.
pengawas lapangan/direksi teknik akan memberikan persetujuan pembongkaran bekisting setelah
ia memeriksa hasil- hasil pemeriksaan benda uji dan perhitungan-perhitungan tersebut. Apabila
untuk menentukan saat pembongkaran bekisting tidak dibuat benda-benda uji, maka bila tidak
ditentukan lain, bekisting baru boleh dibongkar setelah beton berumur 3 minggu. Cetakan
samping dari balok kolom dan dinding boleh dibongkar setelah beton berumur 3 x 24 jam.

13. PEKERJAAN PERANCAH

1. Definisi

Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum mengeras. Kontraktor
harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh
Pemberi Tugas. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan
pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.

2. Pelaksanaan

Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya
pengerusan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus kokoh terhadap
pembebanan yang akan mungkin ada. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat
langkah-langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akib.
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PANCANG / CERUCUK BAMBU
A. Persyaratan Bahan

Persyaratan dari cerucuk bambu yang di pancang adalah : bahan Bambu yang dipergunakan harus
cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat. Dan sebelum bambu di gunakan harus di awetkan
terlebih dahulu adapun cara pengawetan Bambu adalah sbb:

1. Pengawetan Bambu Sebagai tulangan


Pengawetan bambu bertujuan untuk menaikkan umur pakai dan nilai ekonomis bambu. Apapun
spesies bambunya. Suatu metode pengawetan dikatakan ekonomis apabila umur pakai bambu
dapat mencapai waktu 10 – 15 tahun; untuk bambu dalam keadaan terbuka, dan 15 – 25 tahun
untuk bamboo yang diberi perlindungan tertentu. Beberapa metode pengawetan bambu yang
dapat diterapkan adalah:
a. Metode Butt Treatment
Bagian bawah batang bambu yang baru dipotong diletakkan di dalam tangki yang berisi
larutan pengawet Cabang dan daun pada batang tetap disisakan. Larutan pengawet tersebut
akan mengalir ke dalam pembuluh batang karena proses transpirasi daun masih
berlangsung. Karena prosesnya memakan waktu yang lama, metode ini hanya tepat
diterapkan pada batang bambu yang pendek dan berkadar air tinggi.
b. Metode Tangki Terbuka
Metode ini termasuk metode yang ekonomis, sederhana serta memberi efek perlindungan
yang baik. Metode ini tidak memerlukan teknik instalasi yang rumit. Batang dengan ukuran
tertentu, direndam selama beberapa hari dalam campuran yang terdiri dari air dan larutan
bahan pengawet. Penggunaan bambu yang telah dibelah dapat mengurangi lama
perendaman sebanyak satu setengah kali. Konsentrasi larutan pengawet yang digunakan
untuk bambu yang baru dipotong harus lebih tinggi dibanding bambu yang telah dikeringkan
dengan penganginan. Lama perendaman tergantung pada jenis bahan pengawet, spesis
bambu dan kondisi batang. Penggarukan kulit bagian luar dapat mempercepat penetrasi
larutan pengawet.
c. Metode kimia sederhana
Bambu segar yang baru ditebang, didirikan terbalik. Pada ujung bambu bagiaan atas,
dimasukkan tabung yang berisi minyak solar. Karena gaya gravitasi, minyak solar ini akan
mendesak keluar cairan yang terkandung dalam batang bambu. Proses ini memakan waktu
satu minggu.

“Sumber :Pusat Informasi Teknologi Terapan (PITT) – ELSPPAT”

2. Persiapan Pengukuran
Persiapan pengukuran sangat perlu untuk dilakukan karena dibutuhkan untuk mengetahui posisi
titik dari pemancangan. Alat yang digunakan yaitu :
- Theodolit : 1 buah
- Kayu / tongkat tanda
- Meteran
3. Persiapan Tenaga
Adapun tenaga yang diperlukan meliputi : ( Note: di hitung berdasarkan Mean Power dari
analisa SNI )
- Pelaksana : 1 orang
- Pelaksana Pengukuran : 1 orang
- Asisten Pengukuran : 2 orang
- Pekerja Kasar : 5 orang
4. Persiapan Peralatan
Persiapan peralatan meliputi :
- Cek kesiapan alat-alat yang digunakan
a. Tripod pemasang pancang/alat pancang
b. Palu Bodem
c. Mangkok baja untuk kepala bamboo
d. Pompa Air/ Alat penyemprot air / water pump (untuk pekerjaan dipantai)
e. Alat bantu pendukung lain.
- Cek kualitas bahan bamboo yang digunakan
a. Diameter bamboo yang diijinkan antara 10 – 16 cm (persetujuan direksi/pengawas
lapangan)
b. Jenis bamboo petung/sejenisnya (persetujuan direksi/pengawas lapangan)
c. Kualitas bagus tidak lapuk, tidak pecah, usia bamboo sudah cukup/tua (persetujuan
direksi/pengawas lapangan)
5. Tahap Pemasangan Cerucuk bamboo
Sebelum di gunakan bambu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa bambu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang
diijinkan. Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada cerucuk bambu harus
diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan memasang cincin baja atau besi yang kuat.
kepala tiang dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan
diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang. kepala tiang (serucuk bamboo) harus
tertanam dalam pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya.
6. Pemasangan Pancang Bambu dia 10 -16 cm Ditanah berpasir/pantai
Pemasangan bambu dengan jarak antara tiap tiang pancang ±40 cm dengan kedalaman yang
terpancang ±2 m/batang, penyiapan material/bahan bambu sesuai jumlah/volume yang
dibutuhkan dalam rencana pelaksanaan dengan panjang per batangnya adalah 2-2.5 m, siapkan
tenaga/pekerja/tukang dengan jumlah sesuai kebutuhan serta alat alat pendukung. Send Pump
dia 2”, serta alat bantu berupa gergaji potong, parang serta alat bantu spt yang disebutkan
diatas yang dibutuhkan disiapkan. Bambu dipotong-potong sepanjang 2.5 m, salah satu
ujungnya/sisinya dibuat runcing. Setelah dibuat profil konstruksi dan titik-titik pancang sudah
ditentukan oleh juru ukur, pengawas dan direksi pekerjaan maka siapkan pompa send pump dia.
2” lengkap dengan selang hisap dan selang pembuang airnya yang ujung selangnya di beri pipa
besi dia. 1.3/4” yang corong pipa besi diarahkan secara vertikal ke arah titik yang akan
dipancang, siapkan juga bambu yang salah satu sisinya diruncingkan, sisi yang runcing
dihadapkan ke dasar tanah/pasie exsisting yang akan di pancang. Setelah pompa di hidupkan
dan sirkulasi air berjalan dengan baik, bidikan ujung pipa besi ke titik tanah/pasir exsisting yang
akan dibuat lubang pancang ketika pompa membuat lubang diikuti dengan memasukan batang
bambu ke dalam lubang tersebut dengan menggunakan alat pemukul atau penekan, hingga
mencapai kedalaman rencana yaitu 2 M. Demikian juga untuk pancang bambu lainnya dipasang
dengan cara yang sama hingga selesai jumlah yang akan dipasang. Jarak antara tiang pancang
dipasang tiap 40 cm sejajar pantai, hingga pekerjaan selesai dan disetujui Direksi teknik/
Pengawas lapangan.

Pada prinsipnya konstruksi pancang bambu dari batang bambu untuk memperkuat tahanan
kontruksi pondasi, akibat gaya tekan horizontal dari gelombang/ombak air laut, dan untuk
kerapihan/estetika pasangan pondasi yang menghadap ke laut sejajar garis pantai.
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PASANGAN & BRONJONG
1. RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu dan adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong, pasangan batu kali,
pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta pekerjaan adukan semen. Pedoman ini mencakup
pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan
batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam pada Gambar
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. ACUAN NORMATIF

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur

- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland

- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih

- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan

- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles.

- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil Chlorida)

- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan

- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat

- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton

- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan

American Standard Test Method :

- ASTM C 91 : Masonry cement

- ASTM C 207 : Hydrated Lime

- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry

- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry


3. ISTILAH DAN DEFINISI

3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4
mm yang biasa disebut pasir.

3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31,5 mm
yang biasa disebut kerakal.

3.3. Bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang dibubuhkan ke dalam
campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah beberapa sifatnya.

3.4. Batu alam adalah suatu gabungan daripada hablur mineral yang bersatu dan memadat,
sehingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang berbentuk secara alamiah melalui proses
pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan alamiah.

3.5. Batu candi adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara khusus
untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan

3.6. Batu pecah adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran asli atau dibelah menjadi
ukuran butiran yang cukup besar untuk dipergunakan dalam pembuatan bangunan dasar

3.7. Bata tras kapur adalah suatu jenis bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama
kapur pada air dan tras alam dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.

3.8. Benda uji adalah sejumlah semen dengan berat tertentu yang disiapkan dari contoh portland
semen

3.9. Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada suhu kamar
dengan satuan isi

3.10. Bronjong adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah dan di ikat oleh anyaman
kawat

3.11. Gips adalah bahan untuk membuat adukan plesteran atau pelapisan lainnya yang harus
mengandung minimum 66% berat senyawa Kalsium Sulfat hemihidrat (CaSO4 ½ H2O)

3.12. Kapur untuk bahan bangunan adalah kapur yang dibagi dalam dua macam
berdasarkan penggunaan yaitu kapurpemutih dan kapur aduk

3.13. Kehalusan semen portland adalah perbandingan berat benda uji yang tertahan di atas
saringan nomor 100 dan 200 dengan berat benda uji semula.

3.14. Papan gips adalah papan buatan yang bagian tengahnya terbuat dari bahan gips
(gypsum), sedang pada bagian permukaannya diberi kertas lapis dasar dengan atau tanpa lapisan
luar lainnya dan dapat digunakan untuk dinding, langit-langit dan dinding pemisah yang bersifat
dekoratif.
3.15. Pasangan batu kosong adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan material yang
berupa batu kosong yang berfungsi untuk melindungi bahaya gerusan.

3.16. Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen
portland yang terutama, terdiri dari Kalsium Silikat Hidrat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-
sama dengan bahan tambahan satu atau lebih bentuk kristal senyawa Kalsium Sulfat.

3.17. Semen Portland-pozolan adalah campuran semen Portland dengan pozolan antara 15% - 40%
berat total campuran.

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN

Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pasangan harus memuat :

4.1. Toleransi

1) Pasangan Batu, Pasangan Batu dengan Mortar, dan Adukan Semen.

a) Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan batu dengan mortar tidak
boleh melebihi 1 cm dari profil permukaan rata-rata pasangan batu dengan mortar di
sekitarnya.

b) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata selokan dan
saluran air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh berbeda lebih
dari 2 cm dari profil permukaan lantai saluran yang ditentukan atau disetujui, juga tidak
bergeser lebih dari 5 cm dari profil penampang melintang yang ditentukan atau
disetujui.

c) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar 10 cm.

d) Profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban seperti lubang
penangkap dan lantai golak tidak boleh bergeser lebih dari 2 cm dari profil yang
ditentukan atau disetujui.

2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

a) Ukuran batu, 85% minimal ukurannya sama.

b) Rongga antara batu dalam bronjong tidak boleh lebih dari 40%.

c) Lebar dan tinggi bronjong sebesar ± 5%, sedangkan terhadap panjangnya ±3%. d)
Kelebihan / tambahan pada tepi pasangan batu kosong yang horizontal dibuat selebar 30
cm dari batu-batu yang terpilih.
4.2. Persyaratan Bahan

1) Pasangan Batu

a) Batu

i. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan
bagian yang tipis atau lemah.

ii. Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang
dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.

iii. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.

iv. Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang menyelimuti
agar permukaan batu bersih.

v. Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3 dengan ukuran
batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu kali hanya boleh
digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan
dan digunakan bersama-sama dengan batu belah.

vi. Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah
kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.

b) Pasir

i. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang diambil dari sungai
atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

ii. Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik,


sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya,
seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan batu.

c) Adukan

Adukan harus adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Bagian Adukan Semen
dari Spesifikasi ini.

2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

a) Kawat Bronjong
i. Haruslah baja berlapis seng yang memenuhi AASHTO M279-03 tipe Z, dan ASTM
A641/AA641M. Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m2.

ii. Karakteristik kawat bronjong adalah :

Tulangan tepi, diameter : 5,0 mm, 6 SWG

Jaringan, diameter : 4,0 mm, 8 SWG

Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG

Kuat Tarik : 4200 kg/cm2

Perpanjangan diameter : 10% (minimum)

iii. Anyaman : Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam dengan
tiga lilitan dengan lubang kira-kira 80 mm x 60 mm yang dibuat sedemikian rupa
hingga tidak lepas-lepas dan dirancang untuk diperoleh kelenturan dan kekuatan yang
diperlukan. Keliling tepi dari anyaman kawat harus diikat pada kerangka bronjong
sehingga sambungan-sambungan yang diikatkan pada kerangka harus sama kuatnya
seperti pada badan anyaman.

iv. Keranjang haruslah merupakan unit tunggal dan disediakan dengan dimensi yang
disyaratkan dalam Gambar dan dibuat sedemikian sehingga dapat dikirim ke
lapangan sebelum diisi dengan batu.

b) Batu

Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang keras
dan awet dengan sifat sebagai berikut :

i. Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35 %.

ii. Berat isi kering oven lebih besar dari 2,3.

iii. Peyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %.

iv. Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau magnesium sulfat dalam
pengujian 5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang dari 10 %.

Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, berat tidak kurang dari 40
kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
batu yang ukurannya lebih besar jika kecepatan aliran sungai cukup tinggi.

c) Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous dengan gradasi yang dipilih sedemikian
hingga tanah pondasi tidak dapat hanyut melewati bahan landasan dan juga bahan
landasan tidak hanyut melewati pasangan batu kosong atau bronjong.

d) Adukan Pengisi (Grout)

Adukan pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus beton fc’ 15MPa
atau K-175 seperti yang disyaratkan.

3) Pasangan Batu dengan Mortar

1) Batu

i. Batu harus terdiri atas batu alam atau batu dari sumber bahan yang tidak terbelah,
yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan air, dan cocok dalam
segala hal untuk fungsi yang dimaksud.

ii. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air sedapat mungkin harus
berbentuk persegi.

iii. Mutu batu harus sesuai dengan bahan batu pada Bagian Pekerjaan Pasangan
Batu Kosong dan Bronjong dari spesifikasi ini.

iv. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu yang
digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus mempunyai dimensi lebih besar
dari 10 cm.

2) Mortar

Mortar harus merupakan adukan semen yang memenuhi ketentuan Bagian


Adukan Semen dari Spesifikasi ini.

4) Adukan Semen

i. Semen harus memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-1994

ii. Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO M45-04

iii. Kapur tohor harus memenuhi ketentuan dalam jumlah residu, letupan dan
lekukan (popping & pitting), dan penahan air sisa untuk kapur jenis N dalam ASTM
C207

iv. Air

Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih,
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-
6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan. Jika timbul keragu-
raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat
dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen
dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling. Air
yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur
7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling pada
periode perawatan yang sama.

4.3. Persyaratan Kerja

1) Pasangan Batu

a) Pengajuan Kesiapan Kerja

Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan
dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan
pasal ini. Pekerjaan pasangan batu tidak boleh dimulai sebelum ada persetujuan Direksi
Pekerjaan.

b) Kondisi Tempat Kerja

Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi cukup
tersedia untuk pekerja.

2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

Pengajuan Kesiapan Kerja

i. Dua contoh batu untuk pasangan batu kosong (rip rap) dengan lampiran hasil pengujian
seperti yang disyaratkan di atas.

ii. Contoh dari keranjang kawat dengan sertifikat dari pabrik bila ada.

3) Pasangan Batu dengan Mortar

a) Pengajuan Kesiapan Kerja

i. Sebelum mulai menggunakan setiap bahan batu yang diusulkan untuk pekerjaan
pasangan batu dengan mortar, Penyedia Jasa harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan
dua contoh batu yang mewakili, masing-masing seberat 50 kg. Satu dari contoh batu akan
disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama periode Kontrak. Hanya batu
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan digunakan dalam pekerjaan.

ii. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum Direksi
Pekerjaan menyetujui formasi yang telah disiapkan untuk pelapisan.
b) Kondisi Tempat Kerja

Ketentuan yang disyaratkan dalam Persyaratan Pelaksanan Bagian Pekerjaan Timbunan


dari Spesifikasi ini tentang menjaga tempat kerja agar senantiasa kering dan menjamin
fasilitas sanitasi yang memadai tersedia di lapangan untuk para pekerja, harus juga
berlaku untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar

4) Adukan Semen

Dalam pengajuan kesiapan kerja Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua
bahan yang akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi
seluruh sifat bahan sesuai dengan bagian ini.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pasangan harus memuat :

5.1. Pasangan Batu

1) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan

a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat menjamin kelancaran
pekerjaan. Memudahkan bagi pengawas dan menjamin tercapainya mutu adukan yang baik
dan terlindung.

b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konsrtruksi yang akan dibangun.
Pasir dan semen disiapkan terpisah ditempat kering (lebih tinggi dari tanah sekitarnya ).

c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang memudahkan bagi petugas
pengaduk dan pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.

d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak takaran disiapkan
secukupnya dilokasi timbunan pasir dan semen. Gerobak pengangkutan adukan dan
ember disiapkan dekat kotak adukan kearah konstruksi yang akan dibangun.

2) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)

a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk
Bagian Galian Spesifikasi ini.

b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk struktur
dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka
dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga
horisontal.
c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus disediakan jika
disyaratkan sesuai dengan ketentuan.

d) Jika ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi Pekerjaan, suatu
pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi
ketentuan dari Bagian Beton dari Spesifikasi ini.

3) Pelaksanaan Pemasangan Batu

a) Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan batu, pasir dan air dilokasi
kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung adukan, penampung
air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh pembantu, tenaga dan sarana
pengangkutan adukan.

b) Ratakan lantai dasar bangunan, pasang profil sesuai gambar design bangunan.

Dalam kotak dan hamparkan serta ratakan pasir setebal 5 - 10 cm sebagai lantai kerja.

c) Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan minta persetujuan
Direksi bila telah selesai gambar kontrak.

d) Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat serta
basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat.

e) Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan setebal 3 -


5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 - 3 cm (tidak bersinggungan)
pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan adukan.

f) Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat dengan


menggunakan sendok adukan.

g) Bila memerlukan suling-suling resapan sesuai design/kontrak (pada dinding penahan, sayap
bendung dan sebagainya). Suling dari pipa paralon yang dibungkus ijuk diujung pipa
bagian dalam dipasang bersamaan dengan pasangan batu.

h) Letak suling resapan merupakan barisan dalam arah horizontal dengan jarak tertentu
sesuai gambar kontrak. Baris pipa suling berikutnya (diatasnya) dipasang berselang-
seling arah vertikal.

i) Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan diitutup plastik agar pasangan yang
masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.

4) Pelaksanaan Kotak Adukan

a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam
waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan
yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari
adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan
dipasang.

b) Adukan dibuat dengan perbandingan 1 bagian semen dan 4 bagian pasir (1 Pc :4 Ps)

c) Masukkan dan ratakan 2 takar pasir dalam kotak pengaduk, disusul 1 takar semen
dan 2 takar pasir berikutnya.

d) Adukan campuran kering (tanpa air) dengan cangkul sampai rata (homogen) .

e) Tuangkan air sedikt demi sedikit sambil diaduk terus sampai diperoleh adukan homogen.
Adukan sudah baik apabila sudah terlihat lengket dan tidak terurai saat dituang serta tidak
ada yang tersisa diplat cangkul saat dituang tidak terlalu kering, sehingga mudah digunakan.

f) Pembuatan adukan harus mengimbangi kecepatan pelaksanaan pasangan batu.


Tidak terlambat dan tidak boleh di buat terlalu banyak, adukan harus sudah dipasang
paling lama 1 jam setelah selesai diaduk.

g) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan merupakan
kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi
penuh.

h) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.

i) Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal,
maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut
dipasang lagi dengan adukan yang baru.

5) Pelaksanaan Plesteran

a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar design/kontrak harus di plester.
Plesteran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan tiga bagian pasir yang disaring atau
sesuai dengan ketentuan dalam gambar kontrak.

b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu, sebelum plesteran dipasang


diantara batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm dibawah permukaan batu.
Kemudian permukaan pasangan dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat
antara pasangan dan plesteran.

6) Pelaksanaan Siaran

a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau petunjuk Direksi
harus disiar.

b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang disaring atau sesuai
dengan ketentuan dalam gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–batu halus dikorek sampai
kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis siar rata dan siar timbul, dan 2-3 cm
untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan dibersihkan dan disiram air agar terjadi
ikatan yang kuat antara pasangan siaran.

5.2. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

1) Persiapan

Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kunci pada tumit
yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong. Landasan harus dipasang sesuai
dengan ketentuan. Seluruh permukaan yang disiapkan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan
sebelum penempatan pasangan batu kosong atau bronjong.

2) Penempatan Bronjong

a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk serta
posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil sebelum
pengisian batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan antara keranjang haruslah sekuat
seperti anyaman itu sendiri. Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan
kawat pengikat dan kerangka bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu
lilitan. Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikatan
terakhir dan dibengkokkan ke dalam keranjang.

b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan


maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah
dari tingginya, dua kawat berlebihan agar terjadi penurunan (settlement). Sisi luar
batu yang berhadapan dengan kawat harus mempunyai permukaan yang rata dan
bertumpu pada anyaman.

c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik atau ulir
penarik pada permukaan atasnya dan diikat.

d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal harus
dibuat berselang seling.

3) Penempatan Pasangan Batu Kosong

a) Pasangan batu kosong harus dibuat pada pondasi yang kuat dan pada garis dan arah
yang tercantum dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

b) Lubang-lubang pada pondasi harus diisi oleh bahan yang baik dan dipadatkan lapis per
lapis setebal 15 cm. Bila pondasinya telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka lapisan
dasar berupa lapisan saringan pasir setebal 7,5 cm dan lapis saringan kerikil diatasnya
setebal 12,5 cm atau seperti tercantum dalam gambar, harus dibuat.
c) Bahan saringan pasir dan kerikil harus menurut Spesifikasi Teknik. Lapisan dasar
harus diletakkan dengan tebal yang sama dan cukup rata, meskipun demikian menjadi
pondasi yang kuat untuk pemasangan batu belah dan batu pecah.

d) Batu belah dan batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong harus diletakkan
pada lapisan dasar dengan cara sedemikian rupa sehingga pasangan batu kosong
yang selesai dikerjakan menjadi stabil dan tidak akan longsor.

e) Rongga besar yang terbuka diantara batu pecah harus dihindari. Harus
diusahakan agar semua batu belah dapat dijamin dan dipasang dengan baik pada bidang
yang datar. Batu belah harus diletakkan demikian rupa sehingga tidak menonjol diatas garis
yang dicantumkan dalam gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan. Semua celah
dalam pasangan batu kosong harus diisi (dikunci) dengan batu pecah yang baik.
Banyaknya batu pecah yang dipakai tidak boleh melebihi volume yang dibutuhkan untuk
mengisi rongga diantara batu belah.

f) Lapisan ijuk diatas pondasi dapat dipakai sebagai lapisan dasar sesuai dengan
persyaratan atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.

g) Lapisan penutup harus dibuat pada bagian atas pasangan batu kosong dengan
kemiringan yang layak sehingga dapat memperkuat lapisan atas pasangan batu kosong.
Lapisan penutup harus terdiri dari batu pelat pilihan yang lebar diletakkan pada jalur
dan arah yang sesuai dengan gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.

4) Penimbunan Kembali

Seperti ketentuan dari Pekerjaan Bagian Timbunan.

5) Penempatan Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan

a) Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh sebelum
ditempatkan. Beton harus diletakkan di atas batu yang telah dipasang
sebelumnya selanjutnya batu yang baru akan diletakkan di atasnya. Batu harus ditanamkan
secara kokoh pada lereng dan dipadatkan sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang
berdekatan sampai membentuk ketebalan pasangan batu kosong yang diperlukan.

b) Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-batu kecil,
sedemikian hingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus diisi dengan beton sampai
padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari permukaan batu-batu
tersebut.

c) Lubang sulingan (weep holes) harus dibuat sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
d) Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak kurang dari 3 hari
setelah selesai dikerjakan

5.3. Pasangan Batu dengan Mortar

1) Metode Pekerjaan

a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan setiap
satuan waktu harus dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan yang
menjamin agar seluruh pekerjaan pasangan batu hanya dipasang dengan adukan yang baru.

b) Jika pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng sebagai pelapisan selokan,
maka pembentukan penampang selokan pada tahap awal harus dibuat seolah-olah seperti
tidak akan ada pasangan batu dengan mortar. Pemangkasan tahap akhir hingga batas-
batas yang ditentukan harus dilaksanakan sesaat sebelum pemasangan pasangan batu
dengan mortar.

2) Penyiapan Formasi atau Pondas

a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus disiapkan sesuai dengan
ketentuan.

b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan batu dengan mortar
atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan ketentuan Bagian Galian.

c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus disediakan jika
disyaratkan, sesuai dengan ketentuan.

3) Penyiapan Batu

a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi
kelekatan dengan adukan.

b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan


waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.

4) Pemasangan Lapisan Batu

a) Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang pada
formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit
sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum
mengeras.

b) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian rupa
sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang
diperlukan di mana tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang
terdapat di antara satu batu dengan lainnya harus diisi adukan dan adukan ini harus
dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak sampai
menutupi permukaan lapisan.

c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan harus
segera diselesaikan setelah pengerasan awal dari adukan dengan cara menyapunya
dengan sapu yang kaku.

d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang


disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dalam Pengerjaan Akhir dari Bagian Beton dari
Spesifikasi ini.

e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk
memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan batu dengan
mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi
pekerjaan pasangan batu dengan mortar.

f) Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara pemasangan adukan mortar
kemudian diikuti dengan batu sedemikian sehingga semua batu akan terlapisi dengan
adukan mortar. Dalam hal apapun pelaksanaan pemasangan batu tidak boleh dilakukan
dengan cara menumpuk batu terlebih dahulu batu kemudian dituangkan adukan mortar ke
atasnya.

5) Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur

a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit di mana terdapat
kestabilan akibat daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan, harus dilaksanakan
dengan mengisi galian atau cetakan dengan adukan setebal 60 % dari ukuran
maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di
atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan harus segera ditambahkan dan
proses tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya harus
segera ditambahkan lagi sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan atas
yang rata.

b) Jika bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan kuat, dan
jika digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur
dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk Pasangan Batu
dalam Bagian Pasangan Batu dari Spesifikasi ini.

c) Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang


terekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas untuk pelapisan
batu.
d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat harus
ditimbun sesuai dengan ketentuan Bagian Timbunan.

5.4. Adukan Semen

1) Pencampuran

a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat
pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang merata,
kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang
digunakan.

b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk


penggunaan langsung. Jika diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali dengan air
dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu
tersebut tidak diperbolehkan.

c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus
dibuang.

2) Pemasangan

a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari minyak atau
lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan telah dibasahi sampai merata sebelum
adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang pada permukaan harus dikeringkan
sebelum penempatan adukan semen.

b) Jika digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen harus ditempatkan pada
permukaan yang bersih dan lembab dengan jumlah yang cukup sehingga menghasilkan tebal
adukan minimum 1,5 cm dan harus dibentuk menjadi permukaan yang halus dan rata.

6. PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pasangan harus memuat :

6.1. Pasangan Batu

1) Penerimaan Bahan

Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
2) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi (Pasangan Batu)

a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang
sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu
ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.

b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus 30
mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan
untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk
sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.

c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir


kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan
tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut
melewati sambungan.

3) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana
pekerjaan dilaksanakan.

b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu


harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan
dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang dapat
menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan cuaca
tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.

c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.

d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton.

e) Jika pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu yang
tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan
kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, sesuai dengan ketentuan yang berkaitan dengan Bagian Pekerjaan
Timbunan.

f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu sehingga
akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan
pasangan batu.

4) Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak memuaskan atau Rusak

a) Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di atas
harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, dengan cara yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerja yang telah diselesaikannya dan harus dengan biayanya sendiri untuk
menukar dan mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak baik, yang menurut
Direktur Pekerjaan disebabkan oleh kelalaian Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
tidak diminta pertanggungjawabannya terhadap kerusakan akibat bencana alam,
seperti angin topan atau tanah longsor yang tidak dapat dihindari di tempat
pekerjaan, asalkan pekerjaan tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis
bisa diterima alasannya oleh Direksi Pekerjaan.

6.2. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas

6.3. Pasangan Batu dengan Mortar

1) Penerimaan Bahan

Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas.

2) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang tidak memenuhi toleransi yang
disyaratkan dalam persyaratan bahan di atas dari Spesifikasi ini harus diperbaiki
oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri dan dengan cara yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

b) Jika kestabilan dan keutuhan dari pekerjaan yang telah diselesaikan terganggu atau
rusak, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan diakibatkan oleh kelalaian
Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa harus mengganti dengan biayanya sendiri untuk
setiap pekerjaan yang terganggu atau rusak. Penyedia Jasa tidak bertanggungjawab atas
kerusakan yang timbul berasal dari alam seperti angin topan atau pergeseran
lapisan tanah yang tidak dapat dihindarkan, dengan syarat pekerjaan yang rusak
tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan telah
selesai.

3) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima

Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan


terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan
rutin dari semua pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk drainase yang
telah selesai dan diterima selama sisa Periode Kontrak termasuk Periode
Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan dan harus
dibayar terpisah.

6.4. Adukan Semen

1) Adukan Semen

Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan kerusakan pada pekerjaan
beton, sesuai dengan Pasal yang bersangkutan dari Spesifikasi ini, harus terdiri dari
semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang sama dalam beton yang
sedang dikerjakan atau diperbaiki. Adukan yang disiapkan harus memiliki kuat
tekan yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan untuk beton dimana adukan
semen dipakai.

2) Adukan Semen untuk Pasangan

Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, adukan semen untuk pasangan harus
mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari. Dalam adukan
semen tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sebanyak 10% berat semen.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pasangan harus memuat :

7.1. Pengukuran

1) Pasangan Batu

a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang
ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan disetujui.

b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui harus
tidak diukur atau dibayar.
c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan bahan porous
atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai Drainase Porous. Tidak ada
pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk penyediaan atau
pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau untuk galian
dan penimbunan kembali yang diperlukan.

2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari bronjong atau
pasangan batu kosong lengkap di tempat dan diterima. Dimensi yang digunakan
untuk menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari masing- masing
keranjang bronjong atau pasangan batu kosong seperti yang diuraikan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3) Pasangan Batu dengan Mortar

a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk pembayaran dalam
meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan yang selesai dan diterima.

b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk pelapisan pada selokan dan
saluran air, atau pelapisan pada permukaan lainnya, volume nominal harus ditentukan
dari luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan
tebal nominal lapisan untuk pelapisan. Untuk keperluan pembayaran, tebal nominal
lapisan harus diambil yang terkecil dari berikut ini :

i. Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau


diperintahkan Direksi Pekerjaan;

ii. Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang ditentukan dalam
pengukuran lapangan.

c) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan bukan untuk


pelapisan, volume nominal untuk pembayaran harus dihitung sebagai volume teoritis
yang ditetapkan dari garis dan penampang yang ditentukan atau disetujui.

4) Adukan Semen

Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah. Pekerjaan ini harus
dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis pekerjaan yang diuraikan
dalam Spesifikasi ini.

7.2. Dasar Pembayaran


Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga
Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan,
untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau pondasi, untuk
pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pemompaan air, untuk
penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan akhir dan untuk semua
pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

1. Pasangan Batu Meter Kubik


2. Pekerjaan Plesteran Meter Persegi
3. Pekerjaan Siaran Meter Persegi
4. Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan Meter Kubik
5. Pasangan Batu Kosong Meter Kubik
6. Bronjong Meter Kubik
7. Pasangan Batu dengan Mortar untuk saluran Meter Kubik
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PINTU AIR
1. RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,


pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan pintu. Pedoman ini
mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan, pengiriman ke lokasi
pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.

2. ACUAN NORMATIF

Standar Nasional Indoensia (SNI) :

- SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium

- SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium

- SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan

- SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di Laboratorium

- SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di Laboratorium

- SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di Laboratorium

- SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Konstruksi Berukuran
Struktural

- SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat Tekan Sejajar Serat
Kayu Konstruksi Berukuran Struktural

- SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi Berukuran Struktural

- SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran Struktural.

- SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – A (Bahan Bangunan Bukan Logam)

- SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – B (Bahan Bangunan Dari Besi/Baja)

- SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – C (Bahan Bangunan Dari Logam Bukan Besi)

3. ISTILAH DAN DEFINISI

3.1. Beban batas adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh benda uji sebelum
mengalami patah dan atau pecah.

3.1.1. Beban batas proporsional adalah kondisi pembebanan maksimum yang masih memberikan
hubungan linear antara besarnya beban dengan deformasi yang terjadi.
3.2.1. Benda uji tidak bebas cacat adalah benda uji yang mempunyai cacat yang dapat
melemahkan kekuatan kayu, tetapi tidak membahayakan konstruksi, seperti retak, mata kayu, serta
miring dan gubal. Cacat yang membahayakan konstruksi seperti lapuk, keropos, termakan serangga
(bubuk), dan bengkok atau melengkung, tidak diperkenankan.

3.2. Cacat kayu adalah kondisi alami atau buatan yang melemahkan kekuatan atau mengurangi mutu
kayu konstruksi.

3.3. Deformasi adalah perubahan bentuk benda uji yang sedang dibebani.

3.4. Deformasi atau lendutan adalah deformasi lengkung akibat beban lentur yang diberikan pada
benda uji.

3.5. Dimensi benda uji adalah ukuran nyata penampang balok kayu benda uji, dalam milimeter, dan
ukuran panjang dalam meter.

3.6. Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu bulat
menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun bentuk-bentuk lain yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya

3.7. Kayu konstruksi adalah kayu gergajian yang digunakan sebagai komponen struktur bangunan,
dan mempunyai dimensi penampang tidak kurang dari 50 mm.

3.8. ekukan adalah kerusakan lokal pada permukaan kayu yang diakibatkan tekana beban terpusat
atau reaksi tumpuan.

3.9. endutan geser adalah deformasi lentur yang terjadi akibat geser, dalam mm.

3.10. Modulus elastisitas lentur adalah modulus elastisitas yang dihitung berdasarkan beban lentur.

3.11. Tekuk adalah perubahan bentuk terhadap sumbu lemah, akibat ketidak stabilan kayu uji yang
sedang diberi beban (tekan aksial atau lentur)

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN

Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pintu ini harus memuat :

4.1. Toleransi Dimensi

1) Pekerjaan besi/baja/stainless

a) Batang sambungan geser (struts) Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari
masing-masing flens ke segala arah : panjang/1000 atau 3 mm, dipilih yang lebih besar.
b) Permukaan yang Dikerjakan dengan Mesin Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan
dengan mesin tidak boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam suatu
segiempat dengan sisi 0,5 m

(1) Diameter Lubang, Lubang pada elemen utama : +1,2 mm - 0,4 mm, Lubang pada elemen sekunder :
+1,8 mm - 0,4 mm

(2) Alinyemen Lubang, Elemen utama, dibuat di bengkel : ± 0,4 mm, Elemen sekunder dibuat di lapangan
: ± 0,6 mm

c) Pelenturan Alat Angkat maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1
(satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter

2) Pekerjaan Kayu

Penyimpangan penampang balok kayu tidak boleh lebih dari dari + 5 mm untuk setiap panjang balok
2.00 meter

3) Pekerjaan Pengelasan.

Penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesalahan penjajaran bagian-bagian yang akan
disambung tidak melampaui 0,15 kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm untuk material
yang tebalnya lebih besar 12 mm

4.2. Persyaratan Bahan

1) Pekerjaan Daun Pintu

a) Pelat Baja.

Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan SNI 03- 6861-2-2002.
Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja ), Untuk pekerjaan besi
stainless disesuaikan dengan gambar kerja dan dikonsultasikan dengan Direksi teknik/Pengawas
Lapangan.

b) Kayu.

Tebal pintu kayu pada umumnya diprergunakan ukuran tebal 80 mm, 100 mm dan 120 mm. Kayu yang
akan dipergunakan harus mempunyai persyaratan kekuatan lentur yang pengujian sesuai SNI 03q‘5,
Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu di Laboratorium dan persyaratan pengujian kuat Tekan sesuai SNI
03p– 1995, Metode Pengujian Kuat tekan Kayu di Laboratorium dan sebelum dipasang harus diawetkan
terlebih dahulu sesuai SNI 03Ó3Tata Cara Pengawetan kayu untuk bangunan rumah dan gedung.

2) Pekerjaan pengecatan

Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur maupun kerangka ambang baik
yang tertanam di beton maupun yang terbuka agar tahan terhadap cuaca harus dicat dengan
“coaltar epoxy resin”, Pengecatan Komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 06 –
6452 – 2000, Metode Pengujian cat bitumen sebagai lapis pelindung

3) Pekerjaan alat angkat

a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara
manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu;

b) Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat batang Penghubung, Handel
Operasi Manual, roda gigi, reduksi, Tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus
memenuhi persyaratan sesuai SNI 03- 6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan
bangunan dari besi/baja;

c) Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton. Permukaan rangka
sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis
harus kurang dari 1 (satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter.

4.3. Persyaratan Kerja

1) Daun Pintu

a) Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama penyekat dan komponen lain
yang diperlukan. Pintu yang digunakan harus sesuai dengan Gambar dengan konstruksi las, lebar
dan tinggi bersih daun pintu;

b) Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi ini maka Penyedia Jasa harus
membuatnya dengan persetujuan Direksi;

c) Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum pelat pintu air adalah 6 (enam)
mm, termasuk ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter;

d) Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan kelonggaran korosi 2 (dua) milimeter.
Lendutan balok pada beban penuh harus kurang dari 1/800 bentang pada beban maximum;

e) Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu dengan baut, mur dan cincin baja. Seal
harus disambung pada ujungnya dengan cara divulkanisir agar menerus. Tegangan tarik pada
sambungan harus lebih besar dari 50% (lima puluh persen) pada bagian tanpa sambungan. Seal harus
dibentuk sedemikian sehingga dapat menahan air dengan baik.

2) Kerangka Pintu Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar pintu, kerangka atas dan
kerangka tarik/sponing dan semua komponen lain yang diperlukan pada pemasangan rangka pintu yang
lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika konstruksi rangka pintu tidak dijelaskan secara rinci
disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

a) Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan agar tidak terjadi
bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya – gaya
yang terjadi pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.

b) Kerangka Sponing

Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada beton. Permukaan rangka sponing
harus betul dan rata. Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang
dari 1 (satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan mesin
dan diperkeras untuk memberikan perlindungan terhadap keausan.

c) Kerangka Atas

Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus mendukung pengangkat roda gigi.
Balok atas harus mampu menahan beban pengangkat.

3) Stang

a) Umum

Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara manual dan tenaga listrik, dipasang
pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu. Stang
harus terdiri dari peralatan mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur penggerak, roda gigi, handel pemutar
dan komponen lain yang memerlukan pengoperasian secara efisien. Stang harus direncanakan agar
mampu menahan beban yang terjadi. Jika konstruksi stang yang perinciannya tidak diterangkan disini,
maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

b) Peralatan Mekanis, meliputi :

(1) Tumpuan/bantalan

Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar

(2) Roda gigi reduksi

Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat dari brons pospor tuang, harus dibuat dari baja
tuang atau baja tempa. Roda gigi dan bantalan harus cukup kaku terhadap gerakan. Roda gigi harus
mempunyai “rumah” yang dapat dilepaskan untuk memudahkan pelumasan.

(3) Kloping

Kloping harus dilengkapi, dengan maksud untuk penyesuaian dan pelekatan secara tetap pada
tongkat sesudah penyesuaian kedudukan pintu dilapangan.

(4) Ulir Pengangkatan


Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau bahan lain yang disetujui dan dikerjakan
dengan mesin. Ulir pengangkat yang dapat dihubungkan dengan roda gigi pinggir harus terdiri dari
penopang roda gigi dan bantalan pemandu sebagai penguat.

(5) Tongkat Penghubung

Tongkat penghubung dibuat dari batang baja.

(6) Handel Operasi Manual

Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi manual yang dapat mengangkat beban
penuh sebagaimana direncanakan. Gaya untuk memutar alat harus lebih kecil dari 15 (lima belas)
kilogram.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan pintu ini
harus memuat :

5.1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan tegangan rencana,

yang meliputi :

1) Beban rencana

a) Pintu

Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai berikut :

- Beban air

Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar.

- Beban – beban lain

- Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang akan terjadi pada saat awal,
menaikkan atau menurunkan pintu.

b) Rangka Pintu

Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan, beban karet sekat dan semua
beban lain yang diakibatkan pengoperasian pintu dan perangkat. Rangka pintu harus mampu
meneruskan beban dari karet sekat pintu ke beton atau pasangan batu kali pada bangunan.

c) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu pada
setiap posisi di antara keadaan pintu tertutup dan pintu terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus
seperti pada gambar. Kapasitas rata – rata pengangkat, tongkat ulir harus mampu menaikkan atau
menurunkan pintu pada kombinasi yang paling membahayakan.

2) Tegangan Rencana

a) Batang Baja

Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja haruslah sebagai berikut :

Batang Baja Tegangan Ijin


- Tegangan Tarik 1200 kg/cm2
- Tegangan Desak 1200 kk/cm2
- Tegangan Lentur 1200 kg/cm2
- Tegangan Geser 700 kg/cm2

Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara ditentukan 50% (lima puluh persen) lebih besar
dari pada kondisi beban normal. Tegangan ekivalen yang diakibatkan kombinasi tegangan biaxial atau
triaxial tidak boleh melebihi tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga tidak diijinkan ada tegangan yang
melebihi 90% (sembilan puluh persen) dari tegangan maksimum material yang digunakan. Tebal pelat
baja untuk pekerjaan pintu adalah minimum 6 (enam) mm. Modulus kelangsingan atau faktor tekuk
pada kerangka baja desak utama harus kurang dari 159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240.

b) Bagian Mesin

Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal beban normal atau kondisi beban rata –
rata harus direncanakan berdasarkan angka keamanan terhadap tegangan batas bahan yang
digunakan, sebagai berikut :
c) Tegangan Beton

Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50 kg/cm2 dan tegangan geser yang
diijinkan tidak lebih dari 5,5 kg/cm2, tegangan desak yang diijinkan pada pasangan batu kali tidak lebih
dari 15 kg/cm2.

5.2. Perakitan dan Pengujian di Bengkel

1) Pintu dan Rangka Pintu

Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat perakitan, pintu harus diperiksa
mengenai ukuran, kelonggaran dan ketepatan posisinya. Setiap kesalahan dan ketidak tepatan yang
ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seak karet harus tepat pada posisinya saat perakitan di
bengkel. Rangka sponing, balok atas dan balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa
kelurusannya. Semua ukuran rangka pintu yang berkaitan dengan ukuran pintu harus diperiksa dan
setiap kesalahan dan ketidak tepatan posisinya yang ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang harus
sesuai dan dihindari selama perakitan dan pengangkutan.

2) Stang

Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa kehalusan permukaannya. Semua
bagian harus diperiksa untuk menjamin bahwa semua kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan
tidak ada kesalahan yang terjadi pada setiap gerakan peralatannya. Semua bantalan harus diperiksa
dengan teliti, semua pelumas dengan gomok dan oli yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau
ketidak tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki dan pengujian diulang kembali.

5.3. Pemasangan dan Pengujian di Lapangan

1) Rangka Pintu

a) Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti gambar yang telah disetujui pada
posisi yang sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Letak baut atau perlengkapan lain harus
dipasang pada rangka pintu dengan posisi yang tepat.

b) Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada saat beton dicor tidak akan
merubah posisi rangka pintu. Jika diperlukan untuk menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi dengan
penjepit tambahan.

c) Pemasangan seal karet harus hati–hati agar terletak pada permukaan yang tepat sesuai dengan
toleransi yang diizinkan. Pengecoran tidak diperkenankan bila belum dirakit dengan lengkap dan
teliti. Sewaktu pengecoran beton harus diperiksa agar ukuran dan bentuknya sesuai gambar dan
dalam batas toleransi. Jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.
2) Pintu

Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui. Pintu–pintu harus dirakit dan
dipasang sesuai dengan toleransi yang diizinkan.

3) Pengangkat

a) Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan lubang oli harus dibersihkan dan
dilumasi dengan oli dan gomok yang akan disetujui. Sesudah dirakit, setiap sistim pelumasan harus
diperiksa. Setiap pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya, harus dipasang sesui dengan gambar
yang disetujui. Pengangkatan harus diletakkan dan distel sehingga sesuai dengan alat pengangkat
pintu.

b) Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan dengan pintu, pengangkat harus
dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai pemeriksaan tersebut, mur penggerak dihubungkan
dengan pintu dan stang, kemudian ditest dan distel sehingga dapat dioperasikan dengan tepat.
Setiap kerusakan atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan selama pengujian harus diperbaiki dan
prosedur pengujian diulang kembali.

4) Pengecatan

a) Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan;

b) Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan petunjuk pengecatan dari pabrik;

c) Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;

d) Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan peralatan yang disarankan dari
pabrik;

e) Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari 1 (satu) tahun dalam keadaan
segala cuaca di lokasi pekerjaan;

f) Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di lapangan dan pengecatan
perbaikan di bengkel;

g) Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada permukaan. Cat harus diaduk
seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya agar seragam selama dipergunakan;

h) Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang suhunya kurang dari 10o
Celcius;

i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama pengecatan;

j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;


k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan permukaan. Tiap lapis harus
dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;

l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan; m)
Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan pada bagian–bagian dibawah
ini :

(1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali yang ada diatas permukaan tanah.

(2) Semua daun pintu

(3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 06* , Metode Pengujian
Cat Bitumen sebagai lapis pelindung

(4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali yang disebutkan diatas harus
dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar dan 4 (empat) lapis cat “chlorinated rubber” atau yang
sekualitas. Tebal total lapisan tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua
peralatan harus dicat sesuai dengan standar pabrik.

(5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang tampak selama pengangkutan
atau selama menunggu pemasangan harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut
dalam bensin agar tidak berkarat.

5) Pengelasan

a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan pintu dan perlengkapan
dikerjakan dengan tenaga dengan cara las lindung busur metal atau las busur otomatis;

b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan oleh standar spesifikasi
ini atau kriteria perencanaan ini;

c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan tegangan listrik selama
pengelasan berlangsung;

d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan mesin harus di las dahulu sebelum
dimesin, kecuali tercantum ketentuan lain;

e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran minimum batang las 4,5 mm;

f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik dan daerah tersebut perlu
dites dengan “Ultrasonik” untuk menyakinkan bahwa cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan
perbaikan las;

g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Spesifikasi pekerjaan
pengelasan BS 5135 – 1984, Proces of Arc welding carbon and Carbon Manganise steels.

6) Pekerjaan Alat Angkat


a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara
manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu;

b) Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat batang penghubung, handel
Operasi Manual, roda gigi, reduksi, tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus
memenuhi persyaratan sesuai SNI 03- 6861-2- 2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan
bangunan dari besi/baja);

c) Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.

Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum permukaan terhadap
permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter;

d) Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan agar tidak terjadi
bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya–gaya yang
terjadi pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.

6. PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan lain-lain ini
memuat :

6.1. Penerimaan Bahan

Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus
sesuai dengan ketentuan dan persyaratan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan).

6.2. Jaminan Mutu

Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan
sebagaimana yang disyaratkan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan)

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan pintu
harus memuat :

7.1.Pengukuran

Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan dipasang pada bangunan harus
diukur berdasarkan biaya penyediaan dan biaya pemasangan.
SPESIFIKASI TEKNIK PEKERJAAN STRUKTUR PONDASI DAN PASANGAN BATU
1. PEKERJAAN PONDASI

1.1. PEKERJAAN PERSIAPAN PONDASI

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi
konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian,
pengisian/pengurugan dan pembuatan pondasi.

b. Sifat Pekerjaan

Selama masa pelelangan, semua rekanan harus memahami secara tepat mengenai sifat
penggalian dan pengurugan yang diharuskan, sehingga harga-harga penawarannya telah
memungkinkan bagi pekerjaan tersebut.

1.2. PENGGALIAN TANAH

a. Syarat-Syarat Pelaksanaan.

Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang ditentukan menurut
keperluan. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada dasar setiap galian masih
terdapat akar-akar atau bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedangkan lubang-
lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali
dasar yang waterpass. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi, harus disediakan pompa air atau pompa
lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air
pada dasar galian. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian
agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau
lereng yang cukup. Kepada Kontraktor juga diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan
terhadap bangunan lain yang berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu dengan
memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut, sehingga dapat dijamin bangunan
tersebut tidak akan mengalami kerusakan. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan
galian, setelah mencapai jumlah tertentu, yaitu sampai mencapai ketinggian tanah asli semula,
harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan.

1.3. PENGURUGAN TANAH

a. Jenis Urugan.

Pengurugan dilakukan untuk :

Untuk peninggian guna mencapai suatu level halaman atau konstruksi dengan ketebalan sesuai
dengan gambar.
Urugan kembali pada akhir pekerjaan pondasi untuk pengisian dan leveling disekitar konstruksi
pondasi.

b. Bahan-bahan

Kontraktor wajib mengusahakan agar semua bahan urugan terdiri dari mutu bahan yang terbaik.

c. Konstruksi

Urugan tersebut harus dipadatkan lapis demi lapis. Ketebalan setiap lapis tidak lebih dari 20
cm (padat). Kepadatannya yang dicapai harus 95 % dari kepadatan standart proctor pada kadar
air 2% dari kadar air optimum atau mencapai CBR 5%. Pemadatan harus menggunakan stamper
Kontraktor harus mengadakan penelitian minimal satu kali untuk setiap jenis tanah yang dijumpai
di lapangan.

Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk bukti
penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisi nomor contoh, kepadatan kering maksimum
dan kadar air optimumnya. Penelitian harus mengikuti prosedur yang umum dipakai yaitu ASTM
D-1556-64 atau PB-0103-76.

Bila material urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/rusak atau bila urugan apapun yang
telah dipadatkan menjadi terganggu, maka bahan tersebut harus digali keluar dan diganti dengan
bahan yang memenuhi syarat serta dipadatkan kembali, sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik, tanpa adanya biaya tambahan.

Sebelum dilaksanakan pengurugan, lapisan humus tanaman harus dikupas terlebih dahulu,
sedemikian hingga lapisan dasar bebas dari lapisan humus dan segala material yang dikemudian
hari dapat melapuk.

1.4 PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI/BELAH

A. UMUM

Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan pokok dan perekatnya, menyiapkan tempat
yang akan dipasang pasangan batu kali, serta pelaksanaan pekerjaan batu kali itu sendiri di
tempat, satu dan lain hal sesuai dengan gambar-gambar daerah denah serta potongan.

B. PERSYARATAN

Tempat yang akan dipasang harus dipersiapkan dengan teliti (ketebalan dasar dan puncak,
tinggi serta panjangnya) bersih dari segala macam kotoran (bekas-bekas tumbuhan dan
akar-akar) bersih dari lumpur dan sebagainya. Sebelum memulai pemasangan, seyogyanya
Kontraktor harus memberitahukan dulu kepada Konsultan Pengawas akan tindakannya.

C. MATERIAL

Bahan yang harus disediakan antara lain :


Batu kali pecah / belah yang keras, ukurannya rata-rata sama, satu dan lain hal sesuai dengan
NI-3 Pasal 9.

Semen yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan yang
tersebut dalam NI-8, satu dan lain hal sama dengan yang diisyaratkan untuk pekerjaan beton.

Pasir yang digunakan dalam persyaratan ini jenis pasir pasang, yang memenuhi syarat- syarat
yang ditentukan dalam NI-3 Pasal 14 ayat 2. Satu dan lain hal sama dengan yang diisyaratkan
untuk pekerjaan beton.

Air untuk mengaduk semen dan pasir tersebut di atas harus bersih, satu dan lain hal sesuai
dengan NI-3 Pasal 10.

D. PELAKSANAAN

Pelaksanaan pasangan batu kali ini seperti lazimnya :

- Kontraktor harus terlebih dahulu melakukan pengukuran (uit-zet) secara teliti sesuai dengan
gambar.

- Batu kali harus bersih dari tanah dan lumpur.

- Adukan yang dipakai adalah campuran 1 semen : 4 pasir (sesuai perintah gambar kerja)
adukan harus selalu baru. Adukan yang tidak habis, tidak dibenarkan untuk dipakai keesokan
harinya.
METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN PENINGKATAN SALURAN PEMBUANG PAKIS (492) KEC. SIDAREJA

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang (Umum)
Sungai mengalirkan air dengan menganut filosofi gravitasi, di mana air selalu
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah atau dari hulu menuju hilir.
Proses aliran air di sungai adalah proses alam yang tiada henti, menutup siklus
hidrologi dengan mengembalikan limpasan sungai ke laut. Selama berabad-abad,
sungai telah digunakan sebagai sumber air bersih, memenuhi kebutuhan manusia
akan air minum, sanitasi, irigasi, dan lain sebagainya. Sungai-sungai besar
dibendung untuk menyimpan air di musim hujan dan menggunakannya di musim
kemarau untuk berbagai keperluan.

Selain dapat memberikan manfaat bagi manusia, sungai juga dapat


merupakan sumber bencana. Bencana yang paling sering timbul akibat meluapnya
air sungai adalah bencana banjir. Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak
tertampungnya air dalam saluran (sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam
saluran atau sungai sehingga meluap, menggenangi daerah di sekitarnya (Suripin,
2004). Ada yang menyatakan bahwa luapan air tersebut belum disebut sebagai
bencana banjir apabila tidak ada manusia yang dirugikan. Pekerjaan-pekerjaan
persungaian biasanya dititik beratkan pada perbaikan alur sungai, normalisasi dasar
dan tebing sungai, serta pembangunan fasilitas-fasilitas untuk pengendalian debit
besar dan sedimen.
.

b. Maksud dan Tujuan


1. Pekerjaan Peningkatan Saluran Pembuang Pakis (492) Kec. Sidareja merupakan
pekerjaan kontruksi dengan jenis pekerjaan pekerjaan pembuatan saluran
dengan Kontruksi pasangan batu,
2. Setiap pekerjaan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu
memenuhi secara optimal fungsi/kegunaan serta sebagai teladan bagi
lingkungannya, serta berkontribusi positif bagi pengembangan Pembangunan
Sumber Daya Air di Indonesia.
3. Dengan adanya Pekerjaan Peningkatan Saluran Pembuang Pakis (492) Kec.
Sidareja ini, diharapkan saluran pembuang dapat berfungsi maksimal. Sebagai
pembuang karena menggunakan pasangan batu, dimensinya juga teratur dan
terukur sehingga tidak menyebabkan genangan ataupun Banjir, sehingga tidak
membahayakan bagi masyarakat dan fungsi utama saluran/sungai untuk
mengalirkan air terjaga dengan baik.

c. Lokasi
Lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan yaitu di Kecamatan Sidareja Kabupaten
Cilacap.
d. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Peningkatan Peningkatan Saluran Pembuang Pakis (492) Kec.
Sidareja meliputi :
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Papan nama proyek
2. Barak kerja (sewa)
3. Mengangkut hasil galian/langsir dengan Jarak 50 m
4. Pasang Bouwplank
5. Prasasti Kegiatan
B. PEKERJAAN PASANGAN
1. Galian tanah biasa
2. Pasangan batu 1 : 4
3. Pasangan plesteran camp 1:4 (t=1,5 cm )Acian
4. Beton K.250
5. Konstruksi cerucuk bambu
6. Pasang Begisting
7. Pasang Perancah Begisting dg kayu Kaso
8. Pembesian dengan Besi Polos/ulir
C. PEK. PASANGAN DRAINASE
9. Galian tanah biasa
10. Pasangan batu 1 : 4
11. Pasangan plesteran camp 1:4 (t=1,5 cm )Acian
12. Acian
13. Siaran
II. METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN
Penyelesaian Pekerjaan Peningkatan Peningkatan Saluran Pembuang Pakis (492) Kec. Sidareja melalui Barchart di bawah ini :

MINGGU KE
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT BOBOT
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Papan nama proyek 1 bh 0,062
2 Barak kerja ( sewa ) 3 bln 0,250
3 Angkutan material jarak 50m 101,4 m3 1,218
4 Pasang Bouwplank 227,46 m 2,445
5 Prasasti Kegiatan 1 bh 0,081
II. PEKERJAAN OUTLET DRAINASE
1 Galian tanah biasa 27,3 m3 0,472
2 Pasangan batu 1:4 16,24 m3 5,383
3 Pasangan plesteran camp 1:4 (t=1,5 cm ) 21 m2 0,513
4 Acian 21 m2 0,260
5 Beton K.250 1,82 m3 0,903
6 Pasang cerucuk bambu 50 m' 0,664
7 Pasang begisting 37,6 m2 1,449
8 Pasang perancah begisting dg kayu kaso 7 m2 0,300
9 Pembesian dengan besi polos/ulir 211,7435 kg 1,293
II. PEK.PASANGAN DRAINASE
1 Galian tanah biasa 237,3 m3 4,103
2 Pasangan batu 1:4 204,966 m3 67,935
3 Pasangan plesteran camp 1:4 (t=1,5 cm ) 145,908 m2 3,562
4 Acian 145,908 m2 1,807
5 Siaran 375,192 m2 7,382
Dari Barchart di atas, dapat dijelaskan urutan penyelesaian pekerjaan, dijelaskan
terperinci disertai dengan perkiraan jumlah tenaga yang disesuaikan dengan waktu
pelaksanaan pekerjaan.

II. URAIAN PEKERJAAN UTAMA


A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mempelajari RKS ( Rencana Kerja Dan Syarat-syarat ), Spesifikasi gambar kontrak
dan menelusuri / survei lokasi pekerjaan untuk memahami metode kerja dan untuk
membuat RMK ( Rencana Mutu Kontrak )
2. Melakukan kegiatan Sosialisasi untuk memberi penjelasan oleh instansi terkait
mengenai masalah pekerjaan dengan mengundang aparat desa dan tokoh
masyarakat sekitar pekerjaan agar pekerjaan tepat sasaran dan berjalan lancar.
3. Koordinasi dengan Pemimpin Bagian Pelaksanaan Kegiatan dan Pengawas untuk
mengadakan PCM ( Pre Construction Meeting )
4. Papan Nama Proyek
Sebagai informasi public, sehingga masyarakat sekitar mengetahui adanya
pekerjaan ini, maka diharuskan memasang papan nama proyek di lokasi pekerjaan
dan penempatannya mudah dilihat.
Alat – alat dan material yang digunakan :
 Kayu penyangga dan papan nama proyek
 Gergaji, palu, dan paku
Kebutuhan tenaga :
 Disesuaikan dengan Barchat
5. Sewa Direksi Keet
Untuk mendukung kinerja / kegiatan pelaksanaan di lapangan, diharuskan menyewa
Direksi Keet sehingga pekerjaan yang akan dikerjakan secara fisik dapat dipantau
secara langsung, juga sebagai tempat mendokumentasikan secara Administratif
pelaksanakan kegiatan pembuatan laporan / progress ( report progress ),
pengarsipan dokumen ( dokumen control ), pembuatan As Built Drawing jika terjadi
perubahan pekerjaan di lapangan. Sewa Direksi Keet dilakukan selama pekerjaan
berlangsung.
 Tempat Sewa Direksi Keet harus dekat dengan lokasi pekerjaan agar komunikasi
selama pelaksanaan pekerjaan berjalan lancer dan dilengkapi dengan :
 Meja tulis dan Kursi tamu
 Kalender
 Gambar kerja
 Time schedule pekerjaan
 Buku tamu, direksi, ijin pelaksanaan, checklist dan lain-lain
6. Angkutan Material/Langsir jarak angkut 50 M
Metode Pelaksanaan :
Membuat akses Jalan Kerja untuk mempermudah pekerjaan dan langsiran
matrial serta memasang rambu-rambu agar tidak mengganggu kelancaran lalu-
lintas di sekitar lokasi pekerjaan. Melakukan mobilisasi alat, tenaga dan material
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
 Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
7. Pekerjaan Pasangan Bowplank
Metode pelaksanaannya :
a) Tenaga kerja dan bahan didatangkan ke lokasi sesuai kebutuhan.
b) Pasang Balok kayu sebagai batas pada tiap profil galian tanah, ukur
ketinggian bangunan yang akan dikerjakan menggunakan alat pengukur
ketinggian/slang ukur sesuaikan dengan gambar kerja.
c) Tentukan elevasi ketinggian bangunan yang akan dilaksanakan, pasang
papan kayu sesuai kebutuhan, profil melintang dan memanjang galian tanah
d) Pemasangan profil harus kuat dan tidak mudah bergeser untuk menentukan
ketepatan ukuran dalam membentuk profil galian dan pasangan sesuai
dengan gambar dan persetujuan Direksi lapangan.
Alat – alat dan material yang digunakan :
 Papan dan Balok Kayu
 Gergaji, palu, dan paku
 Benang
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat

8. Prasasti Kegiatan
Membuat prasasti kegiatan sebagai penanda bangunan atau informasi bangunan
terkait aset Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap

9. Pembersihan Striping Dan Krosekan


Metode Pelaksanaan :
a) Membersihkan lapangan kerja sebelum pekerjaan di mulai dari semua
tumbuhan,termasuk pohon-pohon, akar-akaran,sampah dan lain-lain pada
daerah tertentu ditempat pekerjaan.
b) Semua hasil pembongkaran/pembersihan tersebut dibuang ketempat yang
telah ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
Alat – alat dan material yang digunakan :
 Sabit
 Cangkul dan Cakar
 Gergaji dll
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat

B. PEKERJAAN OUTLET DRAINASE


1. Galian tanah biasa, sedalam ≤ 1 m
Metode Pelaksanaan :
a) Alat dan Tenaga kerja didatangkan ke lokasi sesuai kebutuhan. Tenaga kerja
diusahakan dari tenaga setempat disekitar loksai pekerjaan,
b) Pelaksanaan penggalian tanah dimulai setelah as-as dan ukuran ditetapkan
secara cermat dan disetujui oleh Pengawas Lapangan,
c) Memindahkan semua material-material akibat penggalian dan semua benda-
benda yang merintangi pekerjaan, harus menurut petunjuk-petunjuk
Pengawas Lapangan,
d) Lokasi galian dipasang profil sesuai gambar agar sesuai dengan rencana.
e) Kedalaman disesuaikan gambar dan elevasi.
f) Sisa dibuang ke tempat pembuangan sesuai dengan petunjuk pengawas.
g) Jarak galian biasa sesuai dengan yang ditentukan/sesuai gambar.
h) Memperbaiki kerusakan pada benda-benda milik kepentingan umum, didalam
atau diluar lapangan pekerjaan semuanya apabila terjadi kerusakan saat
pelaksanaan pekerjaan galian tanah tersebut.
Alat – alat :
 Excavator (jika dibutuhkan)
 Cangkul
 Sekop
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
2. Pasangan batu dengan mortar tipe N ( setara campuran 1 PC 4 PP ) molen
Metode Pelaksanaan :
a) Menyiapkan alat dan bahan seperti PC, pasir dan batu serta Air Bersih
b) Batu belah dengan ukuran yang teratur ± 20 cm dan dibersihkan dari kotoran
yang melekat.
c) Profil dipasang pada lokasi yang akan dipasang sesuai bentuk yang
dikehendaki.
d) Bahan speci yang terdiri dari PC, Pasir dan air bersih diaduk dengan concrete
mixer sampai matang, dengan campuran seperti yang sesuai dengan
spesifikasi 1 : 3 dengan perbandingan menggunakan alat ukur perbandingan
seperti Dolak.
e) Setelah semua bahan dan alat siap baru mulai pemasangan batu kali
f) Hampar speci ke lokasi yang akan dipasang, kemudian susun batu kali
sedemikian rupa satu persatu sesuai bentuk yang ditentukan dalam rencana.
Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang
terpasang. Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm
sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa
seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.
g) Supaya pasangan rapi gunakan benang untuk acuan pemasangan
h) Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.
Alat – alat :
 Concret mixer
 Cangkul
 Sekop
 Cetok
 Ember atau Dolak
Bahan :
 Batu Belah
 Pasir
 Cement Portland (PC)
 Air Bersih
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
3. Plesteran tebal 1,5 cm dengan mortar tipe N (setara campuran 1 PC 4 PP)
Metode Pelaksanaan :
a) Menyiapkan alat dan bahan seperti PC,Pasir dan Air Bersih
b) Pasir dibersihkan dari semua kotoran, air yang dipakai adalah air dari sumber
air tanah.
c) Pekerja menyiapkan spesi dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir
menggunakan alat pengukur perbandingan campuran/Dolak, spesi diaduk
dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
d) Setelah dirasa sudah tercampur baru diberi air bersih secukupnya, sesuai
kebutuhan spesi dengan posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah
matang/ campuran semen, pasir dan air merata, adukan spesi dituang ke
kotak tempat spesi
e) Sebelum plesteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan
diplester dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka
terlebih dahulu permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk
mendapatkan ikatan yang kuat antara spesi lama dengan spesi baru.
f) Pekerjaan siaran ataupun plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah
ketebalan 1,5 cm
g) Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah
selesai karena sust pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah
selesai harus dibasahi dengan air selama 7 hari berturut-turut.
h) Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel dibersihkan dan dibuang.
Alat – alat :
 Concret mixer
 Cangkul
 Sekop
 Cetok
 Ember atau Dolak
Bahan :
 Pasir
 Cement Portland (PC)
 Air Bersih
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
4. Acian
Metode Pelaksanaan :
a) Bahan dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan, alat dan bahan tersebut terdiri
dari PC dan Air Bersih.
b) Sebelum pekerjaan acian dilakukan terlebih dahulu semua permukaan yang
akan diaci dibersihkan. Apabila bidang yang akan diaci terlalu kering maka
terlebih dahulu permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk
mendapatkan ikatan yang kuat antara plesteran lama dengan acian
c) Semua acian yang jatuh dibersihkan dan dibuang.
Alat – alat :
 Cetok
 Ember
 Gosokan Semen
 Kuas dll.
Bahan :
 Cement Portland (PC)
 Air Bersih
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
5. Beton K.250
Metode Pelaksanaan :
a) Bahan dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan, alat dan bahan tersebut terdiri
Material Semen PC, Batu Pecah, Pasir Beton, Air, Concrete Mixer dan
Concrete Vibrator.
b) Untuk Bahan Pasir dan Agregat (Batu Pecah) harus dicuci bersih terlebih
dahulu agar clay,atau flay ash yang menempel hilang, sehingga memperkuat
ikatan dengan PC dan pasir
c) Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan dari
bahan- bahan lepas, kotoran-kotoran maupun potongan kawat/besi.
d) Beton untuk pekerjaan beton bertulang harus dicor dalam jumlah sedikit-
sedikit, dalam keadaan dapat dibentuk dengan perbandingan air semen
sedemikian rupa untuk mencapai kekuatan yang ditentukan.
e) Selama pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat
pemadat (Concrete Vibrator) Ketelitian dalam hal pemadatan perlu
diperhatikan agar supaya sudut-sudut, sela-sela diantara terisi dan
disekeliling terpenuhi.
f) Semua rongga-rongga / gelembung udara tidak boleh terjadi pada
pemadatan. Harus diperhatikan agar penggetaran / pemadatan tidak terlalu
lama yang dapat mengakibatkan pemisahan bahan-bahan (segregation).
g) Permukaan beton yang sudah di cor harus diusahakan tetap
dalam keadaan lembab, dengan cara menutupinya dengan karung-karung
basah atau menggenangi air sampai selama paling lambat 2 minggu.
h) Disarankan menggunakan beton ready Mix untuk beton >K.100
Alat – alat :
 Concret Mixer
 Dolak
 Sekop
 Ember dll.
Bahan :
 Cement Portland (PC)
 Air Bersih
 Agregat (batu pecah) sesuai ukuran spek.
 Pasir
 Pembesian
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
6. Konstruksi cerucuk bambu Ø 8 - 10 cm
Metode Pelaksanaan :
a) Bahan Bambu yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak
cacat diameter 8 - 10 cm.
b) Jenis bamboo petung/sejenisnya (persetujuan direksi/pengawas lapangan)
Kualitas bagus tidak lapuk, tidak pecah, usia bamboo sudah cukup/tua
(persetujuan direksi/pengawas lapangan)
c) Sebelum di gunakan bambu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
dipancang untuk memastikan bahwa bambu tersebut memenuhi ketentuan
dari bahan dan toleransi yang diijinkan
d) Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada cerucuk
bambu harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan memasang
cincin baja atau besi yang kuat.
e) Kepala tiang dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian yang
keras dan diberi bahan pengawet sebelum cerucuk dipasang.
f) Kepala tiang (cerucuk bamboo) harus tertanam dalam pur dengan ke
dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya.
g) Pemancangan pemasangan dapat dengan alat pancang manual Tripod, atau
langsung tergantung dari jenis pekerjaan, yang dibantu dengan
penyemprotan air ke dalam tanah,(untuk tanah berpasir/keras) sembari
memberi pukulan kepada bamboo tersebut melalui mangkok baja.
Alat – alat :
 Alat Pancang Manual Tripod
 Pompa Air bertekanan
 Gergaji
 Palu
 Mangkok baja untuk kepala bamboo
 Alat Bantu
Bahan :
 Bamboo Petung/Sejenisnya diameter antara 8 - 10 cm
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
7. Pasangan Begisting
Metode Pelaksanaan :
a) Bahan dan Alat disiapkan dilokasi pekerjaan dengan tenaga tukang kayu di
lapangan.
b) Multiplex dan Kayu Kaso 5/7 dipotong sesuai ukuran kemudian dirangkai
hingga membentuk bekisting yang mampu menahan tekanan cor beton dalam
keadaan basah hingga mongering. Pengukuran dimensi bekesting
disesuaikan dengan gambar kerja kontruksinya dan harus tepat. Gunakan alat
pengukur seperti waterpass, sigmat, untang-anting dll, sehingga hasil bentuk
beton nantinya presisi.
c) Pasang Bekisting pada lokasi yang akan di cor beton dan diperkuat dengan
patok besi agar tidak bergeser saat pengecoran berlangsung.
d) Pastikan Bekisting terpasang lurus dan kuat agar cor beton hasilnya lurus dan
baik.
e) Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.
Alat – alat :
 Gergaji
 palu
 Alat Bantu (waterpas,sigmat, Untang anting dll)
Bahan :
 Multiplek/papan
 Kaso
 Paku
 Benang
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
8. Pasangan Perancah Begisting dg kayu kaso
Metode Pelaksanaan :
a) Bahan dan Alat disiapkan dilokasi pekerjaan dengan tenaga tukang kayu di
lapangan.
b) Kayu Kaso 5/7 dipotong/disambung sesuai ukuran kemudian dirangkai hingga
membentuk perancah bekisting yang mampu menahan tekanan cor beton
pada bekisting dalam keadaan basah hingga mengering. Pemasangan
perancah harus benar benar kuat, sehingga bekesting tidak mengalami
penurunan. Dasar tumpuan perancah harus benar.
c) Pasang perancah Bekisting pada lokasi yang tepat diperkuat dengan patok
besi agar tidak bergeser saat pengecoran berlangsung.
d) Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.
Alat – alat :
 Gergaji
 palu
 Alat Bantu
Bahan :
 Kaso
 Paku
 Benang
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
9. Pembesian dengan besi polos/ulir
Metode Pelaksanaan :
a) Pembesian dilakukan sebelum Proses Pengecoran dilakukan, juga dapat
dilakukan didalam bekisting atau berada diluar bekisting, terlebih dahulu
berkonsultasi dengan Direksi Lapangan Mengenai besi yang akan digunakan
b) Besi harus bersih dari kotoran, minyak, serta sesuai dengan spek diameter
besi yang akan dipakai, baik besi polos maupun ulir
c) Jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada overlapping yang sesuai
perhitungan atau spesifikasi teknis atau sesuai petunjuk direksi.
d) Sambungan antar besi, atau perkuatan dengan besi begel, atau antara besi
diameter kecil dengan diameter besar, bisa menggunakan ikat dengan kawat
ikat(bendrad) ataupun dengan Las.
e) Pembesian di buat sesuai gambar perencanaan.
Alat – alat :
 Gergaji besi(Pemotong Besi)
 Alat Penekuk besi
 Tang/Catut
 Gunting Besi
 Tatakan dari kayu
Bahan :
 Besi Polos/Ulir (sesuai spek)
 Kawat Bendrat
 Las (jika diperlukan)
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat
C. PEKERJAAN OUTLET DRAINASE
Pada kegiatan ini, metode pelaksanaan pekerjaan ada beberapa kesaman dengan
kegiatan sebelumnya yaitu pada kegiatan: Galian tanah biasa, Pasangan Batu 1:4,
Pasangan pelsteran camp 1:4 (t=1,5 cm), Acian,Hanya pada barchat dan uraian kegiatan
yang berbeda, karena volume dan waktunya berbeda, sedangkan satu kegiatan Siaran
adalah sbb:
1. Siaran dengan mortar tipe S (setara campuran 1 PC 3 PP)
Metode Pelaksanaan :
a) Pekerjaan Siaran akan dilaksanakan setelah pekerjaan pasangan batu
selesai dan spesi telah memasuki pertengahan atau akhir dari Pekerjaan agar
Permukaan pasangan batu kering terlebih dahulu.
b) Sebelum pelaksanaan dimulai maka permukaan atau celah antar batu yang
akan di siar dibersihkan terlebih dahulu, kemudian sedikit dibasahi, agar
menambah daya rekat dari siaran tersebut, setelah itu baru proses menyiar
yaitu membuat celah/rongga antar batu jadi terlihat, kemudian di balur dengan
semen, siaran disamping untuk mengatasi kekuatan bangunan dari derasnya
arus saluran pembuang yang membawa material, juga untuk menembah nilai
artistik bangunan.
c) Pekerjaan ini dikerjakan oleh tukang yang telah berpengalaman, dan
akan dikerjakan sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk dari Direksi
Lapangan
Alat – alat :
 Cetok
 Ember
 Alat bantu
Bahan :
 Cement (PC)
 Air Bersih
Kebutuhan tenaga dan waktu :
 Disesuaikan dengan Barchat

III. URAIAN PEKERJAAN PENUNJANG


1. Managemen Lalu-lintas
Metode pelaksanaannya di lapangan :
a. Memasang rambu-rambu yang memberi informasi adanya pekerjaan. Jarak
Rambu-rambu tersebut 10 m dari lokasi pekerjaan dengan tujuan agar dari
kejauhan para pengguna jalan sudah hati-hati.
b. Apabila ada galian tanah secepatnya galian tanah tersebut di langsir ke tempat
yang sudah disetujui oleh pengawas. Pada timbunan tanah diberi rambu-rambu
dan polis line agar pengguna jalan tidak menabrak timbunan tanah tersebut.
c. Ada lokasi khusus untuk menyimpan material dengan kondisi tempat parkir
kendaraan proyek yang luas sehingga tidak mengganggu jalan pada saat
kendaraan proyek mendatangkan material. Dan tempat keluar masuk
kendaraan proyek di jaga oleh 2 orang Pengatur Lalu-lintas.
2. Administrasi Dan Dokumentasi
a) Menyelesaikan Administrasi dan Dokumentasi pekerjaan yang meliputi,
 Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Foto Dokumentasi
Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi, dan Foto pada waktu pengambilan termin
sesuai dengan Laporan Progress Presentase yang diminta.
 Dokumentasi diambil pada masing-masing sub item pekerjaan.
Dokumentasi ini terdiri dari foto Pelaksanaan pekerjaan dari mulai 0%
sampai 100%, Gambar akhir pelaksanaan dan Back Up data. Foto-foto
tersebut diambil pada satu titik yang berkelanjutan, dari sebelum dimulainya
pekerjaan hingga pekerjaan selesai atau pekerjaan telah mencapai phisik
100%.
b) Bagian-bagian bangunan hasil pekerjaan yang belum rapi dan belum dapat
diterima oleh direksi diperbaiki kembali dan dirapikan hingga dapat diterima
dengan baik oleh direksi lapangan.
c) Mengukur kembali hasil pelaksanaan pekerjaan, dari pekerjaan sesuai kontrak
dan MC.0% (Shop Drawing) Hingga ke MC 100% (As Built Drawing) dan apabila
terjadi selisih volume kontrak dengan volume kenyataan di lapangan maka
dituangkan dalam gambar As Built Drawing.
d) Bersama-sama dengan Direksi Lapangan dan PPK melakukan pengukuran
bersama untuk diserah terimakan yang dinyatakan dalam Berita Acara
Penyerahan Ke I ( Satu ) atau Provisional Hand Over ( PHO ).
e) Masa pemeliharaan selama 180 ( Seratus Delapan Puluh ) hari kalender, untuk
menjaga dan memperbaiki bangunan, apabila terdapat kerusakan/cacat pada
masa pemeliharaan ini.
f) Bersama-sama dengan Direksi Lapangan dan PPK melakukan pengukuran
bersama untuk kedua kalinya yang dinyatakan dalam Berita Acara Penyerahan
Ke II ( Dua ) atau Final Hand Over ( FHO ).

Anda mungkin juga menyukai