Anda di halaman 1dari 9

Nama Sekolah : SMK N 1 Bengkalis Lembaran : Jobsheet

Program Keahlian : Teknologi Konstruksi Topik : Pengukuran sipat datar vertikal


dan Properti
Mata Pelajaran : Dasar-Dasar Konstruksi Waktu : 7 x 45 menit
Bangunan dan Teknik
Pengukuran Tanah

A. KOMPETENSI INTI
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.

B. KOMPETENSI DASAR
4.18 Melaksanakan pengukuran dengan alat sipat datar (leveling) dan alat sipat ruang
(theodolite)
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) :
4.18.1. Melaksanakan pekerjaan pengukuran sipat datar kerangka dasar vertical
4.18.3. Menyajikan laporan hasil pengoperasian peralatan sipat datar (leveling) dan alat
sipat ruang (theodolite)

C. TUJUAN
Dengan melakukan praktek pengukuran ini di lapangan, maka dapat dicapai tujuan :
1. Melalui praktik peserta didik mampu melaksanakan pekerjaan pengukuran sipat
datar kerangka dasar vertikal secara teliti dan bertanggungjawab.
2. Melalui diskusi peserta didik mampu menyajikan laporan hasil pengoperasian
peralatan sipat datar (leveling) dan alat sipat ruang (theodolite) dengan kreatif,
teliti dan jujur.

D. PETUNJUK BELAJAR/ INFORMASI SINGKAT


Tujuan pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal adalah untuk memperoleh
infomasi tinggi yang relative akurat di lapangan sedemikian rupa sehingga infomasi yang
layak kompleks.
Ketentuan-ketentuan pengukuran kerangka dasar vertikal adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran dilakukan dengan cara sipat datar
b. Panjang satu slag pengukuran
c. Pengukuran antara dua titik, sekurang-kurangnya diukur 2 kali (pergi dan pulang)
d. Perbedaan hasil ukuran pergi dan pulang tidak melebihi angka toleransi yang
ditetapkan.
Khusus mengenai angka toleransi pengukuran sipat datar, dapat dijelaskan sebagai
berikut :
𝑇 = ±√𝐷
Dimana :
T = toleransi dalam satuan millimeter
K = konstanta yang menunjukan tingkat ketelitian pengukuran dalam satuan
millimeter
D = Jarak antara dua titik yang diukur dalam satuan kilometer

Contoh :
Dari A ke B sejauh 2 km, harus diukur dengan ketelitian tingkat III. Ini berarti
perbedaan ukuran beda tinggi pergi dan pulang tidak boleh melebihi 8√2 = 11 𝑚𝑚.
Apabila beda tinggi ukuran pergi dan pulang ≤ 11 mm, ukuran tersebut diterima
sebagai ukuran tingkat III, Bila > 11 mm ukuran harus diulangi.
Dari pengalaman menunjukkan bahwa titik-titik kerangka dasar vertikal yang
akan digunakan harus diukur lebih teliti. Pengukuran sipat datar kerangka dasar
vertikal harus diawali dengan mengidentifikasi kesalahan sistematis dalam hal ini
kesalahan garis bidik alat sipat datar optis melalui suatu pengukuran sipat datar dalam
posisi 2 stand (2 kali berdiri alat). Kesalahan garis bidik adalah kemungkinan
terungkitnya garis bidik teropong ke arah atas atau bawah diakibatkan oleh
keterbatasan pabrik membuat alat ini betul-betul presisi.

E. KESELAMATAN KERJA
1. Pelajarilah lembaran labsheet ini baik-baik sebelum melakukan praktikum
2. Periksa alat sebelum melakukan pekerjaan (apakah sudah siap pakai)
3. Perhatikan keadaan lapangan dan hati-hati dalam bekerja
4. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
5. Setelah selesai praktikum, peralatan harus dibersihkan kembali

F. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


1. Peserta didik trampil menggunakan alat leveling dengan benar sehingga diperoleh
data-data
2. Peserta didik trampil membaca bak ukur untuk mengukur jarak dan beda tinggi
3. Peserta didik trampil mengolah data dengan rumus-rumus
4. Peserta didik trampil menggambarkan sketsa dari data pengukuran

G. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Labsheet 7. Unting-unting
2. Alat sipat datar/ leveling 8. Patok
3. Bak ukur 9. Payung
4. Yalon 10. Sepatu dan topi
5. Pita ukur/ meteran (minimal 15 m) 11. Alat tulis, Tabel ukur
6. Statif

H. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua alat dan perlengkapan yang diperlukan serta diperiksa dengan
teliti.
2. Stel bak ukur dan pasang sesuai angka/ huruf yang ada.
3. Rencanakan lokasi pengukuran. Lokasi pengukuran sesuai dengan keadaan
lapangan.
4. Dirikan statif (kaki tiga) hingga kepala statif kira-kira mendatar, lalu kuatkan statif
dengan cara menekan ketiga kakinya ke tanah.
5. Ambil alat penyipat datar, pasang di atas statif dan stel unting-unting tepat
ditengah-tengah (di titik pusat patok).
6. Stel nivo kotak yang ada pada alat dengan cara memutar skrup penyetel (ada tiga
buah) hingga gelembung nivo berada ditengah-tengah maka alat dikatakan siap
untuk dioperasikan, bila tidak maka gelembung nivo harus distel kembali.
7. Pasang bak ukur sesuai dengan rencana, harus diperhatikan pemasangan bak ukur
harus tegak lurus.
8. Arahkan alat penyipat datar ke bak ukur, lihat dengan alat bidik kasar yang
terletak di atas teropong, bila kelihatan tanda segitiga sudah tepat pada bak ukur
maka bacaan bisa dilihat melalui teropong.
9. Kemudian bidikkan ke bak ukur dan distel, hingga angka pada bak ukur terlihat
dengan jelas (gunakan skrup diafragma dan skrup lensa okuler).
10. Bacalah bacaan benang ats, benang tengah dan benang bawah rambu belakang.
Kemudian membaca kembali benang atas, benang tengah dan benang bawah
rambu muka. Hasil pembacaan di tulis pada table ukur yang telah disiapkan. Cek
BT (benang tengah) sesuai dengan rumus pada teori singkat.
11. Kemudian mengukur jarak menggunakan pita ukur dari rambu belakang ke alat
dan dari alat ke rambu belakang (hasilnya dirata-ratakan) serta mengukur juga
jarak rambu muka ke alat dan dari alat ke rambu muka (hasilnya dirata-ratakan).
Lakukan pengukuran selanjutnya sampai slag akhir pengukuran selesai.
12. Hitung hasil pengukuran dengan rumus pada teori singkat dan buatkan gambar
hasil pengukuran dengan skala tertentu.
13. Buat laporan praktikum dan serahkan pada instruktur/ guru yang bersangkutan.
14. Setelah semua selesai , simpan alat seperti semula.

I. INFORMASI PENDUKUNG
Gambar kerja berikut :
J. TABEL PENGUKURAN
Nomor Bacaan Bak Ukur
Jarak (m)
Titik Benang Atas Benang Tengah Benang Bawah

K. TABEL ANALISIS DATA

PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR


SMK N 1 BENGKALIS No. Lembar dari
Pengukuran Cuaca
Lokasi Alat Ukur
Hari/ Tanggal Instruktur
1.
2.
Anggota Grup
3.
4.
No. Tinggi Bacaan Benang Jarak (m) Beda Tinggi
No
Titik Alat BA BT BB Pita Optis Tinggi Titik

Bengkalis, …………………..
Guru Mata Pelajaran
Septia Rahman, S.Pd

L. KESIMPULAN
Didapatkan hasil perhitungan data akhir :
a. Ba = ……………..
Bt = ……………..
Bb = ……………..

b. Ba = ……………..
Bt = ……………..
Bb = ……………..
Nama Sekolah : SMK N 1 Bengkalis Lembaran : Jobsheet
Program Keahlian : Teknologi Konstruksi Topik : Pengukuran Beda Tinggi dengan
dan Properti Alat Sipat Ruang (Theodolite)
Mata Pelajaran : Dasar-Dasar Konstruksi Waktu : 7 x 45 menit
Bangunan dan Teknik
Pengukuran Tanah

A. KOMPETENSI INTI
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.

B. KOMPETENSI DASAR
4.18 Melaksanakan pengukuran dengan alat sipat datar (leveling) dan alat sipat ruang
(theodolite)
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) :
4.18.2 Melaksanakan pekerjaan pengukuran kerangka dasar horizontal
4.18.4 Menyajikan laporan hasil pengoperasian peralatan sipat datar (leveling) dan
alat sipat ruang (theodolite)

C. TUJUAN
Dengan melakukan praktek pengukuran ini di lapangan, maka dapat dicapai tujuan :
1. Peserta didik mampu mengoperasikan alat sipat ruang (theodolite) dengan benar
sehingga dapat diperoleh data-data untuk perhitungan nantinya.
2. Peserta didik mampu melakukan pengolahan data dengan rumus-rumus cara
menghitung jarak dan beda tinggi.
D. PETUNJUK BELAJAR/ INFORMASI SINGKAT
Penentuan beda tinggi dengan alat ukur teodolit menggunakan prinsip
trigonometri atau tachymetri, yaitu dengan cara mencari jarak vertikal antara titik
tempat alat dan titik tempat rambu ukur dipasang. Oleh karena itu kalau pada
penentuan beda tinggi dengan waterpas pembacaan rambu ukur cukup benang
tengahnya saja dan tinggi alat diukur bila alat didirikan di titik pengukuran atau cara
(b), sedangkan pada penentuan beda tinggi dengan alat ukur teodolit selain harus
dibaca ketiga benangnya, yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah juga
tinggi alat selalu harus diukur.
Perhitungan beda tingginya digunakan peramaan sebagai berikut :
Bila bacaan benang tengah sama dengan tinggi alat
1
            (∆ℎ) =                (  ) = (   −   )   2 
 
Bila bacaan benang tengah tidak sama dengan tinggi alat
1
            (∆ℎ) = (   −   )   2  + (   −  )
 

Keterangan :
c = Koefisien faktor
BA = Bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
a = Sudut miring alat = 90° atau 100g - bacaan sudut miring
Hi = Tinggi alat
t = BT (Bacaan benang tengah)

E. KESELAMATAN KERJA
1. Pelajarilah lembaran labsheet ini baik-baik sebelum melakukan praktikum
2. Periksa alat sebelum melakukan pekerjaan (apakah sudah siap pakai)
3. Perhatikan keadaan lapangan dan hati-hati dalam bekerja
4. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
5. Setelah selesai praktikum, peralatan harus dibersihkan kembali

F. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


1. Peserta didik trampil mengoperasikan alat theodolite dengan benar sehingga
diperoleh data-data
2. Peserta didik trampil membaca bak ukur untuk mengukur jarak dan beda tinggi
3. Peserta didik trampil mengolah data dengan rumus-rumus
4. Peserta didik trampil menggambarkan sketsa dari data pengukuran

G. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Labsheet 7. Unting-unting
2. Theodolite 8. Patok
3. Bak ukur 9. Payung
4. Yalon 10. Sepatu dan topi
5. Pita ukur/ meteran (minimal 15 m) 11. Alat tulis, Tabel ukur
6. Statif

H. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua alat dan perlengkapan yang diperlukan serta diperiksa dengan
teliti.
2. Stel bak ukur dan pasang sesuai angka/ huruf yang ada.
3. Rencanakan lokasi pengukuran yang akan diukur beda tinggi dan jaraknya.
4. Menentukan titik yang akan diukur beda tinggi dan jaraknya.
5. Mengukur dengan menggunakan meteran sejauh 6 meter dan 5 meter.
6. Letakkan statif (kaki tiga) di atas patok usahakan lempengan logam dalam
keadaan datar, kaki ttiga diukur sesuai dengan tinggi si pengukur.
7. Pasanglah alat theodolite di atas tripod, usahakan unting-unting membentuk garis
lurus pada patok.
8. Levelkan alat theodolite (plat bagian bawah) dengan bantuan nivo kotak dan nivo
tabung, dengan menggunakan tiga buah sekrup penyetel, tempatkan gelembung
ditengah-tengah nivo kotak dan nivo tabung.
9. Ukur tinggi alat dnegan menggunakan rol meter/ meteran dan catat pada table.
10. Arahkan teropong pada titik yang mau diukur, lalu bacalah benang atas, benang
bawah, benang tengah, sudut vertical dan sudut horizontal, kemudian catat
kedalam table.
11. Ikuti langkah 7 dan 8 untuk titik selanjutnya.
12. Setelah semua selesai, simpan alat seperti semula.
13. Hitung hasil pengukuran dengan rumus pada teori singkat dan buatkan gambar
hasil pengukuran dengan skala tertentu.
14. Buat laporan praktikum dan serahkan pada instruktur/ guru yang bersangkutan.

I. INFORMASI PENDUKUNG
Gambar kerja berikut :

J. TABEL PENGUKURAN
PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT THEODOLITE
SMK N 1 BENGKALIS No. Lembar dari
Pengukuran Cuaca
Lokasi Alat Ukur
Hari/ Tanggal Instruktur
1.
2.
Anggota Grup
3.
4.
Tempat Tinggi Titik Bacaan Benang Bacaan Sudut Beda Tinggi
Alat Alat Bidikan BA BT BB Horizontal Vertikal Tinggi Titik

Bengkalis, …………………..
Guru Mata Pelajaran

Septia Rahman, S.Pd

K. KESIMPULAN

Didapatkan hasil perhitungan data akhir :


a. Ba = ……………..
Bt = ……………..
Bb = ……………..
Sudut Miring = ………………
Sudut Jurusan = ………………

b. Ba = ……………..
Bt = ……………..
Bb = ……………..
Sudut Miring = ………………
Sudut Jurusan = ………………
Dari hasil percobaan alat di atas didapatkan hasil pembacaan data-data seperti
dilampirkan di atas dengan dua kali pembacaan rambu menggunakan alat theodolite di
tempat yang sma dan didapatkan beda tinggi serta jarak yang berbeda. Dengan ketinggian
alat yang sama yaitu ………., dua kali pembacaan rambu dengan hasil Ba, Bt, Bb, Sudut
miring, Sudut jurusan dan didapat hasil akhir adalah :
 Target 1 dengan jarak (d) = ………….
 Target 1 dengan jarak (d) = ………….

Anda mungkin juga menyukai