Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum ke 9 Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Desember 2008

MK. Ilmu Ukur Tanah dan waktu : 06.00-14.00 WIB


Pemetaan Wilayah Tempat : Hutan Pinus Cangkurawok

PEMBUATAN PETA KONTUR

Disusun oleh :
Retnosari (E14070073)
Martha Rubby Hapsari (E14070053)
Yanti Febrina (E14070094)
Ribka Sinaga (E1407
Crista Simare mare (140700
Ida Fitryani (E14070118)
Prasetya Prio Utama (E14070006)
Bayu Adirianto (E14070071)
Fathia Amalia R.
Frensi Firma(14070001)
Moh Yudi(E14070031)

Laboran :
Endim Dimyana, B.Sc.F

Asisten :
1. Imam F.S (E24104062)
2. Tohirin ( E14204033)
3. M.Fajar (E24103074)
4. Gita A.K (E24104088)
5. Syaiful Rachman (E24104091)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam pembuatan peta wilayah, pengukuran, dan pemetaan kontur


sangatlah penting, terutama bila peta wilayah tersebut digunakan untuk
memperlihatkan faktor kelerengan suatu wilayah. Dan supaya peta wilayah
yang dibuat tepat pada sasarannya, para pembuat peta termasuk para praktikan
haruslah menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang seluk beluk
pengukuran kontur, karena kontur merupakan garis yang menghubungkan
titik-titik ketinggian suatu wilayah dari permukaan laut. Namun, garis tersebut
hanyalah berupa garis khayal yang digambarkan di dalam sebuah peta.
Praktikum yang dilakukan kali ini, pada prinsipnya sama dengan
praktikum dengan metode polygon. Hanya saja dalam pengukuran kontur ini,
data yang dikumpulkan ditambah dengan data mengenai ketinggian titik-titik
pengamatan serta data mengenai titik-titik detail. Titik-titik detail tersebut
digunakan untuk membantu proses pemetaan kontur di peta. Karena dengan
titik-titik detail itulah akan terlihat jelas kontur-kontur di lapangan, sehingga
kelerengan wilayah tersebut dapat diketahui dengan jelas.

I.2. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada


para praktikan agar mampu dan terampil dalam melakukan pemetaan dari
suatu wilayah yang disertai dengan pengggambaran mengenai gatis-garis
kontur di lapangan. Selain itu juga ditujukan agar dapat memberikan
gambaran mengenai teknik-teknik yang perlu diterapkan atas lahan yang
dikaji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kontur atau garis tinggi adalah garis yang menghubungkan titik yang sama
tingginya dari permukaan laut. Suatu peta yang dilengkapi dengan garis-garis
kontur ( tranches ) dapat memberi gambaran tentang keadaan lapangan yang
sebenarnya tanpa melihat langsung di lapangan. ( Sutarahardja 1977)
Untuk membuat kontur dengan alat ukur waterpass/theodolit, diperlukan
tinggi garis bidik alat tersebut di tempat kedudukannya. Tinggi titik tempat
alat ukur didirikan juga perlu diketahui sebelumnya. Dari kedudukan tempat
alat tersebut dibidik titik titik sekelilingnya sebanyak mungkin, sehingga
dengan bantuan rambu ukur yang diletakkan pada titik titik dapat ditentukan.
(Sutarahardja 1977)
Untuk daerah yang relatif datar dan terbuka dapat menggunakan cara
koordinat. Areal pengukuran dibagi dalam kotak - kotak dengan garis garis
lurus dan sejajar, berupa bujur sangkar atau empat persegi panjang dengan
panjang beberapa ratus meter. Kerena jarak antara titk sudut kotak dan tinggi
titik di setiap sudut diketahui, maka dengan cara interpolasi linier dengan
mudah dapat ditentukan tempat kedudukan titik titik yang mempunyai
ketinggian sama di atas permukaan laut, interpolasi tersebut dilakukan
diantara titik titik silang tersebut. (Sutarahardja 1977)
Cara ini biasa disebut dengan Pengukuran Menyipat Datar Meluas.
Pada lahan yang belum dipetakan harus dikaitkan pada titik pasti yang ada,
didekat atau di dalam lahan. Titik pasti disini selain diketahui koordinatnya,
juga harus diketahui ketinggiannya dari permukaan laut. Sedangkan pada
lahan yang telah dipetakan cukup mengambil beberapa titik yang strategis
dalam lahan dan diikat pada titik titik batas lahan yang telah diketahui
tingginya dpl. (Domon S. Suparman)
Pada salah satu lapangan dengan kemiringan atau kelandaian yang kurang
dari sekitar 5% sebaiknya kita mencari titik titik sembarang pada garis
garis kontur dari pada titik titik tertentu yang akan diinterpolir. (Frick 1979)
BAB III
METODOLOGI

III.A. Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilakukan pada hari Sabtu,6 Desember 2008 di Hutan
Cangkurawok, kegiatan dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB.

III.B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :
1. Theodolit
2. Rambu Ukur
3. Pita Ukur
4. Jalon
5. Patok
6. Alat Tulis

III.C. Cara Kerja


1. Mencari titik pasti (P) yang telah diketahui ketinggiannya dari permukaan
laut dan koordinatnya
2. Menyiapkan alat dan memposisikannya terhadap titik pasti
3. Menentukan titik-titik kontur dan titik detail kontur
4. Melakukan pengukuran:
Mengukur jarak antara titik-titik kontur, dengan menggunakan
meteran
Mengukur sudut horizontal (RM dan RB) dan sudut vertikal
Mengukur tinggi tempat atau area
5. Mengumpulkan data parameter-parameter atau hasil pengukuran dan
mencatatnya
6. Mengolah data dari hasil pengukuran
7. Membuat laporan dan menggambarkan kontur dari areal tempat pengukuran
berdasarkan hasil pengukuran yang telah diolah terlebih dahulu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum kali ini adalah tentang pembuatan peta kontur dan wilayah yang
dipetakan adalah hutan pinus di Hutan Cangkurowok. Peta Kontur adalah peta
yang terdiri atas garis-garis yang menghubungkan tinggi yang sama dari
permukaan air laut. Peta ini berguna dalam menentukan beda ketinggian di suatu
daerah tertentu, contohnya ketinggian di daerah hutan yang dijadikan tempat
praktikum kali ini. Daerah tersebut tanahnya tidak rata, masing-masing titik
memiliki ketingian yang berbeda. Kadang di suatu titik turun dan di titik lain naik
bahkan bisa sangat curam.
Sebelum praktikum dilakukan, praktikan terlebih dahulu menentukan titik
patok yang akan dijadikan titik ikat yaitu titik P. Pada awalnya kita melakukan
metode poligon terbuka, lalu saat masuk kawasan hutan, praktikan mengunakan
metode poligon tertutup dengan mengambil titik bantu ketengah poligon sebagai
landasan membuat kontur hutan pinus Cangkurowok.
Dalam pembuatan laporan akhir ini pratikan banyak menemukan kendala,
diantaranya kekurangpahaman pratikan dalam mengolah data, ketersediaan waktu
yang cukup singkat, dan lain-lain.
BAB V
KESIMPULAN

Pengukuran kontur merupakan cara untuk mempermudah membuat peta


yang dalam pengukuran tersebut memerlukan ketelitian yang tinggi dari para
praktikan, baik dalam melakukan pengukuran, pembacaan angka, maupun saat
penggambaran kontur. Pengukuran ini hampir sama dengan sistem pengukuran
metode polygon. Dengan praktikum kali ini, para praktikan pun menjadi paham,
mampu, dan cukup terampil dalam melakukan pemetaan suatu wilayah yang
disertai dengan penggambaran mengenai garis-garis kontur di lapangan. Bila
kurang teliti, maka hasilnya akan menjadi polygon yang tidak tertutup sempurna.
Oleh karena itu, diperlukan suatu koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang bisa
dikarenakan oleh semakin miring lokasi kontur, maka titik detail akan semakin
rapat.
DAFTAR PUSTAKA

Frick,Heinz.Ir.1979.Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Kanisius.Yogyakarta.

Suparman,S.D.1979.Dasar-Dasar Pengukuran Wilayah dan Pemetaan Hutan


(bagian 1).Departemen Hasil Hutan.Fakultas Kehutanan IPB.Bogor.

Sutarahardja,S.1977.Geodesi dan Kartografi. Proyek Peningkatan Pengembangan


Perguruan Tinggi IPB.Bogor.
Pengolahan data menggunakan excel :
1. Insert data yang akan diolah
2.

Anda mungkin juga menyukai