Anda di halaman 1dari 7

Soal UTS pemetaan digital

Jawaban
1. Data Pemetaan Digital
a. Terestris
b. Extra terestris
2. Keuntungan dan kelemahan pemetaan digital
a. Keuntungan
i. Memiliki ketiliian yang lebih tinggi jika dibandingkan degan peta konvensional
ii. Tahap pemetaan menjadi lebih cepat
iii. Mudah alam pengolahan data hitungan dan trasformasi
iv. Penyajian menjadi lebih cepat
v. Penyajian dapat berupa mono atau multi tema
vi. Penyimpanan lebih terjamin, tidak membutuhkan ruang yang besar
vii. Mudah dalam melakukan updating dan revisi peta akibat dari perubahan data
viii. Mudah dalam membaca dan mencari informasi pada peta
b. Kelemahan
i. Perlu perawatan yang lebih pada instrument alat pemdig
ii. Harga instrument cukup mahal
iii. Jangka waktu alat pemetaan digital lebih pendek jika dibanding dengan alat-alat
lain
iv. Pemakaian tidak dalam jangka waktu lama tergantung dari daya tahan baterai

3. Syarat penggunaan alat dan setting alat


a. Syarat agar alat siap digunakan
i. Sumbu I vertical (pemusatan)
ii. Sumbu II tegaklurus sumbu I
iii. Sumbu II tegak lurus garis bidik
iv. Tidak adanya kesalahan indeks vertical
v. Kesalahan pengukuran jarak tidak melebihi toleransi
b. Pengecekan alat tersebut
i. Sumbu I vertical
1. Membuat penanda silang di permukaan tanah
2. Mendirikan alat TS di titik tersebut dengan stabil kemudian lakukan pemusatan sampai
tanda lingkaran (recticle mark) berimpit dengan tanda silang di tanah
3.

4. Melakukan pengaturan sumbu I vertikal (nivo kotak dan nivo tabung)

5. Setelah sentering dan sumbu I vertikal, lakukan pengecekan kesalahan sentering dan
bubble level (kedataran alat) / sumbu I vertikal dengan memutar alat searah jarum jam
sebesar 180o dari arah awal sampai kembali ke arah semula
6. Cek apakah terjadi perubahan tanda silang pada titik. Jika posisi tanda lingkaran masih
berimpit dengan tanda silang pada titik, maka tidak perlu koreksi.

7. Cek apakah terjadi perubahan posisi pada gelembung pada nivo kotak dan/atau nivo
tabung pada arah perputaran setiap 90o dari arah acuan.

ii. Sumbu II tegaklurus sumbu I (perpendicularity)


Perpendicularity
1. Tandai sebuah titik A pada tembok atau pada lokasi lainnya yang mudah dibidik pada
ketinggian tertentu
2. Lakukan proses sentering dan sumbu I vertikal secara sangat hati-hati
3. Bidik titik A pada posisi F1, lalu kunci klem penggerak horizontal lalu gerakkan
teropong arah vertikal turun sampai dasar tembok, lalu tandai sebagai titik B
4. Putar teropong pada posisi F2, lalu bidik kembali titik A dan arahkan secara
vertikal turun ke titik B dalam kondisi klem penggerak horizontal dikunci
5. Cek apakah bidikan tepat kembali ke titik B ? Jika iya, maka sumbu I tegak lurus
sumbu II
Recticle Perpendicularity
1. Dalam posisi alat sudah di sentering dan sumbu I vertikal, bidik sebuah titik yang
jelas dalam ketinggian tertentu, missal adalah pojok atap bangunan
2. Bidik secara tepat, lalu kunci penggerak horizontal, lalu gerakkan naik dan turun
secara vertikal
3. Cek apakah titik pojok atap tersebut masih berpotongan/sejajar dengan garis tegak
diafragma atau tidak.
4. Jika iya, maka tidak perlu ada koreksi pada diafragma dan artinya garis tegak
diafragma teropong tegak lurus sumbu II

i. Sumbu II tegak lurus garis bidik


ii. Tidak adanya kesalahan indeks vertical

1. Selesai melakukan pengecekan pada langkah b, lakukan pengecekan kesalahan


kolimasi dan indeks vertikal.

Kesalahan kolimasi Kesalahan Indeks Vertikal


2. Siapkan target berupa tanda silang dan prisma poligon pada posisi tertentu dengan
ketinggian dan jarak yang bervariasi dari alat
3. Pasang target dengan variasi jarak, ketinggian, dan jenis target (prisma atau tanda
silang). Masing-masing mahasiswa saling berbeda kombinasi targetnya.

Mhs ke- Jarak target Ketinggian target Jenis target

4. Ubah layar pada TS dalam mode pembacaan HA, VA, dan SD atau yang sejenis.
Contoh pada alat TS Nikon :

5. Lakukan pembidikan terhadap masing-masing target pada posisi teropong biasa


(B) atau Face-1 dan luar biasa (LB) atau Face-2. Setiap mahasiswa 1 membidik
PRAKTIKUM PEMETAAN DIGITAL (DTGM 235) - D3 TEKNIK GEOMATIKA SV-UGM -

6. target. Kemudian baca bacaan piringan horisontalnya (HA) dan juga vertikalnya
(VA) untuk masing-masing Face-1 & Face-2.

7. Catat masing-masing bacaan dan hitung kesalahan kolimasi (K) dan indeks vertikal
(IV) pada tabel berikut :
Rumus :

8. Cari spesifikasi alat TS untuk memperoleh pembacaan terkecil sudut pada alat.

9. Misal Nikon DTM 352, ketelitian pembacaan sudutnya adalah 5

10. Bandingkan hasil perhitungan kesalahan kolimasi rerata ( ) dan indek vertikal rerata ( )
dengan bacaan terkecil alat ( ). Jika nilai K dan IV , maka alat
11. masih dalam kondisi baik. Jika nilai K dan IV , maka ulangi pengukuran lalu pastikan
perhitungan sudah betul, sehingga baru kemudian dipastikan alat memiliki kesalahan K
dan IV yang besar

i. Kesalahan pengukuran jarak tidak melebihi toleransi

Proses pengecekan kesalahan zero error/prism/instrument constant


1. Membuat penggalan-penggalan jarak dengan pita ukur 0, 30, 60, dan 100 meter pada
bidang yang relatif datar. Tentukan penggalan jarak tersebut dengan teliti.

1
PRAKTIKUM PEMETAAN DIGITAL (DTGM 235) - D3 TEKNIK GEOMATIKA SV-UGM -

2. Masing-masing beri nama A, B, C, D.


3. Lakukan pemasangan dan pengaturan persyaratan pemakaian alat Total Station pada
titik A secara teliti.

4. Lakukan pemasangan dan pengaturan sentering dan sumbu 1 vertikal target prisma
poligon pada titik B dan C. Sketsa penempatan alat dan target beserta skema urutan
pengukurannya disajikan pada gambar 1 berikut :

5. Gambar 1. Skema kalibrasi kesalahan unit pengukur jarak TS


6. Lakukan pengukuran jarak sebanyak 5 kali pada setiap jarak yang terbentuk.
7. Mulai dari A-B, A-C, dan A-D. Lalu catat ukuran pada tabel
8. Pindahkan alat TS pada titik B dan prisma poligon pada titik C dan D, lalu ukur
jarak sebanyak 5 kali pada masing-masing jarak B-C dan B-D
9. Lalu pindahkan alat pada titik C lalu sisakan pemasangan prisma pada titik D, lalu
ukur jarak sebanyak 5 kali untuk jarak C-D

c. Setting pada alat (jarak)


i. Tinggi alat
ii. Tinggi Target
iii. Konstanta Penambah prisma
4. Penjelasan
a. Konstanta penambah jarak EDM adalah

2
PRAKTIKUM PEMETAAN DIGITAL (DTGM 235) - D3 TEKNIK GEOMATIKA SV-UGM -

b. Konstanta prisma merupakan nilai yang digunakan untuk menambah atau


mengurangi jarak elektronik yang didapat karena posisi prisam yang tidak
sejajar dengan sumbu I
c. Mengapa konstanta prisma perlu ditambahkan karena konstanta penambah
tersebut digunakan untuk menambah jarak ukuran EDM agara jarak
sebenarnya meupakan jarak antara sumbu I instrument dengan sumbu I
prisma
5. Ketelitian
a. 3 mm + 3 ppm
3mm merupakan factor penambah pada TS
3ppm merupakan cyclic error dan scale factor (konstanta pengali)
b. Pengukuran sudut 5 Pengukuran sudut dapat mencapai ketelitian 5
dimana kesalahan paling besar adalah 5 , akan tetapi bacaan yang ditampilkan
yaitu 1

Anda mungkin juga menyukai