Anda di halaman 1dari 12

SEMINAR TINGKAT SARJANA

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

Judul : Sebaran Nilai Resistivitas Tanah Yang


Diberi Pupuk Tunggal N, P, dan K
Menggunakan Metode Geolistrik
Pemrasaran : Annisa Handayani Zahra
NIM : E1A212049
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Muhammad Mahbub, M.P.
2. Dr. Ir. H. Gusti Rusmayadi, M.Si
Pembahas Utama : 1. Fahmi Razak (E1A212018)
2. Tiara Anggraini (E1A213071)
Moderator : Miranti Rulia Nurdi (E1A212007)
Hari/Tanggal : Kamis/18 Mei 2017
Jam : 09.00 – 10.00 WITA
Tempat : Ruang Seminar Agroekoteknologi

ABSTRAK

Metode geolistrik merupakan suatu metode yang memanfaatkan sifat-sifat


kelistrikan tanah untuk mengeksplorasi bagian dibawah permukaan tanah. Untuk
menilai kesuburan tanah secara akurat perlu dilakukan analisis laboratorium
sehingga metode geolistrik kurang berkembang dalam lingkup kesuburan tanah.
Penelitian dititikberatkan pada penerapan metode geolistrik untuk menduga
sebaran larutan pupuk N,P,K di dalam tanahsetelah tanah diberi larutan pupuk N,
P, dan K. Pengambilan data lapangan dilakukan selama 4 hari untuk melihat
kondisi di dalam tanah saat di beri larutan pupuk N,P,K. Metode geolistrik
menggunakan konfigurasi Wenner dengan spasi 0,25 cm, panjang petak 5m
dengan kedalaman tanah 12,5 cm, 25 cm dan 37,5 cm. Selain pengambilan data
resistivitas juga dilakukan pengambilan sampel tanah untuk mengukur kadar air,
tekstur, bulk density dan particle density tanah. Hasil penelitian menunjukan
bahwa metode geolistrik dapat mendeteksi keberadaan pupuk dengan
membandingkan nilai kadar air dengan menurunnya nilai resistivitas secara drastis
yang disebabkan oleh pemberian larutan pupuk N,P,K. Secara visual terlihat pada
penampang lintang resistivitas bahwa setelah pemberian larutan pupuk N,P,K
secara merata, susunan warna yang menjadi simbol nilai resistivitas pada
penampang lintang tersusun secara tertata dibandingkan dengan sebelum aplikasi.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketersediaan unsur hara menurut Hanisar dan Bahrum (2015), baik unsur
hara makro maupun mikro merupakan salah satu penunjang produksi tanaman dan
penambahan pupuk biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman.
Menurut Leovini (2012), tidak semua media tanam memiliki tingkat kesuburan
yang sama sehingga teknik pemupukan yang melebihi dosis anjuran
dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat merusak sifat fisik, kimia dan biologi
tanah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suud (2015), kondisi tanah dapat
diduga dengan menggunakan nilai daya hantar listrik (DHL) dengan kotak ukur
resistivitas tanah dan terbukti dapat memberikan gambaran kondisi kadar hara dan
kadar air tanah. Penelitian tersebut di titik beratkan pada studi pengaruh berbagai
tingkat kadar air, kepadatan tanah, dan rasio kadar hara N, P, K terhadap hasil
pengukuran nilai DHL, namun hasil pengukurannya masih sulit diinterpretasi
untuk menjelaskan kondisi di dalam tanah secara visual. Metode geolistrik dapat
menjadi alternatif karena selain dapat menilai hambatan juga dapat memperoleh
data visualisasi sebaran nilai resistivitas di dalam tanah.
Menurut Fuadah (2012) pendekatan secara geofisika, salah satunya adalah
metode geolistrik konfigurasi Wenner dapat diterapkan untukmenemukan suatu
kandungan di dalam bumi yang pada prinsipnya tidak terlihat secara langsung
oleh mata. Hal tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia terhadap jenis
material dalam tanah, terlebih tanah merupakan salah satu media yang dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Metode geolistrik
mempelajari tentang sifat aliran listrik di dalam batuan bawah permukaan bumi
sehingga banyak digunakan dalam kegiatan eksplorasi (Arsyadi, et al., 2014).
Metode geolistrik dapat dilakukan secara modeling atau dilakukan di
laboratorium. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran letak kedalaman
obyek yang ingin diketahui letak kedalamannya dalam skala laboratorium
(Effendy, 2012). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Azhar dan Gunawan
(2004) dilakukan pengukuran dengan konfigurasi Schlumberger menggunakan 4
elektroda, masing-masing 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial dengan
pemodelan berskala laboratorium untuk mengukur tahanan jenis suatu bahan
dengan beberapa sampel batubara dari Tambang Air Laya. Pada penelitian
tersebut metode geolistrik tahanan jenis dapat digunakan untuk memperkirakan
keberadaan dan ketebalan batubara di bawah permukaan tanah. Berlandaskan
penelitian-penelitian tersebut, metode geolistrik dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sebaran nilai resistivitas tanah.
Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah adalah sebagai berikut:


1. Untuk menerapkan prinsip-prinsip kerja metode geolistrik dalam
mengidentifikasi status hara N, P, dan K dalam tanah
2. Mengetahui perubahan pola sebaran nilai resistivitas tanah selama beberapa
hari setelah penyiraman dan pemupukan.
3.
Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai penerapan


prinsip-prinsip kerja metode geolistrik di bidang kesuburan tanah dalam
mengidentifikasi status hara N, P, dan K dalam tanah dengan melihat pola sebaran
nilai resistivitas tanah yang diberi pupuk N, P, K dan sebagai referensi bagi civitas
akademika untuk mengembangkan dan memanfaatkan teknologi bagi kemajuan
ilmu pengetahuan terutama di bidang pertanian.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu,
Resistivitimeter Naniura Model NRD 300 HF, multimeter, elektroda, kabel, aki,
lampu aki, meteran, patok, terpal, tali rapia, kalkulator, alat tulis, laptop, kamera,
bor tanah, gembor.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, pupuk SP-
36, pupuk KCl, air, petak 5m x 1m, program Res2Dinv 3.4 Geotomo Software
2001, data geolistrik, sampel tanah pada petak penelitian, data curah hujan dan
hari hujan tahun 2006-2015.

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai dengan


Januari 2017. Bertempat di lahan samping area parkir bagian timur Fakultas
Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental lapangan yang akan


dilaksanakan dengan beberapa tahapan yakni persiapan petak, persiapan alat,
pembuatan petak, pengambilan data geolistrik, pengambilan sampel tanah, analisis
kadar air, tekstur, bulk density dan particle density tanah, pengolahan dan analisis
data. Petak pada lahan yang tidak bervegetasi akan diberi pupuk urea+ SP-36+
KCl yang sudah dilarutkan dengan air. Adapun dosis pupuk yang digunakan
sebagai berikut :
Tabel 1. Dosis pupuk dalam petak penelitian
No Jenis Pupuk Kontrol Pemberian Pupuk
kg∕ha 0 500
1 Urea
kg∕petak 0 0,25
kg∕ha 0 300
2 SP-36
kg∕petak 0 0,15
kg∕ha 0 150
3 KCl
kg∕petak 0 0,075

Penelitian Pengukuran resistivitas dilakukan selama 4 hari yakni hari ke-0


(kontrol/tanpa pemberian larutan pupuk N,P,K), hari ke-1 (24 jam setelah
pemberian larutan pupuk N,P,K), hari ke-2 (66 jam setelah pemberian larutan
pupuk N,P,K), hari ke-3 (72 jam setelah pemberian larutan pupuk N,P,K) dengan
menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah menggunakan alat resistivitimeter
melalui elektroda arus (C1 dan C2) kemudian hasil beda potensial yang
ditimbulkan pada elektroda potensial (P1 dan P2) akan diukur.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan petak
Pembuatan petak dengan panjang 5 m dan lebar 1 m di siapkan di lokasi
penelitian. Petak akan ditutup terpal dengan ukuran terpal panjang 6 m dan lebar 8
m dipasang seperti bentuk kemah sebagai naungan untuk melindungi petak dari
air hujan. Petak akan dibuat datar dengan hanya membersihkan lokasi dari gulma
dan diberi patok di tiap sudut petak, kemudian akan dibuat parit sedalam ±5 cm di
sekeliling petak penelitian. Petak kemudian disiram dengan air dan pupuk urea+
SP-36+ KCl yang telah dilarutkan. Penyiraman dilakukan menggunakan gembor
untuk menghindari terjadinya aliran permukaan pada petak.

Persiapan alat
Pengambilan data pengukuran di lapangan menggunakan alat
resistivitimeter Naniura model 300 HF. Alat resistivitimeter akan tersambung
dengan elektroda dengan menggunakan kabel dan konektor. Elektroda arus akan
terhubung ke C1 dan C2 (Current) pada alat sedangkan elektroda potensial akan
terhubung ke P1 dan P2 (Potential) pada alat.

Pengambilan data geolistrik


Prosedur dalam pengambilan data ditempuh dengan membuat lintasan
pengukuran metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner menggunakan 1
lintasan pada tiap petak ukuran panjang 5 meter dan spasi elektroda 25 cm,
menyusun elektroda dan rangkaian alat dengan menghubungkan elektroda dengan
ke alat resisitivitimeter dengan posisi elektroda arus (C1 dan C2) berada di
elektroda pertama dan keempat, sedangkan untuk elektroda potensial (P1 dan P2)
berada di elektroda kedua dan ketiga, mengaktifkan alat resistivitimeter kemudian
melakukan pengukuran sepanjang lintasan dan pencatatan data lapangan. Berikut
gambar susunan elektroda dalam satu lintasan :

Gambar 1.
Susunan
elektroda dalam satu lintasan

Pengambilan sampel tanah dan analisis kadar air tanah


Pengambilan sampel tanah dilakukan selama 4 hari yakni hari pertama
sebelum penyiraman dan 3 hari berikutnya setelah pengambilan data geolistrik.
Setiap pengambilan sampel tanah dilakukan pengeboran dengan 3 kedalaman
yakni 12,5 cm, 25 cm, dan 37,5 cm. Sampel tanah akan digunakan untuk
menganalisis kadar air tanah pada petak

Pengambilan sampel tekstur, bulk density dan particle density tanah


Pengambilan sampel tanah dilakukan setelah penelitian lapangan selesai.
Pengambilan sampel menggunakan ring sampel di kedalaman 10 cm, 20 cm, dan
33 cm. Sampel tanah akan digunakan untuk menganalisis tekstur, bulk density,
dan particle density tanah di petak penelitian.

Pengolahan data
Dari hasil pengukuran akan diperoleh data hasil pengukuran yakni arus (I),
beda potensial (V), jarak spasi (n, a) yang kemudian akan melalui tahap
pengolahan data dengan memasukkan data lapangan dalam program Excel untuk
menghitung faktor konfigurasi (k), nilai resistivitas (ρ) dan hambatan (R)
kemudian membuat input untuk program Res2Dinv di program notepad kemudian
menyimpannya dengan mengklik save as dalam bentuk *.dat lalu keluar dari
program notepad.

Analisis Data
Analisa data dilakukan secara kualitatif terhadap peta penampang lintang
resisitivitas 2D sehingga akan diperoleh sebaran nilai resisitivitas tanah yang
diberi pupuk N, P, dan K dan visualisasi sebaran nilai resistivitas tanah selama
beberapa hari setelah penyiraman dan pemupukan sehingga bisa terlihat
pergerakan pupuk di dalam tanah. Analisa juga akan dikaitkan dengan nilai kadar
air pada petak. Sebaran nilai resistivitas akan tergambarkan dengan variasi warna
yang menunjukkan nilai resistivitas yang beragam untuk kemudian dianalisis.
Pembacaan dan pengeditan data dilakukan dengan menggunakan program
Res2Dinv.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Resistivitas (Ohm.m)

Gambar 2. Penampang resistivitas hari ke-0 (Kontrol)tanpa pemberian larutan


pupuk N,P,K
Gambar 3.

Penampang resistivitas hari ke-1 (24 jam) setelah pemberian larutan

pupuk N,P,K
Gambar 4. Penampang resistivitas hari ke-2 (66 jam) setelah pemberian larutan
pupuk N,P,K

Gambar 5. Penampang resistivitas hari ke-3 (72 jam) setelah pemberian larutan
pupuk N,P,K
Gambar 6. Grafik persentase nilai kadar air tanah hari ke-0 (kontrol)sampai hari
ke-3 (72 jam setelah pemberian larutan pupuk N,P,K)

Gambar 7. Grafik rata-rata nilai ρ (resistivitas) hari ke-0 (kontrol) sampai hari
ke-3 (72 jam setelah pemberian larutan pupuk N,P,K)

Pembahasan

Pada hari ke-0 (kontrol) petak tidak diberi perlakuan, berdasarkan nilai
kadar air yang diperoleh sebesar 5,46% untuk kedalaman 12,5 cm, 7,42% untuk
kedalaman 25 cm, dan 8,83% untuk kedalaman 37,5 cm. Adapun nilai rata-rata ρ
(resistivitas) untuk hari ke-0 yakni 1069,28 Ω.m pada kedalaman 12,5 cm,
1434,82 Ω.m pada kedalaman 25 cm, dan 1708,52 Ω.m pada kedalaman 37,5 cm.
Berdasarkan gambar penampang melintang resistivitas, pada hari ke-0, nilai rata-
rata ρ lebih besar dibandingkan dengan setelah diberi larutan pupuk N, P, K, dan
lapisan-lapisan warna tampak tidak beraturan. Hal ini dikarenakan tidak adanya
penambahan air dan pupuk yang merupakan penghantar listrik yang baik. Selang
kotak-kotak warna menunjukan semakin kearah kanan semakin tinggi nilai ρ.
Seperti yang terlihat pada gambar 2. semakin dalam tanah, semakin tinggi nilai ρ.
Adapaun eror data pada hari ke-0 mencapai 5,2%. Semakin rendah nilai eror
semakin baik dan semakin akurat data.
Pada hari ke-1 atau 24 jam setelah petak diberi larutan pupuk, perubahan
mulai terjadi terlihat pada nilai kadar air yang naik dari 5,46% menjadi 11,98%
pada kedalaman 12,5 cm, 7,42% menjadi 13,12% di kedalaman 25 cm, dan 8,83%
menjadi 11,86% di kedalaman 37,5 cm. Sebaliknya, nilai rata-rata ρ semakin
menurun yakni pada kedalaman 12,5 cm 1069,28 Ω.m, 187,88 Ω.m, pada
kedalaman 25 cm 473,70 Ω.m dan pada kedalaman 37,5 cm 821,61 Ω.m. Hal ini
disebabkan karena adanya pemberian larutan pupuk N,P,K 24 jam sebelumnya.
Seperti yang dipaparkan oleh Wuryantoro (2007), semakin besar kandungan air
maka akan semakin besar pula konduktivitasnya, sebaliknya jika kandungan air
berkurang maka akan semakin besar resistivitasnya. Air yang berisi campuran
terlarut pupuk N,P,K dapat menambah kemampuannya untuk menghantarkan
listrik, artinya nilai resistivitasnya menjadi lebih rendah. Dibandingkan dengan
kontrol, nilai rata-rata ρ setelah diberi larutan pupuk N,P,K turun secara
signifikan. Pada hari ke-1 kedalaman 25 cm kadar air tanah lebih tinggi
dibandingkan dengan kedalaman 12,5 cm dan 37,5 cmsedangkan nilai rata-rata ρ
pada kedalaman 25 cm menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
rata-rata ρ pada kedalaman 12,5 cm. Pada penelitian yang dilakukan Suud, et al.,
(2015), nilai daya hantar listrik pada tanah tanpa pupuk lebih rendah dibandingkan
dengan tanah yang telah diberi pupuk. Artinya pada kedalaman 12,5 cm lapisan
tanah masih dijenuhi larutan pupuk yang telah terionisasi sehingga nilai
resistivitasnya sangat rendah dan pada saat mencapai kedalaman 25 cm
kejenuhannya lebih di dominasi oleh kadar air di bandingkan oleh pupuk.
Pada gambar 3. terlihat warna biru yang menunjukan nilai ρ cenderung
rendah. Semakin dalam tanah, nilai ρ semakin tinggi. Hal ini karena pupuk
sebagian besar diduga masih berada pada lapisan kedalaman 12,5 cm dan belum
banyak turun sampai ke kedalaman 37,5 cm sehingga pada kedalaman 37,5 cm di
hari ke-1 nilai rata-rata ρ lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 12,5 cm
dan 25 cm. Sedangkan nilai kadar air meningkat karena adanya pemberian larutan
pupuk yang mengandung air. Pemberian larutan pupuk N,P,K juga mempengaruhi
susunan lapisan warna pada penampang lintang resistivitas yakni susunan warna
menjadi lebih tertata. Hal ini disebabkan oleh pemberian larutan pupuk N,P,K
yang dilakukan secara merata.
Pada hari ke-2 (66 jam setelah pemberian larutan pupuk N,P,K) nilai kadar
air naik pada kedalaman menjadi 12,5 cm 16,09%, kedalaman 25 cm 15,30% dan
kedalaman 37,5 cm 13,84%. Nilai rata-rata ρ pada kedalaman 12,5 cm mengalami
kenaikan yakni 235,85 Ω.m, kedalaman 25 cm mengalami penurunan yakni
297,46 Ω.m dan kedalaman 37,5 cm mengalami kenaikan menjadi 841,21 Ω.m.
Pada gambar 4. terlihat jelas susunan warna tidak beraturan. Ketidakstabilan nilai
ρ disebabkan karena pada pengukuran hari ke-2 terjadi banjir yang menyebabkan
tergenangnya petak dan mundurnya waktu pengambilan data lapangan.
Seharusnya pengambilan data dilakukan setelah 48 jam tetapi mundur menjadi 66
jam, secara visual penampang di dominasi warna biru yang mengindikasikan nilai
ρ rendah. Hal ini menyebabkan naiknya kadar air tanah seperti yang tergambar
pada gambar 6. Menurut Suud, et al., (2015), kadar air dalam tanah akan
membantu kadar hara potensial untuk larut dan terhidrolisis sehingga dapat
membentuk ion dan kation dalam tanah. Jika kandungan air dalam tanah sudah
terlalu jenuh maka pengukuran daya hantar listrik lebih disebabkan oleh
kandungan kejenuhan air daripada nilai daya hantar listrik akibat kandungan ion
yang telah terhidrolisis. Semakin tinggi nilai daya hantar listrik, semakin rendah
nilai resistivitas. Kemampuan pupuk untuk terionisasi dalam tanah mempengaruhi
respon naik atau turunya nilai rata-rata ρ.
Pada hari ke-3 (72 jam setelah pemberian larutan pupuk N,P,K) pada
grafik nilai kadar air terjadi penurunan namun nilai terbesar pada kedalaman 12,5
cm yakni 15,35%, di kedalaman 25 cm turun menjadi 9,34% dan di kedalaman
37,5 cm turun menjadi 7,91%. Untuk nilai rata-rata ρ terjadi penurunan dari hari
sebelumnya yakni di kedalaman 12,5 cm 124,35 Ω.m, di kedalaman 25 cm terjadi
kenaikan menjadi 345,73 Ω.m dan di kedalaman 37,5 cm 621,23 Ω.m. Pada hari
ke-3 nilai rata-rata ρ merupakan yang paling rendah dari keseluruhan hari. Hal ini
diduga karena terjadinya banjir pada hari ke-2 sehingga terjadi ketidakstabilan
atau kekacauan data pada hari ke-2, pada hari ke-3 mulai stabil kembali tergambar
secara visual pada gambar 5. susunan warna tertata kembali. Kedalaman dengan
nilai ρ terendah terdapat pada lapisan atas yang disimbolkan dengan warna biru,
semakin kedalam semakin tinggi nilai ρ. Dampak dari adanya air genangan di
petak mempengaruhi nilai rata-rata ρ menjadi lebih rendah dari hari sebelum
banjir.
Berdasarkan hasil analisis tekstur tanah diketahui bahwa tanah pada petak
penelitian memiliki tekstur pasir berlempung di semua kedalaman, dan nilai
persentase porositasnya pun tidak jauh berbeda sehingga tidak terlalu
mempengaruhi terhadap perbedaan nilai rata-rata ρ. Pemberian larutan pupuk
N,P,K pada petak penelitian dapat menurunkan nilai resistivitas tanah dan metode
geolistrik tahanan jenis ini dapat membedakan tanah yang diberi pupuk dan tidak
diberi pupuk berdasarkan hasil nilai resistivitas dan korelasinya dengan persentase
kadar air tanah yang telah diukur.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yang


telah dilaksanakan yaitu :
1. Metode geolistrik tahanan jenis dapat dijadikan alternatif lapangan untuk
mengetahui tanah yang di pupuk.
2. Nilai resistivitas berbanding terbalik dengan nilai kadar air tanah. Semakin
tinggi nilai kadar air tanah maka semakin rendah nilai resistivitasnya,
sebaliknya semakin rendah nilai kadar air tanah maka nilai resistivitas
akan semakin tinggi.
3. Tanah yang tidak diberi larutan pupuk (hari ke-0 (kontrol) memiliki nilai
resistivitas lebih tinggi yakni pada kedalaman 12,5 cm 1069,28 Ω.m, 25
cm 1434,82 Ω.m, 37,5 cm 1708,52 Ω.m. Tanah yang telah diberi larutan
pupuk memiliki nilai resistivitas yang lebih rendah yakni hari ke-1 (24
jam) kedalaman 12,5 cm 187,88 Ω.m, 25 cm 473,70 Ω.m, 37,5 cm 821,61
Ω.m. Pada hari ke-2 (66 jam) kedalaman 12,5 cm 235,85 Ω.m, 25 cm
297,46 Ω.m, 37,5 cm 841,21 Ω.m. Pada hari ke-3 (72 jam) kedalaman 12,5
cm 124,35 Ω.m, 25 cm 345,73 Ω.m, 37,5 cm 621,23 Ω.m. Perubahan nilai
rata-rata ρ terjadi karena pengaplikasian larutan pupuk (urea 0,25 kg + SP-
36 0,15 kg + KCl 0,075 kg + air 130 ltr) pupuk dan air merupakan
penghantar listrik yang baik.
4. Pengaruh pemberian larutan pupuk terhadap nilai resistivitas secara visual
terlihat pada penampang resistivitas. Susunan lapisan-lapisan warna
menunjukan selang nilai resistivitas. Pada petak hari ke-0 (kontrol)
susunan warna tampak tidak beraturan sedangkan setelah aplikasi larutan
pupuk N, P, K susunan lapisan warna tampak lebih tersusun kecuali pada
hari ke-2 saat petak tergenang air hujan.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu metode geolistrik resistivitas


diaplikasikan untuk melihat perbedaan tanah pada lahan dengan tanaman-tanaman
tertentu dan pengambilan data lapangan di perpanjang harinya juga dilakukan
lebih dari satu kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan sebagai backup
data eror.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyadi, A. Q. Banuboro, D. & Dwiharto, M. F. 2014. Upaya Meminimalisir


Infiltrasi Air Ke Dalam Retakan Tanah Akibat Pergeseran Tanah Pada
Bidang Gelincir di Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Karya Ilmiah, Teknik Geofisika Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Asra, A. 2012. Penentuan Sebaran Akuifer Dengan Metode Tahanan Jenis
(Resistivity Method) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Azhar., Gunawan, H. 2004. Penerapan MetodeGeolistrik
KonfigurasiSchlumberger untuk Penentuan TahananJenisBatubara.
JurusanGeofísika TerapanITB. Bandung.
Balittanah. 2016. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penelitian Kesuburan Tanah.
Sumber:http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/petunjuk
-teknis-69/1050-kesub. Diakses tanggal 5 September 2016.
Bernado, B. 2014. Laporan Praktikum Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Konfigurasi Wenner. Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung.
Effendy, V. N. A. 2012. Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole
Untuk Mendeteksi Mineral Mangan (Physical Modeling). Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember.
Jember.
Fauzi, A. 2008. Analisa Kadar Unsur Hara Karbon Organik dan Nitrogen Dalam
Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Bengkalis Riau. Tugas Akhir Program
Studi Diploma 3 Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Fuadah, D. D. 2012. Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner.
Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Sunan Gunung Djati.
Bandung.
Hanisar, W., Bahrum, A. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Hijau
(Vigna radiata L.)
Hasbi, N. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Niitrogen, Fosfor dan Kalium
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Bengggala (Panicum
maximum). Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Kurnia, U., et al. 2012. Sifat Fisik Tanah Bab 14 Penetapan Retensi Air Tanah di
Lapangan. Sumber: http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/. Diakses
pada 23 Agustus 2016.
Latifah, D. 2014. Analisis Daya Hantar Listrik (DHL) Air tanah Asin dan
Dampak Pada Peralatan Rumah Tangga di Kecamatan Grogol. Publikasi
Ilmiah Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Lawenga, F. F. et. al. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Sifat
Fisika Tanah dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculetum) di
Desa Bulupountu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Jurnal
Agrotekbis 3 (5): 564-570, Oktober 2015.

Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Pada Budidaya Tanaman


Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Naibaho, R. 2003. Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran Terhadap
Kandungan Unsur Hara NPK dan pH Beberapa Tanah Hutan. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Priambodo, I. C., et.al. 2011. Aplikasi Metoda Geolisrik Konfigurasi Wenner-
Schlumberger Pada Survey Gerakan Tanah di Bajawa, NTT. Bulletin
Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 nomor 2. Agustus 2011:1-
10. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Saribun, D. S. 2008. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK Pada Berbagai Dosis
Terhadap pH, P-Potensial dan P-Tersedia Serta Hasil Caysin (Brassica
juncea) Pada Fluventic Eutrudepts Jatinangor. Fakultras Pertanian
Universitas Padjajaran. Jatinangor. Jawa Barat.
Sehah, dan Sugito. 2011. Pencitraan Resistivitas 2D Bawah Permukaan Tanaman
Jati (Tectona grandis Sp.) Menggunakan Konfigurasi Wenner (Studi
Kasus: Lahan Tanaman Jati di Belakang Gedung MIPA UNSOED).
Berkala Fisika Vol. 14, No. 1, Januari 2011, Hal 1-10. Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Suud, H. M. 2015. Pengembangan Model Pendugaan Kadar Hara Tanah Melalui
Pengukuran Daya Hantar Listrik Tanah. Jurnal Keteknikan Pertanian
Vol.3 No.2, p 105-112.
Utami, N. H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska
Tambang Galian C Pada Tiga Penutupan Lahan. Skripsi Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wijaya, A. S. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS
Surabaya. Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol. XIX, Edisi Mei 2015.
Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai