Anda di halaman 1dari 58

MEKANIKA TANAH II

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanika tanah adalah suatu cabang dari ilmu teknik yang mempelajari perilaku tanah
dan sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang disebabkan oleh gaya-gaya
yang bekerja. Sedangkan Teknik Pondasi merupakan aplikasi prinsip-prinsip Mekanika
Tanah dan Geologi. , yang digunakan dalam perencanaan dan pembangunan pondasi seperti
gedung, jembatan, jalan, bendung clan lain-lain. Oleh karena itu perkiraan dan pendugaan
terhadap kemungkinan adanya penyimpangan dilapangan dari kondisi ideal pada mekanika
tanah sangat penting dalam perencanaan pondasi yang benar.
Agar suatu bangunan dapat berfungsi secara sempurna, maka seorang insinyur harus
bisa membuat perkiraan dan pendugaan yang tepat tentang kondisi tanah dilapangan.
Adapun bencana yang tak terduga ataupun dapat di prediksi sebelumnya pada kondisi tanah
di lapangan diantaranya adalah longsor.
Longsor merupakan gejala alami, yakni suatu proses perpindahan massa tanah atau
batuan pembentuk lereng dengan arah miring dan kedudukan semula, sehingga terpisan dari
massa yang mantap karena pengaruh gravitasi, dengan jenis gerakan berbentuk translasi
dan/atau rotasi.
Secara singkat proses terjadinyatanah longsor adalah air meresap ke dalam bobot tanah
sehingga menambah bobot tanah, air menembus sampai ke lapisan kedap yang berperan
sebagai bidang, lalu gelincir kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya
bergerak mengikuti lereng dan keluar dari lereng.
Adapun beberapa cirri-ciri dari daerah yang rawan bencana tanah longsor. Ciri-ciri
tersebut pada umumnya berupa kemiringan lereng curam (lebih dari 40%) dan/atau kawasan
rawan gempa, kawasan yang dijumpai banyak alur air dan mata air yang berada di lembah-
lembah subur dekat sungai, lereng-lereng pada belokan sungai sebagai akibat proses erosi
atau penggerusan oleh aliran sungai pada bagian kaki lereng. Adapun cirri-cirinya karena
merupakan daerah tekuk lereng. Daerah tekuk lereng yakni peralihan antara lereng curam
dengan lereng landai yang di dalamnya terdapat pemukiman.
Lokasi seperti ini merupakan zona akumulasi air yang meresap dari bagian lereng yang
lebih curam. Lalu ciri-ciri lainnya adalah daerah tersebut dilalui struktur patahan/sesar yang

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 1


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

umumnya terdapat hunian. Juga yang terakhir adalah tentang kondisi geologi di daerah
tersebut (jenis batuan, sifat batuan, stratigrafi dan tingkat pelapukan).
Di Jawa Barat terdapat beberapa daerah yang mempunyai cirri-ciri kurang lebih seperti
yang dijelaskan diatas. Dan dapat disimpulkan daerah-daerah tersebut masuk kategori
daerah yang rawan longsor. Daerah-daerah tersebut adalah ; Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Cianjur, Bogor, Sukabumi, Garut, Ciamis dan Tasikmalaya.
Seperti yang dilansir oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) yang memperingati
warga Jawa Baratpada hari Kamis, 11 Februari 2016 kemarin, khususnya daerah-daerah
rawan longsor yang tadi disebutkan untuk berhati-hati dan berantisipasi karena
memungkinkan terjadinya bencana banjir dan longsor, termasuk angin kencang seperti
kumolonimbus.
Dan pada kesempatan kali ini akan dibahas tentang daerah rawan longsor khususnya di
daerah Kabupaten Bandung, tepatnya yang berlokasi di Kec. Parongpong Kel. Cihanjuang
Rahayu Kampung Babakan RW 12/RT 03 dan Kampung Ciwangun RW 15/RT 04.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari penelitian stabilitas lereng Desa Cihanjuang Rahayu adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui keadaan longsoran yang terdapat pada daerah CIC dan SMP 1 Parongpong.
2. Mengetahi safety factor yang ada di daerah lereng tersebut.
3. Dapat menganalisis penyebab terjadinya longsor di daerah tersebut.
4. Dapat menganalisis pencegahan/penanganan yang dapat dilakukan di daerah yang telah
terjadi longsor tersebut.

1.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dari survey yang kami lakukan hingga pengolahan data,
diantaranya :
1. Menggunakan alat GPS sebagai pengukuran titik-titik longsoran.

2. Menggunakan aplikasi Geoslope untuk menganalisis longsoran.


3. Menggunakan metoda Bishop dalam menganalisis.
4. Melakukan survey ke dua tempat lokasi rawan longsoran di Kel. Cihanjuang Rahayu.
5. Akan dipaparkan satu dari dua longsoran mengenai analisa longsoran serta
perhitungan.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 2


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

6. Menggunakan hanya satu potongan longsoran untuk mengetahui jenis longsoran dan
analisa perhitungan longsoran.
7. Menganalisis penanganan yang harus dilakukan berdasarkan perhitungan dan keadaan
di daerah longsoran.

1.4 Lokasi dan Waktu


Berikut informasi mengenai lokasi dan waktu dari survey yang dilakukan :
 Lokasi :
1. Kec. Parongpong Kel. Cihanjuang Rahayu Kampung Babakan RW 12/RT 03.
2. Kec. Parongpong Kel. Cihanjuang Rahayu Kampung Ciwangun RW 15/RT 04.
 Waktu :
Rabu, 27 April 2016 dan Kamis, 2 Juni 2016.

Gambar 1.1 Lokasi Longsor

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 3


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 1.2 Longsor 2


1.5 Sistematika Laporan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam Laporan Penelitian Analisa Longsor
ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, rumusan masalah dan sistematika
laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang dasar-dasar teori dari penelitian analisa longsor tersebut.
BAB III METODOLOGI
Berisi tentang tahapan-tahapan pencarian titik longsor hingga pengambilan data
dilapangan hingga mendapat koordinat titik longsoran tersebut. Serta meliputi
flowchart dari tahapan-tahapan tersebut.
BAB IV INVENTARIS DAN IDENTIFIKASI
Berisi tentang data-data yang telah kita dapatkan dari hasil survey ke titik
longsoran tersebut serta hasil dokumentasi berupa foto-foto keadaan di daerah
longsoran tersebut.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 4


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB V PEMBAHASAN
Berisi tentang analisa-analisa yang didapat dari pengolahan data yang dilakukan
seperti perhitungan dan analisa menggunakan geoslope. Serta dibahas tentang
penanganan yang harus dilakukan.
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulandari bab-bab sebelmnya dan saran-saran yang berguna.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 5


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Stabilitas Lereng


Suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang
horisontal disebut sebagai lereng (slope). Lereng dapat terjadi secara alamiah atau dibentuk
oleh manusia dengan tujuan tertentu. Jika permukaan membentuk suatu kemiringan maka
komponen massa tanah di atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah
akibat gravitasi. Jika komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, dapat mengakibatkan
longsor pada lereng tersebut. Kondisi ini dapat dicegah jika gaya dorong (driving force)
tidak melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang
bidang longsor.

Gambar 2.1

Kelongsoran lereng (Braja M. Das, 2002).

Bidang gelincir dapat terbentuk dimana saja di daerah-daerah yang lemah. Jika longsor
terjadi dimana permukaan bidang gelincir memotong lereng pada dasar atau di atas ujung
dasar dinamakan longsor lereng (slope failure) seperti yang diperlihatkan pada Gambar
2.2a. Lengkung kelongsoran disebut sebagai lingkaran ujung dasar (toe circle), jika bidang
gelincir tadi melalui ujung dasar maka disebut lingkaran lereng (slope circle). Pada kondisi
tertentu terjadi kelongsoran dangkal (shallow slope failure) seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2b. Jika longsor terjadi dimana permukaan bidang gelincir berada agak jauh di
bawah ujung dasar dinamakan longsor dasar (base failure) seperti pada Gambar 2.2c.
Lengkung kelongsorannya dinamakan lingkaran titik tengah (midpoint circle) (Braja M.
Das, 2002).

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 6


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Proses

menghitung dan membandingkan tegangan geser yang terbentuk sepanjang permukaan


longsor yang paling mungkin dengan kekuatan geser dari tanah yang bersangkutan
dinamakan dengan Analisis Stabilitas Lereng (Slope Stability Analysis) terlihat pada
Gambar 2.2

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 7


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk keruntuhan lereng (a) Kelongsoran lereng, (b) Kelongsoran
lereng dangkal, (c) Longsor dangkal (Braja M. Das, 2002).

2.2 Tanah Longsor


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinyatanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke
dalam tanah akanmenambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap
air yang berperansebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

2.2.1 Jenis-Jenis Tanah Longsor


Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok,runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis
longsoran translasi dan rotasipaling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran
yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Gambar 2.3 Longsoran translasi


Sumber : https://agroekoteknologi08.wordpress.com

2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 8


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 2.4 Longsoran Rotasi


Sumber : https://agroekoteknologi08.wordpress.com

3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerakpada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebutjuga longsoran translasi blok batu.

Gambar 2.5 Longsoran blok


Sumber : https://agroekoteknologi08.wordpress.com

4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas.Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.

Gambar 2.6 Longsoran batu


Sumber : https://agroekoteknologi08.wordpress.com

5. Rayapan Tanah

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 9


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergeraklambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenistanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktuyang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

Gambar 2.7 Longsoran tanah


Sumber : https://agroekoteknologi08.wordpress.com

6. Aliran Bahan Rombakan


Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerakdidorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung padakemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah danmampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempatbisa sampai ribuan meter seperti di
daerah aliran sungai disekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban
cukup banyak.

Gambar 2.5 Aliran bahan rombakan


Sumber : https://agroekoteknologi08.wordpress.com
2.2.2 Penyebab Terjadinya Longsor
Faktor-faktor penyebab lereng rawan longsor meliputi faktor internal
(dari tubuh lereng sendiri) maupun faktor eksternal (dari luar lereng) diantaranya:

1. Tingginya curah hujan


Curah hujan yang tinggi adalah salah satu penyebab terjadinya bencana longsor.
Ketika musim kemarau panjang, tanah akan kering dan membentuk pori-pori

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 10


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

tanah (rongga tanah) dan selanjutnya terjadi keretakan pada tanah tersebut.
Apabila hujan datang, otomatis air hujan akan masuk ke dalam rongga tanah atau
pori-pori tanah yang terbuka tadi. Air hujan yang telah memenuhi rongga,
menyebabkan terjadinya pergeseran tanah. Yang akhirnya mengakibatkan longsor
dan erosi tanah.

2. Hancurnya bebatuan
Batu yang rentan longsor adalah bebatuan yang berada di lereng, dengan jenis
batu yaitu sedimen kecil dan batuan endapan yang berasal dari gunung berapi.
Biasanya batu di lereng itu sifatnya lapuk atau tidak memiliki kekuatan dan
mudah hancur menjadi tanah, inilah pemicu terjadinya tanah longsor.

3. Hutan gundul
Penebangan hutan secara liar yang mengakibatkan memberikan dampak akibat
hutan gundul dapat berdampak pada terjadinya bencana longsor. Seperti kita tahu,
pohon-pohon yang ada di lereng bukit atau pepohonan di hutan sekitar, akarnya
bemanfaat untuk menyimpan air dan memperkuat struktur tanah. Sehingga tanah
akan tetap kokoh dan tidak longsor.

4. Getaran
Getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan di sekitar lereng
perbukitan, tidak secara langsung mengakibatkan tanah jadi longsor. Tetapi
berproses, pertama jalanan di lereng bukit yang sering dilewati kendaraan
perlahan akan mengalami keretakan yang jika dibiarkan, lama-lama akan longsor.
Sementara getaran besar yang langsung menyebabkan tanah longsor antara lain
diakibatkan oleh bahan peledak atau gempa bumi.

5. Erosi
Erosi merupakan pengikisan tanah. Penyebabnya bermacam-macam, salah
satunya adalah aliran sungai yang terus mengikis tebing di sekelilingnya. Terlebih
jika tebing itu tidak memiliki penahan berupa pepohonan, maka kemungkinan
besar tanah pada tebing bisa longsor. (baca : cara mencegah erosi tanah).

6. Bendungan susut
Turunnya permukaan tanah dan timbulnya retakan diakibatkan oleh penyusutan
muka air danau atau bendungan dengan cepat. Penyusutan ini berdampak pula

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 11


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

pada hilangnya gaya penahan lereng.Waduk dengan kemiringan 220o berpotensi


untuk longsor.

7. Lereng dan tebing yang terjal


Proses pembentukan lereng atau tebing terjal adalah lewatnya angin dan air di
sekitar lereng yang berdampak pada pengikisan lereng tersebut. Waspada jika di
sekitar tempat tinggal terdapat tebing atau lereng terjal, karena rawan tanah
longsor. (baca : perbedaan dataran tinggi dan dataran rendah).

8. Menumpuknya material
Banyak warga yang ingin melakukan perluasan pemukiman dengan cara
menimbun lembah atau memotong tebing. Tanah yang digunakan untuk
menimbun lembah, belum benar-benar padat, jadi tatkala proses terjadinya hujan
tiba-tiba mengguyur dapat menimbulkan retakan dan permukaan tanah yang
turun.

9. Tanah tak padat


Tanah yang tidak padat contohnya adalah tanah liat. Sifat tanah yang pecah ketika
pada pembagian musim seperti musim kemarau atau kering melanda dan lembek
saat terkena curah hujan tinggi menyebabkan rawan mengalami longsor. Tanah
yang kurang lebih ketebalannya 2,5 meter akan longsor jika terdapat pada
kemiringan atau sudut lereng 220º.

10. Ada lahan pertanian di lereng


Penataan lahan pertanian maupun perkebunan yang buruk akan berdampak pada
timbulnya bencana longsor. Tanaman pertanian dan perkebunan memiliki akar
yang kecil dan tidak cukup kokoh untuk menjaga struktur tanah tetap kuat.
Pepohonan ditebang seenaknya untuk membuka lahan perkebunan dan pertanian
tanpa mempertimbangkan efeknya. Pepohonan yang ditebang fungsinya
memperkuat tanah dan akarnya mampu menyerap air, dan untuk menghindari
penyebab pemanasan global sehingga ketika curah hujan tinggi, tidak akan terjadi
bencana longsor maupun banjir.

2.3. Parameter Tanah/Batuan


Untuk analisis stabilitas lereng diperlukan parameter tanah/batuan :

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 12


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

1. Kuat Geser
Kuat geser terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam ( φ ).

2. Berat Isi
Berat isi diperlukan untuk perhitungan beban guna analisis stabilitas lereng. Berat isi
dibedakan menjadi berat isi asli, berat isi jenuh, dan berat isi terendam air yang
penggunaannya tergantung kondisi lapangan.
Salah satu penerapan pengetahuan mengenai kekuatan geser tanah/batuan adalah
untuk analisis stabilitas lereng. Keruntuhan geser pada tanah atau batuan terjadi
akibat gerak relatif antarbutirnya. Oleh sebab itu kekuatannya tergantung pada gaya
yang bekerja antarbutirnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan geser
terdiri atas :
1. Bagian yang bersifat kohesif, tergantung pada macam tanah/batuan dan ikatan
butirnya.
2. Bagian yang bersifat gesekan, yang sebanding dengan tegangan efektif yang
bekerja pada bidang geser.
Kekuatan geser tanah dapat dinyatakan dengan rumus :
S = C’ + ( τ - µ ) tan φ ………………………….(2.1)
Dimana :
S = kekuatan geser
τ = tegangan total pada bidang geser
µ = tegangan air pori
C’= kohesi efektif
Φ= sudut geser dalam efektif
Analisis stabilitas lereng pada dasarnya dapat ditinjau sebagai mekanisme gerak
suatu benda yang terletak pada bidang miring. Benda akan tetap pada posisinya jika
gaya penahan R yang terbentuk oleh gaya geser antara benda dan permukaan lereng
lebih besar dibandingkan dengan gaya gelincir T dari benda akibat gaya gravitasi.
Sebaliknya benda akan tergelincir jika gaya penahan R lebih kecil dibanding dengan
gaya gelincir T. Secara skematik terlihat pada Gambar (2.4). Secara matematis
stabilitas lereng dapat diformulasikan sebagai :

Dimana:
FK = faktor keamanan

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 13


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

R = gaya penahan
T = gaya yang
menyebabkan gelincir
Jika FK < 1 benda akan
bergerak
FK = 1 benda dalam
keadaan seimbang
FK > 1 benda akan diam

(Braja M. Das, 2002)

Gambar 2.4 Keseimbangan benda pada bidang miring (Braja M. Das, 2002)

3. Angka Keamanan (Safety Factor)

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 14


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Mengingat lereng terbentuk oleh banyaknya variabel dan banyaknya faktor


ketidakpastian antara lain parameter-parameter tanah seperti kuat geser tanah,
kondisi tekanan air pori maka dalam menganalisis selalu dilakukan penyederhanaan
dengan berbagai asumsi. Secara teoritis massa yang bergerak dapat dihentikan
dengan meningkatkan kekuatan gesernya.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kriteria faktor keamanan adalah
resiko yang dihadapi, kondisi beban dan parameter yang digunakan dalam
melakukan analisis stabilitas lereng. Resiko yang dihadapi dibagi menjadi tiga yaitu
: tinggi, menengah dan rendah. Tugas seorang engineer meneliti stabilitas lereng
untuk menentukan faktor keamanannya. Secara umum, faktor keamanan dapat
dijelaskan sebagai berikut :

……………..(2.2)
Dimana:
FK = angka keamanan terhadap kekuatan tanah.
τf = kekuatan geser rata-rata dari tanah.
τd = Tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor.
Kekuatan geser suatu lahan terdiri dari dua komponen, friksi dan kohesi, dan dapat
ditulis sebagai berikut:
τ f = c + σ tan φ ……………(2.3)
Dimana:
c = kohesi tanah penahan
φ = sudut geser penahan
σ = tegangan normal rata-rata pada permukaan bidang longsor.
Atau dapat ditulis
τ d = cd + σ tan φ d ……………(2.4)
Dimana cd adalah kohesi dan φ d sudut geser yang bekerja sepanjang bidang
longsor. Dengan mensubstitusi persamaan (2.3) dan persamaan (2.4) ke dalam
persamaan (2.2) sehingga kita mendapat persamaan yang baru.

……………(2.5)

Sekarang kita dapat mengetahui beberapa parameter lain yang mempengaruhi


angka keamanan tadi, yaitu angka keamanan terhadap kohesi, Fc, dan angka

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 15


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

keamanan terhadap sudut geser F φ . Dengan demikian Fc dan F φ dapat kita


definisikan sebagai:

dan ……(2.6)

FK sama dengan 1 maka lereng dalam keadaan akan longsor. Biasanya, 1.5 untuk
angka keamanan terhadap kekuatan geser yang dapat diterima untuk merencanakan
suatu stabilitas lereng (SKBI-2.3.06, 1987). Parameter yang digunakan menyangkut
hasil pengujian dengan harga batas atau sisa dengan mempertimbangkan
ketelitiannya. Tabel 2.1 memperlihatkan faktor keamanan terendah berdasar hal-hal
tersebut di atas.
Resiko tinggi jika ada konsekuensi terhadap manusia cukup besar (ada
pemukiman), dan atau bangunan sangat mahal, dan atau sangat penting.Resiko
menengah bila ada konsekuensi terhadap manusia tetapi sedikit (bukan
pemukiman), dan atau bangunan tidak begitu mahal dan atau tidak begitu
penting.Resiko rendah bila tidak ada konsekuensi terhadap manusia dan terhadap
bangunan (sangat murah) (SKBI-2.3.06, 1987). Kekuatan geser maksimum adalah
harga puncak dan dipakai apabila massa tanah/batuan yang potensial longsor tidak
mempunyai bidang diskontinuitas (perlapisan, rekahan, sesar dan sebagainya) dan
belum pernah mengalami gerakan.Kekuatan residual dipakai apabila : (i) massa
tanah/batuan yang potensial bergerak mempunyai bidang diskontinuitas, dan atau
(ii) pernah bergerak (walaupun tidak mempunyai bidang diskontinuitas) (SKBI-
2.3.06, 1987).

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 16


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Tabel 2.1 Faktor keamanan minimum stabilitas lereng (Braja M. Das, 2002)

2.4. Analisis Stabilitas Lereng


Pada umumnya analisis stabilitas lereng dapat dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu:

1.

Prosedur Massa (Mass Procedure)


Pada cara analisis ini massa tanah yang berada di atas bidang gelincir diambil
sebagai satu kesatuan. Prosedur ini berguna bila tanah yang membentuk lereng
dianggap homogeny (Braja M. Das, 2002).

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 17


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

2. Metoda Irisan (Method of Slice)


Pada cara analisis ini tanah yang ada di atas bidang gelincir dibagi menjadi
beberapa irisan-irisan parallel tegak. Stabilitas dari tiap-tiap irisan dihitung secara
terpisah. Metode ini lebih teliti karena tanah yang tidak homogen dapat juga
dimasukkan dalam perhitungan (Braja M. Das, 2002).
Analisis stabilitas dengan menggunakan metode irisan dapat dijelaskan dengan
Gambar (2.7), dimana busur AC adalah sebuah lengkungan dari lingkaran yang
menunjukkan permukaan bidang longsor. Tanah yang berada di atas bidang longsor
dibagi menjadi beberapa irisan tegak. Lebar dari setiap irisan tidak harus sama.
Dengan meninjau satu satuan tebal tegak lurus irisan melintang lereng seperti Gambar
(2.7), gaya-gaya yang bekerja pada irisan tertentu (irisan no. n) ditunjukkan pada
Gambar (2.8). Wn adalah berat irisan. Gaya-gaya Nr dan Tr adalah komponen tegak
dan sejajar dari reaksi R. Pn dan Pn+1 adalah gaya normal yang bekerja pada sisi-sisi
irisan. Demikian pula, gaya geser yang bekerja pada sisi irisan adalah Tn dan Tn+1.
Secara sederhana, tegangan air pori diasumsikan nol. Gaya Pn, Pn+1, Tn dan Tn+1
sulit untuk ditentukan. Akan tetapi kita dapat membuat suatu asumsi pendekatan
bahwa besarnya resultan dari Pn dan Tn adalah sama besar dengan resultan dari Pn+1
dan Tn+1 dan juga garis-garis kerjanya segaris (Braja M. Das, 2002).
Untuk pengamatan kesetimbangan:
Nr = Wn cos αn ………………(2.7)
Gaya geser perlawanan dapat ditunjukkan dengan:

………………(2.8)

Tegangan normal, pada persamaan diatas sama dengan:

………………(2.9)

Untuk keseimbangan blok percobaan ABC, momen gaya dorong terhadap titik O
adalah sama dengan momen gaya perlawanan terhadap titik O:

………(2.10)
Atau

………(2.11)

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 18


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Catatan: pada persamaan diatas diperkirakan sama dengan dengan adalah

lebar potongan nomor n

Gambar 2.7 Permukaan bidang yang dicoba (Braja M. Das, 2002)

Harga αn adalah positif jika lereng bidang longsor yang merupakan sisi bawah
dari irisan, berada pada kwadran yang sama dengan lereng muka tanah yang
merupakan sisi
atas dari irisan. Untuk
mendapatkan
angka keamanan yang
minimum yaitu angka
keamanan untuk lingkaran
kritis, beberapa
percobaan dibuat dengan
cara mengubah letak
pusat lingkaran yang
dicoba.
Metode ini umumnya dikenal sebagai Metode Irisan Sederhana (Ordinary Method
of Slice) (Braja M. Das, 2002). Untuk mudahnya, suatu lereng dalam tanah yang
homogen ditunjukkan pada Gambar (2.7). Akan tetapi metode irisan dapat
dikembangkan untuk lereng yang berlapis-lapis seperti pada Gambar (2.8). Prosedur
umum dari analisis stabilitas tanah adalah sama. Tetapi ada beberapa hal yang perlu
diingat. Untuk menghitung angka keamanan, harga-harga φ dan c tidak akan sama
untuk semua potongan. Sebagai contoh, untuk potongan no. 3 (Gambar 2.9) kita harus

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 19


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

menggunakan sudut geser φ = φ3 dan kohesi c = c3; serupa untuk potongan no. 2, φ =
φ2 dan c = c2 (Braja M. Das, 2002).

Gambar 2.8 Analisis stabilitas dengan metode irisan untuk tanah yang berlapis
(Braja M. Das, 2002)
a. Bishop
Cara analisis
yang dibuat
oleh A.W. Bishop
(1955)
menggunakan
cara elemen
dimana gaya
yang bekerja pada tiap elemen ditunjukkan seperti pada Gambar 2.9 Persyaratan
keseimbangan yang diterapkan pada elemen yang membentuk lereng tersebut.
Faktor keamanan terhadap keruntuhan didefinisikan sebagai perbandingan
kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsoran (Stersedia) dengan
tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan (Sperlu) (SKBI-2.3.06, 1987).

……….…..(2.12)

Bila kekuatan geser tanah adalah:


…………...(2.13)
Maka tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan adalah:
…………...(2.14)
Faktor Keamanan dihitung berdasarkan rumus:

…………...(2.15)
Cara penyelesaian merupakan coba ulang (trial dan error) harga faktor
keamanan FK di ruas kiri persamaan (2.15), dengan menggunakan Gambar 2.9

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 20


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

untuk mempercepat perhitungan (SKBI-2.3.06, 1987). Faktor keamanan menurut


cara ini menjadi tidak sesuai dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif (-)
di lereng paling bawah mendekati 30˚ (Gambar 2.9). Kondisi ini bisa timbul bila
lingkaran longsor sangat dalam atau pusat rotasi yang diandaikan berada dekat
puncak lereng.

Gambar 2.9 Suatu gaya pada suatu elemen menurut Bishop

b. Janbu
Janbu (1954) mengembangkan suatu cara analisis stabilitas lereng yang dapat
diterapkan untuk semua bidang longsoran. Besaran-besaran yang akan dicari adalah
: F (yang berhubungan dengan T, N, E dan S). Berdasarkan keseimbangan gaya
vertikal terlihat dari persamaan (2.16) dan (2.17) (SKBI-2.3.06, 1987) :
…………(2.16)
…………(2.17)
Jumlah gaya-gaya tegak lurus maupun tangensial terhadap bidang dasar irisan
adalah nol. Sehingga persamaannya adalah (SKBI-2.3.06, 1987) :
…………(2.18)

…………(2.19)
…………(2.20)
Kriteria longsor Mohr-Coulomb adalah:
…………(2.21)
Dengan menggabungkan persamaan diatas dan memisalkan x=0

(2.22)

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 21


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alur Penelitian

Mulai

Mengunjungi Kepala
Desa Cihanjuang
Rahayu

Titik Longsoran
yang rawan dan
telah terjadi
longsoran
LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 22
MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Survei

CIC RW.09 Desa SMP Negeri 1 Parompong


Cihanjuang Rahayu RW.15 Desa Cihanjuang
Rahayu

Marking
GPS

Data
Koordin
at

Pengolahan
Data

Analisis
FS>1 Geoslope FS<1

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 23


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Mitigasi Kesimpulan dan Penanggulangan


Saran Hasil
Analisis

Selesai

Gambar 3.1 Alur Kerja

3.1.1. Deskripsi

a. Mengunjungi Kepala Desa Cihanjuang Rahayu


Hal yang pertama kami lakukan adalah mengunjungi kantor kepala desa. Hal ini
bermaksud untuk mendapatkan data dan informasi tentang keadaan tanah di desa
tersebut dan mengetahui pula titik-titik mana saja yang merupakan rawan longsor
maupun yang telah terjadi longsor. Di desa Cihanjuang Rahayu terdapat lima titik yang
terjadi longsor.
b. Survei
Setelah didapatkan informasi yang memadai tentang lokasi-lokasi rawan maupun
yang telah longsor maka kami melakukan survey serta tinjauan ke lokasi. Hal-hal yang
dilakukan saat survei adalah menentukan titik koordinat dengan GPS dan mengambil
sampel tanah untuk diketahui jenis tanah tersebut. Dalam hal ini kelompok kami

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 24


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

melakukan survei di dua tempat yaitu CIC RW.09 dan SMP Negeri 1 Parompong
RW.15 Desa Parompong.
c. Analisis GeoSlope
Setelah mengetahui koordinat di titik longsoran kami melakukan analisis dengan
menggunakan Software Geoslope. Analisis GeoSlope ini dilakukan untuk mengetahui
faktor keselamatan atau FS atau safety factor yaitu kondisi kestabilan tanah saat
longsoran dimana jika FS>1 belum terjadi longsoran dan FS<1 telah terjadi atau saat
longsoran terjadi. Untuk mengetahui langkah-langkah penggunaan GeoSlope, dapat
dilihat di bagian 3.3 mengenai penggunaan GeoSlope.
d. Kesimpulan dan Saran Hasil Survei
Setelah mendapatkan data dan menganalisinya, maka dapat disimpulkan apakah
lokasi tersebut harus dilaksanakan Mitigasi atau Penanggulangan. Untuk FS<1 maka
hal yang harus dilakukan adalah penanggulangan. Jika FS>1 maka hal yang harus
dilakukan adalah Mitigasi. Dari dua lokasi suvei kami, kedua-duanya memilki FS<1
maka hal yang harus dilakukan di kedua lokasi tersebut adalah penanggulangan. Perlu
diperhatikan pula penanggulangan yang cocok dilaksanakan pada keadaan lokasi
tersebut.

3.2. Penggunaan GPS

Saat survei peran GPS sangat penting untuk mengetahui titik kordinat tanah
longsoran tersebut, oleh karena itu penggunaan GPS sangat diperhatikan untuk
mendapatkan titik koordinat yang akurat. Dan berikut cara penggunaan GPS :
a. Berdiri di atas titik lokasi longsoran yang akan diukur.
b. Kemudian menyalakan GPS .
c. Menunggu beberapa saat sampai mendapat 4 satelite hingga muncul informasi
koordinat titik yang diukur.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 25


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 3.2.1 Titik koordinat di lokasi longsoran

d. Mencatat koordinat titik yang diperoleh atau menyimpannya ke memory waypoint


dengan cara menekan tombol MARK.
e. Melakuakan hal yang sama di titik lokasi longsoran yang lain dengan menekan
tombol ENTER untuk memperoleh koordinat titik tersebut.
f. Untuk mencari koordinat titik yang telah disimpan dapat dilakukan dengan
menekan tombol FIND.

Gambar 3.2.2 Mencari koordinat titik yang telah disimpan


g. Lalu hitung tiap potongan, dan mengambil salah satu potongan dari tiap longsoran
yang selanjutmya di analisis menggunakan Geoslope.
 Potongan Longsor 1 daerah CIC
1. Potongan Satu
∆z = 107º34ʹ58.11ʺ -107º34ʹ58.06ʺ
= 0º0ʹ0.05ʺ
= 1.545 m
∆x = 1405 m – 1402 m
= 3m

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 26


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

2. Potongan Dua

∆z = 107º34ʹ58.03ʺ - 107º34ʹ57.98ʺ
= 0º0ʹ0.05ʺ
= 1.545 m
∆x = 1403 m – 1401 m
= 2m

3. Potongan Tiga

∆z = 107º34ʹ57.84ʺ -
107º34ʹ57.89ʺ
= 0º0ʹ0.05ʺ
= 1.545 m
∆x = 1403 m – 1400 m
= 3m

 Potongan Longsor 2 daerah SMP 1 Parongpong


1. Potongan Satu

∆z = 107º34ʹ26.78 ʺ -
107º34ʹ26.12ʺ
= 0º0ʹ0.66ʺ
= 20.394 m
∆x = 1184 m – 1169 m
= 15m

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 27


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

2. Potongan Dua

∆z = 107º34ʹ26.53ʺ - 107º34ʹ26.09ʺ
= 0º0ʹ0.44ʺ
= 13.596 m
∆x = 1184 m – 1170 m
= 14 m

3. Potongan Tiga

∆z = 107º34ʹ26.58ʺ - 107º34ʹ26.09ʺ
= 0º0ʹ0.49ʺ
= 15.141 m
∆x = 1184 m – 1170 m
= 14 m

3.3. Penggunaan Geoslope


Geoslope merupakan software yang digunakan untuk mengukur FS atau safety
factor atau faktor keselamatan yaitu kestabilan dari lereng tersebut. Berikut merupakan
langkah-langkah penggunaan Geoslope:

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 28


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

a. Buka aplikasi GeoStudio lalu muncul tampilan seperti berikut:

Gambar 3.2 Tampilan awal GeoStudio

Dapat dilihat bahwa dalam menghitung kestabilan lereng dapat dilaksanakan dengan
GeoStudio dengan versi student atau yang terlampir adalah Student lincense. Setelah itu
pilih SLOPE/W pada pilihan “Create a project with this analysis”.
b. Yang harus dilakukan setelah membuka SLOPE/W yaitu isi parameter yang akan
digunakan untuk analisis (KeyIn Analyses)

Gambar 3.3 Tampilan KeyIn Analyses

Pada opsi Analysis type pilih “Bishop” lalu pada Slip Suface terdapat Direction of
Movement pilih “Right to Left” dan pada Advance, jumlah “Number of Slice” dapat

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 29


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

dipilih berapa saja. Semakin banyak “Number of Slice” maka semakin detail kondisi
tanah tersebut.
c. Membuat geometri sesuai dengan data yang ada

y
x

Gambar 3.4 Pembuatan geometri longsoran

Nilai X dapatkan dari pengurangan dua titik koordinat yaitu titik akhir longsoran dan titik
awal longsoran

Dimana:
1’=1.85 km
1” =30.9 m
X= 0.05 x 30.9 m = 1.545 m
Dan nilai Y didapatkan dari perbedaan elevasi dari titik awal longsoran dan titik akhir
longsoran

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 30


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

d. Setelah menggambar geometri maka langkah selanjutnya adalah mengisi nilai


properties setiap material dengan langkah Keyln lalu pilih Materials

Gambar 3.5 Tampilan KeyIn-Materials

Setelah menekan opsi Add maka akan muncul “Material Model” lalu pilih Mohr-
Coloumb. Lalu akan muncul data seperti Gambar 3.5. Untuk tanah di lokasi longsoran
kami, tanah tersebut adalah tanah lempung berpasiran. Berikut rentang data dari jenis
tanah lempung berpasiran:
�=3𝑘𝑃�−10𝑘𝑃�
�=10°−15°

Dikarenakan tingktat lempung yang sangat dominan maka nilai yang digunakan
adalah:

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 31


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

e. Mengambar Daerah, Material, Slip Surface Grid, dan Slip Surface Radius

Gambar 3.6 Tampilan slip surface grid dan slip surface radius

Untuk menggambar Slip Surface Radius pilih menu “Draw Slip Surface Radius”.
Slip Surface Radius diletakkan dibagian bawah geometri. Untuk menggambar Slip Surface
Grid pilih menu “Draw Slip Surface Grid” di tempatkan diatas geometri dengan kondisi
miring dengan jumlah kotak disesuaikan.

Gambar 3.7 Tampilan Draw Regions

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 32


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Pada menu pilih “Draw Regions” lalu pilih titik-titik daerah tanah, lalu didapatkan
garis berwarna merah.

Gambar 3.8 Tampilan menggambar daerah material


Setelah daerah gambar telah dibuat maka yang harus dilakukan adalah mengambar
material tersebut. Daerah material dinotasikan dengan warna kuning.

f. Melakukan Run Analysis

Gambar 3.9 Tampilan analisis longsoran

Hal terakhir yang harus dilakukan adalah melakukan analisis. Pada opsi Solve
Manager pilih “Start” dan akan didapatkan nilai FS. Pada kasus ini FS yang didapatkan

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 33


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

adalah 0.739. Hal ini telah membuktikan bahwa lokasi survey tersebut telah terjadi longsor
dan hal yang harus dilakukan adalah penanggulangan.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 34


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB IV
INVENTARIS DAN IDENTIFIKASI DATA

4.1 Penyelidikan Lapangan


Desa Cihanjuang Rahayu merupakan desa yang memiliki titik rawan longsor tebanyak
diantara 6 desa lainnya yang ada di Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat. Berdasarkan
data dari Kepala Desa setempat, penurunan tanah di Desa Cihanjuang Rahayu hampir 10
meter per tahun, terutama pada musim hujan tiba, setidaknya ada dua sampai tiga
longsoran terjadi di Desa Cihanjuang Rahayu.

4.1.1 Longsor 1
Tempat: CIC (Ciwangun Indah Camp) RW 09 Desa Cihanjuang Rahayu Kec.
Parongpong. Kab. Bandung Barat

Gambar 4.1 Longsor Gambar 4.2 Longsor


Gambar 4.3 Longsor
tampak depan tampak atas
tampak samping

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 35


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

(a) (b) (c)

Gambar 4.4 (a), (b), dan (c) Marking GPS longsor 1 bagian bawah

(a) (b) (c)

Gambar 4.5 (a), (b), dan (c) Marking GPS longsor 1 bagian atas

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 36


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Longsoran yang pertama terletak di CIC (Ciwangun Indah Camp) RW 09 Desa


Cihanjuang Rahayu Kec. Parongpong. Kab. Bandung Barat. Daerah ini merupakan tempat
rekreasi yang menampilkan keindahan alam perkebunan, dan sawah yang membentang
luas di sekitarnya.
Lereng yang sangat curam dengan topografi berupa dataran tinggi seperti terlihat
pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 membuat daerah tersebut rawan terjadi longsor. Tanah yang
kurang padat, serta curah hujan yang relatif tinggi menjadi faktor penyebab longsor yang
paling dominan. Melihat keadaan alam yang demikian diperlukannya penanganan lebih
lanjut dan serius agar tidak terjadi longsor di kemudian hari. Oleh karena itu sebagai tahap
awal kita harus mengetahui safety factor pada lereng dengan cara mengambil titik-titik
koordinat dengan menggunakan GPS pada setiap titik longsoran seperti yang terlihat pada
Gambar 4.4 (a), (b), dan (c) serta Gambar 4.5 (a), (b), dan (c) yang kami dapatkan pada
saat survai ke lokasi bencana.

4.1.2. Longsor 2
Tempat : SMP Negeri 1 Parongpong
RW 15 Desa Cihanjuang Rahayu
Kec. Parongpong. Kab. Bandung Barat

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 37


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 4.6 Lokasi longsor 2

Gambar 4.7 Longsor Gambar 4.8 Longsor Gambar 4.9 Longsor


tampak depan tampak atas tampak bawah

(a) (b) (c)

Gambar 4.10 (a), (b), dan (c) Marking GPS longsor 2 bagian bawah

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 38


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

(a) (b) (c)

Gambar 4.11 (a), (b), dan (c) Marking GPS longsor 2 bagian atas

Longsoran yang kedua terletak di SMP Negeri 1 Parongpong RW 15 Desa


Cihanjuang Rahayu Kec. Parongpong. Kab. Bandung Barat. Daerah ini merupakan sawah
dan lahan perkebunan yang terbentang luas yang kemudian digunakan oleh warga untuk
bercocok tanam. Lereng yang sangat curam dan tinggi, serta naik turunnya permukaan
tanah, membuat daerah ini berbentuk seperti lembah seperti terlihat pada Gambar 4.6.
Tanah yang kurang padat, tekanan air pori tanah serta curah hujan yang relatif tinggi
menjadi faktor penyebab longsor yang paling dominan di daerah tersebut. Melihat lokasi
longsor yang sulit dijangkau karena berada di dasar atau di bawah lembah.membuat
pemerintah setempat sulit melakukan penanganan bencana. Pembuatan terasering disekitar
lereng dan pembuatan bronjong karung tanah di sepanjang aliran sungai setidaknya bisa
menekan angka terjadinya bencana longsor yang terlampau sering terjadi di daerah
tersebut. Oleh karena itu sebagai tahap awal kami agar bisa mengetahui penanggulangan
bencana lebih lanjut dan lebih efektif, kami mengambil data berupa titik-titik koordinat
pada setiap titik longsoran dengan menggunakan GPS untuk mengetahui safety factor pada
lereng tersebut, seperti yang terlihat pada Gambar 4.10 (a), (b), dan (c) serta Gambar 4.11
(a), (b), dan (c) yang kami dapatkan pada saat survai ke lokasi bencana.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 39


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

4.2 Inventaris Data


4.2.1 Longsor 1

Gambar 4.12 Sketsa longsor 1


Titik S E Z
1 06º47’21,97” 107 º34’58,11” 1405 m
2 06 º47’22,14” 107 º34’58,03” 1403 m
3 06 º47’22,20” 107 º34’57,84” 1403 m
4 06 º47’21,76” 107 º34’58,06” 1402 m
5 06 º47’21,92” 107 º34’57,98” 1401 m
6 06 º47’22,02” 107 º34’57,89” 1400 m
Tabel 4.1 Koordinat longsor 1

Klasifikasi dan Sifat-sifat Longsoran


a. Jenis Tanah Lempung Kepasiran
b. Gelincir Rotasi
c. Kecepatan Cepat (0,3 m/menit – 1,5 m/menit)
d. Kedalaman Dangkal (1,50 m – 5,00 m)
e. Aktivitas Tenang (Sementara)
Kemungkinan Penyebab Longsoran
Lapisan lemah terletak dibawah lapisan
a. Hilangnya penahan pada bagian bawah
keras
b. Adanya perubahan struktur tanah
Massa Longsoran
a. Luas 2,25 m2
b. Volume 18 m3
c. Deskripsi Gambaran longsoran dapat dilihat dari
sketsa massa longsoran, dimana material
longsoran merupakan tanah lempung
kepasiran yang disertai runtuhan bebatuan

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 40


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

kecil.
Letak Longsoran Terhadap Badan Jalan -
Keadaan Lereng
a. Sudut Lereng Sangat curam
b. Ketinggian Sangat curam
Keadaan Medan Stabilitas Daerah Longsoran
a. Keadaan Medan:
1. Topografi Dataran tinggi
2. Penggunaan Tanah Sawah, kebun dan tempat rekreasi
b. Keadaan daerah umum Tidak stabil
Penyelidikan Lanjutan Yang Diperlukan
a. Penyelidikan lapangan As longsoran
Penampang tanah
Bidang gelincir
Tabel 4.2 Identifikasi longsor 1

4.2.2 Longsor 2

Gambar 4.13 Sketsa longsor 2


Titik S E Z
1 06º48’27,98” 107 º34’26,78” 1184 m
2 06º48’27,82” 107 º34’26,53” 1184 m
3 06º48’27,58” 107 º34’26,58” 1184 m
4 06º48’28,40” 107 º34’26,12” 1169 m
5 06º48’28,18” 107 º34’26,09” 1170 m
6 06º48’28,15” 107 º34’26,09” 1170 m
Tabel 4.3 Koordinat longsor 2

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 41


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Klasifikasi dan Sifat-sifat Longsoran


a. Jenis Tanah Lempung Kepasiran
b. Gelincir Rotasi
c. Kecepatan Cepat (0,3 m/menit – 1,5 m/menit)
d. Kedalaman Dalam (5,00 m – 20,00 m)
e. Aktivitas Aktif
Kemungkinan Penyebab Longsoran
Lapisan lemah terletak dibawah lapisan
a. Hilangnya penahan pada bagian bawah
keras
Genangan air hujan, mata air, rembesan,
b. Pembebanan (Surcharge) alamiah
air pori
c. Pembebanan (Surcharge) tindakan
Berat air dalam sawah, reservoir, dll
manusia
d. Adanya perubahan struktur tanah
Massa Longsoran
d. Luas 300 m2
e. Volume 4500 m3
Gambaran longsoran dapat dilihat dari
sketsa massa longsoran, dimana material
longsoran merupakan tanah lempung
f. Deskripsi
kepasiran, adanya tekanan air pori pada
tanah serta adanya mata air daerah
tersebut.
Letak Longsoran Terhadap Badan Jalan -
Keadaan Lereng
c. Sudut Lereng Sangat curam
d. Ketinggian Sangat curam
Keadaan Medan Stabilitas Daerah Longsoran
a. Keadaan Medan:
1. Topografi Dataran tinggi
2. Penggunaan Tanah Sawah, dan kebun
b. Keadaan daerah umum Tidak stabil
Konstruksi Penanggulangan Yang Telah Ada
a. Macam Semi Permanen
b. Hasil Gagal
Penyelidikan Lanjutan Yang Diperlukan
As longsoran
b. Penyelidikan lapangan Penampang tanah
Bidang gelincir
c. Penyelidikan geohidrologi Air permukaan
Air tanah

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 42


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Tekanan air pori


Tabel 4.4 Identifikasi longsor 2

4.3. Pembahasan Inventaris dan Identifikasi Data


Pada kedua longsoran yang kami tinjau baik yang terletak di CIC maupun SMP
Negeri 1 Parongpong Desa Cihanjuang Rahayu Kec. Parongpong. Kab. Bandung Barat ini
memiliki jenis tanah lempung kepasiran dan merupakan longsor dengan geliciran rotasi,
dengan kecepatan 0,3 m/menit – 1,5 m/menit, dengan kedalaman 5 m - 20 m. Tanah yang
kurang padat dimana lapisan lemah terletak dibawah lapisan keras, tekanan air pori tanah,
adanya perubahan struktur tanah, serta curah hujan yang relatif tinggi menjadi faktor
penyebab longsor yang paling dominan di daerah tersebut. Lahan sekitar longsoran
digunakan oleh warga untuk bercocok tanam, dan berkebun. Lereng yang sangat curam
dengan topografi berupa dataran tinggi membuat daerah tersebut rawan terjadi longsor.
Perlunya penyelidikan lapangan lanjutan seperti penyelidikan pada as longsoran,
penampang tanah, dan bidang gelincir, agar bisa mengetahui penanggulangan bencana
yang lebih lanjut dan lebih efektif sehingga bisa menekan angka terjadinya bencana
longsor yang terlampau sering terjadi di daerah tersebut.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 43


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Penentuan Parameter Tanah


Jenis tanah yang terdapat dalam longsoran tersebut adalah lempung kepasiran
karena pada saat dilapangan diuji dengan cara menggulung tanah di kedua telapak tangan
dan hasilnya tanah yang telah digulung tadi lekat di telapak tangan, semakin lekat tanah
tersebut maka angka kohesi semakin tinggi. Berikut rentang data dari jenis tanah lempung
kepasiran :
C = 3 kPa -10 kPa
Phi = 10º-15 º
γ = 17 KN/m3 - 19 KN/m3

5.2 Analisis Stabilitas Lereng


Perhitungan perbedaan tinggi lereng (z) dan perbedaan jarak horizontal (x)
diketahui melalui alat GPS ketika melakukan survey ke titik titik longsor. GPS diplotkan
ke beberapa titik hingga dapat mengetahui berapa koordinat dari titik-titik tersebut yang
nantinya berfungsi untuk mengetahui potongan pada longsoran tersebut. Berikut
perhitungan dari pengukuran hasil GPS di lapangan :
Setelah mengetahui perbedaan tinggi longsoran dengan jarak horizontal longsoran kita
dapat memplotkan hasil perhitungan itu ke dalam software Geostudio Slope. GEO-SLOPE
Office adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan geo-lingkungan.
Software ini melingkupi SLOPE/ W, SEEP / W, SIGMA / W, QUAKE/ W, TEMP / W, dan
CTRAN / W. Yang sifatnya terintegrasi sehingga memungkinkan untuk menggunakan hasil
dari satu produk ke dalam produk lain. Pada analisis ini digunakan metode Bishop. Bishop
mengembangkan cara yang lebih kompleks lagi dengan memasukkan gaya yang bekerja di
sekitar bidang irisan, namun tetap melakukan perhitungan dengan kesetimbangan momen.
Cara analisa yang dibuat oleh A. W. Bishop (1995) menggunakan cara elemen dimana gaya
yang bekerja pada setiap elemenmerupakan metode yang paling sering digunakan dalam
analisa stabilitas lereng dikarenakan perhitungannya sederhana, cepat dan
memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode
ini dibandingkan metode lainnya jarang yang lebih dari 5%. Dan berikut hasil analisa
gambar menggunakan Geostudio SLOPE metode Bishop:
C = 10 kPa

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 44


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Phi = 10º
γ = 19 KN/m3
Nilai kohesi yang dipakai adalah 10 kPa karena tanah yang terdapat dalam longsoran
sangat lekat sehingga dapat diketahui bahwa tanah tersebut mengandung sedikit pasir
sehingga menggunakan nilai phi yang paling kecil yaitu 10º. Berikut hasil dari pengolahan
data melalui Geoslope untuk daerah CIC dengan metode janbu :
Gambar 5.1 Longsor 1

Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui FS atau safety factor longsoran tersebut
sebesar 0.741 yang berarti daerah tersebut merupakan daerah yang rawan longsor dan
berpotensi mengalami longsor kembali. Lalu di dapat pula informasi dari tiap slice

longsoran tersebut sebagai berikut :


Tabel 5.1 Data longsor 1 setiap slice menggunakan metode Janbu
No. Parameter Gaya Gaya Beban
Gambar
Slice c phi ᵞ Longsoran Penahan Slice

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 45


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

10 19
10º 12.078 1.4815 7.4128
Slice 1 - Janbu Method kPa KN/m3

7.4128

1 9.5593

12.078

10 19
2 Slice 2 - Janbu Method
1.4815 10º 15.814 15.994 21.958
kPa KN/m3

21.958

14.045
9.5593

15.814
10 19
3 10º 19.541 30.29 35.92
Slice 3 - Janbu Method kPa KN/m3
15.994
35.92

12.452
14.045

19.541
10 19
4 Slice 10º 23.269 44.388 49.25
Slice 97- -Janbu
JanbuMethod
Method kPa KN/m3
Slice 4 - Janbu Method
Slice
Slice86
Slice 5- -Janbu
- Janbu
JanbuMethod
Method
Method
30.29
14.186
49.25 30.628
22.741
44.688
37.924

3.7756

12.452
13.259
18.623
18.849
3.7756 6.2499
14.034
18.849
14.034
23.269
18.623
6.2499
14.379
18.073
16.345
19.609
20.986
44.388

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU


5.2562
46
25.281
15.954
33.506
40.827
MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

10 19
5 Slice 5 - Janbu Method
10º 20.986 40.327 44.688
kPa KN/m3

44.688

3.7756 6.2499

20.986

10 19
6 10º 19.509 33.508 37.926
Slice 6 - Janbu Method kPa KN/m3
40.827

37.924

14.034

6.2499

19.609

10 19
7 Slice 7 - Janbu Method 10º 18.073 25.231 30.628
kPa KN/m3
33.506

30.628

18.623

14.034

18.073

10 19
8 Slice 8 - Janbu Method 10º 16.245 15.954 22.741
kPa KN/m3
25.281
22.741

18.849

18.623

16.345

15.954
LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 47
MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

9 Slice 9 - Janbu Method 10 10º 19 14.379 5.2562 14.185


kPa KN/m3
14.186

13.259

18.849

14.379

10 Slice 10 - Janbu Method 10 10º 19 12.114 7.1879 4.8655


5.2562
kPa KN/m3
4.8656

13.259
12.114

7.1879

Untuk analisis pada longsoran ke dua digunakan data-data seperti phi, kohesi dan
gamma dengan nilai yang sama, namun berbeda metode analisa, lalu di plotkan ke
Geoslope seperti pada longsoran pertama. Dan berikut hasil dari pengolahan data melalui
Geoslope untuk daerah SMP 1 Parongpong dengan metode bishop :
Gambar 5.2 Longsor 2

Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui FS atau safety factor longsoran tersebut
sebesar 0.626 yang berarti daerah tersebut merupakan daerah yang rawan longsor dan
berpotensi mengalami longsor kembali. Lalu di dapat pula informasi dari tiap slice
longsoran tersebut sebagai berikut :

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 48


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Tabel 5.2 Data longsor 2 setiap slice menggunakan metode Bishop


No. Parameter Gaya Gaya Beban
Gambar
Slice c phi ᵞ Longsoran Penahan Slice

10 19
1 10º 87.008 80.409 47.57
kPa KN/m3

Slice 1 - Bishop Method

47.57

119.28
10 19
2 Slice 2 - Bishop Method
10º 99.687 135.13 117.44
kPa KN/m3

117.44
87.008

80.409
119.28 250.35

10 19
3 10º 103.69 197.76 196.62
Slice
99.687 3 - Bishop Method
kPa KN/m3

196.62
135.13

250.35 366.94

Slice 6 - Bishop Method


Slice 8 - Bishop Method
Slice 97- -Bishop
Slice BishopMethod
Method

609.9
648.05
694.13
475.24
103.69

26.143
247.23
558.69
450.28
559.78
450.28
558.69
247.23 197.76

213.52
243.18
243
213.1

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 49


491.31
643.15
663.82
571.96
MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

10 19
4 Slice 4 - Bishop Method 10º 145.03 343.24 358.19
kPa KN/m3

358.19

366.94 484.15

145.03

10 19
5 Slice 5 - Bishop Method 10º 180.9 466.1 496.59
kPa KN/m3
343.24

496.59

559.78
484.15

10 19
6 Slice
180.9 6 - Bishop Method 10º 213.1 571.96 609.9
kPa KN/m3

609.9

466.1

558.69
559.78

213.1
10 19
7 Slice 7 - Bishop Method
10º 243 663.32 694.13
kPa KN/m3

694.13
571.96

450.28
558.69

243

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 50


663.82
MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

10 19
8 Slice 8 - Bishop Method 10º 243.18 643.15 648.05
kPa KN/m3

648.05

247.23

450.28

243.18

10 19
9 10º 213.52 491.31 475.24
Slice
643.15 9 - Bishop Method kPa KN/m3

475.24

26.143

247.23

213.52

491.31
10 19
10 10º 121.09 150.17 186.37
kPa KN/m3
Slice 10 - Bishop Method

186.37

150.17

26.143

121.09

5.3 Pembahasan

5.3.1 Pengertian Stabilitas Lereng/Longsor

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 51


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan
bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi ataukarena
dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukitdan
tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan
timbunanuntuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul sungai dan
kanal sertatambang terbuka.Suatu longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang
terletak pada sebuahlereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar.
Longsoran dapatterjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta
denganataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.Setelah gempa bumi, longsoran merupakan
bencana alam yang paling banyak mengakibatkan kerugian materi maupun kematian.
Kerugian dapat ditimbulkan oleh suatulongsoran antara lain yaitu rusaknya lahan
pertanian, rumah, bangunan, jalurtransportsi serta sarana komunikasi.Analisis kestabilan
lereng harus berdasarkan model yang akurat mengenai kondisimaterial bawah permukaan,
kondisi air tanah dan pembebanan yang mungkin bekerja padalereng. Tanpa sebuah model
geologi yang memadai, analisis hanya dapat dilakukandengan menggunakan pendekatan
yang kasar sehingga kegunaan dari hasil analisis dapatdipertanyakan.Beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-metode seperti : metode Taylor,
metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dll
Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor
keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan
gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila
dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak
Dimana untuk keadaan :
• F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap
• F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor
• F < 1,0 : lereng tidak mantap
Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan
perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :
1. Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan lereng, ini
karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda dengan batuan lainnya.
Penyamarataan jenis batuan akan mengakibatkan kesalahan hasil analisis. Misalnya :

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 52


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

kemiringan lereng yang terdiri dari pasir tentu akan berbeda dengan lereng yang terdiri dari
lempung atau campurannya.
2. Struktur geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu diperhatikan dalam
analisis adalah struktur regional dan lokal. Struktur ini mencakup sesar, kekar, bidang
perlapisan, sinklin dan antiklin, ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur ini sangat
mempengaruhi kekuatan batuan karena umumnya merupakan bidang lemah pada batuan
tersebut, dan merupakan tempat rembesan air yang mempercepat proses pelapukan.
3. Morfologi
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan lereng didaerah
tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik, karakteristik dan bentuk permukaan
bumi, sangat menentukan laju erosi dan pengendapan yang terjadi, menent ukan arah aliran
air permukaan maupun air tanah dan proses pelapukan batuan.
4. Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula pada proses
pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi akan
menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada daerah sub-tropis. Karena
itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih tebal dan kekuatannya lebih rendah dari batuan
segarnya.
5. Tingkat pelapukan
Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka kohesi,
besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat pelapukan, maka
kekuatan batuan akan menurun.

6. Hasil kerja manusia


Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil. Misalnya,
suatu lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi pohon pelindung,
pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak baik, penggalian / tambang, dan
lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak mantap, sehingga erosi dan longsoran
mudah terjadi.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 53


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya tegangan geser
(shear stress) dan menurunnya kekuatan geser (shear strenght). Adapun faktor yang dapat
menaikkan tegangan geser adalah :
 Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran terdahulu yang
menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia.
 Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan air rembesan,
dan penumpukan.
 Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.
 Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan pembentukan
pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng.
 Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh sungai,
pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan pertambangan dan terowongan,
berkurangnya/hancurnya material dibagian dasar.
 Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta pembekuan air,
penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa tegangan.
Sedangkan faktor yang mengurangi kekuatan geser adalah :
 Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan oleh komposisi,
tekstur, struktur dan geometri lereng.
 Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang menyebabkan lempung
berposi menjadi lunak, disinteggrasi batuan granular, turunnya kohesi,
pengggembungan lapisan lempung, pelarutan material penyemen batuan
 Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandungan air dan tekanan air pori.
Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang terdapat di
tebing / lereng.

5.3.2 Jenis Longsoran


Dari hasil survey yang dilakukan, dapat diketahui bahwa Kel. Cihanjuang
Rahayu, Kampung Ciwangun RW 15/RT 04 memiliki jenis longsoran rotasi.
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 54


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 5.3 Longsor Rotasi

5.4 Penanganan
Dilihat dari jenis longsoran dan kondisi tempat terjadinya longsoran maka ada
beberapa penanganan yang tepat untuk daerah longsoran yang telah ditinjau diantaranya
sebagai berikut.
1. Pembuatan Bronjong
Bronjong adalah batu-batu yang diisi ke dalam jaring berbentuk keranjang yang
terbuat dari besi yang telah digalvanisir yang digunakan untuk menstabilkan tanah dan
mencegah erosi. Keranjang dari jaring tersebut mempunyai berbagai ukuran tapi pada
prinsipnya untuk menciptakan suatukepadatan, fleksibel, permeable dan membentuk suatu
batuan yang besar yang disatukan oleh sebuah jaring. Bronjong digunkan untuk
menstabilisasikan lereng untuk mencegah longsor, disebabkan oleh erosi atau berdasarkan
disain perencanaan tangga lereng.
Bronjong ini bisa diterapkan di daerah longsoran ke 1, karena pada daerah tersebut
longsorannya tidak terlalu tinggi sehingga tidak akan terlalu sulit dibuat dan tidak akan
menghabiskan biaya yang besar. Selain itu di daerah tersebut sudah ada lereng yang
dibuatkan bronjong yang tidak jauh dari daerah longsoran yang kami tinjau.

Gambar 5.4.1 Bronjong di daerah longsoran 1

2. Pemasangan Dinding Penahan Tanah (DPT)


Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menahan
tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang
kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan
memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 55


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

terguling atau akan tergeser.


Sama seperti bronjong, dinding penahan tanah juga cocok jika diterapkan pada
longsoran ke 1 dengan alasan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Daerah longsoran
yang berada di tempat wisata juga jadi alasan harus dibuatnya penanangan seperti dinding
penahan tanah ini.

Gambar 5.4.2 Dinding Penahan Tanah


Sumber : http://3.bp.blogspot.com
3. Terasering
Terasiring atau Sengkedan merupakan metode konservasi dengan membuat teras-
teras yang dilakukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air oleh
tanah. Terasering ini cocok di terapkan pada daerah longsoran ke 2, karena pada longsoran
ke 2 ini memiliki ketinggian yang sangat tinggi. Selain itu aliran air yang terdapat disana
dapat ditahan dan air permukaan bisa dikurangi dengan terasering ini.

Gambar 5.4.3 Terasering pada lereng


Sumber : www.rekompakjrf.org

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 56


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari survei dan analisis di lapangan yang telah dilakukan bahwa penyebab dari dua
longsoran yang berada di Desa Cihanjuang Rahayu adalah kurang padatnya tanah di mana
lapisan lemah terletak di bawah lapisan keras, tekanan air pori tanah, adanya perubahan
struktur tanah, beban lereng itu sendiri, serta curah hujan yang relatif tinggi. Faktor
keselamatan baik pada daerah longsoran satu maupun daerah longsoran dua yang didapat
dari hasil analisis software dengan bantuan alat GPS adalah kurang dari 1 yang
mengindikasikan bahwa daerah longsoran tersebut mengalami longsor dan berpotensi
mengalami longsor kembali. Pada daerah longsoran satu dapat dilakukan penanganan
berupa pembuatan bronjong dan dinding penahan tanah karena longsoran tidak terlalu
tinggi, sedangkan pada daerah longsorann dua bisa dilakukan penanganan dengan
membuat terasering atau sengkedan dikarenakan longsoran yang begitu tinggi.

6.2 Saran

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 57


MEKANIKA TANAH II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Dilihat dari hasil survei dan analisis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar
penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil yang sesuai seperti yang diharapkan,
diantaranya :
1. Untuk mendapatkan hasil analisa jenis tanah yang lebih akurat perlu diadakannya
pengujian di laboratorium menggunakan alat yang lebih baik.
2. Perlunya alat ukur yang lengkap dalam menghitung koordinat lokasi longsoran
untuk hasil yang akurat.
3. Mengkaji ulang setiap hasil analisis dan dibandingkan dengan kondisi dilapangan.
4. Perlunya informasi dari warga sekitar mengenai longsoran yang telah terjadi.
5. Memberikan hasil analisis kepada kepala desa setempat agar longsoran dapat
ditangani sebagai mestinya.

LAPORAN STUDI STABILITAS LERENG WILAYAH DESA CIHANJUANG RAHAYU 58

Anda mungkin juga menyukai