Anda di halaman 1dari 7

NADIA NUR ANISA

0311175005000
MANAJEMEN REKAYASA SUMBERDAYA AIR

INDIKATOR KEBERHASILAN
PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR TERPADU DAS REJOSO

1. DAS Rejoso
Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso merupakan salah satu DAS di Kabupaten Pasuruan
yang dikelola oleh Badan Pengelola DAS (BP DAS) Brantas. Dengan panjang DAS sekitar 22 km,
DAS Rejoso memainkan peranan penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat di lebih dari
10 kecamatan di Pasuruan bagian timur, seperti Kecamatan Tosari, Puspo, Pasrepan,
Lumbang, Grati, Gondangwetan, Winongan, Rejoso, Lekok dan Nguling. Saat ini, DAS Rejoso
menjadi salah satu DAS prioritas untuk dipulihkan fungsinya, mengingat besarnya ancaman
yang dihadapi DAS Rejoso, baik di bagian hulu, tengah maupun hilir. Daerah aliran sungai
(DAS) Rejoso, dengan luas cakupan 62.851 hektar, merupakan salah satu sumber air tawar
terpenting di Jawa Timur. Sejak awal abad lalu, warga Surabaya dan Pasuruan telah
bergantung pada daerah aliran sungai ini untuk pasokan air mereka. Otoritas yang berbeda
telah mengelola daerah aliran sungai dari waktu ke waktu menyebabkan inkonsistensi dan
pengawasan yang buruk terhadap keberlanjutan kawasan ini. Kurangnya pilihan mata
pencaharian dan rendahnya kesadaran masyarakat setempat menambah ancaman terhadap
keberlanjutan DAS Rejoso sebagai sumber air utama bagi jutaan orang di Jawa Timur. Berbagai
permasalahan melingkupi DAS ini seperti maraknya alih fungsi lahan di bagian hulu untuk
pertanian dan pemukiman, praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan, tingginya tingkat
erosi, eksploitasi sumberdaya air yang ekstensif-baik air permukaan maupun air bawah tanah
(ground water) - pertumbuhan penduduk yang tinggi di bagian hilir, tingginya tingkat
pencemaran sumber air maupun sungai serta adanya bencana banjir tahunan yang melanda
daerah hilir. Salah satu usaha untuk mendukung pengelolaan DAS Reoso sebagai akademisi
adalah dilakukannya pengelolaan sumber daya air terpadu (Integrated Water Resources
Management).
2. Integrated Water Resource Management (IWRM)
IWRM adalah proses yang mengutamakan fungsi koordinasi dan pengelolaan air,
tanah dan sumber daya terkait guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan
kesejahteraan sosial dalam pola yang tidak mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital.
GWP ini telah merumuskan definisi dan interpretasi IWRM, yaitu “Suatu proses yang
mengintegrasikan pengelolaan air, lahan, dan sumber daya terkait lainnya secara
terkoordinasi dalam rangka memaksimalkan resultan ekonomi dan kesejahteraan sosial
secara adil tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem yang vital”. IWRM didasarkan pada

1
NADIA NUR ANISA
0311175005000
MANAJEMEN REKAYASA SUMBERDAYA AIR

pemahaman bahwa sumber daya air merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari
ekosistem, sumber daya alam, dan baik sosial dan ekonomi (Sutikno, 2012).
3. Indikator dan Benchmark
Pengelola Daerah Aliran Sungai yang menjalankan pengelolaan sumberdaya air
terpadu memiliki kewajiban untuk melaporkan status perencanaan dan manajemen, serta
perubahan lainnya dalam Daerah Aliran Sungai pada pemerintah setempat, sektor swasta,
NGO dan pemangku kepentingan lainnya. Adanya pembentukan indikator evaluasi
bermanfaat dalam mengevaluasi kesehatan dan sumberdaya DAS, monitoring
pengembangan, implementasi dan hasil termasuk mengidentifikasi masalah. Indikator harus
dapat mengukur kepuasan pengaku kepentingan dengan pengelolaan sumberdaya air, dan
menyediakan dasar yang berharga untuk menilai progress dan menganalisis situasi. Indikator
ini harus dikembangkan dengan tujuan yang jelas. Benchmark dari performa sistem ini diusung
oleh NARBO (Network of Asian River Basin Organizations) yang menyediakan prespektif dalam
penilai perkembangan pengelolaan DAS. Diantaranya adalah penggunaan Pentagram sebagai
sebuah alat penilaian. Pentagram ini memiliki lima buah parameter yang kemudian dapat
menjadi perbandingan yang objektif. (The United Nations World Water Assessment Programe,
2009).

Gambar 1 Pentagram

4. Pentagram
a. Partisipasi Institusi & Cost Recovery
 Rejoso Kita
Sebagai perwujudan keterpaduan pengelolaan DAS secara lestari yang dipahami
dengan terbentuknya kolaborasi antara pemangku kepentingan baik dari sektor swasta,
akademisi, komunitas maupun masyarakat pada suatu DAS. DAS Rejoso yang menjadi
penunjang kebutuhan air utama di beberapa kota di Jawa Timur juga membutuhkan koaborasi
yang baik diantara pemangku kepentingan. Keterlibatan pihak dalam pengelolaan
sumberdaya air terpadu pada DAS Rejoso terwujud dalam sebuah gerakan yang bernama
Rejoso Kita. Dikutip dari website rejosokita.org. Gerakan ini merupakan kerja sama multi-

2
NADIA NUR ANISA
0311175005000
MANAJEMEN REKAYASA SUMBERDAYA AIR

pihak untuk mengembangkan pengelolaan sumber daya air di Rejoso secara terpadu melalui
investasi bersama antara pemangku kepentingan dan pengelolaan berbasis kinerja yang akan
membawa dampak positif baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Diinisiasi oleh Yayasan
Social Investment Indonesia (YSII), The World Agroforestry Center (ICRAF), The Nature
Conservancy (TNC), dan Collaborative Knowledge Network (CK-Net) Indonesia, aliansi ini
mendukung #GerakanRejosoKita, sebagai sebuah gerakan yang dikembangkan untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumber daya air di Rejoso bagi
masyarakat di Pasuruan, Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya.
 Peran Pemerintah
Disamping itu kapasitas pengelolaan DAS Rejoso oleh pemerintah dianggap belum
efektif. Hal ini dikarenakan kurangnya kebijakan yang memungkinkan penggunaan peraturan
baru mengenai pengelolaan sumberdaya alam oleh pemeritah setempat. Peran pemerintah
sebagai fasilitator dan regulator sumberdaya alam juga belum terlaksana untuk
mengkoordinasikan seluruh sektor pengguna. Tetapi dengan diinisiasinya program Rejoso Kita
maka bukan tidak mungkin terjadi koordinasi yang baik dari seluruh sektor pengguna.
DAS Rejoso yang memilik sumber mata air umbulan yang cukup besar yang dijadikan
proyek strategis nasional, mengharuskan pemerintah memiliki sinergi yang kuat untuk
mengelola DAS Rejoso termasuk dari segi pendanaan dalam pengelolaan sumberdaya air yang
terintegrasi dengan baik.
 Keterlibatan Masyarakat
Pengelolaan DAS juga perlu melibatkan masyarakat secara partisipatif
(Pemberdayaan) yang nantinya akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, kepedulian dan
peran serta masyarakat dalam pengelolaan DAS. Keterlibatan masyarakat juga diwadahi oleh
gerakan Rejoso Kita. Sebagai salah satu contoh keterliatan masyarakat dalam hal ini adalah
dengan pendekatan skema ko-investasi jasa lingkungan, Gerakan RejosoKita telah berhasil
melibatkan 13 kelompok tani, terdiri dari 174 petani dengan total lahan seluas 106,6 hektare
di tujuh desa di Pasuruan, yang bersedia untuk bekerja sama melakukan upaya Konservasi
DAS Rejoso.
 Peran Industri
Keterlibatan industri dalam hal ini adalah PT CJI juga terlibat dalam usaha konservasi
DAS Rejoso. Tidak dipungkiri bahwa keberadaan industri juga menurunkan kualitas lingkungan
DAS sehingga PT CJI memberikan kompensasi dan CSR untuk melakukan penghijauan serta
perbaikan IPAL yang meminialisir degradasi kualitas lingkungan pada Sungai Rejoso.
b. Safety for Irrigation

3
NADIA NUR ANISA
0311175005000
MANAJEMEN REKAYASA SUMBERDAYA AIR

Berdasarkan Barrina (2016), besaran kebutuhan air untuk irigasi pada wilayah DAS
Rejoso diperhitungkan sebesar 50% dari total kebutuhan air di DAS Rejoso sebesar 70,217 juta
m3/tahun. Luas daerah irigasi di wilayah DAS Rejoso adalah sebesar 2617 Ha. Sedangkan
berdasar Barrina (2016), ketersediaan air sungai di DAS Rejoso sebesar 19,061 juta m3/tahun.
Ketersediaan air dari 30 sumber mata air di wilayah DAS Rejoso sebesar 94,261 Juta
m3/Tahun. Ketersediaan air dari tanah (sumur bor) yang tercatat di wilayah DAS Rejoso adalah
sebesar 3,561 Juta m3/Tahun.

c. Safety for Domestic and Industry


Berdasarkan Barrina (2016), besaran kebutuhan air domestik pada wilayah DAS
Rejoso diperhitungkan sebesar 10% dari total kebutuhan air di DAS Rejoso sebesar 12,925 juta
m3/tahun. Ketersediaan air sungai di DAS Rejoso berdasar Barrina (2016), ketersediaan air
sungai di DAS Rejoso sebesar 19,061 juta m3/tahun. Ketersediaan air dari 30 sumber mata air
di wilayah DAS Rejoso sebesar 94,261 Juta m3/Tahun. Ketersediaan air dari tanah (sumur bor)
yang tercatat di wilayah DAS Rejoso adalah sebesar 3,561 Juta m3/Tahun.
d. Water Quality in Urban River
Berdasarkan Amaruzaman (2017), masalah sumber air yang terjadi pada klaster
Lumbang DAS Rejoso adala air yang keruh dan bau. Klaster yang berposisi di tengah aliran DAS
Rejoso ini mengeluhkan mata air yang keruh dan bau, serta sumur gali yang keruh. Selain itu
limpasan perumukaan, erosi, sampa dan longsor juga penyebab masalah air keruh yang terjadi
pada aliran sungai.

4
NADIA NUR ANISA
0311175005000
MANAJEMEN REKAYASA SUMBERDAYA AIR

Lestari, 2011 melakukan penelitian bioassesment kualitas air sungai rejoso dengan
makroinvertebrata. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan kualitas air sungai Rejoso dengan
indeks biotik berada pada tingkatan tercemar sampai tercemar berat berbeda dengan hasil
kualitas fisik-kimia (Dutch Score dan LISEC) sangat baik dan baik.
e. Environment and River Flow

5
NADIA NUR ANISA
0311175005000
MANAJEMEN REKAYASA SUMBERDAYA AIR

Berdasarkan profil site penelitian proyek Rejoso Kita di DAS Rejoso, Pasuruan, selama
periode 1990-2015 sawah mengalami penurunan luas sekitar 2% dari luas awal pada tahun
1990. Sedangkan kebun campur mengalami peningkatan luas sekitar 5% dari luas awal pada
tahun 1990. Pada periode ini terdapat penggunaan lahan baru yaitu kebun randu (kapuk)
monokultur yang mulai terlihat pada tahun 2010 dan mengalami peningkatan luas kurang dari
1% selama kurang lebih 5 tahun. Kebun randu monokultur ini berada di bagian barat DAS
Rejoso dan hanya sebagian kecil area yang masuk ke dalam batas DAS Rejoso. Dengan
demikian, pada tahun 2015 penggunaan dan tutupan lahan di DAS Rejoso tetap didominasi
oleh sawah 28.87% dan kebun campur 25.22%.
Berdasarkan penelitian Husniah (2016) dengan terjadinya perubahan luas tataguna
lahan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2013, maka dapat mempengaruhi kondisi daerah
aliran sungai. Nilai sedimen, erosi, dan limpasan pada DAS Rejoso mengalami kenaikan dan
penurunan dari tahun ke tahun sebagai akibat dari perubahan tataguna lahan tersebut.

5. Kesimpulan
Berdasarkan parameter pentagram IWRM diketahui bahwa masih banyak aspek yang
perlu dikembangkan dan diintegrasikan diantara masing masing stakeholder untuk
mendukung pengelolaan sumberdaya air terpadu pada DAS Rejoso. Belum adanya prioritas
dari pemerintah untuk mengelola DAS Rejoso dengan baik dapat menjadi hambatan dalam
pengembangan IWRM. Keterlibatan pemangku kepentingan harus ditingkatkan sehingga
benar benar mewujudkan pengelolaan yang terintegrasi. Seiring dengan integrasi antar
pemangku kepentingan, pengelolaan mengenai pemenuhan kebutuhan dan ketersediaan

6
NADIA NUR ANISA
0311175005000
MANAJEMEN REKAYASA SUMBERDAYA AIR

dapat ditingkatkan, serta meningkatkan kualitas air dan lingkungan lainnya yang saat ini masih
belum cukup baik.

6. Daftar Pustaka
Amaruzaman, S. (2017). Perubahan Guna Lahan dan Karakteristik Kerentanan Masyarakat di
DAS Rejoso. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional
Program.
Barrina, S. (2016). SIMULASI NERACA AIR DI DAS REJOSO PASURUAN JAWA. Malang: Jurnal
Pengairan.
Husniah, R. (2016). ANALISA PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP EROSI,
SEDIMEN, DAN LIMPASAN DI DAS REJOSO KABUPATEN PASURUAN MENGGUNAKAN
ARCSWAT. Jurnal Teknik Pengairan.
Lestari, I. W. (2011). BIOASSESSMENT KUALITAS AIR SUNGAI REJOSO DI KECAMATAN REJOSO
PASURUAN DENGAN MAKROINVERTEBRATA. Jurnal Lingkungan.
Sutikno, S. (2012). Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu (Integrated Water Resources
Management, IWRM). Jurnal Mesa , 1-16.
The United Nations World Water Assessment Programe. (2009, February 26). IWRM Guidelines
at RIver Basin LEvel. France: United Nation Educational, Scientific and Cultural
Organization. Retrieved from UNESDOC:
unesdoc.unesco.org/images/0018/001864/186417e.pdf

Anda mungkin juga menyukai