BAB IV
EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP
DAMPAK LINGKUNGAN
Evaluasi dampak penting lingkungan yang timbul akibat Kegiatan Pembangunan Shortcut
Jalur Rel Kereta Api Tegineneng-Tarahan, di Kabupaten Lampung Selatan dan Kota
Bandar Lampung, Provinsi Lampung dilakukan melalui: (1) telaahan holistik terhadap
dampak penting hipotetik (DPH) dan (2) telaahan dampak kumulatif lingkungan. Secara
rinci evaluasi dampak penting lingkungan ini diuraikan sebagai berikut.
OPERASI
PRA-KONSTRUKSI KONSTRUKSI
Kualitas Air
Permukaan
Persepsi Masyarakat
Tampak bahwa berbagai komponen Kegiatan Pembangunan Shortcut Jalur Rel Kereta
Api Tegineneng-Tarahan, di Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung pada tahap konstruksi dan operasi akan menimbulkan dampak penting
terhadap komponen geofisik-kimia dan sosio ekonomi budaya. Secara ringkas hasil
evaluasi dampak penting lingkungan Kegiatan Pembangunan Shortcut Jalur Rel Kereta
Api Tegineneng-Tarahan, di Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung sebagai berikut:
(1) Terdapat 8 jenis komponen kegiatan Pembangunan Shortcut Jalur Rel Kereta Api
Tegineneng-Tarahan, di Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung yang menimbulkan dampak penting lingkungan. Komponen
kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak penting lingkungan adalah
kegiatan pengoperasian rel kereta api yang menimbulkan 4 jenis dampak penting
lingkungan.
(2) Terdapat 11 komponen lingkungan yang terkena dampak penting akibat kegiatan
Pembangunan Shortcut Jalur Rel Kereta Api Tegineneng-Tarahan, di Kabupaten
Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Komponen
lingkungan yang paling banyak terkena dampak penting adalah persepsi masyarakat,
yakni terkena dampak oleh 7 kegiatan.
(3) Total dampak lingkungan yang terjadi sebanyak 25 buah dampak lingkungan, terdiri
dari 6 dampak penting positif, 15 dampak penting negatif, dan 4 dampak tidak penting
negatif.
(4) Pada tahap konstruksi kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan
menimbulkan dampak positif penting terbukanya kesempatan kerja. Terbukanya
kesempatan kerja ini selanjutnya menimbulkan dampak penting sekunder
meningkatnya pendapatan rumah tangga pekerja, dan persepsi positif masyarakat.
Disisi lain kegiatan mobilisasi peralatan dan material akan membangkitkan
seperangkat dampak penting negatif penurunan kualitas udara dan kerusakan jalan.
Kegiatan penyiapan lahan akan menimbulkan dampak penting negatif peningkatan
laju aliran permukaan, erosi tanah, sehingga menimbulkan dampak persepsi negatif
masyarakat. Kegiatan konstruksi pembangunan jalur rel kereta api akan menimbulkan
dampak negatif meningkatnya getaran dan gangguan lalu lintas, sehingga
(5) Pada tahap operasi kegiatan penerimaan tenaga kerja/karyawan untuk operasi akan
menimbulkan dampak penting positif terbukanya kesempatan kerja. Terbukanya
kesempatan kerja ini selanjutnya menimbulkan dampak penting sekunder
meningkatnya pendapatan rumah tangga, serta persepsi positif masyarakat. Disisi
lain kegiatan pengoperasian rel kereta api akan menimbulkan dampak negatf
lingkungan berupa menurunnya kualitas udara, meningkatnya tingkat kebisingan,
dan getaran.
Dampak lingkungan dikatakan bersifat kumulatif apabila suatu dampak lingkungan yang
disebabkan oleh dua atau lebih kegiatan berlangsung dalam waktu dan ruang bersamaan.
Berdasarkan telaahan terhadap tahapan kegiatan dan ruang persebaran dampak
lingkungan yang mungkin timbul, maka terdapat dampak penting lingkungan yang akan
berlangsung bersamaan dalam ruang dan waktu sehingga bersifat komulatif. Dampak
penting lingkungan bersifat komulatif dimaksud adalah:
Pada tahap konstruksi dampak penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material akan berakumulasi dengan dampak
penurunan kualitas udara dan kerusakan jalan akibat aktivitas trasportasi masyarakat
baik kendaraan motor roda dua mapun kendaraan bermotor roda empat yang
mengangkut hasil bumi maupun barang dagangan kebutuhuhan hidup sehari-hari.
Pada tahap operasi dampak penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
akibat kegiatan pengoperasian rel kereta api akan berakumulasi dengan dampak
penurunan kualitas udara dan kebisingan akibat pengoperasian jalan tol yang
letaknya berimpit dan sejajar dengan jalur rel kereta api Tegineneng-Tarahan. Selain
itu di lokasi perpotongan dengan jalan raya, penurunan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan akibat kegiatan pengoperasian rel kereta api juga akan
berakumulasi dengan dampak penurunan kualitas udara dan kebisingan akibat
pengoperasian jalan raya.
Arahan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup
disusun guna menetapkan jenis dampak lingkungan hidup apa saja yang perlu dikelola
dan dipantau dampaknya, sehingga kegiatan pengelolaan lingkungan bisa dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan
hidup harus layak secara ekonomi. Biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan dan
pemantauan perlu diperhatikan mengingat kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup berlangsung sepanjang usia usaha dan/atau kegiatan.
Gambar 4.2 Identifikasi Dampak-Dampak Lingkungan yang Harus Dikelola dan Dipantau dan
Dampak-Dampak Lingkungan yang Tidak Dikelola dan Tidak Dipantau
b. Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) yang telah memiliki SOP dan atau sudah
sejak semula direncanakan kegiatan pengelolaanya sebagai bagian dari
perencanaan, maka dampaknya akan dikelola dan dipantau;
d. Dampak Tidak Penting (DTP) yang tidak menjadi kekhawatiran masyarakat, maka
dampaknya tidak akan dikelola dan tidak akan dipantau.
e. Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) yang tidak memiliki SOP dan atau tidak
direncanakan kegiatan pengelolaanya sejak semula dalam perencanaan, maka
dampaknya tidak akan dikelola dan tidak akan dipantau.
Berdasarkan kriteria di atas, maka dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
rencana pemantauan lingkungan hidup akan dikelompokkan menjadi 2 (dua), yakni 1. RKL
dan RPL Dampak Penting dan 2. RKL-RPL Dampak Lain. Termasuk dalam kelompok
dampak penting adalah jenis dampak poin a, sedangkan termasuk kelompok dampak lain
adalah jenis dampak poin b dan c.
Secara ringkas jenis dampak penting yang akan dikelola dan dipantau sebagaimana
Tabel 4.2 sedangkan dampak lain yang akan dikelola dan akan dipantau disajikan pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.2 Arahan Jenis Dampak Penting yang Akan Dikelola dan Akan Dipantau
No Komponen Kegiatan Jenis Dampak Lingkungan
A Tahap Pra Konstruksi
1 Pembebasan Lahan 1. Perubahan penguasaan lahan
2. Perubahan persepsi masyarakat
B Tahap Konstruksi
1 Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi 3. Peningkatan kesempatan kerja
4. Peningkatan pendapatan rumah tangga
5. Perubahan persepsi masyarakat
2 Mobilisasi Peralatan dan Material 6. Penurunan kualitas udara
Tabel 4.3 Arahan Jenis Dampak Lain yang Akan Dikelola dan Akan Dipantau
No Komponen Kegiatan Jenis Dampak Lingkungan Keterangan
A Tahap Pra-Konstruksi
1 Sosialisasi program 1. Perubahan persepsi Direncanakan sejak awal
masyarakat pengelolaannya
B Tahap Konstruksi
1 Mobilisasi peralatan dan 1. Peningkatan kebisingan Kekhawatiran masyarakat
material
2. Gangguan lalu lintas Direncanakan sejak awal
pengelolaannya
3. Kecelakaan kerja Direncanakan sejak awal
pengelolaannya sesuai SOP
2 Pengoperasian base camp 4. Penurunan kualitas air Direncanakan sejak awal
permukaan pengelolaannya
(Implementasi Undang-
Undang Nomor 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan
Sampah.)
5. Peningkatan vektor Direncanakan sejak awal
penyakit pengelolaannya
(Implementasi Undang-
Undang Nomor 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan
Sampah.)
3 Penyiapan lahan 6. Peningkatan resiko Kekhawatiran masyarakat
1 Rencana tata ruang sesuai Lokasi ini telah direkomendasikan untuk pembangunan
ketentuan peraturan perundang- Pembangunan Shortcut Jalur Rel Kereta Api Tegineneng –
an. Tarahan, di Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar
Lampung, Provinsi Lampung. Dukungan pemerintah daerah
terhadap rencana pembangunan Shortcut Jalur Kereta Api
Tegineneng–Tarahan, maka berikut disampaikan surat para
kepala daerah:
1. Surat Walikota Bandar Lampung Nomor:
024/397/IV.01/2018 tanggal 10 April 2018 Perihal
Rekomendasi Trase Jalur Kereta Api Lintas Tegineneng
Tarahan.
a. Menunjuk Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM
11 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Trase
Kereta Api dan sehubungan dengan hasil rapat
pembahasan Rekomendasi Gubernur/Bupati/Walikota
tanggal 27 Februari 2018 di Dinas Perhubungan
Provinsi Lampung, dengan ini saya sampaikan bahwa
pada prinsipnya Kota Bandar Lampung mendukung
pembangunan jalur kereta api lintas Tegineneng–
Tarahan.
b. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Bandar Lampung tahun 2011-2030, trase jalur kereta
api lintas Tegineneng – Tarahan tidak terdapat
masalah karena telah selaras dan terakomodir dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung
tahun 2011 – 2030 yang menyatakan bahwa:
1) Pada paragraf 2 Pasal 24 ayat 1 s/d 4 tentang
Sistem Jaringan Perkeretaapian.
2) Materi teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandar Lampung BAB III Rencana Struktur Ruang
tentang Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian.
2. Surat Bupati Lampung Selatan Nomor:
551/1946/IV.14/2018 tanggal 31 Mei 2018 perihal
Rekomendasi Trase Jalur Kereta Api Lintas Tegineneng-
Tarahan.
a. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan pada
prinsipnya mendukung pembangunan trase jalur
kereta api lintas Tegineneng – Tarahan sepanjang ±
42 Km yang melewati wilayah Kabupaten Lampung
Selatan.
b. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung
Selatan Nomor : 15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2011-2031 trase jalur kereta api lintas Tegineneng –
Tarahan telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Lampung Selatan.
3. Surat Permohonan Gubernur Provinsi Lampung Nomor:
045/1516/V.18/2018 tanggal 3 Juli 2018 Perihal
Permohonan Penetapan Trase Jalur KA Lintas
Tegineneng-Tarahan kepada Menteri Perhubungan
Rebuplik Indonesia. Detegaskan bahwa Trase Jalur
ekonomi, budaya, tata ruang, biaya yang dibutuhkan masih dapat ditanggung oleh
dan kesehatan masyarakat pada pemrakarsa. Uraian rinci rencana pengelolaan lingkungan
tahap pra-konstruksi, konstruksi, hidup dari masing-masing dampak disajikan pada dokumen
operasi, dan pasca operasi RKL-RPL Bab II.
Usaha dan/atau Kegiatan.
5 Hasil evaluasi secara holistik Total dampak penting lingkungan yang terjadi sebanyak 21
terhadap seluruh dampak buah dampak lingkungan, terdiri dari 6 dampak penting positif
penting sebagai sebuah dan 5 dampak penting negatif. Namun dampak negatif yang
kesatuan yang saling terkait dan ditimbulkan masih dapat dikelola.
saling mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak
penting yang bersifat positif
dengan yang bersifat negatif.
6 Kemampuan pemrakarsa Pemrakarsa mampu dan sanggup menanggulanggi dampak
dan/atau pihak terkait yang penting negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/atau
bertanggung jawab dalam Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi,
menanggulanggi dampak penting sosial, dan kelembagaan.
negatif yang akan ditimbulkan
dari Usaha dan/atau Kegiatan
yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial,
dan kelembagaan.
7 Rencana usaha dan/atau Dalam kajian ini sudah dilakukan telaahan sosial yang terkait
kegiatan tidak mengganggu nilai- dengan prediksi dan evaluasi dampak sosial. Secara
nilai sosial atau pandangan keseluruhan dapat disimpulkan bahwa rencana kegiatan tidak
masyarakat (emic view). mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat
dan secara keseluruhan mendapat tanggapan positif dari
masyarakat. Rencana usaha dan/kegiatan mendapat
dukungan yang baik dari warga masyarakat sekitar.
8 Rencana usaha dan/atau kegiatan Kriteria ini tidak relevan untuk penilaian kelayakan usaha
tidak akan mempengaruhi dan/atau kegiatan ini, karena lokasi tapak kegiatan bukan
dan/atau mengganggu entitas merupakan ekosistem alami, melainkan merupakan
ekologis yang merupakan: ekosistem budidaya, berupa permukiman, perkebunan,
1) entitas dan/atau spesies pertanian lahan kering, dan daerah milik jawatan kereta api.
kunci (key species); Demikian halnya kawasan sekitar tapak kegiatan juga
2) memiliki nilai penting secara merupkan kawasan budidaya, yakni permukiman penduduk,
ekologis (ecological perperkebunan, dan perladangan.
importance);
3) memiliki nilai penting secara
ekonomi (economic
importance); dan/atau
4) memiliki nilai penting secara
ilmiah (scientific importance).
9 Rencana usaha dan/atau kegiatan Usaha dan/atau kegiatan yang telah ada di sekitar lokasi
tidak menimbulkan gangguan rencana Pembangunan Shortcut Jalur Rel Kereta Api
terhadap usaha dan/atau kegiatan Tegineneng–Tarahan adalah kegiatan permukiman
yang telah berada di sekitar penduduk, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian
rencana lokasi usaha dan/atau lahan basah, ITERA, dan pembangunan jalan Tol. Rencana
kegiatan. Pembangunan Shortcut Jalur Rel Kereta Api Tegineneng –
Tarahan tidak akan mengganggu usaha dan/atau kegiatan
tersebut, karena:
Tidak ada konfliK kepentingan antara kegiatan
Pembangunan Shortcut Jalur Rel Kereta Api Tegineneng–
Ringkasan hasil analisis dampak lingkungan hidup meliputi jenis dampak penting hipotetik,
komponen kegiatan sebagai sumber dampak, data kualitas rona lingkungan awal, hasil
prakiraan besaran dampak dan sifat penting dampak, dan hasil evaluasi dampak secara
holistik disajikan pada Tabel 4.5.
sangat baik. hingga 20 meter dari tepian jalan, yakni dengan dampak
b. Kadar debu di sekitar lokasi sebesar 151,2 µg/m3. penurunan kualitas
Ds. Jatimulyo (yang b. Peningkatan kadar debu akibat kegiatan udara akibat aktivitas
berdekatan dengan Jalan RA mobilisasi peralatan dan material di Jalan RA trasportasi masyarakat
Basyit) adalah sebesar 14,3 Basyit akan melebihi baku mutu lingkungan baik kendaraan motor
µg/m3, kondisi sangat baik. (BM=150 µg/m3) pada jarak 12 meter dari roda dua mapun
tepian jalan, yakni sebesar 154,0 µg/m3. kendaraan bermotor
Umumnya letak bangunan rumah berjarak 5-10 roda empat yang
meter dari jalan. Oleh karena itu dampak mengangkut hasil bumi
peningkatan kadar debu akibat mobilisasi maupun barang
peralatan dan material di Jalan Hendro Suratmin dagangan
dan Jalan RA Basyit akan mengubah kualitas kebutuhuhan hidup
lingkungan kualitas udara di permukiman sehari-hari. Maka dari
penduduk sekitar dari sangat baik (skala: 5) analisis ini,
menjadi sangat buruk (skala: 1). penurunan kualitas
udara menjadi
Sifat Penting Dampak: dampak penting.
Dampak penurunan kualitas udara akibat
pelaksanaan kegiatan mobilisasi peralatan dan
material tergolong sebagai dampak negatif
penting, karena diperkirakan akan meningkatkan
kadar debu di udara sebesar 8 – 11 kali lipat dari
kondisi semula.
7 Peningkatan kerusakan jalan Kondisi jalan yang direncanakan Besaran Dampak: Pada tahap konstruksi
akan dilalui dalam kegiatan a. Dalam mobilisasi peralatan, faktor kerusakan dampak peningkatan
mobilisasi peralatan dan material yang ditimbulkan 1 unit truk beserta kerusakan jalan akibat
(Jalan Hendro Suratmin, dan muatannya dengan total berat 25 ton kegiatan mobilisasi
Jalan RA Basyit) pada umumnya terhadap jalan yang dilaluinya adalah: peralatan dan material
dalam kondisi baik. 0,1794/2,7416 = 0,066 kali. Pada saat akan berakumulasi
12 Perubahan persepsi masyarakat Berdasarkan hasil wawancara Besaran Dampak: Dengan adanya
terhadap masyarakat yang Dengan adanya dampak penurunan kualitas kekhawatiran
tinggal di sekitar lokasi rencana lingkngan akibat kegiatan penyiapan lahan, masyarakat terkait
kegiatan, dari 120 responden diprakirakan akan menimbulkan dampak penurunan kualitas
terdapat 53 responden perubahan persepsi masyarakat dari baik (skala udara dan peningkatan
menyatakan khawatir, kemudian 4) menjadi sangat buruk (skala 1), sehingga kebisingan akibat
27% menyatakan biasa saja, besaran dampak perubahan persepsi masyarakat adanya kegiatan
dan 20% responden tergolong sedang (skala -3). penyiapan lahan, maka
menyatakan tidak khawatir dampak perubahan
bahwa kegiatan penyiapan lahan persepsi masyarakat
Sifat Penting Dampak:
akan menyebabkan kualitas merupakan dampak
udara menjadi buruk. Dampak perubahan persepsi masyarakat akan penting.
berlangsung selama masa penyiapan lahan,
Selanjutnya berkaitan dengan
dimana lebih dari 53% masyarakat dari
kegiatan penyiapan lahan akan
Kecamatan Natar, Jati Agung, Tanjung Bintang
menimbulkan kebisingan,
Kabupaten Lampung Selatan dan Sukarame,
sebanyak 58% responden
Sukabumi, Kedamaian dan Kecamatan Panjang
menyatakan khawatir, sisanya
Kota Bandar Lampung yang menyatakan
21% responden menyatakan
khawatir kegiatan penyiapan lahan akan
masing-masing biasa saja dan
menyebabkan kualitas udara menjadi buruk, dan
tidak khawatir.
lebih dari 58% yang menyatakan khawatir
kegiatan penyiapan lahan akan menimbulkan
kebisingan, sehingga dampaknya tergolong
negatif penting.
13 Peningkatan getaran Pembangunan Tingkat getaran pada lokasi- Besaran Dampak: Getaran yang timbul
Rel Kereta Api lokasi pengukuran yang dilalui Pada saat pembangunan rel kereta api, tingkat pada saat kegiatan
oleh Pembangunan Jalur getaran pada lokasi-lokasi pengukuran yang pembangunan rel
Shortcut Rel Kereta Api dilalui oleh Pembangunan Jalur Shortcut Rel kereta api akan
Tegineneng-Tarahan berkisar Kereta Api Tegineneng-Tarahan diperkirakan menimbulkan persepsi
antara 0,08 mm/s – 0,44 mm/s. akan meningkat menjadi sebesar 5,14 mm/s, negatif masyarakat
sekitar lokasi proyek,
tinggal di sekitar lokasi rencana menyatakan khawatir, dan 19% responden masyarakat terkait
kegiatan, menunjukkan bahwa menyatakan menyatakan biasa saja, dan 23% penurunan kualitas
hal yang dikhawatirkan oleh responden menyatakan bahwa kegiatan udara (paparan debu)
masyarakat akibat adanya konstruksi pembangunan rel kereta api akan akibat adanya kegiatan
kegiatan pembangunan rel menyebabkan kualitas udara menjadi buruk. pembangunan rel
kereta api jalur Tegineneng- Akibat dari dampak pembangunan rel kereta api kereta api, maka
Tarahan adalah masalah menyebabkan paparan debu di udara sehingga dampak perubahan
paparan debu sehingga kualitas udara menjadi kotor dan diprakirakan akan persepsi masyarakat
udara di sekitar warga tinggal menimbulkan dampak perubahan persepsi merupakan dampak
menjadi buruk (kotor). masyarakat dari baik (skala 4) menjadi sangat penting.
buruk (skala 1), sehingga besaran dampak
perubahan persepsi masyarakat tergolong
sedang (skala -3).
antara 59,7 dB(A) (di Kelurahan terhadap tingkat kebisingan kondisi eksisting. terhadap tingkat
Sukarame Baru), hingga 81,8 Dengan demikian operasional peralatan kerja kebisingan lingkungan,
dB(A) (di Jalan Sukarno-Hatta, (alat-alat berat) tidak mengganggu kenyamanan oleh karena itu
Kelurahan Ketapang). masyarakat sekitar proyek. Oleh karena itu peningkatan
besaran dampaknya tergolong sangat kecil. kebisingan akibat
pembangunan fasilitas
Sifat Penting Dampak: penunjang tergolong
dampak negatif tidak
Dengan kondisi tingkat kebisingan tanpa proyek
penting.
yang sudah melebihi baku tingkat kebisingan,
dan tingkat kebisingan yang dihasilkan dari
peralatan kerja yang diperkirakan tidak terlalu
berpengaruh terhadap tingkat kebisingan
lingkungan, maka dampak peningkatan
kebisingan akibat Pembangunan Fasilitas
Penunjang tergolong negatif tidak penting.
17 Perubahan persepsi masyarakat Berdasarkan hasil wawancara Besaran Dampak: Dengan adanya
terhadap masyarakat yang Dari 120 responden terdapat 58% responden kekhawatiran
tinggal di sekitar lokasi rencana menyatakan khawatir, dan 19% responden masyarakat terkait
kegiatan, menunjukkan adanya menyatakan menyatakan biasa saja, dan 23% penurunan kualitas
kekhawatiran yang dirasakan responden menyatakan bahwa kegiatan udara (paparan debu)
oleh masyarakat akibat adanya konstruksi pembangunan fasilitas penunjang akibat adanya kegiatan
kegiatan konstruksi akan menyebabkan kebisingan sehingga pembangunan fasilitas
pembangunan fasilitas ketenangan warga saat istirahat terganggu. penunjang, maka
penunjang, yaitu masalah Kondisi ini diprakirakan akan menimbulkan dampak perubahan
kebisingan sehingga ketenangan dampak perubahan persepsi masyarakat dari persepsi masyarakat
warga saat istirahat terganggu. baik (skala 4) menjadi sangat buruk (skala 1), merupakan dampak
sehingga besaran dampak perubahan persepsi penting.
masyarakat tergolong sedang (skala -3).
telah melebihi baku tingkat kebisingan berkisar antara 63,6 - 86,4 dB(A), kereta api akan
kebisingan. atau melebihi baku tingkat kebisingan untuk berakumulasi dengan
daerah permukiman, Dengan demikian besaran dampak peningkatan
dampaknya tergolong besar. kebisingan akibat
pengoperasian jalan tol
Sifat Penting Dampak: dan jalan raya yang
berpotongan dengan
Dengan tingkat kebisingan tanpa proyek yang
jalur rel kereta api.
sudah melebihi baku tingkat, maka dengan
Oleh jarena itu
beroperasinya Jalur Rel Kereta Api akan
dampaknya tergolong
menambah tingkat kebisingan di lokasi-lokasi
negatif penting
yang dilewati oleh Kereta Api, dengan demikian
dampak peningkatan kebisingan akibat
pengoperasian jalur kereta api, tergolong sebagai
dampak negatif penting.
23 Peningkatan getaran Kondisi saat ini hasil pengukuran Besaran Dampak: Tingkat getaran yang
tingkat getaran pada lokasi- Tingkat getaran yang dihasilkan oleh kereta api, dihasilkan oleh
lokasi yang dilewati oleh Jalur hasil pengukuran yang dilakukan oleh BPPT operasional kereta api
Rel Kereta Api Tegineneng- terhadap kegiatan operasional jalur kereta api tidak melebihi baku
Tarahan berkisar antara 0,08- Jakarta-Surabaya menunjukkan nilai tingkat mutu tingkat getaran
0,44 mm/det. getaran berkisar antara 0,3 - 0,5 mm/det, menurut Permen LH.
Dengan demikian besaran dampaknya tergolong No. 49 tahun 1999
besar. untuk kenyamanan dan
kesehatan, maka
dampak peningkatan
Sifat Penting Dampak:
getaran akibat
Sesuai baku mutu tingkat getaran untuk operasional jalur kereta
kenyamanan dan kesehatan menurut Permen tergolong dampak
LH. No. 49 tahun 1999 adalah <100 µmeter pada negatif tidak penting.
frekuensi 4 Hz. Dengan demikian tingkat getaran
yang dihasilkan oleh operasional kereta api tidak
∞Ω∞