Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP


DAMPAK PENTING HIPOTETIK

Dalam rangka melaksanakan evaluasi dampak penting, maka kajian atau telaahan akan
dilaksanakan secara holistik dengan metode evaluasi menggunakan matrik interaksi. Beragam
dampak penting yang akan dievaluasi, ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan
saling mempengaruhi yang didasarkan atas hasil prakiraan dampak penting yang dapat timbul
dalam lingkup ruang dan waktu yang telah ditetapkan.

Hasil evaluasi ini digunakan sebagai alat pertimbangan oleh instansi yang berwenang untuk
memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari rencana kegiatan tersebut. Selanjutnya dampak
penting yang dihasilkan dari prakiraan dampak akan digunakan sebagai acuan dalam rangka
menetapkan dampak-dampak penting yang harus dikelola.

4.1 Telaahan Terhadap Dampak Penting

4.1.1 Telaahan Terhadap Dampak Penting Secara Holistik

Evaluasi dampak penting secara holistik atau menyeluruh didasarkan pada deskripsi
kegiatan, rona lingkungan, dan prakiraan dampak penting. Untuk mengevaluasi dampak
secara holistik digunakan Metode Fisher dan Davies. Metode ini sangat cocok digunakan
pada rencana kegiatan ini, dimana lingkungannya bersifat sangat dinamis. Prinsip dari
metode ini adalah membandingkan kondisi lingkungan sekarang dan yang akan datang,
baik tanpa proyek maupun ada proyek dalam bentuk matrik interaksi antara komponen
kegiatan dan komponen lingkungan.

Hasil evaluasi dampak secara holistik menurut Metode Fisher dan Davies secara rinci
disajikan pada Tabel 4.1 – Tabel 4.4

IV-1
Tabel 4.1. Interprestasi Skala Pada Parameter Lingkungan Pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta

Skala
No Uraian
1 2 3 4 5
1. Kepentingan parameter terhadap lingkungan Tidak penting Kurang penting Sedang Penting Sangat penting
2. Kedaan lingkungan/rona lingkungan awal Jelek Kurang baik Sedang Baik Sangat baik
3. Kepekaan terhadap pengelolaan lingkungan Tidak peka Kurang peka Sedang Peka Sangat peka

Tabel 4.2. Matrik Evaluasi Dasar Lingkungan Pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta

Skala Skala Skala


Kepentingan Kedaan Kepekaan Terhadap
KOMPONEN LINGKUNGAN
Parameter Terhadap Lingkungan/Rona Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan/Proyek Lingkungan Awal
A. Komponen Fisika – Kimia
1. Kualitas air permukaan 3 2 4
2. Kuantitas air tanah 4 4 2
3. Kualitas air tanah 3 3 3
4. Kualitas udara 3 3 3
5. Kebisingan 3 3 3
6. Getaran 3 4 4
7. Air larian (run off) 3 3 4
8. Limbah padat dan B3 4 4 3
9. Derajat kejenuhan lalu lintas 4 3 3
10. Kerusakan Jalan 3 3 3
11. Keselamatan Jalan 4 3 3
B. Komponen Sosial

IV-2
Skala Skala Skala
Kepentingan Kedaan Kepekaan Terhadap
KOMPONEN KOMPONEN LINGKUNGAN
(1) Tahap Pra (4) Tahap
LINGKUNGAN (2)Terhadap
Parameter Tahap Konstruksi (3) TahapPengelolaan
Lingkungan/Rona Operasi Lingkungan
Konstruksi Pascaoperasi
a b Lingkungan/Proyek
a b C d Lingkungan
e f Awal
a b c a b
A.
12. Kesempatan kerja dan usaha
Komponen Fisika – Kimia
4 3 4
13. Mata pencaharian dan pendapatan 5 0 3 0 4
1. Kualitas air permukaan
14. Persepsi masyarakat 3 -1 S
4 -1 P -1 P
4
2. Kuantitas air tanah
C. Komponen Kesmas 0 0 0 -1 P
3. Kualitas udara
15. Keselamatan dan kesehatan kerja 0
3
-1 S -1 S
3 3
4. Kebisingan
16. Sanitasi lingkungan 3 3 3
5. Getaran 0 -1 S
17. Prevalensi penyakit 3 3 3
6. Air larian (run off) 0 0
18. Vektor penyakit 3 3 3
7. Limbah padat dan B3 -1 S -1 P

8. Derajat kejenuhan lalu lintas 0 0 0

9. Kerusakan Jalan 0

10. Keselamatan Jalan 0 0

B. Komponen Sosial
11. Kesempatan kerja dan usaha +1 S 0 +2 P +2 P -1 P
12. Mata pencaharian dan
+1 S -1 S +1 S +2 P -1 P
pendapatan
13. Persepsi masyarakat +1 S +1 S 0 0 -1 P

C. Komponen Kesmas
14. Keselamatan dan kesehatan 0 -1 S
kerja
15. Sanitasi lingkungan -1 S 0 0

16. Prevalensi penyakit 0 0 0 0


Tabel 4.3. Matrik Dampak Penting Hipotetik0 Pembangunan
0
Kampus STIKES Nasional
0
Surakarta
17. Vektor penyakit

IV-3
IV-4
Keterangan:
0 = Tanpa Dampak - = Dampak negatif
1,2 = Besaran Dampak + = Dampak positif
S = Dampak bersifat sementara
P = Dampak bersifat tetap

1. Tahap Prakonstruksi 2. Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasi 4. Tahap Pascaoperasi


a. Perizinan dan Sosialisasi a. Mobilisasi Peralatan dan Bahan a. Perkuliahan dan Aktivitas Praktikum a. Pemutusan Hubungan Kerja
b. Penerimaan Tenaga Kerja b. Pembersihan dan Pematangan Lahan b. Mobilisasi Mahasiswa, karyawan dan b. Demobilisasi Peralatan
c. Pekerjaan Sipil Dosen
d. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal c. Pengoperasian Utilitas
e. Pelepasan Tenaga kerja Konstruksi
f. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi

IV-5
Tabel 4.4. Matrik Keputusan Pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta

Tanpa Proyek Ada Proyek Evaluasi


Selisih
Kondisi Kondisi Pra Konstruksi Konstruksi Operasi Pasca Operasi Kondisi Selisih tanpa
Aktivitas Kegiatan dengan
Sekarang y.a.d y.a.d Proyek Dam pak
a b a b c d e f a b c a b proyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 (16 - 1) (2 - 1)

A. Komponen Fisika – Kimia


1. Kualitas air permukaan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,00 0,00 0 0,00

2. Kuantitas air tanah 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3,77 -0,23 -1 0,77

3. Kualitas udara 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2,92 -0,08 0 -0,08

4. Kebisingan 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2,85 -0,15 0 -0,15

5. Getaran 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3,92 -0,08 0 -0,08

6. Air larian (run off) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3,00 0,00 0 0,00

7. Limbah padat dan B3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3,85 -0,15 0 -0,15

8. Derajat kejenuhan lalu lintas 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3,00 0,00 0 0,00

9. Kerusakan Jalan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3,00 0,00 0 0,00

10. Keselamatan Jalan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3,00 0,00 0 0,00

B. Komponen Sosial
11. Kesempatan kerja dan usaha 3 3 3 4 3 3 3 3 4 5 5 3 3 2 3 3,38 0,38 0 0,38

12. Mata pencaharian dan pendapatan 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 5 3 3 2 3 3,15 0,15 0 0,15

13. Persepsi masyarakat 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4,00 0,00 0 0,00

C. Komponen Kesmas
14. Keselamatan dan kesehatan kerja 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2,92 -0,08 0 -0,08

15. Sanitasi lingkungan 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2,92 -0,08 0 -0,08

16. Prevalensi penyakit 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3,00 0,00 0 0,00

17. Vektor penyakit 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3,00 0,00 0 0,00


JUMLAH 54 53 53,69 0,69
RATA-RATA 3,18 3,12 3,16

IV-6
1. Tahap Prakonstruksi 2. Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasi 4. Tahap Pascaoperasi
a. Perizinan dan Sosialisasi a. Mobilisasi Peralatan dan Bahan a. Perkuliahan dan Aktivitas Praktikum a. Pemutusan Hubungan Kerja
b. Penerimaan Tenaga Kerja b. Pembersihan dan Pematangan Lahan b. Mobilisasi Mahasiswa, karyawan dan Dosen b. Demobilisasi Peralatan
c. Pekerjaan Sipil c. Pengoperasian Utilitas
d. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
e. Pelepasan Tenaga kerja Konstruksi
f. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi

IV-7
Berdasarkan Tabel 4.4. di atas dapat disimpulkan bahwa dari kondisi saat ini rata-rata skala
kualitas lingkungan adalah 3,18. Tanpa ada proyek maka kondisi kualitas lingkungan untuk
beberapa komponen lingkungan akan tetap mengalami penurunan, sehingga skala kualitas
lingkungan yang akan datang tanpa proyek pun akan turun menjadi 3,12 atau mengalami
penurunan sebesar (-) 0,06. Dengan adanya kegiatan pembangunan Kampus STIKES Nasional
Surakarta tersebut maka diprakirakan beberapa komponen lingkungan akan terjadi perubahan
skala kualitas lingkungan, baik itu penurunan maupun peningkatan sehingga rata-rata kualitas
lingkungan akan berubah menjadi 3,16. Berdasarkan perhitungan evaluasi dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta secara keseluruhan
memberikan dampak positif sebesar 0,69. Berdasarkan evaluasi dampak secara keseluruhan,
maka pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta secara komulatif diprakirakan dapat
memberikan dampak positif.

4.1.2 Telaahan Terhadap Dampak Penting Secara Parsial

4.1.2.1. Komponen Fisika - Kimia

Secara parsial terjadi perubahan skala kualitas lingkungan komponen Fisika – Kimia.
Adapun telaah dampak penting untuk masing-masing komponen Fisika – Kimia yang
mengalami perubahan adalah sebagai berikut:

a. Kuantitas air tanah


Dampak penting terhadap adanya penurunan kuantitas air tanah terjadi pada
kegiatan pekerjaan fisik bangunan pada tahap konstruksi serta kegiatan operasional
kampus pada kegiatan perkuliahan dan aktivitas praktikum serta pengoperasian
utilitas. Dampak ini timbul karena pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga
dikawatirkan berdampak terhadap keberadaan elevasi air tanah dangkal yang
berupa sumur air tanah dangkal yang dikonsumsi oleh penduduk.

b. Kualitas udara
Dampak penurunan kualitas udara terjadi pada tahap konstruksi akibat kegiatan
mobilisasi peralatan dan bahan, pembersihan dan pematangan lahan serta
pekerjaan sipil. Kegiatan ini akan meningkatkan kandungan debu, meningkatkan

IV-8
emisi SO2, CO dan NO2. Pada Tahap operasi penurunan kualitas udara disebabkan
dari dampak mobilisasi mahasiswa, dosen dan karyawan yang menggunakan moda
transportasi berupa kendaraan sepeda motor dan mobil.

c. Tingkat Kebisingan

Peningkatan kebisingan akan terjadi peningkatan pada tahap konstruksi berasal dari
kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan akibat suara yang ditimbulkan dari moda
transortasi yang digunakan, serta kegiatan pekerjaan sipil dimana kebisingan
berasal dari penggunaan peralatan konstruksi yang digunakan.

d. Getaran

Dampak getaran ditimbulkan dari kegiatan pembersihan dan pematangan lahan


serta pekerjaan sipil. Pada kegiatan pembersihan dan pematangan lahan getran
berasal dari penggunaan alat berat untuk proses cut and fill, sedangkan pada
kegiatan sipil getaran bersumber dari alat yang digunakan pada pembuatan tiang
pancang. Hal ini karena jarak antara rencana kegiatan dengan permukiman sangat
berdekatan bahkan terdapat permukiman yang berimpit dengan lahan rencana
kegiatan.

e. Limbah padat dan B3

Limbah padat yang berupa sisa-sisa material bangunan dari kegiatan sipil yang
secara teknis sudah tidak digunakan. Limbah B3 dihasilkan dari tahap operasi yaitu
kegiatan praktikum, yaitu bahan-bahan serbuk padat yang berasal dari sisa
praktikum mahasiswa.

4.1.2.2. Komponen Sosial

a. Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat merupakan penilaian dan sikap masyarakat terhadap rencana


kegiatan pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta. Persepsi dapat
bermakna negatif dan positip. Persepsi yang bermakna positip mempunyai arti
bahwa penilaian dan sikap masyarakat mendukung dengan adanya rencana

IV-9
pembangunan, tetapi persepsi yang bersifat negative mempunyai makna bahwa
masyarakat merasa ada kekawatiran atau ketidaksetujuan terhadap tahapan
kegiatan atau rencana kegiatan. Persepsi masyarakat yang bersifat negative
bersumber pada tahap pra-konstruksi berasal dari kegiatan perizinan dan sosialisasi.
Kekawatiran yang muncul bahwa dengan adanya pembangunan kampus STIKES
akan membutuhkan air tanah yang banyak sehingga dapat berpengaruh terhadap air
sumur penduduk. Persepsi negatif yang berasal dari tahap konstruksi dan operasi
berasal dari kegiatan pelepasan tenaga, karena tenaga kerja yang diberhentikan
karena pekerjaan telah selesai khawatir kalau tidak segera mendapatkan pekerjaan
lagi di tempat lain. Sedangkan persepsi yang bersifat positip berasal dari tahap pra
konstruksi dan konstruksi yaitu penerimaan tenaga kerja.

b. Kesempatan Kerja dan Berusaha

Dampak kesempatan dan kerja dan berusaha yang bersifat positip bersumber dari
tahap pra-konstruksi dan konstruksi yaitu penerimaan tenaga kerja konstruksi dan
tenaga kerja operasi. Sedangkan dampak kesempatan dan kerja dan berusaha yang
bersifat negatif bersumber dari tahap pra-konstruksi dan konstruksi yaitu pelepasan
tenaga kerja konstruksi dan tenaga kerja operasi.

c. Mata Pencaharian dan Pendapatan

Dampak mata pencaharian dan pendapatan yang bersifat positip bersumber dari
tahap pra-konstruksi dan konstruksi yaitu penerimaan tenaga kerja konstruksi dan
tenaga kerja operasi. Sedangkan dampak mata pencaharian dan pendapatan yang
bersifat negatif bersumber dari tahap pra-konstruksi dan konstruksi yaitu pelepasan
tenaga kerja konstruksi dan tenaga kerja operasi.

4.1.2.3. Komponen Kesehatan Masyarakat

a. Keselamatan dan Kesehatan kerja

Dampak keselamatan dan kesehatan kerja bersumber dari tahap konstruksi dan
operasi. Pada kegiatan pekerjaan sipil akan memberikan resiko keselamatan dan
kesehatan kerja menjadi menurun. Sedangkan pada tahap operasi pengoperasian
utilitas akan berdampak terjadinya resiko positif dan negatif. Resiko positif yaitu

IV-10
terjadi pemenuhan pelayanan secara optimal kepada mahasiswa, dosen dan
karyawan, tetapi resiko negative akan terjadi kebakaran dan kecelakaan kerja.

b. Sanitasi Lingkungan

Dampak sanitasi lingkungan bersumber dari tahap konstruksi yaitu kegiatan


pekerjaan sipil serta mekanikal dan elektrikal. Pada tahap ini akan mengahsilkan
limbat padat dan cair yang menyebabkan sanitasi lingkungan menurun. Sedangkan
pada tahap operasi sanitasi lingkungan akan menurun pada kegiatan perkuliahan
dan aktivitas praktikum, karena akan dihasilkan limbat padat dan cair yang dapat
menurunkan sanitasi lingkungan.

4.1.3 Dampak Penting yang Harus Dikelola

Dampak penting yang harus dikelola berdasarkan hasil evaluasi dampak penting
dirinci menurut tahapan kegiatan penimbul dampak penting dan komponen
lingkungan yang terkena dampak penting.

4.1.3.1 Tahap Pra-Konstruksi


1. Komponen Fisika – Kimia
Tidak ada komponen fisika – kimia yang dikelola.
2. Komponen Biologi
Tidak ada komponen biologi yang dikelola.
3. Komponen Sosial
Komponen sosial yang harus dikelola berupa kesempatan kerja dan usaha,
Mata pencaharian dan pendapatan, serta persepsi masyarakat.
4. Komponen Kesehatan Masyarakat
Tidak ada komponen kesehatan masayarakat yang dikelola.
4.1.3.2 Tahap Konstruksi
1. Komponen Fisika – Kimia
Komponen fisika – kimia yang harus dikelola adalah:
a. Penurunan Kuantitas Air Tanah
b. Peningkatan Kebisingan
c. Peningkatan Getaran
d. Peningkatan Limbah Padat dan B3
IV-11
2. Komponen Biologi
Tidak ada komponen biologi yang perlu dikelola
3. Komponen Sosial
Komponen lingkungan yang perlu dikelola adalah:
a. Pesepsi masyarakat
b. Kesempatan Kerja dan Usaha
c. Mata Pencaharian dan Pendapatan
4. Komponen Kesehatan Masyarakat
Komponen lingkungan yang perlu dikelola adalah:
a. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
b. Penurunan Sanitasi Lingkungan

4.1.3.3 Tahap Operasi


1. Komponen Fisika – Kimia
Komponen lingkungan yang perlu dilakukan pengelolaan adalah:
a. Penurunan Kuantitas Air Tanah
b. Penurunan Kualitas Udara
c. Peningkatan Limbah Padat dan B3
2. Komponen Biologi
Tidak ada pengelolaan yang harus dilakukan
3. Komponen Sosial
Komponen lingkungan yang harus dilakukan adalah:
a. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Usaha
b. Peningkatan Matapencaharian dan Pendapatan
4. Komponen Kesehatan Masyarakat
Tidak ada pengelolaan yang harus dilakukan

4.1.3.4 Tahap Pasca Operasi


1. Komponen Fisik Kimia
Tidak ada pengelolaan yang harus dilakukan
2. Komponen Biologi

IV-12
Tidak ada komponen yang harus dilakukan pengelolaan
3. Komponen Sosial
Komponen lingkungan yang harus dilakukan pengelolaan adalah:
a. Hilangnya kesempatan kerja dan usaha
b. Hilangnya matapencaharian dan pendapatan
c. Timbulnya persepsi negatif masyarakat pekerja
4. Komponen Kesehatan
Tidak ada komponen lingkungan yang harus dikelola.

4.1.4 Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan

Berdasarkan telaahan terhadap dampak penting menunjukkan bahwa rencana kegiatan


pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta memungkinkan untuk dilakukan,
meskipun akan muncul berbagai dampak lingkungan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu mengelola dampak guna meminimalisir bahkan meniadakan dampak
negatif serta meningkatkan dampak positifnya.

Dampak penting rencana kegiatan pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta


yang perlu dilakukan pengelolaan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Matrik Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Komponen Lingkungan Komponen Kegiatan Penyebab
No Arahan Pengelolaan Lingkungan
Terkena Dampak Dampak
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Persepsi Masyarakat  Ketidak jelasan informasi  Sosialisasi rencana pembangunan
tentang rencana kegiatan kampus dilakukan dengan cara praktis
 Rekruitmen tenaga kerja dan sederhana agar mudah diterima
konstruksi oleh masyarakat
 Sosialisai rencana kegiatan dilakukan
dengan melibatkan formal leader,
informal leader, pemuka agama serta
masyarakat sekitar lokasi kegiatan
 Transparansi perekrutan tenaga kerja
konstruksi
2. Kesempatan kerja dan Rekruitmen tenaga kerja  Melaksanakan penerimaan kerja
berusaha; Mata konstruksi secara transfaran
pencaharian dan  Mempioritaskan tenaga kerja lokal
Pendapatan sebanyak mungkin
 Pemberian kesempatan berusaha di
IV-13
Komponen Lingkungan Komponen Kegiatan Penyebab
No Arahan Pengelolaan Lingkungan
Terkena Dampak Dampak
sektor informal bagi masyarakat sekitar
B. Tahap Konstruksi
1. Penurunan kuantitas air Pekerjaan fisik pembangunan  Sosialisasi mekanisme aduan apabila
tanah kampus terjadi kekeringan sumur penduduk
 Membuat sumur resapan atau biopori
 Membangun sistem watercycle untuk
penghematan penggunaan air bersih
2. Peningkatan kebisingan dan  Penggunaan perelatan berat  Mengurangi pemakaian peralatan yang
getaran untuk kegiatan konstruksi berpotensi besar menimbulkan
 Pekerjaan fisik pembangunan kebisingan dan getaran
kampus  Mengatur jadwal kegiatan operasional
mesin yang berpotensi menimbulkan
kebisingan
 Pembatasan jam kerja maksimal jam
10 malam
 Mengatur dan mengawasi pekerja agar
tidak menimbulkan kebisingan
3. Peningkatan Limbah Padat  Aktivitas basecamp  Mengelola sampah dari kegiatan
dan B3  Pekerjaan fisik pembangunan konstruksi dan domestik pekerja
kampus  Untuk limbah B3 akan diambil oleh
pihak ketiga yang telah memiliki izin
4. Kesempatan kerja dan Kegiatan tenaga kerja  Memprioritaskan tenaga kerja lokal
Berusaha; Mata operasional serta kegiatan  Transparansi penerimaan tenaga kerja
pencaharian dan operasional kampus operasional
Pendapatan  Memberikan ruang bagi masyarakat
sekitar sehingga mampu mendorong
tumbuhnya kegiatan sektor informal
5. Gangguan sanitasi Pembersihan lahan pada  Sesegera mungkin membuang
lingkungan kegiatan persiapan lahan onggokan sampah hasil dari kegiatan
pembersihan lahan
 Bekerja sama dengan instansi terkait
untuk pengelolaan sampah
6. Gangguan keselamatan dan Pekerjaan fisik pembangunan  Melakukan pengawasan untuk
kesehatan kerja kampus menjamin bahwa semua pekerja tahap
konstruksi menggunakan equipment
menurut SOP kesehatan dan
keselamatan pekerjaan

C. Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas air Pembuangan limbah cair ke  Melaksanakan pengolahan limbah cair
permukaan saluran drainase pada saat sebelum dibuang ke badan air melalui
operasional kampus sistim IPAL yang sesuai
 Melaksanakan kontrol dan pengawasan
sesuai SOP terhadap kinerja IPAL

IV-14
Komponen Lingkungan Komponen Kegiatan Penyebab
No Arahan Pengelolaan Lingkungan
Terkena Dampak Dampak
sehingga limbah cair yang dihasilkan
sesuai dengan baku mutu yang
dipersyaratkan
 Mengupayakan untuk menerapkan
program reuse, reduce dan recycle
terhadap air limbah, sehingga dapat
mengurangi volume limbah cair yang
dibuang ke perairan umum
2. Penurunan kuantitas air Pemenuhan kebutuhan air  Penggunaan sumur dalam merupakan
tanah bersih untuk kegiatan upaya terakhir apabila ketersediaan air
operasional kampus dari PDAM tidak mencukupi
 Upaya pemanfaatan kembali air
buangan yang diolah di STP untuk
penyiraman tanaman dan pengisian
bak tandon hydrant sehingga dapat
menghemat kebutuhan air
 Membuat sumur resapan untuk
drainase, sehingga dapat
meningkatkan cadangan air tanah
dangkal
 Dalam jangka panjang melaksanakan
pemanenan air hujan (Rain Harvesting,
dalam rangka mengurangi kebutuhan
air untuk kegiatan penunjang, seperti
penyiraman tanaman dan air hydrant.
3. Penurunan kualits udara Kegiatan operasional kampus  Melakukan penghijauan dengan
tanaman yang sesuai
 Melakukan perawatan tanaman dan
melakukan uji emisi pada genset dan
kendaraan operasional
4. Peningkatan kebisingan dan Kegiatan operasional kampus  Peletakan dan pemasangan median
getaran peredam suara untuk sumber penghasil
suara mesin/genzet atau pembuatan
ruangan khusus
5. Peningkatan air larian Kegiatan operasional kampus  Membuat sumur resapan
 Perawatan penghijauan, saluran
drainase dan penghijauan
6. Peningkatan limbah padat Kegiatan operasional kampus  Melakukan pengelolaan sampah padat
dan B3 bermula dari sumbernya dengen
menempatkan tongsampah di setiap
lorong dan kamar
 Melakukan pemungutan sampah setiap
hari
 Membangun dan merawat TPS agar

IV-15
Komponen Lingkungan Komponen Kegiatan Penyebab
No Arahan Pengelolaan Lingkungan
Terkena Dampak Dampak
fungsinya dapat terjaga
 Untuk limbah B3 akan diambil oleh
pihak ketiga yang telah memiliki izin
7. Gangguan lalulintas dan Kegiatan operasional kampus  Menempatkan petugas di pintu keluar
perparkiran masuknya kendaraan dalam mengatur
arus lalu-lintas
 Larangan parkir di daerah depan dan
jalur akses menuju kampus. Kendaraan
diarahkan masuk ke dalam area
 Memasang tanda-tanda peringatan
serta lampu kedip di depan lokasi
keluar masuknya kendaraan
pengunjung kampus
8. Kesempatan kerja dan Kegiatan tenaga kerja  Memprioritaskan tenaga kerja lokal
Berusaha operasional serta kegiatan  Transparansi penerimaan tenaga kerja
operasional kampus operasional
 Memberikan ruang bagi masyarakat
sekitar sehingga mampu mendorong
tumbuhnya kegiatan sektor informal
9. Persepsi masyarakat Kegiatan tenaga kerja  Melakukan sosialisasi yang
operasional serta kegiatan menjelaskan mengenai peluang
operasional kampus penyerapan tenaga kerja dan peluang
usaha, kemudian aspek-aspek yang
berhubungan dengan kegiatan
operasional serta upaya-upaya dalam
mengantisipasi timbulnya dampak
negatif dengan melibatkan formal
leader, informal leader dan masyarakat.
 Melaksanakan pendekatan sosial guna
menyerap aspirasi masyarakat
 Meningkatkan kegiatan bina lingkungan
dan CSR (Cooporate Social
responsibility)
11. Sanitasi Lingkungan Kegiatan operasional kampus  Menyediakan tempat sampah yang
cukup dan memadai di Kampus
 Menyediakan petugas kebersihan
untuk menjaga kebersihan setiap
harinya
 Bekerjasama dengan instansi terkait
dalam penempatan TPS (kontainer
sampah) dan pengangkutan ke TPA
 Dalam jangka panjang diupayakan
untuk mengelola sampah secara
mandiri
12. Gangguan keselamatan dan  Melakukan pengawasan untuk
IV-16
Komponen Lingkungan Komponen Kegiatan Penyebab
No Arahan Pengelolaan Lingkungan
Terkena Dampak Dampak
kesehatan kerja menjamin bahwa semua pekerja tahap
operasional menggunakan equipment
menurut SOP kesehatan dan
keselamatan pekerjaan
C. Tahap Pasca Operasi
1. Hilangnya Kesempatan Pemutusan hubungan kerja  Memberikan pengertian dan hak-hak
kerja dan Berusaha tenaga kerja yang mengalami PHK
 Membantu penyaluran bekerja pada
tempat lain
2. Hilangnya matapencaharian Pemutusan hubungan kerja  Memberikan pengertian dan hak-hak
dan pendapatan tenaga kerja yang mengalami PHK
 Membantu penyaluran bekerja pada
tempat lain
3. Terjadi persepsi negative Pemutusan hubungan kerja  Memberikan pengertian dan hak-hak
masyarakat tenaga kerja yang mengalami PHK
 Membantu penyaluran bekerja pada
tempat lain

4.2 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan

Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting dalam evaluasi
secara holistik terhadap dampak lingkungan, pemilihan alternatif dan arahan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup maka, pemrakarsa/penyusun AMDAL menyampaikan
penilaian kelayakan lingkungan hidup rencana kegiatan pembangunan Kampus STIKES
Nasional Surakarta seperti tertera pada Tabel 4.6.
Pernyataan kelayakan lingkungan hidup atas rencana kegiatan pembangunan Kampus
STIKES Nasional Surakarta sudah mempertimbangkan 10 (sepuluh) kriteria kelayakan
sebagaimana tercantum pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, Lampiran II Pedoman
Penyusunan Dokumen Andal.

IV-17
Tabel 4.6. Kriteria yang Menjadi Dasar Pertimbangan di dalam Penilaian
Kelayakan Lingkungan rencana kegiatan pembangunan Kampus STIKES
Nasional Surakarta
No Kriteria Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup
1 Rencana tata ruang sesuai ketentuan 1. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
peraturan perundang-undangan. Sukoharjo Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo Tahun
2011-2031 pada Pasal 9, lokasi rencana kegiatan di
Desa Kwarasan, Kecamatan Grogol, Kabupaten
Sukoharjo adalah termasuk dalam Pusat Kegiatan
Lokal Promosi (PKLp). Selanjutnya pada pasal 48
pada ayat (3) disebutkan pengembangan PKLp
sebagai mana dimaksud adalah sebagai pusat
pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, pusat
perdagangan dan jasa, industri, pariwisata dan
permukiman perkotaan.
2. Berdasarkan pada Keputusan Bupati Sukoharjo No:
503/702/2013 tentang Pemberian Izin Penggunaan
Pemanfaatan Tanah Kepada Yayasan Pendidikan
Farmasi Nasional Surakarta untuk Pembangunan
Gedung STIKES Nasional Surakarta (Kampus AKK
dan AKFAR) di Desa Kwarasan Kecamatan Grogol
Kapupaten Sukoharjo.
2 Kebijakan di bidang perlindungan dan Rencana kegiatan tidak melanggar kebijakan di bidang
pengelolaan lingkungan hidup serta perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam yang diatur dalam sumber daya alam yang diatur dalam peraturan
peraturan perundang-undangan. perundang-undangan
3 Kepentingan pertahanan keamanan. Kriteria ke 3 kurang relavan, mengingat rencana
kegiatan tidak bersinggungan dengan kepentingan
pertahanan keamanan negara (NKRI), sehingga
rencana kegiatan tidak berbenturan dengan
kepentingan pertahanan keamanan
4 Prakiraan secara cermat mengenai Pemrakarsa / penyusun sudah melakukan prakiraan
besaran dan sifat penting dampak dari secara cermat mengenai besaran dan sifat penting
aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, dampak dari aspek fisik kimia, biologi, sosial-ekonomi,
budaya, tata ruang, dan kesehatan social-budaya dan kesehatan masyarakat pada tahap
masyarakat pada tahap pra konstruksi, pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca-operasi
konstruksi, operasi dan pasca operasi atas rencana kegiatan pembangunan Kampus STIKES
usaha dan/ atau kegiatan. Nasional Surakarta
5 Hasil evaluasi secara holistik terhadap Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh Dampak
seluruh dampak penting sebagai sebuah Penting hipotetik telah dilakukan sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi,
mempengaruhi sehingga diketahui sehingga diketahui perimbangan Dampak Penting yang
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif sebagai
bersifat positif dengan yang bersifat dasar untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan

IV-18
No Kriteria Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup
negatif. lingkungan terhadap aspek fisik kimia, biologi, sosial,
ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat pada
tahap prakonstruksi, konstruksi,dan operasi Usaha
dan/atau Kegiatan.
Berdasarkan hasil evaluasi secara holistik sesuai
dengan matrik keputusan (Tabel 4.4), maka secara
keseluruhan/kumulatif memberikan dampak positif
sebesar 0,69.
6 Kemampuan pemrakarsa dan/ atau pihak Pemrakarsa kegiatan akan bertanggung jawab dalam
terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulangi dampak penting yang akan ditimbulkan
menanggulangi dampak penting negatif dari kegiatan yang direncanakan berdasarkan rencana
yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/ pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL-RPL)
atau Kegiatan yang direncanakan dengan disertai Surat Pernyataan kesanggupan melaksanakan
pendekatan teknologi, sosial, dan RKL-RPL bermaterai
kelembagaan.
7 Rencana usaha dan/ atau kegiatan tidak Dalam kajian ini sudah dilakukan telaahan sosial yang
mengganggu nilai-nilai sosial atau terkait dengan prediksi dan evaluasi dampak sosial.
pandangan masyarakat (emic view). Rencana kegiatan mempengaruhi nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat tetapi dapat dikelola dengan
pendekatan social dan institusional. Pemrakarsa akan
melakukan pengelolaan dan pemantauan persepsi
masyarakat, perubahan nilai dan norma dalam
masyarakat melalui forum komunikasi dengan
masyarakat terkena dampak, disertai penerapan
tanggung jawab sosial pemrakarsa yang berkelanjutan
melalui pendekatan partisipatif.
8 Rencana usaha dan/ atau kegiatan tidak Rencana kegiatan tidak mempengaruhi dan/atau
akan mempengaruhi dan/ atau mengganggu entitas ekologis, mengingat lokasi
mengganggu entitas ekologis. rencana kegiatan berada kawasan budidaya yang
relatif tidak terdapat entitas ekologi kategori langka
dan/atau terancam yang perlu dilindungi.
9 Rencana usaha dan/ atau kegiatan tidak Dalam kajian ini sudah dilakukan telaahan terhadap
menimbulkan gangguan terhadap usaha usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar
dan/ atau kegiatan yang telah berada di rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan. Rencana
sekitar rencana lokasi usaha dan/ atau kegiatan mempengaruhi usaha dan/atau kegiatan yang
kegiatan. telah ada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau
kegiatan namun dapat dikelola dan menjadi lebih
berkembang.
10 Tidak dilampauinya daya dukung dan Kriteria ke 10 tidak bisa diterapkan, mengingat
daya tampung lingkungan hidup dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo belum memiliki
lokasi rencana usaha dan/ atau kegiatan peraturan daerah yang menetapkan tentang daya
dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung di sekitar wilayah studi.
dukung dan daya tampung lingkungan Dengan demikian daya dukung dan daya tampung
dimaksud lingkungan hidup di wilayah lokasi rencana kegiatan

IV-19
No Kriteria Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup
tidak bisa di tetapkan melampaui atau tidak.

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka rencana kegiatan


pembangunan Kampus STIKES Nasional Surakarta ini, dapat direkomendasikan sebagai
rencana kegiatan yang layak dari aspek lingkungan hidup, dengan syarat :
Melaksanakan RKL-RPL sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen RKL-
RPL yang telah di setujui oleh Komisi Penilai Andal dan rencana kegiatan
dilaksanakan sesuai rekomendasi alternatif terbaik.

IV-20

Anda mungkin juga menyukai