Anda di halaman 1dari 57

POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK

POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK


KABUPATEN
KABUPATENLOMBOK TENGAH
LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA
PROVINSI NUSATENGGARA BARAT
TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN
PENYUSUNANAN GEODATA
GEODATA BASE
BASE BIDANG
BIDANG TANAH
TANAH
WILAYAH
WILAYAH PENGEMBANGAN
PENGEMBANGAN (WP)(WP)
II II

BAB - 4
PRAKIRAAN DAN EVALUASI
DAMPAK PENTING

4.1 Prakiraan Dampak Penting


Pelingkupan pada tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak
lingkungan hidup (primer, sekunder dan seterusnya) yang secara potensial akan
timbul sebagai akibat dari adanya rencana kegiatan.

Pada proses identifikasi dan evaluasi dampak penting, salah satu bahan
pertimbangan utama adalah masukan dari masyarakat dan pemerhati/pakar
lingkungan yang disampaikan secara tertulis maupun lisan.

Metode (perangkat/alat) yang digunakan dalam identifikasi dampak potensial ini


adalah matriks interaksi sederhana antara rencana kegiatan dan komponen
lingkungan untuk mendapatkan kemungkinan dampak potensial yang terjadi.

Pada addendum ini tidak ada penambahan dampak penting hipotetik yang dikaji,
namun terdapat perubahan pada besaran dampak yang akan terjadi seiring dengan
terjadinya pembangunan di Kawasan Poltekpar. Pada Kajian Amdal terdahulu,
kajian di fokuskan pada kegiatan pembangunan Gedung Kuliah I dan II dengan luas
bangunan 14.196 m2. Kegiatan pembangunan Kawasan Poltekpar akan dilakukan
hingga tahun 2021. Rincian kegiatan hingga 2021 telah disajikan pada bab
sebelumnya.

LAPORAN FINAL | 4-1


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Dampak penting Hipotetik yang dikaji pada Dokumen Adendum dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 4-1 Dampak Penting Hipotetik Kegiatan Pembangunan Poltekpar Lombok


No Tahap Kegiatan Dampak Penting Hipotetik
I Tahap Pra Konstruksi
Survey, Perencanaan Teknis dan Sosialisasi Kegiatan Keresahan Masyarakat
II Tahap Konstruksi
1 Mobilisasi Tenaga Kerja Kesempatan Kerja
Peningkatan Peluang Usaha
Keresahan Masyarakat
2 Mobilisasi Alat & Bahan Material Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Peningkatan Arus Lalu Lintas
Penurunan Kondisi Jalan
3 Pematangan Lahan Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Air Larian
Keresahan Masyarakat
4 Pembangunan Sarana Utama dan Sarana Penunjang Peningkatan Air Larian
Sanitasi Lingkungan dari Timbulan
Limbah Padat dan Limbah Cair
III Tahap Operasional
1 Mobilisasi Tenaga Kerja Kesempatan Kerja
Keresahan Masyarakat
2 Operasional Poltekpar Lombok Peningkatan Air Larian
Peningkatan Arus Lalu Lintas

Berdasarkan Dampak Penting Hipotetik pada masing-masing kegiatan yang


teridentifikasi seperti ditunjukkan dalam tabel 4.1 diatas, maka secara keseluruhan
dampak penting hipotetik yang diperoleh dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Penurunan Kualitas Udara;

2. Peningkatan Kebisingan;

3. Peningkatan Air Larian;

4. Peningkatan Arus Lalu Lintas;

5. Penurunan Kondisi Jalan;

6. Sanitasi Lingkungan dari Timbulan Limbah Padat dan Limbah Cair;

7. Kesempatan Kerja;

8. Peningkatan Peluang usaha;

9. Keresahan Masyarakat.

LAPORAN FINAL | 4-2


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Selain Dampak Penting Hipotetik, terdapat Dampak Tidak Penting Hipotetik Yang
Dikelola Dan Dipantau yaitu sebagai berikut:

Tabel 4-2 Dampak Tidak Penting Hipotetik yang Dikelola dan Dipantau

No Tahap Kegiatan Dampak Penting Hipotetik


I Tahap Operasional
1 Operasional Poltekpar Lombok Peningkatan Peluang Usaha
Peningkatan Kesempatan Pendidikan
Penurunan Sanitasi Lingkungan dari Timbulan
Limbah Padat dan Limbah Cair

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, Dampak Tidak Penting Hipotetik yang dikelola dan
dipantau pada masing- masing kegiatan yang teridentifikasi pada tabel tersebut
diatas. Maka secara keseluruhan dampak tidak penting hipotetik dikelola dan
dipantau dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sanitasi Lingkungan dari Timbulan Limbah Padat dan Limbah Cair;

2. Peningkatan Peluang usaha;

3. Peningkatan Kesempatan Pendidikan.

Dalam melakukan prakiraan dampak dilakukan terhadap besaran dan sifat penting
dampak. Prakiraan dampak menggunakan data yang menunjukkan perubahan
kualitas lingkungan dari waktu ke waktu. Dalam melakukan prakiraan dampak untuk
menentukan besaran dan sifat penting dampak menggunakan data yang
menunjukkan perubahan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu.

Memprakirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan


pada ”kondisi tanpa proyek (Rona Awal)” dan pada kondisi setelah ada proyek
(Rona dengan Proyek).Secara sistematis besarnya prakiraan besaran dampak
terhadap lingkungan dapat digambarkan (Sumarwoto, 2003) sebagai berikut:

Prakiraan Besaran Dampak = (Q dp - QTp)

Dimana:

Q tp = Prakiraan Kondisi Lingkungan pada waktu t “tanpa proyek”

Q dp = Prakiraan Kondisi Lingkungan pada waktu t “dengan proyek”

LAPORAN FINAL | 4-3


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Prakiraan dampak didasarkan pada 7 (tujuh) kriteria dampak penting sesuai dengan
Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan sebagai
berikut:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak;

2. Luas wilayah penyebaran dampak;

3. Lamanya dampak berlangsung dan intensitas dampak;

4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;

5. Sifat kumulatif dampak;

6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak; dan/atau

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

4.1.1 Tahap Konstruksi

4.1.1.1. Mobilisasi Tenaga Kerja

A. Kesempatan Kerja

Besaran Dampak

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sekitar 200 orang dan jenis pekerjaan yang
dilakukan tidak dikerjakan dalam waktu bersamaan melainkan berdasarkan
kebutuhan per tahapan kegiatan. Tenaga kerja diupayakan melibatkan tenaga kerja
lokal sesuai dengan keahlian dan kompetensinya.

Tabel 4-3 Perkiraan Tenaga Kerja Konstruksi

Jumlah
No Job/Posisi Pendidikan
(orang)
1 Site Manager Sarjana/D3 1
2 Penyelia (Supervisor) Sarjana/D3 2
3 Mandor D3/SMK 20
4 Administrasi dan Keuangan D3/SMU 1
5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) D3/SMU 2
6 Operator alat-alat berat SMK/SMU 15
7 Tukang Las SMK/SLP 7
8 Tukang bangunan SMK/SLP 30
9 Mekanik SMK 30
10 Elektrik SMK 12
Pembantu operator dan Pembantu
11 SD/SLP 80
tukang,
Total 200
Sumber: Asumsi Konsultan, 2018

LAPORAN FINAL | 4-4


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Terbuka kesempatan kerja bagi sebanyak 200 orang pada tahap konstruksi.
Berdasarkan hasil Kosultasi Publik dan hasil wawancaran dengan masyarakat,
masyarakat menginginkan prioritas terhadap tenaga kerja lokal dari penduduk desa
Puyung dan Kelurahan Leneng sehingga angka pengangguran dapat ditekan pada
saat konstruksi maupun operasional Poltekpar Lombok nantinya.
Tabel 4-4 Penduduk Usia Kerja

Jumlah (Orang)
No Umur (tahun)
Desa Puyung Kelurahan Leneng
1 16 - 21 1234 1080
2 22 - 60 7685 4096
JUMLAH 8.919
Sumber: RPJM Desa Puyung 2017 dan Monografi Kelurahan Leneng 2016

Tabel 4-5 Jumlah Penduduk Desa Puyung yang Telah Bekerja

Jumlah (Orang)
No. Jenis Pekerjaan
Desa Puyung Kelurahan Leneng
1. Petani 527 333
2. Buruh Tani 1.073 158
3. Pedagang 347
4. Tukang Kayu/pertukangan 86
5. Bengkel 21
6. PNS 462 522
7. TNI/POLRI 46 87
8. Pegawai Swasta 183 319
9. Pengrajin Home Industri 528
10. Peternak 416
11. Sopir 109
12. Pegawai honor 157
13. Tukang Bangunan 51 42
14. Penjahit 1
15. Dukun Kampung Terlatih 1
16. Ojek 45
17. Buruh Migran 896
18. Pembantu Rumah Tangga 56
19. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 224 96
20. Pengusaha Kecil & Menengah 213
21. Dosen Swasta 31
22. KaryawanPerusahaan Pemerintah 149
23. Pengrajin Tenun 66
24. Wiraswasta 789
25. Lainnya 96
Jumlah 5.688 2.372
Sumber: RPJM Desa Puyung 2017 dan Monografi Kelurahan Leneng 2016

Sebanyak 8.919 orang penduduk Desa Puyung merupakan penduduk usia kerja
dan dari jumlah tersebut sebanyak 5.688 orang telah memiliki pekerjaan, sehingga
terdapat sebanyak 3.231 orang penduduk Desa Puyung diasumsikan belum

LAPORAN FINAL | 4-5


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
bekerja, mengurus rumah tangga maupun sedang bersekolah. Sebanyak 2.372
orang dari 7.898 penduduk Kelurahan Leneng telah bekerja, maka terdapat 5.526
orang penduduk yang belum atau tidak bekerja.

Jika diasumsikan jumlah yang tidak bekerja ada sebanyak 10 % dari jumlah
tersebut, maka jumlah penduduk tidak bekerja diprakirakan sebanyak 323 orang di
Desa Puyung dan 789 orang di Kelurahan Leneng. Oleh sebab itu, kegiatan yang
menimbulkan peluang kerja merupakan kesempatan bagi penduduk untuk dapat
bekerja di kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok tersebut sesuai dengan
keahlian serta kebutuhan pada saat pekerjaan dilakukan.

Dampak kesempatan kerja merupakan dampak yang positif.

Sifat Penting Dampak

1. Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah 323 orang penduduk Desa
Puyung dan 789 orang penduduk Kelurahan Leneng yang belum bekerja
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

2. Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada di
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat serta Kelurahan Leneng, Kecamatan
Praya sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting
(+P).

3. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Peningkatan peluang kerja diperkirakan berlangsung selama kegiatan


konstruksi, dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

4. Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Komponen lain yang terkena dampak kesempatan kerja adalah


kesejahteraan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Dampak dikategorikan
sebagai dampak positif penting (+P).

5. Sifat kumulatif dampak

LAPORAN FINAL | 4-6


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Dampak kesempatan kerja bersifat kumulatif dengan dampak kesempatan
kerja pada tahap operasional, maka dampak dinilai sebagai dampak positif
penting (+P).

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak Lingkungan dapat berbalik karena kesempatan kerja pada tahap


konstruksi hanya bersifat sementara, sehingga dampak termasuk dampak
negatif tidak penting (-TP).

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan dengan adanya rekayasa sosial, sehingga


sehingga dampak termasuk dampak positif tidak penting (+TP).

Berdasarkan uraian di atas terdapat 5 komponen yang menentukan sifat Penting


dampak, sehingga dampak penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi
merupakan dampak yang sifatnya Positif Penting.

B. Peningkatan Peluang Usaha

Besaran Dampak

Dengan adanya kegiatan konstruksi yang melibatkan 200 tenaga kerja lokal
maupun dari luar daerah akan dapat meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat
sekitar. Peluang usaha yang timbul diantaranya warung makan untuk tenaga kerja.
Direncanakan kegiatan akan membuat barak untuk tenaga kerja sehingga
diprakirakan tenaga kerja yang berasal dari Kabupaten Lombok Tengah maupun
luar daerah akan tinggal di barak lokasi kegiatan selama tahap konstruksi. Oleh
sebab itu warung makan akan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pangan tenaga kerja, disamping itu juga warung dapat menyediakan kebutuhan
domestik tenaga kerja lainnya seperti peralatan mandi.

Sifat Penting Dampak

1. Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah penduduk disekitar lokasi


kegiatan yaitu di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat serta Kelurahan

LAPORAN FINAL | 4-7


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Leneng, Kecamatan Praya, oleh sebab itu dampak dikategorikan sebagai
dampak positif penting (+P).

2. Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat serta Kelurahan Leneng, Kecamatan
Praya sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting
(+P).

3. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Peningkatan peluang usaha diperkirakan berlangsung selama kegiatan


konstruksi berlangsung, dampak dikategorikan sebagai dampak positif
penting (+P).

4. Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Komponen lain yang terkena dampak peningkatan peluang usaha adalah


keresahan masyarakat akibat tidak meratanya peluang berusaha, sehingga
dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

5. Sifat kumulatif dampak

Dampak peningkatan peluang usaha bersifat kumulatif dengan peluang


usaha pada tahap operasional, maka dampak dinilai sebagai dampak
positif penting (+P).

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Lingkungan dapat berbalik karena dampak hanya bersifat sementara,


sehingga dampak termasuk dampak negated tidak penting (+TP).

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan dengan adanya rekayasa sosial, sehingga


sehingga dampak termasuk dampak positif tidak penting (+TP).

Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, diketahui
bahwa lima sifat penting dampak menyatakan dampak positif penting dan satu
dampak negatif penting, maka dampak peluang usaha dari kegiatan mobilisasi
tenaga kerja merupakan dampak positif penting (+P).

LAPORAN FINAL | 4-8


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
C. Keresahan Masyarakat

Besaran Dampak

Keresahan masyarakat pada tahap mobilisasi tenaga kerja terjadi sebagai dampak
turunan dari dampak kesempatan kerja dan dampak peluang usaha. Berdasarkan
hasil Kosultasi Publik, masyarakat menginginkan prioritas terhadap tenaga kerja
lokal dari penduduk desa Puyung sehingga angka pengangguran dapat ditekan
pada saat konstruksi maupun operasional Poltekpar Lombok nantinya. Keresahan
masyarakat terjadi apabila harapan masyarakat tidak dapat diakomodir oleh
pemrakarsa atau tidak terjalin hubungan sosial yang baik antara pemrakarsa
dengan masyarakat.

Disamping terkait masalah tenaga kerja, penduduk di Kelurahan Leneng memiliki


keresahan terkait irigasi pertanian. Masyarakat memiliki kekhawatiran apabila
saluran irigasi tersier mereka yang akan tertutup akibat pengurugan lahan. Saluran
irigasi tersier ini masih digunakan untuk mengairi seluas ± 40 ha lahan pertanian di
Kelurahan Leneng. Lahan pertanian digunakan untuk menanam padi dan palawija.
Keresahan dapat diminimalisir dengan adanya komunikasi antara penduduk dengan
pemrakarsa dan kontraktor pembangun sehingga saluran irigasi tetap berfungsi
sebagaimana awalnya.

Sifat Penting Dampak

1. Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah penduduk Desa Puyung,


Kecamatan Jonggat, terutama penduduk Dusun Dangket Tengah, Dusun
Waker dan Dusun Sumpak yang berada di dekat lokasi kegiatan, serta
penduduk yang berprofesi sebagai petani di Kelurahan Leneng sehingga
dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

2. Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada di
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah serta seluas
40 ha lahan pertanian di Kelurahan Leneng. sehingga dampak dikategorikan
sebagai dampak negatif penting (-P).

3. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

LAPORAN FINAL | 4-9


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Keresahan masyarakat akibat mobilisasi tenaga kerja diperkirakan
berlangsung selama 3 bulan di awal tahap konstruksi sehingga dampak
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

4. Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Keresahan masyarakat tidak menimbulkan dampak tehadap komponen hidup


lain sehingga kampak dikategorikan sebagai dampak negatif tidak penting
(-TP).

5. Sifat kumulatif dampak

Dampak keresahan masyarakat bersifat kumulatif dengan kegiatan di tahap


operasional, maka dampak dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak Lingkungan dapat berbalik karena dampak hanya bersifat


sementara, sehingga dampak termasuk dampak negatif tidak penting (-
TP).

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat diminimalisir dengan adanya rekayasa sosial, sehingga


sehingga dampak termasuk dampak positif tidak penting (+TP).

Berdasarkan uraian di atas terdapat 4 komponen yang menentukan sifat Penting


dampak, sehingga dampak keresahan masyarakat pada tahap konstruksi
merupakan dampak yang sifatnya Negatif Penting.

4.1.1.2. Mobilisasi Alat & Material

A. Kualitas Udara

Besaran Dampak

Mobilisasi material konstruksi sebagian besar didatangkan kontraktor dari daerah


sekitar Kabupaten Lombok Tengah yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemajuan pekerjaan konstruksi. Mobilisasi alat berat dan konstruksi akan
menggunakan jenis truk berkapasitas 5 ton atau 5 m 3 yang disesuaikan dengan
kondisi geometri ruas jalan Raden Puguh, Kabupaten Lombok Tengah, waktu jam
kerja per hari adalah 10 jam, waktu pengambilan material maksimal selama 3 bulan

LAPORAN FINAL | 4-10


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
atau 90 hari. Pada kegiatan konstruksi Pengembangan Poltekpar Lombok,
diperkirakan jumlah mobilisasi kendaraan berat yang digunakan berjumlah 2.589
truk selama 3 tahun pembangunan. Dengan semakin banyaknya kendaraan berat
yang digunakan, maka jumlah kendaraan yang beroperasi dalam satu hari kerja
juga akan bertambah. Apabila pada saat pembangunan Poltekpar eksisting
dibutuhkan 4 kendaraan/hari, maka untuk tahap pengembangan diprediksi
mobilisasi kendaraan berat setiap harinya selama kegiatan konstruksi berlangsung
adalah 29 kendaraan/hari atau 3 kendaraan/jam.

Hal ini berakibat kepada berubahnya prakiraan dampak penurunan kualitas udara,
pada saat pembangunan yang telah berlangsung dengan pengembangan yang
pada saat ini akan dilakukan. Jumlah kendaraan berat pada saat Pembangunan
Poltekpar eksisting dan Pengembangan saat ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4-6 Jumlah dan Jenis Kendaraan Berat Konstruksi

NO URAIAN KAPASITAS JUMLAH


1 Mobile Crane 25 T 2
2 Auger Boring 2
3 Batching Plant 80 m3/jam 1
4 Excavator 0,90 m3 2
5 Dump Truck 8T 10
6 Truck Mixer 5 m3 3
7 Concrete Pump 40 m3/jam 1
8 Concrete Vibrator 5,5 HP 4
9 Mesin Las 2
10 Motor Grader 1
11 Vibrator Roller 10 T 2
12 Bar Bender D 32 2
13 Bar Cutter D 32 2
14 Generator Set 100 KVA 1
15 Air Compressor 175 cfm 1
16 Stamper 2
17 Scaffolding 6.000
18 Borepile f’c 41,5 1
Sumber: Analogi dari Kegiatan Sebelumnya
Keterangan: Analogi mobilisasi alat berat yang digunakan untuk konstruksi Gedung Kuliah serta
Pembangunan Tahap 2

Perubahan besaran dampak dari penurunan kualitas udara akibat adanya


pengembangan Poltekpar Lombok terhadap besaran dampak penting penurunan
kualitas udara pada kegiatan sebelumnya yaitu:

1. Debu

Kegiatan mobilisasi alat dan material untuk kegiatan konstruksi Pengembangan


Poltekpar Lombok diperkirakan akan dilakukan melalui jalan darat yang berasal dari

LAPORAN FINAL | 4-11


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
daerah sekitar Kabupaten Lombok Tengah. Pada tahapan ini akan didominasi oleh
kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut, sehingga akan berpotensi
meningkatkan konsentrasi debu di udara ambien sekitar lokasi kegiatan akibat
resuspensi debu di badan jalan oleh ban kendaraan sehingga akan terjadi
penurunan kualitas udara ambien. Sebaran dampak dari kegiatan tersebut akan
terbatas hanya sepanjang jalur transportasi yang dilalui kendaraan pengangkut alat
dan material serta kendaraan yang dipergunakan para tenaga kerja. Penduduk yang
terkena dampak terutama adalah mereka yang bermukim di dekat tapak kegiatan
yaitu penduduk sebelah barat dan timur lokasi proyek serta mahasiswa dan pekerja
yang beraktivitas di lingkungan Poltekpar Eksisting.

Kegiatan ini akan mengakibatkan penambahan kadar debu di udara akibat


resuspensi debu yang disebabkan oleh gesekan roda/ban kendaraan dengan badan
jalan yang akan mengakibatkan debu beterbangan. Emisi debu akibat resuspensi
diprakirakan dengan menggunakan model matematis seperti telah ditampilkan pada
uraian metodologi yaitu (Canter, 1996):

.............................................................................. (1)

Dimana:
FE = faktor emisi, lb per kendaraan.mil;
d = kadar debu dari permukaan badan jalan, %;
S = kecepatan kendaraan rata-rata, mil/jam;
H = rata-rata hari hujan dalam satu tahun.

Dengan mengasumsikan kandungan debu di badan jalan akibat ceceran tanah yang
berasal dari truk pengangkut pasir/tanah urug, bahan bangunan lainnya dan
material di jalan menuju tapak proyek sebesar 15 %, dan jumlah hari hujan tahunan
sebanyak 116 hari. Dengan kecepatan kendaraan rata-rata adalah 30 km/jam atau
18,75 mil/jam, maka besarnya faktor emisi debu dari resuspensi di jalan menuju
lokasi kegiatan adalah:

FE =

FE = 0,0518 lb/kendaraan.mil

LAPORAN FINAL | 4-12


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Pada jam puncak, intensitas kendaraan adalah sebanyak 3 truk/jam sehingga laju
emisi dari resuspensi debu oleh kendaraan sebesar: q = 0,0196 gr/detik.

Kontribusi debu akibat kendaraan alat berat pada jarak tertentu dari pusat badan
jalan dapat diperkirakan sesuai dengan formula (Wark, 1976):

 2
1 H  
exp 
2q
C ( x , 0, 0 )   
2   z
2   z u 
1/ 2  
.................................................................. (2)

Dengan menggunakan formula di atas, maka dapat diprakirakan kadar debu dari
pusat badan jalan ke daerah yang berada di sekitar jalan dan sebagai titik
pengambilan sampel kualitas udara. Dimana aktivitas tidak hanya terfokus pada
pemukiman, namun juga pada mahasiswa dan pekerja pada Poltekpar yang telah
beroperasi.

Pada lokasi kajian, kelas stabilitas atmosfer adalah kelas A (Sangat Tidak stabil)
karena kecepatan angin <2 m/det untuk titik pengukuran 1, 5 sampai dengan 7, dan
kelas B (Tidak stabil) untuk pengukuran udara terdahulu yaitu titik 2 sampai dengan
titik 4 maka dengan grafik dapat diketahui besarnya koefisien dispersi vertikal
searah dengan angin (z) pada setiap jarak tinjauan.

Gambar 4-1 Koefisien Dispersi Vertikal

LAPORAN FINAL | 4-13


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Tabel 4-7 Prakiraan Peningkatan Konsentrasi Debu akibat Mobilisasi Kendaraan
proyek

Prakiraan
Kontribusi C
Kec. Debu Konsentrasi
pada jarak (Penambahan
Lokasi Sampling Angin (RLA) oz Debu setelah
terdekat konsentrasi
(m/dtk) ug/m3 adanya kegiatan
aktivitas (m) debu ug/m3)
(ug/m3)
Titik 1 Kampus Politeknik 1,35 64,6 150 25 463,36894 527,969
Pariwisata Lombok
(Kegiatan Eksisting)
Titik 2* Selatan Poltekpar 2,5 1,42 500 60 104,27525 105,695
Areal (Kegiatan
Eksisting) Pemukiman
Titik 3* Tengah Poltekpar 2,5 1,1 250 25 250,21923 251,319
Areal (Kegiatan
Eksisting)
Titik 4* Utara Poltekpar Areal 2,5 1,07 100 10 624,89159 625,962
(Kegiatan Eksisting)
Pintu masuk Poltekpar
Titik 5 Tengah Tapak Lokasi 1,33 120,2 300 90 130,67325 250,873
Proyek
Titik 6 Batas Sebelah 1,33 142,2 450 100 117,60627 259,806
Barat/Belakang
Kampus (pemukiman)
Titik 7 Batas Sebelah Timur 1,46 54,1 500 105 102,03296 156,133
(Pemukiman)
Ket: * kegiatan Poltekpar eksisting yang telah dihitung besaran dampaknya pada Amdal Poltekpar

Daerah yang diprakirakan akan mengalami dampak langsung dari adanya kegiatan
mobilisasi kendaraan dan material adalah lokasi titik 1, titik 3, titik 4, titik 5 dan titik
6. Titik 1 dan Titik 4 merupakan lokasi yang paling dekat dengan aktivitas lalu lalang
kendaraan proyek, sehingga besaran dampak resuspensi debu lebih besar. Karena
arah angin dominan pada saat pengukuran dan selama kurun waktu 5 tahun
terakhir di lokasi proyek adalah ke arah barat, maka lokasi pemukiman yang terletak
di Titik 6 juga berpotensi terkena dampak pencemaran debu mobilisasi kendaraan.

Apabila dibandingkan dengan prakiraan besaran dampak kegiatan Poltekpar yang


sudah berjalan, maka penambahan polusi debu untuk kegiatan pengembangan
Poltekpar ini cukup signifikan. Berikut adalah perbandingan nilai prakiraan besaran
dampak kegiatan yang telah berjalan dengan kegiatan pengembangan.

LAPORAN FINAL | 4-14


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Tabel 4-8 Perbandingan Besaran dampak Peningkatan Konsentrasi Debu Tahap
konstruksi Saat Pembangunan Poltekpar dan Pengembangan
Besaran Dampak Besaran dampak Debu
Konsentrasi Debu setelah adanya setelah adanya
Lokasi Sampling debu (RLA) kegiatan (ug/m3) Pada kegiatan (ug/m3)
ug/m3 dokumen Amdal Pengembangan
Poltekpar Poltekpar
Titik 2 Selatan Poltekpar 1,42 2,17 105,695
Areal (Kegiatan
Eksisting) Pemukiman
Titik 3 Tengah Poltekpar 1,1 1,85 251,319
Areal (Kegiatan
Eksisting)
Titik 4 Utara Poltekpar Areal 1,07 1,8 625,962
(Kegiatan Eksisting)
Sumber: Amdal Poltekpar dan perhitungan, 2018

Peningkatan angka konsentrasi yang sangat signifikan ini disebabkan oleh semakin
banyaknya kendaraan yang mobilisasi setiap hari nya. Untuk kegiatan Amdal
pembangunan Poltekpar hanya dibutuhkan 4 kendaraan/hari, sedangkan untuk
pengembangan dibutuhkan 29 kendaraan/hari.

Selain dari resuspensi debu akibat ban kendaraan, potensi penurunan kualitas
udara juga dapat diakibatkan oleh adanya emisi gas buang dari kendaraan yang
digunakan saat kegiatan.

Jenis pencemar udara dan faktor emisi dari gas buang kendaraan bermotor dari
kegiatan mobilisasi alat dan material berdasarkan Permen LH No 12 tahun 2010
Tentang Faktor emisi Kendaraan bermotor di Indonesia, adalah sebagai berikut:

Tabel 4-9 Faktor Emisi Pencemar Udara dari Kendaraan Bermotor

Sumber: Permen LH No 12 tahun 2010

Angkutan berat sebagian besar berbahan bakar solar dengan rata-rata konsumsi
bahan bakar adalah sebanyak 1 liter untuk 2 km, maka konsumsi bahan bakar
secara keseluruhan untuk kendaraan sebanyak 3 truk/jam di daerah tinjauan yaitu

LAPORAN FINAL | 4-15


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
dari mulai dari jarak 2 km dari lokasi kegiatan menuju tapak proyek yang adalah 0,8
gallon/jam. Sehingga besarnya laju emisi pencemar udara yang akan diemisikan
dari kendaraan bermotor dan besarnya kontribusi pencemar udara pada jarak
tinjauan yang disesuaikan dengan jarak pengambian sampel udara terdekat yaitu
150 m (titik 4) dan kemungkinan terdispersi pada titik 1 sampai dengan 7 yang
diakibatkan dari emisi gas kendaraan

Penduduk yang terkena dampak terutama adalah mereka yang bermukim di


sebelah barat lokasi proyek dan mahasiswa serta pekerja yang beraktivitas di
Poltekpar yang telah beroperasi.

Tabel 4-10 Prakiraan Peningkatan Konsentrasi Emisi Gas Buang akibat Mobilisasi
Kendaraan proyek

Prakiraan
Kontribusi
Besaran
Kec. pada jarak
q dampak Emiai
Lokasi Sampling Angin RLA terdekat oz C
(gr/det) Gas buang
(m/dtk) aktivitas
(ug/m3) setelah
(m)
adanya kegiatan
Titik 1 Kampus 1,35 SO2 13,44 150 0,00110 25 26,057 39,497
Politeknik CO 1 0,01129 25 266,929 267,929
Pariwisata NO2 5 0,00004 25 0,985 5,985
Lombok
(Kegiatan
Eksisting)
Titik 4 Utara 2,5 SO2 0,5 100 0,00110 10 35,141 35,641
Poltekpar Areal CO 0,5 0,01129 10 359,976 360,476
(Kegiatan NO2 0,5 0,00004 10 1,328 1,828
Eksisting)
Titik 6 Batas Sebelah 1,33 SO2 17,52 450 0,00110 100 6,614 24,134
Barat/Belakang CO 1 0,01129 100 67,748 68,748
Kampus NO2 5 0,00004 100 0,250 5,250
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

Berdasarkan hasil perhitungan prakiraan besaran dampak yang terjadi setelah


adanya kegiatan konstruksi Pengembangan Poltekpar, diperoleh bahwa nilai
konsentrasi pencemar udara SO2, NO2 dan CO setelah adanya tahap mobilisasi
kendaraan berat menjadi meningkat, namun nilai konsentrasi pencemar masih di
bahwa baku mutu Permen nomor 41 tahun 1999.

Apabila dibandingkan dengan prakiraan besaran dampak kegiatan Poltekpar yang


sudah berjalan, maka penambahan polusi emisi gas buang untuk kegiatan
pengembangan Poltekpar ini cukup signifikan. Berikut adalah perbandingan nilai
prakiraan besaran dampak kegiatan yang telah berjalan dengan kegiatan
pengembangan.

LAPORAN FINAL | 4-16


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Tabel 4-11 Perbandingan Besaran dampak Peningkatan Konsentrasi Emisi Gas Baung
Tahap konstruksi Saat Pembangunan Poltekpar dan Pengembangan
Besaran Dampak Besaran dampak
Emisi Gas Buang Emisi Gas Buang
Emisi
setelah adanya setelah adanya
Lokasi Sampling Gas RLA Baku Mutu
kegiatan (ug/m3) kegiatan (ug/m3)
Buang
Pada dokumen Pengembangan
Amdal Poltekpar Poltekpar
Titik 1 Kampus Politeknik SO2 13,44 900 1,75 39,497
Pariwisata Lombok CO 1 30.000 1,75 267,929
(Kegiatan Eksisting) NO2 5 400 1,75 5,985
Titik 4 Utara Poltekpar Areal SO2 0,5 900 1,75 35,641
(Kegiatan Eksisting) CO 0,5 30.000 1,75 360,476
NO2 0,5 400 1,75 1,828
Titik 6 Batas Sebelah SO2 17,52 900 1,75 24,134
Barat/Belakang CO 1 30.000 1,75 68,748
Kampus NO2 5 400 1,75 5,250
Sumber: Amdal Poltekpar dan perhitungan, 2018

Peningkatan angka konsentrasi yang sangat signifikan ini disebabkan oleh semakin
banyaknya kendaraan yang mobilisasi setiap hari nya. Untuk kegiatan Amdal
pembangunan Poltekpar hanya dibutuhkan 4 kendaraan/hari, sedangkan untuk
pengembangan dibutuhkan 29 kendaraan/hari.

Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah masyarakat yang terkena


dampak adalah mahasiswa dan pekerja yang beraktivitas di gedung
Poltekpar yang telah beroperasi kurang lebih sebanyak 1000 orang, dimana
gedung Poltekpar tersebut tepat bersebelahan dengan lokasi pengembangan
proyek. Begitu juga warga masyarakat Desa Puyung yang kurang lebih
berjumlah 13.787 jiwa. Lokasi terkena dampak tersebut berada tepat di
sebelah barat lokasi proyek, dimana arah angin dominan berhembus,
sehingga dampak penurunan kualitas udara merupakan dampak negatif
penting (-P).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah peningkatan debu dari kegiatan mobilisasi alat dan material
dengan kecepatan angin dalam rentang 0,5 m/s s/d 4 m/s menuju ke arah

LAPORAN FINAL | 4-17


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
barat pemukiman penduduk dan gedung eksisting, sehingga dampak
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Selama tahap konstruksi, yaitu selama pengangkut alat dan material mulai
dari tahap I (kurang lebih selama 3 tahun) maka dampak dikategorikan
sebagai dampak negatif penting (-P).

4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
dampak kesehatan masyarakat dan keresahan masyarakat. Dengan
demikian dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).

5) Sifat kumulatif dampak

Dampak penurunan kualitas udara akibat mobilisasi alat dan material bersifat
kumulatif dengan dampak pada saat pembagunan, walaupun begitu
magnitude (besaran) dampak yang relatif kecil maka dengan demikian
dampak dinilai sebagai dampak negatif tidak penting (-TP).

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Kondisi lingkungan akan berbalik karena dampak hanya bersifat sementara,


sehingga dampak termasuk dampak negatif tidak penting (-TP).

7) Kriteria lain berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan atau berkurang bilamana ada rekayasa dan standar
operasi prosedur penggunaan kendaraan dan pengangkutan alat serta
material terhadap masalah yang menjadi latar belakang penurunan kualitas
udara, sehingga termasuk dampak negatif penting (-P).

Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, maka dampak
penurunan kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material
merupakan dampak negatif penting (-P).

LAPORAN FINAL | 4-18


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
B. Kebisingan

Besaran Dampak

Dampak kegiatan mobilisasi alat dan material saat kegiatan pembangunan


Poltekpar terjadi di sepanjang jalur transportasi dan sekitar kegiatan eksisting yang
telah berjalan yaitu Poltekpar eksisting, namun terbatas pada saat adanya kegiatan
mobilisasi alat dan material. Pada kegiatan mobilisasi alat dan material akan
meningkatkan arus/kepadatan lalu-lintas terutama pada jalur jalan akses menuju
rencana kegiatan, sehingga intensitas kebisingan akan meningkat pula.
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan pada rona awal, kebisingan yang terjadi
disekitar lokasi kegiatan hampir berada diatas baku mutu kebisingan, dan pada
lokasi tapak proyek kebisingan telah melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu
sebesar 55 dBA untuk di lingkungan fasilitas umum menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996.

Tingkat kebisingan digunakan untuk kendaraan konstruksi yaitu truk adalah sebesar
85 dBA. Berikut ini adalah kisaran tingkat kebisingan peralatan konstruksi. Analisis
mengenai dampak peningkatan kebisingan akan difokuskan kepada daerah yang
paling dekat dengan jalur mobilisasi kendaraan berat yaitu wilayah yang dekat
dengan kampus Poltekpar (titik 1) berjarak 150 m, bagian utara kampus Poltekpar
berjarak 100 meter. Untuk menentukan intensitas kebisingan yang ditimbulkan oleh
truk pengangkut alat dan bahan pada jalur jalan pengangkutan, secara teori dapat
didekati dengan rumus dari J.Rau dan Wooten (1980):

Leq = Loi + log (NiSi) + log (15/d) + 0,3 – 13

Dimana:
Leq = Intensitas kebisingan
Loi = Tingkat kebisingan (truk = 85 dBA)
Ni = Jml kendaraan (truk)/jam yang lewat
Si = Kec rata-rata truk (30km/jam)
d = Jarak sumber bising dengan titik pengukuran

LAPORAN FINAL | 4-19


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II

Gambar 4-2 Grafik Tingkat Kebisingan Pada Jarak 50 ft

Dengan demikian intensitas kebisingan pada jalur pengangkutan adalah:

Tabel 4-12 Prakiraan Besaran Dampak Kebisingan Mobilisasi Kendaraan


(d) dengan aktivitas Ni Loi Si Leq
terdekat (m) (truk/jam) (dBA) (km/jam) (dBA)
Titik 1 150 3 85 30 73,25424
Titik 4 100 3 85 30 73,43033
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

Apabila dibandingkan dengan besaran dampak peningkatan kebisingan pada saat


pembangunan Poltekpar yang telah beroperasi, maka nilai intensitas kebisingan
pada saat konstruksi pengembangan Poltekpar Lombok lebih besar dikarenakan
kendaraan yang digunakan dalam 1 hari konstruksi meningkat.

Tabel 4-13 Perbandingan Besaran Dampak Kebisingan Mobilisasi Kendaraan


Leq (dBA)
RLA Leq (dBA)
(d) dengan aktivitas Pembangunan
Kebisingan Pengembangan
terdekat (m) Poltekpar
(dBA) Poltekpar
eksisting
Titik 1 150 53,27 60 73,25
Titik 4 100 51,8 60 73,43
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

LAPORAN FINAL | 4-20


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Masyarakat yang terkena dampak adalah mahasiswa dan pekerja yang


beraktivitas di gedung Poltekpar yang telah beroperasi kurang lebih sebanyak
1000 orang, dimana jarak aktivitas terdekat dengan jalur mobilisasi adalah 100
m dan 150 m sehingga dampak dari Peningkatan Kebisingan merupakan
dampak negatif penting (-P).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas jalur yang dilewati oleh alur
mobilisasi alat dan bahan material sepanjang 500 m sebelum dan setelah pintu
keluar masuk kegiatan, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak
negatif penting (-P).

3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Selama tahap konstruksi, yaitu selama pengangkut alat dan material mulai dari
tahap I (kurang lebih selama 3 tahun), maka dampak dikategorikan sebagai
dampak negatif penting (-P).

4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni dampak
kesehatan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif
penting (-P).

5) Sifat kumulatif dampak

Dampak Peningkatan Kebisingan akibat mobilisasi alat dan bahan bersifat


kumulatif dengan penurunan kualitas udara, walaupun begitu magnitude
(besaran) dampak yang relatif kecil maka dengan demikian dampak dinilai
sebagai dampak negatif tidak penting (-TP).

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Kondisi lingkungan akan berbalik karena dampak hanya bersifat sementara,


sehingga dampak termasuk dampak negatif tidak penting (-TP).

7) Kriteria lain berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

LAPORAN FINAL | 4-21


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Dampak dapat dipulihkan atau berkurang bilamana ada rekayasa jalur dan
standar operasi prosedur jadwal pengoperasian kendaraan pengangkut alat
serta material terhadap masalah yang menjadi latar belakang peningkatan
kebisingan, sehingga termasuk dampak negatif penting (-P)

Dengan demikian ditinjau dari enam komponen penentu sifat dampak, maka
dampak Peningkatan Kebisingan akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan
merupakan dampak negatif penting (-P).

C. Peningkatan Arus Lalu Lintas

Besaran Dampak

Kegiatan konstruksi yang diprakirakan akan menimbulkan gangguan lalu lintas


adalah: mobilisasi alat berat dan material

Mobilisasi Alat Berat dan Material

Jenis alat angkut material yang digunakan untuk kegiatan konstruksi ini akan
didatangkan dari Praya dan Mataram. Adapun jenis material dan bahan utama yang
akan digunakan untuk pembangunan Rencana berupa Split, semen, pasir cor, pasir
pasang, pasir urug, tanah urug, sirtu, cat, keramik, kayu, paving block/grass block
dan batu bata. Karena terbatasnya informasi jumlah material yang akan digunakan,
analisis material meggunakan data dari kegiatan sejenis:

Tabel 4-14 Rencana Jenis Material Tahap Kontruksi


Estimasi Asumsi truk
No. Jenis Bahan Satuan
Kebutuhan pengangkut
1. Tiang Pancang Buah 1.170 59
2. Batako Buah 158.600 159
3. Pasir pasang m2 3.400 850
4. Limestone m3 1.666 333
5. Semen sak 6.686 33
6. Plywood 18mm lembar 11.000 38
7. Besi Beton U-40 Ton 6.317 13
8. Beton Jadi B-0 m3 1.174 235
9. Beton jadi K-300 m3 37.010 740
10. Beton Jadi K-400 m3 4.133 83
11. Kayu kelapa m3 2.081 83
12. Kawat Bendrat Roll 1.134 23
13. Floor Hardener @30kg semen Sak 1.800 9
14. Baja U-37 Ton 131 26
15. Zincromate Pail 35 2
16. Pipa pvc Batang 702 14
Jumlah 2699

LAPORAN FINAL | 4-22


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Tabel 4-15 Jenis alat angkut material (Analisa konsultan, 2018)
Truk Pengangkut
No. Jenis Kegiatan Peralatan Jumlah
Kend smp
1 Mobilisasi alat dan bahan dump truck 3 3 3,9
2 Penggalian, pengurugan, pematangan excavator 15 15 19,5
lahan, pembuatan Jalan dump truck 4 4 6,5
3 Konstruksi tiang pancang untuk mobile crane 3 1 1,3
bangunan bertingkat (hotel, compressor 2 1 1,3
apartment, condotel, dan mall) compactor 1
1 1,3
concrete pump 2
vibrator 3
bar bending 1
2 2,6
bar cutter 1
mesin las 2
Jumlah 30 39

Mobilisasi alat berat dan material konstruksi dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemajuan pekerjaan konstruksi. Untuk mengetahui besarnya bangkitan
yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi bahan material, maka digunakan
perhitungan sebagai berikut

 Ritasi pengambilan selama  Truk/hari


=
masa konstruksi  Ritasi/hari x  hari pengambilan maksimal

Dengan asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Moda transportasi yang digunakan adalah jenis light-truk berkapasitas 5 ton


atau 5 m3 yang disesuaikan dengan kondisi geometri ruas di Jalan Gajah Mada
dan jalan Rd. Puguh

2. Waktu jam kerja per hari adalah 10 jam

3. Waktu pengambilan material maksimal selama masa konstruksi selama 6 bulan.

4. Jenis material yang dihitung adalah material dasar dengan jumlah yang
digunakan maksimal untuk satu tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut jumlah bangkitan yang ditimbulkan adalah


2729 kendaraan, atau sebesar 18 truk/hari atau 2 truk/jam. Penambahan volume
lalu lintas dari kegiatan ini relatif kecil, apabila ditambahkan kepada volume lalu
lintas eksisting jalan Puguh akan menambah volume lalu lintas perjamnya namun
tidak merubah besarnya tingkat derajat kejenuhan (DS).

LAPORAN FINAL | 4-23


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah semua penduduk yang


bermukim di sisi jalan Raden Puguh dan jalan Gajah Mada yang dilalui oleh
kegiatan mobilisasi alat dan bahan material sejauh 500 m, sehingga dampak
gangguan lalu lintas merupakan dampak negatif penting (-P).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas jalur yang dilewati oleh alur
mobilisasi alat dan bahan material sejauh 500 m, sehingga dampak
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Proses mobilisasi alat dan bahan akan dilakukan selama konstruksi


pembangunan Poltekpar Lombok dengan waktu yang lama sebab dilakukan
bertahap maka dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
keresahan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif
penting (-P).

5) Sifat kumulatif dampak

Dampak gangguan lalu lintas akibat mobilisasi alat dan bahan material
bersifat kumulatif dengan gangguan lalu lintas tahap operasional, walaupun
begitu magnitude (besaran) dampak yang relatif kecil maka dengan demikian
dampak dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berbalik karena hanya bersifat sementara, sehingga dampak


termasuk dampak negatif tidak penting (-TP).

7) Kriteria lain berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan atau berkurang bilamana ada rekayasa dan


standar operasi prosedur penggunaan kendaraan dan pengangkutan alat

LAPORAN FINAL | 4-24


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
serta material terhadap masalah yang menjadi latar belakang penurunan
kualitas udara, sehingga termasuk dampak negatif penting (-P)

Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, enam
merupakan dampak negatif penting maka dampak penurunan gangguan lalu lintas
akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material merupakan dampak negatif
penting (-P).

D. Penurunan Kondisi Jalan

Besaran Dampak

Penurunan kondisi jalan Raya Praya diakibatkan oleh adanya ceceran material
serta beban mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material. Arus lalu
lintas jalan Raya Praya masih lenggang namun kendaraan berlalu lintas dengan
kecepatan tinggi sehingga penurunan kondisi jalan dapat memperlambat kecepatan
kendaraan dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan.

Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah semua penduduk yang


bermukim di sisi jalan Raden Puguh dan kegiatan Poltekpar Lombok yang
sedang berjalan yang dilalui oleh kegiatan mobilisasi alat dan bahan material
sejauh 500 m, sehingga dampak penurunan kondisi jalan merupakan
dampak negatif penting (-P).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas jalur yang dilewati oleh alur
mobilisasi alat dan bahan material sejauh 500 m dari lokasi kegiatan,
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Proses mobilisasi alat dan bahan material akan dilakukan selama konstruksi
pembangunan Poltekpar Lombok dengan waktu yang lama karena dilakukan
selama bertahap maka dampak dikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).

LAPORAN FINAL | 4-25


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
keresahan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif
penting (-P).

5) Sifat kumulatif dampak

Dampak penurunan kondisi jalan akibat mobilisasi alat dan bahan bersifat
kumulatif, walaupun begitu magnitude (besaran) dampak yang relatif kecil
maka dengan demikian dampak dinilai sebagai dampak negatif tidak
penting (-TP).

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berbalik karena hanya bersifat sementara, sehingga dampak


termasuk dampak negatif tidak penting (-TP).

7) Kriteria lain berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan atau berkurang bilamana ada rekayasa dan


standar operasi prosedur penggunaan kendaraan dan pengangkutan alat
serta material terhadap masalah yang menjadi latar belakang penurunan
kualitas udara, sehingga termasuk dampak negatif penting (-P)

Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, lima
merupakan dampak negatif penting maka dampak penurun kondisi jalan akibat
kegiatan mobilisasi peralatan dan material merupakan dampak negatif penting (-
P).

4.1.1.3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang

A. Air Larian

Besaran Dampak

Jenis tanah yang menyusun tapak proyek berupa lanau lempungan yang relatip
padat. Secara empirik, nilai koefisien pada jenis tanah tersebut adalah 0,60. Dengan
diketahuinya kedua komponen yaitu koefisien penguapan
(evaporasi/evapotraspirasi) dan koefisien limpasan permukaan (run off), maka
koefisin resapan (Ci) adalah = 100% - (16% + 60%) = 24%. Didasarkan hasil

LAPORAN FINAL | 4-26


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
analisis tersebut dapat ditafsirkan besarnya komponen neraca air permukaan
terutama volume run off dan infiltrasi pada lahan kondisi eksisting dapat dihitung,
yaitu:

- Volume run off (Vr) = Cr x CH x A, {(dimana, Vr = volume run off (m 3); Cr =


koefisien run off; CH = curah hujan (m)} = 0,60 x 1,76 m x 200.000 m 2 =
211.200 m3/tahun atau 1.937,61 m 3/hari hujan, dan

- Volume resapan (Vi) = Ci x CH x A, {(dimana, Vi = volume resapan/infiltrasi


(m3/thn); Ci = koefisien resapan; CH = curah hujan (m/thn)} = 0,24 x 1,76m x
200.000 m2 = 84.480 m3/tahun atau 775,04 m3/hari hujan.

Perubahan karakteristik lahan yang tadinya merupakan tanah dengan semak


belukar menjadi bangunan yang tidak bisa ditembus air secara langsung akan
memperkecil daya resap tanah (infiltrasi) karena pori-pori/ruang antar butiran tanah
(interstices) yang berupa saluran mikro (Ward, 1980) akan semakin sempit dan atau
tertutup sehingga permeabiltas tanah menjadi rendah hingga kedap (very low
permeability to impermeable), sebaliknya run off cenderung meningkat. Mengacu
SNI 03-3424-1994, angka koefisien run off pada lahan terbuka relatif datar yang
terkompaksi adalah sekitar 0,60 – 0,70 atau dengan nilai tengah 0,65, lalu lahan
tertutup yang kedap air adalah sekitar 0,90 – 1 atau dengan nilai tengah 0,95.

Adanya rencana pembangunan Poltekpar Lombok yang akan dilakukan secara


bertahap, akan berimbas pula pada peningkatan air larian sesuai dengan luasan
lahan di masing-masing bangunan seperti dapat disajikan pada Tabel 4-16 berikut
ini:

Tabel 4-16 Peningkatan Air Larian Konstruksi Tahap 1

Luas Vr Vr
Kegiatan CH ∆ Vr
No. Lahan Cr Rona Awal Tahap 1
Kontruksi (m) (m3)
(m2) (m3) (m3)
1 Lahan Bangunan Tertutup 4.040 1,76 0,95 4.266,24 6.754,88 2.488,64
2 Lahan Belum Terbangun 135.000 1,76 0,60 142.560 142.560 0
3 RTH 60.000 1,76 0,65 63.360 68.640 5.280
Jlh - 200.000 - - 210.186,24 217.954,88 7.768,64
Sumber: Data primer (2018)
Keterangan: CH = curah hujan, Cr = koefisien run off, Vr = volume run off,
∆ Vr = delta volume run off (peningkatan run off antara rona awal dan setelah tahap operasional)

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kegiatan pematangan lahan pada tahap
konstruksi menyebabkan peningkatan air larian sebesar 7.768,64 m 3 yang

LAPORAN FINAL | 4-27


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
berpotensi menjadi banjir genangan yang terkonsentrasi pada tempat tertentu
berupa cekungan atau melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng yang ada. Air
larian yang terbentuk pada tahap operasional ini harus dialirkan melalui saluran
drainase dan diresapkan kembali ke dalam tanah untuk menekan jumlah air yang
tidak bisa meresap ke dalam tanah.

Tabel 4-17 Peningkatan Air Larian Konstruksi Tahap 2

Luas Vr Vr
Kegiatan CH ∆ Vr
No. Lahan Cr Rona Awal Tahap 2
Kontruksi (m) (m3)
(m2) (m3) (m3)
1 Lahan Bangunan Tertutup 33.840 1,76 0,95 6.754,88 56.580,48 49.825,6
2 Lahan Belum Terbangun 106.160 1,76 0,60 142.560 112.104,96 -30.455,04
3 RTH 60.000 1,76 0,65 68.640 68.640 0
Jlh - 200.000 - - 217.954,88 237.325,44 19.370,56
Sumber: Data primer (2018).
Keterangan: CH = curah hujan, Cr = koefisien run off, Vr = volume run off,
∆ Vr = delta volume run off (peningkatan run off antara rona awal dan setelah tahap operasional)

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kegiatan pematangan lahan pada tahap
konstruksi menyebabkan peningkatan kuantitas air larian sebesar 19.370,56 m 3 dari
yang mulanya hanya 7.768,64 m 3 pada pembangunan tahap 1 yang berpotensi
menjadi banjir genangan yang terkonsentrasi pada tempat tertentu berupa
cekungan atau melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng yang ada. Air larian yang
terbentuk pada tahap operasional ini harus dialirkan melalui saluran drainase dan
diresapkan kembali ke dalam tanah untuk menekan jumlah air yang tidak bisa
meresap ke dalam tanah.

Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak peningkatan air larian adalah


penduduk di hilir badan air yaitu di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat serta
Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya. Oleh karena itu dampak dikategorikan
sebagai dampak negatif penting (-P).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang diperkirakan akan


memberikan dampak peningkatan air larian di badan air di sekeliling lokasi
rencana kegiatan. sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).

LAPORAN FINAL | 4-28


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak akan berlangsung selama kegiatan pembangunan sarana


dan prasarana penunjang. Walaupun intensitas dampak hanya bersifat
sementara, namun kegiatan pembangunan akan dilakukan bertahap hingga
tahun 2021. Oleh karena itu dampak dikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).

4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Ada komponen lain yang terkena dampak, yaitu komponen keresahan


masyarakat oleh karena itu dampak dapat dikategorikan sebagai dampak
negatif penting (-P).

5) Sifat kumulatif dampak

Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan operasional sehingga dampak


merupakan dampak negatif penting (-P).

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak dapat berbalik sehingga dampak merupakan dampak negatif tidak


penting (-TP).

7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan dengan adanya rekayasa teknologi sesuai rencana


pengelolaan, sehingga sehingga dampak termasuk dampak positif tidak
penting (+TP).

Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, diketahui
bahwa ada sifat penting dampak menyatakan dampak negatif penting. Maka
dampak peningkatan air larian merupakan dampak negatif penting (-P).

B. Penurunan Sanitasi Lingkungan dari Timbulan Limbah Padat dan Limbah


Cair

Besaran Dampak

Kegiatan ini akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair dari kegiatan domestik
pekerja serta dari timbulan limbah konstruksi. Air limbah pada tahap konstruksi ialah
80% dari kebutuhan konstruksi yaitu 80% atau sebesar 17,6 m3/hari. Dimana limbah

LAPORAN FINAL | 4-29


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
cair berasal dari MCK pekerja. Air limbah akan masuk ke sarana MCK dan septik
tank portable, dimana lumpur tinjanya akan disedot secara berkala baik oleh
menggunakan mobil pengangkut tinja.

Sedangkan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pekerja diperhitungkan


dengan 200 orang pekerja dan Standar timbulan limbah padat adalah 2,5 L/
orang/hari atau 0,4 kg/orang/hari (Damhuri,2011). Maka limbah padat yang
dihasilkan pada tahap konstruksi adalah 200 x 2,5 L/orang/hari = 50 L/ hari.
Sampah-sampah tersebut dikumpulkan dalam TPS kemudian diangkut ke UPS
untuk dikelola lebih lanjut.

Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah penduduk yang tinggal


berdampingan dengan lokasi kegiatan. Penduduk paling dekat dengan
kegiatan berjarak ±200 m sehingga dampak dari penurunan sanitasi
lingkungan merupakan dampak negatif tidak penting (-TP).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah tapak kegiatan dan badan air
penerima, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting
(-P).

3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Proses pembangunan sarana dan prasarana akan dilakukan selama tahap


konstruksi, maka dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-
P).

4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
dampak kesehatan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak
negatif penting (-P).

5) Sifat kumulatif dampak

Dampak penurunan sanitasi lingkungan tidak bersifat kumulatif dengan


demikian dampak dinilai sebagai dampak negatif tidak penting (-TP).

LAPORAN FINAL | 4-30


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Kondisi lingkungan akan berbalik karena dampak hanya bersifat sementara,


sehingga dampak termasuk dampak negatif tidak penting (-TP).

7) Kriteria lain berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan atau berkurang bilamana ada pengelolaan terhadap


sumber dampak yaitu limbah padat dan limbah cair. Pembuatan septic tank
sementara dan UPS dapat meminimalisir dampak terhadap lingkungan,
sehingga termasuk dampak negatif penting (-P).

Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak empat
merupakan dampak penting, maka dampak Peningkatan Kebisingan akibat kegiatan
mobilisasi alat dan bahan merupakan dampak negatif penting (-P).

4.1.2 Tahap Operasional

4.1.2.1. Mobilisasi Tenaga Kerja

A. Keresahan Masyarakat

Besaran Dampak
Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2016 tentang Organisasi
Tata Kerja Poltekpar Lombok, Organisasi Poltekpar Lombok terdiri atas:
Tabel 4-18 Tenaga Kerja Tahap Operasional

Jumlah
No Deskripsi
(orang)
1 Direktur 1
2 Pembantu Direktur 2
3 Ketua Program Studi 1
4 Sekretaris Program Studi 1
5 Kepala Pusat 1
6 Sekretaris Kepala Pusat 1
7 Kepala Unit 4
8 Kepala Laboratorium 1
9 Kepala Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan 1
10 Kepala Subbagian Administrasi Umum 1
11 Tenaga Pengajar 125
12 Tenaga Laboratorium 5
13 Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan 5
14 Subbagian Administrasi Umum 5
15 Tenaga kebersihan 4
16 Tenaga keamanan 4
Jumlah 253
Sumber: Poltekpar Lombok, 2018

LAPORAN FINAL | 4-31


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap operasional diperkirakan


sebanyak 253 orang yang terdiri dari tenaga pengajar, tenaga administrasi,
laboratorium dan tenaga pendukung lainnya. Perbandingan antara tenaga pengajar
dengan mahasiswa ialah 1:4,6.

Pada kondisi eksisting, Poltekpar Lombok telah 67 tenaga kerja. Dengan demikian
diprakirakan akan ada peluang kerja sebanyak 96 orang dan diprioritaskan tenaga
kerja berasal dari daerah sekitar sesuai dengan keahlian, keterampilan dan
kebutuhan, terutama tenaga kerja non skill. Hal ini dapat memicu keresahan
masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Hal ini dapat memicu keresahan
masyarakat karena berdasarkan rona lingkungan masyarakat desa Puyung dan
Kelurahan Leneng pada umumnya tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai
sehingga kesempatan kerja akan diperoleh oleh orang-orang dari luar desa Puyung.

Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah penduduk disekitar lokasi


kegiatan yaitu di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat dan Kelurahan Leneng,
Kecamatan Praya, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada di
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat dan Kelurahan Leneng, Kecamatan
Praya, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-
P).

3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Keresahan masyarakat akibat penerimaan tenaga kerja diperkirakan


berlangsung selama tiga bulan pertama pada tahap operasional, dampak
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Komponen lain yang terkena dampak ialah tidak ada sehingga dampak
dikategorikan dampak negatif tidak penting (-TP).

LAPORAN FINAL | 4-32


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
5) Sifat kumulatif dampak

Dampak keresahan masyarakat bersifat kumulatif dengan keresahan


masyarakat pada tahap konstruksi, maka dampak dinilai sebagai dampak
negatif penting (-P).

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berbalik jika dilakukan pengelolaan yang baik dan dampak
hanya bersifat sementara, sehingga dampak termasuk dampak negatif tidak
penting (-TP).

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan dengan adanya rekayasa sosial, sehingga


sehingga dampak termasuk dampak positif tidak penting (+TP).

Berdasarkan uraian di atas terdapat 4 komponen yang menentukan sifat Penting


dampak, sehingga dampak keresahan masyarakat pada tahap operasi merupakan
dampak yang sifatnya Negatif Penting.

B. Kesempatan Kerja

Besaran Dampak

Jumlah tenaga kerja tahap operasional yang diperlukan sekitar 253 orang. Tenaga
kerja diupayakan melibatkan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian dan
kompetensinya.

Pada kondisi eksisting, Poltekpar Lombok telah memiliki 67 tenaga kerja. Dengan
demikian maka diprakirakan akan ada peluang kerja sebanyak 96 orang dan
diprioritaskan tenaga kerja berasal dari daerah sekitar sesuai dengan keahlian,
keterampilan dan kebutuhan, terutama tenaga kerja non skill. Berdasarkan hasil
Kosultasi Publik, masyarakat menginginkan prioritas terhadap tenaga kerja lokal
dari penduduk desa Puyung sehingga angka pengangguran dapat ditekan pada
saat konstruksi maupun operasional Poltekpar Lombok nantinya.

Sebanyak 8.919 orang penduduk Desa Puyung merupakan penduduk usia kerja
dan dari jumlah tersebut sebanyak 5.688 orang telah memiliki pekerjaan, sehingga
terdapat sebanyak 3.231 orang penduduk Desa Puyung diasumsikan belum

LAPORAN FINAL | 4-33


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
bekerja, mengurus rumah tangga maupun sedang bersekolah. Sebanyak 2.372
orang dari 7.898 penduduk Kelurahan Leneng telah bekerja, maka terdapat 5.526
orang penduduk yang belum atau tidak bekerja.

Jika diasumsikan jumlah yang tidak bekerja ada sebanyak 10 % dari jumlah
tersebut, maka jumlah penduduk tidak bekerja diprakirakan sebanyak 323 orang di
Desa Puyung dan 789 orang di Kelurahan Leneng. Oleh sebab itu, kegiatan yang
menimbulkan peluang kerja merupakan kesempatan bagi penduduk untuk dapat
bekerja di kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok tersebut sesuai dengan
keahlian serta kebutuhan pada saat pekerjaan dilakukan.

Sifat Penting Dampak

1. Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah 323 orang penduduk Desa
Puyung dan 789 orang penduduk Kelurahan Leneng yang belum bekerja
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak sebagai dampak positif
penting (+P).

2. Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada di
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat dan Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

3. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Peningkatan peluang kerja diperkirakan berlangsung selama kegiatan


operasional namun diprakirakan puncak dampak terjadi pada 3 bulan di awal
kegiatan operasional, dampak dikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).

4. Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Komponen lain yang terkena dampak kesempatan kerja adalah keresahan


masyarakat dan peluang usaha. Dampak dikategorikan sebagai dampak
negatif penting (+P).

5. Sifat kumulatif dampak

LAPORAN FINAL | 4-34


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Dampak kesempatan kerja bersifat kumulatif dengan dampak kesempatan
kerja pada tahap operasional, maka dampak dinilai sebagai dampak positif
penting (+P).

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Lingkungan dapat berbalik karena dampak hanya bersifat sementara,


sehingga dampak termasuk dampak positif tidak penting (+TP).

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan dengan adanya rekayasa sosial, sehingga


sehingga dampak termasuk dampak positif tidak penting (+TP).

Berdasarkan uraian di atas terdapat 5 komponen yang menentukan sifat Penting


dampak, 4 bersifat positif pentng dan 1 bersifat negatif penting sehingga dampak
kesempatan pada tahap operasi merupakan dampak yang sifatnya Positif
Penting.

4.1.2.2. Pengoperasian Poltekpar Lombok

A. Air Larian

Besaran Dampak

Besar peningkatan air larian pada tahap operasional ialah pada saat seluruh
bangunan yang direncanakan dibangun dalam masterplan terbangun, yaitu sebesar
61.723,2 m3 yang berpotensi menjadi banjir genangan yang terkonsentrasi pada
tempat tertentu berupa cekungan atau melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng
yang ada. Air larian yang terbentuk pada tahap operasional ini harus dialirkan
melalui saluran drainase dan diresapkan kembali ke dalam tanah untuk menekan
jumlah air yang tidak bisa meresap ke dalam tanah.

Tabel 4-19 Peningkatan Air Larian Operasional

Luas Vr Vr
Kegiatan CH ∆ Vr
Lahan Cr Rona Awal Tahap 2
No. Kontruksi (m) (m3)
(m2) (m3) (m3)
1 Lahan Bangunan Tertutup 134.040 1,76 0,95 56.580,48 224.114,88 167.534,4
2 Lahan Tidak Terbangun 5.960 1,76 0,60 112.104,96 6.293,76 -105.811,2
3 RTH 60.000 1,76 0,65 68.640 68.640 0
Jlh - 200.000 - - 237.325,44 299.048,64 61.723,2
Sumber: Data primer (2018).
Keterangan: CH = curah hujan, Cr = koefisien run off, Vr = volume run off,
∆ Vr = delta volume run off (peningkatan run off antara rona awal dan setelah tahap operasional)

LAPORAN FINAL | 4-35


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa tertutupnya lahan akibat pembangunan


menyebabkan peningkatan kuantitas air larian sebesar 61.723,2 m 3 dari yang
mulanya 19.370,56 m 3 pada pembangunan tahap 2 yang berpotensi menjadi banjir
genangan yang terkonsentrasi pada tempat tertentu berupa cekungan atau melalui
alur-alur sesuai kemiringan lereng yang ada. Air larian yang terbentuk pada tahap
operasional ini harus dialirkan melalui saluran drainase dan diresapkan kembali ke
dalam tanah untuk menekan jumlah air yang tidak bisa meresap ke dalam tanah.

Pada uraian di atas tercermin bahwa pembangunan Politeknik Pariwisata Lombok


akan berdampak negatif terhadap neraca air yaitu meningkatnya volume run off dan
menurunnya volume infiltrasi. Dampak negatif yang akan terjadi ini dapat dieliminasi
sekecil mungkin jika keadaan neraca air dapat dipulihkan ke keadaan sebelum
adanya pembangunan perumahan. Upaya pemulihan neraca air dapat dilakukan
dengan cara memasukkan kelebihan volume run off ke dalam tanah melalui
rekayasa teknik.

Pada uraian diatas terlihat bahwa peningkatan volume run off lebih rendah
dibanding penurunan infiltrasi. Apabila seluruh kelebihan volume run off dapat
diresapkan kembali ke dalam tanah maka keadaan volume infiltrasi akan menjadi
pulih ke keadaan semula bahkan akan terjadi peningkatan volume infiltrasi yang
lebih baik.

Secara umum, cara pemulihan neraca air adalah dengan pembuatan sumur
resapan atau kolam resapan. Fungsi sumur resapan dapat meresapkan sebagian
atau seluruh air hujan yang tertahan atap bangunan. Kelebihan cara sumur resapan
tidak memerlukan lahan terlalu luas dibanding dengan kolam resapan misalnya.

Run off yang terbentuk pada lahan di pekarangan, infrastruktur (misal jalan dengan
perkerasan yang bersifat porous) dan lahan terbuka lainnya tidak termasuk bagian
air hujan yang dapat diresapkan melalui sumur resapan. Besarnya volume run off
yang harus diresapkan kedalam tanah adalah 61.723,2 m 3/tahun atau 566,35
m3/hari.

Untuk praktisnya, jika dimensi setiap sumur resapan memiliki diameter (Ø) 1 m dan
kedalaman 1 m, kontruksinya menggunakan buis beton maka setiap sumur resapan
dengan dimensi tersebut memiliki daya tampung sebesar 0,785 m 3, dan arah aliran
resapan adalah ke bawah atau secara vertikal.

LAPORAN FINAL | 4-36


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Dengan nilai laju resapan atau permeabilitas tanah (k) rata-rata di tapak kajian =
6,321 x 10-9 cm/menit, diameter (D) = 1 meter, kedalaman (H) = 1 meter, tenggang
waktu hari hujan 3,3 hari, maka kemampuan sumur untuk meresapkan air (Q) dalam
waktu T yaitu:

Q = 2,75 x k x D x H x T = 5,898 m3.

Harga Q yang diperoleh adalah lebih besar dari kapasitas sumur resapan yang
0,785 m3, sehingga kemampuan daya resap lebih dari cukup. Dengan demikian
maka jumlah sumur yang diperlukan untuk mengembalikan kelebihan run off ke
dalam tanah akibat tertahannya oleh atap bangunan per hari hujan adalah: 566,35
m3/5,898 m3 = 96,024 dibulatkan 96 buah sumur resapan, dengan dimensi sumur
yaitu diameter 1 m dan dalam 1 m.

Untuk mengantisipasi curah hujan di atas rata-rata pada perioda ulang tertentu
maka volume run off akan mengalami peningkatan pula. Dalam kaitan ini maka
direkomendasikan kedalaman sumur resapan yang dibuat sebaiknya 1,5 m.
Penambahan kedalaman sumur ini merupakan upaya pemulihan indeks konservasi
yang lebih baik, yaitu diarahkan pada kondisi run off berkurang 50% dari kondisi
awal dan infiltrasi meningkat 50% dari kondisi awal.

Penempatan sumur resapan sebaiknya dengan kriteria berikut:

1). Terletak pada zona stabil dari gerakan tanah

2). Secara teknis dapat menampung jumlah air hujan yang akan diresapkan

2). Tidak ditempatkan pada lereng curam dengan kadar lempung tinggi.

3). Lokasi penempatan sumur yang dinilai lebih baik adalah pada lahan lebih

Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak peningkatan air larian adalah


penduduk di hilir badan air yaitu di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat dan
penduduk Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya. Oleh karena itu dampak
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

LAPORAN FINAL | 4-37


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Kegiatan tahap operasional diperkirakan akan memberikan dampak
peningkatan air larian di badan air di sekeliling lokasi rencana kegiatan.
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak akan berlangsung selama kegiatan operasional. Walaupun


intensitas dampak hanya bersifat sementara, namun tetap akan berpengaruh
pada lingkungan pemukiman serta lahan pertanian sekitar proyek. Oleh
karena itu dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Ada komponen lain yang terkena dampak, yaitu komponen keresahan


masyarakat oleh karena itu dampak dapat dikategorikan sebagai dampak
negatif penting (-P).

5) Sifat kumulatif dampak

Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan konstruksi sehingga dampak


merupakan dampak negatif penting (-P).

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak dapat berbalik sehingga dampak merupakan dampak negatif tidak


penting (-TP).

7) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain berdasarkan


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan dengan adanya rekayasa teknik seperti pembuatan


biopori, sehingga sehingga dampak termasuk dampak positif tidak penting
(+TP).

Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak 5 dampak
negatif penting, diketahui bahwa ada sifat penting dampak menyatakan dampak
negatif penting. Maka dampak peningkatan air larian merupakan dampak negatif
penting (-P).

LAPORAN FINAL | 4-38


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
B. Peningkatan Arus Lalu Lintas

Besaran Dampak

Besaran bangkitan pergerakan dari fungsi kegiatan dalam suatu sistem aktivitas
dipengaruhi secara umum oleh intensitas kegiatan yang ada, Jenis peruntukan dan
luasan yang di cover oleh aktivitas yang ada juga berperanan penting dalam analisis
bangkitan dan tarikan lalulintas.

Apabila ditinjau secara korelatif ketiga aspek diatas bisa disederhanakan menjadi
satu aspek yaitu intensitas kegiatan menjadi aspek yang lebih penting dengan
asumsi bahwa seberapapun luas suatu area tidaklah dapat dijamin memberikan
pergerakan yang signifikan terkait luasannya. Demikian pula pengelompokan suatu
jenis peruntukkan juga masih berkorelasi dengan intensitas kegiatan yang ada
dalam jenis peruntukannya.

Rasio volume per kapasitas (V/C ratio) saat ini (eksisting) di ruas Jalan yang
dilewati berada pada tingkat pelayanan B yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan
dan gerak kendaraan dibatasi kondisi lalu lintas.

Penambahan jumlah bangkitan dan tarikan lalulintas ini menyebabkan V/C rasio di
Jalan yang dilalui berada pada tingkat pelayanan C yang berarti arus stabil, tetapi
kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan.

Sifat Penting Dampak

1) Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah semua penduduk yang


bermukim di sisi jalan Raden Puguh dan jalan mobilisasi kegiatan operasional
Poltekpar Lombok sejauh 500 m dari pintu keluar masuk kegiatan, sehingga
dampak gangguan lalu lintas merupakan dampak negatif penting (-P).

2) Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas jalur yang dilewati oleh alur
operasional Poltekpar Lombok sejauh 500 m dari pintu keluar masuk kegiatan,
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3) Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung

LAPORAN FINAL | 4-39


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Proses operasional Poltekpar Lombok akan dilakukan selama tahap operasional
berlangsung dengan jangka waktu yang relative lama maka dampak
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

4) Banyaknya komponen hidup lain yang akan terkena dampak

Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
keresahan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif
penting (-P).

5) Sifat kumulatif dampak

Dampak gangguan lalu lintas akibat operasional Poltekpar Lombok bersifat


kumulatif, dengan jangka waktu yang relative panjang maka dengan demikian
dampak dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berbalik karena hanya bersifat sementara, sehingga dampak


termasuk dampak negatif tidak penting (-TP).

7) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria lain berdasarkan perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi

Dampak dapat dipulihkan dengan adanya rekayasa teknik seperti pembuatan


biopori, sehingga sehingga dampak termasuk dampak positif tidak penting
(+TP).

Dengan demikian ditinjau dari lima komponen penentu sifat dampak, maka dampak
penurunan gangguan lalu lintas akibat kegiatan operasional Poltekpar Lombok
merupakan dampak negatif penting (-P).

4.2 Evaluasi Dampak Penting


4.2.1 Evaluasi Secara Holistik

Setelah dilakukan prakiraan besaran dan sifat penting dampak kemudian dilkukan
evaluasi secara keseluruhan yang diuraikan dalam dalam diagram alir dalam
Gambar 4.2 dan Gambar 4.3

LAPORAN FINAL | 4-40


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
TAHAP KONSTRUKSI

PEMBANGUNAN
MOBILISASI ALAT BERAT
MOBILISASI TENAGA SARANA UTAMA SERTA
DAN MATERIAL PEMATANGAN LAHAN
KERJA SARANA PRASARANA
KONSTRUKSI
PENUNJANG

PRIMER

HILANGNYA PENURUNAN
KESEMPATAN ARUS LALU KUALITAS
PELUANG USAHA MATA KONDISI JALAN KEBISINGAN GETARAN AIR LARIAN SANITASI
KERJA LINTAS UDARA
PENCAHARIAN LINGKUNGAN DARI
TIMBULAN LIMBAH
PADAT DAN LIMBAH
CAIR
SEKUNDER

KERESAHAN
MASYARAKAT KUALITAS AIR
PERMUKAAN

Ket: Dampak Penting

Gambar 4-3 Diagram Alir Dampak Penting Hipotetik Tahap Konstruksi

LAPORAN FINAL | 4-41


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II

OPERASIONAL

PENGOPERASIAN PEMELIHARAAN
MOBILISASI
POLTEKPAR LOMBOK SARANA UTAMA &
TENAGA KERJA
PENUNJANG

PENINGKATAN PENINGKATAN PENINGKATAN PENINGKATAN PENURUNAN


PENINGKATAN
KESEMPATAN PELUANG KESEMPATAN ARUS LALU KUANTITAS AIR LIMBAH CAIR LIMBAH PADAT
AIR LARIAN
KERJA BERUSAHA PENDIDIKAN LINTAS TANAH

PENURUNAN PENURUNAN
KERESAHAN
SANITASI KUALITAS AIR
MASYARAKAT
LINGKUNGAN PERMUKAAN

Ket Dammpak Dampak Tidak Penting


Penting yang Dikelola

Gambar 4-4 Diagram Alir Dampak Penting Hipotetik Tahap Operasional

LAPORAN FINAL | 4-42


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
4.2.1.1. Tahap Konstruksi

A. Mobilisasi Tenaga Kerja

Kesempatan Kerja

Pada umumnya masyarakat mendukung kegiatan pengembangan Poltekpar


Lombok, namun tetap diperlukan komunikasi yang intens untuk mengoptimalkan
dampak positif dan meminimalisir dampak negatif. Untuk menjaga keamanan di
lokasi rencana kegiatan dan mengatur tenaga kerja yang hilir mudik, pemrakarsa
dan kontraktor menunjuk beberapa orang warga setempat untuk menjadi petugas
keamanan.

Peningkatan Peluang Usaha

Adanya kesempatan berusaha pada tahap konstruksi dan operasional kegiatan


komersial/perdagangan yang dapat memberikan manfaat kepada penduduk
disekitar lokasi kegiatan, khususnya bagi masyarakat lokal cukup terbuka.
Mengingat dengan banyaknya para pekarja dari luar daerah yang datang ke daerah
proyek dan menetap sementara waktu di daerah proyek. dapat membuka peluang
usaha penduduk lokal, seperti membuka warung-warung jajanan dan makanan bagi
para pekarja atau pendatang. Sehingga, berkembangnya usaha sewa rumah/kamar
dan membuka warung-warung jajanan dan makanan tersebut dapat
menguntungkan ekonomi penduduk lokal

Keresahan Masyarakat

Keresahan masyarakat pada kegiatan mobilisasi tenaga kerja tahap konstruksi


timbul dari tidak seimbangnya perbandingan tenaga kerja yang diterima dan
banyaknya penduduk usia kerja. Disamping itu adanya kesempatan berusaha pada
tahap konstruksi yang dapat memberikan manfaat kepada penduduk disekitar lokasi
kegiatan, khususnya peluang usaha dibidang pangan dan papan. Mengingat
dengan banyaknya para pekarja dari luar daerah yang datang ke daerah proyek dan
menetap sementara waktu di daerah proyek. dapat membuka peluang usaha
penduduk lokal, seperti membuka warung-warung jajanan dan makanan bagi para
pekarja atau pendatang. Agar tidak terjadi keresahan masyarakat akibat persaingan
dalam penerimaan tenaga kerja dan pembukaan peluang usaha maka dampak
keresahan masyakat akan dikelola.

LAPORAN FINAL | 4-43


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
B. Mobilisasi Alat dan Material

Penurunan Kualitas Udara

Penurunan kualitas udara bersumber dari mobilisasi alat dan material konstruksi. 4
truk berukuran sedang bermobilisasi setiap harinya untuk membawa material
pengembangan Poltekpar Lombok. Berdasarkan hal tersebut penurunan kualitas
udara berupa debu, NOX, SO2, CO, dan Pb pada udara ambient sepanjang jalan
dan lokasi kegiatan yang dilalui kendaraan. Dampak lanjutan penurunan kualitas
udara tersebut mengakibatkan penurunan kesehatan masyarakat di lokasi dan
sekitar lokasi kegiatan

Peningkatan Kebisingan

Peningkatan kebisingan terjadi akibat mobilisasi alat dan material terutama pada
jalur pengangkutan yang melewati kawasan pemukiman penduduk. Peningkatan
intensitas kebisingan dapat menyebabkan gangguan pendengaran jika terpapar
dalam waktu yang cukup lama dan dalam kisaran bising diatas 70 dBA. Dampak
penurunan kualitas udara dan Peningkatan Kebisingan akan berlangsung selama
kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi akan terjadi di sepanjang jalur
angkut mobilisasi kurang lebih 500 meter sebelum jalan masuk ke tapak proyek
sehingga jumlah manusia yang terkena dampak adalah semua penduduk yang
bermukim di pinggir jalan yang dilalui aktivitas mobilisasi.

Gangguan Lalu Lintas

Kendaraan yang akan melalui jalan utama akan mengakibatkan kemacetan lalu
lintas serta menurunnya kapasitas jalan. Kesibukan lalu lintas ini akan makin
meningkat seiring dengan pembangunan dan operasional Poltekpar Lombok.
Dampak lainnya berupa peningkatan arus lalu lintas, menurunnya kapasitas jalan,
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan serta penurunan kesehatan
masyarakat.

Penurunan Kondisi Jalan

Penurunan kondisi jalan Raya Praya diakibatkan oleh adanya ceceran material
serta beban mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material. Arus lalu
lintas jalan Raya Praya masih lenggang namun kendaraan berlalu lintas dengan
kecepatan tinggi sehingga penurunan kondisi jalan dapat memperlambat kecepatan
kendaraan dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan.

LAPORAN FINAL | 4-44


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
C. Pematangan Lahan

Penurunan Kualitas Udara

Kegiatan pematangan lahan akan mengupas lahan dari lahan tertutup vegetasi
menjadi terbuka. Kegiatan tersebut menggunakan eskavator dan akan
menghasilkan debu akibat butir-butir sedimen yang tertiup angin dan emisi gas
buang dari eskavator yang digunakan sehingga akan menyebabkan penurunan
kualitas udara akibat meningkatnya zat pencemar seperti SO 2, NO2 dan CO..

Air Larian

Perubahan karakteristik lahan yang tadinya merupakan tanah yang tertutup


vegetasi/rerumputan menjadi tanah tanpa tutupan memperkecil daya resap tanah
(infiltrasi) karena pori-pori/ruang antar butiran tanah (interstices) yang berupa
saluran mikro (Ward, 1980) akan semakin sempit dan atau tertutup sehingga
permeabiltas tanah menjadi rendah hingga kedap (very low permeability to
impermeable), sebaliknya run off cenderung meningkat. Mengacu SNI 03-3424-
1994, angka koefisien run off pada lahan terbuka relatif datar yang terkompaksi
adalah sekitar 0,60 – 0,70 atau dengan nilai tengah 0,65, lalu lahan tertutup yang
kedap air adalah sekitar 0,90 – 1 atau dengan nilai tengah 0,95.

Peningkatan air larian dari kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi ialah
sebesar 42,24 m 3 yang terkonsentrasi pada tempat tertentu berupa cekungan atau
melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng yang ada. Air larian yang terbentuk pada
tahap konstruksi ini menjadi dampak penting pada musim hujan sebab sedimen
akan turut terbawa air larian menuju badan air penerima.

D. Pembangunan Sarana Utama dan Sarana Penunjang

Peningkatan Air Larian

Kegiatan pembangunan sarana utama dan sarana penunjang pada tahap konstruksi
menyebabkan peningkatan air larian sebesar 28,8 m 3 yang berpotensi menjadi
banjir genangan yang terkonsentrasi pada tempat tertentu berupa cekungan atau
melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng yang ada. Air larian yang terbentuk pada
tahap operasional ini harus dialirkan melalui saluran drainase dan diresapkan

LAPORAN FINAL | 4-45


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
kembali ke dalam tanah untuk menekan jumlah air yang tidak bisa meresap ke
dalam tanah.

Untuk mengatasi dampak tersebut direncakan akan dibuat lubang-lubang biopori.


Untuk menghitung biopori sesuai dengan aturan dari pemerintah setempat yaitu
1/100 m2 lahan pekerasan, sehingga didapat jumlah lubang biopori = 2.080/100 =
20,8 lubang atau dibulatkan menjadi 21 lubang biopori. Manfaat lubang biopori
adalah untuk pemanenan air hujan yang berada di dalam area kegiatan dan
membantu menjaga kuantitas dan kualitas air tanah.

Penurunan Sanitasi Lingkungan dari Timbulan Limbah Padat dan Limbah Cair

Kegiatan ini akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair dari kegiatan domestik
pekerja serta dari timbulan limbah konstruksi. Air limbah pada tahap konstruksi ialah
80% dari kebutuhan konstruksi yaitu 80% dari 37,6 m 3/hari atau sebesar 30 m3/hari.
Dimana sebanyak 26 m 3/hari berasal dari MCK pekerja. Air limbah akan masuk ke
sarana MCK dan septik tank, dimana lumpur tinjanya akan disedot secara berkala
baik oleh menggunakan mobil pengangkut tinja.

Sedangkan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pekerja diperhitungkan


dengan 652 orang pekerja dan Standar timbulan limbah padat adalah 2,5 L/
orang/hari atau 0,4 kg/orang/hari (Damhuri,2011). Maka limbah padat yang
dihasilkan pada tahap konstruksi adalah 280 x 2,5 L/orang/hari = 1.630 L/ hari.

4.2.1.2. Tahap Operasional

A. Mobilisasi Tenaga Kerja

Keresahan Masyarakat

Terdapat kesempatan kerja sebanyak 157 orang dan diprioritaskan tenaga kerja
berasal dari daerah sekitar sesuai dengan keahlian, keterampilan dan kebutuhan,
terutama tenaga kerja non skill. Namun jumlah tersebut tidak seimbang dengan
jumlah penduduk usia kerja yang berharap untuk dapat terlibat dalam kegiatan
operasional kegiatan. Berdasarkan hasil Kosultasi Publik, masyarakat menginginkan
prioritas terhadap tenaga kerja lokal dari penduduk desa Puyung sehingga angka
pengangguran dapat ditekan pada saat konstruksi maupun operasional Poltekpar

LAPORAN FINAL | 4-46


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Lombok nantinya. Hal ini dapat memicu keresahan masyarakat jika tidak dikelola
dengan baik.

Kesempatan Kerja

Dibutuhkan 253 orang tenaga kerja pada tahap operasional, namun pada kondisi
eksisting, Poltekpar Lombok telah memiliki 25 tenaga pengajar dan 18 orang tenaga
kependidikan. Sebanyak 9 orang diantaranya merupakan Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Dengan demikian diprakirakan akan ada peluang kerja sebanyak 157 orang
dan diprioritaskan tenaga kerja berasal dari daerah sekitar sesuai dengan keahlian,
keterampilan dan kebutuhan, terutama tenaga kerja non skill.

B. Pengoperasian Poltekpar Lombok

Peningkatan Air Larian

Perubahan fungsi lahan dari lahan terbuka menjadi tertutup menyebabkan


peningkatan air larian sebesar 28,8 m 3 yang berpotensi menjadi banjir genangan
yang terkonsentrasi pada tempat tertentu berupa cekungan atau melalui alur-alur
sesuai kemiringan lereng yang ada. Air larian yang terbentuk pada tahap
operasional ini harus dialirkan melalui saluran drainase dan diresapkan kembali ke
dalam tanah untuk menekan jumlah air yang tidak bisa meresap ke dalam tanah.

Untuk mengatasi dampak tersebut direncakan akan dibuat lubang-lubang biopori.


Untuk menghitung biopori sesuai dengan aturan dari pemerintah setempat yaitu
1/100 m2 lahan pekerasan, sehingga didapat jumlah lubang biopori = 2.080/100 =
20,8 lubang atau dibulatkan menjadi 21 lubang biopori. Manfaat lubang biopori
adalah untuk pemanenan air hujan yang berada di dalam area kegiatan dan
membantu menjaga kuantitas dan kualitas air tanah.

Peningkatan Arus Lalu Lintas

Rasio volume per kapasitas (V/C ratio) saat ini (eksisting) di ruas Jalan yang
dilewati berada pada tingkat pelayanan B yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan
dan gerak kendaraan dibatasi kondisi lalu lintas. Penambahan jumlah bangkitan dan
tarikan lalulintas ini menyebabkan V/C rasio di Jalan yang dilalui berada pada
tingkat pelayanan C yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
dikendalikan.

LAPORAN FINAL | 4-47


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
4.2.2 Keterkaitan Dampak Penting Hipotetik

Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik


(DPH) diperoleh informasi antara lain:

1. Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi DPH beserta karakteristiknya antara


lain seperti frekuensi terjadinya dampak, durasi dan intensitas dampak, yang
pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sifat penting dan besaran
dampak-dampak yang telah berinteraksi pada ruang dan waktu yang sama.

2. Komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling banyak


menimbulkan dampak lingkungan.

3. Area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns) beserta


luasannya (lokal, regional, nasional atau bahkan internasional lintas batas
negara), seperti antara lain:

1. Area yang mendapat paparan dari beberapa dampak sekaligus dan banyak
dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat.

2. Area yang rentan/rawan bencana yang paling banyak terkena berbagai


dampak lingkungan, dan/atau

3. Kombinasi kedua area di atas atau lainnya.

4.2.2.1. Hubungan Keterkaitan Dampak Penting Hipotetik

Pembangunan dan pengoperasian Poltekpar Lombok diprakirakan akan


menimbulkan berbagai dampak penting hipotetik (DPH) baik yang tergolong sebagai
dampak penting maupun dampak tidak penting.

Operasional Poltekpar Lombok akan menimbulkan dampak baik terhadap aspek


fisika kimia biologi maupun aspek sosial ekonomi budaya. Dampak negatif
penurunan kesehatan merupakan dampak sekunder dari dampak primer seperti;
penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan penurunan, peningkatan air
larian dan penurunan kualitas sanitasi lingkungan. Peningkatan air larian pada saat
puncak musim hujan akan berpotensi menimbulkan dampak banjir di saluran
drainase kota. Dampak negatif timbulnya keresahan masyarakat merupakan
dampak sekunder dari dampak primer seperti; peningkatan arus lalu lintas, serta
kesempatan kerja dan berusana.

LAPORAN FINAL | 4-48


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Dampak positif selama operasional adalah terbukanya kesempatan kerja dan
berusaha yang sangat besar baik terkait langsung dengan operasional Poltekpar
Lombok maupun usaha-usaha pendukung secara informal, seperti warung makan,
dan lain seebagainya yang menunjang kegiatan operasional mahasiswa.

Tabel 4-20 Bagan Alir Matriks Evaluasi Dampak Penting


Konstruksi Operasional

Prasarana
Pembangunan Sarana

Mobilisasi Tenaga Kerja


Mobilisasi Alat & Bahan

Pemeliharaan gedung &


Mobilisasi Tenaga Kerja
Rencana
Kegiatan

Poltekpar Lombok

Sarana Penunjang
dan Mahasiswa

Pengoperasian
Penunjang
Material
Komponen
Lingkungan

dan
A Fisik Kimia
1 Penurunan Kualitas udara DPH NTP
2 Peningkatan Kebisingan DPH NTP
3 Getaran NTP
4 Kualitas air permukaan NTP NTP
5 Peningkatan Air larian NP NP
6 Penurunan Kuantitas Air Tanah NTP
7 Peningkatan Arus Lalu lintas NP NP
8 Penurunan Kondisi Jalan NP
B Sosial, Ekonomi dan Budaya
1 Peningkatan Kesempatan kerja PP PP
2 Peningkatan Peluang usaha PP NTP NTP
3 Keresahan Masyarakat NP NP
C Kesehatan Masyarakat
Sanitasi lingkungan dari
1 Timbulan Limbah Padat dan NP NTP
Limbah Cair
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan: NP = Negatif Penting PP = Positif Penting NTP = Negatif Tidak Penting

LAPORAN FINAL | 4-49


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
TAHAP KONSTRUKSI

PEMBANGUNAN
MOBILISASI TENAGA MOBILISASI ALAT BERAT SARANA UTAMA SERTA
DAN MATERIAL PEMATANGAN LAHAN
KERJA SARANA PRASARANA
KONSTRUKSI
PENUNJANG

PRIMER
PP
NP NP NP
PP NTP NTP NP NP NP

HILANGNYA PENURUNAN
KESEMPATAN ARUS LALU KUALITAS
PELUANG USAHA MATA KONDISI JALAN KEBISINGAN GETARAN AIR LARIAN SANITASI
KERJA LINTAS UDARA
PENCAHARIAN LINGKUNGAN DARI
TIMBULAN LIMBAH
PADAT DAN LIMBAH
CAIR
SEKUNDER
NP

KERESAHAN
MASYARAKAT KUALITAS AIR
PERMUKAAN

Ket: Dampak Penting

NP: Negatif penting PP: Positif Penting NTP: Negatif Tidak Penting

Gambar 4-5 Bagan Alir Evaluasi Tahap Konstruksi

LAPORAN FINAL | 4-50


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II

OPERASIONAL

PENGOPERASIAN PEMELIHARAAN
MOBILISASI
POLTEKPAR LOMBOK SARANA UTAMA &
TENAGA KERJA
PENUNJANG

NTP NP NP NTP NTP NTP


PP

PENINGKATAN PENINGKATAN PENINGKATAN PENURUNAN


PENINGKATAN
KESEMPATAN PELUANG ARUS LALU KUANTITAS AIR LIMBAH CAIR LIMBAH PADAT
AIR LARIAN
KERJA BERUSAHA LINTAS TANAH

NP
NTP
NTP

KERESAHAN PENURUNAN PENURUNAN


MASYARAKAT SANITASI KUALITAS AIR
LINGKUNGAN PERMUKAAN

Ket Dammpak Dampak Tidak Penting


Penting yang Dikelola
PP: Positif Penting NP: Negatif Penting NTP: Negatif Tidak Penting

Gambar 4-6 Bagan Alir Evaluasi Tahap Operasion

LAPORAN FINAL | 4-51


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
4.2.2.2. Komponen Kegiatan yang Paling Banyak Menimbulkan Dampak

Berdasarkan hasil prakiraan dampak, komponen kegiatan yang banyak


menimbulkan dampak adalah:

 Tahap Konstruksi: mobilisasi alat berat dan bahan material.

4.2.2.3. Area Penting

Pembangunan dan pengoperasian Poltekpar Lombok diperkirakan akan


menimbulkan dampak baik positif maupun negatif. Komponen lingkungan yang
penting untuk mendapat perhatian adalah kondisi sosial ekonomi budaya
masyarakat dan Area yang harus diperhatikan adalah:

Area yang mendapat paparan dari beberapa dampak sekaligus dan banyak dihuni
oleh berbagai kelompok masyarakat, yaitu Desa Puyung, Kecamatan Jonggat
terutama Dusun Waker, Dusun Banket Tengah dan Dusun Bunsumpak, serta
Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya terutama wilkel Embung Bengkel.

4.2.3 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan dampak penting dilakukan dengan 3 (tiga) macam pendekatan, yaitu


pendekatan teknologi, sosial ekonomi, dan pendekatan institusi.

4.2.3.1. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Berbagai dampak penting, baik yang bersifat positif maupun negatif pada
hakekatnya harus dilakukan penanganan yang tepat. Untuk dampak yang bersifat
positif, penanganannya ditujukan untuk mempertahankan status dampak tersebut
dan jika memungkinkan perlu dikembangkan semaksimal mungkin, sedangkan bagi
dampak yang bersifat negatif penanganannya ditujukan agar dampak tersebut dapat
ditekan seminimal mungkin dan jika memungkinkan dihilangkan sama sekali.

Dalam sub bab ini hanya diuraikan pengelolaan/penanganan dampak secara umum
atau lebih bersifat arahan saja, sedangkan kajian yang lebih rinci disajikan dalam
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).

LAPORAN FINAL | 4-52


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
Tahap Operasional

1. Penurunan Kualitas Udara

 Penanaman tanaman yang berfungsi meminimalisir zat pencemar

 Mempromosikan dan mengaplikasikan bike to campus.

2. Peningkatan Intensitas Kebisingan

 Membuat bufferzone dilokasi yang berbatasan dengan penduduk

 Di sekililing unit genset dipasang lapisan kedap suara yang dapat mereduksi
intesitas kebisingan ke lingkungan sekitar.

3. Penurunan Kuantitas Air Tanah

 Penghematan penggunaan air bersih

 Menambah sumur bor baru

 Pengontrolan dan pengawasan penggunaan air.

4. Peningkatan run off

 Memaksimalkan RTH dan mematuhi regulasi terkait RTH

 Mengalirkan seluruh run off ke kolam retensi dan sumur retensi

5. Peningkatan Arus Lalu Lintas

 Penyediaan fasilitas dan pengaturan ruang parkir

 Melakukan perambuan sesuai kajian dan rekomendasi teknis dari Dinas


Perhubungan Kabupaten Lombok Tengah

6. Terbukanya Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

 Memprioritaskan kesempatan kerja bagi penduduk sekitar.

 Pembinaan bagi usaha kecil dan menengah khususnya penduduk desa


Puyung, Kecamatan Jonggat dan Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya.

7. Penurunan Sanitasi Lingkungan

 Pengelolaan sampah dan limbah cair domestik sesuai dengan disain yang
telah direncanakan dalam dokumen ANDAL.

LAPORAN FINAL | 4-53


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II

4.3 Rekomendasi Kelayakan Lingkungan


Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak lingkungan/dampak
penting hipotetik, alternatif terbaik, arahan penglolaan dan pemantauan lingkungan,
maka dapat disimpulkan kelayakan lingkungan hidup atas rencana kegiatan yang
dikaji, dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan antara lain sebagai berikut:

4.3.1 Rencana Tata Ruang

Berdasarkan wilayah administrasinya, pembangunan Poltekpar Lombok terletak


Desa Puyung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat. Lokasi Kegiatan berdasarkan Surat Rekomendasi Pemanfaatan Ruang
dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah no.
650/122/BKPRD/2017 tanggal 13-06-2017 mengacu pada Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Tengah No. 7 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Lombok
Tengah Tahun 2011-2031 dan Berita Acara Rapat Koordinasi Tim BKPRD dan
Instansi Terkait Kabupaten Lombok Tengah Nomor 770/18/BKPRD tertanggal 07-
06-2017, berada dalam wilayah Rencana Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal
Promosi (PKLp). Kegiatan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan:

 KDB maksimal 60% dari luas lahan;

 KDH minimal 20%;

 Tidak mengganggu kestabilan lereng dan lingkungan, dilengkapi dengan sistem


drainase yang meminimalkan penjenuhan pada lereng, diperlukan perkuatan
lereng/tebing atau sistem terasering;

 Menyediakan Instalansi Pengolahan Limbah Internal (on site);

 Menyediakan jaringan saluran drainase yang saling terhubung;

 Tidak diperkenankan membuang limbah di saluran drainase;

 Menyediakan biopori seluas 1 m 2 untuk setiap 100 m 2 luas lahan yang


diperkeras;

 Menyediakan lampu penerangan jalan di lokasi lahan yang dimaksud;

 Menyediakan alat pemadam kebakaran ringan (APAR) dengan isi minimal 10


kg;

LAPORAN FINAL | 4-54


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II

4.3.2 Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana


tercantum dalam Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. pemrakarsa dalam hal ini tidak lepas dari
kewajiban untuk melakukan tindakan pengamanan dan pelestarian lingkungan
hidup.

Pemrakarsa berkomitmen untuk terus melaksanakan peraturan perundangan di


bidang lingkungan yang relevan serta komitmen untuk melakukan penyempurnaan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkelanjutan dalam bentuk
mencegah, menanggulangi, dan mengendalikan dampak lingkungan yang
disebabkan oleh kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok.

4.3.3 Kepentingan pertahanan keamanan

Rencana kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok tidak terkait dengan


kepentingan pertahanan kemanan.

4.3.4 Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak

Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari rencana
kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok telah dilakukan secara cermat dan
mendalam pada masing-masing dampak yang dibahas pada BAB IV Prakiraan
Dampak Penting.

4.3.5 Hasil evaluasi secara holistik

Evaluasi terhadap dampak penting dari rencana kegiatan pengembangan Poltekpar


Lombok telah dilakukan dan dibahas pada BAB IV. Hasil evaluasi tersebut
menunjukan dampak negatif dan rencana kegiatan lebih banyak dari pada dampak
positif, akan tetapi dengan pengelolaan yang akan dilakukan dampak negatif
tersebut dapat diminimalisasi dan ditingkatakan dampak positifnya.

LAPORAN FINAL | 4-55


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
4.3.6 Kemampuan pemrakarsa yang bertanggung jawab dalam
menanggulangi dampak negatif

Berdasarkan arahan pengelolaan lingkungan dan dampak-dampak yang ditimbulkan


oleh rencana kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok Pemrakarsa dan/atau
pihak terkait mampu mengelola dampak-dampak yang timbul dari rencana kegiatan
dengan pendekatan-pendekatan dalam menanggulangi dampak penting,
pendekatan tersebut adalah:

4.3.7 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Tidak Mengganggu Nilai-Nilai Sosial


atau Pandangan Masyarakat

Hasil pelibatan masyarakat dalam proses Amdal dari rencana kegiatan


pengembangan Poltekpar Lombok menunjukan bahwa rencana kegiatan tidak
mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat.

4.3.8 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Tidak Akan Mempengaruhi dan/atau


Mengganggu Entitas Ekologis

Berdasarkan pengamatan di lokasi rencana kegiatan menunjukan bahwa di lokasi


rencana kegiatan tidak terdapat spesies kunci, spesies yang memiliki nilai penting
secara ekologis, spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomi maupun
spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah sebagaimana telah dideskripsikan
pada BAB III Deskripsi Rinci Rona Lingkungan Hidup Awal, sehingga rencana
usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas
ekologis.

4.3.9 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Tidak Menimbulkan Gangguan


Terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berada Di Sekitar
Rencana Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan

Berdasarkan peta kegiatan sekitar menunjukan bahwa terdapat kegiatan lain di


sekitar lokasi kegiatan antara lain: permukiman penduduk, lahan pertanian dan
IPDN. Pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan dengan

LAPORAN FINAL | 4-56


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok
POLITEKNIK NEGERI PARIWISATA LOMBOK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNANAN GEODATA BASE BIDANG TANAH


WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) II
pengelolaan sesuai dengan arahan kajian lingkungan sebelumnya diprakirakan
tidak menimbulkan gangguan terhadap kegiatan sekitar tersebut.

4.3.10 Tidak Dilampauinya Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan


Hidup dari Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan

Di lokasi kegiatan belum diketahui daya dukung dan daya tampung lingkungan
karena Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah belum menghitung daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup (DDTLH)

LAPORAN FINAL | 4-57


(ANDAL)
Pembangunan Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar) Lombok

Anda mungkin juga menyukai