PENYUSUNANAN
PENYUSUNANAN GEODATA
GEODATA BASE
BASE BIDANG
BIDANG TANAH
TANAH
WILAYAH
WILAYAH PENGEMBANGAN
PENGEMBANGAN (WP)(WP)
II II
BAB - 4
PRAKIRAAN DAN EVALUASI
DAMPAK PENTING
Pada proses identifikasi dan evaluasi dampak penting, salah satu bahan
pertimbangan utama adalah masukan dari masyarakat dan pemerhati/pakar
lingkungan yang disampaikan secara tertulis maupun lisan.
Pada addendum ini tidak ada penambahan dampak penting hipotetik yang dikaji,
namun terdapat perubahan pada besaran dampak yang akan terjadi seiring dengan
terjadinya pembangunan di Kawasan Poltekpar. Pada Kajian Amdal terdahulu,
kajian di fokuskan pada kegiatan pembangunan Gedung Kuliah I dan II dengan luas
bangunan 14.196 m2. Kegiatan pembangunan Kawasan Poltekpar akan dilakukan
hingga tahun 2021. Rincian kegiatan hingga 2021 telah disajikan pada bab
sebelumnya.
2. Peningkatan Kebisingan;
7. Kesempatan Kerja;
9. Keresahan Masyarakat.
Tabel 4-2 Dampak Tidak Penting Hipotetik yang Dikelola dan Dipantau
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, Dampak Tidak Penting Hipotetik yang dikelola dan
dipantau pada masing- masing kegiatan yang teridentifikasi pada tabel tersebut
diatas. Maka secara keseluruhan dampak tidak penting hipotetik dikelola dan
dipantau dikelompokkan sebagai berikut:
Dalam melakukan prakiraan dampak dilakukan terhadap besaran dan sifat penting
dampak. Prakiraan dampak menggunakan data yang menunjukkan perubahan
kualitas lingkungan dari waktu ke waktu. Dalam melakukan prakiraan dampak untuk
menentukan besaran dan sifat penting dampak menggunakan data yang
menunjukkan perubahan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu.
Dimana:
A. Kesempatan Kerja
Besaran Dampak
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sekitar 200 orang dan jenis pekerjaan yang
dilakukan tidak dikerjakan dalam waktu bersamaan melainkan berdasarkan
kebutuhan per tahapan kegiatan. Tenaga kerja diupayakan melibatkan tenaga kerja
lokal sesuai dengan keahlian dan kompetensinya.
Jumlah
No Job/Posisi Pendidikan
(orang)
1 Site Manager Sarjana/D3 1
2 Penyelia (Supervisor) Sarjana/D3 2
3 Mandor D3/SMK 20
4 Administrasi dan Keuangan D3/SMU 1
5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) D3/SMU 2
6 Operator alat-alat berat SMK/SMU 15
7 Tukang Las SMK/SLP 7
8 Tukang bangunan SMK/SLP 30
9 Mekanik SMK 30
10 Elektrik SMK 12
Pembantu operator dan Pembantu
11 SD/SLP 80
tukang,
Total 200
Sumber: Asumsi Konsultan, 2018
Jumlah (Orang)
No Umur (tahun)
Desa Puyung Kelurahan Leneng
1 16 - 21 1234 1080
2 22 - 60 7685 4096
JUMLAH 8.919
Sumber: RPJM Desa Puyung 2017 dan Monografi Kelurahan Leneng 2016
Jumlah (Orang)
No. Jenis Pekerjaan
Desa Puyung Kelurahan Leneng
1. Petani 527 333
2. Buruh Tani 1.073 158
3. Pedagang 347
4. Tukang Kayu/pertukangan 86
5. Bengkel 21
6. PNS 462 522
7. TNI/POLRI 46 87
8. Pegawai Swasta 183 319
9. Pengrajin Home Industri 528
10. Peternak 416
11. Sopir 109
12. Pegawai honor 157
13. Tukang Bangunan 51 42
14. Penjahit 1
15. Dukun Kampung Terlatih 1
16. Ojek 45
17. Buruh Migran 896
18. Pembantu Rumah Tangga 56
19. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 224 96
20. Pengusaha Kecil & Menengah 213
21. Dosen Swasta 31
22. KaryawanPerusahaan Pemerintah 149
23. Pengrajin Tenun 66
24. Wiraswasta 789
25. Lainnya 96
Jumlah 5.688 2.372
Sumber: RPJM Desa Puyung 2017 dan Monografi Kelurahan Leneng 2016
Sebanyak 8.919 orang penduduk Desa Puyung merupakan penduduk usia kerja
dan dari jumlah tersebut sebanyak 5.688 orang telah memiliki pekerjaan, sehingga
terdapat sebanyak 3.231 orang penduduk Desa Puyung diasumsikan belum
Jika diasumsikan jumlah yang tidak bekerja ada sebanyak 10 % dari jumlah
tersebut, maka jumlah penduduk tidak bekerja diprakirakan sebanyak 323 orang di
Desa Puyung dan 789 orang di Kelurahan Leneng. Oleh sebab itu, kegiatan yang
menimbulkan peluang kerja merupakan kesempatan bagi penduduk untuk dapat
bekerja di kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok tersebut sesuai dengan
keahlian serta kebutuhan pada saat pekerjaan dilakukan.
Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah 323 orang penduduk Desa
Puyung dan 789 orang penduduk Kelurahan Leneng yang belum bekerja
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).
Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada di
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat serta Kelurahan Leneng, Kecamatan
Praya sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting
(+P).
Besaran Dampak
Dengan adanya kegiatan konstruksi yang melibatkan 200 tenaga kerja lokal
maupun dari luar daerah akan dapat meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat
sekitar. Peluang usaha yang timbul diantaranya warung makan untuk tenaga kerja.
Direncanakan kegiatan akan membuat barak untuk tenaga kerja sehingga
diprakirakan tenaga kerja yang berasal dari Kabupaten Lombok Tengah maupun
luar daerah akan tinggal di barak lokasi kegiatan selama tahap konstruksi. Oleh
sebab itu warung makan akan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pangan tenaga kerja, disamping itu juga warung dapat menyediakan kebutuhan
domestik tenaga kerja lainnya seperti peralatan mandi.
Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat serta Kelurahan Leneng, Kecamatan
Praya sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting
(+P).
Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, diketahui
bahwa lima sifat penting dampak menyatakan dampak positif penting dan satu
dampak negatif penting, maka dampak peluang usaha dari kegiatan mobilisasi
tenaga kerja merupakan dampak positif penting (+P).
Besaran Dampak
Keresahan masyarakat pada tahap mobilisasi tenaga kerja terjadi sebagai dampak
turunan dari dampak kesempatan kerja dan dampak peluang usaha. Berdasarkan
hasil Kosultasi Publik, masyarakat menginginkan prioritas terhadap tenaga kerja
lokal dari penduduk desa Puyung sehingga angka pengangguran dapat ditekan
pada saat konstruksi maupun operasional Poltekpar Lombok nantinya. Keresahan
masyarakat terjadi apabila harapan masyarakat tidak dapat diakomodir oleh
pemrakarsa atau tidak terjalin hubungan sosial yang baik antara pemrakarsa
dengan masyarakat.
Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada di
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah serta seluas
40 ha lahan pertanian di Kelurahan Leneng. sehingga dampak dikategorikan
sebagai dampak negatif penting (-P).
A. Kualitas Udara
Besaran Dampak
Hal ini berakibat kepada berubahnya prakiraan dampak penurunan kualitas udara,
pada saat pembangunan yang telah berlangsung dengan pengembangan yang
pada saat ini akan dilakukan. Jumlah kendaraan berat pada saat Pembangunan
Poltekpar eksisting dan Pengembangan saat ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
1. Debu
.............................................................................. (1)
Dimana:
FE = faktor emisi, lb per kendaraan.mil;
d = kadar debu dari permukaan badan jalan, %;
S = kecepatan kendaraan rata-rata, mil/jam;
H = rata-rata hari hujan dalam satu tahun.
Dengan mengasumsikan kandungan debu di badan jalan akibat ceceran tanah yang
berasal dari truk pengangkut pasir/tanah urug, bahan bangunan lainnya dan
material di jalan menuju tapak proyek sebesar 15 %, dan jumlah hari hujan tahunan
sebanyak 116 hari. Dengan kecepatan kendaraan rata-rata adalah 30 km/jam atau
18,75 mil/jam, maka besarnya faktor emisi debu dari resuspensi di jalan menuju
lokasi kegiatan adalah:
FE =
FE = 0,0518 lb/kendaraan.mil
Kontribusi debu akibat kendaraan alat berat pada jarak tertentu dari pusat badan
jalan dapat diperkirakan sesuai dengan formula (Wark, 1976):
2
1 H
exp
2q
C ( x , 0, 0 )
2 z
2 z u
1/ 2
.................................................................. (2)
Dengan menggunakan formula di atas, maka dapat diprakirakan kadar debu dari
pusat badan jalan ke daerah yang berada di sekitar jalan dan sebagai titik
pengambilan sampel kualitas udara. Dimana aktivitas tidak hanya terfokus pada
pemukiman, namun juga pada mahasiswa dan pekerja pada Poltekpar yang telah
beroperasi.
Pada lokasi kajian, kelas stabilitas atmosfer adalah kelas A (Sangat Tidak stabil)
karena kecepatan angin <2 m/det untuk titik pengukuran 1, 5 sampai dengan 7, dan
kelas B (Tidak stabil) untuk pengukuran udara terdahulu yaitu titik 2 sampai dengan
titik 4 maka dengan grafik dapat diketahui besarnya koefisien dispersi vertikal
searah dengan angin (z) pada setiap jarak tinjauan.
Prakiraan
Kontribusi C
Kec. Debu Konsentrasi
pada jarak (Penambahan
Lokasi Sampling Angin (RLA) oz Debu setelah
terdekat konsentrasi
(m/dtk) ug/m3 adanya kegiatan
aktivitas (m) debu ug/m3)
(ug/m3)
Titik 1 Kampus Politeknik 1,35 64,6 150 25 463,36894 527,969
Pariwisata Lombok
(Kegiatan Eksisting)
Titik 2* Selatan Poltekpar 2,5 1,42 500 60 104,27525 105,695
Areal (Kegiatan
Eksisting) Pemukiman
Titik 3* Tengah Poltekpar 2,5 1,1 250 25 250,21923 251,319
Areal (Kegiatan
Eksisting)
Titik 4* Utara Poltekpar Areal 2,5 1,07 100 10 624,89159 625,962
(Kegiatan Eksisting)
Pintu masuk Poltekpar
Titik 5 Tengah Tapak Lokasi 1,33 120,2 300 90 130,67325 250,873
Proyek
Titik 6 Batas Sebelah 1,33 142,2 450 100 117,60627 259,806
Barat/Belakang
Kampus (pemukiman)
Titik 7 Batas Sebelah Timur 1,46 54,1 500 105 102,03296 156,133
(Pemukiman)
Ket: * kegiatan Poltekpar eksisting yang telah dihitung besaran dampaknya pada Amdal Poltekpar
Daerah yang diprakirakan akan mengalami dampak langsung dari adanya kegiatan
mobilisasi kendaraan dan material adalah lokasi titik 1, titik 3, titik 4, titik 5 dan titik
6. Titik 1 dan Titik 4 merupakan lokasi yang paling dekat dengan aktivitas lalu lalang
kendaraan proyek, sehingga besaran dampak resuspensi debu lebih besar. Karena
arah angin dominan pada saat pengukuran dan selama kurun waktu 5 tahun
terakhir di lokasi proyek adalah ke arah barat, maka lokasi pemukiman yang terletak
di Titik 6 juga berpotensi terkena dampak pencemaran debu mobilisasi kendaraan.
Peningkatan angka konsentrasi yang sangat signifikan ini disebabkan oleh semakin
banyaknya kendaraan yang mobilisasi setiap hari nya. Untuk kegiatan Amdal
pembangunan Poltekpar hanya dibutuhkan 4 kendaraan/hari, sedangkan untuk
pengembangan dibutuhkan 29 kendaraan/hari.
Selain dari resuspensi debu akibat ban kendaraan, potensi penurunan kualitas
udara juga dapat diakibatkan oleh adanya emisi gas buang dari kendaraan yang
digunakan saat kegiatan.
Jenis pencemar udara dan faktor emisi dari gas buang kendaraan bermotor dari
kegiatan mobilisasi alat dan material berdasarkan Permen LH No 12 tahun 2010
Tentang Faktor emisi Kendaraan bermotor di Indonesia, adalah sebagai berikut:
Angkutan berat sebagian besar berbahan bakar solar dengan rata-rata konsumsi
bahan bakar adalah sebanyak 1 liter untuk 2 km, maka konsumsi bahan bakar
secara keseluruhan untuk kendaraan sebanyak 3 truk/jam di daerah tinjauan yaitu
Tabel 4-10 Prakiraan Peningkatan Konsentrasi Emisi Gas Buang akibat Mobilisasi
Kendaraan proyek
Prakiraan
Kontribusi
Besaran
Kec. pada jarak
q dampak Emiai
Lokasi Sampling Angin RLA terdekat oz C
(gr/det) Gas buang
(m/dtk) aktivitas
(ug/m3) setelah
(m)
adanya kegiatan
Titik 1 Kampus 1,35 SO2 13,44 150 0,00110 25 26,057 39,497
Politeknik CO 1 0,01129 25 266,929 267,929
Pariwisata NO2 5 0,00004 25 0,985 5,985
Lombok
(Kegiatan
Eksisting)
Titik 4 Utara 2,5 SO2 0,5 100 0,00110 10 35,141 35,641
Poltekpar Areal CO 0,5 0,01129 10 359,976 360,476
(Kegiatan NO2 0,5 0,00004 10 1,328 1,828
Eksisting)
Titik 6 Batas Sebelah 1,33 SO2 17,52 450 0,00110 100 6,614 24,134
Barat/Belakang CO 1 0,01129 100 67,748 68,748
Kampus NO2 5 0,00004 100 0,250 5,250
Sumber: Hasil perhitungan, 2018
Peningkatan angka konsentrasi yang sangat signifikan ini disebabkan oleh semakin
banyaknya kendaraan yang mobilisasi setiap hari nya. Untuk kegiatan Amdal
pembangunan Poltekpar hanya dibutuhkan 4 kendaraan/hari, sedangkan untuk
pengembangan dibutuhkan 29 kendaraan/hari.
Luas wilayah peningkatan debu dari kegiatan mobilisasi alat dan material
dengan kecepatan angin dalam rentang 0,5 m/s s/d 4 m/s menuju ke arah
Selama tahap konstruksi, yaitu selama pengangkut alat dan material mulai
dari tahap I (kurang lebih selama 3 tahun) maka dampak dikategorikan
sebagai dampak negatif penting (-P).
Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
dampak kesehatan masyarakat dan keresahan masyarakat. Dengan
demikian dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).
Dampak penurunan kualitas udara akibat mobilisasi alat dan material bersifat
kumulatif dengan dampak pada saat pembagunan, walaupun begitu
magnitude (besaran) dampak yang relatif kecil maka dengan demikian
dampak dinilai sebagai dampak negatif tidak penting (-TP).
Dampak dapat dipulihkan atau berkurang bilamana ada rekayasa dan standar
operasi prosedur penggunaan kendaraan dan pengangkutan alat serta
material terhadap masalah yang menjadi latar belakang penurunan kualitas
udara, sehingga termasuk dampak negatif penting (-P).
Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, maka dampak
penurunan kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material
merupakan dampak negatif penting (-P).
Besaran Dampak
Tingkat kebisingan digunakan untuk kendaraan konstruksi yaitu truk adalah sebesar
85 dBA. Berikut ini adalah kisaran tingkat kebisingan peralatan konstruksi. Analisis
mengenai dampak peningkatan kebisingan akan difokuskan kepada daerah yang
paling dekat dengan jalur mobilisasi kendaraan berat yaitu wilayah yang dekat
dengan kampus Poltekpar (titik 1) berjarak 150 m, bagian utara kampus Poltekpar
berjarak 100 meter. Untuk menentukan intensitas kebisingan yang ditimbulkan oleh
truk pengangkut alat dan bahan pada jalur jalan pengangkutan, secara teori dapat
didekati dengan rumus dari J.Rau dan Wooten (1980):
Dimana:
Leq = Intensitas kebisingan
Loi = Tingkat kebisingan (truk = 85 dBA)
Ni = Jml kendaraan (truk)/jam yang lewat
Si = Kec rata-rata truk (30km/jam)
d = Jarak sumber bising dengan titik pengukuran
Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas jalur yang dilewati oleh alur
mobilisasi alat dan bahan material sepanjang 500 m sebelum dan setelah pintu
keluar masuk kegiatan, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak
negatif penting (-P).
Selama tahap konstruksi, yaitu selama pengangkut alat dan material mulai dari
tahap I (kurang lebih selama 3 tahun), maka dampak dikategorikan sebagai
dampak negatif penting (-P).
Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni dampak
kesehatan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif
penting (-P).
Dengan demikian ditinjau dari enam komponen penentu sifat dampak, maka
dampak Peningkatan Kebisingan akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan
merupakan dampak negatif penting (-P).
Besaran Dampak
Jenis alat angkut material yang digunakan untuk kegiatan konstruksi ini akan
didatangkan dari Praya dan Mataram. Adapun jenis material dan bahan utama yang
akan digunakan untuk pembangunan Rencana berupa Split, semen, pasir cor, pasir
pasang, pasir urug, tanah urug, sirtu, cat, keramik, kayu, paving block/grass block
dan batu bata. Karena terbatasnya informasi jumlah material yang akan digunakan,
analisis material meggunakan data dari kegiatan sejenis:
Mobilisasi alat berat dan material konstruksi dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemajuan pekerjaan konstruksi. Untuk mengetahui besarnya bangkitan
yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi bahan material, maka digunakan
perhitungan sebagai berikut
4. Jenis material yang dihitung adalah material dasar dengan jumlah yang
digunakan maksimal untuk satu tahun.
Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas jalur yang dilewati oleh alur
mobilisasi alat dan bahan material sejauh 500 m, sehingga dampak
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
keresahan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif
penting (-P).
Dampak gangguan lalu lintas akibat mobilisasi alat dan bahan material
bersifat kumulatif dengan gangguan lalu lintas tahap operasional, walaupun
begitu magnitude (besaran) dampak yang relatif kecil maka dengan demikian
dampak dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).
Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, enam
merupakan dampak negatif penting maka dampak penurunan gangguan lalu lintas
akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material merupakan dampak negatif
penting (-P).
Besaran Dampak
Penurunan kondisi jalan Raya Praya diakibatkan oleh adanya ceceran material
serta beban mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material. Arus lalu
lintas jalan Raya Praya masih lenggang namun kendaraan berlalu lintas dengan
kecepatan tinggi sehingga penurunan kondisi jalan dapat memperlambat kecepatan
kendaraan dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan.
Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas jalur yang dilewati oleh alur
mobilisasi alat dan bahan material sejauh 500 m dari lokasi kegiatan,
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
Proses mobilisasi alat dan bahan material akan dilakukan selama konstruksi
pembangunan Poltekpar Lombok dengan waktu yang lama karena dilakukan
selama bertahap maka dampak dikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).
Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
keresahan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif
penting (-P).
Dampak penurunan kondisi jalan akibat mobilisasi alat dan bahan bersifat
kumulatif, walaupun begitu magnitude (besaran) dampak yang relatif kecil
maka dengan demikian dampak dinilai sebagai dampak negatif tidak
penting (-TP).
Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, lima
merupakan dampak negatif penting maka dampak penurun kondisi jalan akibat
kegiatan mobilisasi peralatan dan material merupakan dampak negatif penting (-
P).
A. Air Larian
Besaran Dampak
Jenis tanah yang menyusun tapak proyek berupa lanau lempungan yang relatip
padat. Secara empirik, nilai koefisien pada jenis tanah tersebut adalah 0,60. Dengan
diketahuinya kedua komponen yaitu koefisien penguapan
(evaporasi/evapotraspirasi) dan koefisien limpasan permukaan (run off), maka
koefisin resapan (Ci) adalah = 100% - (16% + 60%) = 24%. Didasarkan hasil
Luas Vr Vr
Kegiatan CH ∆ Vr
No. Lahan Cr Rona Awal Tahap 1
Kontruksi (m) (m3)
(m2) (m3) (m3)
1 Lahan Bangunan Tertutup 4.040 1,76 0,95 4.266,24 6.754,88 2.488,64
2 Lahan Belum Terbangun 135.000 1,76 0,60 142.560 142.560 0
3 RTH 60.000 1,76 0,65 63.360 68.640 5.280
Jlh - 200.000 - - 210.186,24 217.954,88 7.768,64
Sumber: Data primer (2018)
Keterangan: CH = curah hujan, Cr = koefisien run off, Vr = volume run off,
∆ Vr = delta volume run off (peningkatan run off antara rona awal dan setelah tahap operasional)
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kegiatan pematangan lahan pada tahap
konstruksi menyebabkan peningkatan air larian sebesar 7.768,64 m 3 yang
Luas Vr Vr
Kegiatan CH ∆ Vr
No. Lahan Cr Rona Awal Tahap 2
Kontruksi (m) (m3)
(m2) (m3) (m3)
1 Lahan Bangunan Tertutup 33.840 1,76 0,95 6.754,88 56.580,48 49.825,6
2 Lahan Belum Terbangun 106.160 1,76 0,60 142.560 112.104,96 -30.455,04
3 RTH 60.000 1,76 0,65 68.640 68.640 0
Jlh - 200.000 - - 217.954,88 237.325,44 19.370,56
Sumber: Data primer (2018).
Keterangan: CH = curah hujan, Cr = koefisien run off, Vr = volume run off,
∆ Vr = delta volume run off (peningkatan run off antara rona awal dan setelah tahap operasional)
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kegiatan pematangan lahan pada tahap
konstruksi menyebabkan peningkatan kuantitas air larian sebesar 19.370,56 m 3 dari
yang mulanya hanya 7.768,64 m 3 pada pembangunan tahap 1 yang berpotensi
menjadi banjir genangan yang terkonsentrasi pada tempat tertentu berupa
cekungan atau melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng yang ada. Air larian yang
terbentuk pada tahap operasional ini harus dialirkan melalui saluran drainase dan
diresapkan kembali ke dalam tanah untuk menekan jumlah air yang tidak bisa
meresap ke dalam tanah.
Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak, diketahui
bahwa ada sifat penting dampak menyatakan dampak negatif penting. Maka
dampak peningkatan air larian merupakan dampak negatif penting (-P).
Besaran Dampak
Kegiatan ini akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair dari kegiatan domestik
pekerja serta dari timbulan limbah konstruksi. Air limbah pada tahap konstruksi ialah
80% dari kebutuhan konstruksi yaitu 80% atau sebesar 17,6 m3/hari. Dimana limbah
Luas wilayah penyebaran dampak adalah tapak kegiatan dan badan air
penerima, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting
(-P).
Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
dampak kesehatan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak
negatif penting (-P).
Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak empat
merupakan dampak penting, maka dampak Peningkatan Kebisingan akibat kegiatan
mobilisasi alat dan bahan merupakan dampak negatif penting (-P).
A. Keresahan Masyarakat
Besaran Dampak
Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2016 tentang Organisasi
Tata Kerja Poltekpar Lombok, Organisasi Poltekpar Lombok terdiri atas:
Tabel 4-18 Tenaga Kerja Tahap Operasional
Jumlah
No Deskripsi
(orang)
1 Direktur 1
2 Pembantu Direktur 2
3 Ketua Program Studi 1
4 Sekretaris Program Studi 1
5 Kepala Pusat 1
6 Sekretaris Kepala Pusat 1
7 Kepala Unit 4
8 Kepala Laboratorium 1
9 Kepala Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan 1
10 Kepala Subbagian Administrasi Umum 1
11 Tenaga Pengajar 125
12 Tenaga Laboratorium 5
13 Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan 5
14 Subbagian Administrasi Umum 5
15 Tenaga kebersihan 4
16 Tenaga keamanan 4
Jumlah 253
Sumber: Poltekpar Lombok, 2018
Pada kondisi eksisting, Poltekpar Lombok telah 67 tenaga kerja. Dengan demikian
diprakirakan akan ada peluang kerja sebanyak 96 orang dan diprioritaskan tenaga
kerja berasal dari daerah sekitar sesuai dengan keahlian, keterampilan dan
kebutuhan, terutama tenaga kerja non skill. Hal ini dapat memicu keresahan
masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Hal ini dapat memicu keresahan
masyarakat karena berdasarkan rona lingkungan masyarakat desa Puyung dan
Kelurahan Leneng pada umumnya tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai
sehingga kesempatan kerja akan diperoleh oleh orang-orang dari luar desa Puyung.
Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada di
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat dan Kelurahan Leneng, Kecamatan
Praya, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-
P).
Komponen lain yang terkena dampak ialah tidak ada sehingga dampak
dikategorikan dampak negatif tidak penting (-TP).
Dampak akan berbalik jika dilakukan pengelolaan yang baik dan dampak
hanya bersifat sementara, sehingga dampak termasuk dampak negatif tidak
penting (-TP).
B. Kesempatan Kerja
Besaran Dampak
Jumlah tenaga kerja tahap operasional yang diperlukan sekitar 253 orang. Tenaga
kerja diupayakan melibatkan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian dan
kompetensinya.
Pada kondisi eksisting, Poltekpar Lombok telah memiliki 67 tenaga kerja. Dengan
demikian maka diprakirakan akan ada peluang kerja sebanyak 96 orang dan
diprioritaskan tenaga kerja berasal dari daerah sekitar sesuai dengan keahlian,
keterampilan dan kebutuhan, terutama tenaga kerja non skill. Berdasarkan hasil
Kosultasi Publik, masyarakat menginginkan prioritas terhadap tenaga kerja lokal
dari penduduk desa Puyung sehingga angka pengangguran dapat ditekan pada
saat konstruksi maupun operasional Poltekpar Lombok nantinya.
Sebanyak 8.919 orang penduduk Desa Puyung merupakan penduduk usia kerja
dan dari jumlah tersebut sebanyak 5.688 orang telah memiliki pekerjaan, sehingga
terdapat sebanyak 3.231 orang penduduk Desa Puyung diasumsikan belum
Jika diasumsikan jumlah yang tidak bekerja ada sebanyak 10 % dari jumlah
tersebut, maka jumlah penduduk tidak bekerja diprakirakan sebanyak 323 orang di
Desa Puyung dan 789 orang di Kelurahan Leneng. Oleh sebab itu, kegiatan yang
menimbulkan peluang kerja merupakan kesempatan bagi penduduk untuk dapat
bekerja di kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok tersebut sesuai dengan
keahlian serta kebutuhan pada saat pekerjaan dilakukan.
Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah 323 orang penduduk Desa
Puyung dan 789 orang penduduk Kelurahan Leneng yang belum bekerja
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak sebagai dampak positif
penting (+P).
Luas wilayah penyebaran dampak adalah pada batas sosial atau berada di
Desa Puyung, Kecamatan Jonggat dan Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).
A. Air Larian
Besaran Dampak
Besar peningkatan air larian pada tahap operasional ialah pada saat seluruh
bangunan yang direncanakan dibangun dalam masterplan terbangun, yaitu sebesar
61.723,2 m3 yang berpotensi menjadi banjir genangan yang terkonsentrasi pada
tempat tertentu berupa cekungan atau melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng
yang ada. Air larian yang terbentuk pada tahap operasional ini harus dialirkan
melalui saluran drainase dan diresapkan kembali ke dalam tanah untuk menekan
jumlah air yang tidak bisa meresap ke dalam tanah.
Luas Vr Vr
Kegiatan CH ∆ Vr
Lahan Cr Rona Awal Tahap 2
No. Kontruksi (m) (m3)
(m2) (m3) (m3)
1 Lahan Bangunan Tertutup 134.040 1,76 0,95 56.580,48 224.114,88 167.534,4
2 Lahan Tidak Terbangun 5.960 1,76 0,60 112.104,96 6.293,76 -105.811,2
3 RTH 60.000 1,76 0,65 68.640 68.640 0
Jlh - 200.000 - - 237.325,44 299.048,64 61.723,2
Sumber: Data primer (2018).
Keterangan: CH = curah hujan, Cr = koefisien run off, Vr = volume run off,
∆ Vr = delta volume run off (peningkatan run off antara rona awal dan setelah tahap operasional)
Pada uraian diatas terlihat bahwa peningkatan volume run off lebih rendah
dibanding penurunan infiltrasi. Apabila seluruh kelebihan volume run off dapat
diresapkan kembali ke dalam tanah maka keadaan volume infiltrasi akan menjadi
pulih ke keadaan semula bahkan akan terjadi peningkatan volume infiltrasi yang
lebih baik.
Secara umum, cara pemulihan neraca air adalah dengan pembuatan sumur
resapan atau kolam resapan. Fungsi sumur resapan dapat meresapkan sebagian
atau seluruh air hujan yang tertahan atap bangunan. Kelebihan cara sumur resapan
tidak memerlukan lahan terlalu luas dibanding dengan kolam resapan misalnya.
Run off yang terbentuk pada lahan di pekarangan, infrastruktur (misal jalan dengan
perkerasan yang bersifat porous) dan lahan terbuka lainnya tidak termasuk bagian
air hujan yang dapat diresapkan melalui sumur resapan. Besarnya volume run off
yang harus diresapkan kedalam tanah adalah 61.723,2 m 3/tahun atau 566,35
m3/hari.
Untuk praktisnya, jika dimensi setiap sumur resapan memiliki diameter (Ø) 1 m dan
kedalaman 1 m, kontruksinya menggunakan buis beton maka setiap sumur resapan
dengan dimensi tersebut memiliki daya tampung sebesar 0,785 m 3, dan arah aliran
resapan adalah ke bawah atau secara vertikal.
Harga Q yang diperoleh adalah lebih besar dari kapasitas sumur resapan yang
0,785 m3, sehingga kemampuan daya resap lebih dari cukup. Dengan demikian
maka jumlah sumur yang diperlukan untuk mengembalikan kelebihan run off ke
dalam tanah akibat tertahannya oleh atap bangunan per hari hujan adalah: 566,35
m3/5,898 m3 = 96,024 dibulatkan 96 buah sumur resapan, dengan dimensi sumur
yaitu diameter 1 m dan dalam 1 m.
Untuk mengantisipasi curah hujan di atas rata-rata pada perioda ulang tertentu
maka volume run off akan mengalami peningkatan pula. Dalam kaitan ini maka
direkomendasikan kedalaman sumur resapan yang dibuat sebaiknya 1,5 m.
Penambahan kedalaman sumur ini merupakan upaya pemulihan indeks konservasi
yang lebih baik, yaitu diarahkan pada kondisi run off berkurang 50% dari kondisi
awal dan infiltrasi meningkat 50% dari kondisi awal.
2). Secara teknis dapat menampung jumlah air hujan yang akan diresapkan
2). Tidak ditempatkan pada lereng curam dengan kadar lempung tinggi.
3). Lokasi penempatan sumur yang dinilai lebih baik adalah pada lahan lebih
Dengan demikian ditinjau dari tujuh komponen penentu sifat dampak 5 dampak
negatif penting, diketahui bahwa ada sifat penting dampak menyatakan dampak
negatif penting. Maka dampak peningkatan air larian merupakan dampak negatif
penting (-P).
Besaran Dampak
Besaran bangkitan pergerakan dari fungsi kegiatan dalam suatu sistem aktivitas
dipengaruhi secara umum oleh intensitas kegiatan yang ada, Jenis peruntukan dan
luasan yang di cover oleh aktivitas yang ada juga berperanan penting dalam analisis
bangkitan dan tarikan lalulintas.
Apabila ditinjau secara korelatif ketiga aspek diatas bisa disederhanakan menjadi
satu aspek yaitu intensitas kegiatan menjadi aspek yang lebih penting dengan
asumsi bahwa seberapapun luas suatu area tidaklah dapat dijamin memberikan
pergerakan yang signifikan terkait luasannya. Demikian pula pengelompokan suatu
jenis peruntukkan juga masih berkorelasi dengan intensitas kegiatan yang ada
dalam jenis peruntukannya.
Rasio volume per kapasitas (V/C ratio) saat ini (eksisting) di ruas Jalan yang
dilewati berada pada tingkat pelayanan B yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan
dan gerak kendaraan dibatasi kondisi lalu lintas.
Penambahan jumlah bangkitan dan tarikan lalulintas ini menyebabkan V/C rasio di
Jalan yang dilalui berada pada tingkat pelayanan C yang berarti arus stabil, tetapi
kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan.
Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas jalur yang dilewati oleh alur
operasional Poltekpar Lombok sejauh 500 m dari pintu keluar masuk kegiatan,
sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
Ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, yakni
keresahan masyarakat. Dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif
penting (-P).
Dengan demikian ditinjau dari lima komponen penentu sifat dampak, maka dampak
penurunan gangguan lalu lintas akibat kegiatan operasional Poltekpar Lombok
merupakan dampak negatif penting (-P).
Setelah dilakukan prakiraan besaran dan sifat penting dampak kemudian dilkukan
evaluasi secara keseluruhan yang diuraikan dalam dalam diagram alir dalam
Gambar 4.2 dan Gambar 4.3
PEMBANGUNAN
MOBILISASI ALAT BERAT
MOBILISASI TENAGA SARANA UTAMA SERTA
DAN MATERIAL PEMATANGAN LAHAN
KERJA SARANA PRASARANA
KONSTRUKSI
PENUNJANG
PRIMER
HILANGNYA PENURUNAN
KESEMPATAN ARUS LALU KUALITAS
PELUANG USAHA MATA KONDISI JALAN KEBISINGAN GETARAN AIR LARIAN SANITASI
KERJA LINTAS UDARA
PENCAHARIAN LINGKUNGAN DARI
TIMBULAN LIMBAH
PADAT DAN LIMBAH
CAIR
SEKUNDER
KERESAHAN
MASYARAKAT KUALITAS AIR
PERMUKAAN
OPERASIONAL
PENGOPERASIAN PEMELIHARAAN
MOBILISASI
POLTEKPAR LOMBOK SARANA UTAMA &
TENAGA KERJA
PENUNJANG
PENURUNAN PENURUNAN
KERESAHAN
SANITASI KUALITAS AIR
MASYARAKAT
LINGKUNGAN PERMUKAAN
Kesempatan Kerja
Keresahan Masyarakat
Penurunan kualitas udara bersumber dari mobilisasi alat dan material konstruksi. 4
truk berukuran sedang bermobilisasi setiap harinya untuk membawa material
pengembangan Poltekpar Lombok. Berdasarkan hal tersebut penurunan kualitas
udara berupa debu, NOX, SO2, CO, dan Pb pada udara ambient sepanjang jalan
dan lokasi kegiatan yang dilalui kendaraan. Dampak lanjutan penurunan kualitas
udara tersebut mengakibatkan penurunan kesehatan masyarakat di lokasi dan
sekitar lokasi kegiatan
Peningkatan Kebisingan
Peningkatan kebisingan terjadi akibat mobilisasi alat dan material terutama pada
jalur pengangkutan yang melewati kawasan pemukiman penduduk. Peningkatan
intensitas kebisingan dapat menyebabkan gangguan pendengaran jika terpapar
dalam waktu yang cukup lama dan dalam kisaran bising diatas 70 dBA. Dampak
penurunan kualitas udara dan Peningkatan Kebisingan akan berlangsung selama
kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi akan terjadi di sepanjang jalur
angkut mobilisasi kurang lebih 500 meter sebelum jalan masuk ke tapak proyek
sehingga jumlah manusia yang terkena dampak adalah semua penduduk yang
bermukim di pinggir jalan yang dilalui aktivitas mobilisasi.
Kendaraan yang akan melalui jalan utama akan mengakibatkan kemacetan lalu
lintas serta menurunnya kapasitas jalan. Kesibukan lalu lintas ini akan makin
meningkat seiring dengan pembangunan dan operasional Poltekpar Lombok.
Dampak lainnya berupa peningkatan arus lalu lintas, menurunnya kapasitas jalan,
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan serta penurunan kesehatan
masyarakat.
Penurunan kondisi jalan Raya Praya diakibatkan oleh adanya ceceran material
serta beban mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material. Arus lalu
lintas jalan Raya Praya masih lenggang namun kendaraan berlalu lintas dengan
kecepatan tinggi sehingga penurunan kondisi jalan dapat memperlambat kecepatan
kendaraan dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan.
Kegiatan pematangan lahan akan mengupas lahan dari lahan tertutup vegetasi
menjadi terbuka. Kegiatan tersebut menggunakan eskavator dan akan
menghasilkan debu akibat butir-butir sedimen yang tertiup angin dan emisi gas
buang dari eskavator yang digunakan sehingga akan menyebabkan penurunan
kualitas udara akibat meningkatnya zat pencemar seperti SO 2, NO2 dan CO..
Air Larian
Peningkatan air larian dari kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi ialah
sebesar 42,24 m 3 yang terkonsentrasi pada tempat tertentu berupa cekungan atau
melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng yang ada. Air larian yang terbentuk pada
tahap konstruksi ini menjadi dampak penting pada musim hujan sebab sedimen
akan turut terbawa air larian menuju badan air penerima.
Kegiatan pembangunan sarana utama dan sarana penunjang pada tahap konstruksi
menyebabkan peningkatan air larian sebesar 28,8 m 3 yang berpotensi menjadi
banjir genangan yang terkonsentrasi pada tempat tertentu berupa cekungan atau
melalui alur-alur sesuai kemiringan lereng yang ada. Air larian yang terbentuk pada
tahap operasional ini harus dialirkan melalui saluran drainase dan diresapkan
Penurunan Sanitasi Lingkungan dari Timbulan Limbah Padat dan Limbah Cair
Kegiatan ini akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair dari kegiatan domestik
pekerja serta dari timbulan limbah konstruksi. Air limbah pada tahap konstruksi ialah
80% dari kebutuhan konstruksi yaitu 80% dari 37,6 m 3/hari atau sebesar 30 m3/hari.
Dimana sebanyak 26 m 3/hari berasal dari MCK pekerja. Air limbah akan masuk ke
sarana MCK dan septik tank, dimana lumpur tinjanya akan disedot secara berkala
baik oleh menggunakan mobil pengangkut tinja.
Keresahan Masyarakat
Terdapat kesempatan kerja sebanyak 157 orang dan diprioritaskan tenaga kerja
berasal dari daerah sekitar sesuai dengan keahlian, keterampilan dan kebutuhan,
terutama tenaga kerja non skill. Namun jumlah tersebut tidak seimbang dengan
jumlah penduduk usia kerja yang berharap untuk dapat terlibat dalam kegiatan
operasional kegiatan. Berdasarkan hasil Kosultasi Publik, masyarakat menginginkan
prioritas terhadap tenaga kerja lokal dari penduduk desa Puyung sehingga angka
pengangguran dapat ditekan pada saat konstruksi maupun operasional Poltekpar
Kesempatan Kerja
Dibutuhkan 253 orang tenaga kerja pada tahap operasional, namun pada kondisi
eksisting, Poltekpar Lombok telah memiliki 25 tenaga pengajar dan 18 orang tenaga
kependidikan. Sebanyak 9 orang diantaranya merupakan Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Dengan demikian diprakirakan akan ada peluang kerja sebanyak 157 orang
dan diprioritaskan tenaga kerja berasal dari daerah sekitar sesuai dengan keahlian,
keterampilan dan kebutuhan, terutama tenaga kerja non skill.
Rasio volume per kapasitas (V/C ratio) saat ini (eksisting) di ruas Jalan yang
dilewati berada pada tingkat pelayanan B yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan
dan gerak kendaraan dibatasi kondisi lalu lintas. Penambahan jumlah bangkitan dan
tarikan lalulintas ini menyebabkan V/C rasio di Jalan yang dilalui berada pada
tingkat pelayanan C yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
dikendalikan.
1. Area yang mendapat paparan dari beberapa dampak sekaligus dan banyak
dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat.
Prasarana
Pembangunan Sarana
Poltekpar Lombok
Sarana Penunjang
dan Mahasiswa
Pengoperasian
Penunjang
Material
Komponen
Lingkungan
dan
A Fisik Kimia
1 Penurunan Kualitas udara DPH NTP
2 Peningkatan Kebisingan DPH NTP
3 Getaran NTP
4 Kualitas air permukaan NTP NTP
5 Peningkatan Air larian NP NP
6 Penurunan Kuantitas Air Tanah NTP
7 Peningkatan Arus Lalu lintas NP NP
8 Penurunan Kondisi Jalan NP
B Sosial, Ekonomi dan Budaya
1 Peningkatan Kesempatan kerja PP PP
2 Peningkatan Peluang usaha PP NTP NTP
3 Keresahan Masyarakat NP NP
C Kesehatan Masyarakat
Sanitasi lingkungan dari
1 Timbulan Limbah Padat dan NP NTP
Limbah Cair
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Keterangan: NP = Negatif Penting PP = Positif Penting NTP = Negatif Tidak Penting
PEMBANGUNAN
MOBILISASI TENAGA MOBILISASI ALAT BERAT SARANA UTAMA SERTA
DAN MATERIAL PEMATANGAN LAHAN
KERJA SARANA PRASARANA
KONSTRUKSI
PENUNJANG
PRIMER
PP
NP NP NP
PP NTP NTP NP NP NP
HILANGNYA PENURUNAN
KESEMPATAN ARUS LALU KUALITAS
PELUANG USAHA MATA KONDISI JALAN KEBISINGAN GETARAN AIR LARIAN SANITASI
KERJA LINTAS UDARA
PENCAHARIAN LINGKUNGAN DARI
TIMBULAN LIMBAH
PADAT DAN LIMBAH
CAIR
SEKUNDER
NP
KERESAHAN
MASYARAKAT KUALITAS AIR
PERMUKAAN
NP: Negatif penting PP: Positif Penting NTP: Negatif Tidak Penting
OPERASIONAL
PENGOPERASIAN PEMELIHARAAN
MOBILISASI
POLTEKPAR LOMBOK SARANA UTAMA &
TENAGA KERJA
PENUNJANG
NP
NTP
NTP
Area yang mendapat paparan dari beberapa dampak sekaligus dan banyak dihuni
oleh berbagai kelompok masyarakat, yaitu Desa Puyung, Kecamatan Jonggat
terutama Dusun Waker, Dusun Banket Tengah dan Dusun Bunsumpak, serta
Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya terutama wilkel Embung Bengkel.
Berbagai dampak penting, baik yang bersifat positif maupun negatif pada
hakekatnya harus dilakukan penanganan yang tepat. Untuk dampak yang bersifat
positif, penanganannya ditujukan untuk mempertahankan status dampak tersebut
dan jika memungkinkan perlu dikembangkan semaksimal mungkin, sedangkan bagi
dampak yang bersifat negatif penanganannya ditujukan agar dampak tersebut dapat
ditekan seminimal mungkin dan jika memungkinkan dihilangkan sama sekali.
Dalam sub bab ini hanya diuraikan pengelolaan/penanganan dampak secara umum
atau lebih bersifat arahan saja, sedangkan kajian yang lebih rinci disajikan dalam
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).
Di sekililing unit genset dipasang lapisan kedap suara yang dapat mereduksi
intesitas kebisingan ke lingkungan sekitar.
Pengelolaan sampah dan limbah cair domestik sesuai dengan disain yang
telah direncanakan dalam dokumen ANDAL.
4.3.4 Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak
Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari rencana
kegiatan pengembangan Poltekpar Lombok telah dilakukan secara cermat dan
mendalam pada masing-masing dampak yang dibahas pada BAB IV Prakiraan
Dampak Penting.
Di lokasi kegiatan belum diketahui daya dukung dan daya tampung lingkungan
karena Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah belum menghitung daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup (DDTLH)