Anda di halaman 1dari 39

Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan

PT Indika Energy, Tbk.

BAB V
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dalam bab ini akan dilakukan prakiraan terhadap besaran dan sifat penting
dampak. Dalam melakukan prakiraan besaran dampak, maka hal yang perlu
diperhatikan adalah penggunaan data yang menunjukkan perubahan kualitas lingkungan
dari waktu ke waktu (time series data).
Metode untuk memprakirakan besaran dampak antara lain adalah :
1. metode perhitungan matematis (modeling),
2. percobaan/eksperimen
3. penilaian ahli (professional judgement)
4. metode-metode lain yang dilakukan secara ilmiah (skenario, analogi dan studi
literatur kegiatan serupa).
Adapun metode yang digunakan untuk memprakirakan sifat penting dampak,
antara lain dapat menggunakan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 056/1994 tentang
Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Berdasarkan tabel identifikasi dampak
untuk setiap komponen kegiatan, dilakukan pengkajian dampak penting yang mungkin
timbul. Setiap dampak akan diuji berdasarkan kriteria dampak penting meliputi :
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
b) Luas wilayah persebaran dampak
c) Lamanya dampak berlangsung
d) Intensitas dampak
e) Banyaknya komponen lainnya yang terkena dampak
f) Sifat kumulatif dampak dan
g) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

V-1 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Tabel 5.1. Metode Prakiraan Besaran Dampak Penting


Dampak Penting Metode Prakiraan Dampak
Sumber Dampak
Hipotetik Besaran Sifat Penting
Ruang dan Lahan
1. Terjadinya Tahap Konstruksi Metode matematis dengan PP No. 27 Tahun
gangguan lalu lintas. Pengangkutan alat data hasil traffic counting, 1999
berat dan material Spot speed/moving observatio
Tahap operasi dan visual, sedangkan KepKa Bapedal
Mobilisasi tenaga perkiraan dampaknya secara No. 056 Tahun
kerja matematis dan proyeksi 1994
dengan professional
judgement dari Ir.Eka Nastiti
Widiani.
2. Penurunan Tahap Konstruksi Menggunakan metode
estetika lingkungan. Konstruksi fisik matematis (tahap kontruksi)
Tahap operasi dan analogi DPPL Bank
Pengelolaan limbah Permata Tahun 2008 (tahap
padat operasi)
Tahap
Pascaoperasi
Decomissioning
Geofisika-Kimia
1. Penurunan Tahap Konstruksi Matematis dan dibandingkan PP No. 27 Tahun
kualitas udara & Pengangkutan alat dengan BML 1999
peningkatan berat dan material,
Kualitas Udara:
kebisingan konstruksi fisik a) Peraturan Pemerintah No. KepKa Bapedal
Tahap operasi 41 Tahun 1999 tentang Baku No. 056 Tahun
mobilisasi tenaga Mutu Udara Ambien Nasional 1994
kerja b) Kep. 50/MENLH/XI/1996
Tahap tentang Baku Mutu Tingkat
Pascaoperasi Kebauan
Decomissioning Kebisingan :
Kep.Men LH No. 48/11/1996
tentang Baku Tingkat
Kebisingan.
2. Penurunan Tahap operasi Matematis dan dibandingkan
kualitas badan air Pengelolaan limbah dengan BML (Peraturan
penerima cair Pemerintah No. 82 Tahun
2001) juga analogi dengan
kegiatan DPPL Bank Permata
Tahun 2008 (tahap operasi)
3. Peningkatan air Tahap Konstruksi Metode Matematis dan
larian (hidrologi) Konstruksi fisik Interpretasi
Tahap operasi
Pemeliharaan
Gedung
V-2 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Dampak Penting Metode Prakiraan Dampak


Sumber Dampak
Hipotetik Besaran Sifat Penting
Sosial, Ekonomi, Budaya
1. Adanya Mobilisasi tenaga Proyeksi dengan professional PP No. 27 Tahun
kesempatan kerja kerja tahap judgement 1999
konstruksi dan
operasi KepKa Bapedal
2. Peningkatan Mobilisasi tenaga Proyeksi dengan professional No. 056 Tahun
Perekonomian kerja tahap judgement 1994
Lokal konstruksi dan
operasi
3. Persepsi +/- Tahap Konstruksi Proyeksi dengan professional
Masyarakat Mobilisasi alat judgement
berat dan material,
mobilisasi tenaga
kerja, konstruksi
fisik
Tahap operasi
Mobilisasi tenaga
kerja, pemeliharaan
gedung
Tahap
Pascaoperasi
PHK, Decomissioning
Kesehatan Masyarakat
1. Kesehatan Pembuangan dan Analisis Dampak Kesehatan PP No. 27 Tahun
Masyarakat pengelolaan limbah Lingkungan (ADKL) 1999
padat & cair,
mobilisasi karyawan KepKa Bapedal
dan pengunjung No. 056 Tahun
1994

V-3 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Pada studi ini dilakukan pendekatan secara kuantitatif maupun profesional


judgement terhadap prakiraan dampak komponen sistem transportasi, estetika
lingkungan, kualitas udara dan kebisingan, kualitas badan air penerima, air larian
(hidrologi), kesempatan kerja, perekonomian lokal, persepsi masyarakat dan kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan kriteria dampak penting, dampak yang diperkirakan timbul akan
ditentukan derajat kepentingannya, apakah termasuk dampak penting atau dampak
tidak penting. Selanjutnya dilakukan klasifikasi sifat sampak yang mencakup
penggolongan dampak yaitu dampak negatif maupun dampak positif, serta yang bersifat
langsung dan tidak langsung. Prakiraan dampak penting ini dilakukan berdasarkan pada
tahapan masing-masing kegiatan berdasarkan tempat dan waktu. Dengan cara
demikian, pembahasan selanjutnya dan arahan pengelolaan juga akan mudah dilakukan.

5.1. Tahap Kontruksi


Komponen kegiatan yang dilaksanakan pada tahap konstruksi adalah mobilisasi
alat berat dan material, mobilisasi tenaga kerja dan konstruksi fisik.
Pada kegiatan mobilisasi tenaga kerja, diprakirakan akan memberikan dampak
terhadap peluang berusaha sehingga akan meningkatkan perekonomian lokal. Selain itu
mobilisasi tenaga kerja ini juga akan menimbulkan kesempatan kerja terhadap tenaga
kerja lokal maupun non lokal, bila masyarakat terlalu besar harapannya untuk dapat
diterima bekerja pada kegiatan pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy maka
akan terjadi dampak yaitu timbulnya persepsi negatif masyarakat.
Kegiatan pengangkutan alat berat dan material menimbulkan dampak terhadap
sistem transportasi yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
kemacetan lalu lintas maupun kerusakan jalan. Dampak turunan dari gangguan lalu
lintas adalah penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan serta gangguan
kesehatan masyarakat.
Pada kegiatan konstruksi fisik akan menimbulkan dampak terhadap penurunan
estetika akibat adanya kegiatan pembangunan yang menggunakan alat-alat berat dan
material bangunan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah penurunan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan yang menimbulkan dampak turunan berupa penurunan

V-4 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

kesehatan masyarakat yang diikuti dengan timbulnya persepsi masyarakat terhadap


kegiatan.
Secara umum, aspek yang dikenai dampak dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan
prioritas dampak, yaitu :
1. Dampak Primer
Aspek yang mendapat dampak primer yaitu :
 Adanya kesempatan kerja
 Terjadinya gangguan lalu-lintas
 Peningkatan Air larian (hidrologi)
 Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
 Penurunan Estetika Lingkungan
2. Dampak Sekunder
Aspek yang mendapat dampak sekunder yaitu :
 Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
 Peningkatan Perekonomian lokal
3. Dampak Tersier
 Penurunan kesehatan masyarakat
 Persepsi negatif masyarakat
Penjelasan aspek-aspek yang mendapat dampak akan dijabarkan pada
penjelasan sebagai berikut :

5.1.1. Aspek yang Terkena Dampak Primer


Pada bagian ini akan dipaparkan komponen-komponen kegiatan yang
diprakirakan akan menimbulkan dampak langsung (primer) terhadap komponen-
komponen lingkungan baik dampak positif maupun negatif. Dampak-dampak tersebut
akan dikaji secara cermat dengan metode ilmiah untuk menentukan besaran dan tingkat
kepentingan dampak.

5.1.1.1. Kesempatan Kerja


Rencana pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy di lingkungan
Kelurahan Pondok Jaya akan menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk pekerjaan

V-5 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

konstruksi fisik. Tenaga kerja yang akan diserap adalah tenaga kerja lokal maupun non
lokal. Pemrakarsa akan bekerjasama dengan pihak kontraktor agar dapat
mengutamakan tenaga kerja lokal untuk dapat bekerja di kegiatan konstruksi Gedung
Kantor Pusat Indika Energy.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemrakarsa, tenaga kerja yang dibutuhkan
pada tahap konstruksi adalah 300 orang. Hal ini merupakan dampak positif, yaitu
terbukanya peluang kesempatan kerja bagi penduduk setempat, dengan demikian
kegiatan pembangunan diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Penentuan tingkat kepentingan dampak adanya kesempatan kerja dijelaskan
sebagai berikut:
 Jumlah manusia yang terkena dampak adalah cukup besar yaitu penduduk di
Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Pondok Aren yang dapat diterima bekerja di proyek.
 Luas wilayah penyebaran dampak tidak terbatas di lokasi kegiatan.
 Lamanya dampak berlangsung adalah selama tahap konstruksi berlangsung
 Intensitas dampak kecil karena hanya terjadi pada saat penerimaan tenaga kerja
 Banyaknya komponen lainnya yang terkena dampak adalah berdampak turunan pada
persepsi negatif masyarakat
 Sifat akumulatif dampak: tidak dapat terjadi akumulasi dampak
 Berbalik/tidaknya dampak: sifat dampak dapat dikembalikan (berbalik)
Berdasarkan uraian di atas, terbukanya kesempatan kerja merupakan dampak
positif penting.

5.1.1.2. Gangguan Lalu Lintas


Dalam konstruksi fisik ini akan terjadi mobilisasi kendaraan berat berupa truk-
truk/trailer yang membawa alat-alat berat untuk seluruh kegiatan konstruksi, seperti:
back hoe, buldozer, loader, concret mixer, vibration, mollen, stamper dan mesin
pancang yang keseluruhannya didatangkan dari Tangerang dan Jakarta.
Mobilisasi peralatan tersebut rutinitas pergerakannya relatif sedikit karena
dilakukan sebelum kegiatan konstruksi dimulai dan waktunya lebih pendek, namun dari

V-6 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

segi beban fisik jalan diperkirakan akan berpengaruh karena peralatan diangkut dengan
menggunakan kendaraan trailer yang mampu mengangkat alat berat seberat 8 ton.
Sedangkan Mobilisasi material konstruksi sebagian besar didatangkan dari arah
Tangerang yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemajuan pekerjaan
konstruksi. Meskipun dalam proses pengangkutannya menggunakan moda
pengangkutan yang sesuai dengan daya dukung jalan, akan tetapi rutinitas
pengangkutan yang cukup tinggi akan berdampak besar terhadap kerusakan jalan
Boulevard ROW 50 yang secara langsung akan digunakan sebagai akses pencapaian ke
lokasi proyek. Kondisi ruas jalan jalan Boulevard ROW 50 pada saat ini (saat penyusunan
studi Amdal) menunjukan performansi baik yang ditunjukkan dengan nilai derajat
kejenuhan (DS) masih di bawah standar IHCM untuk kemacetan.
Untuk mengetahui besar bangkitan yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi
bahan material, digunakan asumsi sebagai berikut :
 Moda transportasi yang digunakan adalah jenis truck berkapasitas maximal 8 ton
atau 8 m3 yang disesuaikan dengan kondisi geometri ruas jalan jalan Boulevard ROW 50.
 Waktu jam kerja per hari adalah 12 jam
 Waktu pengambilan material dalam satu tahun maksimal selama 3 bulan atau 90
hari.
 Jenis material yang dihitung adalah material dasar dengan jumlah yang digunakan
maksimal untuk satu tahun.
Karena terbatasnya data kuantitas material bangunan yang akan dipasok, maka
untuk memperkirakan jumlah kendaraan per hari yang akan mempengaruhi jalan kerja
digunakan beberapa asumsi yang dapat dilihat pada tabel berikut :

V-7 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Tabel
Perkiraan Bangkitan Lalu Lintas Selama Masa Konstruksi

Estimasi Asumsi Waktu Waktu Kerja Jumlah Rit Asumsi Jumlah Jumlah Truk per
No Jenis Bahan Satuan
Kebutuhan Tempuh per hari Pengangkutan Truk per Rit hari
per hari
1 Beton Mixed M3 1.500 2 jam 12 jam 10 4 40

2 Pasir M3 400 2 jam 12 jam 10 2 20

3 Bata merah Buah 1.130.000 3 jam 12 jam 10 2 20

4 Semen Sak 2.000 3 jam 12 jam 10 2 20

5 Besi beton Ton Sesuai kebutuhan 2 jam 12 jam 10 2 20

6 Paving Block Buah 184.000 2 jam 12 jam 5 2 10

7 Keramik Dus 10.552 2 jam 12 jam 5 2 10

8 Triplek, gypsum Lembar 3.000 2 jam 12 jam 2 2 4

9 Genting Buah 38.750 2 jam 12 jam 4 2 8

10 Cat Galon 2.800 2 jam 12 jam 4 3 12

Jumlah kendaraan perhari selama tahap konstruksi 164


Keterangan : Asumsi w aktu tempuh = Waktu tempuh pulang pergi sudah termasuk didalamnya kegiatan bongkar muat bahan bangunan dari
daerah asal ke lokasi kegiatan

Dengan menggunakan perhitungan dan asumsi-asumsi tersebut di atas, maka


didapat jumlah truk untuk mobilisasi material adalah sebesar 164 truk/hari, atau rata-
rata sebesar 13 truk/jam pada waktu puncak pekerjaan (Tabel). Dilihat dari jumlah
bangkitan yang ditimbulkan oleh kegiatan konstruksi ini relatif kecil, yakni sebesar 13
truk/jam dan performansi jalan Boulevard ROW 50 masih cukup baik dan moda
kendaraan yang digunakan truck yang mempunyai kapasitas sesuai daya dukung jalan,
maka dampak yang ditimbulkan relatif kecil.
Namun demikian, walaupun jumlahnya relatif kecil namun akan melewati
kawasan CBD Bintaro dan jasa perdagangan lainnya serta jalan Boulevard ROW 50 yang
memiliki peranan penting di Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan uraian di atas,
dampak kegiatan konstruksi terhadap tingkat pelayanan jalan tergolong negatif penting
dengan pertimbangan sebagai berikut :
 Jumlah manusia yang terkena dampak adalah cukup besar, yakni pengguna jalan
Boulevard ROW 50

V-8 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

 Luas wilayah penyebaran dampak tidak terbatas pada lokasi kegiatan, tapi dapat
meluas sampai jaringan jalan di sekitar terutama di kawasan CBD Bintaro.
 Lamanya dampak berlangsung pada tahap konstruksi.
 Intensitas dampak relatif terus menerus, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan
jalan.
 Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak jalan Boulevard ROW 50
 Sifat akumulatif dampak, dapat terjadi akumulasi dampak.
 Berbalik/tidaknya dampak, sifat dampak dapat dikembalikan (berbalik).

5.1.1.2. Estetika Lingkungan Akibat Limbah Padat


Limbah padat akan dihasilkan dari kegiatan Indika Energy, Tbk. Jenis sampah
yang dihasilkan umumnya berupa kertas, plastik, karton/dus bekas kemasan dan
sampah sisa makanan Asumsi timbulan limbah padat atau sampah adalah
3
0,0035 m /orang/hari, maka jumlah sampah yang akan dihasilkan adalah sebesar
3
8,071 m /hari.
Penanganan limbah padat yang berasal dari gedung dikelola dengan cara
dikumpulkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan kemudian dikumpulkan di
Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) yang berukuran 3x3x2 m dengan kapasitas 18m3.
Kantin yang terdapat pada gedung ini merupakan kantin kering. Penyediaan makanan
bekerja sama dengan pihak lain. Kantin hanya berfungsi sebagai tempat makan sehingga
tidak ada aktivitas yang menghasilkan limbah domestik dengan jumlah yang signifikan
secara kontinyu. Pengelolaan sampah akan bekerja sama dengan pihak pengelola
kawasan yaitu PT Jaya Real Property. Sampah yang ditampung di Tempat Penampungan
Semetara (TPS) akan diangkut oleh pihak PT JRP secara berkala.
Dampak limbah padat terhadap estetika lingkungan diperkirakan negatif tidak
penting, karena limbah padat yang dihasilkan hampir seluruhnya berupa kertas. Dan
sampah sisa makanan dapat dipastikan dibawa oleh pihak ketiga (pengelola katering).
Sehingga diperkirakan tidak ada padat yang akan mengganggu estetika lingkungan.

V-9 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

5.1.1.3. Hidrologi
A. Perubahan Fungsi Tataguna Lahan
Pada tahap konstruksi, hal-hal yang diperkirakan memberikan dampak terhadap
aspek hidrologi adalah kegiatan konstruksi fisik yang mengakibatkan perubahan fungsi
tata guna lahan. Pada kondisi rona lingkungan hidup awal (prakonstruksi), lahan di lokasi
rencana pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy Memiliki kemiringan lahan
sekitar 0-3%, dan ditutupi tumbuhan berupa semak belukar sehingga merupakan daerah
yang cukup baik untuk fungsi resapan air hujan (koefisien runoff, Cro, diprakirakan
sebesar 0,30).
Pada tahap konstruksi, lahan di lokasi proyek akan menjadi lahan terbuka yang
dipersiapkan untuk kegiatan konstruksi dan sebagian sudah tertutup bangunan, maka
diprakirakan akan terjadi peningkatan koefisien runoff dari 0,3 menjadi 0,5 sehingga
debit runoff akan meningkat juga, yaitu 461,85 m3/hari-hujan pada kondisi awal
(prakonstruksi) menjadi 706,78 m3/hari-hujan pada tahap konstruksi (Tabel 5.1.).
Peningkatan debit runoff dari seluruh luasan lahan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
3
Pada tahap konstruksi adalah 244,93 m /hari-hujan atau meningkat 53,03 % dari kondisi
awalnya (prakonstruksi).

Tabel 5.1. Debit Runoff dari lokasi Gedung Kantor Pusat Indiak Energy, Tbk. pada
Tahap Konstruksi
Debit Runoff
Tahap Jumlah Dimensi
Tahap Konstruksi
Prakonstruksi Peningkatan Runoff
461,85 706,78 244,93 m3/hari-hujan
Sumber : Hasil Perhitungan 2011.

Bila dikaitkan dengan kriteria dampak, maka dapat disimpulkan bahwa


perubahan fungsi tata guna lahan dapat memberikan dampak sebagai berikut :
 Jumlah manusia yang terkena dampak adalah masyarakat yang tinggal di sekitar
lokasi rencana pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy.
 Luas wilayah persebaran dampak adalah wilayah di sekitar lokasi rencana kegiatan
 Lamanya dampak berlangsung adalah selama tahap konstruksi dan terus menerus
selama beroperasinya Gedung Kantor Pusat Indika Energy Dampak yang berlangsung

V-10 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

adalah meningkatnya kondisi runoff dari kondisi runoff sebelumnya akibat adanya
perubahan fungsi tata guna lahan.
 Komponen lingkungan yang diprakirakan dapat terkena dampak adalah kondisi
badan air atau saluran yang akan menerima peningkatan debit runoff
 Dampak bersifat kumulatif dan tidak berbalik.
Berdasarkan uraian di atas maka perubahan fungsi tata guna lahan dapat
dikategorikan bersifat negatif penting.

B. Beban Banjir Tahunan


Beban banjir maksimum yang akan hadir untuk setiap periode ulang hujan
tahunan tertentu perlu diprediksi untuk mengetahui berapa besar kapasitas saluran
drainase yang dibutuhkan untuk mengantisipasi beban banjir tersebut. Perhitungan
dilakukan dengan mengacu pada hasil penelitian Japan International Cooperation
Agency (JICA) dan Direktorat Jenderal Pengairan (1997), yang telah melakukan analisis
data curah hujan maksimum lebih dari 81 stasiun selama 10 sampai 68 tahun untuk
daerah Jakarta dan sekitarnya yang digunakan adalah model Gumbell.
Berdasarkan data dari stasiun pencatat hujan Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) Pondok Betung dengan periode pencatatan 10 tahun (1998 s.d. 2007) diperoleh
nilai-nilai paarmeter Regresi Gumbel sebagai berikut :
1. Curah Hujan Harian Maksimum Rata-rata (R)
R adalah 118,7 mm/hari-hujan
2. Deviation Standard (Sx)
Sx adalah 33,63
3. Reduced Variate (Yt)
Merupakan fungsi interval waktu sehingga diperoleh reduced variate untuk
setiap periode ulang hujan tertentu pada Tabel 5.2.

V-11 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Tabel 5.2. Reduced Variate untuk Setiap Periode Ulang


Periode Ulang Reduced Variate (Yt)
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2504
15 2,6738
25 3,1986
50 3,9019
100 4,6001
Sumber: Hasil perhitungan, 2011.

4. Reduce Mean (Yn) dan Reduced Deviation Standard (Sn)


Nilai reduced mean dan reduce standard tergantung pada jumlah tahun
pengamatan (N) data curah hujan maksimum. Untuk 10 tahun pengamatan maka nilai
Yn = 0,4952 dan Sn = 0,9496.
Selanjutnya dengan Metode Gumbell didapat curah hujan harian maksimum
untuk periode ulang tertentu seperti tabel di bawah ini :

Tabel 5.3. Curah Hujan Harian Maksimum


Periode Ulang Curah Hujan Maksimum, Rt (mm)
2 113,9918
5 154,3478
10 180,9155
15 214,5455
25 237,4139
50 263,9816
100 113,9918
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011.

Dengan memasukkan harga-harga curah hujan maksimum (Rt) di atas ke dalam


rumus Mononobe :
2/3
R  24 
I  24  
24  t 
Maka diperoleh grafik hubungan antara intensitas hujan maksimum terhadap
durasi hujan yang akan terjadi di lokasi Gedung Kantor Pusat Indika Energy seperti
Gambar 5.1.

V-12 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

1600
PUH 2 tahun PUH 5 tahun
1400 PUH 10 tahun PUH 25 tahun
Intensitas Hujan (mm/jam)

1200 PUH 50 tahun PUH 100 tahun

1000

800

600

400

200

0
0 20 40 60 80 100
Durasi Hujan (menit)

Sumber: Hasil perhitungan, 2011.

Gambar 5.1. Grafik Hubungan Intensitas Hujan dengan Durasi Hujan

Dengan mengabaikan harga evapotranspirasi potensial dan dengan asumsi


bahwa durasi hujan maksimum terjadi selama 30 menit maka perkiraan besarnya beban
runoff maksimum (debit banjir tahunan) yang berasal dari seluruh luasan lahan Gedung
Kantor Pusat Indika Energy berdasarkan perhitungan Rational Method untuk setiap
periode ulangnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4. Beban Runoff (debit banjir tahunan)
Lokasi Gedung Kantor Pusat Indika Energy, Tbk.
Periode Ulang Imax (mm/jam) Beban Runoff (m3/det)
2 24,89525 0,139493
5 33,70881 0,188877
10 39,51106 0,221388
25 46,85569 0,262542
50 51,85004 0,290526
100 57,65229 0,323037
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011.
Air larian (runoff) yang berasal dari Gedung Kantor Pusat Indika Energy akan
dialirkan melalui saluran pembuangan (drainase) yang berupa saluran tertutup (pipa/box
culvert) dan selanjutnya mengalir ke badan air penerima yaitu Kali Tengah. Saluran
tertutup tersebut dengan konstruksi berupa beton (concentrate), diameter saluran

V-13 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

(pada outlet drainase) dari lokasi Gedung Kantor Pusat Indika Energy adalah 0,70 m,
kemiringan saluran 1,57 %, kapasitas rencana 0,754 m3/detik dan debit lapangan yang
terukur sebesar 0,279 m3/detik. Dengan mengasumsikan debit lapangan itu adalah
aliran dasar (base flow) saluran, maka saluran tersebut masih dapat menampung aliran
hingga kondisi aliran puncak (peak flow) dengan peningkatan debit sebesar:
0,754-0,279 = 0,475 m3/detik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saluran
drainase tertutup ini masih dapat mengantisipasi debit banjir tahunan, yang berasal dari
seluruh luasan lahan lokasi Gedung Kantor Pusat Indika Energy hingga periode 100
tahun (Tabel 5.4).
Berdasarkan studi AMDAL Kawasan Central Bussiness District (CBD) Bintaro yang
telah dilakukan, badan air penerima yaitu Segmen Kali Ciputat di Sektor 6, terukur
3
memiliki luas penampang basah 2,70 m dan kecepatan aliran 0,45 m /detik, maka debit
pengukuran sesaat pada segmen tersebut adalah 1,21 m3/det. Sedangkan, luas
maksimum penampang basahnya adalah 5,00 m2 dan kecepatan maksimumnya
2,00 m/det, sehingga kapasitas maksimum salurannya adalah 10 m3/det. Saluran
tersebut masih sanggup menapung beban runoff dari seluruh luasan lahan kawasan
Central Bussiness District (CBD) Bintaro (yang terlingkup di dalamnya lokasi Gedung
Kantor Pusat Indika Energy, Tbk.) dengan periode ulang 15 tahun.
Bila dikaitkan dnegan kriteria dampak, maka dapat disimpulkan bahwa beban
banjir tahunan dapat memberikan dampak sebagai berikut :
 Jumlah manusia yang akan terkena dampak adalah masyarakat yang tinggal di sekitar
lokasi kegiatan, khususnya masyarakat Kelurahan Pondok Jaya
 Luas sebaran dampak adalah daerah sekitar lokasi CBD Bintaro
 Lamanya dampak berlangsung adalah selama tahap konstruksi dan operasional
 Komponen terkena dampak adalah peningkatan debit aliran permukaan pada badan
air untuk setiap periode ulang tahunan tertentu
 Komponen lingkungan yang diperkirakan dapat terkena dampak adalah kondisi
saluran drainase dimana dampak bersifat akumulatif dan tidak berbalik.
Berdasarkan uraian di atas maka debit banjir dapat dikategorikan bersifat
negatif penting.

V-14 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

C. Sumur Resapan Air


Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang merupakan
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan
kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan di atas atap
rumah dan meresapkannya ke dalam tanah (Dephut, 2004).
Untuk mengurangi dampak peningkatan debit runoff dan beban banjir tahunan,
direncanakan pembuatan sumur resapan air pada lokasi proyek pembangunan Gedung
Kantor Pusat Indika Energy dalam kaitannya dengan beban banjir tahunan, manfaat
yang dapat diperoleh dari sumur resapan air adalah mengurangi aliran permukaan dan
mencegah terjadinya genangan air, sehingga dapat memperkecil kemungkinan
terjadinya banjir. Data teknis rencana sumur resapan air (SRA) yang akan dibuat adalah
sebagai berikut :

Tabel 5.5. Data Teknis Rencana Smur Resapan Air


di Lokasi Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Penampang SRA Curah Hujan Luas Permeabilitas
Diameter Luas Keliling Dalam R24 Intensitas Durasi Atap Tanah
2 2
(m) (m ) (m) (m) (mm/hr) (m/jam) (jam) (m ) (m/jam)
1,5 1,76625 4,71 3 118,7 0,025 0,167 9.225 0,125

Untuk satu meter persegi luas penampang bangunan disarankan identik dengan
40 liter atau 0,04 m3 volume sumur resapan. Penentuan jumlah SRA yang dibutuhkan
untk menampung seluruh runoff yang berasal dari luasan atap bagunan Gedung Kantor
Pusat Indika Energy dilakukan dengan cara menghitung kedalaman total SRA dengan
formula berikut:
3
Maka diperlukan = 0,04 x 9.225 x 1 = 369 m
2 3
Volume satu sumur resapan = 3,143 x 0,75 x 3 = 5,3 m

Jadi, sumur resapan yang dibutuhkan adalah = 369/5,3 = 70 buah sumur


resapan.
Berdasarkan uraian di atas, sumur resapan air yang dapat menampung runoff
yang berasal dari atap bangunan pada lokasi rencanan pembangunan Gedung Kantor
Pusat Indika Energy sehingga dapat meminimalisasi peningkatan runoff dan beban banjir

V-15 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

tahunan pada saluran drainase dan badan air penerima, dapat dikategorikan positif
penting.

5.1.1.4. Penurunan Kualitas Udara & Peningkatan Kebisingan


Pada tahap konstruksi kegiatan pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika
Energy Terdapat beberapa kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap
penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan, seperti :
 Pengangkutan alat berat dan material
 Konstruksi fisik
Selain masuk dalam aspek dampak primer, kualitas udara dan kebisingan juga
masuk dalam aspek dampak sekunder. Diprakirakan dari kegiatan tersebut akan
diemisikan partikulat dan gas ke udara ambien serta terjadi peningkatan kebisingan
pada saat aktivitas konstruksi dilakukan.

A. Kualitas Udara
Emisi pencemaran gas dan partikulat terutama berasal dari operasional
angkutan maupun alat berat dan ringan yang menggunakan bahan bakar solar maupun

bensin pada saat konstruksi berlangsung. Emisi gas (seeprti CO, NOx, SO2) dan partikulat

berasal dari pembakaran bahan bakar tersebut.


Prediksi konsentrasi pencemar di udara ambien pada tahap konstruksi relatif
sulit dilakukan dengan tepat, karena banyak sekali faktor ketidakpastian yang
mempengaruhi kondisi prediksi. Prediksi tersulit adalah berkaitan dengan perkiraan
konsentrasi debu terbang akibat mobilisasi kendaraan proyek yang bersifat fugitive atau
sulit untuk dikuantifikasi. Perkiraan peningkatan konsentrasi pencemar di udara ambien
saat konstruksi hanya dapat didekati dengan memprediksi jumlah kendaraan/alat berat
yang dioperasikan, konsumsi bahan bakarnya serta perkiraan laju emisi pencemar yang
akan dihasilkan. Perkiraan emisi gas buang dari kendaraan proyek dapat dilihat pada
Tabel 5.7.

V-16 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Tabel 5.7. Prakiraan Laju Emisi Gas Buang Kendaraan Proyek


Selama Tahap Konstruksi
Konsumsi
Jenis Alat Emisi Gas Buang (Kg/hari)
Jumlah L/hari Bahan Bakar
Berat/Kendaraan
Kg/hari CO NOx SO2 Debu
Excavator 1 45 38,25 1,33875 5,50800 2,02725 0,19890
Dump truck 5 225 191,25 6,69375 27,54000 10,13625 0,99450
Truk Pengangkut 1 45 38,25 1,33875 5,50800 2,02725 0,19890
TOTAL 9,37125 38,55600 14,19075 1,39230
Rata-rata Laju emisi gas buang (kg/jam) 0,00260 0,01071 0,00394 0,00039
Sumber : Analisis berdasarkan Tabel kerja perhitungan beban pencemaran dari sumber
bergerak dari Penilaian Secara Cepat Sumber-Sumber Pencemar Air, Tanah dan Udara.
Untuk memperkirakan konsentrasi pencemar di udara ambien yang diakibatkan
oleh operasional kendaraan proyek saat konstruksi berlangsung, digunakan rumus
Q s , dengan C adalah konsentrasi ambien (g/m3), Q adalah laju emisi
C 
u z

(g/detik/m2), s adalah panjang daerah tinjauan searah dengan arah angin (m), u adalah
kecepatan angin rata-rata (m/dtk), dan z adalah tinggi pencampuran (m).
Hasil perhitungan untuk seluruh parameter diperlihatkan pada Tabel 5. yang
menunjukkan terjadinya peningkatan konsentrasi pencemar di udara ambien.
Peningkatan ini tidak dapat dihindari karena tejadinya kegiatan konstruksi yang memang
mengemisikan sejumlah pencemar ke udara ambien.

V-17 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Tabel 5.8. Perhitungan Konsentrasi Pencemar di Udara Ambien pada Tahap Konstruksi

V-18 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Dari hasil perhitungan konsentrasi pencemar di udara ambien pada tahap


konstruksi menunjukkan bahwa konsentrasi emisi partikulat maupun gas pencemar
pada tahap konstruksi tidak melebihi baku mutu lingkungan yang berlaku. Namun
apabila tidak dilakukan pengelolaan yang tepat dapat menimbulkan dampak terutama
kepada pekerja konstruksi yang akan terkena dampak langsung. Mengingat dampak
yang dapat ditimbulkan, penurunan kualitas udara dikategorikan sebagai dampak
negatif penting.

B. tingkat Kebisingan
Pada masa konstruksi, kegiatan yang diidentifikasi akan meningkatkan nilai
kebisingan adalah kegiatan pengadaan/transportasi alat berat dan material dan
konstruksi fisik. Dalam kegaitan tersebut diperlukan peralatan-peralatan berat atau alat
konstruksi yang nilai kebisingannya diperkirakan seperti yang tercantum dalam
Tabel 5.9.
Dalam prakiraan tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh suatu sumber bising
dari suatu tempat digunakan rumus “Inverse Square Law”. Dalam hal ini sumber bising
dianggap sebagai sumber titik, sehingga beda tingkat suaa antara dua lokasi sama
dengan 20 kali logaritma dari perbandingan jarak kedua lokasi. Hal ini berarti pula
bahwa setiap jarak menjadi sua kali, tingkat suara akan berkurang 6 dB.

Tabel 5.9. Prakiraan Tingkat Kebisingan Akibat Kegiatan Konstruksi apda Berbagai
Jarak dari Sumber Bising
Kebisingan Jarak dari Sumber (meter)
Sumber (dBA) Puncak
7,6 15,2 30,5 61,0 122,0 244,0 486,0
Pick Up Truck 92 78 72 66 60 54 48 42
Dump Truck 108 94 88 82 76 70 64 58
Generator 96 82 76 70 64 58 52 46

Berdasarkan tabel pendugaan tingkat kebisingan pada tahap konstruksi, dapat


dilihat bahwa pada jarak 500 m dari sumber, kebisingan rata-rata mencapai 42-58 dB.
Wilayah penyebaran kebisingan ini relatif sempit (± 500 m dari tempat kegiatan),
sehingga wilayah dampaknya masih terbatas dalam wilayah kerja proyek. Hasil
pengukuran tingkat kebisingan di lokasi kegiatan seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

V-19 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Tabel 5.10. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan


No. LOKASI Kebisingan dB(A)
Sebelah Selatan Lokasi Proyek (Down Wind)
1. 56,9
S. 06o 16’ 27,0” E. 106o 43’ 08,2”
Sebelah Utara Lokasi Proyek (UpWind)
2. 53,4
S. 06o 16’ 25,0” E. 106o 43’ 10,8”
METODE 22-3/IK/UA-0
Sumber : Data Primer Hasil Analisa Lab. Unilab Perdana, Jakarta, 2011.
Keterangan :
*) = Nilai Kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu pengukuran 10 menit dengan interval 5
detik.
 KEP. 48/MENLH/XI/1996 Lampiran I, Baku Mutu Tingkat Kebisingan
1. Pemerintahan dan Fasilitas Umum = 60 dB (A)
2. Perkantoran dan Perdagangan = 65 dB (A)
3. Perumahan dan Pemukiman = 55 db (A)
4. Perdagangan dan Jasa = 70 dB (A)
5. Ruang terbuka Hijau = 50 dB (A)
6. Rekreasi = 70 dB (A)

Dengan baku mutu tingkat kebisingan 65 dBA Keputusan Menteri Lingkungan


Hidup No. Kep. 48/MENLH/XI/1996 Lampiran I tentang Baku mutu Tingkat Kebisingan
untuk Perkankantoran dan Perdagangan diperoleh bahwa hasil pengukuran kebisingan
baik untuk lokasi di sebelah utara maupun selatan lokasi kegiatan menunjukkan bahwa
masih berada di bawah baku mutu yang berlaku. Sedangkan berdasarkan prakiraan
tingkat kebisingan yang ditunjukkan pada Tabel 5. Bahwa pada jarak 500 meter dari
lokasi kegiatan, nilai kebisingan telah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu
antara 42-58 dB. Oleh karena itu, dipandang dari faktor-faktor di atas, kegiatan pada
masa konstruksi kurang menimbulkan dampak yang cukup berarti terhadap peningkatan
kebisingan lingkungan di sekitarnya, maka tergolong negatif tidak penting.

5.1.1.5. Penurunan Estetika Lingkungan


Sebelum adanya kegiatan konstruksi pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika
Energy, Tbk., lokasi kegiatan merupakan lahan kosong yang berada di kawasan Central
Bussines District (CBD) Bintaro Jaya. Kawasan CBD ini memang diperuntukkan bagi pusat
kawasan komersial, termasuk di dalamnya adalah gedung perkantoran.
Kegiatan yang dapat menjadi sumber penurunan estetika lingkungan adalah :
1. tumpukan material dan penyimpanan bahan bangunan selama kegiatan konstruksi.

V-20 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

2. material sisa pekerjaan konstruksi seperti kayu, kerikil, batu, material timbun, aspal,
pasir, baja dan lain-lain.
3. pengoperasian base camp pada tahap operasi.
Di dalam base camp terdapat kegiatan kantor kontraktor, gudang, bengkel,
batching plant, stone crusher, stockpile dan mungkin pembuatan beton pracetak,
penyimpanan peralatan berat, dan barak tempat istirahat tenaga kerja yang terlibat
dalam kegiatan konstruksi (bedeng).
Base camp juga dilengkapi dengan bangunan sanitasi antara lain tempat
sampah, jamban (MCK) dengan spesifikasi yang mengacu kepada standar yang ada
mengenai kapasitas, sistem penyediaan air bersih, bahan bangunan, konstruksi,
plumbing (air bersih, air kotor, drainase).
Besaran dan tingkat kepentingan dampak terhadap estetika lingkungan
dijelaskan sebagai berikut :
a. jumlah manusia yang terkena dampak adalah masyarakat di sekitar lokasi kegiatan,
b. luas wilayah yang terkena dampak terbatas hanya pada Kav. B7/A6 CBD Bintaro Jaya,
c. dampak hanya berlangsung selama tahap konstruksi fisik Gedung Kantor Pusat Indka
Energy,
d. banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah kesehatan
masyarakat dan timbulnya persepsi negatif dari masyarakat sekitar kegiatan,
e. dampak tidak bersifat kumulatif, dan
f. dampak bersifat dapat balik artinya dapat kembali ke kondisi awal.
Berdasarkan uraian tingkat kepentingan dampak tersebut, maka dampak
terhadap estetika lingkungan termasuk dampak negatif tidak penting.

5.1.2. Aspek yang Terkena Dampak Sekunder


Suatu komponen kegiatan dapat memberikan dampak primer dan juga dampak
turunannya, termasuk dampak sekunder. Apabila dampak primer dikelola dengan baik,
dampak turunan tersebut diharapkan dapat dimimalkan, bahkan dihilangkan.

5.1.2.1. Peningkatan Perekonomian lokal


Pengaruh keberadaan kegiatan proyek terhadap masyarakat akan dirasakan
secara langsung oleh masyarakat yang diterima bekerja pada pembangunan Gedung
V-21 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Kantor Pusat Indika Energy Selain itu, peningkatan pendapatan secara tidak langsung
dapat diperoleh dari terbukanya kesempatan berusaha bagi masyarakat yang berada di
sekitar proyek, karena kegiatan konstruksi akan membutuhkan pasokan barang dan jasa,
baik untuk keperluan konstruksi fisik atau keperluan sehari-hari tenaga kerja yang
bekerja di proyek. Masyarakat mendapat kesempatan berusaha dengan berjualan
makanan, toko kelontong, penyewaan tempat tinggal maupun bentuk penyediaan jasa
lainnya.
Apabila diasumsikan satu warung makan dapat melayani 25-50 pekerja dalam
sehari, maka akan ada 6-12 warung yang dapat dibuka oleh masyarakat di sekitar
proyek.
Dilihat dari masyarakat yang terkena dampak adalah masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah studi yang dapat diterima bekerja di proyek dan
masyarakat yang mendapat peluang usaha di sekitar lokasi proyek, dengan waktu
berlangsungnya dampak adalah selama kegiatan konstruksi fisik berlangsung. Walaupun
perekonomian lokal yang tumbuh dari adanya kesempatan bekerja dan peluang
berusaha ini belum dapat diukur secara tepat dan akurat, tetapi dapat diperkirakan
dampaknya adalah sedang. Dengan demikian proyek tersebut berdampak positif
penting terhadap peningkatan perekonomian lokal.

5.1.3. Aspek yang Terkena Dampak Tersier


5.1.8. Persepsi +/- Masyarakat
Komponen kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap
persepsi masyarakat pada tahap konstruksi adalah mobilisasi alat berat dan material,
konstruksi fisik dan mobilisasi tenaga kerja.
Dampak pembangunan apabila tidak dapat dikendalikan atau dikelola dapat
menimbulkan kegoncangan stabilitas sosial, persepsi mengenai kesejahteraan dan
proses pembangunan yang menurun serta tingkat aprtisipasi yang menurun. Untuk
menjamin kualitas hidup manusia dan juga untuk menjaga ketertiban sosial, maka aspek
sosial harus dikelola dalam kebijaksanaan pembangunan secara menyeluruh dan
terencana.

V-22 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Demikian pula halnya pada prakiraan tahap konstruksi rencana pembangunan


Gedung Kantor Pusat Indika Energy persepsi negatif masyarakat dapat muncul apabila
kesempatan kerja yang ada tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh penduduk
setempat ataupun apabila pemilik proyek/kontraktor/investor tidak dapat memeberikan
kesempatan pada penduduk lokal untuk bekerja pada kegiatan konstruksi. Persepsi
negatif ini juga dapat muncul apabila harapan masyarakat terlalu besar untuk diterima
bekerja atau terlibat di dalam kegiatan tersebut.
 jumlah orang terkena dampak yaitu penduduk yang tidak diterima bekerja di proyek,
 lamanya dampak berlangsung adalah pada tahap konstruksi, dan
 dampak bersifat kumulatif karena akan terus berkembang terus sampai tahap
operasi sehingga dampak digolongkan dampak penting.
Timbulnya persepsi negatif masyarakat tergolong dampak negatif penting.

5.1.9. Kesehatan Masyarakat


Kegiatan mobilisasi alat berat dan materian juga konstruksi fisik dalam kegiatan
pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy Akan mengemisikan sejumlah
pencemar dalam bentuk gas dan partikulat ke udara ambien, yaitu dari aktivitas
kendaraan pada saat pengangkutan alat berat dan amterial bangunan. Selain
menurunkan kualitas udara, udara di lokasi proyek pada umumnya masih memenuhi
abku mutu lingkungan dan dampaknya relatif kecil sehingga dampak turunan dari
penurunan kualitas udara terhadap penurunan tingkat kesehatan juga relatif kecil dan
lamanya dampak adalah sementara yaitu pada tahap konstruksi. Dampak kegiatan
konstruksi fisik dan mobilisasi alat berat dan material terhadap kesehatan masyarakat
tergolong dampak negatif tidak penting.

5.2. Tahap Operasi


Komponen kegiatan yang dilaksanakan pada tahap operasi adalah mobilisasi
tenaga kerja dan pengunjung, pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah cair dan
pemeliharaan gedung.
Pada mobilisasi tenaga kerja dan pengunjung akan menimbulkan dampak
berupa gangguan lalu-lintas dan adanya kesempatan kerja. Gannguan lalu lintas akan
memberikan dampak turunan berupa penurunan kualitas udara dan peningkatan
V-23 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

kebisingan yang diikuti dengan penurunan kesehatan masyarakat. Kesempatan kerja


akan menimbulkan dampak turunan berupa meningkatnya perekonomian lokal yang
akan menimbulkan persepsi positif dari masyarakat.
Pengelolaan limbah padat akan menimbulkan dampak berupa penurunan
estetika lingkungan yang memiliki dampak turunan berupa penurunan kesehatan
masyarakat.
Pengelolaan limbah cair akan menimbulkan dampak berupa penurunan kualitas
badan aiar penerima yang juga akan diikuti dengan penurunan kesehatan masyarakat.
Pada kegiatan pemeliharaan gedung, dampak yang akan timbul adalah
peningkatan air larian yang diikuti dengan timbulnya persepsi negatif dari masyarakat.
Secara umum, aspek yang dikenai dampak dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan
prioritas dampak, yaitu :
1. Dampak Primer
Aspek yang mendapat dampak primer yaitu :
 Adanya kesempatan kerja
 Terjadinya gangguan lalu-lintas
 Peningkatan Air larian (hidrologi)
 Penurunan kualitas badan air penerima
 Penurunan Estetika Lingkungan
2. Dampak Sekunder
Aspek yang mendapat dampak sekunder yaitu :
 Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
 Perekonomian lokal
 Penurunan kesehatan masyarakat
3. Dampak Tersier
 Penurunan kesehatan masyarakat
 Persepsi positif atau negatif masyarakat

V-24 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Penjelasan aspek-aspek yang mendapat dampak akan dijabarkan pada


penjelasan sebagai berikut :

5.2.1. Aspek yang Terkena Dampak Primer


Aspek-aspek yang terkena dampak dari kegiatan yang ada di tahap konstruksi
merupakan kegiatan-kegiatan yang berasal dari kegiatan konstruksi pembangunan
Gedung Kantor pusat Indika Energy, Tbk.
5.2.1.1. Kesempatan Kerja
Pada tahap operasi akan ada 2.254 orang karyawan yang akan bekerja di
Gedung Kantor Pusat Indika Energy Karyawan ini merupakan karyawan lama yang telah
bekerja di PT Indika Energy, Tbk. dan berkantor di kantor yang sebelumnya. Namun
demikian, kesempatan kerja tetap terbuka bagi masyarakat, terutama masyarakat lokal
baik yang bersifat unskilled maupun yang skilled sesuai dengan kualifikasi yang
dipersaratkan.
 Jumlah masayrakat terkena dampak adalah masyarakat Kelurahan Pondok Jaya,
Kecamatan Pondok Aren yang dapat diterima bekerja di Gedung Kantor Pusat Indika
Energy, Tbk.,
 lamanya dampak berlangsung adalah selama kegiatan beroperasi,
 dampak bersifat kumulatif,
 komponen lain yang terkena dampak adalah pesepsi masarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka kesempatan kerja merupakan dampak positif
penting.

5.2.1.2. Gangguan Lalu Lintas


Setiap pengembangan kawasan yang sifatnya meningkatkan aktifitas kegiatan
akan memberikan dampak lalu lintas pada jaringan jalan yang ada. Dampak tersebut
tidak saja tambahan kemacetan, tundaan dan waktu perjalanan tetapi juga peningkatan
kebisingan dan penurunan kualitas udara, keamanan serta kenyamanan pengendara dan
pemakai jalan lainnya.
Untuk memprakirakan berapa besar dampak terhadap sistem transportasi akibat
operasional Gedung Kantor Pusat Indika Energy adalah dengan menghitung jumlah
bangkitan yang akan ditimbulkan karena kegiatan tersebut.
V-25 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Bangkitan lalu lintas adalah prakiraan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu
zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan
atau zona. Bangkitan lalu lintas ini mencakup :
 Lalu lintas yang meinggalkan suatu lokasi
 Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi
Tambahan jumlah lalu lintas ini dapat dipilah– pilah atas 3 bagian (Suwarjoko
Warpani : 108) :
a. Tambahan wajar lalu lintas, yaitu tambahan akibat bertambahnya penduduk dan
kendaraan.
b. Lalu lintas bangkitan yaitu tambahan akibat berkurangnya kepentingan sebagai
akibat bertambahnya kesempatan melakukan perjalanan.
c. Perkembangan lalu lintas yaitu tambahan akibat adanya jalan baru.
Prakiraan dampak lalu lintas ini didasarkan pada suatu kondisi jam puncak yang
menunjukkan dampak lalu lintas terbesar. Kondisi puncak ini diwakili oleh suatu
bangkitan lalu lintas per jam yang menimbulkan dampak terbesar. Kondisi puncak
terjadi karena kombinasi lalu lintas sekitarnya (pertambahan wajar kendaraan di Kota
Tangerang Selatan ) dan bangkitan lalu lintas dari pembangunan Indika Energy, Tbk.
Bangkitan lalu lintas dari pembangunan baru hanya difokuskan pada Kondisi lalu lintas
sekitarnya pada saat jam sibuk pagi/siang/malam. Dan mengacu besarnya bangkitan
lalu lintas yang dihasilkan oleh kegiatan perkantoran, mengacu pada hasil studi Kajian
Danayasa City dan BNI City ( Dari buku Perencanaan dan Permodelan Transportasi -
Ofyar Z. Tamin).
Untuk mengetahui besarnya bangkitan lalu lintas yang terjadi, terlebih dahulu
harus diketahui luas bangunan efektif dan penggunaannya terutama untuk kegiatan –
kegiatan lain disekitar lokasi Indika Energy, Tbk. yang juga memberikan andil terhadap
bangkitan lalu lintas yang terjadi. Dengan diketahui luas lahan dan penggunaannya,
maka dapat dihitung total bangkitan dan tarikan lalu lintas dengan menggunakan
standar yang ada, ditunjukkan pada Tabel 5.11.

V-26 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Tabel 5.11.
Tingkat Bangkitan Lalu Lintas Perkantoran
Perkantoran (smp/100m2)
Waktu
Masuk keluar Total
Puncak Pagi 0,73 0,27 1,00
Puncak Siang 0,23 0,22 0,45
Puncak Sore 0,20 0,51 0,71
Sumber : Kajian BNI City LP ITB tahun 1996 (Dari buku Perencanaan dan Permodelan
Transportasi - Ofyar Z. Tamin - FTSP - ITB).

Dengan diketahui luas lahan dan penggunaannya, maka dapat dihitung total
bangkitan dan tarikan lalu lintas dengan menggunakan standar yang ada, Tabel 5.12.
Tabel 5.12.
Prakiraan Bangkitan dari Kegiatan
Sinar Mas Office
Total
Luas Lahan (m2) Waktu Bangkitan Tarikan
Bangkitan
Puncak Pagi 270 100 370
37.043 Puncak Siang 85 81 167
Puncak Sore 74 189 263
Sumber : Analisis dengan asumsi dari Kajian BNI City LP ITB tahun 1996 ( Dari buku
Perencanaan dan Permodelan Transportasi - Ofyar Z. Tamin - FTSP - ITB

Dan besarnya derajat kejenuhan sesudah ada bangkitan dari kegiatan


operasional Gedung Kantor Pusat Indika Energy dilakukan untuk memberikan gambaran
yang lebih baik tentang kondisi jaringan jalan akibat bangkitan yang terjadi dalam
tingkat analisis ruas jalan, dilakukan simulasi distribusi perjalanan. Distribusi jumlah
kendaraan akibat adanya bangkitan Gedung Kantor Pusat Indika Energy di ruas jalan
yang terkena dampak diambil dengan mendapatkan prosentase kendaraan yang berada
di ruas jalan pada kondisi eksisting. Berikut ini adalah besarnya prakiraan derajat
kejenuhan yang terjadi akibat pembangunan PT. Indika Energy, Tbk.
Tabel 5.13. Prakiraan Derajat Kejenuhan

Arus/Volume Derajat Kejenuhan


Kapasitas Q/C
Arah 2011 (Q)
smp/jam
smp/Jam 2011 1016
JRP 1.397,2 1.968,3 0,71 0,85
Fly Over 1.835,7 1.968,3 0,93 0,98
Sumber : Hasil Analisis, 2011.

V-27 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Dari hasil perhitungan akibat tambahan wajar dan bangkitan dari kegiatan
operasional Indika Energy, Tbk. Pada titik pengamatan jalan Boulevard ROW 50 derajat
kejenuhan meningkat walaupun tingkat pelayanan jalan tidak menurun. Walaupun
kenaikan DS yang terjadi tidak merubah tingkat pelayanan jalan. Dan masih sesuai
dengan standar dipersyaratkan menurut KepMen Hub No. KM 14 Tahun 2006 tentang
Manajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan, mensyaratkan bahwa tingkat pelayanan
yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan jalan arteri sekunder,
sekurang-kurangnya C. Namun dengan memperhatikan dampak yang harus diterima
oleh jalan Boulevard ROW 50, yaitu berupa penambahan volume lalu lintas yang
pengaruhnya sangat luas terhadap sistem jaringan di dalam kota dan berlangsung terus
menerus selama kegiatan operasinal, maka dampak yang ditimbulkan tergolong negatif
penting, dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Jumlah manusia yang terkena dampak adalah cukup besar, yakni pengguna simpang
jalan Boulevard ROW 50.
b. Luas wilayah penyebaran dampak tidak terbatas pada lokasi Indika Energy, Tbk.,
walaupun bangkitan dari Indika Energy, Tbk. relatif kecil dibandingkan Bangkitan CBD -
BINTARO secara keseluruhan namun tetap memiliki pengaruh yang besar dan meluas
hingga wilayah regional.
c. Lamanya dampak berlangsung adalah terus menerus selama kegiatan operasional
apalagi ditambah dengan pertambahan wajar lalu lintas Kota Tangerang Selatan dengan
fungsinya sebagai satelit bagi Kota Jakarta.
d. Intensitas dampak relatif terus menerus, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan
jalan dan kemacetan
e. Dampak dapat mempengaruhi komponen lingkungan lainnya terutama masalah
sosial.
f. Sifat kumulatif dampak, dapat terjadi akumulasi dampak
g. Berbalik/tidaknya dampak, sifat dampak dapat dikembalikan (berbalik).

5.2.1.3. Peningkatan Air larian (hidrologi)


Pada tahap pascakonstruksi (pada saat kegiatan operasional Gedung Kantor
Pusat Indika Energy, Tbk., sebagian besar lahan di lokasi kegiatan telah tertutup

V-28 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

bangunan beserta sarana-sarana penunjangnya sehingga akan meningkatkan nilai


koefisien runoff (Cro). Prakiraan nilai koefisien runoff didasarkan pada perhitungan
perincian tata guna lahan seperti pada Tabel 5.14. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa koefisien runoff lokasi pembanguan Gedung Kantor Pusat Indika
Energy Pada tahap pascakonstruksi adalah 0,58. Dengan nilai koefisien runoff tersebut,
besarnya debit runoff yang berasal dari lokasi Gedung Kantor Pusat Indika Energy seluas
3
40.343 m2 pada kondisi pascakonstruksi adalah 819,87 m /hari-hujan (Tabel 5.15.).
Tabel 5.14.
Prakiraan Koefisien Runoff pada Tahap Pascakonstruksi

Luas Lahan Koefesien


No. PERUNTUKAN LAHAN Cro x A
A (m2) Runoff, Cro
1. Bangunan 9.225 0,70 6457,5
2. Jalan 2.944 0,70 2060,8
3. Pedestrian batu alam 2.355 0,70 1648,5
4. Danau 1.169 0,70 818,3
5. Perkerasan paving/grass block 12.420 0,50 6210
6. Penghijauan/taman 12.230 0,20 2446
Luas Total 40.343 3,50 19641,1
Rata-rata Cro 0,58
Sumber: Hasil perhitungan, 2011.

Tabel 5.15.
Debit Runoff dari Lokasi Gedung Kantor Pusat Indika Energy (Operasional)
Debit Runoff
Jumlah
Tahap Tahap Dimensi
Peningkatan
Pra-konstruksi Pascakonstruksi
Runoff
461,85 819,87 358,02 m3/hari-hujan
Sumber: Hasil perhitungan, 2011.

Peningkatan debit runoff pada tahap pascakonstruksi adalah 358,02 m3/hari-


hujan atau terjadi peningkatan 77,52 % dari kondisi awalnya. Sumur resaapn air yang
ada sebanyak 70 buah sumur resapan dapat menampung 369 m3 air, sehingga pada
tahap operasional sumur air resapan tersebut masih cukup untuk menampung runoff
yang meningngkat sebesar 358,02 m3.
Bila dikaitkan dengan kriteria dampak, maka dapat disimpulkan bahwa
pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy memberikan dampak sebagai berikut:

V-29 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

 jumlah manusia terkena dampak adalah masyrakat yang tinggal di sekitar Gedung
Kantor Pusat Indika Energy
 luas wilayah sebaran dmpak adalah wilayah di sekitar lokasi proyek pembangunan
Gedung Kantor Pusat Indika Energy
 lamanya dampak berlangsung terus menerus selama beroperasinya Gedung Kantor
Pusat Indika Energy.
 dampak ynag berlangsung adalah meningkatnya intensitas runoff dari kondisi runoff
sebelumnya akibat sebagian besar lahan yang telah tertutup bangunan sarana-prasarana
penunjangnya.
 komponen lingkungan yang diprakirakan dapat terkena dam pak adalah kondisi
badan air atau saluran drainase yang akan menerima peningkatan debit runoff
 dampak bersifat kumulatif dan tidak berbalik
Berdasarkan uraian di atas maka dampak terhadap hidrologi pada tahap operasi
merupakan dampak negatif penting.

5.2.1.4. Penurunan Kualitas Badan Air Penerima


Kegiatan operasional Gedung Kantor Pusat Indika Energy yang diprakirakan
menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas badan air penerima adalah
pembuangan limbah cair. Untuk memprakirakan besaran dampak, kami analogikan
dengan kegiatan Gedung Kantor Bank Permata Bintaro yang merupakan kegiatan yang
sejenis. Untuk memprakirakan dampak terhadap kualitas badan air penerima
menggunakan rumus :

dimana :
C3 = konsentrasi air drainase setelah bercampur dengan air limbah
Q3 = debit air drainase setelah bercampur dengan air limbah (data sekunder)
C2 = konsentrasi air drainase sebelum bercampur dengan air limbah (pengukuran)
Q2 = debit air drainase sebelum bencampur dengan air limbah (pengukuran dan data sekunder)
C1 = konsentrasi air limbah sebelum bercampur dengan air drainase (data sekunder)
Q1 = debit air limbah sebelumbercampur dengan air drainase (data sekunder)

Hasil perhitungan untuk seluruh parameter kualitas badan air penerima


ditunjukkan pada Tabel 5.16. dan Tabel 5.17.

V-30 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Tabel 5.16.
Nilai Konsentrasi Hasil Analisis Laboratorium dan Standar STP Gedung Kantor Pusat
Indika Energy
Parmeter Satuan Drainase Limbah
BOD mg/L 2 < 5 *)
COD mg/L 7 < 10 *)
TSS mg/L 2 < 5 *)
Keterangan *) : Standar STP Gedung Kantor Pusat Indika Energy.

Tabel 5.17. Nilai Konsentrasi Hasil Perhitungan


Parmeter Satuan Drainase+Limbah BML 1) BML 2)
BOD mg/L 2,13 2 50
COD mg/L 7,27 10 100
TSS mg/L 2,13 50 200
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011
Keterangan:
1
) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
2
) Surat Keputusan Bupati Kabupaten Tangerang No. 545/SK.03.a-Perek/1993 tentang
Peruntukan Baku Mutu Air dan Syarat Baku Mutu Air Limbah Cair yang dapat dibuang Pada Badan
Air di Kabupaten Tangerang

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 5.17. dengan menggunakan desain STP


Gedung Kantor Pusat Indika Energy terlihat peningkatan kadar BOD, COD dan TSS yang
terjadi tidak terlalu signifikan. lImbah cair yang dihasilkan dari kegiatan Gedung Kantor
pusat Indika, Tbk. akan diolah terlebih dahulu melalui sistem STP sebelum dialirkan ke
saluran drainase dan bercampur dengan limbah cair dari kegiatan sekitar. Selain itu,
Gedung Kantor Pusat Indika Energy menerapkan konsep zero waste, artinya tidak
membuang limbah cairnya ke lingkungan. Pembuangan limbah cair ke drainase kawasan
hanya akan dilakukan pada keadaan mendesak yaitu apabila danau dan sumur resapan
sudah terisi penuh.
Secara umum, kualitas limbah cair yang telah diolah memenuhi baku mutu yang
berlaku kecuali untuk BOD sedikit berada di atas BML1). Oleh karena itu, kinerja STP
harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan supaya kualitas limbah cair setelah
pengolahan telah dan tetap memenuhi BML supaya tidak menambha beban pencemar
saluran drainase tersebut.
Akan tetapi apabila ditinjau dari BML2) Surat Keputusan Bupati Tangerang No.
545/SK.03.a-Perek/1993 tentang Peruntkan Banku Mutu Air Limbah Cair yang dapat
Dibuang Pada Badan Air di Kabupaten Tangerang, maka untuk parameter BOD< COD dan

V-31 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

TSS apda saluran drainase yang telah bercampur dengan limbah cair Gedung Kantor
pusat Indiak Energy, Tbk. masih memenuhi BML yang dipersyaratkan.
Oleh karena itu pengelolaan dan perawatan STP harus dilakukan dengan baik
dan secara rutin sehingga STP dapat berfungsi sebagaimana mestinya supaya limbah cair
yang dihasilkan tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan. Oleh karena kualitas saluran
drainase telah melebihi BML1), maka kegiatan pembuangan limbah cair rencana
kegiatan Giant Hypermarket Bintaro Jaya dikategorikan dampak negatif penting.

5.2.1.5. Penurunan Estetika Lingkungan


Kegiatan yang menjadi sumber dampak penurunan estetika lingkungan pada
tahap operasi adalah pembuangan limbah padat sisa setiap kegiatan yang ada pada
Gedung Kantor pUsat Indika Energy limbah padat yang dihasilkan berupa sampah
organik termasuk sampah lingkungan sisa perapihan tanaman, kertas, plastik maupun
sisa kegiatan eprkantoran lainnya.
Sampah tersebut dibedakan menjadi sampah basah dan kering yang akan
ditampung dii TPS pada ruang terpisah. TPS untuk sampah akan diberi AC untuk
menghilangkan bau.
Pertimbangan yang digunakan dalam prakiraan dampak penurunan estetika
lingkungan adalah sebagai berikut :
 Jumlah manusia terkena dampak adalha karyawan yang berkantor di Gedung Kantor
Pusat Indika Energy sebanyak 2.254 orang dan masyarakat sekitar lokasi kegiatan
 Luas wilayah persebaran dampak adalah pada lokasi kegiatan seluas 40.343 m2 dan
kegiatan lain termasuk pemukiman penduduk di sekitar lokasi kegiatan
 Intensitas dampak terjadi terus menerus selama kegiatan beroperasi
 Komponen lain yang terkena dampak adalah pesepsi masyarakat
 Dampak bersifat kumulatif
 dampak bersifat dapat balik (reversible)
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dampak penurunan estetika
lingkungan merupakan dampak negatif penting.

V-32 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

5.2.2. Aspek yang Terkena Dampak Sekunder


5.2.2.1. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
Penurunan kualitas udara dan kebisingan merupakan dampak turunan dari
gangguan lalu lintas yang diakibatkan oleh mobilisasi tenaga kerja. Jumlah karyawan
yang akan berkantor di Gedung Kantor Pusat Indika Energy sebanyak 2.254 orang.
Pada tahap operasi, dampak terhadap penurunan kualitas udara berasal dari
emisi pencemar gas dan partikulat terutama berasal dari operasional kendaraan untuk
angkutan/mobilisasi tenaga kerja dan pengunjung. Kendaraan yang menggunakan bahan

bakar solar amupun bensin akan mengemisikan gas (seperti CO, NOx, SO2) dan partikulat

yang berasal dari pembakaran bahan bakar tersebut.


Seperti yang telah dibahas pada aspek transportasi bahwa setiap pengembangan
kawasan yang sifatnya meningkatkan aktivitas kegiatan akan memberikan dampak lalu
lintas pada jaringan jalan yang ada. Dampak tersebut bukan hanya berupa gangguan lalu
lintas berupa kemacetan, tundaan dan waktu perjalanan tetapi juga peningkatan polusi
baik dari gas buang kendaraan atau dari debu yang beterbangan saat kendaraan lewat.
Selain berpengaruh terhadap kualitas udara, aktivitas kendaraan akibat adanya
operasional Gedung Kantor Pusat Indika Energy untuk mobilisasi tenaga kerja juga akan
berdampak pada peningkatan kebisingan.
Untuk memprakirakan dampak terhadap kualitas udara dan kebisingan
digunakan analogi dengan Gedung Perkantoran Bank Permata yang telah ada di wilayah
CBD Bintaro.
Tabel 5.18. Hasil Analisis Kualitas Udara di Lokasi yang Masih Berupa Lahan
Kosong Dibandingkan Dengan Kegiatan Gedung Perkantoran yang Ada
HASIL
No PARAMETER BAKU MUTU SATUAN
U1 U2 Analogi ***)
3
1. Sulfur Dioksida (SO2) 900 *) µg/Nm 22,7 12,71 26,58
3
2. Karbon Monoksida (CO) 30.000 *) µg/Nm 3437 2165 2.635
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 400 *) µg/Nm3 22,77 13,7 26,99
3
4. Debu 230 *) µg/Nm 44 401 94
5. Hidrogen Sulfida (H2S) 0,02 **) ppm 0,0014 0,0004 0,00072
6. NH3 2 **) ppm 0,0374 0,0167 0,02890
Sumber : Data Primer Hasil Analisis Laboratorium Unilab Perdana, 2011.
Keterangan :
*) : PPRI No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional

V-33 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

**) : KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan


***) : Analogi Gedung Perkantoran Bank Permata di wilayah CBD – Bintaro, Hasil Analisis
Laboratorium 2007.
U1 : Sebelah Selatan Tapak Proyek (DownWind)
U2 : Sebelah Utara Tapak Proyek (Up Wind)
< : Lebih Kecil

Dari hasil laboratorium kualitas udara pada rencana kegiatan Gedung Kantor
Pusat Indika Energy saat ini (lahan kosong) dibandingkan dnegan analogi kegiatan
Gedung Perkantoran Bank Permata yang telah ada di kawasan CBD Bintaro. Dari kelima
parameter untuk udara ambien, seluruhnya masih berada di bawah baku mutu yang
berlaku. Demikina juga untuk hasil analisis laboratorium dari Gedung Perkantoran Bank
Permata sebagai analogi, juga masih memenuhi seluruh baku mutu yang berlaku.
Hasil perbandingan hasil analisis dari dua lokasi kegiatan tersebut, nampak
bahwa peningkatan kadar gas-gas dan partikulat sebelum dan sesudah ada kegiatan
tidak terlalu signifikan dan masih memenuhi baku mutu yang berlaku.

Tabel 5.19. Hasil Analisis Kebisingan di Lokasi Pada Awal Konstruksi Dibandingkan
dengan Kegiatan Sarana Perbelanjaan yang Ada
No. LOKASI Kebisingan dB(A)
1. Sebelah Selatan Tapak Proyek (DownWind) 56,9
2. Sebelah Utara Tapak Proyek (Up Wind) 53,4
3. Analogi Gedung Perkantoran **) 55,3
Baku Mutu 65,0
METODE 22-3/IK/UA-0
Sumber : Data Primer Hasil Analisa Lab. Unilab Perdana, Jakarta, 2011.
Keterangan :
*) = Nilai Kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu pengukuran 10 menit dengan interval 5 detik
**) = Analogi Gedung Perkantoran Bank Permata di wilayah CBD – Bintaro, Hasil Analisis
Laboratorium 2007.
 KEP. 48/MENLH/XI/1996 Lampiran I, Baku Mutu Tingkat Kebisingan
1. Pemerintahan dan Fasilitas Umum = 60 dB (A)
2. Perkantoran dan Perdagangan = 65 dB (A)
3. Perumahan dan Pemukiman = 55 db (A)
4. Perdagangan dan Jasa = 70 dB (A)
5. Ruang terbuka Hijau = 50 dB (A)
6. Rekreasi = 70 dB (A)

Dari hasil pengukuran kebisingan di lokasi rencana kegiatan Gedung Kantor


Pusat Indika Energy, Tbk., nilai kebisingan di lokasi kegiatan masih memenuhi baku mutu
untuk gedung perkantoran yaitu 65 dB(A). Hasil pengukuran kebisingan di lokasi Gedung

V-34 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Perkantoran Bank Permata, yaitu kegiatan sejenis yang telah beroperasi juga
menunjukkan hasil yang masih berada di bawah baku mutu yang berlaku.
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan akan dirasakan oleh
penduduk sekitar terutama yang berbatasan langsung dengan kegiatan Gedung Kantor
Pusat Indika Energy dimana jumlah manusia yang terkena dampak berskala besar.
Lamanya dampak berlangsung adalah selama kegiatan beroperasi. Dampak ini akan
memberikan dampak turunan berupa penurunan kesehatan masyarakat. Berdasarkan
uraian tersebut, sampak terhadapa penurunan kualitas udara dan peningkatan
ekbisingan digolongkan sebagai dampak negatif penting.

5.2.2.2. Perekonomian Lokal


Pada tahap operasi ini, denyut nadi perekonomian lokal masyarakat setempat
dapat tumbuh dan berkembang seiring adanya kesempatan untuk berusaha dengan
memanfaatkan peluang berwiraswasta seperti membuat warung jajanan makanan dan
minuman, membuka/menyewakan rumah tinggal/sewa kontrakan bagi karyawan yang
bekerja di Gedung Kantor Pusat Indika Energy dengan adanya pertumbuhan
perekonomian lokal ini maka akan muncul korelasi antara tingkat pendapatan dan
kesejahteraan penduduk pada wilayah studi utamanya pada daerah sekitar kawasan
kegiatan secara keseluruhan yang akan meningkat pula dan akan berdampak pada
tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Berdasarkan sifat kumulatif dampak, maka dampak kegiatan ini tergolong
penting karena dapat berdampak pada dampak turunan persepsi positif masyarakat,
sehingga dampak ini digolongkan menjadi positif penting.

5.2.2.3. Penurunan Kesehatan Masyarakat


Pada tahap operasi kegiatan Gedung Kantor Pusat Indika Energy, kegiatan yang
diperkirakan berdampak turunan terhadap kesehatan masyarakat adalah mobilisasi
tenaga kerja, pengelolaan limbah padat dan pengelolaan limbah cair.
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja pada tahap operasi dapat menyebabkan
penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan yang merupakan dampak turunan
dari terjadinya gangguan lalu lintas. Dampak lebih lanjut terhadap dampak tersebut
adalah penurunan kesehatan masyarakat seperti peningkatan jumlah kasus ISPA.
V-35 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

Pengelolaan terhadap limbah padat dapat menimbulkan dampak terhadap


penurunan estetika lingkungan. Bangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy akan
dilengkapi dengan TPS Limbah padat yang terpisah untuk sampah basah dan sampah
kering. Untuk sampah basah, akan dilengkapi dengan AC untuk menghilangkan bau.
Pengangkutan limbah padat akan bekerja sama dengan pengelola kawasan yaitu PT Jaya
Real Property yang akan diangkut setiap hari. Pengelolaan yang baik terhadap limbah
padat akan meminimalisasi dampak terhadap lingkungan. Dalam pengangkutan limbah
padat ini, PT Indika Energy, Tbk. harus melakukan koordinasi yang teratur dengan
PT Jaya Real Property supaya tidak terjadi penumpukan sampah. Sampah yang
menumpuk dapat vektor penyakit (lalat, tikus, nyamuk, kecoa, dll) yang pada akhirnya
akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat.
Pengelolaan terhadap limbah cair dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas
badan air penerima. Gedung Kantor Pusat Indika Energy direncanakan akan memiliki
pengolahan terpadu terhadap limbah cairnya yaitu menggunakan IPAL dan prinsip zero
discharge. Namun, apabila limbah cair tidak dikelola dengan baik, maka akan
menyebabkan penurunan terhadap kualitas badan air penerima. Kualitas badan air
penerima yang melebihi baku mutu yang berlaku berdampak turunan terhadap
kesehatan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan dampak yang ditimbulkan dari ketiga komponen
kegiatan pada tahap operasi tersebut, maka dampak penurunan kesehatan masyarakat
merupakan dampak negatif penting.

5.2.3. Aspek yang Terkena Dampak Tersier


5.2.3.2. Persepsi Positif atau Negatif Masyarakat
Komponen kegiatan tahap operasi yang menimbulkan dampak terhadap
persepsi masyarakat adalah :
 Mobilisasi tenaga kerja dan pengunjung
 Pemeliharaan gedung
Persepsi positif masyarakat terhadap operasional Gedung Kantor Pusat Indiak
Energy, Tbk. dapat terbangun karena adanya harapan masyarakat untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan dibukanya peluang bekerja pada

V-36 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

kegiatan Gedung Kantor Pusat Indika Energy namun apabila pada pelaksanaannnya
muncul keterbatasan dan kesempatan penduduk lokal untuk berperan serta dalam
kegiatan operasional Gedung Kantor Pusat Indika Energy baik pada penerimaan tenaga
kerja yang terbatas dan juga kesempatan membuka peluang usaha yang dibatasi maka
pada akhirnya akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat karena tidak
terpenuhinya harapan masyarakata untuk dapat bekerja dan berusaha.
Persepsi negatif juga timbul apabila pemeliharaan terhadap gedung dan sarana
penunjangnya tidak dilakukan dngean baik yang salah satunya dapat meningkatkan air
larian. Jumlah manusia yang terkena dampak adalah masayrakat yang tinggal di sekitar
lokasi kegiatan yaitu masyarakat Pondok Jaya. Lamanya dampak berlangsunga dalah
selama kegiatan beroperasi sehingga dampak terhadap persepsi masyarakat tergolong
negatif penting.

5.3. Tahap Pascaoperasi


Kegiatan-kegiatan pada tahap pascaoperasi adalah akhir semua kegiatan
operasional. Kegiatan pada pascaoperasi meliputi :
 Pemutusan hubungan kerja (PHK) secara bertahap
 Decommisisoning bangunan dan fasilitas penunjangnya termasuk pengalihan
kepemilikan gedung ataupun pembongkarannya sesuai dengan peraturan-peraturan
yang ditetapkan oleh dinas terkait.
Pada tahap pascaoperasi ini, aspek yang dikenai dampak pada tahap ini, yaitu :
1. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
2. Penurunan Kesehatan Masyarakat
3. Persepsi Masyarakat
Penjelasan dari aspek-aspek yang mendapat dampak akan dijabarkan pada
penjelasan di bawah ini :

5.3.1. Dampak Primer


5.3.1.1. Penurunan Kulalitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
Pada pelaksanaan kegiatan decommisioning akan dilakukan kegiatan
pembongkaran bangunan sehingga akan meningkatkan emisi gas dan partikulta di
udara. Emisi pencemar gas dan aprtikulat pada saat pembongkaran berisfat sementara
V-37 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

sehingga dampak terhadap konsnetrasi gas maupun partikulat di udara termasuk dalam
kategori negatif tidak penting.
Dalam kegiatan tersebut diperlukan peralatan-peralatan berat/alat-alat yang
hampir sama dnegan keperluan untuk onstruksi yang nilai bisingnya diperkirakan seperti
tercantum pada Tabel 5.
Dalam pendugaan tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh suatu sumber bising
dari suatu tempat digunakan rumus “Inverse Square Law”. Dalam hal ini sumber bising
dianggap sebagai sumber titik, sehingga beda tingkat suara antara dua lokasi sama
dengan 20 kali logaritma dari perbandingan jarak kedua lokasi. Hal ini berati pula bahwa
setiap jarak menjadi dua kali, tingkat suara akan berkurang 6 dB.

Tabel 5.20. Prakiraan Tingkat Kebisingan Akibat Kegiatan Pembongkaran pada


Berbagai Jarak dari Sumber Bising
Kebisingan Jarak dari Sumber (meter)
Sumber Puncak
dB(A) 7,6 15,2 30,5 61,0 122,0 244,0 486,0
Pick Up Truck 92 78 72 66 60 54 48 42
Dump Truck 108 94 88 82 76 70 64 58
Generator 96 82 76 70 64 58 52 46

Berdasarkan tabel pendugaan tingkat kebisingan pada tahap pascaoperasi,


dapat dilihat bahwa pada jarak sekitar 500 m dari sumber, kebisingan rata-rata
mencapai 42-58 dB(A). Wilayah penyebaran ini relatif sempit ( 500 m dari tempat
kegiatan, sehingga wilayah dampaknya masih terbatas dalam wilayah kerja
decomisioning). Selian itu, sifat kebisingan yang ditimbulkan tidak terus menerus dan
tidak berlangsung lama. Oleh karena itu dipandang dari faktor-faktor tersebut di atas,
kegiatan pada saat pembongkaran kurang menimbulkan dampak yang cukup berarti
terhadap kebisingan lingkungan di sekitarnya atau negatif tidak penting.

5.3.2. Dampak Sekunder


5.3.2.1. Penurunan Kesehatan Masyarakat
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan yang diakibatkan oleh
kegiatan decommisioning dapat menimbulkan dampak turunan terhadap kesehatan
masyarakat. Pembongkaran bangunan akan meningkatkan debu di udara yang dapat

V-38 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy
Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan
PT Indika Energy, Tbk.

menyebabkan penurunan kesehatan masyarakat seperti meingkatnya jumlah penderita


ISPA. Jumlah manusia yang terkena dampak adalah masyarakat Kelurahan Pondok Jaya
khususnya pemukiman di sebelah timur lokasi rencana kegiatan. Namun, dampak hanya
berlangsung dalam waktu yang cukup yaituselama proses pembongkaran bangunan dan
akan berhenti apabila proses pembongkaran bangunan telah selesai sehingga dampak
penurunan kesehatan masyarakat merupakan dampak negatif tidak penting.

5.3.3. Dampak Tersier


5.3.2.1. Persepsi Masyarakat
Kegiatan PHK dan decommisioning akan memberikan dampak turunan pada
terpengaruhnya kondisi perekonomian masyarakat sekitar kegiatan secara keseluruhan
yang menurun dengan tutupnya warung makan/minum dan tidak tersewanya rumah
kontrakan akibat berkurangnya atau tidak adanya karyawan/karyawati yang bekerja
akibat PHK. Setelah pascaoperasi tentunya akan berdampak pada persepsi masyarakat
yang negatif bila tidak dikelola dengan baik. Jumlah manusia yang terkena dampak
adalah seluruh pekerja yang bekerja di Gedung Kantor Pusat Indika Energy lamanya
dampak berlangsung adalah selama tahap pascaoperasi dan terus berlangsung sampai
masalah terselesaikan, sehingga dampak terhadap persepsi masyarakat tergolong
negatif penting.

V-39 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)


Rencana Pembangunan Gedung Kantor Pusat Indika Energy

Anda mungkin juga menyukai