Anda di halaman 1dari 40

ANALISA KASUS

I. Bila Saudara diangkat sebagai Direktur RS dimaksud dengan pendidikan


yang Saudara peroleh sebagai MARS langkah-langkah apa yang Saudara
Iakukan ? Tentukan prioritas masalah dengan analisis yang dapat
dipertanggung jawabkan ? Tentukan mana yang lebih dahulu
dilaksanakan? Jelaskan 2rofess alasannya
Dari uraian permasalahan di atas, maka saya sebagai direktur langkah pertama
yang akan saya Iakukan adalah menyusun program kerja berdasarkan prioritas
masalah yang berada di rumah sakit, adapaun langkah pertma yang akan saya
Iakukan adalah menyusun daftar masalah yang ada di rumah sakit.
DAFTAR MASALAH
No Pernyataan Masalah
Belum diberlakukannya Hospital 2rofe (Corporate Medical dan Staff
ByLaw) di rumah sakit
2. Kurangnya tenaga 2rofessionaI sesuai dengan klasifikasi rumah sakit tipe B
3. Ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana penunjang kegiatan operasional
rumah sakit dengan klasifikasi tipe B

4. Struktur oganisasi rumah sakit tidak berjalan sesuai dengan peraturan


perundangan

5. Respon time dan waktu tunggu pelayananan rawat inap yang panjang

6. Tingginya nilai overbudgeting klaim BPJS


7. Tingginya angka gagal klaim BPJS dan pasien covid-19 Kemenkes
8. Tidak terlaksananya proses kredensialing staf medis dan keperawatan

9. Tingginya tingkat 2rofessi pasien


10. Tidak adanya kebijakan tentang pendelegasian tugas dan wewenang staf
1 1. Tidak adanya dewan pengawas
12. Defisit keuangan rumah sakit
Penyusunan prioritas masalah dengan metode CARL
No Masalah A
R L Nilai Rank
Belum diberlakukannya Hospital 3 3 2 5 90 2
3rofe (Corporate Medical dan Staff
ByLaw) di rumah sakit

2. Kurangnya tenaga 3rofessionaI sesuai 2 2 3 3 36 7


dengan klasifikasi rumah sakit tipe B

2
3. Ketersediaan fasilitas dan sarana 4 2 3 3 72 3
prasarana penunjang kegiatan
operasional rumah sakit dengan
klasifikasi tipe B
4. Struktur oganisasi rumah sakit tidak 2 3 3 2 36 8
berjalan sesuai dengan peraturan
perundangan
5. Respon time dan waktu tunggu 2 3 2 2 24 9
pelayananan rawat inap yang panjang

6. Tingginya nilai overbudgeting klaim 3 4 2 2 48 5


BPJS
7. Tingginya angka gagal klaim BPJS 2 3 3 3 54 4
dan pasien covid-19 Kemenkes
8. Tidak terlaksananya proses 5 3 3 45 6
kredensialing staf medis dan
keperawatan
9. Tingginya tingkat 3rofessi pasien 10
10. Tidak adanya kebijakan tentang 3 4 12 11
pendelegasian tugas dan wewenang
staf

I Tidak adanya dewan pengawas


I.
12. Defisit keuangan rumah sakit

323 90
5 1
Pelaksanaan 3rofess yang akan saya lakukan sebagai direktur rumah sakit adalah
sesuai dengan ranking masalah yang telah saya susun berdasarkan skor penilaian
prioritas masalah. Alasan urutan pemecahan masalah yang saya susun yaitu sesuai
dengan metode CARL yang saya gunakan Metode CARL adalah metode yang cukup
baru di bidang kesehatan. Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data
kualitatif. Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, seperti
kemampuan, kernudahan, kesiapan, serta pengungkit. Semakin besar skor semakin
besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan
metode CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola
program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan masalah. Metode
CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria
CARL tersebut mempunyai arti :

3
C= Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana

dan peralatan)

A= Accessibility

yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan dapat
didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknoloi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan atau juklak.

R: Readiness
yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi.

L = Leverage
yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.

2. Bagaimana Saudara melakukan pembenahan dibidang Pelayanan,


Pendidikan,Tata Kelola RS ,SPA dan Keuangan,Jasa pelayanan dll
Jelaskan pula cara mengatasi kekurangan dokter,pengaturan
pelayanan,pendelegasian tugas dari dokter ke Perawat dan upaya apa
supaya dapat mengikuti akreditasi . Uraikan pembenahan tiap-tiap bidang
secara jelas dan lengkap sesuai kasus dimaksud

a. Pembenahan di bidang pelayanan


Dalam hal melakukan pembenahan budaya ini, tentunya menyangkut perilaku atau
kebiasaan yang telah lama terbentuk di lingkungan RS. Maka pembenahan di
bidang ini harus berlangsung secara berkesinambungan yaitu

a) Membentuk tim yang akan merumuskan poin-poin perubahan budaya kerja

b) Menetapkan standar pelayanan kepada tamu, pasien, keluarga pasien dalam


menjawab pertanyaan baik secara tatap muka maupun melalui alat
komunikasi. Sebagai contoh standarisasi Greeting via telepon "Selamat
Pagi/Siang/Sore/MaIam dengan RS "A" dengan "nama" 4rof dibantu?
c) Membuat program-program yang dapat menstimulasi agar semua sumber
daya manusia di RS terbiasa dengan kebersihan ruang kerja, ruang klinik,
ruang perawatan, dan lain lain.

4
d) Membuat program-program yang dapat menstimulasi SDM RS agar peduli
terhadap kepentingan pasien dan keluarganya seperti reward kepada medis,
5rofessio, dan karyawan yang memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,
keluarga pasien dan lingkungan kerja RS.
b. Pembenahan pendidikan dan pengembangan staf
Pengembangan SDM tidak hanya dilakukan dikalangan masyarakat saja
namun juga dilakukan di perusahaan dengan mengembangkan potensi
karyawannya. Strategi pengembangan SDM yang dilakukan Oleh perusahaan
adalah .
a) Memberi kesempatan kepada karyawan untuk menyalurkan ide dan
gagasan
Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mau menerima ide
dan gagasan dari para karyawannya. Dalam suatu perusahaan, karyawan
juga berkontribusi dalam mengembangkan perusahaan atau sebagai roda
penggerak suatu perusahaan.
Karyawan juga butuh dihargai dengan menyediakan tempat untuk
mencurahkan semua ide dan gagasan yang mereka punya. Tidak
dipungkiri bahwa karyawan juga memiliki ide dan gagasan yang lebih
fresh dan lebih potensial. Dengan memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk menyalurkan ide mereka, berarti membiarkan karyawan
tersebut berkembang dan mengembangkan potensi yang mereka miliki.
Hilangkan sikap otoriter yang tidak ingin mendengarkan ide, gagasan
ataupun saran dari karyawannya karena hal tersebut hanya akan membuat
karyawan menjadi tidak berkembang dan kurang produktif serta
membentuk karyawan sebagai sebuah mesin untuk bekerja.

b) Memberi penghargaan.
Memberi penghargaan kepada karyawan merupakan salah satu strategi
pengembangan SDM, mengapa?
Karena pemberian penghargaan merupakan satu bentuk apresiasi yang
diberikan Oleh perusahaan kepada karyawannya. Dengan adanya
pemberian penghargaan kepada karyawan berprestasi, hal tersebut akan
membuat karyawan lainnya termotivasi untuk dapat menjadi lebih baik.
Hal tersebut akan memberi kontribusi besar terhadap perusahaan dalam
mengembangkan perusahaannya.

c) Mengadakan pelatihan.
Pelatihan dilakukan bukan semata-mata untuk pribadi karyawannya saja,
namun juga perusahaannya. Perusahaan tidak akan berkembang tanpa
karyawan yang memiliki keterampilan dan minat kerja yang tinggi.
Dengan adanya pelatihan, diharapkan mampu menggali potensi para
karyawan dan mengembangkan keterampilan yang mereka miliki.
Demikian beberapa strategi pengembangan SDM untuk membentuk
SDM yang berkualitas yang memiliki keterampilan dan meningkatkan
kemampuan dalam bekerja

5
c. Pembenahan tata kelola rumah sakit, keuangan dan jasa pelayanan
Rumah sakit harus 6rof merumuskan kebijakan — kebijakan strategis antara
Iain efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM) serta harus
mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan
pelayanan kepada pasien. Karena manajemen rumah sakit yang baik pastilah
harus 6rof melakukan pelayanan yang 6rofession, inovatif, efektif, efisien
dan menguntungkan. Jika hal tersebut diabaikan, dapat dipastikan pasien
tidak akan dapat tertangani secara keseluruhan. Berikut adalah tips untuk
mengelola manajemen rumah sakit supaya menjadi efektif dan efisien .
a) Menyimpan dokumen atau arsip rumah sakit secara terstruktur
Seringkali kita menyepelekan mengenai peletakan dan penyimpanan
dokumen yang tidak tertata dan terstruktur dengan baik, sehingga dapat
membingungkan ketika pegawai Iain hendak melakukan pencarian
dokumen tersebut atau bahkan 6rof terselip tidak sesuai dengan
tempatnya. Maka dari itu, sebuah dokumen hendaknya disusun secara
terstruktur rapi sesuai abjad atau sesuai tanggal kalender sehingga tidak
akan terjadi
b) Rutin mengecek persediaan barang
Hal ini 6rof dikatakan sepele namun krusial. Mengapa? Karena
kelengkapan alat termasuk tersedianya Obat dapat mempengaruhi kualitas
dari manajemen rumah sakit itu sendiri, sehingga apabila hal tersebut
terus dibiarkan akan berdampak pada kepuasan pasien yang mana
seharusnya mereka mendapatkan pelayanan yang bagus namun ternyata
mengecewakan

c) Jangan membuat pasien menjadi bingung karena pelayanan yang rumit


Masih 6rof kita jumpai pada beberapa rumah sakit atau faskes yang
memiliki pelayanan yang rumit dan tidak terintegrasi. Seharusnya hanya
dengan sekali daftar, langsung dapat akses ke semua bagian pelayanan
tanpa perlu daftar kembali pada bagian yang Iain
d) Menggunakan teknologi software untuk mempercepat efisiensi pekerjaan
Biasanya seringkali kita temui rumah sakit atau klinik yang ramai pasien
namun dalam hal penanganan Iambat karena masih menggunakan cara
manual untuk melakukan penginputan data informasi pasien, sehingga
pasien harus menunggu lama untuk dapat menemukan data informasi
milik pasien tersebut. Bila sudah begini, pasien menjadi enggan atau
bahkan menjadi kesal karena harus menunggu lama. Oleh sebab itu, agar
kinerja pegawai menjadi lebih mudah dan semua layanan yang ada di
rumah sakit atau faskes dapat terintegrasi dengan baik maka seharusnya
rumah sakit menggunakan teknologi software untuk mengelola
manajemen rumah sakit.
d. Pembenahan pengaturan pelayanan
a) Edukasi staf medis untuk menginformasikan biaya riil kepada pasien sebelum
dilakukan tindakan medis
Salah satu langkah yang penting adalah melatih staf untuk
menginformasikan kepada pasien lebih awal, tentang tahapan-tahapan
penanganan atau pengobatan pasien dan menginformasikan berapa

6
perkiraan biaya serta memastikan bahwa pasien akan sanggup untuk
membayar tagihan mereka. Konsumen sekarang membutuhkan rumah
sakit atau klinik yang menawarkan informasi biaya riil sebelum
menyetujui layanan medis, yang merupakan satu kekurangan dan telah
menjadi masalah tersendiri dalam manajemen rumah sakit di masa Ialu
b) Kemudahan dengan metode pembayaran online
Memberikan pilihan kepada pasien untuk transaksi dalam mebayar
tagihan, terintegrasi dengan berbagai macam metode pembayaran seperti
transfer, visa/master, e-money (OVO, Dana, Linkaja, dll), hal ini
dimaksudkan agar pasien merasa jauh lebih nyaman dan cepat dalam
bertransaksi
c) Memanfaatkan analisis data untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang siklus pendapatan
Analisis siklus pendapatan dan pemanfaatan data keuangan adalah kunci
untuk membuat siklus pendapatan lebih terlihat. Pelaporan yang kuat
disarankan untuk mengoptimalkan manajemen siklus pendapatan
kesehatan. Agar dapat mengelola siklus pendapatan, pengukuran, dan
analisis data dengan lebih baik akan menjadi keharusan. Pemantauan
sistem untuk melacak kesehatan siklus pendapatan juga penting.
d) Meningkatkan kemungkinan pasien membayar tagihan tepat waktu Salah
satu cara untuk meningkatkan manajemen siklus pendapatan adalah dengan
menargetkan pasien untuk pembayaran tepat waktu. Hal ini juga dapat
menurunkan beban biaya di rumah sakit. Penggunaan teknologi untuk
mendukung ini sangat disarankan, karena teknologi ini dapat memanfaatkan
nilai kredit dan data keuangan lainnya dari rekaman tagihan pasien.

e. Upaya mengikuti akreditasi


Rumah sakit melakukan pembenahan dari semua Sisi agar memnuhi
elemenelemen yang ada di semua aspek penilaian akreditasi. Hal pertama
yang harus dilakukan ialah rumah sakit menyusun HBL, dilanjutkan dengan
melakukan kejian semua elemen akreditasi dan memenuhi semua unsur
penilaian akreditasi rumah sakit.

3. Konsepkan HBL ( Corporate Bylaws dan MBSL), untuk Rumah Sakit tersebut
secara lengkap sesuai kebutuhan dalam pembenahan RS dengan tahapan
penyusunannya dan pelaksanaannya termasuk Kebijakan,Pedoman dan SOP
yg harus dibuat mengatasi semua masalah di RS. Uraikan kebijakan,
Pedoman, SOP sesuai kasus dimaksud
a. Corporate by laws
KEPUTUSAN DIREKTUR
PT. D'TAPATZ FAMILY GROUP
No. : OlA/SK-DlR/DTFG-RSDS/l/2020
Tentang
PENETAPAN PERATURAN KORPORASI (CORPORATE
BYLAWS)
Menimbang a. Bahwa dengan mendirikan dan menjalanakan usaha
dalam bidang kesehatan dengan kegiatan operasional
Rumah Sakit memerlukan kejalasan operasional
sebagaimana perundangan yang berlaku.

7
b. Untuk menjalankan operasional rumah sakit diperlukan
pengaturan yang jelas agar operasional rumah sakit
berjalan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku .
C. Bahwa sehubungan dengan butir "a" dan "b" diatas
perlu disusun peraturan internal yang sesuai dengan
kaidah perumahsakitan dan peraturan perundangan yang
berlaku.
Mengingat
I. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
2. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 722 Tahun
2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital By Law);
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 722 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di
Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013
tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN
Pertama Mengesahkan peraturan korporasi (Corporate By Law) Rumah Sakit
Damai Sejahtera sebagaimana terlampir dalam Surat
Keputusan Ini.
Kedua Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan
sampai dengan adanya pencabutan kembali. Apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Sentani
Tanggal 3 Januari 2020
PT. D'Tapatz Family Group

YUSAK TAPAT KEDING, MARS


Direktur

Lampiran SK No. No. : OlA/SK-DIR/RSDS/V2020

PERATURAN KORPORASI (CORPORATE BY LA"


RUMAH SAKIT SEMANGAT MEDIKA
MUKADIMAH

8
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit selalu melibatkan
banyak tenaga, baik tenaga medis maupun tenaga non medis, kegiatan yang
dilakukan bukan hanya kegiatan tunggal, namun serangkaian kegiatan yang satu
dengan Iainnya saling berkaitan sebagai suatu kegiatan yang berkesinambungan
dan membutuhkan koordinasi yang sangat teliti, agar dicapai penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang optimal.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan yang dahulu dianggap sebagai lembaga
pelayanan sosial yang kebal hukum berdasarkan doctrin of charitable immunity,
di mana hubungan antara Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien terjadi
karena hubungan emosional dan kepercayaan semata, kini telah berkembang dan
berubah menjadi hubungan hukum yang berdasarkan kepada kesetaraan dan
keterbukaan, di mana terdapat hak dan kewajiban yang timbal balik antara para
pihak yang terkait di dalam proses penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Diberlakukannya Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit membawa era baru bagi penyelenggaraan rumah sakit, yakni
ditentukannya banyak hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan rumah sakit
secara hukum, sehingga dapat dikatakan era kepastian hukum telah dimulai,
semua pihak yang terlibat harus menyadari terhadap hak dan kewajiban masing-
masing, baik dalam hubungan hukum antara rumah sakit, tenaga kesehatan dan
pasien, begitu juga pemenuhan persyaratan-persyaratan baik teknis maupun non
teknis yang harus dipenuhi, yang salah satunya adalah kewajiban rumah sakit
untuk membuat Peraturan Internal Staf Medis, karena Staf Medis adalah inti dari
kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Pasal 29 ayat (I) butir r IJndang-lJndang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, mengamanatkan bahwa setiap Rumah Sakit berkewajiban
menyusun dan melaksanakan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
Bylaws), menentukan bahwa setiap rumah sakit berkewajiban menyusun dan
melaksanakan Pengaturan Internal Rumah Sakit dalam bentuk "Peraturan
Internal Rumah Sakit" . Keberadaan Corporate By Law tidak hanya dimaksud
memenuhi persyaratan atau kelengkapan izin penyelenggaraan suatu rumah
sakit, namun juga menjadi pedoman mekanisme kerja dan panduan dalam
penyenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Damai Sejahtera.

BAB I KETENTUAN
UMUM Pasall
Dalam Keputusan Direktur ini, yang dimaksud dengan:
I. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
2. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Damai Sejahtera yang merupakan
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna pada tingkat rujukan yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat

9
3. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Damai Sejahtera yang secara
tekhnis medis dan teknis operasional bertanggung jawab kepada
Direktur Corporate PT. D'Tapatz Family Group.
4. Tata Kelola Korporasi (Corporate Bylaws) adalah peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham sebagai pemilik dengan
Dewan Pengawas, Pejabat PengeIoIa,Staf Medis dan staf
keperawatan rumah sakit beserta fungsi,tugas, tanggungjawab,
kewajiban, kewenangan danhaknya masing-masing.
5. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah
spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimal yang diberikan
oleh Rumah Sakit kepada masyarakat
6. Rencana Bisnis Anggaran yang selanjutnya disingkat RBA adalah
dokumen perencanaan bisnis danpenganggaran tahunan yang berisi
program, kegiatan,target kinerja dan anggaran.
7. Staf Medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis dandokter gigi
spesialis yang bekerja purna waktu maupunparuh waktu yang
mempunyai penugasan klinis di unit pelayanan rumah sakit.
8. Kelompok Staf Medis yang selanjutnya disingkat KSM adalah
kumpulan staf medik fungsional dengan keahlian sama atau serupa
9. Instalasi pelayanan adalah unit kerja yang menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, yaiturawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat
intensif,kamar operasi, kamar bersalin, radiologi, laboratorium,rehabilitasi
medis dan Iain-lain
10. Satuan Pemeriksa Internal adalah perangkat rumah sakit yang
bertugas melakukan pemeriksaan, pengawasan dan pengendalian
internal dalam rangka membantu Direktur untuk meningkatkan
kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial
sekitarnya (social responsibility) dalam menyelenggarakan bisnis
yang sehat

II. Komite Rumah Sakit adalah perangkat khusus yang dibentuk dengan
keputusan Direktur sesuai dengan kebutuhan rumah sakit untuk tujuan dan tugas
tertentu.
12. Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola
klinis
(clinical govemance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalis melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medik, dan pemeliharaan etika dan
disiplin profesi medik.
13. Komite Keperawatan adalah Kelompok Tenaga Keperawatan diRumah Sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesiperawat.
14. Komite Etik dan Hukum adalah wadah non-struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau
profesi dan keanggotaannya dipilih serta diangkat Oleh Direktur.
15. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah wadah non-struktural yang
melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan terhadap pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit
16. Komite Farmasi danTerapi adalah wadah non-struktural yang melakukan monitoring dan
evaluasi mutu pelayanan penggunaan Obat di rumah sakit
17. Rapat kerja, yaitu rapat yang di Iaksanakan I (satu) kali dalam setahununtuk membahas
rencana kerja.

10
BAB Il
PRINSIP TATA KELOLA RUMAH SAKIT
(I) Tata Kelola Korporasi (Corporate By Laws) di dalamnya memuat:
a. struktur organisasi;
b. prosedur kerja;
c. pengelompokan fungsi yang logis;
d. pengelolaan sumber daya manusia;
e. pengelolaan sumber daya Iain;
f. pengelolaan lingkungan Rumah Sakit:
g. pembinaan dan pengawasan; dan
h. evaluasi dan penilaian kinerja
(2)Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (I ) menganut prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. transparansi;
b. akuntabilitas;
c. responsibilitas;
d. ndependensi; dan
e. produktivitas

Pasal 3
(I) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasa12 ayat (I ) huruf a,
menggambarkan posisi jabatan,pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab,
kewenangan dan hak dalam organisasi sesuai dengan peraturan
perundangundangan yangberlaku.
(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2ayat (I) huruf b,
menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan dan
fungsi dalam organisasi.
(3) Pengelompokan fungsi yang logis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(I) huruf c, menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional antara fungsi
pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian
intern dalam rangka efektifitaspencapaian tujuan organisasi.
(4) Pengelolaansumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(I) huruf d, merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai
sumberdaya manusia yang berorientasi pada pernenuhan secara kuantitatif dan
kualitatif untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien,
efektif, dan produktif.
(5) Pengelolaan sumber daya Iain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (I )
huruf e, merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai asset
berupa tanah dan bangunan
(6) Pengelolaan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (I) huruf f, merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai
pengelolaan lingkungan fisik, kimia, biologi yang mendukung keselamatan
pasien.
(7) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 ayat (I)
huruf g, merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai pelaku,
kriteria, tugas dan fungsi serta mekanisme pernbinaan dan pengawasan
(8) Evaluasi dan penilaian kinerjasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (I)
huruf h, merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai evaluasi
Oleh pemilik untuk mengukur pencapaian kinerja aspek keuangan dan aspek
non keuangan.

BAB III
Pasal 5
Nama dan Pemiliki Rumah Sakit

11
(I) Nama Rumah Sakit dalam Peraturan tata kelola korporasi ini adalah
Rumah Sakit Damai Sejahtera, merupakan Rumah Sakit yang terletak di
JI. Kleuwblou No 10 Sentani, kabupaten Jayapura.
(2) Pemilik Rumah Sakit adalah PT. D'Tapatz Family Group yang didirikan
berdasarkan akta pendirian PT DTFG pada tanggal 30 Mei dua ribu enambelas
(30-05-2016) Nomor 30, akta Notaris Denis yang beralamat di jalan Dunlop
sentani No 10

BAB IV
VISI DAN MISI, TIJJUAN DAN NILAI-NILAI RUMAH SAKIT DAMAI
SEJAHTERA
Pasal 6
Visi Dan Misi
(1) Visi
Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat papua dengan menyediakan pelayanan
kesehatan yang handal dan berkualitas
(2) Misi
(a) Memberikan pelayanan kesehatan dengan tulus hati dengan berperilaku
professional, berkualitas dan biayan yang efektif
(b) Menciptakan kesadaran masyarajat akan gaya hidup yang sehat
(c) Menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan dan menantang
Pasal 7
Tujuan
(I) Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
dan pelayanan kesehatan khusus, pelayanan tambahan yang didasarkan kepada
nilai-nilai kemanusiaan, etika dan profesionalisme, manfaat, keadilan, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai fungsi sosial yang aman,
rasional, efisien dan nyaman (comfort) bagi para pelanggannya
(2) Terselenggaranya pendidikan, pelatihan dan penelitian serta pengembangan sumber daya
manusia kesehatan yang terintegrasi dengan aktifitas pelayanan.

Pasal 8
Nilai-Nilai Dasar Rumah
Sakit (I) Nilai-nilai dasar Rumah Sakit meliputi:
a. pengawai Rumah Sakit menjunjung tinggi etika, moral, kedisiplinan, tanggung
jawab, kepedulian, kejujuran, integritas, keadilan dan tulus ikhlas; b. pengawai
Rumah Sakit memberikan pelayanan dengan profesionalisme, kemandirian,
inovatif dan saling mendukung secara proporsional;
c.pengawai Rumah Sakit menyadari bahwa pelayanan yang diberikan adalah hasil
kerjasama tim dengan mengutamakan kepentingan pelanggan;
d. pengawai Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan tidak membedakan suku,
agama, pangkat, jabatan dan status serta kepartaian politik tertentu dan selalu
menjaga nama baik isntistusi;
e.pengawai Rumah Sakit menghormati atasan, mengayomi bawahan dan selaras serasa
dengan teman sejawat.

BAB V
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH
SAKIT Pasal 9
(1) Rumah sakit merupakan rumah sakit privat milik perseroan dengan nama PT.
D'Tapatz Family Group.
(2) Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi yang
dipimpin Oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Corporate PT. D'Tapatz Family Group
(3) IJntuk menyelenggarakan tugas pokok, rumah sakit memiliki fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanna medis;
b. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan nonmedis;

12
c. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan;
d. Penyelenggaraan fasilitas dan bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan pendidikann dan pelatihan; dan
e. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan.

BAB VI
PENGORGANISASIAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT Pasal 10
(1)Susunan organisasi Rumah Sakit, terdiri dari:
a. Dewan pengawas;
b. Direktur
c. Wakil diretur
d. Bidang
e. Bagian
f. Seksi
g. Sub bagian
h. Satuan Pemeriksa Internal (SPI)
Komite-komite
Kelompok staf medis (KSM) dan kelompok staf keperawatan fungsional (SKF)
k. Instalasi-instalasi Unit-
unit
m. Kelompok jabatan fungsional
(2)Stuktur organisasi rumah sakit ditetapkan berdasar/berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku

Ditetapkan di sentani
Tanggal 03 Januari 2020
Rumah Sakit Damai Sejahtera

13
YUSAK TAPAT KEDING, MARS
Direktur

B. KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT
DAMAI SEJAHTERA

14
No. : 002A/SK-DlR/RSDS/l/2020
Tentang
PENETAPAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
Menimbang a. Operasional rumah sakit sangat berhubungan erat dengan
pelayanan berbagai profesi yang selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan pelayanan rumah sakit
b. Pelayanan medis adalah pelayanan
yang memperhatikan moral yang baik, dan tidak
terlepas berbagai peraturan dan standar profesi yang
mengharuskan setiap dokter dalam menjalankan profesinya
sudah sejalan dengan kaidah-kaidah yang ada.
c. Perkembangan pelayanan dan peraturan mengakibatkan perlunya
dilakukan revisi peraturan.
d. Berdasar huruf a s/d c perlu ditetapkannya kembali adanya
Peraturan Internal Staf Medis
Mengingat Undang Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktlk
Kedokteran
2. Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No
755/MENKES/PER/lV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan No 49 tahun 2013 tentang
Komite Keperawatan Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama Menetapkan Peratutran Internal Staf Medis Rumah Sakit Damai Sejahtera
sebagaimana tercantum dalam lampiran surat keputusan ini.
Kedua Menginstruksikan kepada seluruh jajaran dalam Rumah Sakit Damai Sejahtera,
khususnya tenaga medis untuk dapat melaksanakan peraturan ini secara
maksimal.
Ketiga Melakukan penelahaan dan penyesuian kembali berbagai kebijakan dan prosedur
agar tidak bertentangan dengan peraturan ini.
Keempat Surat Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila ternyata dikemudian
hari terdapat kekeliruan atau ketidaksesuaian lagi, maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Sentani
Tanggal 03 Januari 2020
Rumah Sakit Damai Sejahtera
YUSAK TAPAT KEDING, MARS
Direktur

Lampiran SK No. No. : 002A/SK-DIR/RSDS/1/2020


PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
RUMAH SAKIT DAMAI SEJAHTERA

MUKADIMAH
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit selalu melibatkan
banyak tenaga, baik tenaga medis maupun tenaga non medis, kegiatan yang
dilakukan bukan hanya kegiatan tunggal, namun serangkaian kegiatan yang
satu dengan Iainnya saling berkaitan sebagai suatu kegiatan yang
berkesinambungan dan membutuhkan koordinasi yang sangat teliti, agar
dicapai penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang optimal.

15
Kegiatan Pelayanan Kesehatan yang dahulu dianggap sebagai lembaga
pelayanan sosial yang kebal hukum berdasarkan doctrin of charitable immunity, di
mana hubungan antara Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien terjadi karena
hubungan emosional dan kepercayaan semata, kini telah berkembang dan berubah
menjadi hubungan hukum yang berdasarkan kepada kesetaraan dan keterbukaan, di
mana terdapat hak dan kewajiban yang timbal balik antara para pihak yang terkait di
dalam proses penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit membawa era baru bagi penyelenggaraan rumah sakit, yakni ditentukannya
banyak hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan rumah sakit secara hukum,
sehingga dapat dikatakan era kepastian hukum telah dimulai, semua pihak yang terlibat
harus menyadari terhadap hak dan kewajiban masing-masing, baik dalam hubungan
hukum antara rumah sakit, tenaga kesehatan dan pasien, begitu juga pemenuhan
persyaratan-persyaratan baik teknis maupun non teknis yang harus dipenuhi, yang
salah satunya adalah kewajiban rumah sakit untuk membuat Peraturan Internal Staf
Medis, karena Staf Medis adalah inti dari kegiatan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Pasal 29 ayat (I ) butir r Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, mengamanatkan bahwa setiap Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan
melaksanakan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), yang berdasarkan
perjelasan Undang undang tersebut, bahwa Peraturan Internal Rumah Sakit terdiri dari:
Peraturan Organisasi Rumah Sakit (Corporate Bylaws) dan Peraturan Staf Medis
Rumah Sakit (Medical Staff Bylaws) yang antara lain diatur tentang kewenangan
klinik (Clinical privilege).
Ditetapkan bahwa penyelenggaraan pelayanan medis oleh Staf Medis di Rumah
Sakit, harus dilaksanakan oleh Staf Medis yang memiliki kompetensi dan kewenangan
yang mengacu pada yang tercantum dalam Surat Tanda Registrasi, kewajiban
mempunyai Surat Ijin Praktik, di samping itu juga para Staf Medis harus bekerja sesuai
dengan Standar Profesi Medis, Standar Operasional Prosedur serta Etika Medis yang
didasarkan dari hasil kredensialing dan selanjutnya ditetapak oleh Direktur dengan
Penugasan Klinis.
Dalam upaya penataan, pengorganisasian dan pengaturan untuk menegakkan
profesionalisme tenaga medis dengan mengatur mekanisme pemberian izin melakukan
pelayan medis, mekanisme mempertahankan profesionalisme dan mekanisme
pendisiplinan disusunlah Peraturan Staf Medis ini, yang juga dilengkapi dengan tugas
spesifik dari sub komite kredensial, subkomite mutu profesi dan subkomite etika dan
disiplin profesi.

BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian

Dalam Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Law) Rumah sakit
Damai Sejahtera yang dimaksud dengan .
Perseroan Terbatas D'Tapatz Family Group (PT DTFG) adalah Pemilik
Rumah sakit Damai sejahtera yang didirikan berdasarkan Akta Notaris

16
adalah Perseroan Terbatas D'Tapaz Family Group dengan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas
D'Tapaz Family Group pada tanggal tiga puluh mei dua ribu enambelas
(30 — 05 — 2016) Nomor 10, Akta Notaris DENIS NDITYOMAS, SH,
MKN yang beralamat di Jl. Dunlop Hawai sentani kabupaten Jayapura.
2. Rumah sakit Damai Sejahtera adalah Rumah Sakit yang beralamatkan di
Jl.
Kleuwblou NO. 10 Sentani

3. Peraturan Internal Rumah sakit Damai sejahtera adalah Peraturam Internal


Rumah sakit Damai sejahtera yang telah disahkan oleh Direktur Utama PT.
D'Tapatz Family Group
4. sebagai pemilik Rumah sakit, Subkomite ditetapkan Oleh Direktur Rumah sakit
Damai sejahtera berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Medis dengan
memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di Rumah sakit Damai
Sejahtera
(I) Keanggotaan Komite Medis ditetapkan Oleh Direktur Rumah sakit Damai sejahtera
dengan mempertimbangkan Sikap profesional, reputasi, dan perilaku.
(2) Jumlah keanggotaan Komite Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
disesuaikan dengan jumlah staf medis di Rumah sakit Damai sejahtera.
(3) Anggota Komite Medis terbagi ke dalam Subkomite ditetapkan Oleh Direktur
Rumah sakit Damai sejahtera berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Medis
dengan memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di Rumah sakit
Damai sejahtera.
(4) Keanggotaan Komite Medis ditetapkan Oleh Direktur Rumah sakit Damai
sejahtera dengan mempertimbangkan Sikap profesional, reputasi, dan perilaku.
(5) Jumlah keanggotaan Komite Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
disesuaikan dengan jumlah staf medis di Rumah sakit Damai sejahtera.
(6) Anggota Komite Medis terbagi ke dalam Subkomite yang terdiri dari :
(a) Subkomite Kredensial yang bertugas menapis profesionalisme staf medis. (b)
Subkomite Mutu Profesi yang bertugas mempertahankan kompetensi dan
profesionalisme staf medis.
(c) Subkomite Etika dan Disiplin Profesi yang bertugas menjaga disiplin, etika,
dan perilaku profesi staf medis.

Pasal 31
Tugas dan Fungsi Komite Medis Rumah sakit Damai Sejahtera
(I) Komite Medis mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang
bekerja di Rumah sakit Damai sejahtera dengan cara .
(a) Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan
pelayanan medis di Rumah sakit Damai sejahtera.
(b) Memelihara mutu profesi staf medis.
(c) Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis

17
(2) Dalam melaksanakan tugas kredensial Komite Medis memiliki fungsi
sebagai berikut :
(a) Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan
masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang
berlaku.

(b) Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:


Kompetensi.
ii. Kesehatan fisik dan mental.
iii. Perilaku.
iv. Etika profesi.
(c) Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran kedokteran gigi
berkelanjutan.

(d) Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis.


(e) Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
(f) Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada Komite Medis.
(g) Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku Surat
Penugasan Klinis dan adanya permintaan dari Komite Medis.
(h) Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan Surat Penugasan
Klinis.
(3) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis Komite Medis
memiliki fungsi sebagai berikut:
(a) Pelaksanaan audit medis.
(b) Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis.
(c) Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi
staf medis
(d) Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang
membutuhkan.
(4) Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
Komite Medis memiliki fungsi sebagai berikut :
(a) Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran.
(b) Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.
(c) Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di Rumah sakit Damai
sejahtera.
(d) Pemberian nasihat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada
asuhan medis pasien.
Pasal 32
Wewenang Komite Medis Rumah sakit Damai Sejahtera

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Medis berwenang:


Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical
privilege).

18
(2) Memberikan rekomendasi Surat Penugasan Klinis (Clinical Appointment).
(3) Memberikan rekomendasi penolakan Kewenangan Klinis (Clinical
Privilege) tertentu.
(4) Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian Kewenangan Klinis
(Delineation of Clinical privilege).
(5) Memberikan rekomendasi tindak Ianjut audit medis.
(6) Memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan.
(7) Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring).

(8) Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.


Pasal 33
Hubungan Komite Medis dengan Direktur Rumah sakit Damai Sejahtera

Direktur Rumah sakit Damai sejahtera menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber
daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi Komite Medis.

(2) Komite Medis bertanggung jawab kepada Direktur Rumah sakit Semangat medika

Pasal 34
Panitia Adhoc

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Medis dapat dibantu oleh
Panitia Adhoc.

(2) Panitia Adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (I) ditetapkan oleh
Direktur Rumah sakit Damai sejahtera berdasarkan usulan Ketua Komite
Medis.
(3) Panitia Adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (I) berasal dari staf medis yang
tergolong mitra bestari.

(4) Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat berasal dari rumah sakit Iain, perhimpunan dokter spesialis/dokter
gigi spesialis, kolegium dokter / dokter gigi, kolegium dokter spesialis / dokter
gigi spesialis, dan / atau institusi pendidikan kedokteran / kedokteran gigi.

BAB IX
Pasal 35
Rapat-rapat Komite Medis Rumah sakit Damai sejahtera

(I) Jenis Rapat Komite Medis terdiri dari Rapat Komite Medis Intern, Rapat dengan
seluruh Staf Medis , Rapat dengan Pimpinan Rumah sakit Damai sejahtera dan
Rapat Khusus atas permintaan Ketua Komite Medis .
(2) Rapat Komite Medis dilaksanakan sebagai berikut:
(a) Rapat Komite Medis intern dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1
(satu) bulan.

19
(b) Rapat dengan Pimpinan Rumah sakit Damai Sejahtera dilakukan
sekurangkurangnya dilakukan I (satu) kali setiap bulan.
(c) Rapat Khusus, untuk membahas masalah mendesak dapat dilakukan setiap
saat sesuai dengan kebutuhan.
(3) Rapat dianggap sah bila jumlah peserta yang hadir memenuhi kuorum, yaitu 50
persen ditambah satu yang hadir.

BAB X
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SUBKOMITE MEDIS Rumah sakit
Damai Sejahtera

Pasal 41
Subkomite Kredensial

(I) Subkomite Kredensial bertujuan membantu Pimpinan Rumah sakit Damai Sejahtera
melalui Komite Medis dalam proses seleksi staf medis baru dan memperpanjang
kontrak kerja dari staf medis kontrak, staf medis mitra yang dilakukan secara
objektif, adil, jujur dan terbuka berdasar kriteria yang sudah ditetapkan .
(2) Subkomite Kredensial bertugas melakukan penilaian dan evaluasi terhadap
kompetensi dan kewenangan klinis dari staf medis untuk pelayanan medis di
Rumah sakit Damai sejahtera
(3) Subkomite Kredensial bertanggung jawab menyampaikan laporan hasil penilaian
dan evaluasi tentang kewenangan klinik dan memberikan rekomendasi kepada
Pimpinan Rumah sakit Damai sejahtera melalui Komite Medis .
(4) Subkomite Kredensial bertanggung-jawab kepada Komite Medis.
Pasal 42
Subkomite Peningkatan Mutu Dan Profesi

(1) Subkomite Peningkatan Mutu dan Profesi dibentuk untuk membantu Pimpinan
Rumah sakit Damai sejahtera melalui Komite Medis , berkewajiban untuk
menyelenggarakan kegiatan Peningkatan Mutu Dan Profesi Staf Medis .
(2) Subkomite Peningkatan Mutu Dan Profesi Staf Medis dalam melakukan
kegiatannya berkoordinasi dengan Kelompok Staf Medis Fungsional untuk
mendapatkan masukan tentang Standar Mutu Profesi.
(3) Subkomite Peningkatan Mutu Dan Profesi Staf Medis bertugas melakukan
monitoring dan mengevaluasi kegiatan Peningkatan Mutu Dan Profesi Staf
Medis .
(4) Subkomite Peningkatan Mutu Dan Profesi Staf Medis bertanggung jawab dalam
menyampaikan hasil evaluasi dan analisa atas tugas-tugas Subkomite Peningkatan
Mutu Dan Profesi Staf Medis , dengan membuat laporan dan menyusun
rekomendasi perbaikan dalam Peningkatan Mutu Dan Profesi Staf
Medis , kepada Pimpinan Rumah sakit Damai sejahtera melalui Komite Medis .
Pasal 43
Subkomite Etika Dan Disiplin Profesi Medis Rumah sakit Damai sejahtera

(1) Subkomite Etika dan Disiplin Profesi Medis dibentuk dengan tujuan membantu
Pimpinan Rumah sakit Damai sejahtera melalui Komite Medis agar pelayanan

20
medis di Rumah sakit Damai sejahtera sejalan dengan Etika dan Disiplin Profesi
Medis.

(2) Subkomite Etika dan Disiplin Profesi Medis bertugas mengevaluasi pelanggaran
etika profesi sesuai Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Komite Etik
dan Hukum Rumah Sakit, termasuk mengevaluasi pelanggaran disiplin profesi
terhadap standar profesi, membuat dan melaksanakan rencana kerja, menyusun
tatalaksana pemantauan dan penanganan masalah etika dan disiplin profesi,
melakukan sosialisasi yang terkait dengan etika profesi dan disiplin profesi,
melakukan koordinasi dengan Komite Etik dan Hükum Rumah Sakit , melakukan
pencatatan dan pelaporan secara berkala.
(3) Subkomite Etika dan Disiplin Profesi Medis bertanggung jawab dalam
menyampaikan hasil evaluasi dan analisa ataş tugas-tugas Subkomite Etika dan
Disiplin Profesi Medis, menyusun rekomendasi sanksi pelanggaran, rehabilitasi,
pembelaan staf medis, juga menyusun rekomendasi perbaikan pelayanan medis dan
peningkatan profesi medis dalam masalah etika dan disiplin, membuat laporan
kepada Pimpinan Rumah sakit Damai sejahtera melalui Komite Medis.

BAB XI
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL RUMAH SAKIT
DAMAI
SEJAHTERA

Pasal 44
Kelompok Staf Medis Fungsional Dan Ragam Kelompok
Staf Medis Fungsional Rumah sakit Damai Sejahtera

(I) Kelompok Staf Medis Fungsional adalah kumpulan Staf Medis dengan jenis disiplin
ilmu yang sama atau gabungan atas dasar kemiripan disiplin ilmu.
(2) Kelompok Staf Medis Fungsional berada di bawah koordinasi garis struktural
Manager Pelayanan Medis dan garis fungsional dengan Komite Medis .
(3) Jurnlah dan ragamnya Kelompok Staf Medis Fungsional ditentukan oleh Pimpinan
Rumah sakit Damai sejahtera bersama dengan Komite Medis yang meliputi:

(a) Kelompok Staf Medis Fungsional limu Penyakit Dalam;


(b) Kelompok Staf Medis Fungsional limu Kesehatan Anak;
(c) Kelompok Staf Medis Fungsional limu Penyakit Kandungan dan
Kebidanan;
(d) Kelompok Staf Medis Fungsional limu Bedah;
Kelompok Staf Medis Fungsional limu Penyakit
Mata; (f) Kelompok Staf Medis Fungsional limu
Penyakit Saraf;
(g) Kelompok Staf Medis Fungsional limu Penyakit THT;
(h) Kelompok Staf Medis Fungsional limu Penyakit Mulut dan Gigi;
Kelompok Staf Medis Fungsional Anestesiologi;

21
(j) Kelompok Staf Medis Fungsional Paru;
(k) Kelompok Staf Medis Fungsional Jantung;
Kelompok Staf Medis Fungsional Kulit dan Kelamin;

(m) Kelompok Staf Medis Fungsional Psikiatri;


(n) Kelompok Staf Medis Fungsional Penunjang Medis (Patologi Klinik;
Radiologi, Rehabilitasi Medis, Gizi Klinis);
(o) Kelompok Staf Medis Fungsional Dokter IJmum.
(p) Psikiatri
Pasal 45
Kepala Kelompok Staf Medis Fungsional Rumah sakit Damai sejahtera

(I) Kepala Kelompok Staf Medis Fungsional dipilih dari dan oleh Anggota Kelompok
Staf Medisnya untuk masa jabatan 2 (dua) tahun.

(2) Persyaratan untuk diangkat menjadi Kepala Kelompok Staf Medis


Fungsional :
(a) memiliki kompetensi dan komitmen terhadap Visi, Misi, Kebijakan Rumah
sakit Damai sejahtera serta mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam
profesinya;
(b) bersifat terbuka, bijaksana dan jujur, mempunyai kepribadian yang dapat
diterima dan dihormati di lingkungan profesinya;
(c) mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi, peka terhadap
perkembangan perumah sakitan;
(3) Kepala Kelompok Staf Medis Fungsional diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur Rumah sakit Damai sejahtera.
BAB XII
KETENTUAN SANKSI

Pasal 55

(I) Sanksi dapat diberikan jika Staf Medis tidak mematuhi peraturan
perundangundangan, Peraturan Perseroan Terbatas D'Tapatz Family Group dan
Peraturan Pelaksanaannya, Klausula dalam Perjanjian Kerja, berupa Sanksi
Administratif mulai dari teguran sampai dengan sanksi pencabutan dan/atau
pengurangan kewenangan klinik yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah sakit
Damai sejahtera atas Rekomendasi dari Komite Medis .
(2) Sanksi dapat berupa:

(a) teguran;
(b) bimbingan etika;
(c) penghentian sementara melakukan kewenangan klinik baik secara parsial
ataupun menyeluruh;
(d) pemutusan hubungan kerja atau pengehentian Perjanjian Kemitraan atau
penghentian Perjanjian Konsultasi atau pengembalian ke lembaga pemberi
kerja.

22
BAB XIII
KETENTUAN PERUBAHAN

Pasal 56
(I) Direktur Rumah sakit Damai sejahtera mempunyai kewenangan untuk melakukan
review dan mengubah Peraturan Internal Staf Medis apabila dirasakan perlu,
karena adanya perubahan peraturan perundang-undangan maupun kebutuhan
internal, untuk mendapatkan penyempurnaaan pengaturan.

(2) Perbaikan dan perubahan terhadap Peraturan ini dapat dilakukan oleh Direktur
Rumah sakit Damai sejahtera dengan persetujuan Dewan Pengawas sebagai
Peraturan Tambahan Internal Staf Medis Rumah sakit ekasari medika, yang
menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan Peraturan Internal Staf
Medis Rumah sakit Damai sejahtera ini.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 57
Peraturan Internal Staf Medis Rumah Sakit ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Sentani
Tanggal 03 Januari 2020
Rumah Sakit Damai Sejahtera

YUSAK TAPAT KEOING, MARS


Direktur
A. KEBIJAKAN UNTUK PEMBENAHAN RUMAH SAKIT

No Nama Dokumen

Panduan Discharge Planning


2 Panduan Ambulans

3 Panduan Asesmen

4 Panduan DNR
5 Panduan DPJP

6 Panduan Pelayanan dan Penanganan Pasien Risiko Tinggi

7 Panduan Penatalaksanaan Nyeri

23
8 Panduan Restraint

9 Panduan Resusitasi
10 Panduan Triage
11 Panduan Transfer Pasien
12 Panduan Tepat Lokasi
13 Panduan Skrining
14 Panduan Risiko Jatuh
15 Panduan Identifikasi

16 Panduan Pelayanan Tahap Terminal


17 Panduan Pemberian Antibiotik
18 Panduan FMEA
19 Panduan Hak dan Kewajiban Pasien
20 Panduan High Alert Manajemen

21 Panduan Penanganan Keluhan Pasien


22 Panduan Pencatatan dan Pelaporan Insiden

23 Panduan Pelayanan Geriatri


24 Panduan Pelayanan Kerohaniaan

25 Panduan Pemberian Darah dan Produk Darah

26 Panduan Pendaftaran Rawat Inap dan Rawat Jalan


27 Panduan Pengelolaan Linen
28 Panduan Penulisan Resep

29 Panduan Perlindungan Barang Milik Pasien

30 Panduan Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik


31 Panduan Perlindungan Privasi Pasien
32 Panduan RCA
33 Panduan Second Opinion
34 Panduan Orientasi Umum Karyawan
35 Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran

36 Panduan Penyusunan Formularium

37 Panduan Sistim Manajemen Data Terintegrasi

38 Panduan Pola Ketenagaan

24
39 Panduan Praktik Klinik (PPK) dan Clinical Pathway
40 Panduan Penilaian Kinerja
41 Panduan Pengadaan Barang Medis dan Non Medis
42 Panduan Rekruitmen

43 Panduan Pengelolaan B3 serta Limbahnya


44 Panduan Penanggulangan Bencana
45 Panduan Keamanan CMH
46 Panduan Sistim Proteksi Kebakaran
47 Panduan Code Blue
48 Panduan Hand Hygiene
49 Panduan ICRA HAIS
50 Panduan ICRA Renovasi
51 Panduan Isolasi
52 Panduan Penggunaan APD

53 Panduan Surveilans
54 Panduan Akuntansi

55 Panduan Keuangan
56 Panduan Komunikasi Efektif
57 Panduan Budaya Keselamatan Pasien
58 Panduan Manajemen Risiko
59 Panduan Komite Etik RS (KERS)
60 Panduan Manajemen Kontrak

61 Panduan Early Warning System

62 Panduan Pelayanan Pasien Koma


Panduan Pelayanan Pasien dengan Alat Bantu Hidup
63
(Ventilasi Mekanik)
64 Panduan Pelayanan Ruang Transit Jenazah
65 Panduan Review Rekam Medis
66 Panduan HIV AIDS
67 Panduan Terapi Gizi
68 Panduan Outbreak

25
69 Panduan Satuan Pemeriksa Internal
70 Panduan Rapat

71 Panduan Kredensial Tenaga Kesehatan Lainnya

72 Panduan Evaluasi Praktik Profesional Staf Medik

73 Panduan Kredensial Komite Keperawatan


74 Panduan Immunocompromized

75 Panduan Sedasi
76 Panduan Pengolahan Makanan
77 Panduan Komite Medis

78 Panduan Komite Etik Keperawatan

79 Panduan Mutu Keperawatan

80 Panduan Penilaian Teknologi Kesehatan

81 Panduan Medication Safety


B. PEDOMAN UNTUK PEMBENAHAN RUMAH SAKIT
No No Dokumen Nama
Dokum
pedoman
1 001/PED/CMH/Vl/2016 Pela anan
Med
Pedoman
2 002/PED/FAR/CMH/2016 Pelayanan
Farmasi
Pedoman
3 003/PED/GlZ/CMH/2016 Pela anan
Gizi
Pedoman
4 004/PED/lGD/CMH/2016 Pela anan
IGD
pedoman
Pelayanan
5 005/PED/LAB/CMH/2018 Ban
Darah
Pedoman
Pelayanan
6 006/PED/MED/CMH/2016 NIC
PERINA
Pedoman
7 007/PED/PLP/CMH/2016 Unit
8 008/PED/RAD/CMH/2016 Pedoman

26
Pelayanan
Radiologi dan
Ima in
Pedoman
9 009/PED/MED/CMH/2016 Pelayanan Ra
Ina
pedoman
10 OIO/PED/MED/CMH/2016 Pelayanan Ra
Jalan
Pedoman
1 1 011/PED/RKM/CMH/2016 pelayanan
Rekam Medis
Pedoman
12 012/PED/RKWCMH/2016 Pengelolaan D
dan Informasi
pedoman
13 013/PED/MED/CMH/2016 Pelayanan
Anestesi
Pedoman
Persetujuan
14 014/PED/RKM/CMH/2016
Tindakan
Kedokteran
15 015/PED/MED/CMH/2016 Pedoman
Pone
pedoman
Penyusunan
16 016/PED/CMH/2016 Re ulasi
CMH
017/PED/MED/CMH/2018 Pedoman
17 Pela anan
HIV
Pedoman
18 018/PED/MED/CMH/2018
Pela anan MP
Pedoman
19 019/PED/MED/CMH/2018 Pelayanan
Sanitasi
Pedoman
Tenaga
20 020/PED/MED/CMH/2018
Kesehatan
Lainn a
Pedoman
21 021/PED/MED/CMH/2018
Pelayanan
Tuberkulosis
CMH
Pedoman
22 022/PED/MED/CMH/2018 Pelayanan
Geriatri

27
Pedoman
23 023/PED/HRD/CMH/2018 Pengelolaan
SDM
Pedoman
24 024/PED/MED/CMH/2016 Pengorganisasi
Pela anan Med
Pedoman
25 025/PED/GAT/CMH/2016 Pengorganisasi
Ba ian Umum
Pedoman
Pengorganisasi
26 026/PED/MED/CMH/2016 Instalasi
Ruang
Intensif
Pedoman
Pengorganisasi
27 027/PED/MED/CMH/2016 Instalasi
Gawat
Darurat
Pedoman
Pengorganisasi
28 028/PED/MED/CMH/2016 Instalasi
Kamar
Bedah
Pedoman
Pengorganisasi
29 029/PED/MED/CMH/2016 Instalasi
Rawat
Ina
Pedoman
30 030/PED/MED/CMH/2016 Pengorganisasi
Ke erawatan
Pedoman
31 031/PED/RAD/CMH/2016 Pengorganisasi
Radiolo i
Pedoman
32 032/PED/GlZl/CMH/2016 Pengorganisasi
Instalasi Gizi
Pedoman
Pengorganisasi
33 033/PED/FAR/CMH/2016
Instalasi
Farma
34 034/PED/lT/CMH/2016 Pedoman

28
Pengorganisasi
De t IT
Pedoman
35 035/PED/PLP/CMH/2016 Pengorganisasi
PLP
Pedoman
36 0361PED/RKM/CMH/2016 Pengorganisasi
Rekam Medis
Pedoman
Pengorganisasi
37 037/PED/RKM/CMH/2016
Instalasi
Laboratorium
Pedoman
38 038/PED/GAT/CMH/2016 Manajemen
Rumah Tan a
Pedoman
Pemeliharaan
39 039/PED/GAT/CMH/2016 Fasilitas Fisik
Bangunan
Gedun
Pedoman
PMK
(Peningkatan
40 040/PED/KMKP/CMH/2018 Mutu dan
Keselamatan
Pasien
41 041 IPED/PPl/CMH/2018 Pedoman PPI
Pedoman
42 042/PED/SDM/CMH/2016 Pengorganisasi
SDM
43 043/PED/K3RS/CMH/2016 Pedoman K3R
Pedoman
Pengelolaan
44 044/PED/GAT/CMH/2016
AI
Medis
Pedoman Tekn
45 045/PED/GAT/CMH/2016
Sistim Kebaka
Pedoman
Pengorganisasi
46 0461PED/HBD/CMH/2016 Departemen
Pengembanga
Bisnis
Pedoman
47 047/PED/HBD/CMH/2016 Pelayanan
Laboratorium
Pedoman
48 048/PED/MED/CMH/2016
Pela anan ICIJ
Pedoman
49 049/PED/MED/CMH12016
Pela anan HC

29
Pedoman
50 050/PED/MED/CMH/2018
Pela anan MP
Pedoman
51 051/PED/PKRS/CMH/2018 Pengorganisasi
PKRS CMH
Pedoman Tena
52 052/PED/CMH/2016/2016
Kes Lainn a
Pedoman
53 053/PED/PPl/CMH/2016 Pengorganisasi
Komite PPI CM
Pedoman
54 054/PED/CSSD/CMH/2018 Pelayanan CS
CMH
Pedoman
55 055/PED/KOMKEP/CMH/2018 Pengorganisasi
Komite
Ke erawatan
Daftar Singkat
Simbol dan Ca
56 056/PED/RM/CMH/2016
Penulisan
CMH
Pedoman
57 057/PED/PKRS/CMH/2018
Pela anan PK
Pedoman Etik
58 058/PED/CMH/2016
Rumah Sakit
Pedoman
59 059/PED/CSSD/CMH/2018 Pengorganisasi
CSSD CMH
Pedoman
60 060/PED/KAP/CMH/2018 Pengorganisasi
KAP CMH
Pedoman
61 061/PED/MED/CMH/2018 Pengorganisasi
Rawat Jalan
Pedoman
62 062/PED/CMH/2018 Dikla
CMH
Pedoman
63 063/PED/CMH/2018 Pengorganisasi
Rumah Sakit
Pedoman
64 064/PED/MED/CMH/2016 Pelayanan Ka
Bedah
A. DAFTAR spo
1. KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF
a. Rekruimen pegawai
b.Orientasi pegawai
c. Penilaian kinerja
d. Kredensial staf keperawatan

30
e. Kredensial tenaga kesehatan Iain
f. Kredensial staf medis
g. Mutasi
h. Dikat
i. Pendelegasian tugas
j. Evaluasi praktik 33rofessional (OPPE)
2. PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
a. Clinical pathway
b. Validasi data indikator mutu
c. Komunikasi efektif
d. Verifikasi identitas

MATERI UMUM

I. Bagaimana tanggung jawab Rumah sakit bila melakukan pelayanan tidak


sesuai standar pelayanan yang berlaku terutama dalam penanganan
covid 19 ?
Upaya yang harus dilakukan Rumah sakit mengantisipasi kondisi seperti
Uraikan tersebut adalah
Berdasar Kamus besar bahasa Indonesia, tanggungjawab adalah: "Keadaan
wajib me-nanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkara-kan dan sebagainya)". Menurut Black's Law Dic-
tionary, tanggung jawab (liability)mempunyai tiga arti, antara Iain:
An obligation one is bound in law or justice to perform;
Condition of being responsible for a possible or actual loss; A condition
which creates a duty to perform an act immediately or in the future.
Pengertian tanggung jawab mengandungunsur—unsur: kecakapan, beban
kewajiban, dan perbuatan. Seseorang dikatakan cakap jika sudah dewasa dan
sehat pikirannya. Bagi badan hukum dikatakan cakap jika dinyatakan tidak
dalam keadaan pailit oleh putusan pengadilan. Unsur kewajiban mengandung
makna sesuatu yang harus dilakukan, tidak boleh tidak dilaksanakan. Jadi
sifatnya harus ada atau keharusan. Unsur perbuatan mengandung arti segala
sesuatu yang di lakukan.
Dengan demikian tang-gung jawab adalah: "Keadaan cakap menurut hukum
baik orang atau badan hukum, serta mampu menanggung kewajiban terhadap
segala sesuatu yang dilakukan". Penyelenggaraan manajemen kesehatan di
rumah sakit, terdapat pengelolaan yang berkaitan dengan tiga hal yang
merupakan tanggung jawab rumah sakit secara umum. Tiga hal tersebutyaitu:
pengelolaan rumah sakit yang berkaitan dengan personalia;pengelolaan rumah
sakit yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas; danpengelolaan yang berkaitan
dengan duty of care.
Oleh karena itu, penyelenggaan kegiatan rumah sakit, terdapat
kegiatankegiatan yang menimbulkan tanggung jawab pengelolaan atau
manajemen rumah sakit dan tanggung jawab para tenaga profesional kesehatan
di rumah sakit, yang terdiri: tanggung jawab pengelola rumah sakit; dan
tanggung tenaga kesehatan (dokter, perawat).

31
Perlu diketahui dalam Poin Kesatu Keputusan Presiden Nomor 12
Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional, bencana
nonalam yang diakibatkan Oleh penyebaran COVID-19 ditetapkan
sebagai bencana nasional. Sehingga merujuk pada Pasal 82 Undang-
lJndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ("Ul-J 36/2009")
yang mengatur soal pelayanan kesehatan pada waktu bencana.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab
atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
Informed consent menjadi isu yang menarik terkait dengan pandemi Covid-19
karena beberapa pasien menyampaikan informasi tidak secara jujur (atau
menutupi sebagian informasi) ketika mengakses pelayanan medis kepada
Dokter. Akibatnya, selain terapi yang diberikan Oleh Dokter menjadi tidak
maksimal, maka Dokter berpotensi terpapar Covid-19 jika ternyata pasien yang
sedang dilayaninya merupakan carier dari Covid-19. Hal ini memprihatinkan
karena beberapa peraturan perundang-undangan telah mengamanahkan agar
pasien menyampaikan informasi dengan jujur ketika mengakses pelayanan
medis.
Pasal 50 huruf (c) ULJ Praktik Kedokteran menyatakan bahwa, "Dokter atau
Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak
memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya."
Pasal 7 ayat (2) huruf (a) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor II tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien mewajibkan kepada pasien
dan keluarganya untuk memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan
jujur. Oleh karena itu, ketentuan ini perlu disosialisasikan kembali kepada
pasien dan keluarganya dalam rangka melaksanakan pendidikan kesehatan
kepada pasien agar dapat terwujud pasien yang cerdas dan berkontribusi dalam
peningkatan mutu layanan kesehatan.
Selain itu, pola komunikasi antara Dokter dengan pasien juga harus diperbaiki.
Mayoritas sengketa medis disebabkan karena komunikasi yang tidak selaras
antara Dokter dengan pasien. Misalnya, Dokter tidak memberikan penjelasan,
atau minim dalam memberikan penjelasan, atau memberikan penjelasan
dengan menggunakan gaya bahasa yang tidak dipahami Oleh pasien.
Terkait dengan pandemi Covid-19, maka fungsi riset, edukasi dan dokumentasi
dari rekam medis sangat menonjol. Dalam menangani pasien Covid-19, Dokter
harus menuliskan secara lengkap dan segera di dalam rekam medis, prosedur
penanganan terhadap pasien Covid-19 yang telah dilaksanakannya
(pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan Iain yang telah diberikan
kepada pasien Covid-19). Terkait dengan penanganan pasien Covid-19, isi
rekam medis merupakan dokumentasi yang penting sebagai obyek riset dan
pengembangan ilmu kedokteran serta sebagai referensi atau bahan
pembelajaran bagi profesi Dokter.
2. Bagaimana tanggapan saudara tentang perlindungan hükum Rumah sakit
dikaitkan dengan adanya pihak keluarga yang melakukan tindakan sepihak
mengambil jenazah kasus covid atau tidak memenuhi SOP yang berlaku dalam
penanganan pasien .Uraikan langkah langkah apa yang harus dilakukan Rumah
sakit dalam mengantisipasi kondisi ini dan bagaimana mengatasi permasalahan
ini.

Menghalang-halangi petugas yang akan melakukan pemakaman resmi secara


hükum memang dapat dipidana. Aparat penegak hükum dapat menggunakan
Pasal 178 KUHP. Pasal 178 KUHP menyatakan: "Barang siapa yang dengan
sengaja merintangi atau menghalang-halangi jalan maşuk atau pengangkutan
mayat ke kuburan yang diizinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama
satu bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak seribu delapan ratus
rupiah". Pasal ini berada di bawah bab mengenai kejahatan terhadap ketertiban

32
umum. Rumusan ini ada padanannya dalam Nederland Wetboek van Strafrecht,
yakni Pasal 148. Ancaman pidana ini ditujukan (normaddressat) kepada 'barang
siapa', atau 'siapapun'. Bagian inti deliknya adalah 'sengaja', 'merintangi atau
menghalang-halangi', dan 'jalan maşuk atau pengangkutan mayat ke kuburan
yang diizinkan'.
Dalam bükü KUHP, R. Soesilo (1994: 149-150), mencatat perbuatan ini harus
dilakukan dengan sengaja 'merintangi', artinya menghalang-halangi, sehingga
pembawaan mayat itü tidak dapat berlangsung (verhideren). 'Menyusahkan'
artinya mengganggu, sehingga meskipun pembawaan mayat itü dapat
berlangsung, akan tetapi dengan susah payah (belemmeren). Selain itü
dijelaskan Soesilo, pembawaan mayat itü harus tidak terlarang. Artinya
pembawaan itü patut, diizinkan oleh aparat pemerintah. Bukan penguburan
mayat secara gelap.
Keluarga pasie terduga covid-19 umumnya menolak pemakamana jenazah
mengikuti protokol kesehatan, karena jenazah akan dikuburkan di pemakaman
khusu covdi-19 dn terkait dengan keyakinan masing-masing invidu. Dalam hal
penanganan pandemic dan penyakit menular, masyarakat harus mengikuti
protokol yang berlaku, tetapi tetap memiliki hak untuk penguburan jenazah
keluarga. Oleh karena itü menyikapi hal ini, maka rumah sakit harus menyusun
SPO penatalaksaaan jenazah pasien Covid-19. Menghadapi penolakan kerabat
pasien, rumah sakit harus meminta bantuan pihak kepolisian. Menurut saya
dibutuhkan komunikasi terarah dan harmonis şebab situasi yang berkembang
belakangan terjadi akibat miskomunikasi.
Penolakan protokol oleh keluarga terjadi karena selain pemahaman yang
minim, sosialisasi kepada masyarakat pun masih kurang. Apabila keluarga
menolak jenazah di makamkan di pemakan khusus covid-19, maka
keluarga akan terlebih dahulu menandatangani surat penolakan dan
pemyataan bahwa jenazah akan dimakamkan sesuai protokol penanganan
jenazah covid-19 serta adanya surat keterangan dari lingkungan, bahwa
lingkungan telah menerima jenazah untuk dimakamkan di pemakaman
umum.

3. Masalah keterbukaan informasi dikaitkan kerahasiaan medis dalam


penanganan Covid 19 sekarang ini bagaimana tanggapan saudara
demi tercapainya pelayananan.yang optimal Uraikan tanggungjawab
petugas RS dan Direksi RS dalam hal ini terutama bila timbul
komplain atau masalah Jelaskan pula tanggungjawab Komite Medik
dan Kelompok Staf Medis dalam penanganan masalah dari segi
Etika dan Displin Tenaga kesehatan.
Jika ingin ditarik ke ranah yang lebih filosofis, terdapat benturan antara hak
asasi pasien yang harus dilindungi dan hak asasi publik untuk lebih
terlindungi dari penyebaran Covid-19. Jika dilihat lebih jauh, pengecualian
terhadap informasi pasien telah memiliki payung hukum seperti Pasal 17 h
UIJ KIP serta Pasal 57 ayat (1) UIJ Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya
yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
Namun, di saat yang sama, Pasal 57 ayat (2) UIJ Kesehatan yang dapat
mengensampingkan ketentuan dalam Pasal 57 ayat (1), salah satunya, demi
kepentingan masyarakat. Jika berkaca pada kelompok yang menginginkan
dibukanya informasi pasien Covid-19 ke publik terdapat penilaian yang

33
menyatakan bahwa pandemi Covid-19 sudah mengancam kepentingan
masyarakat, mengancam kesehatan masyarakat, dan penularannya sudah
sedemikian mengkhawatirkan.
Jika melihat situasi saat ini, membuka data pasien Covid-19 adalah salah
satu kebijakan yang teramat sangat diperlukan untuk menahan laju
penyebaran Covid agar kepentingan masyarakat untuk tidak terinfeksi
Covid19 bisa dilindungi. Masih menyangkut hak pasien dan kewajiban
rumah sakit, setiap rumah sakit harus menyimpan rahasia kedokteran, yang
hanya dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan
permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, atas
persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah sakit dapat menolak mengungkapkan segala
informasi kepada publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran. Dalam
hal pelaku penyebaran identitas pasien di atas adalah dokter atau dokter
gigi yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban dalam Pasal 46 ayat
(1) dan Pasal 51 huruf c UIJ 29/2004, maka dapat dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp50 juta berdasarkan Pasal 79 huruf b dan c UIJ
29/2004 jo.
Berdasarkan uraian di atas maka, untuk membantu pemerintah dalam rangka
surveilans angka KLB, maka rumah sakit hanya akan memberikan informasi
terakit tracking orang-orang dalam pemantauan yang berinteraksi dengan
pasien dalam rentang 2 minggu tanpa harus menyebutkan kondisi pasien.
Adapun tanggungjawab RS dan Direksi jika timbul complain:
1) Menerima pengaduan
2) Mengelola pengaduan
3) Investigasi kasus
4) Analisa kasus
5) Tindak lanjut penanganan kasus
6) Penyelesaian kasus
7) Dokuementasi kasus
8) Penyelesaian tuntutan hukum
Tanggungjawah kelompok staf medik dalam penanganan masalah:

1) Membahas kebenaran informasi tentang:


Identitas pasien
Peristiwa
Rekam medis (khusus pengaduan pelayanan medis)
2) Penataan dokumen (khusus pengaduan pelayanan medis) yang
meliputi:
Dokumentasi informasi
Berkas rekam medis (medical record)
Dokumen persetujuan tindakan medis
Dokumen persetujuan tindakan medis tertentu (operasi)
Second opinion
Resume medis
Pendapat organisasi profesi
Keputusan MKEK / MDTK / MKDKI
Juklak, Juknis dan SPO Pelayanan
3) Mengadakan rapat dengan bagian terkait

34
4) Rapat dengan Komite Medis (khusus pengaduan pelayanan medis)
Pertimbangan aspek medis
Pertimbangan aspek manajemen
Pertimbangan aspek medicolegal
5) Pendapat Komite Etik Rumah Sakit

4. Apabila timbulnya masalah atau sengketa medis di Rumah sakit pada


hakekatnya ada perbedaan logika pasien dengan logika medis
Bagaimana Direksi RS untuk mengatasi kondisi hal ini dalam proses
penangana masalah dimaksud .Upaya apa yg harus kita lakukan untuk
meminimalisasi masalah ini. Jelaskan .
Putusan manajemen tentang pilihan penyelesaian kasus

Apabila dari hasil pendalaman disimpulkan bahwa secara


hükum posisi rumah sakit/staf cukup kuat maka penyelesaian yang
dipilih adalah litigasi. Terhadao tuntutan ganti rugi yang lebih kecil
dari pada prediksi biaya penyelesaian dapat dipertimbangkan
penyelesaian non litigasi (ADR)
Apabila hasil pendalaman disimpulkan bahwa secara
hukum, posisi tumah sakit I staf tidak cukup kuat maka
penyelesaian yang dipilih adalah non litigasi (negosiasi,
mediasi, konsilasi).
Penyelesaian kasus
Dalam hal penyelesaian kasus melalui litigasi maka hal-hal yang
perlu dilakukan adalah:
l . Menunjuk Kuasa Hukum/Penasehat Hükum
2. Menunjuk Staf Bidang I Bagian Hükum sebagai mitra kerja
Dalam hal penyelesaian kasus non litigasi ditempuh
l. Pihak rumah sakit (manajemen) mengundang pihak pengadu untuk
membicarakan penyelesaian kasus secara damai (negosiasi).
Dipertemukannya pihak pengadu dengan pertimbangan secara matang
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Bila upaya negosiasi tidak berhasil maka ditunjuk salah satu orang/badan
yang disepakati bersama dan mampu untuk bertindak sebagai mediator
dalam menyelesaikan kasus.
3. Hasil perdamaian melalui negosiasi dan mediasi dituangkan dalam suatu
perjanjian yang sah secara hukum, bila perlu dikuatkan oleh Notaris atau
didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri.

5. Dalam penanganan Covid diperlukan kesiapan APD di RS sehingga


ketidak lengkapan APD dalam pelayanan di Rumah sangat berdampak
pada pasien dan tenaga kesehatan. Bagaimana pertanggungjawaban
hükum Rumah sakit dalam keadaan seperti ini bila dikaitkan hak dan
kewajiban Rumah sakit. Uraikan pula hal hal apa yg harus dilakukan
hal ini
Penyediaan Alat Pelindung Diri ("APD”) dan Peralatan Medis
Poin Kesatu Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) Sebagai Bencana Nasional, bencana nonalam yang
diakibatkan oleh penyebaran COVlD-19 ditetapkan sebagai bencana
nasional. Sehingga,

35
kami merujuk pada Pasal 82 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan ("Ul-J 36/2009") yang mengatur soal pelayanan kesehatan pada
waktu bencana. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung
jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana. Pemerintah
menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau
bantuan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Mengenai APD
yang Anda maksud, kami asumsikan sebagai alat pelindung diri, yang menurut
Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23 Tahun 2020 tentang
Larangan Sementara Ekspor dan Antiseptik, Bahan Baku Masker. Alat
Pelindung Dirit dan Masker adalah:
Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh sumber daya manusia dan potensi bahaya di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Sedangkan, dalam Pasal 1 angka 5 Ul-J 36/2009 dikenal juga alat kesehatan,
yaitu:
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung Obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.

6. Pelanggaran Etik dan Hukum merupakan masalah yang paling pelik dan
paling berat penangannya Bagaimana tanggapan saudara peranan Etik
dan Hukum dalam praktek pelayanan kesehatan yang diduga adanya
Euthanasia pasif di rumah sakit ? Bagaimana pelaksanaan hal itu di
Indonesia .serta jelaskan kriteria kepatuhan dalam Penelitian Biomedis.

Pada prinsipnya, hak untuk hidup merupakan hak fundamental atau hak
asasi dari setiap manusia. Konstitusi kita yakni Ul-JD 1945 melindungi hak
untuk hidup ini dalam Pasal 28A Ul-JD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya. Terkait dengan euthanasia penjelasan dari Majalah Hukum
Forum Akademika, Volume 16 No. 2 Oktober 2007 dalam esei dari Haryadi,
S.H., M.H., Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum IJniversitas Jambi,
yang berjudul Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Pidana yang kami unduh
dari laman resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
http://isjd.pdii.lipi.go.id. Disebutkan bahwa euthanasia berasal dari kata Yunani
euthanatos, mati dengan baik tanpa penderitaan. Belanda salah satu negara di
Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kedokteran mendefinisikan
euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat Oleh Euthanasia Study Group
dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yang menyatakan euthanasia adalah
dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien
sendiri (M. Yusup & Amri Amir, 1999:105). Euthanasia terbagi dalam 5 jenis,
salah satunya ialah euthanasia pasif. Euthanasia pasif ialah mempercepat
kematian dengan cara menolak memberikan/mengambil tindakan pertolongan
biasa, atau menghentikan pertolongan biasa yang sedang berlangsung.
Jika dikaitkan kembali dengan hak asasi manusia, euthanasia pasif tentu
melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk hidup. Dalam salah satu artikel
hukumonline Meski Tidak Secara Tegas Diatur, Euthanasia Tetap Melanggar
KUHP, pakar hukum pidana Universitas Padjadjaran Komariah Emong
berpendapat, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ("KUHP") mengatur
tentang larangan melakukan euthanasia. yakni dalam Pasal 344 KIJHP yang
bunyinya: "Barang siapa merampas nyawa orang Iain atas permintaan orang itu
sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun."
Dari ketentuan tersebut, jelas bahwa yang diatur dalam KUHP adalah
euthanasia aktif dan sukarela. Sehingga, menurut Haryadi, dalam praktiknya di
Indonesia, Pasal 344 KIJHP ini sulit diterapkan untuk menyaring perbuatan

36
euthanasia sebagai tindak pidana, sebab euthanasia yang sering terjadi di
negara ini adalah yang pasif, sedangkan pengaturan yang ada melarang
euthanasia aktif dan sukarela.
Pada Sisi Iain, Komariah berpendapat, walaupun KIJHP tidak secara tegas
menyebutkan kata euthanasia, namun, berdasarkan ketentuan Pasal 344 KUHP
seharusnya dokter menolak melakukan tindakan untuk menghilangkan nyawa,
sekalipun keluarga pasien menghendaki. Menurutnya, secara hukum, norma
sosial, agama dan etika dokter, euthanasia tidak diperbolehkan. Berkaca dari
pengalaman di Belanda, Komariah mengatakan prosedur euthanasia yang
diberlakukan di Belanda tidak sembarangan. Diperlukan penetapan pengadilan
untuk melakukan perbuatan tersebut. Meskipun keluarga pasien menyatakan
kehendaknya untuk melakukan euthanasia, namun pengadilan bisa saja
menolak membuat penetapan. Dalam sebuah kasus di sekitar 1990 di Belanda,
kata Komariah, seorang keluarga pasien yang ingin melakukan euthanasia
sempat ditolak oleh pengadilan walaupun akhimya dikabulkan. Untuk itu,
menurut Komariah apabila tidak ada jalan Iain, tidak lagi ada harapan hidup
dan secara biomedis seseorang terpaksa dicabut nyawanya melalui euthanasia,
harus ada penetapan pengadilan untuk menjalankan proses tersebut

7. Bagaimana pandangan saudara tentang pengaturan Etika Bisnis dalam


praktek perumahsakitan di Indonesia ? Sejauh mana manfaatnya bagi
Direksi dan Pemilik RS dalam pelaksanaan bisnis RS .Uraikan alasan
dan pertimbangan saudara.Jelaskan
Weber (2001) dalam buku berjudul Business Ethics in Health Care:
Beyond Compliance berpendapat bahwa dalam menjalankan etika, lembaga
pelayanan kesehatan harus memperhatikan tiga hal yaitu: (I) sebagai pemberi
pelayanan kesehatan; (2) sebagai pemberi pekerjaan; dan (3) sebagai warga
negara. Weber menyatakan bahwa tiga hal tersebut merupakan ciri-ciri
organisasi pelayanan kesehatan yang membedakannya
dengan perusahaan biasa. Dasar etika bisnis pelayanan kesehatan adalah
komitmenmemberikan pelayanan terbaik dan menjaga hak-hak pasien.
Berdasarkan buku Weber (2001) terdapat sebagian etikabisnis rumah sakit
yang berhubungan langsung dengan prinsip-prinsip ekonomi yaitu biaya
dan mutu pelayanan, insentif untuk pegawai, kompensasi yang wajar, dan
ekstemalitas. Ciri-ciri ini dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam
menyusun strategi rumah sakit.
Rumah sakit sebagai pemberi pelayananyang menawarkan berbagai
produk. Strategi dan produk yang ditawarkan ditetapkan oleh rumah sakit
sebaiknya mempunyai Ciri:
a. Merupakan kegiatan yang terbukti cost effective.
b. Produk yang dihasilkan oleh rumah sakit diharapkantidak bertentangan
dengan prinsip medik.
c. Produk diberikan secara utuh.
d. Produk rumah sakit mengacu pada konsep evidence based medicine.
Menurut Weber (2001) disebutkan bahwa sebagai aturan umum, pelayanan
yang paling murah harus diberikan sampai terdapat bukti yang
menunjukkan bahwa pelayanan yang lebih mahal memberikan hasil yang
bermakna. Dalam hal perawatan pasien yang terkait dengan biaya maka
terdapat prinsip yang harus menjadi acuan antara lain, pelayanan kesehatan
yang disebut bermutu baik pada suatu tempat yaitu pelayanan yang tepat
berdasarkan kebutuhan pasien akan pelayanan medik dan biaya pelayanan
tersebut. Pada saat merawat pasien, rumah sakit sebaiknya mempunyai

37
mekanisme untuk secara rutin mengkaji mutu dan efektivitas biaya
pelayanan para pasien yang menggunakan sumber biaya besar.

8. Pada saat ini cara penyelesaian kasus paling baik sekarang ini
adalah dengan cara ADR( Alternative Dispute Resolusion ) atau
penyelesaian diluar pengadilan misalnya melalui
Mediasi,Konsiliasi,Negoisasi dan Arbitrasi . Uraikan langkah
langkah dengan cara Mediasi.
Tahapan Mediasi

1) MEMULAI PROSES MEDIASI


• Mediator memperkenalkan diri dan para pihak
• Menekankan adanya kemauan para pihak untuk menyelesaikan
masalah melalui mediasi

• Menjelaskan pengertian mediasi dan peran mediator


• Menjelaskan prosedur mediasi
• Menjelaskan pengertian kaukus
• Menjelaskan parameter kerahasiaan
• Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi Menjelaskan aturan
perilaku dalam proses perundingan
• Memberikan kesempatan kepada Para pihak untuk Bertanya dan menjawabnya
2) MERUMUSKAN MASALAH DAN MENYUSUN AGENDA
Mengidentifikasi topik-topik umum permasalahan, menyepakati subtopik
permasalahan yang akan dibahas dan menentukan urutan subtopik yang akan
dibahas dalam proses perundingan menyusun agenda perundingan

3) MENGUNGKAPKAN KEPENTINGAN TERSEMBUNYI


Dapat dilakukan dengan dua cara:

a. CARA LANGSUNG: mengemukakan pertanyan langsung kepada para


pihak
b. CARA TIDAK LANGSUNG: mendengarkan atau merumuskan
kembali pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para pihak
4) MEMBANGKITKAN PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA
Mediator mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikiran yang
posisonal tetapi harus bersikap terbuka dan mencari alternatif penyelesaian
pemecahan masalah secara bersama

5) MENGANALISA PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA


Mediator membantu para pihak menentukan untung dan ruginya jika
menerima atau menolak suatu pemecahan masalah
Mediator mengingatkan para pihak agar bersikap realistis dan tidak
mengajukan tuntutan atau tawaran yang tidak masuk akal

6) PROSES TAWAR-MENAWAR AKHIR


• Pada tahap ini para pihak telah melihat titik temu kepentingan mereka dan
bersedia memberi konsesi satu sama lainnya

38
• Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran yang dapat
dipergunakan untuk menguji dapat atau tidak tercapainya penyelesaian
masalah

7) MENCAPAI KESEPAKATAN FORMAL


Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana
pelaksanaan kesepakatan mengacu pada langkah-langkah yang akan
ditempuh para pihak untuk melaksanakan bunyi kesepakatan dan
mengakhiri sengketa

9. Malpraktek dan Maladministrasi mungkin terjadi Rumah sakit Coba sdr


uraikan upaya yang akan dilakukan Direksi meminimalisir terjadinya
masalah tersebut Bagaimana penanganannya bila adanya kasus Litigasi ?.
Hal hal apa yang harus dilakukan atau dipersiapkan Direksi atau
managemen RS dalam penanganan ini Jelaskan
Maladministrasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal I ayat (3)
UndangUndang Nomor 37 Tahun 2008 7Tentang Ombudsman RI adalah sebuah
perilaku atau perbuatan melawan hukum , melampaui wewenang, menggunakan
wewenang untuk tujuan Iain dari yang menjadi tujuan dari wewenang terlsebut,
termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan
pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara. Negara dan pemerintahan
yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immaterill bagi masyarakat atau
orang perseorangan.
Semua dokter dan sarana pelayanan kesehatan (health provider) merupakan bagian
dari pemerintahan dalam bidang kesehatan yang mampu memikul tanggung jawab
atas hak dan kewajiban sehingga dipandang szbagai subyek hukum, baik sebagai
subyek personal (persoon) maupun sebagai subyek hukum Badan Hukum (Recht
Persoon). Dokter dan Sarana pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) dalam
menjalankan profesinya kepada pasien tidak saja sebagai sebuah hubungan medik
biasa tetapi juga sebagai sebuah hubungan hukum. Dalam hal hubungan hukum
antara dokter dan atau rumah sakit terikat dengan hukum perjanjian atau kontrak
yang sering dikenal dengan istilah perikatan terapeutik atau kontraktual terapeutik.
Beberapa tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh dokter atau rumah sakit
yang dapat meminimalisir terjadinya maladminstrasi dalam pelayanan kesehatan
kepada pasien:
a. Melakukan paraktek kedokteran dengan adanya STR dan Surat Ijin
Praktek yang sah dan masih berlaku
b. Melakukan praktek atau tindakan kedokteran yang sesuai dengan
kewenangan dan kompetensi
C. Melakukan praktik atau tindakan kedokteran yang sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur ( SOP) dan standar sarana dan prasarana kesehatan
sesuai dengan jenis dan tipe fasilitas layanan kesehatan

d. Melakukan praktik dan tindakan kedokteran dengan persetujuan tindakan


(informed consent) dari pasien dan atau keluarganya

e. Membuat rekam medik dengan baik dan benar


f. Mematuhi jam praktek
g. Melakukan tindakan dan peneriksaan sesuai indikasi medis yang jelas
h. Bertindak diskriminatif terhadap pasien atau kelompok masyarakat tertentu

39
Mengabaikan dan menelantarkan pasien

Menarik upah atau jasa sesuai ketentuan standar biaya yang berlaku
k. Mengarahkan pasien untuk menggunakan obat dan atau alat / bahan
medis sesuai DPHO bagi pasien BPJS atau asuransi lainnya
IO. Mengapa perlu adanya Hospital ByLaws di Rumah sakit?
Bagaimana cara membuat HBL,MSBL dan NSBL .JeIaskan pula
cara menyusun Turunan HBL MSBL dan NSBL berupa
KEBIJAKAN.PEDOMAN DAN SOPISPO.
Rumah Sakit sebagai suatu organisasi yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan yang setiap hari berhubungan dengan pasien merupakan
suatu institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi (highrisk), terlebih
dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahan-
perubahannya seperti saat sekarang ini. Tidak jarang kita mendengar keluhan-
keluhan masyarakat bahwa Rumah Sakit tidak memberikan pelayanan yang
baik, bahkan beberapa Rumah Sakit dituntut secara hukum karena dinilai
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan Pasien dan Keluarga.
Di samping itu, kecenderungan masyarakat menggunakan media sosial dalam
menyampaikan keluh kesahnya atas pelayanan Rumah Sakit menjadi ancaman
yang serius bagi perkembangan bisnis Rumah Sakit.
Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan dengan standar
pelayanan dan tingkat profesionalisme yang tinggi kepada Pasien, sehingga
untuk itu guna memenuhi tuntutan dan melindungi pemilik Rumah Sakit,
penyelenggara rumah sakit, tenaga kesehatan serta melindungi pasien. Rumah
Sakit berkewajiban untuk menyusun dan melaksanakan Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital by Laws) sebagaimana diatur pada UndangUndang No.
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 29 ayat (I) huruf (r), di samping
peraturan lainnya yang ditetapkan oleh Rumah Sakit sebagai pedoman dalam
mengelola Rumah Sakit.
Sesuai dengan Perjelasan Pasal 29 ayat (I) huruf (r) Undang-
Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital by Laws) merupakan peraturan organisasi
Rumah Sakit (Corporate by Laws) dan Peraturan Staf Medis Rumah
Sakit (Medical Staff by Laws) yang disusun dalam rangka
menyelenggarakan tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical
Governance).
Secara garis besar Rumah Sakit di Indonesia terdiri dari Rumah
Sakit yang dikelola oleh Pemerintah dan Rumah Sakit yang dikelola
oleh Swasta, dimana terdapat perbedaan substansi antara Hospital by
Laws Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta yaitu karena
faktor kepemilikan dan status badan hukum, model Goveming Body,
Visi dan Misi, perbedaan Struktur Organisasi, Corporate Culturnya,
model Organisasi Komite Medik yang dibentuk, Status Kepegawaian
Staf Medis dan faktor Tipe Rumah Sakit. Oleh karena itu, penyusunan
Hospital by Laws harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing Rumah Sakit sepanjang tidak bertentangan dengan
aturan hukum yang berlaku serta berpedoman pada Pedoman
Penyusunan Hospital By Law antara lain sebagaimana diatur pada

40
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
7721Menkes/SKNl/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital by Laws), Keputusan Menteri Kesehatan No.
6311Menkes/SK/lV/2005 tentang Pedoman Peraturan Intemal Staf
Medis (Medical Staff by Laws), untuk kemudian Hospital by Laws
yang telah ditetapkan harus disosialisasikan pada setiap lapisan
organisasi Rumah Sakit. Apabila Rumah Sakit telah membuat dan
menetapkan Hospital by Laws dengan baik dan dipatuhi sebagaimana
mestinya, maka akan menciptakan kepastian hukum baik bagi Pemilik,
Pengelola, Tenaga Kesehatan dan masyarakat.

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN INTERNAL STAF


ME-DIS (MEDICAL STAFF BYLAWS)
a. Medical staff bylaws adalah "tailor made" Oleh karena itu, pada
waktu menyusun medical staff bylaws di rumah sakit jangan atau
hindari untuk mem-fotocopy medical staff bylaws dari rumah sakit
lain. Medical staff bylaws dari rumah sakit lain hanya sebagai acuan
atau wacana saja tidak boleh di fotocopy oleh karena medical staff
bylaws dari rumah sakit satu dengan lainnya tidak sama.
b. Laksanakan legal audit. Langkah penting sebelum menyusun
medical staff bylaws adalah melakukan legal audit sehingga dapat
diketahui semua peraturan dan perundangan sebagai dasar
pemberian pelayanan medis di rumah sakit. Legal audit ini bukan
hanya sekedar melakukan inventarisasi peraturan yang sudah ada
dan yang belum dimiliki tetapi juga mengkaji, menelaah dan
mengevaluasi semua peraturan dan perundangan tersebut apakah
sudah kadaluwarsa, apakah ada duplikasi apakah saling
bertentangan dan lain-lain

41

Anda mungkin juga menyukai