Anda di halaman 1dari 3

5.

Dalam setiap pelaksanaan pelayanan Kesehatan perlu diperhatikan dan dilaksanakan


protokol Persetujuan Tindakan pelayanan secara baik dan benar.

a. Apa tujuan ,fungsi dan manfaat dari General consent dalam pelaksanaan pelayanan
Kesehatan di Rumah sakit

Informed consent atau persetujuan untuk tindakan medis bukanlah formalitas lembar


persetujuan medis saja. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik
Indonesia nomor 290/Menkes/PER/III/2008, persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga yang telah
mendapatkan penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan.
Informed consent sendiri merupakan prosedur etik yang diatur oleh hukum dan
berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan sehari-hari. Komponen penting yang diperlukan
dalam informed consent adalah persetujuan/penolakan pasien/keluarga yang kompeten,
informasi yang jelas dan rinci mengenai tindakan medis yang akan dilakukan, serta
keterangan bahwa persetujuan diberikan tanpa paksaan.

Tujuan Informed Consent


Informed consent merupakan suatu prosedur persetujuan tindakan medis yang diberikan
pasien kepada dokter. Selain itu, informed consent sendiri merupakan bentuk komunikasi
antara pasien dan dokter, dengan tujuan memberikan informasi mengenai prosedur
dan/atau pengobatan yang direncanakan, risiko tindakan, manfaat tindakan, prognosis
penyakit, dan alternatif terapi lain.
Dengan begitu, bisa dikatakan informed consent bertujuan memberikan kenyamanan dan
dukungan bagi pasien untuk mengambil pilihan bagi dirinya, serta meningkatkan komunikasi
dalam hubungan dokter dan pasien.[3]
Selain itu, informed consent juga bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi pasien dan
dokter. Dengan adanya informed consent, pasien dapat terlindungi dari kemungkinan
tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya atau tindakan medis yang tidak
diperlukan. Sedangkan bagi dokter, informed consent bertujuan memberikan perlindungan
hukum terhadap risiko tuntutan yang sering berkaitan dengan kegagalan tindakan medis
walaupun pelayanan maksimal sudah diberikan.
General Consent (Persetujuan Umum)
1. Persetujuan umum adalah persetujuan oleh pasien tentang segala sesuatu yang
menyangkut pelayanan, tata tertib, hak privasi, hak milik pribadi selama di Rumah
Sakit
2. Ruang lingkup pengobatan mana yg masuk dalam persetujuan umum
3. Ruang Lingkup pengobatan mana memerlukan persetujuan khusus (informed
consent).

b. Bagaimana pelaksanaan Informed Consent di Indonesia sesuai Manual Persetujuan


Tindakan Kedokteran dengan prinsip Deklarasi Lisbon.

Bahwa aturan hukum yang ada di Indonesia terkait dengan hak pasien sebagai
bagian dari Hak Asasi Manusia khususnya mengenai Hak Informed Consent secara
eksplisit nampak dalam berbagai peraturan baik berupa Undang- Undang, yaitu dalam
Undang-Undang Kesehatan RI, maupun dalam berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh
instansi kesehatan maupun aturan serta kode etik profesi medik maupun asosiasi jasa
pelayanan kesehatan. Manusia, sebagai pasien memiliki hak dan kewajiban yang layak
untuk dipahaminya selama dalam proses pelayanan kesehatan. Ada 3 hal yang menjadi
hak mendasar dalam hal ini yaitu hal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (the right to
health care), hak untuk mendapatkan informasi (the right to information), dan hak untuk ikut
menentukan (the right to determination). Didalam Universal Declaration of Human Rights
(Article 19 ) dan di dalam Undang- Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia BAB II Pasal 14 disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh
informasi. Kemudian di dalam The Declaration of Lisbon dimuat pula tentang hak-hak
pasien, diantaranya hak untuk menentukan nasibnya sendiri dengan menerima atau
menolak pengobatan yang akan diberikan setelah mendapatkan informasi yang cukup dan
dapat dimengerti.

Keberadaan suatu informasi mempunyai arti yang sangat penting dalam setiap aspek
kehidupan sehingga ketergantungan akan tersedianya informasi semakin meningkat dan
membutuhkan perhatian lebih, karena perubahan pola interaksi memberi bentuk baru
terhadap masyarakat itu sendiri menjadi masyarakat informasi. Menurut Petunjuk Praktek
Kedokteran yang Baik yang diterbitkan oleh Depkes tahun 2008, komunikasi yang baik
antara dokter pasien terkait dengan hak untuk mendapatkan informasi meliputi:
1. “Mendengarkan keluhan, menggali informasi, dan menghormati pandangan serta
kepercayaan pasien yang berkaitan dengan keluhannya.
2. Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan tentang kondisi, diagnosis,
terapi dan prognosis pasien, serta rencana perawatannya dengan cara yang bijak dan
bahasa yang dimengerti pasien. Termasuk informasi tentang tujuan pengobatan,
pilihan obat yang diberikan, cara pemberian serta pengaturan dosis obat, dan
kemungkinan efek samping obat yang mungkin terjadi; dan
3. Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang dilakukan
kepada keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien.
Dalam setiap tindakan kedokteran yang dilakukan, dokter harus mendapat
persetujuan pasien karena pada prinsipnya yang berhak memberika persetujuan dan
penolakan tindakan medis adalah pasien yang bersangkutan. Untuk itu dokter harus
melakukan pemeriksaan secara teliti, serta menyampaikan rencana pemeriksaan lebih
lanjut termasuk resiko yang mungkin terjadi secara jujur, transparan dan komunikatif. Dokter
harus yakin bahwa pasien mengerti apa yang disampaikan sehingga pasien dalam
memberikan persetujuan tanpa adanya paksaan atau tekanan.”
Jadi Persetujuan tindakan dalam pelayanan kesehatan bukanlah Perjanjian tapi
Persetujuan sepihak dari pasien.
Dalam kenyataannya sering sekali Informed Consent dibuat seolah olah perjanjian
ditandatangi Dokter yang merawat sehingga bertentangan dengan Manual Persetujuan
Tindakan Kedokteran yang dibuat KKI dan juga prinsip Deklarasi Lisbon

c. Apa pendapat sdr tentang pengaturan larangan tentang perekaman di RS ? Jelaskan


dengan dasar hukumnya.

Dasar Hukum Larangan Perekaman di Lingkungan RS

1. UU No. 29 Th 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 53 huruf c; Pasien dalam


menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban mematuhi
ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

2. UU No. 44 Th 2009 tentang RS pasal 44 ayat (1); RSt dapat menolak


mengungkapkan segala informasi kepada publik yang berkaitan dengan
rahasia kedokteran.

3. Permenkes No. 69 tahun 2014 ttg Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
pasal 28 huruf a. Dalam menerima pelayanan dari RS, pasien mempunyai
kewajiban:mematuhi peraturan yang berlaku di RS;

Jadi setiap RS harus membuat Peraturan Internal melarang pengambilan rekaman


audio, audio visual/video dan/atau foto di Rumah Sakit sebagai peraturan yang
berlaku di RS.

Anda mungkin juga menyukai