Pertanyaan
1. Sebagai konsultan tentunya saudara dapat memberikan pertimbangan-
pertimbangan pada perusahaan tersebut untuk mendirikan dan
menyelenggarakan Rumah Sakit. Uraikan alasan Saudara, apakah masih
mungkin mendirikan Rumah Sakit. Jelaskan.
2. Uraikan prosedur mendirikan sebuah Rumah Sakit beserta dengan mekanisme
melaksanakannya lengkap dengan aturan yang berkaitan dalam hal itu.
3. Dalam pendirian Rumah Sakit diperlukan studi kelayakaan (feasibility study),
dengan membuat pertimbangan berdasarkan peraturan yang berlaku, antara
lain:
a. Analisis kebutuhan pelayanan (program fungsi)
b. Analisis kebutuhan SDM (kompetensi masing-masing)
c. Analisis kebutuhan Sarana, Prasarana dan Alat (SPA)
d. Analisis kebutuhan biaya
Coba saudara buatkan Study Kelayakan sesuai pengetahuan Saudara.
4. Jelaskan pula standar-standar apa yang diperlukan termasuk kebijakan,
pedoman dan berapa SOP/SPO yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan RS
tersebut. Uraikan secara lengkap.
CATATAN:
DIKERJAKAN MASING-MASING, DIKUMPULKAN 2 (DUA) MINGGU MENDATANG
DIKIRIM MELALUI EMAIL: fresleyhutapea@yahoo.com
JAWABAN :
Sedangkan dalam hal aspek legal dan perizinan, kegiatan pendirian dan
penyelenggaraan rumah sakit harus mengikuti prosedur perizinan yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Prosedur perizinan ini berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit serta Peraturan
Menteri Kesehatan yaitu Permenkes No. 147/Menkes/Per/I/2010 tentang
Perizinan Rumah Sakit.
a. Langkah pertama yang dipersiapkan dalam mendirikan rumah sakit adalah izin
mendirikan Rumah Sakit dan izin operasional Rumah Sakit. Izin opersional
rumah sakit terdiri dari izin operasional sementara dan izin operasional tetap.
Permohonan izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit diajukan menurut
jenis dan klasifikasi Rumah Sakit. Rumah sakit yang baru akan dibangun ini
adalah rumah sakit tipe B, maka izin mendirikan dan izin operasional Rumah
Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
d. Izin operasional sementara diberikan kepada Rumah Sakit yang belum dapat
memenuhi seluruh persyaratan yang telah dipaparkan diatas. Izin operasional
sementara diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Rumah Sakit yang telah
memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat permohonan
penetapan kelas Rumah Sakit kepada Menteri Kesehatan dengan melampirkan :
Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi;
Profil dan data Rumah Sakit; dan
Isian Instrument Self Assessment penetapan kelas.
e. Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan telah
mendapatkan penetapan kelas Rumah Sakit diberikan izin operasional tetap. Izin
operasional tetap berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. Setiap Rumah Sakit yang
telah mendapakan izin operasional harus diregistrasi dan diakreditasi.
Rencana Pra
Operasional Operasional
Idea/
Konsep Menetapkan
Kebijakan
Penyusunan SOP
manajemen (SDM,
Operasional RS. Keuangan, Logistik
Set Up Organisasi Rencana Kerja dan dll).
rencana usaha RS. Pengadaan
Menentukan Visi & Misi Penyusunan & Peralatan.
Penetapan Seleksi & Pelatihan
Peralatan. Uji Coba & Evaluasi Soft Opening
SOP.
Studi Pemasaran
Kelayakan
Kajian terhadap
kebutuhan akan layanan Master Plan &
rumah sakit.
Kajian terhadap Detail Design Konstruksi
kebutuhan sarana/ Engineering
fasilitas dan peralatan
medik/non medik, dana
dan tenaga yang
dibutuhkan. Pra - Rancangan Pembangunan Ijin Operasional
Kajian terhadap Arsitektur Gedung(Mob/ Sementara
kemampuan pembiayaan Rancangan Detail Demob, Pek Pondasi,
(Arsitektur, Struktur, Sipil, Mekanikal/
Elektrikal dan Elektrikal, Arsitektur)
Mekanikal) Instalasi Peralatan
Spesifikasi Medik & Non Medik
Bangunan(Arsitektur Uji Coba
, Struktur, Elektrikal
dan Mekanikal) Grand
Pelelangan & Opening
Pengawasan Berkala
1. LATAR BELAKANG
Perubahan yang cukup signifikan telah terjadi di berbagai sektor kehidupan
masyarakat Indonesia pada dekade ini. Sistem pemerintahan misalnya, telah bergeser
dari sentralistik menjadi desentralisasi dan otonomi daerah yang terletak di
kabupaten/kota. Kondisi ekonomi memaksa setiap organisasi lokal untuk meningkatkan
kualitas produk dan efisiensinya sehingga dapat meningkatkan daya saing agar dapat
mengimbangi banyaknya organisasi bisnis asing yang masuk ke Indonesia.
Berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam upaya bangkit dari keterpurukan akibat krisis multi dimensi
yang melanda sejak tahun 1997. Berbagai aktivitas perekonomian tersebut secara
bertahap akan menyebabkan terjadinya peningkatkan mobilitas penduduk ke daerah-
daerah yang prospektif untuk meningkatkan pendapatan mereka, baik sebagai
pembawa dana (investor), pengusaha maupun pekerja. Melalui aktivitas tersebut
diharapkan akan muncul pemukiman-pemukiman baru dan kluster-kluster masyarakat
berbasis pekerjaan. Konsekuensi lebih jauh dari hal tersebut adalah meningkatnya
kebutuhan akan fasilitas penunjang, misalnya pendidikan dan kesehatan.
Pengembangan pelayanan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh berbagai
aspek baik demografi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, sertaperkembangan
lingkungan fisik dan biologi khususnya epidemiologi penyakit. Dari sisi demografi, saat
ini kecenderungan yang tampak adalah bergesernya piramida penduduk dari muda ke
dewasa dan tua. Ini menunjukkan bahwa angka kelahiran semakin menurun dan angka
harapan hidup yang semakin meningkat. Sementara itu, gaya hidup masyarakat
cenderung makin konsumtif. Meskipun krisis multi dimensi menyebabkan keterpurukan
ekonomi masyarakat, disisi lain cukup banyak kelompok masyarakat berpenghasilan
tinggi dan dapat meneruskan pola hidup konsumtif. Dengan gaya hidup tidak seimbang,
akibatnya, dari segi epidemiologi juga telah terjadi pergeseran pola penyakit. Meskipun
angka kejadian infektus sebagai tipikal penyakit di negara tropis masih tinggi, namun
kini sudah banyak masyarakat yang menderita penyakit-penyakit tipikal negara industri-
industri dan maju. Pergeseran ini tentunya akan sangat berpengaruh pada penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan, teknologi kedokteran yang harus dikuasai/disediakan
dan kecukupan tenaga kesehatan terlatih. Pada aspek lain, untuk faktor mutu dan
manajemen pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit turut memegang peran
penting dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas. Salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah rumah sakit. Ini
terlihat dari makin meningkatnya utilitasi fasilitas di Rumahsakit dari tahun ke tahun.
2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penyusunan studi kelayakan ini adalah:
a. Menetapkan misi dan tujuan rumah sakit
b. Menggambarkan pelayanan kesehatan di wilayah x, dan rencana
pendirian rumah sakit di wilayah tersebut sesuai kondisi masyarakat.
c. Studi kelayakan yang disusun akan dievaluasi dan dianalisa untuk
diputuskan apakah layak atau tidak dengan memperhatikan berbagai
aspek sebagai bahan pertimbangan seperti:
Aspek sosial ekonomi
Aspek kesehatan
Aspek Teknis
Aspek pemasaran
Aspek pengorganisasian
Aspek keuangan
d. Secara khusus menyusun analisa keuangan bagi PT ( Pemilik ) yang
berkaitan dengan rencana pembangunan rumah sakit baru ini.
BAB II
GAMBARAN UMUM EKSTERNAL
2. 1. Kondisi Geografis
Kabupaten/ Kota X adalah daerah yang terletak di....., tepatnya ada posisi
geografis....Lintang Selatan dan .....Bujur Timur dan berbatasaan dengan :
Sebelah Utara :
Sebelah Barat :
Sebelah Timur :
Senbelah Selatan :
2. 2. Keadaan Demografi
Luas wilayah, Kepadatan
memiliki luas wilayah .... Km2. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan A
(..... km2). Sedangkan kecamatan yang terkecil adalah kecamatan B (....
km2). Penduduk yang menghuni wilayah ini sekitar 2 juta jiwa (2012).
Tabel 1
Luas wilayah kecamatan,
jumlah kelurahan jumlah RW dan RT di wilayah Kecamatan
Analisis Penduduk
Sumber data kependudukan yang digunakan ada dua yaitu : Registrasi
penduduk dan survey kependudukan, seperti Susenas, Sensus Penduduk,
Supas dan lain-lain. Registrasi penduduk hanya mencatat penduduk yang
secara resmi tercatat sebagai penduduk di wilayah kelurahan, sedangkan
Survey Kependudukan mencatat semua penduduk yang ada di suatu wilayah
kelurahan yang telah tinggal selama enam bulan atau lebih atau yang tinggal
kurang dari enam bulan tetapi berencana tinggal lebih dari enam bulan.
Pertumbuhan Penduduk
tingkat kelahiran yang terus meningkat maka tampak dari tingkat
kepadatan penduduk yang juga terus meningkat di tahun 2011 ....
pddk/km2 dibanding tahun 2007, ..... pddk/ km2.
Jumlah penduduk Kota pada tahun 2012 sebanyak 2 juta jiwa, dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak .... jiwa dan perempuan sebanyak
..... jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota berdasarkan data dari BPS
dan Susenas 2007 -2011 adalah = ........ Penduduk terbanyak terdapat
di Kecamatan A, yaitu sebanyak ..... jiwa dan penduduk paling sedikit
terdapat di Kecamatan D, yaitu sebanyak ..... jiwa. Komposisi jenis
kelamin penduduk di Kota, lebih dominan penduduk perempuan
dibanding dengan penduduk laki-laki.
Tabel 2
Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk wilayah Kota
Luas Wilayah Jumlah
Kecamatan Jumlah RW Jumlah RT
(Km2) Kelurahan
Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi kelayakan
pendirian Rumahsakit harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek lainnya
secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak mungkin suatu
produk atau pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada pangsa pasar yang akan
menyerapnya. Hasil kajian terhadap aspek pasar ini akan membantu pengambil
kebijakan untuk menentukan segmen mana yang akan dijadikan sebagai sasaran
pengembangan produk atau layanan.
1. Kondisi Persaingan Rumah Sakit di Kota X
Persaingan pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit di Kota X cukup tinggi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan tampak bahwa RS yang telah ada di
Kota X mempunyai beberapa kelemahan-kelemahan yang dapat dijadikan titik tolak
untuk menjadikan RS baru ini lebih unggul. Disini dapat dilakukan analisa SWOT.
Analisa SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat) diperlukan untuk
mengetahui potensi kita, serta kesiapan kita menghadapi perubahan. Perubahan sendiri
bisa berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Idealnya perubahan lingkungan luar
dapat diantisipasi oleh potensi internal. Kalaupun ada kelemahan internal, dapat
diperbaiki sehingga mampu membaca/menghadapi perubahan eksternal.
2. Faktor Pembeli
Pada masa lalu, konsumen di sektor kesehatan adalah konsumen yang pasif dan
penurut. Bagaimanapun kualitas jasa pelayanan kesehatan yang ada, ramah atau tidak
ramah, mereka tetap menerimanya karena kurangnya pengetahuan dan tidak
banyaknya pillihan. Namun kondisi saat ini telah berubah. Oleh karena semakin
banyaknya pilihan, konsumen rumah sakit saat ini adalah konsumen yang pemilih
(choosy) dan cepat berubah pendirian. Mereka semakin cenderung menjadi konsumen
yang penuh perhitungan, serta menuntut jasa pelayanan yang terbaik yang bisa
diberikan. Selain itu, dengan adanya UU Perlindungan Konsumen, maka konsumen
mempunyai daya tawar yang lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun yang lalu.
Dokter dan RS saat ini merupakan institusi yang rentan terhadap tuntutan hukum. Bila
konsumen kurang mendapat informasi yang memadai tentang jasa pelayanan yang
ada, salah paham dan saling tuntut dapat menjadi ancaman. Bila hal itu terjadi, maka
citra RS akan menjadi taruhannya dan pesaing yang akan mendapat keuntungan.
Beberapa Rumahsakit sudah mengantisipasi hal itu dengan produk penanganan
keluhan yang komprehensif yang terintegrasi dengan bagian pemasaran RS. Misal dari
Data menunjukkan bahwa masyarakat kota X sudah lebih mengedepankan mutu
pelayanan daripada harga yang murah. Hal ini berarti Rumahsakit yang akan dibangun
sebaiknya lebih mengedepankan pelayanan yang berkualitas, walaupun dari segi harga
harus kompetitif. Selain itu di Kota x juga terdapat peluang pasar yang bersifat
kelompok yaitu mereka yang biaya kesehatannya ditanggung perusahaan tempat
bekerja atau yang diasuransikan. Biasanya pasar ini menyukai tarif yang lebih pasti,
tidak berubah-ubah dan mengingat mereka merupakan pembeli besar (borongan) maka
mereka menginginkan harga khusus atau diskon. Dengan demikian Perusahaan dapat
lebih memfokuskan diri pada core bisnis, urusan kesehatan karyawan di contracting out
dan Perusahaan dapat merencanakan anggaran lebih jelas sehingga tidak
mengganggu cashflow
Pasar kelompok adalah pasar yang selama ini sering kurang diperhatikan oleh
Rumahsakit. Hal ini disebabkan karena pasar kelompok oleh sebagian Rumahsakit
dianggap “merepotkan”, bahkan sebagian pasar kelompok yang berasal dari asuransi
dianggap “merugikan”. Padahal sebenarnya “kerepotan” dan “kerugian” tersebut dapat
diminimalisir kalau pihak Rumahsakit telah menguasai teknik penentuan tarif paket
untuk pasar kelompok. Dengan demikian, RS dapat mempunyai posisi tawar yang lebih
tinggi. Bila pasar kelompok tersebut tidak dapat memenuhi tarif yang disepakati,
kontraknya tidak perlu diperpanjang lagi. Apabila RS telah dapat menguasai teknik
penentuan tarif paket ini dan pihak perusahaan yang ingin mengontrak RS telah
sepakat dan memahami tarif tersebut, maka keuntungan dari pihak Rumahsakit akan
lebih banyak daripada melayani pasar individual karena RS telah memiliki captive
market.
BAB IV
ANALISA PELAYANAN (PROGRAM DAN FUNGSI)
Rumah Sakit Y merupakan rumah sakit tipe B yang memiliki kapasitas 400 TT. Sesuai
dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit yang disusun oleh
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan tahun 2008, dan
Peraturan menteri Kesehatan nomor 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Rumah sakit
tipe B merupakan rumah sakit yang memiliki pelayanan sbb:
1. Pelayanan Medik Umum
a. Pelayanan Medik Dasar
b. Pelayanan Medik Gigi Dasar
c. Pelayanan KIA/KB
2. Pelayanan Gawat Darurat
Harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam
dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal
kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan
standar.
3. Pelayanan Spesialis Dasar
a. Pelayanan Penyakit Dalam
b. Pelayanan Anak ( subspesialis
c. Pelayanan Bedah ( subspesialis
d. Pelayanan Kebidanan dan kandungan
4. 4 jenis Pelayanan Spesialis Penunjang
a. Pelayanan Anestesi
b. Pelayanan Radiologi
c. Pelayanan Rehabilitasi Medik
d. Pelayanan Patologi Klinik
5. Pelayanan Medik Spesialis Lain ( 11 )
a. Pelayanan Mata
b. Pelayanan Telinga Hidung Tenggorokan
c. PelayananSyaraf
d. Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah
e. Pelayanan Kulit dan Kelamin
f. Pelayanan Kedokteran Jiwa
g. PelayananParu
h. Pelayanan Orthopedi
i. Pelayanan Urologi
j. Pelayanan Bedah Syaraf
6. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut
a. Pelayanan Bedah Mulut,
b. Pelayanan Konservasi/Endodonsi
c. Pelayanan Orthodonti.
7. Pelayanan Penunjang Klinik
a. Pelayanan Perawatan intensif
b. Pelayanan Darah
c. Pelayanan Gizi
d. Pelayanan Farmasi
e. Pelayanan Sterilisasi Instrumen
f. Pelayanan Rekam Medik
8. Pelayanan Penunjang Non Klinik
a. Laundry/Linen
b. Pelayanan jasa boga/dapur
c. Pelayanan tehnik dan pemeliharaan fasilitas
d. Pengelolaan limbah
e. Gudang
f. Transportasi (ambulance)
g. Komunikasi
h. Pemulasaran jenazah
i. Pemadam kebakaran
j. Pengelolaan gas Medis
k. Penampungan air bersih
9. Pelayanan Administrasi
a. Informasi dan penerimaan pasien
b. Keuangan
c. Personalia
d. Keamanan
e. Sistem informasi rumah sakit
Rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi (zoning). Sesuai dengan pedoman
penyelenggaraan rumah sakit maka zoning mempunyai pengelompokan sebagai
berikut :
1. Zona Publik
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan luar
misalnya unit gawat darurat, klinik rawat jalan, administrasi, apotik, rekam medik
dan kamar jenazah.
2. Zona Semi Publik
Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidak langsung
berhubungan dengan lingkungan luar, misalnya laboratorium, radiologi dan
rehabilitasi medik.
3. Zona Privasi
Area yang menyediakan perawatan dan pengelolaan pasien misalnya gedung
operasi, kamar bersalin, ICCU/ICCU dan ruang perawatan
4. Zona Penunjang
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit misalnya ruang
cuci, dapur, bengkel dan CSSD.
Ruang OK dan VK merupakan zona privasi yang diatur sehingga tidak banyak terjadi
lalu lintas pengunjung.
1. OK (ruang operasi)
a. Fungsi
- Ruang operasi kecil : 2 ruang
- Ruang operasi sedang : 2 ruang
- Ruang operasi besar : 3 ruang
- Ruang operasi khusus : 2 ruang
b. Program ruang
-R. Tunggu
-R. Transfer
-R. Ganti
-R. Perawat
-R. Scrub Up
-R. Operasi 1 s/d 4
-Pre & Post Op
-R. Recover Room
-R. Diskusi
-R. Istirahat
-R. Spoelhock
2. Ruang VK
a. Fungsi
-Partus
-Kuret
b. Program ruang
- R. Partus (Melahirkan)
- R. Tindakan
- R.Persiapan
- R. Tunggu
- R. Dokter
- R. Ganti
Program dan Fungsi Ruang Perawatan Intensif
Pelayanan intensif memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
1. Resusitasi jantung paru
2. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator
sederhana
3. Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG, pulse oksimetri secara terus menerus
5. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
6. Pemeriksaan laboratorium khusus yang cepat dan menyeluruh
7. Pelaksanaan terapi secara titrasi
Mempunyai kamar tersendiri yang letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat
dan ruang perawatan lain
Memenuhi persyaratan untuk bangunan intensif yaitu :
- Terisolasi
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan
- Aliran listrik 24 jam terus menerus
- Terdapat titik grounding untuk peralatan elektrostatik
- Pintu kedap asap dan tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap bila
Kebakaran
- Prinsip bebas kuman : tidak terdapat sudut pada ruangan
Pertimbangan
1. Kemudahan pencapaian bagi pengunjung.
2. Lokasi pada daerah yang tenang.
3. Terpisah dengan kegiatan layanan lain.
4. Pemisahan yang jelas antara infeksius dan non infeksius.
5. Pemisahan antara Anak dan Dewasa.
Analisa kebutuhan SDM dihitung dengan menggunakan WISN (Work Loaf Indicator Staf
Need) yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 81/Menkes/SK/I/2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi,
Kab/Kota serta Rumah Sakit.
1. Dokter
a. Dokter Umum : 14 orang
b. Dokter Gigi : 4 orang
c. Dokter Spesialis Penyakit Dalam : 4 orang
d. Dokter Spesialis Bedah : 4 orang
e. Dokter Spesialis Anak : 7 orang
f. Dokter Spesialis Kebidanan : 7 orang
g. Dokter Spesialis Anestesi : 4 orang
h. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis : 4 orang
i. Dokter Spesialis Patologi Klinik : 3 orang
j. Dokter Spesialis Radiologi : 3 orang
k. Dokter Spesialis Mata : 2 orang
l. Dokter SpesialisTHT : 2 orang
m. Dokter spesialis Syaraf : 2 orang
n. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah : 4 orang
o. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin : 2 orang
p. Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa : 1 orang
q. Dokter Spesialis Paru : 1 orang
r. Dokter Spesialis Orthopedi : 2 orang
s. Dokter Spesialis Urologi : 1 orang
t. Dokter Spesialis Bedah Syaraf : 2 orang
u.
3. Perawat
a. Rawat Inap : 75 orang
b. Rawat Jalan : 6 orang
c. Critical Care (ICU dan NICU) : 21 orang
d. Gawat Darurat : 36 orang
e. Kamar operasi : 5 orang
f. Bidan untuk Kamar bersalin : 7 orang
4. Apoteker : 10 orang
5. Asisten Apoteker : 30 orang
6. Sanitarian : 10 orang
7. Nutrisionis/ahli gizi : 22 orang
8. Fisioterapis : 4 orang
9. Keteknisian medis : 10 orang
10. Analis laboratorium : 12 orang
11. Radiografer : 12 orang
12. Non medis (akuntansi, : 55 orang
rekam medik, administrasi, dll)
o Echocardiografi