Anda di halaman 1dari 6

Pengembangan Rumah Sakit yang Efektif

HarianBernas.com - Momentum efektivitas pelayanan sebuah institusi Rumah Sakit


(RS) dan Fasilitas Kesehatan (Faskes) sangat bergantung pada bagaimana efektivitas
blueprint atau cetak biru yang digunakan. Kematangan blueprint tersebut itu dapat
dilihat pada bagaimana kualitas perencanaan awalnya.
Tidak sedikit blueprint RS dan Faskes yang dibuat tidak melalui proses perencanaan
yang matang atau melalui proses perencanaan yang kurang berkualitas sehingga
setelah berdiri perjalanan operasional RS dan Faskes tersebut terseok-seok (baca:
menggunakan gaya bebas).
Kendala terbanyak biasanya para owner baik dari kalangan swasta maupun pemerintah
sering menganggap remeh apek perencanaan, dimana perencaaan dibuat hanya untuk
memenuhi dan mendapatkan izin prinsip. Selebihnya dianggap sebagai penghamburan
biaya yang tidak perlu dan lebih baik digunakan untuk menambah infrastruktur.
Selain itu, aplikasi alur tahapan pendirian dan pengembangan yang tidak konsisten juga
menambah daftar ketidakefektifan RS dan Faskes.
Blueprint ini dapat bersifat sebagai panduan teknis dalam setiap tahapan yang harus
dilakukan. Blueprint yang baik haruslah memenuhi aspek dari siklus manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengevaluasian, dan
seterusnya menuju kepada siklus manajemen kembali. Berikut adalah blueprint
pendirian dan pengembangan RS dan Faskes:
1. Membentuk tim manajemen proyek RS dan Faskes. Pada tahap pertama ini tim
manajemen proyek dapat dibentuk oleh owner dengan berisi para SDM yang
memahami aspek prinsip dan teknis RS dan Faskes seperti ahli manajemen RS, ahli
kesehatan masyarakat, ahli ekonomi, dan ahli medis RS.
Tahap ini secara prinsip membahas tentang arah pendirian RS dan Faskes berupa
status kelembagaan, misi pelayanan serta konseptual dasar lainnya.
2. Melaksanakan studi awal. Pada tahap kedua ini, tim manajemen proyek RS
selanjutnya menjabarkan konsep dasar prinsip pendirian kearah yang lebih teknis yaitu
dengan melakukan studi atau kajian awal berupa studi kelayakan, rencana induk dan
amdal/UKL-UPL.
Tujuannya adalah untuk mengetahui peta kondisi peluang, ancaman, kekuatan dan
kelemahan terhadap rencana pendirian RS dan Faskes. Selain itu pembuatan dokumen
studi awal tersebut juga diarahkan untuk mendapatkan izin prinsip dari otoritas terkait,
tetapi secara primer studi awal adalah untuk mengkaji kondisi sesuai dengan spesifikasi
yang dibutuhkan (Permenkes No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi & Perizinan RS).
Pembuatan studi awal ini dapat dikerjakan secara outsource sehingga tim manajemen
proyek dapat focus pada rangkaian tahapan blueprint ini. Berikut adalah studi serta
tahapan pekerjaan perencanaan yang harus dilakukan:
Studi Kelayakan

Dapat juga disebut feasibility study, yaitu suatu kajian awal tentang penganalisaan
karakteristik demand yang ada terkait jenis dan jumlah tingkat permintaan layanan
kesehatan.
Dapat dilihat dari berbagai aspek eksternal seperti tingkat demografi, sosial,
epidemiologi dst (demand analysis) untuk kemudian dijadikan dasar dalam
menyediakan sumber daya terkait pelayanan sesuai demand tersebut (supply analysis),
yang selanjutnya diterjemahkan dalam perhitungan analisa keuangan untuk
mendapatkan prediksi tingkat return yang dihasilkan.
Studi kelayakan harus dilakukan oleh tim yang memiliki pengalaman dalam pendirian
maupun pengembangan RS dan Faskes dengan latar belakang pendidikan manajemen
RS karena kajian ini harus memberikan rekomendasi teknis tentang kelayakan
lingkungan dan keuangan terhadap rencana pendirian RS dan Faskes.

Rencana Induk, atau master plan,

yaitu suatu studi yang beririsan dan kelanjutan dari studi kelayakan dimana hasil dari
demand analysis tersebut pada studi kelayakan tersebut dijabarkan dalam bentuk
perencanaan maupun program tata ruang, bangunan serta aset.
Hal ini penting untuk mengetahui gambaran rencana utilitas, rencana alur, rencana
kapasitas sumberdaya fisik atau aset dst. Rencana induk ini dapat dilengkapi dengan
gambar site plan agar terbentuk portofolio global dari bangunan RS dan Faskes yang
akan didirikan.
Studi ini dapat dilakukan oleh tim yang tergabung dalam studi kelayakan ditambah
dengan ahli yang berlatar belakang engineering untuk bangunan RS dan Faskes.

Amdal/ UKL-UPL

yaitu suatu studi yang menitikberatkan kepada pengelolaan dan pemantauan aspek
lingkungan agar operasional RS dan Faskes nanti tidak memberikan dampak yang
membahayakan bagi lingkungan sekitar seperti aspek pengaruh rona lingkungan
terhadap bangunan, kelola limbah cair dan padat, kelola limbah medis dan non medis,
pengelolaan tingkat kebisingan dan seterusnya.
Uji laboratorium terkait dengan kesehatan lingkungan perlu dilakukan dalam studi ini
agar keberadaan RS dan Faskes dapat memberikan environmental safety yang baik.
Studi ini dapat dilakukan oleh tim yang berlatar belakang kesehatan lingkungan dan
bekerja sama dengan tim studi sebelumnya.

Detail Engineering Design (DED)

Tahapan selanjutnya adalah tahap pembuatan DED yaitu membuat rencana detail
arsitektur, struktur, mekanikal elektrikal bangunan RS dan Faskes beserta bahan yang
akan digunakan, penyesuaian bangunan dengan peralatan dst.
Dokumen ini akan menjadi pedoman teknis bagi pembangunan konstruksi fisik RS dan
Faskes. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tim engineering yang berlatar belakang
arsitektural, struktural, electrical dalam pendirian RS dan Faskes serta bekerja sama
dengan tim studi lainnya.

Konstruksi dan Manajemen Konstruksi

yaitu tahapan merealisasi konstruksi sebagaimana yang digambarkan secara detail


pada DED. Ini tahapan yang cukup krusial karena merupakan peralihan dari
perencanaan ke pendirian, sehingga harus didukung oleh manajemen konstruksi yang
tepat.
Tahapan ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Manajemen konstruksi harus
memainkan fungsi monitoring dan controlling yang efektif agar realisasi dapat sesuai
dengan perencanaan. Kegiatan konstruksi dapat dilakukan oleh kontraktor yang
pengerjaannya disupervisi oleh tim manajemen konstruksi yang bekerja sama dengan
tim studi lainnya.

Instalasi Alat Medis dan Non Medis

Paralel dengan kegiatan konstruksi, tahapan selanjutnya adalah pengadaan dan


penginstalasian peralatan baik medis dan non medis yang aplikasinya disesuaikan
dengan tata letak dan bentuk bangunannya sesuai pada gambar detail yang telah
dihasilkan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tim pengadaan peralatan medik dan non
medik yang bekerja sama dengan tim manajemen proyek.
Semua rangkaian studi dan kegiatan tersebut secara teknis harus diinisiasi dan
dikoordinasi oleh tim manajemen proyek dengan tim teknis lainnya terkait dengan siapa
yang melakukan, kapan, bagaimana serta berapa kebutuhan sumber dayanya.
3. Membentuk Tim Manajemen RS dan Faskes. Untuk tahap ketiga adalah tahap
dimana owner dan tim manajemen proyek membentuk tim Manajemen RS untuk
persiapan operasional RS dan Faskes. Segala perizinan yang terkait dengan
operasional RS dan Faskes sudah harus dilakukan pada tahap ini.
Perizinan dapat mengacu pada Permenkes No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan
Perizinan RS serta kebijakan izin operasional lainnya. Tahap ketiga ini adalah tahapan
peralihan antara kegiatan perencanaan dan operasional. Tim manajemen RS yang
dibentuk memiliki serangkaian kegiatan strategis, yaitu menyusun dan melakukan:

Rencana strategi yaitu penjabaran detail dari studi kelayakan yang ada serta
penyesuaian-penyesuaian terhadap data-data terbaru untuk digunakan sebagai
basis asumsi dan penentuan target selama 5 tahun pertama. Rencana strategi
tesebut adalah beris

i. Visi, misi, nilai, strategi yang digunakan


ii. Rencana operasional
iii. Rencana manajemen SDM terkait rekrutmen hingga pemutusan hubungan kerja
iv. Rencana logistic terkait obat-obatan dan bahan habis pakai
v. Rencana sistem informasi dan prosedur pelayanan
vi. Rencana biaya pelayanan
vii. Rencana pendapatan operasional
Dokumen rencana strategi dapat dilengkapi dengan: a) dokumen bisnis plan yaitu untuk
penjabaran target kegiatan yang dikaitkan dengan rencana dan tingkat pengembalian
biaya, b) dokumen standar pelayanan, yang mengacu pada penetapan key
performance indicator masing-masing unit, c) dokumen hospital & medical staff by law
yang memuat tentang aturan dan tata tertib internal RS dan Faskes dan d) dokumen
tata kelola yang berisi tentang aturan manajemen yang terkait dengan pelayanan
seperti kebijakan remunerasi, kebijakan manajemen SDM, pengelolaan konflik dan
seterusnya.
Sebagai catatan, kajian rencana strategis serta dokumen-dokumen pendukung lainnya
lebih baik dan utama dibuat oleh tim manajemen RS sendiri agar penguasaan teritori
serta sumber daya untuk pelayanan dapat dipahami dan dikuasasi dengan baik sebagai
modal pengetahuan dan pemahaman dalam memberikan pelayanan operasionalnya
kepada masyarakat.

1. Operasional. Bila semua perizinan operasional yang prinsip telah didapatkan


maka RS dan Faskes dapat memulai memberikan pelayanan operasionalnya.
Dalam tahap implementasi ini manajemen RS menjalankan operasional layanan
sebagaimana yang telah dituangkan dan ditargetkan pada dokumen rencana
strategi.
2. Monitoring, yaitu menjalankan aspek pengawasan terhadap kesesuaian
implementasi dengan perencanaan yang ada. Sangat dibutuhkan keterampilan
untuk mensupervisi berbagai kegiatan operasional untuk memastikan agar RS
dan Faskes tidak mengalami penyimpangan operasional layanan dan layanan
pendukungnya.
3. Evaluasi, yaitu mengkaji perjalanan operasional RS dan Faskes dengan cara
melakukan pengukuran kinerja. Hal ini adalah untuk mendapatkan peta dimana
kondisi RS dan Faskes berada dalam track pencapaian target kinerjanya.
Temuan hal-hal yang masih kurang akan menjadi isu utama untuk diperbaiki.
Selanjutnya RS dan Faskes siap untuk menjalankan operasional manajemen
gelombang kedua berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
4. Rencana Pengembangan. Dari hasil evaluasi yang dilakukan tentunya akan
memberikan gambaran kemampuan RS dan Faskes dalam unjuk kinerjanya. Bila
gambaran hasilnya mengalami peningkatan kinerja maka RS dan Faskes perlu
merencanakan upaya pengembangan skala organisasi untuk menangkap
permintaan pasar yang ada dan terus berkembang. Upaya ini dapat dikaji melalui
penyusunan Bisnis Plan yaitu rencana pengembangan bisnis RS dan Faskes.
Blueprint pendirian dan pengembangan RS dan Faskes adalah merupakan siklus
organisasi dalam berdiri, bertumbuh dan berkembang. Proses dan tahapan yang benar
akan mewujudkan RS dan Faskes menjadi sebuah organisasi yang efektif dan efisien
dalam perjalanan operasionalnya. Penting untuk menyimak apa yang pernah dikatakan
oleh Edwards Deming: if you cant describe what you are doing as a process, you dont
know what you are doing

Semoga bermanfaat
Salam Berdaya Untuk RS dan Fasilitas Kesehatan yang lebih baik
Great Leading Great Managing

Bahan Bacaan

1.Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan
Rumah Sakit
2.Ginter, Duncan, Swayne, Strategic Management of Healthcare Organizations,
Jossey Bass, A Wiley Imprint, 2013
3.Pinson, Anatomy of a Business Plan, Seventh Edition, OM..IM, 2008

Penulis
Budi Hartono*
*) Penulis adalah seorang Healthcare & Hospital Coach, Health Administration & Policy
Consultant, Certified Lecturer dan Executive Trainer. Ia adalah founder dari buttonMED
COACHING sebuah lembaga strategis yang berfokus pada empowerment SDM
kesehatan serta pionir dalam bidang pengembangan coaching di fasilitas kesehatan
dan rumah sakit di Indonesia. Ia memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun dalam area
Manajemen Rumah Sakit dan Kesehatan seperti: Pengembangan Organisasi dan
Kepemimpinan, Budaya dan Mutu Layanan Kesehatan, Manajemen Keuangan, Unit
Cost & Pricing, Ekonomi Kesehatan, Manajemen Strategi serta Administrasi &
Kebijakan Kesehatan. Ia telah bekerja secara intensif dengan mitra strategis di fasilitas
dan institusi terkait kesehatan seperti Rumah Sakit (RS), Puskesmas, Dinas Kesehatan
dan Kementerian Kesehatan serta di beberapa Kementerian dan Perusahaan lainnya
sebagai Instruktur Pelatihan, Peneliti, Konsultan dan Executive Coach. Pada tahun
2011, Ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: Pengembangan Model
Pengukuran Kinerja RS Dalam Mencapai Misi RS di Indonesia dan mendapatkan gelar
doktor dari FKM UI dengan predikat sangat memuaskan. Ia adalah seorang yang
memotivasi dan berkapasitas dalam coaching maupun pemberdayaan untuk
menjadikan pribadi eksekutif bertumbuh dan berkembang bersama potensi dasarnya
dalam sebuah pencapaian prestatif sehingga mereka dapat berkontribusi signifikan
dalam mencapai misi dan visi luhur di organisasi manapun mereka berada. Ia telah
memberikan pelatihan dan coaching dihadapan lebih dari 16,000 peserta. Ia memiliki
sertifikasi pada sejumlah professional skill seperti Certified Coach Practitioner, Certified
Professional Coach, Associate Certified Coach dariInternational Coach Federation (ICF)
USA, and Certified Lecturer dari Kementerian Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Ia
dapat dihubungi melalui WA di 0816-48500-94, email: coachbuton@gmail.com, FB:
Budi Hartono Abihanni.
Info Konsultansi, Training & Coaching untuk Empowerment Program SDM dan
Organizational Development di Rumah Sakit atau Fasilitas Kesehatan dapat
menghubungi Annisah Zahrah, SKM atau Amina di no. 0815-8428-2656 | Kantor no.
7864978.

Anda mungkin juga menyukai