Anda di halaman 1dari 11

MODEL HOSPITAL BY LAWS (HBL) DI RUMAH SAKIT

NAMA: PUSPA MELATI


NIM: G1D116134

Diajukan Untuk Melengkapi Nilai Tugas Mata Kuliah


Manajemen Rumah Sakit Semester Genap Tahun 2018/2019

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
APRIL/2019
A. Pengertian Hospital By Laws ( HBL)

Rumah sakit (RS) adalah suatu badan usaha yang menyediaakan pemondokan dan
memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas
tindakan observasi, diagnostik, terapetik, fan rehabilitative untuk orang-orang yang
menderita sakit,terluka dan untuk mereka yang melahirkan (WHO).
Menurut Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, Rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelengarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan, dan
gawat darurat.
Landasan Hukum dan etika rumah sakit, secara ideologis dan filosofis undang-
undang ini menyebutkan bahwa, rumah sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan,etika dan profesionalitas, manfaat,keadilan
persamaan hak dan antidiskriminasi,pemerataan,perlindungan dan keselamatan
pasien,serta mempunyai fungsi social.
Fungsi rumah sakit dalam undang-undang ini juga menyebutkan antara lain
sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penampisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Istilah Hospital Bylaw itu terdiri dari dua kata “Hospital” dan “Byla”’. Kata
“Hospital” mungkin sudah cukup familiar bagi kita, yang berarti rumah sakit.Sementara
kata “Bylaw” terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut The
Oxford Illustrated Dictionary: “Bylaw is regulation made by local authority or
corporation”. Pengertian lainnya, “Bylaws means a set of laws or rules formally
adopted internally by a faculty, organization, or specified group of persons to govern
internal functions or practices within that group, facility, or organization” (Guwandi,
2004). Dengan demikian, pengertian Bylaw tersebut dapat disimpulkan sebagai
peraturan dan ketentuan yang dibuat suatu organisasi atau perkumpulan untuk mengatur
para anggota-anggotanya.Keberadaan Hospital Bylaw memegang peranan penting
sebagai tata tertib dan menjamin kepastian hukum di rumah sakit.Ia adalah “rules of the
game” dari dan dalam manajemen rumah sakit.
Berdasarakan keputusan menteri kesehatan nomor 772 tahun 2002 tentang
pedoman peraturan internal rumah sakit (hospital by laws) menyatakan bahwa hospital
by laws berasal dari dua buah kata yaitu hospital (rumah sakit) dan bylaws (pengaturan
setempat atau internal).
Pada hakekatnya hospital bylaws mempunyai bidang tersendiri dan juga
mempunyai fungsi penting di dalam mengadakan tata tertib dan kepastian hokum dan
jalannya rumah sakit.Ia adalah “aturan main” (rules of the game) dari manajemen rumah
sakit dalam melakukan fungsi dan tugasnya. Jika aturan dan disiplin manajemen sudah
dibuat dengan baik dan juga dipatuhi, maka hospital bylaws dapat merupakan alat untuk
menjalankan program manajemen risiko dan ‘good governance’ dengan baik dan
berhasil.
Hospital by laws atau peraturan internal rumah sakit adalah suatu produk hokum
yang merupakan anggaran rumah tangga rumah sakit atau yang mewakili,peran,tugas
dan kewenangan pemilik atau yang mewakili ,peran,tugas dan kewenangan direktur
rumah sakit ,organisasi staff medis, peran,tugas dan kewenangan staf medis.
B. Fungsi
Mengacu pada pengertian maka fungsi dari Hospital Bylaws adalah:
1. Sebagai acuan bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasan rumah
sakitnya.
2. Sebagai acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan
menyususn kebijakan yang bersifat teknis operasional.
3. Sarana untuk meminjam efektifitas, efisiensi dan mutu.
4. Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah
sakit.
5. Sebagian acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit khususnya konflik
antara pemilik, direktur rumah sakit dan stafmedis.
6. Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
 Umum:
Dimilikinya suatu tatanan peraturan dasar yang mengatur pemilik rumah
sakit atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan tenaga medis sehingga
penyelenggaraan rumah sakit dapat efektif, efisien dan berkualitas.
 Khusus:
a. Dimilikinya pedoman aspek hukum oleh rumah sakit dalam
hubungannya dengan pemilik atau yang mewakili direktur rumah sakit
dan staf medis.
b. Dimilikinya pedoman aspek hukum dalam pembuatan kebijakan teknis
operasional rumah sakit.
c. Dimilikinya pedoman aspek hukum dalam pengaturan staf medis.
2. Manfaat
 Untuk Rumah Sakit
a. RS memiliki acuan aspek hukum dalam bentuk konstitusi.
b. RS memiliki kepastian hukum baik eksternal maupun internal yang dapat
menjadi alat/sarana perlindungan hukum bagi RS atas tuntutan/gugatan.
c. menunjang persyaratan akreditasi RS.
d. Memiliki alat/sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan RS.
e. RS memiliki kejelasan arah dan tujuan dalam melaksanakan kegiatannya.
 Untuk Pengelola Rumah Sakit
a. Memiliki acuan tentang batas kewenangan, hak, kewajiban dan tanggung
jawab yang jelas sehingga memudahkan dalam menyelesaikan masalah
yang timbul serta dapat menjaga hubungan serasi dan selaras.
b. Mempunyai pedoman resmi untuk menyusun kebijakan teknis operasinal.
 Untuk Pemerintah
a. Mengetahui arah dan tujuan rumah sakit tersebut didirikan.
b. Acuan dalam menyelesaikan konflik di rumah sakit.
 Untuk Pemilik
a. Mengetahui tugasdan kewajibannya.
b. Acuan dalam menyelesaikan konflik internal.
c. Acuan dalam menilai kinerja direktur rumah sakit.
 Untuk Masyarakat
a. Mengetahui visi, misi, dan tujuan rumah sakit.
b. Mengetahui hak dan kewajiban pasien.
D. Ciri dan Substansi Hospital By Laws (HBL)
a. Peraturan internal rumah sakit adalah “Tailor Made”, ini berarti peraturan
internal rumah sakit dari satu rumah sakit berada dengan rumah sakit lainnya.
Hal ini disebabkan karena faktor-faktor internal RS, seperti misalnya: sejarah,
pendirian, kepemilikan, situasi dan kondisinya berlainan di setiap rumah sakit.
b. Peraturan internal rumah sakit pada intinya mengatur hal-hal yang merupakan
konstitusi rumah sakit atau peraturan-peraturan dasar rumah sakit.
c. Peraturan internal rumahsakit pada prinsipnya adalah peraturan yang
ditetapkan oleh pemilik atau yang mewakili.
d. Peraturan internal rumah sakit mengatur hubungan pemilik atau yang
mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis.
e. Uraian di dalam peraturan internal rumah sakit harus tegas, jelas dan teperinci.
f. Karena rumusannya sudah jelas, maka peraturan internal rumah sakit tidak
dapat ditafsirkan lagi secara individual, sehingga tertutup kemungkinan untuk
mengadakan penafsiran yang berbeda.
g. Peraturan internal rumah sakit harus diterima sebagai mempunyai otoritas dan
ditaati oleh pihak-pihak yang terkait.
h. Agar tetap up-to-date, maka peraturan internal rumah sakit harus dievaluasi
secara berkala.
E. Faktor-Faktor Hospital By Laws (HBL)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Hospital By Laws adalah:
a. Faktor Yuridis
1) Pada Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan No: 755/MENKES/PER/IV/2011
Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit disebutkan
bahwa:
Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata
kelola klinis agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan
pemeliharaan etika dan disiplin prefesi medis. Dalam Komite Medik tidak
memiliki perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang lain sedangkan
dalam Hospital Bylaws melindungi banyak pihak di rumah sakit.
Dalam akreditasi rumah sakit khususnya kelompok kerja Administrasi
dan Manajemen bila tidak ada Hospital Bylaws maka akan mendapat skor 0
(nol) atau dapat membuat pengajuan akreditasi rumah sakit tidak lulus. Jadi
Hospital Bylaws dibuat sekedar memenuhi persyaratan perijinan rumah
sakit.
2) Rumah Sakit yang berbadan hukum Yayasan akan sulit menyesuaikan
dengan PerMenKes Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 terutama dalam
hal kelembagaan karena yang berwenang untuk melakukan
penandatanganan dokumen terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit
adalah pihak Yayasan. Hal ini berpotensi menimbulkan persoalan hukum
khususnya berkaitan dengan kewenangan.
3) Jangka waktu penyesuaian seperti tertulis dalam PerMenKes Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 sangat tidak cukup terutama bagi rumah sakit
yang jauh dari pusat pemerintahan dengan kondisi keuangan dan jumlah
pasien yang terbatas.
b. Faktor Teknis
1) Faktor sumber daya manusia yang terbatas
Sumber Daya Manusia : kualitas dan kuantitas. Pengurus Yayasan belum
mengetahui tentang pentingnya peraturan internal rumah sakit di rumah
sakit sedangkan Direktur dan Staf Medik merasa hanya sebagai pelaksana.
Instrumen kebijakan sebagian besar berupa surat edaran dan kewenangan
hanya bersumber pada keputusan Pengurus Yayasan sehingga
mengakibatkan peraturan internal rumah sakit yang baik belum berjalan
secara optimal.
2) Faktor komunikasi yang belum baik
Terputusnya komunikasi antara Pengurus Yayasan, Direktur dan Staf
Medis. Rapat- rapat maupun sosialisasi Hospital Bylaws tidak ada, pedoman
sudah ada dan mengakui pentingnya Hospital Bylaws namun belum pernah
membaca sehingga implementasi belum terlaksana. Hospital Bylaws hanya
sebagai prasyarat akreditasi rumah sakit.
3) Faktor pengawasan yang belum optimal
Lemahnya penegakkan Hospital Bylaws dikarenakan tidak adanya
pengawasan sesuai dengan instrumen kebijakan rumah sakit baik dari
internal maupun eksternal.
4) Faktor struktur birokrasi yang belum berjalan dengan
semestinya. Semua standar operasional yang ada di rumah sakit mengacu
pada Hospital Bylaws karena sama-sama bersifat teknis dan koordinasi antar
lembaga belum terbentuk.
F. Permasalahan Penerapan Hospital By Laws (HBL)
Bentuk dari Hospital Bylaws dapat merupakan Peraturan Rumah Sakit,
Standard Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan,
Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Peraturan internal rumah
sakit (HBL) antara rumah sakit satu dengan yang lainnya tidak sama materi
muatannya, hal tersebut tergantung pada sejarahnya, pendiriannya,
kepemilikannya, situasi dan kondisi yang ada pada rumah sakit tersebut. Namun
demikian peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan
peraturan diatasnya.
Permasalahan yang dihadapi oleh para pemilik dan pengelola Rumah Sakit
kian beragam, sementara jaminan atas perlindungan dan keselamatan Pasien tetap
merupakan hal utama dalam pengelolaan suatu Rumah Sakit. Untuk menjamin
mutu pelayanan kesehatan serta melindungi keselamatan pasien, maka
profesionalisme staf medis menjadi mutlak/perlu ditingkatkan, dengan
profesionalisme tersebut, diharapkan pasien akan memperoleh pelayanan yang
terbaik dan dapat dipertanggungjawabkan. Komite Medik di tiap Rumah Sakit
memegang peranan penting dan strategis untuk mengendalikan kompetensi serta
perilaku staf medis guna menunjang profesionalisme tersebut. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut maka Tata Kerja serta Tata Kelola Komite Medik
Rumah Sakit saat ini telah dilakukan upaya perbaikan dan penyempurnaan.
Paradigma lama yang menempatkan Komite Medik “seolah” sejajar dengan
Manajemen Rumah Sakit sehingga mengambil banyak peran dalam pengelolaan
Rumah Sakit, kini telah ditata ulang kembali.
Permenkes No. 755/Menkes/Per/IV/2011 telah mengarahkan serta
membentuk paradigma baru yang menempatkan Komite Medik sebagai organisasi
non struktural di Rumah Sakit yang mempunyai peran strategis/penting “hanya”
di bidang pengelolaan profesi medis yang lebih profesional. Untuk mencapai
keselarasan atas kepentingan pihak pemilik Rumah Sakit, pihak pengelolaan
Rumah Sakit serta pihak Staf Medis selaku pelaksana pemberi layanan medis
kepada pasien maka mutlak harus dibuat aturan bersama dalam bentuk Hospital
Bylaws/HBL, Corporate Bylaws/CBL, serta Medical/Clinical Staff
Bylaws/CSBL. Aturan inilah yang mengatur hak, kewajiban, tugas serta
kewenangan para pihak yang terkait di Rumah Sakit tersebut.
G. Penyusunan Hospital By Laws (HBL)
Langkah-langkah penyusunan peraturan internal rumah sakit (Hospital By Laws)
ini, diharapkan dapat sebagai acuan bagi rumah sakit dalam menyusun peraturan
internal rumah sakitnya masing-masing. Namun sebelum mulai penyususnan ada hal-
hal yang penting yang harus diperhatikan oleh rumah sakit yaitu:
1. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) adalah “Tailor Made”
Oleh karena itu, pada waktu menyususn peraturan internal rumah sakit jangan
atau hindari memfoto copy peraturan internal rumah sakit dari rumah sakit lain.
Peraturan internal dari rumah sakit lain hanya sebagai acuan atau wacana saja
tidak boleh di fotocopy oleh karena peraturan internal rumah sakit dari rumah
sakit satu dengan lainnya tidak sama.
2. Laksanakan Legal Audit
Yang paling baik sebelum menyusun peraturan internal rumah sakit adalah
melakukan legal audit sehingga dapat diketahui semua peraturan dan perundangan
sebagai dasar penyelenggaraan rumah sakit. Legal audit ini bukan hanya sekedar
melakukan iventarisasi peraturan yang sudah ada dan yang belum dimiliki tetapi
juga mengkaji dan menelaah semua peraturam dan perundangan tersebut apakah
sudah kadaluwarsa, apakah ada dua duplikasi apakah saling bertentangan dan lain-
lain.
3. Peraturan Internal Untuk Dilaksanakan Bukan Merupakan Ideologi
Peraturan internal rumah sakit disusun bukan hanya sekedar dokmen tersebut
harus ada, tetapi harus dilaksanakan karena merupakan konstitusi rumah sakit.
Dalam menyelesaikan permasalahan/konflik intern rumah sakit maka peraturan
internal rumah sakit merupakan acuan untuk menyelesaikannya.
4. Hindari Pengulangan Kalimat dari Peraturan Perundangan
5. Jangan Berlebihan yang Diatur dan Juga Jangan Kurang
Yang perlu diperhatikan adalah peraturan internal rumah sakit hanya mengatur
tiga tungku sejerangan yaitu pemelik, direktur dan staf medis oleh karena itu
jangan terllau berlebihan dalam mengatur. Peraturan yang lebih rinci tidak diatur
di dalam peraturan internal rumah sakit tetapi didalam kebijakan operasional
rumah sakit.

Langkah-langkah penyusunan sebagai berikut:


1) Pembentukan Tim Penyusun
Tim penyususnan peraturan internal rumah sakit ini terdiri dari pemilik atau yang
mewakili, direktur rumah sakit dan komite medik.
2) Pertemuan Tim penyusun
Tujuan pertemuan tim penyusun ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami buku pedoman peraturan internal rumah sakit yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sehingga ada persamaan pengertian
dan persepsi tentang peraturan intenal rumah sakit, hal-hal apa saja yang perlu
diatur dan bagaimana mengaturnya.
2. Terbentuknya komitmen tim penyusunan.
3. Agar tersusun rencana kerja dan prosedur kerja.
4. Penyusunan kerangka konsep peraturan internal rumah sakit.
3) Melakukan Legal Audit
Legal audit sebelum menyusun peraturan sebaiknya dilakukan. Dalam melakukan
legal audit bisa meminta bantuan dari luar (konsultan) namun bisa dilakukan oleh
rumah sakit sendirii terutama bagi rumah sakit yang telah mempunyai bagian
hukum dalam struktur organisasinya.
4) Penyusunan Draft Peraturan Interna Rumah Sakit
Draft peraturan internal rumah sakit disusun dengan mengacu badan hukum
kepemilikan rumah sakit, peraturan dan perundangan tentang kesehatan dan
perumahsakitan serta hasil dari legal audit.
5) Pembahasan Draft
Dalam melakukan pembahasan agar melibatkan pihak-pihak terkait.
6) Penyempurnaan Draft Peraturan Internal Rumah Sakit
7) Finalisasi Peraturan Internal Rumah Sakit
Finalisasi dilakukan dengan penetapan peraturan internal rumah sakit dari pemilik
atau yang mewakili.
8) Sosialisasi Peraturan Internal Rumah Sakit
Sosialisasi ini dilakukan kepada stake holder dan costumer (internal dan eksternal)
9) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan internal rumah sakit dilakukan
sesuai dengan mekanisme pengawasan yang diatur pada peraturan internal rumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Suciati, M. (2015) ‘manajemen_rumah_sakit_hospital_by_laws’. Padang, p. 12.


Available at:
https://www.academia.edu/11697845/manajemen_rumah_sakit_hospital_by_laws.

Murniati, L. et al. (2016) ‘IMPLEMENTASI HOSPITAL BYLAWS DI RUMAH


SAKIT SANTO ANTONIO BATURAJA SETELAH BERLAKUNYA
PERMENKES NOMOR : 755 / MenKes / Per / IV / 2011 TENTANG
PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT’, 2(2), pp. 143–
153. Available at: file:///C:/Users/User/Downloads/817-1690-1-SM (1).pdf.

Indonesia, D. K. R. (2002) Hospital-Bylaws.pdf. Jakarta. Available at:


http://manajemenrumahsakit.net/download/Hospital-Bylaws.pdf.

Anda mungkin juga menyukai