Anda di halaman 1dari 11

MODEL HOSPITAL BY LAWS (HBL) DI RUMAH SAKIT

SUNKAMI TERIMASELLA
G1D116086

Diajukan Untuk Melengkapi Nilai Tugas Mata Kuliah


Manajemen Rumah Sakit Semester Genap Tahun 2018/2019

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
APRIL/2019
HOSPITAL BY LAWS (HBL) DI RUMAH SAKIT

Rumah sakit diakui merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko
tinggi (high risk), terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat
dinamis perubahannya.
Belakangan ini tidak jarang keluhan masyarakat bahwa rumah sakit tidak
melayani masyarakat dengan baik. Menurut Wila Chandrawila Supriadi, pasien
adalah orang sakit yang membutuhkan pertolongan dokter untuk menyembuhkan
penyakit yang dideritanya. Bahkan beberapa rumah sakit saat ini telah dituntut karena
pelayanan yang tidak sesuai harapan. Seringkali pasien berpendapat bahwa kerugian
yang diderita oleh pasien adalah disebabkan oleh kesalahan ataupun kelalaian yang
diperbuat dokternya, padahal untuk membuktikan kerugian itu disebabkan oleh
kesalahan atau kelalaian dokter adalah pekerjaan yang tidak mudah, karena
kedudukan antara dokter dan pasiennya ini adalah bersifat subordinat, dokter sebagai
tenaga yang ahli dibidangnya, sedangkan pasien adalah orang yang membutuhkan
pertolongan dari dokter.
Dalam rangka melindungi penyelenggaraan rumah sakit, tenaga kesehatan dan
melindungi pasien maka rumah sakit perlu mempunyai peraturan internal rumah sakit
yang biasa disebut Hospital Bylaws. Peraturan tersebut meliputi aturan-aturan
berkaitan dengan pelayanan kesehatan, ketenagaan, administrasi dan manajemen.
Tujuan hukum bukan hanya kepastian hukum, tetapi juga keadilan dan kemanfaatan
hukum.
Penyusunan peraturan internal (Hospital Bylaws) dilandasi dengan adanya
kesadaran Rumah sakit dimana merupakan sebagai suatu institusi pelayanan
kesehatan yang mana merupakan hak individu setiap manusia. Rumah sakit berupaya
untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal dengan mutu layanan yang terus
menerus ditingkatkan mengikuti perkembangan kemajuan jaman dan juga sikap
profesionalisme dari staf medis yang selalu mengutamakan kesehatan pasiennya.
a. Pengertian Hospital By Laws
Istilah Hospital Bylaw itu terdiri dari dua kata ‘Hospital’ dan ‘Bylaw’. kata
‘Bylaw’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut The Oxford
Illustrated Dictionary:Bylaw is regulation made by local authority or corporation.
Pengertian lainnya yaitu, Bylaws means a set of laws or rules formally adopted
internally by a faculty, organization, or specified group of persons to govern internal
functions or practices within that group, facility, or organization (Guwandi, 2004).
Dengan demikian, pengertian Bylaw tersebut dapat disimpulkan sebagai
peraturan dan ketentuan yang dibuat suatu organisasi atau perkumpulan untuk
mengatur para anggota-anggotanya. Keberadaan Hospital Bylaw memegang peranan
penting sebagai tata tertib dan menjamin kepastian hukum di rumah sakit. Ia adalah
‘rules of the game’ dari dan dalam manajemen rumah sakit.
Berdasarakan keputusan menteri kesehatan nomor 772 tahun 2002 tentang
pedoman peraturan internal rumah sakit (hospital by laws) menyatakan bahwa
hospital by laws berasal dari dua buah kata yaitu hospital (rumah sakit) dan bylaws
(pengaturan setempat atau internal).

Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) yaitu aturan dasar yang
mengatur kewajiban, kewenangan, hak dan tanggung jawab pemilik rumah sakit,
Dewan Pengawas, Direktur dan Staf Medis dalam mengelola rumah sakit sehingga
dapat lebih efektif, efisien dan berkualitas.

Hospital Bylaws merupakan salah satu bentuk aturan tertulis dari hasil
kesepakatan dan evaluasi antara pemilik dan pendiri rumah sakit dengan pihak-pihak
terkait.
Hospital Bylaws berlaku di suatu rumah sakit dengan tujuan untuk melindungi
semua pihak yang terkait secara baik dan benar berdasarkan Undang-undang.
Peraturan yang berlaku di Indonesia, pengelola rumah sakit pada dasarnya ditentukan
oleh ketiga komponen, dimana pihak yang berperan besar tersebut yaitu Pemilik
termasuk Dewan Pengawas, Direktur dan Staf Fungsional serta Peran Komite
danKomite Keperawatan di Rumah Sakit.
Hospital Bylaws diatur terkait hubungan hak dan kewajiban, tanggung jawab
peran dari Dewan Pengawas, Direktur dan Staf Medis Fungsional serta Peran Komite
Medik dan Komite Keperawatan di Rumah Sakit.
Seluruh tatanan hokum peraturan, ketentuan dan kebjakan yang diberlakukan
di internal Rumah Sakit harus tunduk dan mengacu kepada peraturan Rumah Sakit.
Peraturan internal (Hospital Bylaws) harus ditaati oleh seluruh pihak yang terkait
dengan peyelenggaraan, pengelolaan dan juga pelaksanaan dari segala bentuk
kegiatan maupun layanan di Rumah Sakit.
Bentuk dari Hospital Bylaws dapat brupa Peraturan Rumah Sakit seperti,
Standard Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan,
Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Peraturan internal rumah sakit
(HBL) antara rumah sakit satu dengan yang lainnya tidak sama antar materi
muatannya, hal tersebut tergantung pada sejarahnya, pendiriannya, kepemilikannya,
situasi dan kondisi yang ada pada rumah sakit tersebut. Namun demikian peraturan
internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnya.
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan internal (Hospital Bylaws) akan
diatur secara lebih teknis sebagai bentuk kebijakan teknis operasional dan mengacu
pada Hospital Bylaws dengan peraturan lain yang telah ditetapkan terlebih dahulu
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Adanya Hospital Bylaws, tidak hanya mengikat secara internal saja atau tidak
hanya mengikat bagi para tenaga medis saja. Dimana pasien yang merasa dirugikan
dalam pelayanan medis juga dapat meminta pertanggungjawaban hukum. Namun,
Pada kenyataannya, upaya penyelesaian sengketa yang telah dilakukan saat ini tidak
dapat memuaskan pihak pasien sebagai pihak yang dirugikan, sedangkan bagi dokter
dan rumah sakit timbulnya sengketa merupakan hal yang ditakuti karena berkaitan
dengan martabat dan nama baik. Sehingga sangat dibutuhkan kepastian hukumnya.
Ketentuan hukum mengenai Hospital Bylaws didasarkan pada UU Praktek
Kedokteran, UU Pelayanan Publik, UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit. Hospital
Bylaws merupakan kewajiban bagi Rumah Sakit maka Rumah Sakit Santo Antonio
Baturaja menyusun dan melaksanakan Hospital Bylaws. Pelanggaran atas kewajiban
dapat dikenakan sanksi administrasi. Bentuk pengaturan Hospital Bylaws adalah
PerMenKes Nomor: 755/MenKes/Per/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite
Medik Di Rumah Sakit dengan tujuan mengatur tata kelola klinis yang baik agar
mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi serta
mengatur penyelenggaraan komite medik di setiap rumah sakit dalam rangka
meningkatkan profesionalisme staf medis.

b. Fungsi Hospital By Laws


Adapun fungsi dari Hospital Bylaws antara lain yaitu:
1. Sebagai landasan hokum yang tertulis, jelas dan juga dapat mengatur hubungan
segi tiga yang seimbang antara Pemilik dengan Direktur sebagai pengelola
manajemen dan pelanggan dalam – pelanggan luar, baik itu hak-hak maupun
kewajibannya untuk mengantisipasi adanya kejadia internal dan eksternal yang
tidak diinginkan.
2. Untuk dapat melindungi hak dan kewajiban semua pihak (Pemilik dengan
Direktur sebagai pengelola manajemen dan pelanggan luar dan dalam) secara
seimbang yang dilandasi keadilan, dalam rangka menuju pelaynan Rumah Sakit
yang baik.
3. Merupakan pedoman bagi semua pihak, dimana sebagai perpanjangan tangan atau
acuan hokum bagi pihak-pihak yang berselisih.
4. Dapat sebagai saranan peningkatan mutu pelayanan, yang mana merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh sertifikat akreditasi Rumah Sakit tingkat lanjut.
5. Untuk mengatur hak dan kewajiban pemilik, hak dan kewajiban petugas Rumah
Sakit dan pasien serta kewajiban RS terhadap pemerintah dan aparat penegak
hokum.

c. Tujuan Hospital By Laws


Hospital Bylaws disusun dan dilengkapi dengan aturan yang dibuat oleh
institusi untuk mengatur semua unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan rumah
sakit seperti: medik, paramedik, non paramedik dan lain-lain, juga untuk
memfasilitasi sengketa hukum baik internal maupun eksternal.
Hospital Bylaws menjadi instrumen dalam pelaksanaan akreditasi rumah
sakit. Rumah sakit perlu membuat standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat
rumah sakit maupun untuk masing-masing pelayanan misalnya pelayanan medis,
pelayananan keperawatan, administrasi dan manajemen, rekam medis, pelayanan
gawat darurat, dan sebagainya.

d. Manfaat Hospital By Laws


Adapun manfaat dari adanya Hospital By laws yaitu:
1. Bagi rumah sakit

 Didalam rumah sakit dengan adanya Hospital Bylaws ini tentnya akan
memiliki kepastian hukum dalam pembagian kewenangan dan tanggung
jawab baik eksternal maupun internal yang dapat menjadi alat/ sarana
perlindungan hokum bagi rumah sakit atas tuntutan/gugatan.
 Dapat menunjang persyaratan untuk akreditasi rumah sakit nantinya.
 Sebagai sarana atau acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit.
 Rumah sakit akan memiliki kejelasan serta arah dan tujuan dalam
melaksanakan kegiatannya.

2. Bagi pengelola rumah sakit


 Dapat memiliki acuan terkait dengan batas kewenangan, hak dan
kewajiban serta tanggung jawab yang jelas. Sehingga memudahkan
dalam menyelesaikan masalah yang timbul serta dapat menjaga
hubungan yang serasi dan selaras.
 Mempunyai pedoman resmi untuk menyusun kebijakan teknis
operasional.
3. Bagi pemerintah

 Akan dapat mengetahui kedepannya terkait dengan arah dan tujuan


terterhadaprumarumah sakit tersebut didirikan .
 Sebagai acuan dalam menyelesaikan konflik di rumah sakit.

4. Bagi pemilik
 Mengetahui tugas dan kewajibannya.
 Acuan dalam menyelesaikan konflik internal.
 Acuan kinerja direktur rumah sakit.

e. Ciri –ciri hospital by laws.


Guwandi (2004) berpendapat bahwa beberapa ciri dan sifat yang khas dari
hospital by laws :

1. Bahwa hospital by laws adalah tailor-made, yaitu dimana isi, substansi dan
rumusan rinci dari hospital by laws tidaklah sama untuk di semua rumah sakit
dan tidak mungkin sama. Masing- masing rumah sakit mempunyai kekususan
tersendiri. (faktor sejarah,maksud dan tujuan,kepemilikan,situasi dan kondisi
yang berlainan dalam setiap rumah sakit).
2. Hospital by laws dapat berfungsi sebagai “perpanjangan tangan dari hukum”
Fungsi hukum membuat peraturan –peraturan yang bersifat umum dan berlaku
umum. Sedangkan kasus hokum RS dan kedokteran bersifat kasuistis. Dengan
demikian diperlukan untuk mengukur ada tindaknya kelalaian /kesalahan yang
ditunduhkan.
3. Hospital by laws mengatur bidang yang berkaitan dengan seluruh manajemen
rumah sakit.
4. Rumusan hospital by laws harus tegas, jelas dan terperinci.
5. Hospital by laws bersifat sistematis dan tingkat-tingkatnya berjenjang.
f. Faktor-Faktor Hospital By Laws (HBL)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Hospital By Laws adalah:
a. Faktor Yuridis
1. Pada Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan No: 755/MENKES/PER/IV/2011
Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit disebutkan bahwa:
Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata
kelola klinis agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan
pemeliharaan etika dan disiplin prefesi medis. Dalam Komite Medik tidak
memiliki perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang lain sedangkan
dalam Hospital Bylaws melindungi banyak pihak di rumah sakit.
Dalam akreditasi rumah sakit khususnya kelompok kerja
Administrasi dan Manajemen bila tidak ada Hospital Bylaws maka akan
mendapat skor 0 (nol) atau dapat membuat pengajuan akreditasi rumah sakit
tidak lulus. Jadi Hospital Bylaws dibuat sekedar memenuhi persyaratan
perijinan rumah sakit.
2. Rumah Sakit yang berbadan hukum Yayasan akan sulit menyesuaikan dengan
PerMenKes Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 terutama dalam hal
kelembagaan karena yang berwenang untuk melakukan penandatanganan
dokumen terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit adalah pihak Yayasan.
Hal ini berpotensi menimbulkan persoalan hukum khususnya berkaitan
dengan kewenangan.
3. Jangka waktu penyesuaian seperti tertulis dalam PerMenKes Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 sangat tidak cukup terutama bagi rumah sakit
yang jauh dari pusat pemerintahan dengan kondisi keuangan dan jumlah
pasien yang terbatas.

b. Faktor Teknis
1) Faktor sumber daya manusia yang terbatas
Adanya sumber Daya Manusia: kualitas dan kuantitas. Pengurus Yayasan
belum mengetahui tentang pentingnya peraturan internal rumah sakit di
rumah sakit sedangkan Direktur dan Staf Medik merasa hanya sebagai
pelaksana. Instrumen kebijakan sebagian besar berupa surat edaran dan
kewenangan hanya bersumber pada keputusan Pengurus Yayasan
sehingga mengakibatkan peraturan internal rumah sakit yang baik belum
berjalan secara optimal.
2) Faktor komunikasi yang belum baik
Terputusnya komunikasi antara Pengurus Yayasan, Direktur dan Staf
Medis. Rapat- rapat maupun sosialisasi Hospital Bylaws tidak ada,
pedoman sudah ada dan mengakui pentingnya Hospital Bylaws namun
belum pernah membaca sehingga implementasi belum terlaksana.
Hospital Bylaws hanya sebagai prasyarat akreditasi rumah sakit.
3) Faktor pengawasan yang belum optimal
Lemahnya penegakkan Hospital Bylaws dikarenakan tidak adanya
pengawasan sesuai dengan instrumen kebijakan rumah sakit baik dari
internal maupun eksternal.
4) Faktor struktur birokrasi yang belum berjalan dengan
semestinya. Semua standar operasional yang ada di rumah sakit mengacu
pada Hospital Bylaws karena sama-sama bersifat teknis dan koordinasi
antar lembaga belum terbentuk.

g. Penyusunan HBL (Hospital By Law)


Adapun langkah-langkah dalam penyusunan HBL, yaitu sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Penyusun yaitu yang terdiri dari pemilik atau yang
mewakili, direktur rumah sakit dan komite medik.
2. Pertemuan Tim penyusun
Ada beberapa tujuan pertemuan tim penyusun yaitu:
 Untuk mengetahui dan memahami buku pedoman peraturan internal
rumah sakit yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sehingga ada
persamaan pengertian dan persepsi tentang peraturan intenal rumah sakit,
hal-hal apa saja yang perlu diatur dan bagaimana mengaturnya.
 Terbentuknya komitmen tim penyusunan.
 Agar tersusun rencana kerja dan prosedur kerja.
 Penyusunan kerangka konsep peraturan internal rumah sakit.
3. Melakukan Legal Audit
Legala audit sebelum menyusun peraturan hendaknya dilakukan. Dalam
melakukan legal audit bisa meminta bantuan dari luar (konsultan) namun bisa
dilakukan oleh rumah sakit sendirii terutama bagi rumah sakit yang telah
mempunyai bagian hukum dalam struktur organisasinya.
4. Penyusunan Draft Peraturan Internal Rumah Sakit, yang mengacu kepada
badan hukum kepemilikan rumah sakit, peraturan dan perundangan tentang
kesehatan dan perumahsakitan serta hasil dari legal audit.
5. Pembahasan Draft.
6. Penyempurnaan Draft Peraturan Internal Rumah Sakit.
7. Finalisasi Peraturan Internal Rumah Sakit yang dilakukan dengan penetapan
peraturan internal rumah sakit dari pemilik atau yang mewakili.
8. Sosialisasi Peraturan Internal Rumah Sakit yang dilakukan kepada stake
holder dan costumer (internal dan eksternal).
9. Monitoring dan Evaluasi dalam pelaksanaan peraturan internal rumah sakit
dilakukan sesuai dengan mekanisme pengawasan yang diatur pada peraturan
internal rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 772/Menkes/SK/VI/2002.


Tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws). Jakarta.
Available at: http://manajemenrumahsakit.net/download/Hospital-Bylaws.pdf.

Suciati, M. (2015). Manajemen Rumah Sakit Hospital By Laws. Padang: Universitas


Andalas. Available at:
https://www.academia.edu/11697845/manajemen_rumah_sakit_hospital_by_la
ws

Anantarum, M A N. (2015). Hubungan Pelaksanaan Etika Profesi Dokter Dalam


Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) Ditinjau Dari Konsep
Hospital Bylaw Dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran Di RSUD Kudus. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

https://www.slideshare.net/singgihpudjirahardjo/hblmsbl-rsu-kartini-mojosari-41279950
(Di Akses Pada Tanggal 27 April 2019, Pada Pukul 21:06)

Anda mungkin juga menyukai