Sumber: Cecep Darmawan. Koran Media Indonesia, Minggu 15 Maret 2020, Dimodifikasi Penulis
Konsepsi Omnibus Law
• KATA OMNIBUS (BAHASA LATIN) ARTINYA UNTUK SEMUA HAL.
• BENTUK FORMIL OMNIBUS LAW (OBL) ATAU OMNIBUS BILL
ADALAH UNDANG-UNDANG (UU) DALAM HIRARKHI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIATUR DALAM UU NO 12
TAHUN 2011 SEBAGAIMANA DIUBAH OLEH UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2019 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
• OBL SEMACAM UU INDUK, UU UTAMA, UU POKOK, ATAU
CORNER STONE YANG DAPAT MENCABUT, MEREVISI,
MENGAMANDEMEN, ATAU MENGUBAH BEBERAPA SUBSTANSI
UU ATAU PASAL-PASAL UU SECARA SEKALIGUS AGAR LEBIH
SIMPLE, MUDAH, DAN SEDERHANA.
Negara-Negara yang Menerapkan Omnibus Law
• Amerika
• Kanada
• Irlandia
• Suriname
• Inggris
• Australia
• Jerman
• Turki
• Filipina
• Kamboja
• Vietnam
• Malaysia
• Singapura
Kelebihan dan Kelemahan Omnibus Law
Keunggulan: Kelemahan:
•Solusi bagi penyelesaian • Terkesan dominasi
konflik antarperaturan eksekutif.
perundang-undangan atau • Cenderung mengubah
benturan antarregulasi. praktika pembentukan
•Solusi bagi inkonsistensi peraturan perundang-
regulasi. undangan.
Sumber: Cecep Darmawan. Koran Media Indonesia, Minggu 15 Maret 2020, Dimodifikasi Penulis
Tujuan Akhir:
Sesuaikan dengan Sistem Keadilan, Kesejahteraan
Omnibus Law: Hukum Nasional dan Grand Design UU Rakyat, Tertib Hukum,
Maslahat atau Filosofi Bangsa serta yang memerlukan dan Kelangsungan
Mudarat bagi Sosiologis Masyarakat Model Omnibus Law
Kehidupan Bangsa yang
Bangsa? Indonesia Lebih Baik
Omnibus Law VS Corner Stone of The Law
PERENCANAAN
PENYUSUNAN
PEMBAHASAN
PENGUNDANGAN
Berbagai Metode Simplifikasi Legislasi/Regulasi
Menurut Ahmad Redi (2020)
Sumber: Ahmad Redi. (2020). Omnibus Law: Diskursus Pengadopsiannya Ke Dalam Sistem Perundang-undangan Nasional. Kolegium Jurist Institute.
Penjelasan Berbagai Metode Simplifikasi Legislasi/Regulasi
• Guillotine Approach: Korea Selatan yang terdampak krisis keuangan pada
pertengahan tahun 1990-an, mulai melakukan Reformasi Regulasi dengan cara
memangkas kurang lebih 50 persen dari semua regulasi yang berkaitan dengan pelayanan
publik, terutama yang berkaitan dengan penanaman modal. Oleh karena simplifikasi ini
dilakukan secara cepat dan masif, maka beberapa orang pakar menyebut pendekatan
simplifikasi regulasi di Korea Selatan ini sebagai “Guillotine Approach”
(BAPPENAS, 2015).
• One in- One out; One‐in-Two‐out Rule: Pemerintah harus bisa memulai
perencanaan regulasi dengan cara membuat satu UU dengan mencabut dua atau lebih UU
terkait (Oktaryal, 2020).
• The Red Tape Challenge bertujuan untuk mengurangi "biaya untuk bisnis" dengan
menghilangkan beban peraturan kecuali mereka dapat dibenarkan (Redi, 2020).
• Metode Sunset Clause dapat dimaknai bahwa setiap peraturan perundang-undangan
yang akan dibuat harus mencantumkan klausul jangka waktu pemberlakuan peraturan
perundang-undangan tersebut pada bagian akhir (Kurnia, 2017).
• Moratorium Pembuatan Peraturan (Rulemaking Moratorium) adalah
penundaan atau penangguhan suatu kegiatan atau undang-undang. Dalam konteks
hukum, ini mungkin merujuk pada penangguhan sementara suatu undang-undang untuk
memungkinkan dilakukannya gugatan hukum (Redi, 2020).
Sumber: Dari berbagai sumber: Ahmad Redi. (2020). Omnibus Law: Diskursus Pengadopsiannya Ke Dalam Sistem Perundang-undangan Nasional. Kolegium Jurist Institute, Kurnia, K.F.
(2017). Gagasan Metode “Sunset Clauses” Dalam Sistem Perundang-undangan Di Indonesia. Jurnal INA-Rxiv, Oktaryal, A. (2020). https://theconversation.com/banyaknya-ruu-dalam-
prolegnas-2020-2024-tidak-konsisten-dengan-niat-deregulasi-pemerintah-ini-cara-menguranginya-129712. Bappenas (2015). Strategi Nasional Reformasi Regulasi 2015-2025. Jakarta:
Kementerian PPN/BAPPENAS.
Partisipasi Publik dalam Pembentukan UU
Pasal 96 UU No. 12 Tahun 2011
• (1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau
tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
• (2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. rapat dengar pendapat umum; b.
kunjungan kerja; c. sosialisasi; dan/atau d. seminar, lokakarya,
dan/atau diskusi.
• (3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang
perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas
substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan.
• (4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan
secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
setiap Rancangan Peraturan Perundang-undangan harus dapat diakses
dengan mudah oleh masyarakat.
Pro Kontra UU Cipta Kerja
Sumber: Cecep Darmawan. Koran Media Indonesia, Minggu 15 Maret 2020, Dimodifikasi Penulis
Solusi terhadap Polemik UU Cipta Kerja
• Pemerintah dan DPR harus proaktif dan responsif terhadap aspirasi-
aspirasi masyarakatnya dengan membuka ruang partisipasi secara luas.
• Pemerintah dan DPR jangan sampai hanya mengakomodasi pihak yang
pro dan mengeliminasi para pihak yang kontra.
• Perlu adanya upaya untuk mencari titik keseimbangan politik (political
equilibrium) antara pihak yang pro dan yang kontra terhadap UU Cipta
Kerja.
• Mengedepankan nilai-nilai sila keempat Pancasila yakni kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan, ditegakan secara adil dan bijaksana.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH