Anda di halaman 1dari 85

Kewajiban Etik dan Tanggung

jawab (Perlindungan) Hukum


Profesi Dokter di Rumah Sakit
Edi suyanto
Ketua Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal
FKUA dan RSUD dr Sutomo
surabaya
KODE ETIK
Merupakan daftar ketentuan tertulis (written list) dari rules
yang memuat nilai-nilai dalam organisasi, yang se-kaligus
dipakai sebagai pedoman atau standar berprilaku.
Sebagai kerangka acuan dalam mengambil keputusan.
Selalu dilakukan revisi secara periodik, diselaraskan dengan
perkembangan masyarakat serta perkembangan organisasi.
Biasanya cakupannya amat luas, namun tidak pernah ber-
benturan dengan ketentuan hukum.
Setiap anggota organisasi bertanggungjawab terhadap te-
gaknya nilai dan standar yang ada dalam kode etik.
Tidak memerlukan paksaan, tetapi menuntut hati nurani.
KODE ETIK RS
RS sbg person (artificial entity), sudah selayaknya
berperilaku etis sebagaimana layaknya manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
PERSI, melalui forum MAKERSI, dapat merumus-kan
Kode Etik RS untuk dipakai sebagai kerangka acuan
bagi setiap RS dalam mengambil keputusan dan
sekaligus sebagai standar berprilaku.
Tiap RS juga dapat merumuskan Kode Etiknya
sendiri, namun tidak boleh bertentangan dengan
moral principles dan KODERSI yang dirumuskan
oleh Makersi serta ditetapkan oleh PERSI.
KEWAJIBAN ETIKA
Jika hukum memuat hak & kewajiban maka etika hanya
memuat kewajiban saja !!!
Misalnya: kewajiban RS untuk selalu menghormati hak
pasien, karyawan, masyarakat, lingkungan, dll.

SANKSI ETIKA

Berupa kata, bahasa, isyarat (seperti cibiran atau


cemohan) sampai pada tindakan pengasingan atau
pengucilan yang merepresentasikan ketidaksukaan
atau ketidaksenangan komunitasnya.
ETIKA PROFESI
MEDIS
MENGATUR
BAGAIMANA SEHARUSNYA
PARA ANGGOTA SUATU PROFESI
BERSIKAP DAN BERTINDAK DALAM
MELAKSANAKAN PROFESINYA
ETIKA PROFESI
Mengatur perilaku Dr/Perawat terhadap:
1. People who require medical care.
Ketika ada pesakit datang butuh pertolongan
Dr/Perawat (belum menjadi pasien Dr/Perawat).
2. Patients (clients).
Ketika pesakit tersebut sudah menjadi pasien Dr.
3. Health care team (co-workers).
Kewajiban thd anggota tim yang ikut menangani.
4. Society (social context).
Tanggung-jawab Dr terhadap masyarakat
5. Profession.
Tanggung-jawab Dr thd profesi (disiplin medis).
ETIKA TERHADAP PESAKIT
Ketika Dr tahu ada pesakit datang meminta perto
longan maka kewajiban Dr sudah muncul, kendati
mereka belum menjadi pasiennya, antara lain:
1. Wajib memperlakukan mereka dengan hormat
sebagai manusia bermartabat.
2. Tidak boleh membeda-bedakan mereka berda-
sarkan: - suku bangsa;
- ras dan warna kulit;
- agama atau kepercayaannya;
- pandangan politiknya; dll.
ETIKA TERHADAP PASIEN
Jika pesakit sudah menjadi pasien (karena sudah
terjalin hubungan terapetik) maka kewajiban etik
Dr terhadap pasien antara lain, wajib:
1. Memberikan layanan medis yang benar.
2. Menghormati hak asasinya sebagai manusia.
3. Menghormati haknya untuk menyetujui atau tidak
menyetujui tindakan medis.
4. Menghormati kerahasiaan medisnya.
5. Memberikan informasi yang benar.
6. Menyerahkan ke ahli lain bila tidak mampu lagi.
7. Menghormati hak pasien untuk mendapatkan
second opinion, dll.
ETIKA TERHADAP TIM
Dr tidak mungkin dapat bekerja sendirian.
Dr perlu bantuan Dr lain, perawat, bidan, tenaga
lab, tenaga farmasi dan sebagainya.
Oleh sebab itu, kewajiban Dr terhadap health care
team adalah:
1. Tidak boleh menjatuhkan anggota tim lain de- mi
mendongkrak nama baiknya didepan pasien.
2. Mengingatkan dan membetulkan manakala ada
anggota tim melakukan kesalahan.
3. Tidak boleh menafikan jasa anggota tim lain.
ETIKA TERHADAP MASYARAKAT
Dr memiliki kewajiban etik terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat, antara lain:
1. Jujur & terbuka kepada masyarakat.
2. Mengingatkan masyarakat manakala ditemukan
hal-hal yang dapat mengancam masyarakat.
4. Melakukan upaya yang pantas untuk menyele-
saikan problem yang dialami masyarakat.
5. Meletakkan garis keseimbangan yang adil anta-
ra social right dengan individual right dan anta-
ra social interest dengan individual interest.
ETIKA TERHADAP PROFESINYA
Dr memiliki kewajiban etik terhadap profesinya,
antara lain:
1. Konsisten (istiqomah) terhadap profesi medis.
2. Tidak menggunakan metode pengobatan lain
diluar ilmu kedokteran.
3. Selalu meningkatkan ilmu & ketrampilan klinis
agar dapat memberikan layanan medis sebaik-
baiknya kepada pasien.
4. Mengembangkan ilmu dengan melakukan riset.
5. Dan lain-lain.
Tiga Gelombang Perubahan Pelayanan Kesehatan
( 4 untuk INDONESIA )

1. Risk
Management
 
“3 waves of change
3.Quality 2.Patient
within the health service,
Management Safety
with a different root”

Indonesia  4. SJSN…….?

Vanostenberg,P.,Integrating Quality, Patient Safety & Risk Management, World Hospitals And Health Services, Official Journal of IHF, vol
41,no2, 2005.
Pelayanan Rumah Sakit di era Industri 4.0
BIG DATA ANALYSIS – SMART FACTORY – CYBER PHYSICAL SYSTEM – INTERNET OF THINGS –
INTEROPERABILITY -

• Perijinan Online - OSS


• Registrasi Online , Manajemen antrian online.
• SIM RS Terintegrasi termasuk Rekam Medis Elektronik
• Pertukaran dan Sharing Data antar institusi
• Tele medicine (konsultasi virtual, tele radiology, tele lab, remote ICU,
Pembedahan Robotik, dll).
• Data Cloud
• Smart Hospital Building.
• Layanan Kesehatan di rumah, dll
Tele ICU in India mhealth_Aprl 26 2015
Remote ICU (Tele ICU)

Sumber : medgadget.com
Smart Care – essence-grp.com
Hospital 4.0 - Benefit
Mudah

Efisien

Cepat

Akurat

Praktis

Puas
RISIKO RISIKO RISIKO
HUKUM
Era Industri 4.0

RUMAH SAKIT
GROWTH
LAYANAN KLINIS
Regulasi – Metode -
Kompetensi FASILITAS RS

ADMINISTRATIF
• Risiko hukum adalah risiko yang timbul
karena ketidakmampuan manajemen 
perusahaan dalam mengelola munculnya
permasalahan hukum yang dapat
menimbulkan kerugian atau kebangkrutan
 bagi perusahaan.
Risiko Hukum • Risiko hukum antara lain dapat bersumber
daripada operasional, perjanjian dengan
pihak ketiga, ketidakpastian hukum dan
kelalaian penerapan hukum, hambatan
dalam proses litigasi untuk penyelesaian 
klaim, serta masalah yurisdiksi antar negara.
-Wikipedia-
Pelanggaran Administratif (sertifikasi, Ijin Praktik,
Perijinan Fasilitas, Lingkungan dan SDM, keuangan,
hak Paten, dll).
Risiko Hukum untuk Pelayanan Klinis dan Non Klinis
RISIKO (kompetensi, KTD, pelanggaran rahasia pasien, fraud
oleh staf maupun direksi, dll).
HUKUM Risiko hukum atas Fasilitas bangunan dan pra sarana
RUMAH pendukung serta peralatan.

SAKIT DI ERA Risiko Hukum tuntutan atas pelanggaran hak staf


,pasien dan pihak lainny
INDUSTRI 4.0
Riksiko Lainnya
Pelanggaran Administratif (sertifikasi, Ijin Praktik,
Perijinan Fasilitas, Lingkungan dan SDM, keuangan,
hak Paten, dll).
Risiko Hukum untuk Pelayanan Klinis dan Non Klinis
RISIKO (kompetensi, KTD, pelanggaran rahasia pasien, fraud
oleh staf maupun direksi, dll).
HUKUM Risiko hukum atas Fasilitas bangunan dan pra sarana
RUMAH pendukung serta peralatan.

SAKIT DI ERA Risiko Hukum tuntutan atas pelanggaran hak staf


,pasien dan pihak lainny
INDUSTRI 4.0
Riksiko Lainnya
TIDAK ADA RUMAH SAKIT YANG SEMPURNA

KARENA

RUMAH SAKIT PADAT SUMBER DAYA

REGULASI YANG TERUS BERUBAH NAMUN TERLAMBAT ANTISIPASI


PERKEMBANGAN TEHNOLOGI KESEHATAN DI ERA 4.0
PERUBAHAN PARADIGMA TUNTUTAN HUKUM KE RUMAH SAKIT

• Rumah sakit tidak • Rumah sakit sebagai subjek


dapat digugat, hukum yang tidak lagi kebal
berdasar “doctrine of terhadap gugatan ganti rugi,
charitable immunity”, karena :
sebab menghukum – Mulai melupakan fungsi sosialnya;
rumah sakit sama – Mulai dikelola secara moderen
artinya dengan: seperti layaknya sebuah industri,
– Mengurangi assetnya. lengkap dengan risk management;
– Sudah banyak asuransi yang
– Mengurangi
produknya bersedia mengambil
kemampuan menolong
alih risiko rumah sakit (risk
masyarakat.
financing transfer).

28
FRAUD

MIS
SABOTAGE KOMUNIKASI

INSIDEN

KOMPLIKASI CEROBOH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT

ADMINISTRATIF
Pasal 62
Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00- (lima milyar rupiah).
Pasal 63
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 UU RS dilakukan oleh korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa
pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa:
•pencabutan izin usaha; dan/atau
•pencabutan status badan hukum.

Note : Pasal 25 ayat (1) : Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT

Bagian Ketujuh KLINIS


Tanggung jawab Hukum
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.32 TAHUN 2009
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
FASILITAS dan
LINGKUNGAN
Pasal 102
• Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin
sebagaimana dimaksud Pasal 59 ayat 4, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama tiga
tahun dan denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000 dan paling
banyak Rp. 3.000.000.000
PERLINDUNGAN HUKUM
RUMAH SAKIT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 44
• Dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada publik yang
berkaitan dengan rahasia kedokteran.
• Pasien dan/atau keluarga yang menuntut RS dan
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah
melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.
• Penginformasian kepada media massa sebagaimana dimaksud ayat
(2) memberikan kewenangan kepada RS untuk mengungkapkan
rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab RS.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 45
• RS tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif.
• RS tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 83
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa,
pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik
bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap
orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Identifikasi area
potensial berisiko
Lakukan “Grading
hukum : Metode
Risiko Hukum” , untuk
Pelayanan Klinis dan
menentukan urgensi
Pelayanan Non Klinis,
mitigasinya.
SDM, Fasilitas,
Manajemen Perijinan dan lainnya.

Risiko Hukum
Rumah Sakit Selalu monitor dan
Lakukan upaya
evaluasi upaya
terstruktur untuk
mitigasi yang
mitigasi risiko.
dilakukan.
Kesimpulan
• Industri 4.0 mendorong disrupsi pengelolaan rumah sakit.
• Regulasi Pemerintah belum mampu mengakomodir efek
industrialisasi 4.0.
• Regulasi tentang perumahsakitan wajib dipahami dan diperhatikan
oleh pimpinan RS, karena risiko gugatan/tuntutan hukum memiliki
potensi besar kerugian besar RS.
• Selain Komite Profesi , Komite Etik, tim Kredensial, perhatikan juga
kompetensi staf Tim Humas RS, tim Legal dan manajemen risiko RS.
• Pendekatan Humanis tetap mempunyai peran penting dalam
pelayanan.
Yang harus dilakukan  Patient Centered Care

Patient Centered Care - A Conceptual Model and Review of the State of the Art
Ravishankar Jayadevappa and Sumedha Chhatre. The Open Health Services and Policy Journal, 2011, 4, 15-25
THE DECISION MAKING PROCESS, A PATIENT CENTERED APPROACH:
AN ESSENTIAL PART OF A PATIENT-CENTERED APPROACH TO MEDICINE, CALLED
COLLABORATION

The Patient's
family:
Involved in
Decision -Making

Health Care The health care


Institution Institutions (hospitals,
insurance companies,
etc.)
setting facility design
Based on Regulations
Health Care Team (physicians, nurses and
technicians ) :
Interdisciplinary Team Model/Approach

Patient Centered Care - A Conceptual Model and Review of the State of the Art
Ravishankar Jayadevappa and Sumedha Chhatre. The Open Health Services and Policy Journal, 2011, 4, 15-25
Implikasi dalam Pelayanan
The Patient's family:
1.Involved in Decision Making :
a. The Voice of patients and family
b. The Choice of patients and Family

2.Team work
Health Care Team (physicians, nurses and technicians ) :
Interdisciplinary Team Model/Approach

3. Based on Regulations
The health care Institutions (hospitals, insurance companies, etc.)
setting facility design base on regulations

Patients Satisfactions
Hubungan Tenaga Medis-Pasien
dalam pelayanan kesehatan

TENAGA PASIEN
MEDIS

KEPERCAYAAN
KEAHLIAN & KEWENANGAN
STANDAR PROFESI

Prinsip : berupaya sesuai keahlian (inspanningverbittenis)


43
Penyelenggaraan Praktek Kedokteran yang baik di
Indonesia
Latar belakang :
1. Asuhan klinis dan asuhan medis yang baik untuk melindungi
masyarakat (pasien).
2. Bertujuan memberikan pelayanan kedokteran yang bermutu
dan aman.
3. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat (pasien) dan
dokter.
4. Sertifikasi, Lisensi, dan Standar Kompetensi dokter.
Praktek kedokteran Indonesia mengacu kpd 4 kaidah dasar
moral

1. Menghormati martabat manusia (respect for


person).
2. Berbuat baik (beneficence).
3. Tidak berbuat yang merugikan (non-
maleficence).
4. Keadilan (justice).
Pelaksanaan Asas dan Kaidah bertujuan untuk

1. Memberikan perlindungan kepada


masyarakat (pasien).
2. Mempertahankan dan meningkatkan Mutu
pelayanan medik.
3. Memberikan kepastian Hukum kepada
masyarakat (pasien) dan dokter.
Kewenangan dan Kewajiban Dokter
Kewenangan dokter :
1. Mewawancari dan memeriksa pasien.
2. Menentukan pemeriksaan penunjang.
3. Menegakkan diagnosa.
4. Menentukan penatalaksanaan pengobatan dan tindakan
kedokteran.
5. Memberikan resep obat, alat kesehatan, dan dokumen
kedokteran.
Kewajiban dokter
1. Mengutamakan pasien.
2. Memperlakukan pasien bermartabat.
3. Memberikan Informasi dan Edukasi pasien serta keluarganya.
4. Mempertahankan dan pemperbaharui pengetahuan serta
ketrampilan profesi.
5. Menghormati Agama, Kepercayaan, dan menjaga Kerahasiaan
pasien.
Praktek Kedokteran yang Baik
1. Mempunyai Kompetensi.
2. Hub baik antara dokter dan pasien (keluarga).
3. Hub baik antar sejawat.
4. Berkerja sesuai prosedur peraturan, tertib, dan berkeadilan.
5. Ketaatan pada Etika Profesi dan Disiplin Profesi.
6. Bersikap dan berperilaku Profesional.
TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai