Anda di halaman 1dari 10

MODEL HBL (HOSPITAL BY LAW) DI RS

ULFIA RAHMI
G1D116114

Diajukan Untuk Melengkapi Nilai Tugas Mata Kuliah


Manajemen Rumah Sakit Semester Genap Tahun 2018/2019

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
APRIL/2019
MODEL HBL (HOSPITAL BY LAWS) DI RS

A. Pengertian HBL (Hospital By Law)


Hospital Bylaw berasal dari dua kata, yaitu Hospital (rumah sakit) dan
Bylaw (peraturan institusi). Istilah atau terminologi Hospital Bylaw dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Peraturan Internal Rumah Sakit.
Dalam terminologi hospital bylaw perlu dibedakan dengan terminologi rule
and regulation (aturan dan regulasi) dalam banyak hal diantaranya dalam hal
materi (substansi) serta badan (otoritas) yang mempunyai kewenangan
mengesahkanya.
Berdasarakan keputusan menteri kesehatan nomor 772 tahun 2002 tentang
pedoman peraturan internal rumah sakit (hospital by laws) menyatakan bahwa
hospital by laws berasal dari dua buah kata yaitu hospital (rumah sakit) dan
bylaws (pengaturan setempat atau internal). Peraturan internal rumah sakit
adalah suatu produk hukum yang merupakan konstitusi sebuah rumah sakit
yang mana ditetapkan oleh pemillik rumah sakit atau yang mewakili.
Peraturan internal rumah sakit bukan merupakan kumpulan peraturan
teknis administrasi ataupun klinis sebuah rumah sakit. Oleh sebab itu SOP
atau protap, uraian tugas, surat keputusan direktur dan lain sebagainnya bukan
peraturan internal rumah sakit melainkan lebih pada kebijakan teknis
operasional.

B. Konsep HBL (Hospital By Law)


Secara umum, konsep hospital bylaw diatur dalam UU No 44 Tahun
2009 Tentang Rumah sakit khususnya pasal 29 ayat (1) yang berbunyi “
Rumah sakit wajib melaksanakan hospital bylaw serta selalu melindungi dan
memberi bantuan hukum bagi petugas rumah sakit”.
Apabila materi hospital bylaw masih berisi prinsip-prinsip yang
bersifat umum (general principles) maka rule and regulation sudah mulai
memuat hal-hal yang lebih bersifat spesifik bagi kebutuhan pelaksanaan dari
prisip-prinsip umum yang tercantum dalam hospital bylaw. Bila hospital
bylaw harus disahkan oleh governing board (dewan pemerintahan) atau badan

1
yang setara denganya (sebagai pemegang otoritas tertinggi yang mewakili
pemilik) maka rule and regulation cukup oleh eksekutif (yaitu komponen
rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap manajemen keseharian).
Hospital bylaw di ibaratkan sebagai sebuah undang-undang maka rule
and regulation merupakan peraturan pelaksanaannya, agar undang-undang
(yang masih bersifat abstrak,umum dan pasif) menjadi lebih operasional
sehingga mampu menyelesaikan berbagai tugas dan permasalahan nyata di
rumah sakit.

C. Fungsi dan Ruang Lingkup HBL (Hospital By Law)


Berdasarakan keputusan menteri kesehatan nomor 772 tahun 2002 tentang
pedoman peraturan internal rumah sakit (hospital by laws), fungsi hospital by
law yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasan
rumah sakitnya.
2. Sebagian acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit
dan menyusun kebijakan yang bersifat teknis operasinal.
3. Sebagai sarana untuk menjamin efektivitas, efisiensi serta mutu
4. Sebagai sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan
dengan rumah sakit
5. Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit khususnya konflik
antara pemilik, direktur rumah sakit dan staf medis.
6. Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit.
Penerapan hospital bylaw ini memiliki beberapa ciri-ciri atau
karakteristik khusus yang membedakanya dengan aturan hukum lainya.
Beberapa ciri-ciri atau karakteristik khusus dari hospital bylaw ini yaitu:
1. Hospital bylaw pada intinya mengatur hal-hal yang merupakan konstitusi
rumah sakit atau peraturan-peraturan dasar rumah sakit.
2. Suatu hospital bylaw adalah tailor made yang berarti hospital bylaw
dari satu rumah sakit berbeda dengan rumah sakit lainya.
3. Hospital bylaw pada prinsipnya adalah peraturan yang ditetapkan oleh
pemilik atau yang mewakili.

2
4. Hospital bylaw merupakan landasan bagi pembuatan rules and regulation
(peraturan rumah sakit).
5. Hospital bylaw mengatur hubungan pemilik atau yang
mewakili,direktur rumah sakit dan staf medis.
Simpulkan bahwa hospital bylaw merupakan tailor made (bebas
menurut rumah sakit itu sendiri) dan merupakan peraturan yang mengatur
pemilik rumah sakit atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis
namun tetap diperlukan acuan hal-hal apa saja yang perlu diatur dan tidak
semuanya bebas diatur oleh hospital bylaw dimana ada 3 unsur yang meliputi
konsep hospital bylaw yaitu: hubungan antara staf medis, eksekutif dan
pemilik.
Ketiga unsur tersebut sering disebut “triad‟ atau “tiga tungku
sejerangan”. Mengacu pada “triad” atau “tiga tungku sejerangan” tersebut
maka ada 2 set peraturan internal rumah sakit, yaitu Peraturan Internal yang
mengatur hubungan pemilik atau yang mewakili dengan Direktur RS
(pengelola RS) yang disebut peraturan internal institusi (Corporate bylaw) dan
peraturan internal yang mengatur staf medis yang disebut peraturan internal
staf medis (Medical Staff Bylaw). Pengaturan hubungan ini adalah sebagai
esensi yang juga merupakan ruang lingkup dari hospital bylaw tersebut.

D. Tujuan dan Manfaat HBL (Hospital By Law)


Adapun tujuan dari hospital by law, yaitu sebagai berikut:
1. Umum
Dimilikinya suatu tatanan peraturan dasar yang mengatur pemilik
rumah sakit atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan tenaga medis
sehingga penyelenggaraan rumah sakit dapat efektif, efisien dan
berkualitas.
2. Khusus:
a) Dimilikinya pedoman aspek hukum oleh rumah sakit dalam
hubungannya dengan pemilik atau yang mewakili direktur rumah sakit
dan staf medis.

3
b) Dimilikinya pedoman aspek hukum dalam pembuatan kebijakan teknis
operasional rumah sakit.
c) Dimilikinya pedoman aspek hukum dalam pengaturan staf medis.

Berrikut manfaat dari hospital bylaw:


1. Untuk Rumah Sakit
a) RS memiliki acuan aspek hukum dalam bentuk konstitusi.
b) RS memiliki kepastian hukum baik eksternal maupun internal yang
dapat menjadi alat/sarana perlindungan hukum bagi RS atas
tuntutan/gugatan.
c) menunjang persyaratan akreditasi RS.
d) Memiliki alat/sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan RS.
e) RS memiliki kejelasan arah dan tujuan dalam melaksanakan
kegiatannya.
2. Untuk Pengelola Rumah Sakit
a) Memiliki acuan tentang batas kewenangan, hak, kewajiban dan
tanggung jawab yang jelas sehingga memudahkan dalam
menyelesaikan masalah yang timbul serta dapat menjaga hubungan
serasi dan selaras.
b) Mempunyai pedoman resmi untuk menyusun kebijakan teknis
operasinal.
3. Untuk Pemerintah\
a) Mengetahui arah dan tujuan rumah sakit tersebut didirikan.
b) Acuan dalam menyelesaikan konflik di rumah sakit.
4. Untuk Pemilik
a) Mengetahui tugasdan kewajibannya.
b) Acuan dalam menyelesaikan konflik internal.
c) Acuan dalam menilai kinerja direktur rumah sakit.
5. Untuk Masyarakat
a) Mengetahui visi, misi, dan tujuan rumah sakit.
b) Mengetahui hak dan kewajiban pasien.

4
E. Ciri dan Substansi HBL (Hospital By Law)
1. Peraturan internal rumah sakit adalah “Tailor Made”, ini berarti peraturan
internal rumah sakit dari satu rumah sakit berada dengan rumah sakit
lainnya. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor internal RS, seperti
misalnya: sejarah, pendirian, kepemilikan, situasi dan kondisinya berlainan
di setiap rumah sakit.
2. Peraturan internal rumah sakit pada intinya mengatur hal-hal yang
merupakan konstitusi rumah sakit atau peraturan-peraturan dasar rumah
sakit.
3. Peraturan internal rumahsakit pada prinsipnya adalah peraturan yang
ditetapkan oleh pemilik atau yang mewakili.
4. Peraturan internal rumah sakit mengatur hubungan pemilik atau yang
mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis.
5. Uraian di dalam peraturan internal rumah sakit harus tegas, jelas dan
teperinci.
6. Karena rumusannya sudah jelas, maka peraturan internal rumah sakit tidak
dapat ditafsirkan lagi secara individual, sehingga tertutup kemungkinan
untuk mengadakan penafsiran yang berbeda.
7. Peraturan internal rumah sakit harus diterima sebagai mempunyai otoritas
dan ditaati oleh pihak-pihak yang terkait.
8. Agar tetap up-to-date, maka peraturan internal rumah sakit harus
dievaluasi secara berkala.

F. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi HBL (Hospital By Law)


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Hospital By Laws adalah:
a) Faktor Yuridis
1) Pada Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan No:
755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik
Di Rumah Sakit disebutkan bahwa:
Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata
kelola klinis agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan

5
pemeliharaan etika dan disiplin prefesi medis. Dalam Komite Medik
tidak memiliki perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang lain
sedangkan dalam Hospital Bylaws melindungi banyak pihak di rumah
sakit.
Dalam akreditasi rumah sakit khususnya kelompok kerja
Administrasi dan Manajemen bila tidak ada Hospital Bylaws maka
akan mendapat skor 0 (nol) atau dapat membuat pengajuan akreditasi
rumah sakit tidak lulus. Jadi Hospital Bylaws dibuat sekedar
memenuhi persyaratan perijinan rumah sakit.
2) Rumah Sakit yang berbadan hukum Yayasan akan sulit menyesuaikan
dengan PerMenKes Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 terutama
dalam hal kelembagaan karena yang berwenang untuk melakukan
penandatanganan dokumen terkait dengan penyelenggaraan rumah
sakit adalah pihak Yayasan. Hal ini berpotensi menimbulkan persoalan
hukum khususnya berkaitan dengan kewenangan.
3) Jangka waktu penyesuaian seperti tertulis dalam PerMenKes Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 sangat tidak cukup terutama bagi rumah
sakit yang jauh dari pusat pemerintahan dengan kondisi keuangan dan
jumlah pasien yang terbatas.
b) Faktor Teknis
1) Faktor sumber daya manusia yang terbatas
Sumber Daya Manusia : kualitas dan kuantitas. Pengurus Yayasan
belum mengetahui tentang pentingnya peraturan internal rumah sakit
di rumah sakit sedangkan Direktur dan Staf Medik merasa hanya
sebagai pelaksana. Instrumen kebijakan sebagian besar berupa surat
edaran dan kewenangan hanya bersumber pada keputusan Pengurus
Yayasan sehingga mengakibatkan peraturan internal rumah sakit yang
baik belum berjalan secara optimal.
2) Faktor komunikasi yang belum baik
Terputusnya komunikasi antara Pengurus Yayasan, Direktur dan Staf
Medis. Rapat- rapat maupun sosialisasi Hospital Bylaws tidak ada,
pedoman sudah ada dan mengakui pentingnya Hospital Bylaws namun

6
belum pernah membaca sehingga implementasi belum terlaksana.
Hospital Bylaws hanya sebagai prasyarat akreditasi rumah sakit.
3) Faktor pengawasan yang belum optimal
Lemahnya penegakkan Hospital Bylaws dikarenakan tidak adanya
pengawasan sesuai dengan instrumen kebijakan rumah sakit baik dari
internal maupun eksternal.
4) Faktor struktur birokrasi yang belum berjalan dengan
semestinya. Semua standar operasional yang ada di rumah sakit
mengacu pada Hospital Bylaws karena sama-sama bersifat teknis dan
koordinasi antar lembaga belum terbentuk.

G. Penyusunan HBL (Hospital By Law)


Adapun langkah-langkah dalam penyusunan HBL, yaitu sebagai berikut:
a) Pembentukan Tim Penyusun
Tim penyususnan peraturan internal rumah sakit ini terdiri dari pemilik
atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan komite medik.
b) Pertemuan Tim penyusun
Tujuan pertemuan tim penyusun ini adalah:
1) Mengetahui dan memahami buku pedoman peraturan internal rumah
sakit yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sehingga ada
persamaan pengertian dan persepsi tentang peraturan intenal rumah
sakit, hal-hal apa saja yang perlu diatur dan bagaimana mengaturnya.
2) Terbentuknya komitmen tim penyusunan.
3) Agar tersusun rencana kerja dan prosedur kerja.
4) Penyusunan kerangka konsep peraturan internal rumah sakit.
c) Melakukan Legal Audit
Legal audit sebelum menyusun peraturan sebaiknya dilakukan. Dalam
melakukan legal audit bisa meminta bantuan dari luar (konsultan) namun
bisa dilakukan oleh rumah sakit sendirii terutama bagi rumah sakit yang
telah mempunyai bagian hukum dalam struktur organisasinya.
d) Penyusunan Draft Peraturan Internal Rumah Sakit
Draft peraturan internal rumah sakit disusun dengan mengacu badan

7
hukum kepemilikan rumah sakit, peraturan dan perundangan tentang
kesehatan dan perumahsakitan serta hasil dari legal audit.
e) Pembahasan Draft
Dalam melakukan pembahasan agar melibatkan pihak-pihak terkait.
f) Penyempurnaan Draft Peraturan Internal Rumah Sakit
g) Finalisasi Peraturan Internal Rumah Sakit
Finalisasi dilakukan dengan penetapan peraturan internal rumah sakit
dari pemilik atau yang mewakili.
h) Sosialisasi Peraturan Internal Rumah Sakit
Sosialisasi ini dilakukan kepada stake holder dan costumer (internal dan
eksternal)
i) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan internal rumah sakit
dilakukan sesuai dengan mekanisme pengawasan yang diatur pada
peraturan internal rumah sakit.

8
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 772/Menkes/SK/VI/2002.


Tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws).
Jakarta. Available at: http://manajemenrumahsakit.net/download/Hospital-
Bylaws.pdf.

Suciati, M. (2015). Manajemen Rumah Sakit Hospital By Laws. Padang:


Universitas Andalas. Available at:
https://www.academia.edu/11697845/manajemen_rumah_sakit_hospital_by
_laws

Anantarum, M A N. (2015). Hubungan Pelaksanaan Etika Profesi Dokter Dalam


Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) Ditinjau Dari Konsep
Hospital Bylaw Dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran Di RSUD Kudus. Skripsi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai