Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN DOKTER PENANGGUNG

JAWAB PASIEN (DPJP)


RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO
TAHUN 2022

RSUD dr. ABDOER RAHEM


SITUBONDO

Jl. Anggrek No. 68 Situbondo


Telp. (0338) 673293 Fax 671028
Email: rsu.situbondo@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya Program
Kerja Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdoer Rahem Kabupaten
Situbondo dapat selesai disusun.
Program Kerja Pelayanan Keluarga Berencana ini di susun sebagai arahan untuk rencana
kegiatan selama tahun 2022. Program kerja ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
Keluarga Berencana di Rumah Sakit Daerah dr. Abdoer Rahem Kabupaten Situbondo.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah mernbantu penyusunan Program Kerja Pelayanan Keluaga
Berencana Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdoer Rahem Kabupaten Situbondo ini.

Situbondo, 15 November 2021

TIM PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I DEFINISI 1
BAB II RUANG LINGKLUP 2
BAB III TATA LAKSANA 3
BAB IV DOKUMENTASI 8

ii
LAMPIRAN :
PERATURAN D1REKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. ABDOER RAHEM
KABUPATEN SITUBONDO NOMOR : 445/50
TAHUN 2022 TENTANG AKSES DAN
KESINAMBUNGAN PELAYANAN D1
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.
ABDOER RAHEM KABUPATEN
SITUBONDO

BAB I
DEFINISI

Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada
satu pasien dengan satu patologi/penyakit, dari awal sampai akhir perawatan di rumah sakit, baik
pada pelayanan rawat jalan atau rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen
medis sampai dengan implementasi rencana tindak lanjutnya sesuai kebutuhan.
Pasien dengan lebih satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai kewenangan
klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus ada DPJP Utama. Contoh:
pasien dengan Diabetes Militus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter
Spesialis Dalam, Dokter Spesialis Mata, dan Dokter Spesialis Syaraf.
DPJP Utama adalah bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran
DPJP Utama adalah sebagai koordinator pengelolaan asuhan medis bagi pasien, dengan tugas
menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien
melalui komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi serta
mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan
masing - masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi).

Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien | 1


BAB II
RUANG LINGKUP

1 . DPJP bertugas mengelola rangkaian asuhan medis seorang pasien sesuai standar pelayanan
medis/profesi antara lain anamnase, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
medis/pemeriksaan lain, untuk penegakan diagnosis, selanjutnya perencanaan dan
pemberian terapi serta tindakan medis, pelaksanaan tindak lanjut/fo//ow-up /evaluasi
asuhan medis, sampai dengan rehabilitasi. Selain itu melakukan konsultasi sesuai
kebutuhan/indikasi, baik untuk pendapat atau rawat bersama.
2 . DPJP harus membuat rencana pelayanan, dimuat dalam berkas rekam medis. Rencana
pelayanan lengkap adalah memuat segala asuhan aspek medis yang akan diberikan,
termasuk pemeriksaan, konsultasi, rehabilitasi pasien dan sebagainya.
3 . DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
terjadinya kejadian yang diharapkan ataupun tidak diharapkan.
4 . DPJP wajib memberikan edukasi/pendidikan kepada pasien tentang kewajibannya, terhadap
rumah sakit dan bila diperlukan dibantu oleh staf dokter/perawat/staf administrasi. Hal-hal
yang menjadi kewajiban pasien adalah:
a. Memberi informasi yang jelas, benar, dan jujur
b . Mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan keluarga
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d . Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi intruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
f. Memperlihatkan sikap toleransi dan tenggang rasa
g . Mematuhi kebijakan finansial yang disepakati
Pendidikan kepada pasien atau keluarganya diberikan dalam bentuk secara lisan dan
kemudian DPJP mencatat dalam berkas rekam medis bahwa DPJP sudah memberikan
penjelasan.

Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien | 2


BAB III
TATA LAKSANA

1. Kebijakan Pelayanan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Bendan Setiap pasien yang
dirawat harus memiliki seorang DPJP yaitu Dokter Penanggung Jawab Pelayanan yang
merawat pasien tersebut dan memberikan asuhan medis sesuai dengan SOP DPJP. Bila
pasien dirawat bersama oleh beberapa dokter dari berbagai disiplin ilmu harus segera
ditunjuk seorang DPJP utama dan satu atau lebih DPJP tambahan sesuai dengan bidang
penyakit yang menangani pasien tersebut. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama
pasien masuk rumah sakit baik dari IGD maupun poliklinik.
2. Klarifikasi DPJP di Ruang Perawatan
Apabila dari IGD maupun poliklinik DPJP belum ditentukan, maka petugas ruangan
diwajibkan segera melakukan klarifikasi tentang siapa DPJP pasien tersebut, termasuk
melakukan klarifikasi DPJP utama dan DPJP tambahan bila pasien sejak awal telah dirawat
bersama oleh beberapa dokter sesuai dengan bidang terkait yang menangani pasien tersebut.
3. Penentuan DPJP Pasien Baru di masing-masing SMF (Staf Medis Fungsional)
Kebijakan penentuan dan pengaturan DPJP di masing-masing SMF / Sub SMF diatur
berdasarkan aturan sebagai berikut :
a . Jadwal konsulen jaga.
Konsulen jaga pada hari itu secara otomatis menjadi DPJP bagi pasien baru, kecuali
pasien rujukan yang ditujukan langsung kepada salah seorang konsulen atau pasien
memilih dokter sesuai keinginan pasien.
b . Surat Rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis terkait. Dokter spesialis yang
dituju otomatis menjadi DPJP pasien yang dimaksud, kecuali bila dokter tersebut
berhalangan karena sesuatu hal, maka pelimpahan DPJP beralih kepada konsulen jaga
pada hari itu atas persetujuan pasien.
c . Atas permintaan pasien / keluarga
Pasien dan keluarga berhak meminta salah seorang dokter sebagai DPJP. Apabila ada
relefansinya dengan bidang spesialis dokter yang bersangkutan. Bila tidak ada
relefansinya, hendaknya diberikan penjelasan dan diberikan alternatif DPJP lain sesuai
dengan SPO yang berlaku. Penjelasan sebaiknya dilakukan oleh dokter tersebut dan
dilimpahkan kepada dokter lain yang lebih berkompeten dalam bidangnya.
d . Hasil rapat Komite Medik pada kasus tertentu
Pada kasus yang sangat kompleks atau jarang, penentuan DPJP / DPJP utama dapat
ditentukan berdasarkan rapat Komite Medik.
4. Pola Operasional DPJP Rawat Bersama
Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan di bidang kompetensi dan keahliannya saja.
Bila ditemukan penyakit yang memerlukan penanganan disiplin profesi lain harus
dikonsulkan dan ditunjuk DPJP tambahan sesuai kebutuhan.

Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien | 3


5. Perubahan DPJP Utama
Untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan, bila diperlukan dapat terjadi perubahan DPJP
utama berdasarkan :
a. Penyakit terberat pada penderita tersebut.
b . Atas keinginan keluarga / penderita.
c. Berdasarkan rapat Komite Medik pada kasus tertentu.
Perubahan DPJP Utama harus mencantumkan tanggal mulai berlaku dan alasannya.
6. DPJP di ICU
Bila pasien dirawat di ICU maka DPJP utama dialihkan kepada DPJP ICU sesuai dengan
jadwal konsulen ICU yang berlaku saat itu, atau yang ditunjuk oleh konsulen ICU atas
permintaan penderita / keluarga maupun berdasarkan rapat Komite Medik pada kasus
tertentu. DPJP ICU berwenang memberikan berbagai tindakan medis yang diperlukan dan
selalu berkoordinasi dengan DPJP pasien atau DPJP Utama pasien pada kasus Rawat
Bersama sebelum pasien masuk ICU.
7. DPJP di IGD
a. DPJP di ruang IGD adalah dokter jaga (dokter umum).
b. Penanganan pasien non emergensi, dokter umum dapat memberikan terapi satu hari,
selanjutnya pasien disarankan periksa di poli spesialis hari berikutnya.
c. Penanganan pasien emergensi disesuaikan dengan kewenangan dokter umum sesuai
kompetensi, dan harus dikonsulkan kepada dokter spesialis sesuai kasus yang diderita
pasien untuk pelayanan lanjutan.
d. Selama pasien belum sempat dikonsulkan ke dokter spesialis sebagai DPJP utama, maka
DPJP masih dipegang oleh dokter jaga (dokter umum).
e. Apabila pasien sudah dikonsulkan ke dokter spesialis sebagai DPJP utama, tapi pasien
belum sempat dilakukan visite langsung dan karena kondisi tertentu pasien tersebut
meninggal maka dokter spesialis tersebut dianggap sebagai DPJP utama.
8. Pengalihan konsultasi di IGD / PONEK
Dalam pelayanan di IGD / PONEK, demi keselamatan pasien, apabila dokter Konsulen Jaga
KSM (Kelompok Staf Medis) tidak dapat dihubungi secara mendesak, maka konsul dapat
dialihkan kepada dokter dalam kelompok KSM yang sama, dan apabila tetap tidak bisa
dihubungi maka penanggung jawab pasien diambil alih oleh dokter jaga IGD / PONEK serta
berhak untuk melakukan rujukan guna penanganan lebih lanjut sesuai dengan SPO di IGD /
PONEK dan SPO di masing¬masing KSM.
9. Pelayanan di Kamar Operasi / IBS
a. DPJP Utama adalah dokter operator yang melakukan operasi, dan bertanggung jawab
seluruh kegiatan operasi serta permasalahan yang berkaitan dengan tindakan operasi.
Dokter anestesi yang melakukan tindakan pembiusan merupakan DPJP Anestesi pasien
tersebut dan bertanggung jawab terhadap permasalahan yang berkaitan dengan tindakan
anestesi bahkan sampai pasien kembali ke ruangan ICU / Ruang Intermediate. Sebelum

Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien | 4


operasi dilaksanakan, dokter operator dan dokter anestesi harus ikut melakukan prosedur
time out dan menandatangani formulir panduan time out (terlampir), sesuai dengan SPO
time out dikamar operasi.
b. Apabila dalam pengelolaan kasus bedah yang membutuhkan pengelolaan bersama, maka
harus dilakukan pengelolaan kasus secara bersama-sama dari dokter para pihak sesuai
dengan kompetensinya. Apabila ada halangan dari salah satu para pihak dari dokter
spesialis yang bersangkutan maka dokter operator durante operasi diberi kewenangan
untuk menyelesaikan penanganan kasus sampai tuntas sesuai kemampuan dokter operator
durante operasi.
c. Pada kasus yang membutuhkan tindakan operatif emergency, maka DPJP harus konsul ke
dokter anestesi untuk pelaksanaan tindakan anestesi, dalam kondisi tertentu apabila dokter
anestesi tidak dapat dihubungi oleh DPJP maka dokter operator / DPJP diberi kewenangan
untuk melakukan tindakan emergency dengan pelayanan anestesi dilakukan oleh penata
anestesi dengan ASA 2E, bila ASA 3 keatas harus dirujuk.
d. Pendaftaran kasus bedah elektif, dilakukan paling lambat jam 15.00 WIB, untuk pasien
dari poliklinik rawat jalan pendaftaran ke IBS dilakukan oleh perawat poliklinik yang
bersangkutan, untuk pasien rawat inap dilakukan oleh perawat ruangan.
e. Pengaturan penggunaan ruang IBS dilakukan oleh Kepala IBS.
f. Pada kasus emergency pendaftaran pasien kepada Kepala IBS untuk pengaturan lebih
lanjut.
g. Pada hari sabtu IBS hanya digunakan untuk pelayanan kasus emergensi (CITO / Urgen).
10. Koordinasi dan Transfer Informasi antar DPJP
a. K000rdinasi antara DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus dilaksanakan
sacara komprehensif, terpadu dan efektif dengan berpedoman kepada SPO KSM dan
standar keselamatan pasien.
b. Dalam kondisi DPJP berhalangan dalam pengelolaan pasien
1) DPJP utama berhalangan melakukan visite
a) Pelimpahan visite DPJP utama maksimal dilakukan pada jam 10.00 WIB dan
dilimpahkan kepada dokter dalam KSM yang sama.
b) Apabila tidak ada pelimpahan visite DPJP utama dan pasien belum dilakukan
visite oleh DPJP utama sampai pada jam 10.00 WIB maka otomatis visite
dilakukan oleh dokter dalam KSM yang sama.
c) Apabila tidak ada dokter setara dalam KSM yang sama visite dapat diserahkan
dokter jaga / dokter umum.
2) DPJP Utama Berhalangan selama 1 (satu) hari DPJP utama harus menyerahkan
kewenangan melakukan visite kepada DPJP Pengganti sebagai DPJP sementara.
3) DPJP Utama Berhalangan selama lebih dari 1 (satu) hari Pasien diberi kewenangan
memilih kembali DPJP utama.
c. Transfer pasien dari dokter jaga kepada DPJP

Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien | 5


Dalam kondisi semua Dokter KSM berhalangan hadir secara bersama-sama maka
kewenangan sementara diserahkan kepada dokter jaga, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Apabila berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter jaga, pasien
membutuhkan konsulan dari dokter KSM lain, dokter jaga diberikan kewenangan
untuk mengkonsulkan pasien tersebut kepada dokter konsulen KSM lain yang
diperlukan.
2) Setiap penggantian terapi dan / atau perubahan kondisi pasien harus dikonsulkan
kepada DPJP utama.
3) Dalam kondisi penanganan pasien emergency dokter jaga harus melakukan kosultasi
kepada DPJP utama dan apabila DPJP utama sulit dihubungi ( 2x panggilan telpon
tidak ada respon ) dokter jaga diberi kewenangan untuk konsultasi dengan dokter
KSM yang sama serta melakukan konsultasi kepada dokter KSM lain yang kompeten
sesuai kebutuhan pelayanan pasien, dan pasien tetap sebagai pasien DPJP awal.
d. Koordinasi dan transfer informasi baik dengan informasi ( komunikasi dan konsultasi )
antar DPJP harus dilaksanakan secara tertulis dalam rekam medis dengan menyampaikan
beberapa aspek antara lain diagnosis, hasil pemeriksaan, permasalahan dan keperluan
konsultasi yang diperlukan. Bila secara tertulis dalam berkas rekam medik belum optimal,
pendalaman informasi dapat dilakukan melalui koordinasi langsung baik dalam
komunikasi pribadi ( langsung atau telepon ) maupun pertemuan formal dalam
penatalaksanaan kasus tersebut.
e. Konsultasi yang dituju bisa secara khusus kepada disiplin ilmu ataupun kepada konsultan
secara perseorangan dengan persetujuan dari pasien atau keluarganya.
f. Konsultasi bisa bersifat biasa maupun segera atau emergency (CITO ).
g. Untuk kasus emergency seperti IGD atau kasus diatas meja operasi penyampaian
konsultasi bisa dilakukan dengan membawa berkas rekam medis dengan / atau tanpa
pasien ( pada kasus tertentu ) atau per telepon dengan metode komunikasi efektif.
h. Untuk kasus non emergency konsultasi bisa dilakukan dengan membawa berkas rekam
medis dengan / atau tanpa pasien ( pada kasus tertentu ) atau per telepon dengan metode
komunikasi efektif. Konsulen dalam menjawab konsul harus melihat dan memeriksa
pasien dalam waktu 24 jam, apabila dokter konsulen berhalangan atau tidak dapat hadir
dalam waktu 24 jam (mis. hari libur, seminar) diserahkan sepenuhnya ke DPJP utama.
i. Visite harian pasien
1) Pada hari kerja visite pasien dilakukan oleh DPJP atau DPJP pengganti.
2) Pada hari Minggu atau hari libur visite pasien dapat dilakukan oleh dokter jaga /
dokter umum.
j. Proses konsultasi di IGD atau kamar operasi sesuai SPO yang berlaku di IGD dan kamar
operasi. Konsultasi di IGD kepada konsultan jaga dilakukan oleh dokter umum jaga IGD
bisa dilakukan dengan lisan per telepon dalam melakukan pengobatan emergency kepada

Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien | 6


pasien sesuai bidang disiplin ilmu terkait. Jawaban konsulen harus ditulis didalam berkas
rekam medis setelah dilakukan konformasi ulang dengan metode komunikasi efektif.

Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien | 7


BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO-SPO terkait DPJP yang disebutkan di dalam panduan ini :


a . SPO Penetapan DPJP
b . SPO Pemilihan DPJP
c . SPO Visite DPJP
d . SPO Ijin cuti DPJP
e . SPO Dokter Pengganti
f . SPO Pengisian Rekam medis oleh DPJP
g . SPO Rawat Bersama
h . SPO Konsultasi medis
i. SPO Alih Rawat Karena Kondisi Medis
2. Form-form yang menyangkut DPJP :
a . Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
b . Formulir Pemilihan DPJP

Ditetapkan di : SITUBONDO

Pada Tanggal : 31 Mei 2022

Direktur
RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo

dr. ROEKMY PRABARINI ARIO, M.Kes.


Pembina Tk. I
NIP. 19700228 200212 2 001

Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien | 8

Anda mungkin juga menyukai