Anda di halaman 1dari 73

DIMENSI PEMBINAAN PROFESSIONALISME

DOKTER DAN DOKTER GIGI


Konsil Kedokteran Indonesia 2018
Herkutanto
• Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
• Konsil Kedokteran Indonesia, 2014-2019
• Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, 2011-2014
INTRODUKSI
• Salah satu tugas KKI adalah mempertahankan
professionalisme dokter setelah memperoleh STR
melalui Divisi Pembinaan
• Model praktik profesi dokter dapat berbentuk (1) hanya
melayani pasien saja; (2) melayani pasien dan
mendidik; (3) melayani pasien dan meneliti
• Pada pelayanan medis yang disertai pendidikan dokter
dan penelitian medis berpotensi terjadi penyimpangan
yang mengancam keselamatan pasien
ISSUE UTAMA (1)
• Pembinaan oleh KKI untuk Pelayanan medis masih
memiliki beberapa tantangan; khususnya dalam
pehamaman professionalisme.
– Isue kewenangan klinis (clinical privilege) dianggap
sebagai hak yang timbul karena pendidikan dan
pengalaman, dan bukannya sebagai pemberian (hak
khusus) oleh otoritas yurisdiksi (negara, RS)
– Menganggap putusan MKDKI sebagai hukuman yang
perlu dilawan dengan upaya hukum
ISSUE UTAMA (2)
• Pembinaan yang dilakukan KKI masih terfokus pada
dokter yang melakukan pelayanan semata, belum
menyentuh pada pelayanan yang disertai
pendidikan dokter dan penelitian medis.
– Belum ada Pedoman pelayanan medis yang disertai
pendidikan dokter pada rumah sakit pendidikan
– Belum ada Pedoman pelayanan medis yang disertai
penelitian medis pada rumah sakit pendidikan
URUTAN PAPARAN
1. .
URUTAN PAPARAN

1. Penyamaan persepsi tentang professionalisme


2. Mekanisme penegakan profesionalisme pada
tataran negara dan fasilitas pelayanan kesehatan
3. Makna penegakan disiplin profesi
4. Professionalisme dalam pendidikan kedokteran
5. Professionalisme dalam penelitian kedokteran
1
PENYAMAAN PERSEPSI TENTANG PROFESSIONALISME
ALASAN UTAMA MELAKUKAN REGULASI
KUALITAS TENAGA KESEHATAN

(Schellekens, W : Patient Safety Conference,


Konsil Kedokteran
European Indonesia 2018
Union Presidency Luxembourg, 4 – 5 April 2005)
PROFESSIONALISME
……..?

Konsil Kedokteran Indonesia 2018


MISPERSEPSI PROFESSIONALISME
Profesionalisme BUKAN:
• Telah menjalani pendidikan tertentu yang
dibuktikan dengan suatu sertifikat
• Kompeten karena telah berpengalaman
• Memperoleh privilege dari masyarakat karena
secara historis “pekerjaan” ini dikenal
keluhurannya sehingga timbul “trust” dari
masyarakat
MELURUSKAN MISPERSEPSI
PROFESSIONALISME
Profesionalisme :
• Bukan hanya telah menjalani pendidikan tertentu
yang dibuktikan dengan suatu sertifikat
• Kompetensi saja tidak cukup, diperlukan
komponen perilaku
• Memperoleh privilege dari masyarakat bukan
karena alasan historis, tetapi telah lolos proses
penapisan konsil, dan privilege tersebut dapat
dicabut kembali
COMMON MISUNDERSTANDING

A competent practitioner
automatically possesses privilege to
provide particular services in hospitals

Konsil Kedokteran Indonesia 2018


SOCIAL CONTRACT
PROFESSIONALS - COMMUNITY

Self credentialing Clinical privilege


Self licensing
Moral responsibility
High standard of competence
Market control
PROFESSIONALISM
Working condition
Konsil Kedokteran Indonesia 2018
William M Sullivan, Medicine under threat: Professionalism and professional identity, CMAJ 2000:162(5): 673
HAKEKAT PROFESSIONALISME

PROSES MEMBAYAR HUTANG

 Kelompok profesi membayar kembali “clinical privilege” yang


diterima melalui suatu sistem
Dengan cara
 Menjaga moralita ................. aspek afektif
 Menjaga kompetensi ........... aspek kognitif

FOKUS PADA KLIEN,


BUKAN PADA KEPENTINGAN DIRI SENDIRI
Konsil Kedokteran Indonesia 2018
MELURUSKAN MISPERSEPSI PRIVILEGE
Privilege:
• Pengecualian atas larangan untuk memasuki
wilayah / untuk beraktifitas pada yurisdiksi
(wilayah) tertentu
• Pengecualian atas larangan (=privilege=) diberikan
oleh Otoritas yurisdiksi tersebut
• Dengan memperoleh privilege, seseorang
memperoleh (hak khusus, yang dapat dicabut
kembali) untuk melakukan aktifitas dalam
yurisdiksi tertentu
MELURUSKAN MISPERSEPSI
CLINICAL PRIVILEGE
Clinical Privilege:
• Pengecualian atas larangan untuk melakukan aktifitas
klinis pada yurisdiksi tertentu (yang dapat dicabut lagi)
• Pengecualian atas larangan (=clinical privilege=)
diberikan oleh Otoritas yurisdiksi tersebut (Negara /
KKI, Rumah Sakit, Fasyankes)
• Dengan Kompetensi saja tidak serta merta
memperoleh seorang praktisi dapat memperoleh
privilege melakukan aktifitas klinis pada yurisdiksi
tertentu
COMPETENCE vs PRIVILEGE
COMPETENCE PRIVILEGE (AUTHORITY )
• Kemampuan yang dimiliki • Kewenangan yang diberikan
seorang dokter untuk melakukan oleh “penguasa” kepada
tindakan medis dokter untuk melakukan
tindakan medis ditempat (RS)
• Karakteristik yang melekat pada tertentu
pribadi seseorang • Dapat dicabut (dilarang
• Diperoleh secara pribadi melalui melakukan pelayanan
pendidikan, pelatihan, tersebut dalam jurisdiksi
pengalaman kerja tertentu) oleh pemberi
kewenangan (“penguasa”)
Status Professional Dokter / Gigi

Ditentukan oleh ada / tidaknya clinical privilege


(yang diberikan KKI / FASYANKES)

PRAKTIK KEDOKTERAN / GIGI


BUKAN HAK, TETAPI PRIVILEGE
Bagaimana Caranya Memperoleh Clinical Privilege ?

Konsil Kedokteran Indonesia 2018


“Turf Battles”
• Mengapa clinical privilege
menjadi isue ..?
• Siapa yang berhak untuk
menetapkan clinical
privilege suatu profesi ..?
• Bagaimana bila clinical
privilege di claim profesi
lain ..?
2
MEKANISME PENEGAKAN PROFESIONALISME PADA
TATARAN NEGARA DAN FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
Undang-undang RI No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki Surat Izin Praktik
(SIP)

entering
Pasal 38
The profession
Persyaratan untuk mendapatkan SIP :
1. STR
2. Tempat praktik
3. Rekomendasi dari organisasi profesi
Konsil Kedokteran Indonesia 2018
Medical Council

Clinical privilege

Registered Practitioners

Masyarakat / Pasien
Konsil Kedokteran Indonesia 2018
STATE STATE
IMMIGRATION

MEDICAL COUNCIL
Credentialing
Disciplinary
Clinical Privilege Tribunal

Fit
Registered Medical Practice Re-Credentialing
Practitioners MEDICAL COUNCIL STATE

Konsil Kedokteran Indonesia 2018


TUJUAN REGULASI DOKTER/ GIGI
MELALUI MEKANISME KREDENSIAL

Proteksi Masyarakat (protecting the people)


• Akuisisi yurisdiksi oleh otoritas
– UU Praktik Kedokteran, Medical Bylaws
• Entering to the Profession
– Registration: who is safe to provide services
• Expelling from the Profession
– Disciplinary Measures: unsafe practitioners
The profession …..?
Konsil Kedokteran Indonesia 2018
DASAR HUKUM MELAKUKAN KREDENSIAL
1. UUNo. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
• Pasal 51 a: Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
2. UU No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
• Pasal 29 r: Dalam peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff bylaw)
antara lain diatur kewenangan klinis (Clinical Privilege).
3. PERMENKES 755 Tahun 2011 tentang Komite Medis
• Pasal 3(1) dan (2): setiap pelayanan medis yang dilakukan staf medis di rumah
sakit dilakukan berdasarkan clinical privilege yang direkomendasikan komite
medik
UNDANG-UNDANG RUMAH SAKIT
Pasal 29
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;
b. Dwt, dst
r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);
• Penjelasan Pasal 29 huruf r
Yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah Sakit (Hospital bylaws) adalah
peraturan organisasi Rumah Sakit (corporate bylaws) dan peraturan staf medis
Rumah Sakit (medical staff bylaw) yang disusun dalam rangka menyelenggarakan
tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan tata kelola
klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan staf medis
Rumah Sakit (medical staff bylaw) antara lain diatur
kewenangan klinis (Clinical Privilege).
Konsil Kedokteran Indonesia 2018
UNDANG-UNDANG NO. 44/2009
TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 46
Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.
Penjelasan:
Cukup jelas

Justifikasi Clinical Governance di Rumah Sakit


Konsil Kedokteran Indonesia 2018
CREDENTIALING GLOSSARY
Terminologi Terjemahan Penjelasan
Clinical Penugasan hak khusus seorang staf perawat untuk melakukan sekelompok
pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu
Appointment Klinis periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
(CA) (clinical appointment).

Clinical Daftar penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada seorang staf perawat
untuk melakukan sekelompok asuhan keperawatan dirumah sakit
Privilege List Kewenangan tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan
(CP) Klinis baginya

White Paper Buku Putih dokumen yang memuat kriteria untuk menyatakan bahwa seorang
perawat kompeten untuk melakukan tugas dalam suatu CP tertentu
(WP) yang telah terdelinasi
Peer Group Mitra Bestari sekelompok staf perawat dengan reputasi dan kompetensi profesi
yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi
(PG) keperawatan
29
PROSES KREDENSIAL
Rekomendasi
Clinical Appointment

Mitra Bestari
~

Aplikasi
Clinical Privilege
Buku Putih
Praktisi Medis Clinical Privilege
30
SEGITIGA KREDENSIAL
(Herkutanto, 2009)

DAFTAR
Mitra Bestari

Formulir
Buku Putih
Clinical Privilege
Clinical Privilege
05/11/2018 31
CREDENTIALING

CLINICAL PRIVILEGE
Cricothyrotomy
risk
Endotracheal (Nasal/Oral)
risk
Neuromuscular blockade
risk
Mechanical ventilation
risk
Percutaneous
transtracheal ventilation risk
Therapeutic decompression risk

05/11/2018 32
COMPETENCE

evidence that “you have done it”


Competence = +
evidence that “you did it well”

Konsil Kedokteran Indonesia 2018


BUKU PUTIH (white paper)
• Dokumen yang memuat syarat2 / kriteria kapan seorang dokter dianggap
kompeten untuk melakukan pelayanan medis tertentu dengan aman
• Suatu pelayanan medis tertentu dapat saja dilakukan oleh beberapa
dokter dengan spesialisasi berbeda asalkan telah memenuhi Memuat
syarat2 / kriteria dalam white paper
• Suatu white paper memuat syarat2 / kriteria
– kualifikasi pendidikan / pelatihan,
– jumlah kasus yang telah ditangani,
– keikutsertaan dalam organisasi profesi / seminat, dll

05/11/2018 34
PERAN BUKU PUTIH TERKAIT CLINICAL PRIVILEGE

• Merupakan tolok ukur bagi komite medis untuk


merekomendasikan clinical privilege bagi seorang
dokter melalui proses credential
• Instrumen untuk mendukung pembuktian legalitas
dokter berwenang melakukan pelayanan medis
tertentu di rumah sakit

05/11/2018 35
TAHAP INISIASI
• Setiap rumah sakit membutuhkan white paper untuk memberikan clinical
privilege bagi dokter
– SMF / Departemen berkepentingan untuk berkontribusi menyusun white paper
untuk menjamin mutu dan keamanan pelayanan medis dibidangnya
– SMF / Departemen mengidentifikasi kebutuhan untuk menyusun white paper
pelayanan medis dibidangnya
• SMF / Departemen mengajukan permohonan kepada Direktur Rumah Sakit
untuk menyusun white paper untuk pelayanan medis tertentu
• Direktur Rumah Sakit meminta komite medis untuk menyusun white paper
untuk pelayanan medis tertentu tersebut
TAHAP PERSIAPAN
• Komite medis membentuk Tim Penyusun White Paper (TPWP)
yang anggotanya adalah
– unsur dari Komite Medis
– representasi dari disiplin ilmu yang kompetensinya terkait dengan
white paper yang akan disusun.
• Komite medis mempersiapkan akses untuk memperoleh acuan
/ rujukan untuk menyusun white paper tersebut dari kolegium
terkait dan regulasi yang terkait pelayanan medis tersebut
• Komite medis membuat template dokumen white paper
TAHAP PELAKSANAAN
1. unsur dari Komite Medis memimpin rapat TPWP dan menjelaskan bahwa
yang akan disusun adalah satu white paper yang berlaku bagi setiap
kelompok spesialisasi yang terkait dengan pelayanan medis tersebut
2. Setiap disiplin profesi kedokteran menyusun elemen white paper yaitu
syarat2 / kriteria kapan seorang dokter dinyatakan kompeten untuk
melakukan pelayanan medis tertentu dengan aman yang meliputi:
 kualifikasi pendidikan / pelatihan,
 jumlah kasus yang telah ditangani,
 keikutsertaan dalam organisasi profesi / seminat, dll
TAHAP PELAKSANAAN
3. Seluruh anggota TPWP membahas masukan elemen white paper dari
SMF terkait
4. Seluruh anggota TPWP menyepakati elemen white paper dan menyusun
satu white paper dengan template yang disediakan komite medik
5. Ketua TPWP menyerahkan draft white paper kepada ketua komite medik
secara resmi dengan surat tertulis
6. Komite medik menelaah white paper dan menyempurnakannya dengan
tetap mengindahkan hal2 prinsip yang telah disepakati anggota TPWP
7. Komite medik menyerahkan draft final white paper kepada Direktur RS
8. Direktur Rumah Sakit mengesahkan White Paper dalam bentuk
Keputusan Direktur dan memberlakukannya di rumah sakit
TAHAP PENGESAHAN DAN IMPLEMENTASI

9. Direktur Rumah Sakit mengesahkan White Paper


dalam bentuk Keputusan Direktur dan
memberlakukannya di rumah sakit
10. Direktur Rumah Sakit mendiseminasikan informasi
terkait white paper tentang pelayanan medis
tersebut kepada seluruh jajaran rumah sakit
RUJUKAN REGULASI PENYUSUNAN WHITE PAPER UNTUK KOMPETENSI
YANG SAMA DARI BEBERAPA DOKTER SPESIALIS AYNTG BERBEDA

• Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 42


Tahun 2016 Tentang Pengesahan Kompetensi
yang sama dalam standar Kompetensi Bidang
Spesialisasi Yang berbeda untuk Dr/Drg
• Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No. 20 /
KKI/KEP/VII/2016 Tentang Pengesahan Buku
Putih Kompetensi Stenting pada Arteri Karotis
Dalam Bidang Spesialisasi Kedokteran Yang
Berbeda
• Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No. 2 /
KKI/KEP/XI/2016 Tentang Pengesahan Buku Putih
Kompetensi Kemoterapi Dalam Bidang
Spesialisasi Kedokteran Yang Berbeda
TUJUAN PENGATURAN
Pemberian Kewenangan Klinis
Pasal 2
1. menjamin mutu pelayanan kedokteran demi melindungi
keselamatan pasien
2. memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
Dokter dan Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan Panduan bagi
spesialistik tertentu Rumah Sakit
dalam
3. panduan pada kolegium dalam membuat Buku Putih.
menyusun
4. memberikan kejelasan dalam pemberian kewenangan buku putih
klinis Dokter dalam kompetensi klinis yang sama dari
beberapa disiplin ilmu kedokteran
Substansi Dalam Buku Putih
Pasal 3
(1) Buku Putih memuat kriteria kompetensi klinis yang
harus dimiliki oleh setiap Dokter yang akan
melakukan pelayanan di Rumah Sakit
(2) Kriteria kompetensi klinis dalam Buku Putih meliputi
1. pendidikan formal
2. pelatihan formal
3. pengalaman menangani kasus secara baik dalam
periode tertentu
Persiapan Penyusunan Buku Putih
Pasal 4
Spesialis terkait menyusun dan menetapkan
bersama kriteria kompetensi klinis dengan
mempertimbangkan aspek
a. disiplin ilmu kedokteran terkait;
b. Pendekatan sistemik;
c. pendekatan organ;
d. pendekatan mekanisme tindakan.
PERUBAHAN BUKU PUTIH
Pasal 9
(1) Buku Putih dapat dikembangkan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteranserta peraturan perundang-
undangan.
(2) Dalam hal terdapat perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran serta peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) maka wajib dilakukan penyesuaian
Buku Putih
Permohonan Memperoleh
Kewenangan Klinis
Pasal 10
(1) Dokter agar berwenang melakukan pelayanan
kedokteran / tindakan pada kompetensi klinis yang
sama dari beberapa disiplin ilmu kedokteran di
Rumah Sakit wajib membuktikan pemenuhan kriteria
kompetensi klinis sesuai dengan Buku Putih.
(2) Komite medik wajib melakukan verifikasi
permohonan dan bukti pemenuhan kriteria
kompetensi klinis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
Penilaian Komite Medis dan Pengakuan
Rumah Sakit

Pasal 11
(1) Dokter yang telah memiliki kewenangan klinis
berwenang melakukan pelayanan di Rumah Sakit.
(2) Masing-masing Dokter yang memiliki kewenangan
klinis dalam memberikan pelayanan kedokteran di
Rumah Sakit harus sesuai dengan ketentuan dalam
Buku Putih
(3) Fasilitas atau instalasi untuk pelayanan kedokteran
ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit dan dapat
dimanfaatkan oleh dokter dari beberapa disiplin ilmu
KEWAJIBAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
BERDASARKAN BUKU PUTIH
Pasal 12
(1) Setiap Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan
Kedokteran pada kompetensi klinis yang sama dari beberapa
disiplin ilmu harus berdasarkan Buku Putih
(2) Komite medik di Rumah Sakit atau tim yang dibentuk oleh Kepala
Rumah Sakit menerbitkan rekomendasi kewenangan klinis bagi
Dokter untuk dapat melakukan pelayanan kedokteran melalui
proses kredensial dan rekredensial dengan berdasarkan Buku
Putih
(3) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Kepala Rumah Sakit menerbitkan surat penugasan klinis (clinical
appointment) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pelayanan sesuai kompetensi klinis dalam Buku Putih dilakukan
oleh KKI, MKKI, dan Kolegium terkait
(2) Komite medik melakukan pengawasan terhadap pelayanan
kedokteran
(3) KKI, MKKI, dan Kolegium terkait melakukan pembinaan dan
pengawasan dan evaluasi pelaksanaan Peraturan KKI ini
(4) Dokter yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam
Peraturan KKI ini dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Monev KKI
peraturan perundang-undangan Akreditasi KARS
(5) Ketua Komite Medik melalui Kepala Rumah Sakit melaporkan
secara tertulis pelanggaran yang dilakukan oleh Dokter ke
Kolegium terkait dan KKI
PERLINDUNGAN
HUKUM
Pasal 15
Kolegium terkait yang menaati Rumah sakit mentaati
ketentuan dalam Peraturan KKI ini, Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 755
Dokter yang disiplin ilmunya diampu
Tahun 2011 Tentang Komite
oleh Kolegium tersebut dilindungi Medis
oleh hukum dalam melakukan
Komite Medis mentaati
pelayanan kedokteran di Rumah Peraturan Konsil nomor 42
Sakit. Tahun 2016 (white paper)
Buku putih yang telah disahkan KKI

1. Pengesahan buku putih kompetensi stenting


pada arteri karotis dalam bidang spesialisasi
kedokteran yang berbeda (Kepkonsil no 20 th
2016)
2. Pengesahan buku putih kompetensi
kemoterapi dalam bidang spesialisasi
kedokteran yang berbeda (Kepkonsil no 28 th
2016)
3
MAKNA PENEGAKAN DISIPLIN PROFESI
SPIRIT TINDAKAN DISIPLIN
BUKAN
MENGHUKUM DOKTER

MENGEDEPANKAN
PROTEKSI PASIEN

How to expell from the profession


Theory of the Bad Apple

Membuang Mekanisme
apel busuk pendisipilinan

Expelling form the professions

Konsil Kedokteran Indonesia 2018


PERBEDAAN
ETIKA PROFESI vs DISIPLIN PROFESI vs. HUKUM

ETIKA DISIPLIN HUKUM


 Standar Profesi / Perilaku- • Norma Hukum
 Masalah Moral Pelayanan • Pelanggaran Norma
 Baik - Buruk Hukum ( Benar – Salah)
 Pelanggaran Standar profesi
(Benar – Salah) • Kedamaian (mencegah –
 Dilemma Norma mengatasi konflik)
 Kualitas Profesi (Pelayanan-
Internal (etika profesi) Perilaku) – Perdata - Pidana
 Kehormatan Profesi –  KONSIL – Joint Commission
• PENGADILAN
Kualitas Moral  Anggota Profesi
– Hakim
 Masyarakat
 MKEK – Org.Profesi  Pemerintah
– Penggugat/Jaksa
 Anggota Profesi – Tergugat / terdakwa
 Lingkup - sasaran:
 Pasien / Klien • Lingkup - sasaran:
 Lingkup - sasaran:  Underskilled – Dokter
 Communication – Rumah Sakit
 Diri sendiri Problems
 Sexual harrashment • Kelalaian
PARADIGMA DALAM MENANGANI
SUATU KASUS DISIPLIN PROFESI
Tujuan pembuktian suatu kasus :
• Mencari apakah memang ada perilaku profesi yang dilanggar
(dengan berbagai gradasi pelanggaran)
– Unprofessional Conduct - Professional Misconduct
• Mencari bentuk “remedial” agar masyarakat diproteksi
terhadap pelanggaran perilaku tersebut

Tindakan disiplin TETAP dilakukan walaupun


TIDAK ADA pelanggaran hukum
SUBSTANSI NORMA DISIPLIN
• Tidak dirumuskan secara restriktif seperti hukum pidana (norm &
sanctum)
– Menggunakan nilai2 luhur profesi
– Memerlukan interpretasi majelis
• Pembedaan berdasar derajat keparahan pelanggaran
– UNPROFESSIONAL CONDUCT (ringan)
• Tidak perlu di “remove” dari profesi, karena tidak begitu
membahayakan pasien
– PROFESSIONAL MISCONDUCT (berat)
• Perlu di “remove” dari profesi, karena tidak begitu
membahayakan pasien
BENTUK TINDAKAN DISIPLIN
• Peringatan Tertulis
• Suspensi Clinical Privilege untuk waktu tertentu atau
selamanya
• Modifikasi Clinical Appointment: limitasi (reduksi)
kewenangan klinis (clinical privilege);
• bekerja dibawah supervisi dalam waktu tertentu oleh
orang yang mempunyai kewenangan untuk pelayanan
medis tersebut (proctoring);
TUGAS UTAMA SUB-KOMITE DISIPLIN
RUMAH SAKIT
 BIDANG ETIKA PROFESI MEDIS
 Solusi dilemma etika profesi medis dan bio-etika
 Membuat pernyataan (fatwa) tentang suatu kasus
 Pembinaan dan diseminasi etika profesi dan bio-etika

 BIDANG DISIPLIN PROFESI MEDIS


 Penegakan professional conduct
 Membuat putusan tindakan disiplin profesi
 Pembinaan dan diseminasi disiplin profesi
PROSES PENYELESAIAN KONFLIK PELAYANAN KESEHATAN

SIDANG
MAJELIS DISIPLIN
BEBAS

TINDAKAN
PENGADUAN DISIPLIN

INVESTIGASI
Laporan DAMAI
Kasus

MEDIASI PENGADILAN
NEGOSIASI NEGERI
KEDEPAN
PANDUAN TENTANG KEWENANGAN KLINIS
1. Pada Kepkonsil No. 20 Thn 2016 dan Pada Kepkonsil No.
28 Thn 2016 Diktum Kesatu kata-kata “memiliki
kompetensi yang sama dalam pelaksanaan prosedur
Kemoterapi” dijelaskan lebih lanjut dalam pedoman bahwa
dalam kompetensi yang sama tersebut harus diartikan
kompetensi sesuai dengan kemampuan yang telah
diajarkan selama pendidikan oleh masing-masing spesialis
2. Pedoman ini akan memberikan panduan tentang tata cara
pemberian kewenangan klinik oleh komite medis di RS
sesuai dengan butir ke 2, 3, dan 4 Kepkonsil No. 20 tahun
2016;
KEDEPAN
PANDUAN TENTANG KEWENANGAN KLINIS
3. Pedoman ini akan memberikan panduan tentang tata
cara pemberian kewenangan klinik oleh komite medis di
RS sesuai dengan butir ke 2, 3, dan 4 Kepkonsil No. 20
tahun 2016;
4. Panduan juga akan menyatakan bahwa setiap spesialis
tidak serta merta dapat diberikan kewenangan klinis
oleh komite medis bila tidak memenuhi kriteria
kompetensi di dalam buku putih;
KEDEPAN
PANDUAN TENTANG KEWENANGAN KLINIS
5. Spesialis yang dalam kurikulum intinya telah mengajarkan
dan mengujikan kompetensi sebagaimana diatur dalam
Kepkonsil No. 20 thn 2016 dapat diberikan kewenangan
klinisnya oleh komite medik RS;
6. Para spesialis yang mendapatkan kewenangan klinis
berdasarkan kepkonsil No 20 Thn 2016 harus mampu
menangani komplikasi akibat pelaksanaan kewenangan klinis
tersebut;
7. Panduan ini akan menguraikan tata cara pemberian
kewenangan klinis di RS sesuai Permenkes 755 Thn 2011 ttg
Komite Medik.
KESIMPULAN
1. Tugas Utama KKI adalah menjamin perlindungan bagi pasien
/ masyarakat melalui
 Mekanisme registrasi untuk menapis kompentesi dr / drg
 Mekanisme Disiplin Profesi dr / drg
2. Direksi RS bertanggungjawab menyelenggarakan Good
Clinical Governance melalui Komite Medis
3. Praktik kedokteran bukanlah Hak tetapi Privilege
 Kompetensi harus dibedakan dengan Privilege
 Beberapa spesialis kedokteran dapat memiliki Privilege yang sama
disuatu tempat Konsil Kedokteran Indonesia 2018
Konsil Kedokteran Indonesia 2018
.
• .
4
PROFESSIONALISME DALAM PENDIDIKAN
KEDOKTERAN
.
• .
5
PROFESSIONALISME DALAM PENELITIAN
KEDOKTERAN
.
• .
.
• .
1
PENERAPAN PRODUK HUKUM KKI DIRUMAH SAKIT

Anda mungkin juga menyukai