Anda di halaman 1dari 325

.

KATA PENGANTAR

Ketua Umum Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia

dr. Frits M.Rumintjap, SpOG(K), MARS)

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya kami dapat menyelesaikan Revisi Buku Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit, yang diharapkan menjadi acuan dalam melaksanakan survei akreditasi sesuai dengan Standar Akreditasi yang telah ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK. O1. 07/MENKES /1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit. Revisi Buku Instrumen Penilaian Standar
Akreditasi Rumah Sakit ini dibuat dalam rangka menyempurnakan instrumen yang telah ada sebelumnya dimana masih terdapat beberapa hal yang harus
diperbaiki sehingga menjadi lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam penilaian, baik saat telusur dokumen maupun saat melaksanakan penilaian di lapangan,
yang meliputi sasaran, telusur kelengkapan dokumen regulasi, dokumen bukti serta implementasinya.

Surveior dalam melaksanakan penilaian akan berpedoman dengan buku instrumen ini dan selanjutnya akan membuat penilaian mulai dari nilai : 10 (Tercapai
lengkap), 5 (Tercapai Sebagian), 0 (Tidak Tercapai) dan TDD (Tidak Dapat Diterapkan) yang tentunya selalu mengedepankan outcome, senantiasa
menyesuaikan kondisi rumah sakit, terutama dalam memberikan pe STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT layanan kesehatan kepada masyarakat di wilayahnya, serta
mewujudkan Rumah Sakit di Indonesia yang siap melayani masyarakat dengan selalu memperhatikan aspek mutu dan mengutamakan keselamatan pasien. Buku Revisi
Instrumen ini akan menjadi acuan bagi seluruh pembimbing maupun surveior LAFKI dalam melaksanakan pembimbingan maupun penilaian saat menjalankan
tugas membimbing/survei akreditasi rumah sakit berdasarkan standar akreditasi rumah sakit versi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2022.

Buku Instrumen ini akan senantiasa dievaluasi dan akan dilakukan perbaikan/revisi apabila dimasa yang akan datang masih ditemukan hal-hal yang tidak/kurang
sesuai lagi dengan kondisi perkembangan perumahsakitan di tanah air.

Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun dan pihak terkait yang telah menyelesaikan buku revisi instrumen ini. Semoga pelayanan kesehatan di
Indonesia senantiasa dapat semakin maju dan mampu membawa kesejahteraan kepada masyarakat menuju Indonesia Sehat.

Jakarta, 21 Desember 2022

Ketua Umum LAFKI

dr.Frits M.Rumintjap, SpOG(K),MARS


.
HYMNE LAFKI
Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia

Cipt. dr. Sri Handayani, MMRS


& Firmansyah Triwijaya



          
 
Ber ci ta ci 
ta

5 
   
            
un tuk me wu jud kan Ma sya ra ka se hat

              
d an mem

Mem bim bing
13

  
      
  
Op ti mal da lam be ker ja dan ber tin dak
17

               
So lu  ya n ter ba ik

g
v
21

        
    
me ning kat kan mu tu dan pe la
 ya nan
25

               

mem be
ri
kan pe ni lai  Fa si li tas ke


29

            
       

se ha tan ke sla ma tan sien ja di u ta LAF KI a kan
35
pa ma te

   
   
       
   
rus a da un tuk ne gri ter cin ta men ja di lem ga A kre di
40 
ba

           
   
       
   

ta si Pro
fe
sio
nal
Lem ba
ga
A kre  ta si Fa si
di
ke
li tas

45 1. 2.

                   
se ha tan In do ne sia

vi
MARS LAFKI
Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan

Cipt. dr. Sri Handayani,MMRS


& Firmansyah Triwijaya


    
        
LAF KI ka mi lem ba ga
3 i ni lah

    
 
          
A kre di ta si Fa si li tas ke se ha tan Mem
5

   
    


    
 d
   
9
ban tu tuk me ne rap kan Se tan

mu tu pe la ya

    ar 
                 
13
LAF KI  Pro fe sio nal de ngan Te na ga ah li ber pe nga la man mem be

           
     
ri pe ni lai an mem be ri kan ja mi nan men ja di

vii
15

         


t d
Lem ba ga yang ber kua li Men
 
17

   
   as
     i

     w u ju d k an I n do ne

dik dan mem bi na tuk me hat ma ri
25
21    
 
          
sia se
     
gri 
 suk ses A kre di ta si
ber sa ma ka mi LAF KI un tuk Ne

viii
KEPUTUSAN KETUA UMUM LEMBAGA AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN INDONESIA

Nomor : 206/LAFKI/XI/2022

Tentang

SUSUNAN KELOMPOK KERJA REVISI INSTRUMEN STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT KEMENKES RI TAHUN 2022

KETUA UMUM LEMBAGA AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelaksanaan bimbingan dan survei akreditasi LAFKI, maka perlu adanya Instrumen Akreditasi Standar
Kemenkes tahun 2022 yang sudah tervalidasi

b. Bahwa untuk pelaksanaan Bimbingan dan Survei Akreditasi, maka Instrumen Akreditasi Standar Kemenkes tahun 2022 yang sudah ada, perlu
diadakan revisi Instrumen Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit versi Kemenkes tahun 2022 menyesuikan dengan kondisi di lapangan;

c. Bahwa hasil Revisi Instrumen Akreditasi Standar Kemenkes tahun 2022 merupakan pedoman bagi para pembimbing dan surveior LAFKI dalam
pelaksanaan kegiatan dilapangan yang seragam

d. Bahwa sesuai diktum c, perlu penetapan susunan Kelompok Kerja Revisi Instrumen Akreditasi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit versi
Kemenkes tahun 2022 melalui Keputusan Ketua Umum Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia

Mengingat : 1. Undang –Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesai Nomor 5072)

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit

3. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0008411.AH.01.07. 202 Tentang Pengesahan Pendirian
Badan Hukum Perkumpulan Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia.

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN KETUA UMUM LEMBAGA AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN INDONESIA TENTANG KELOMPOK KERJA REVISI
INSTRUMEN AKREDITASI STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT KEMENKES RI 2022.

Kedua : Menetapkan Kelompok Kerja Revisi Instrume Akreditasi dengan susunan pokja dengan susunan personil sebagai berikut:
Ketua : dr. Anjar Budi Astoro, Sp PD, MM, FINASIM, FIHFAA
Sekretaris : drg. Buyung Nazeli, MARS, FIHFAA
Ketua Pok Manajemen : dr. Tejo W Putranto, MM., MARS
Anggota : 1. dr. Sri Handayani., MMRS,
FIHFAA
2. dr. Hafni Zahara, MARS, FIHFAA
3. Dr. dr. Ratna Indrawati, MKes, FIHFAA
Ketua Pok Medis : Dr (Cand) dr. Budi Santoso, SpOG, MMRS, MHKes, CMC, FIHFAA
Anggota : 1. dr. M. Taufan Lutfi A, Sp PK
2. dr. Djoko Waluyo, Sp An
3. dr Mochamad Nasiyanto SpB. FICS. FIHFAA
Ketua Pok Keprawatan : Pujiwati, S. Kep. Ns. M.M. FISQua, FIHFAA
Anggota : 1. Achmad Hadiyanto, S. Kep. Ners. M.M. FISQUA, FIHFAA
2. Dra. Sri Gunarni, M.M.RS, FIHFAA
3. Ns. Arif Hidayatullah, S. Kep., M. Kep., Sp. KMB, FIHFAA
Ketiga : Menugaskan kepada sebagaimana dimaksud pada poin kedua untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh
rasa tanggungjawab.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diadakan perubahan seperlunya apabila terdapat kekeliruan didalam penetapannya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 1 November 2022
LEMBAGA AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN INDONESIA

Ketua Umum

dr. Friedrich M. Rumintjap, Sp.OG (K).,MARS.,FIHFAA

2
DAFTAR ISI
HALAMAN
1. PENDAHULUAN 4
2. METODE SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT 4
3. PENERAPAN INSTRUMEN AKREDITASI 5
4. INSTRUMEN AKREDITASI RUMAH SAKIT 11

A. KELOMPOK MANAJEMEN RUMAH SAKIT


1. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) 11
2. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) 40
3. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) 69
4. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 98
5. Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (MRMIK) 114
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 132
7. Pendidikan Dalam Pelayanan Kesehatan (PPK) 154

B. KELOMPOK PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN


1. Akses dan Kesinambungan Pelayanan (AKP) 161
2. Hak Pasien Dan Keterlibatan Keluarga (HPK) 185
3. Pengkajian Pasien (PP) 199
4. Pelayanan Dan Asuhan Pasien (PAP) 217
5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB) 235
6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO). 252
7. Komunikasi Dan Edukasi (KE) 274

C. KELOMPOK SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar 283
2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif 285
3. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang Harus Diwaspadai 287
4. Memastikan Sisi yang Benar,Prosedur yang Benar Pada Pembedahan/Tindakan Invasif 289
5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan 292
6. Mengurangi Risiko Cedera Akibat Jatuh 293

D. PROGRAM NASIONAL 296

5. PENUTUP 310

3
INSTRUMEN AKREDITASI RUMAH SAKIT
LEMBAGA AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN INDONESIA ( LAFKI)
VERSI
STANDAR AKREDITASI KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2022

1. PENDAHULUAN

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan, rumah sakit harus memperhatikan mutu dan keselamatan pasien. Pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan yang memiliki karakter aman, tepat waktu, efisien, efektif, berorientasi pada pasien, adil dan terintegrasi. Pemenuhan mutu
pelayanan di rumah sakit dilakukan dengan dua cara yaitu peningkatan mutu secara internal dan peningkatan mutu secara eksternal. Peningkatan Mutu Internal
(Internal Continous Quality Improvement) yaitu rumah sakit melakukan upaya peningkatan mutu secara berkala antara lain penetapan, pengukuran, pelaporan dan
evaluasi indikator mutu serta pelaporan insiden keselamatan pasien. Peningkatan mutu secara internal ini menjadi hal terpenting bagi rumah sakit untuk menjamin
mutu pelayanan. Peningkatan Mutu Eksternal (External Continous Quality Improvement) merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah
sakit secara keseluruhan. Beberapa kegiatan yang termasuk peningkatan mutu eksternal adalah perizinan, sertifikasi, dan akreditasi. Rumah sakit melakukan
peningkatan mutu internal dan eksternal secara berkesinambungan (continuous quality improvement).
Akreditasi rumah sakit merupakan proses kegiatan peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan oleh lembaga independen penyelengara akreditasi dengan
tujuan untuk mendapatkan pengakuan bahwa mutu pelayanan rumah sakit tersebut sudah memenuhi standar akreditasi yang ditetapkan oleh kementerian
kesehatan. Dalam hal memberikan suatu pedoman terkait penilaian akreditasi rumah sakit, yaitu meliputi berbagai definisi, tata cara survei, penilaian dan
kelulusan, metodologi telusur, maka diperlukan adanya instrumen akreditasi yang dapat dipakai sebagai pedoman surveior maupun pembimbing akreditasi
rumah sakit
sehingga terdapat keseragaman dalam penilaian baik pada saat telusur dolumen maupun saat telusur implementasi di lapangan.
Instrumen akreditasi rumah sakit Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI) versi Standar Akreditasi Kementerian Kesehatan tahun 2022
saat ini sudah dilaksanakan revisi dengan tujuan agar instrumen akreditasi lebih mudah dipahami dan diaplikasikan sehingga elemen-elemen penilaian pada
masing- masing standar lebih mudah diterjemahkan baik dalam bentuk dokumen regulasi, dokumen bukt maupun implementasinya oleh rumah sakit.
Pada instrumen akreditasi revisi ini dibuat dengan mempertimbangkan bahwa rumah sakit tertentu mempunyai kekhususan tata naskah dokumen regulasi
maupun dokumen bukti pelaksanaan regulasinya sehingga rumah sakit diberikan keleluasaan dalam pembuatan tata naskah dokumen regulasi, dokumen
bukti/proses serta dokumen pendukung lainnya.

2. METODE SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT

Metodologi survei akreditasi rumah sakit dilaksanakan dengan metode telusur yaitu suatu metode yang efektif untuk memahami proses atau sistem di
rumah sakit. Kegiatan operasional dan pelayanan di rumah sakit yang kompleks menjadikan metode telusur sebagai salah satu metode yang tepat untuk
memahami proses yang terjadi dalam rangka memenuhi setiap elemen penilaian dari setiap standar akreditasi. Dengan metode telusur dapat dilaksanakan

4
penilaian tentang kelengkapan dokumen regulasi maupun dokumen bukti/proses atau rekam medik pasien serta implementasinya di pelayanan rumah sakit dan
menjadi alat bantu

5
untuk memahami proses yang pelayanan maupun kegiatan manajemen di rumah sakit. Adapun tata cara survei akreditasi menggunakan metoda telusur adalah
sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan telusur, surveior akan menelaah dokumen agar mendapatkan gambaran bagaimana rumah sakit telah memenuhi ketentuan dokumen
akreditasi sesuai yang diminta di elemen penilaian. Pada waktu melakukan telusur, surveior akan fokus pada diskusinya dengan staf klinik dan staf
pendukung; surveior juga akan meminta pimpinan dan manajer untuk memberi klarifikasi, jika dibutuhkan.
2. Surveior akan menggunakan informasi yang ada di profil rumah sakit yang dikirimkan pada waktu mengajukan aplikasi permohonan survei akreditasi;
informasi dari survei sebelumnya, serta laporan monitoring pasca survei.
3. Kemudian mengikuti kejadian yang dialami pasien selama berada dalam seluruh proses pelayanan di rumah sakit.
4. Survei berjalan mengikuti alur pelayanan pasien/proses/sistem yang ada di rumah sakit melalui fasilitas yang ada termasuk wawancara dengan pelaksana
pelayanan; observasi tentang kegiatan klinik/pelayanan pasien dan administrasi; menilai fasilitas fisik dan peralatan; serta telaah dokumen.
5. Surveior melakukan identifikasi masalah dari satu atau lebih langkah proses pelayanan pasien atau masalah di antara proses tersebut.
6. Surveior melakukan diskusi serta edukasi kepada staf terkait untuk menentukan rencana perbaikan dan menilai apakah rencana perbaikan yang akan
dilakukan memiliki dampak perbaikan yang besar untuk mencegah kejadian yang sama dapat terulang kembali.
7. Hasil temuan dibicarakan kepada anggota surveior lainnya serta pimpinan tim survei untuk menilai apakah temuan tersebut dapat dimasukkan sebagai
temuan dan apakah masih diperlukan adanya data tambahan untuk menunjang temuan yang didapatkan.
8. Hasil temuan yang dimasukkan ke dalam laporan akhir survei sedapat mungkin didasari dengan adanya temuan proses dan sistem yang secara konsisten
ditemukan di rumah sakit oleh seluruh surveior, dan bukan didasari oleh penilaian satu orang surveior saja.

3. PENERAPAN INSTRUMEN AKREDITASI

Penerapan instrumen standart akreditas ini memuat bagaimana tim surveyor yang akan menlaksanakan survey di rumah sakit dengan melaksanakan penilaian
berdasarkan elemen-elemen penilaian pada masing-masing standar akreditasi. Pada Penilaian Akreditasi Rumah Sakit dilakukan berdasarkan standar akreditasi
rumah sakit yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan sesuai KEPMENKES Nomor HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit
dimana pembagian standarnya dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu :
1. Pelayanan Berfokus pada Pasien, terdiri dari 7 (tujuh) bab
2. Manajemen Rumah Sakit, terdiri dari 6 (enam) bab
3. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit, terdiri dari 1 (satu) bab
4. Program Nasional terdiri dari 1 (satu) bab.
Dalam pelaksanaan penilaian akreditasi elemen-elemen yang dinilai saat telusur baik telusur dokumen maupun telusur implementasi dapat dilakukan secara
daring maupun luring. Di dalam insrtrumen akreditasi ini penilaian masing-masing elemen dipandu dengan singkatan/istilah-istilah sebagai berikut :
1. Telusur.
Telusur adalah metode yang efektif untuk memahami proses atau sistem yang ada di rumah sakit. Telusur bisa berupa telusur dokumen maupun telusur
implementasi di lapangan.
2. Dokumen.
Dokumen yang dalam hal ini disingkat “D” dibagi menjadi dokumen regulasi dan dokumen bukti.

6
a. Dokumen regulasi adalah dokumen pengaturan yang disusun oleh rumah sakit yang dapat berupa : kebijakan, prosedur, pedoman, panduan, peraturan
direktur, keputuan direktur serta program yang dibuat oleh rumah sakit.
b. Dokumen bukti adalah dokumen yang berisi bukti proses kegiatan atau pelayanan yang dapat berupa dokumen rekam medik, laporan kegiatan,
notulen rapat, hasil audit mauun dokuern bukti pelaksanaan kegiatan lainnya
3. Implementasi.
Implementasi di lapangan yang dalam hal ini disingkat “I” dibagi menjadi Observasi, Wawancara dan Simulasi.
a. Observasi adalah bukti kegiatan yang didaptkan berdasarkan hasil penglihata surveior saat melakukan telusur implementasi menilai di lapangan
b. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan sekaligus melaksanakan konfirmasi temuan oleh surveyor yang dapat ditujukan kepada
sasaran seluruh staf rumah sakit termasuk pihak ke 3 pihak yang melakukan kerjasama, juga kepada unsur pimpinan, direktur rumah sakit,
representasi pemilik/dewas, pemilik rumah sakit.
c. Simulasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh staf rumah sakti yang diminta oleh surveyor dalam rangka konfirmasi serta membuktikan bahwa staf
yang diminta untuk melaksanakan simulasi mampu melaksanakan kegiatan sesuai dengan laporan atau regulasi berupa ketentuan/SPO rumah sakit.
4. Skor.
Selama survei dilaksanakan setiap elemen terukur/elemen penilaian (EP) dari suatu standar diberi skor sebagai berikut : "Tercapai
Penuh/Lengkap (>80%) nilai 10", "Tercapai Sebagian (20-79%) nilai 5", "Tidak Terpenuhi (< 20%) " atau "Tidak Tercapai (< 20%) nilai 0", dan
terdapat elemen yang “Tidak Dapat Diterapkan (TDD)”. Elemen penilaian dikatakan TDD apabila persyaratan dalam EP tidak dapat dinilai disebabkan
EP tersebut tidak tercakup dalam pelayanan yang ada di rumah sakit, sebagai contoh EP tentang PPK dimana rumah sakit tersebut bukan rumah sakit
pendidikan atau tidak dipakai sebagai wahana pendidikan. Untuk penilaian dokumen regulasi ditetapkan hanya ada nilai 10, 0 dan TDD.
Penentuan skor dari elemen penilaian dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan dokumen, hasil telusur, kunjungan lapangan, simulasi
kepada petugas, wawancara, dan konfirmasi yang ada di standar akreditasi mengikuti ketentuan sebagai berikut ( Sesuai Keputusan Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan Nomor : HK. 02.02/I/1130/2022 tentang Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit):

No Kriteria Skor 10 (TL) Skor 5 (TS) Skor 0 (TT) TDD

1. Pemenuhan elemen penilaian ≥80% 20% s.d <80% <20% Tidak dapat
diterapkan
2. Bukti kepatuhan Bukti kepatuhan ditemukan Bukti kepatuhan ditemukan Bukti kepatuhan tidak ditemukan
secara konsisten pada tidak konsisten/ hanya pada pada semua bagian/unit dimana
semuabagian/unit di mana Sebagian unit di mana persyaratanpersyaratan tersebut
persyaratanpersyarata tersebut persyaratan-persyaratan tersebut berlaku
berlaku. berlaku (misalnya ditemukan
Catatan: Hasil pengamatan tidak kepatuhan di IRI, namun tidak
dapat dianggap sebagai temuan di IRJ, patuh pada ruang operasi
apabila hanya terjadi ada 1 namun tidak patuh di unit rawat
(satu) pengamatan (observasi). sehari (day surgery), atuh pada
area-area yang menggunakan

7
sedasi amun tidak patuh di
klinik gigi).
3. Hasil wawancara dari Hasil wawancara Hasil wawancara menjelaskan Hasil wawancara tidak sesuai
pemenuhan persyaratan yang menjelaskan sesuai standar sebagian sesuai standar dan standar dan dibuktikan dengan
ada di EP dan dibuktikan Dengan dibuktikan dengan dokumen dokumen dan pengamatan
dokumen dan dan pengamatan
pengamatan
4. Regulasi sesuai dengan yang Regulasi yang meliputi Regulasi yang meliputi Regulasi yang meliputi Kebijakan
dijelaskan di maksud dan kebijakan dan SPO lengkap Kebijakan dan SPO sesuai dan SPO sesuai dengan maksud
tujuan pada standar sesuai dengan maksud dan dengan maksud dan tujuan pada dan tujuan pada standar tidak ada
tujuan pada standar standar hanya sebagian/tidak
lengkap
5. Dokumen rapat/pertemuan: Kelengkapan bukti dokumen Kelengkapan bukti dokumen Kelengkapan bukti dokumen
seperti undangan, materi rapat 80% s.d 100% (cross rapat 50% s.d <80% rapat <50%
rapat, absensi/daftar hadir, check dengan wawancara)
notulen rapat.
6. Dokumen pelatihan seperti Kelengkapan bukti dokumen Kelengkapan bukti dokumen Kelengkapan bukti dokumen
kerangka acuan pelatihan 80%s.d 100% pelatihan 50% s.d<80% pelatihan <50%
(TOR)pelatihan yang
dilampiri jadwal acara,
undangan, materi/bahan
pelatihan, absensi/daftar hadir,
laporan pelatihan
7. Dokumen orientasi staf seperti Kelengkapan bukti dokumen Kelengkapan bukti dokumen Kelengkapan bukti dokumen
Kerangka acuan (TOR) orientasi 80% s.d 100% orientasi 50% s.d <80% orientasi <50%
orientasi yang dilampiri
jadwal acara, undangan,
absensi/daftar hadir, laporan,
penilaian hasil orientasi dari
kepala SDM (orientasi umum)
tau kepala unit (orientasi
khusus)
8. Hasil observasi pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan/pelayanan Pelaksanaan kegiatan/ Pelaksanaan kegiatan/pelayanan
kegiatan/ pelayanan sesuai sesuai regulasi dan standar 80% pelayanan sesuai regulasi dan sesuai regulasi dan standar <50%
regulasi dan standar s.d 100% Contoh: 9 dari 10 standar 50% s.d <80% Contoh: Contoh: hanya 4 dari 10 kegiatan/
kegiatan/ pelayanan yang 5 dari 10 kegiatan/pelayanan pelayanan yangdiobservasi
iobservasi sudah memenuhi EP yang diobservasi sudah memenuhi EP
memenuhi EP

8
9. Hasil simulasi staf Staf dapat memperagakan/ Staf dapat memperagakan/ Staf dapat memperagakan/
sesuai regulasi/ standar mensimulasikansesuai regulasi/ mensimulasikansesuai regulasi/ mensimulasikan sesuai regulasi/
standar: 80% s.d 100% Contoh: standar 50% s.d<80% standar <50%
9 dari 10 staf yang diminta Contoh: 5 dari 10 staf yang Contoh: hanya 4 dari 10 staf yang
simulasi sudah memenuhi diminta simulasi sudah diminta simulasi sudah memenuhi
regulasi/standar memenuhi regulasi/standar regulasi/standar

10. Kelengkapan rekam medik Rekam medik lengkap 80% s.d Rekam medik lengkap 50% s.d Rekam medik lengkap kurang
(Telaah rekam medik 100% saat di lakukan telaah. <80% saat di lakukan telaah. dari 50% saat dilakukan telaah.
tertutup), padasurvei awal 4 Contoh hasil telaah: 9 dari 10 Contoh hasil telaah: 5 dari 10 Contoh hasil telaah: hanya 4 dari
bulan sebelum survei, pada rekam medik yang lengkap rekam medik yang lengkap 10 rekam medik yang lengkap
survei ulang 12 bulan sebelum
survei

Keterangan:
TL : Terpenuhi Lengkap
TS : Terpenuhi Sebagian
TT : Tidak Terpenuhi
TDD : Tidak Dapat Diterapkan

9
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
NOMOR HK.02.02/I/4110/2022
TENTANG
PEDOMAN SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT
PEDOMAN TATA LAKSANA SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT
Hasil Survei:
1. Lulus Akreditasi dengan status: Paripurna, Utama dan Madya
2. Tidak terakreditasi
Hasil Akreditasi Kriteria

Paripurna 15 bab mendapat nilai minimal 80% dan Bab Program Nasional mendapat nilai 100%

a. 11 sampai 14 Bab mendapat nilai minimal 80%, dan Bab SKP mendapat nilai minimal
80%,bagi rumah sakit pendidikan atau wahanapendidikan.
Utama b. 11 sampai 13 bab mendapat nilai minimal 80%, dan Bab SKP mendapat nilai minimal
80%,bagi rumah sakit yang bukan rumah sakitpendidikan atau wahana pendidikan.
c. Bab Program Nasional mendapat nilai 100%

Madya 7 sampai 10 Bab mendapat nilai minimal 80%, nilai SKP minimal 70% dan nilai Program
Nasional 100%

a) Kurang dari 7 Bab mendapat nilai minimal 80%;


Tidak terakreditasi b) Bab SKP mendapat nilai kurang dari 70%; dan/atau
c) Bab Program Nasional mendapat nilai kurang dari 100%

10
SURAT EDARAN NOMOR HK.02.02/I/47/2022
TENTANG
PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM NASIONAL

Beberapa ketentuan mengenai pelaksanaan survei akreditasi rumah sakit dalam rangka mendukung program nasional sebagai berikut:

1. Rumah sakit yang akan melakukan survei akreditasi harus memenuhi persiapan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit dan Keputusan Direktur Jenderal Nomor HK.02.02/I/4110/2022 tentang Pedoman Survei Akreditasi Rumah
Sakit.

2. Selain persiapan dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1, rumah sakit juga harus memenuhi persiapan dan persyaratan sebagai berikut:
a. Rumah Sakit harus sudah melaksanakan pelaporan :
1) Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Bayi (AKB), dan Skrinning Hipotiroid Kongenital (SHK);
2) Tuberkulosis;
3) Stunting;
4) HIV/AIDS; dan
5) Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS).
b. Rumah sakit melakukan pengukuran dan pelaporan Indikator Nasional Mutu (INM) melalui sistem informasi yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan.
c. Melaporkan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) melalui sistem informasi yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan.
d. Pelaksanakan pelaporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dikecualikan pada rumah sakit khusus yang tidak terdapat pelayanan tersebut dan dibuktikan dengan surat
pernyataan pimpinan rumah sakit.

3. Untuk penilaian pada Bab Program Nasional, rumah sakit harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Rumah sakit harus mendapatkan nilai minimal 100% pada Bab Program Nasional sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Nomor HK.02.02/I/4110/2022 tentang Pedoman
Survei Akreditasi Rumah Sakit.
b. Ketentuan sebagaimana dimaksud huruf a, berlaku mulai tanggal 1 April 2023.
c. Untuk rumah sakit yang telah melakukan survei akreditasi pada kurun waktu 1 Januari - 31 Maret 2023, apabila terdapat capaian nilai program nasional kurang dari 100% maka
rumah sakit tersebut wajib ditinjau kembali dengan melakukan verifikasi oleh Lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi yang melakukan survei akreditasi ke rumah sakit
tersebut untuk memastikan capaian program nasional rumah sakit tersebut sudah mencapai 100% sebelum tanggal 1 Januari 2024.
d. Pelaksanaan verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c hanya dilakukan pada Bab Program Nasional, dilaksanakan secara daring, dan rumah sakit tidak dibebankan biaya
tambahan dalam proses verifikasi.

4. Kewajiban pencapaian sebagaimana dimaksud pada angka 3, dikecualikan untuk rumah sakit Kelas D dan rumah sakit khusus yang tidak dapat melakukan pelayanan terkait program
nasional, yang dibuktikan dengan surat pernyataan pimpinan rumah sakit.

101
4. INSTRUMEN AKREDITASI RUMAH SAKIT

A. KELOMPOK MANAJEMEN RUMAH SAKIT

> 80% Terpenuhi Lengkap


20-79% Terpenuhi Sebagian
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN <20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

1. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)

a. Representasi Pemilik/ Dewan Pengawas


1). Standar TKRS 1
Struktur organisasi serta wewenang pemilik/representasi pemilik dijelaskan di dalam aturan internal rumah sakit ( Hospital by Laws) yang ditetapkan oleh pemilik rumah sakit.

2). Maksud dan Tujuan TKRS 1


Pemilik dan representasi pemilik memiliki tugas pokok dan fungsi secara khusus dalam pengolaan rumah sakit. Regulasi yang mengatur hal tersebut dapat berbentuk peraturan
internal rumah sakit atau Hospital by Laws atau dokumen lainnya yang serupa. Struktur organisasi pemilik termasuk representasi pemilik terpisah dengan struktur organisasi rumah
sakit sesuai dengan bentuk badan hukum pemilik dan peraturan perundang-undangan. Pemilik rumah sakit tidak diperbolehkan menjadi Direktur/Direktur Utama/Kepala Rumah Sakit, tetapi
posisinya berada di atas representasi pemilik. Pemilik rumah sakit mengembangkan sebuah proses untuk melakukan komunikasi dan kerja sama dengan Direktur/Direktur
Utama/Kepala Rumah Sakit dalam rangka mencapai misi dan perencanaan rumah sakit. Representasi pemilik, sesuai dengan bentuk badan hukum kepemilikan rumah sakit memiliki
wewenang dan tanggung jawab untuk memberi persetujuan, dan pengawasan agar rumah sakit mempunyai kepemimpinan yang jelas, dijalankan secara efisien, dan memberikan
pelayanankesehatan yang bermutu dan aman.
Berdasarkan hal tersebut maka pemilik/representasi pemilik perlu menetapkan Hospital by Laws/peraturan internal rumah sakit yang mengatur :
a) Pengorganisasian pemilik atau representasi pemilik sesuai dengan bentuk badan hukum kepemilikan rumah sakit serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Peran, tugas dan kewenangan pemilik atau representasi pemilik
c) Peran, tugas dan kewenangan Direktur rumah sakit
d) Pengorganisasian tenaga medis
e) Peran, tugas dan kewenangan tenaga medis.
Tanggung jawab representasi pemilik harus dilakukan agar rumah sakit mempunyai kepemimpinan yang jelas, dapat beroperasi secara efisien, dan menyediakan pelayanan kesehatan
bermutu tinggi. Tanggung jawabnya mencakup namun tidak terbatas pada:
a) Menyetujui dan mengkaji visi misi rumah sakit secara periodik dan memastikan bahwa masyarakat mengetahui misi rumah sakit.
b) Menyetujui berbagai strategi dan rencana operasional rumah sakit yang diperlukan untuk berjalannya rumah sakit sehari-hari.
c) Menyetujui partisipasi rumah sakit dalam pendidikan profesional kesehatan dan dalam penelitian serta mengawasi mutu dari programprogram tersebut.

10
d) Menyetujui dan menyediakan modal serta dana operasional dan sumber daya lain yang diperlukan untuk menjalankan rumah sakit dan memenuhi misi serta rencana strategis
rumah sakit.
e) Melakukan evaluasi tahunan kinerja direksi dengan menggunakan proses dan kriteria yang telah ditetapkan.
f) Mendukung peningkatan mutu dan keselamatan pasien dengan menyetujui program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
g) Melakukan pengkajian laporan hasil pelaksanaan program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) setiap 3 (tiga) bulan sekali serta memberikan umpan balik perbaikan
yang harus dilaksanakan dan hasilnya dievaluasi kembali pada pertemuan berikutnya secara tertulis.
h) Melakukan pengkajian laporan Manajemen Risikosetiap 6 (enam) bulan sekali dan memberikan umpan balik perbaikan yang harus dilaksanakan dan hasilnya dievaluasi kembali
pada pertemuan berikutnya secara tertulis. Khusus mengenai struktur organisasi rumah sakit, hal ini sangat bergantung pada kebutuhan dalam pelayanan dan ketentuan peraturan
perundangan yang ada.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 1 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Representasi pemilik/Dewan Pengawas D : Regulasi 10
dipilihdan ditetapkan oleh pemilik rumah Regulasi tentang pemilihan dan penetapan 0
sakit representasi pemilik/dewan Pengawas, berupa :
Peraturan Internal RS/Hospital By Laws
A : Acuan
PERMENKES No 772 tahun 2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (HBL)

b) Tanggung jawab dan wewenang Pemilik RS D: Bukti I :Wawancara 10


representasi pemilik meliputi poin a) - h) Representasi pemilik/ Bukti adanya tanggung jawab dan wewenang Wawancara tentang adanya penetapan 5
yang tertera di dalam maksud dan tujuan Dewas representasi pemilik meliputi poin a)- h) yang tanggungjawab dan wewenang 0
serta dijelaskan di dalam peraturan tertera di dalam maksud dan tujuan serta representasi pemilik meliputi poin a)- h)
internal rumah sakit. dijelaskan di dalam peraturan internal rumah yang tertera di dalam maksud dan tujuan
sakit serta dijelaskan di dalam peraturan
internal rumah sakit.

c) Representasi pemilik/dewan Pengawas Pemilik RS D : Bukti I : Wawancara 10


dievaluasi oleh pemilik setiap tahun dan Representasi pemilik/ Bukti adanya dokumentasi evaluasi representasi Wawancara tentang pelaksanaan evaluasi 5
hasil evaluasinya didokumentasikan. Dewas pemilik/dewan pengawas setiap tahun oleh pemilik kepada representasi 0
pemilik/dewas setiap tahun dan hasil
evaluasinya.
d) Representasi pemilik/dewan Pengawas Pemilik RS D : Bukti I : Wawancara 10
menetapkan visi misi rumah sakit yang Representasi pemilik/ Bukti adanya penetapan visi misi rumah sakit Wawancara tentang visi misi rumah sakit 5
diarahkan oleh pemilik Dewas oleh Representasi pemilik/dewan pengawas yang yang ditetapkan oleh representasi 0
diarahkan oleh pemilik pemilik/dewan pengawas yang diarahkan
oleh pemilik rumah sakit

12
b. Akuntabilitas Direktur Utama/Direktur/Kepala Rumah Sakit
1). Standar TKRS 2
Direktur rumah sakit bertanggung jawab untuk menjalankan rumah sakit dan mematuhi peraturan dan perundang- undangan
2) Maksud dan Tujuan TKRS 2
Pimpinan tertinggi organisasi Rumah Sakit adalah kepala atau Direktur Rumah Sakit dengan nama jabatan kepala, direktur utama atau direktur, dalam standar akreditasi ini disebut Direktur
Rumah Sakit. Dalam menjalankanoperasional Rumah Sakit, direktur dapat dibantu oleh wakil direktur atau direktur (bila pimpinan tertinggi disebut direktur utama) sesuai
kebutuhan, kelompok ini disebut direksi. Persyaratan untuk direktur Rumah Sakit sesuai dengan peraturan perundangan adalah tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan. Pendidikan dan pengalaman Direktur tersebut telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan t ugas yang termuat dalam uraian tugas serta peraturan dan
perundangan. Tanggung jawab Direktur dalam menjalankan rumah sakit termasuk namun tidak terbatas pada:
a) Mematuhi perundang-undangan yang berlaku.
b) Menjalankan visi dan misi rumah sakit yang telahditetapkan.
c) Menetapkan kebijakan rumah sakit.
d) Memberikan tanggapan terhadap setiap laporan pemeriksaan yang dilakukan oleh regulator.
e) Mengelola dan mengendalikan sumber daya manusia,keuangan dan sumber daya lainnya.
f) Merekomendasikan sejumlah kebijakan, rencana strategis, dan anggaran kepada Representatif pemilik/Dewan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
g) Menetapkan prioritas perbaikan tingkat rumah sakit yaitu perbaikan yang akan berdampakluas/menyeluruh di rumah sakit yang akan dilakukan pengukuran sebagai indikator
mutu prioritas rumah sakit.
h) Melaporkan hasil pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien meliputi pengukuran data dan laporan semua insiden keselamatan pasien secara berkala setiap 3 (tiga)
bulan kepada Representasi pemilik/Dewan Pengawas.
i) Melaporkan hasil pelaksanaan program manajemen risiko kepada Representasi pemilik/Dewan Pengawas setiap 6 (enam) bulan

TELUSUR
3). Elemen Penilaian TKRS 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Telah menetapkan regulasi tentang D : Regulasi 10
kualifikasi direktur, uraian tugas, Regulasi tentang kualifikasi direktur, uraian 0
tanggung jawab dan wewenang sesuai tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai
dengan persyaratan dan peraturan dengan persyaratan dan peraturan perundang-
perundang- undangan yang berlaku undangan yang berlaku
A : Acuan
1. UU No. 44 tahun 2009 tentang RS
2. PERMENKES No 3 Tahun 2020
tentang Klasifikasi & Perizinan RS
3. KEPMENKES No.
HK.01.07/MENKES/1128/2022
Tentang Standar Akreditasi Rumah
Sakit

13
b) Direktur menjalankan operasional rumah Direktur RS D : Bukti
sakit sesuai tanggung jawabnya yang Pimpinan RS Bukti direktur rumah sakit menjaankan
meliputi namun tidak terbatas pada poin operasional rumah sakit sesuai tanggung I : Wawancara
a)-i) dalam maksud dan tujuan yang jawabnya yang meliputi namun tidak terbatas Wawancara tentang pelaksanaan 10
dituangkan dalam uraian tugasnya pada poin a)- i) dalam maksud dan tujuan yang operasional rumah sakit sesuai 5
dituangkan dalam uraian tugasnya, berupa : tanggung jawabnya yang meliputi 0
- Renstra Rumah Sakit namun tidak terbatas pada poin a)- i)
- Laporan komplain dalam maksud dan tujuan yang
- Laporan PMKP dituangkan dalam uraian tugasnya
- Laporan Manajemen risiko
c) Memiliki bukti tertulis tanggung jawab Representasi pemilik/ D : Bukti I : Wawancara 10
direktur dilaksanakan dan dievaluasi oleh Dewas Bukti berupa dokumentasi tanggung jawab Wawancara tentang tanggung jawab 5
pemilik/representasi pemilik setiap tahun Direktur RS direktur dilaksanakan dan dievaluasi oleh direktur dilaksanakan dan dievaluasi 0
dan hasil evaluasinya didokumentasikan pemilik/representasi pemilik setiap tahun dan oleh pemilik/representasi pemilik setiap
hasil evaluasinya didokumentasikan berupa : tahun dan hasil evaluasinya
- Laporan PMKP setiap triwulan dan
Laporan Manrisk setiap semester RS
- Dokumen evaluasi kinerja RS setiap
tahun
- Dokumen rencana tindak lanjut dari
laporan kinerja setiap tahun
c. Akuntabilitas Pimpinan Rumah Sakit
1). Standar TKRS 3
Pimpinan rumah sakit menyusun misi, rencana kerja dan kebijakan untuk memenuhi misi rumah sakit serta merencanakan dan menentukan jenis pelayanan klinis untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang dilayani rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan TKRS 3
Direktur melibatkan wakil direktur rumah sakit dan kepala- kepala unit dalam proses menyusun misi dan nilai yang dianut rumah sakit. Apabila rumah sakit tidak mempunyai wakil
direktur, maka kepala bidang/manajer dapat dianggap sebagai pimpinan rumah sakit. Berdasarkan misi tersebut, pimpinan bekerja sama untuk menyusun rencana kerja dan kebijakan yang
dibutuhkan. Apabila misi dan rencana kerja dan kebijakan telah ditetapkan oleh pemilik atau Dewan Pengawas, maka pimpinan bekerja sama untuk melaksanakan misi dan kebijakan yang
telah dibuat.
Jenis pelayanan yang akan diberikan harus konsisten dengan misi rumah sakit. Pimpinan rumah sakit menentukan pimpinan setiap unit klinis dan unit layanan penting lainnya.
Pimpinan rumah sakit bersama dengan para pimpinan tersebut:
a) Merencanakan cakupan dan intensitas pelayanan yang akan disediakan oleh rumah sakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b) Meminta masukan dan partisipasi masyarakat, rumah sakit jejaring, fasilitas pelayanan kesehatan dan pihak- pihak lain untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Bentuk
pelayanan ini akan dimasukkan dalam penyusunan rencana strategis rumah sakit dan perspektif pasien yang akan dilayani rumah sakit.
c) Menentukan komunitas dan populasi pasien, mengidentifikasi pelayanan yang dibutuhkan oleh komunitas, dan merencanakan komunikasi berkelanjutan dengan kelompok
pemangkukepentingan utama dalam komunitas.
Komunikasi dapat secara langsung ditujukan kepada individu, melalui media massa, melalui lembaga dalam komunitas atau pihak ketiga. Jenis informasi yang disampaikan meliputi:
a) Informasi tentang layanan, jam kegiatan kerja, dan proses untuk mendapatkan pelayanan; dan

14
b) Informasi tentang mutu layanan, yang disediakan kepada masyarakat dan sumber rujukan.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian TKRS 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur menunjuk pimpinan rumah sakit D : Regulasi 10
dan kepala unit sesuai kualifikasi dalam Regulasi tentang penunjukan pimpinan rumah 0
persyaratan jabatan yang telah ditetapkan sakit dan kepala unit sesuai kualifikasi dalam
beserta uraian tugasnya persyaratan jabatan yang telah ditetapkan
beserta uraian tugasnya berupa :
- Struktur organisasi rumah sakit beserta
job descriptionnya
- SK pengangkatan pimpinan & Ka Unit
rumah sakit
A :Acuan
PERMENKES No. 971 tahun 2009 tentang
Kompetensi Pejabat Struktural RS
b) Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
untuk melaksanakan misi yang telah Komite Medik Bukti tanggung jawab pimpinan rumah sakit Wawancara tentang adanya pimpinan 5
ditetapkan dan memastikan kebijakan Komite Keperawatan melaksanakan misi yang telah ditetapkan rumah sakit bertanggungjawab untuk 0
serta prosedur dilaksanakan. Komite Nakes lainnya dan memastikan kebijakan serta prosedur melaksanakan misi yang telah ditetapkan
dilaksanakan, berupa pendokumentasian dan memastikan kebijakan serta prosedur
evaluasi kinerja pengelola dan unit kerja. dilaksanakan
c) Pimpinan rumah sakit bersama dengan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pimpinan unit merencanakan dan Ka Unit Kerja di RS Bukti pimpinan rumah sakit bersama dengan Wawancara tentang perencanaan dan 5
menentukan jenis pelayanan klinis untuk Komite Medik pimpinan unit merencanakan dan menentukan penentuan jenis pelayanan klinis untuk 0
memenuhi kebutuhan pasien yang Komite Keperawatan jenis pelayanan klinis untuk memenuhi memenuhi kebutuhan pasien yang
dilayani rumah sakit. Komite Nakes lainnya kebutuhan pasien yang dilayani rumah sakit dilayani rumah sakit.
(UMAN), berupa :
- Laporan perencanaan dan penentuan
jenis pelayanan klinis yang ada di RS
- Informasi jenis pelayanan, hari/jam
pelayanan dan proses pelayanan
d) Rumah sakit memberikan informasi Pimpinan RS D: Bukti I : Wawancara 10
tentang pelayanan yang disediakan Ka Unit Kerja Bukti pemberian informasi tentang pelayanan Wawancara tentang pemberian 5
kepada tokoh masyarakat, para Tokoh masyarakat yang disediakan kepada tokoh masyarakat, para informasi pelayanan dan fasilitas rumah 0
pemangku kepentingan, fasilitas Organisasi Profesin Kes pemangku kepentingan, fasilitas pelayanan sakit serta proses untuk menerima
pelayanan kesehatan di sekitar rumah Dinas Kesehatan kesehatan di sekitar rumah sakit, dan terdapat masukan bagi peningkatan pelayanannya
sakit, dan terdapat proses untuk PERSI dll proses untuk menerima masukan bagi
peningkatan pelayanannya, bisa melalui :

15
menerima masukan bagi peningkatan Website, Facebook ,Instagram ,WA RS dll,
pelayanannya pertemuan rutin dengan mitra ,pemangku
kepentingan daerah, komunitas kesehatan dll
4). Standar TKRS 3.1
Pimpinan rumah sakit memastikan komunikasi yang efektif telah dilaksanakan secara menyeluruh di rumah sakit.

5) Maksud dan Tujuan TKRS 3.1


Komunikasi yang efektif baik antara para profesional pemberi asuhan (PPA); antara unit dengan unit baik pelayanan maupun penunjang, antara PPA dengan kelompok
nonprofesional; antara PPA dengan manajemen, antara PPA dengan pasien dan keluarga; serta antara PPA dengan organisasi di luar rumah sakit merupakan tanggung jawab
pimpinan rumah sakit. Pimpinan rumah sakit tidak hanya mengatur parameter komunikasi yang efektif, tetapi juga memberikan teladan dalam melakukan komunikasi efektif tentang
misi, rencana strategi dan informasi terkait lainnya. Para pimpinan memperhatikan keakuratan danketepatan waktu dalam pemberian informasi dan pelaksanaan komunikasi dalam
lingkungan rumah sakit. Untuk mengoordinasikan dan mengintegrasikan pelayanan kepada pasien, pimpinan menetapkan Tim/Unit yang menerapkan mekanisme pemberia n informasi
dankomunikasi misalnya melalui
pembentukan Tim/Unit PKRS. Metode komunikasi antar layanan dan staf dapat berupa buletin, poster, story board, dan lain-lainnya.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian TKRS 3.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pimpinan rumah sakit memastikan bahwa Pimpinan RS , D : Bukti I : Wawancara 10
terdapat proses untuk menyampaikan Ka/staf Unit Bukti adanya pimpinan rumah sakit memastikan Wawancara tentang proses untuk 5
informasi dalam lingkungan rumah sakit Kerja bahwa terdapat proses untuk menyampaikan menyampaikan informasi dalam 0
secara akurat dan tepat waktu. Penyewa lahan RS ,Vendor, informasi dalam lingkungan rumah sakit secara lingkungan rumah sakit secara akurat dan
Mahasiswa dan Pihak akurat dan tepat waktu. tepat waktu.
Ketiga
b) Pimpinan rumah sakit memastikan bahwa Pimpinan RS D:Bukti I : Wawancara 10
komunikasi yang efektif antara unit klinis Staf klinis/non klinis Bukti adanya pelaksanaan komunikasi yang Wawancara tentang komunikasi yang 5
dan nonklinis, antara PPA dengan PPA efektif antara unit klinis dan nonklinis, antara efektif antara unit klinis dan nonklinis, 0
manajemen, antar PPA dengan pasien MPP PPA dengan manajemen, antar PPA dengan antara PPA dengan manajemen, antar
dan keluarga serta antar staf telah Pasien/keluarga pasien dan keluarga serta antar staf telah PPA dengan pasien dan keluarga
dilaksanakan dilaksanakan, berupa: serta antar staf telah dilaksanakan
- Bukti Rapat (UMAN)
- Bukti dalam Rekam Medis

c) Pimpinan rumah sakit telah Pimpinan RS D: Bukti I : Wawancara 10


mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, Seluruh Staf RS Bukti adanya sosialisasi visi misi tujuan dan Wawancara tentang informasi visi, misi, 5
rencana strategis dan kebijakan, rumah sakit Penyewa Lahan , rencana strategis dan kebijakan rumah sakit tujuan,rencana strategis dan kebijakan 0
kepada semua staf. Peserta Didik kepada seluruh staf rumah sakit, berupa: Laporan rumah sakit dikomunikasikan kepada
hasil sosialisasi (UMAN) seluruh staf rumah sakit

16
d. Kepemimpinan Rumah Sakit Untuk Mutu dan Keselamatan Pasien.
1). Standar TKRS 4
Pimpinan rumah sakit merencanakan, mengembangkan, dan menerapkan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien. misalnya menyediakan sumber daya yang cukup agar
komite/tim penyelenggara mutu dapat bekerja secara efektif. Pimpinan rumah sakit juga menerapkan mekanisme dan proses untuk memantau dan melakukan koordinasi secara menyeluruh
terhadap penerapan program di rumah sakit.Koordinasi ini dapat tercapai melalui pemantauan dari komite/tim penyelenggara mutu, atau struktur lainnya. Koordinasi menggunakan
pendekatan sistem untuk pemantauan mutu dan aktivitas perbaikan sehingga mengurangi duplikasi ; misalnya terdapat dua unit yang secara independen mengukur suatu proses atau luaran
yang sama. Komunikasi dan pemberian informasi tentang hasil program peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkalasetiap triwula n kepada direktur dan staf merupakan
hal yang penting. Informasi yang diberikan mencakup hasil pengukuran data, proyek perbaikan mutu yang baru akan dilaksanakan atau proyek perbaikan mutu yang sudah diselesaikan, hasil
pencapaian Sasaran Keselamatan Pasien,penelitian terkini dan program kaji banding.
Saluran komunikasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit menggunakan jalur yang efektif serta mudah dipahami, meliputi:
a) Informasi hasil pengukuran data kepada direktur, misalnya Dashboard.
b) Informasi hasil pengukuran data kepada staf misalnya buletin, papan cerita (story board), pertemuan staf, dan proses lainnya.
2). Maksud dan Tujuan TKRS 4
Peran para pimpinan rumah sakit termasuk dalam mengembangkan program mutu dan keselamatan pasien sangat penting. Diharapkan pelaksanaan program mutu dan keselamatan dapat
membangun budaya mutu di rumah sakit. Pimpinan rumah sakit memilih mekanisme pengukurandata untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. Di samping itu, pimpinan rumah
sakit juga memberikan arahan dan dukungan terhadap pelaksanaan program.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian TKRS 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur dan pmpinan rumah sakit Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
berpartisipasi dalam merencanakan Pimpinan RS Bukti direktur dan pmpinan rumah sakit Wawancara tentang direktur dan 5
mengembangkan dan menerapkan Komite/tim Mutu berpartisipasi dalam merencanakan pmpinan rumah sakit berpartisipasi 0
program peningkatan mutu dan Ka Unit Kerja mengembangkan dan menerapkan program dalam merencanakan mengembangkan
keselamatan pasien di lingkungan rumah Komite-komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan menerapkan program peningkatan
sakit. di lingkungan rumah sakit, berupa hasil mutu dan keselamatan pasien di
rapat PMKP (UMAN) lingkungan rumah sakit
A :Acuan
1. PERMENKES No. 80 tahun 2020
tentang Komite Mutu RS
2. PERMENKES No tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
b) Pimpinan rumah sakit memilih dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
menetapkan proses pengukuran, Seluruh Unit pelayanan & Regulasi tentang proses pengukuran, pengkajian Wawancara tentang pemilihan dan 5
pengkajian data, rencana perbaikan dan kerja data, rencana perbaikan dan mempertahankan penetapan proses pengukuran, 0
mempertahankan peningkatan mutu dan Komite/tim Mutu peningkatan mutu dan keselamatan pasien di pengkajian data, rencana perbaikan dan
keselamatan pasien di lingkungan rumah lingkungan rumah sakit, berupa SK direktur mempertahankan peningkatan mutu dan
sakit terkait penetapan PJ mutu di Unit Pengumpul

17
data dan yg melakukan validasi terkait data keselamatan pasien di lingkungan rumah
data di unit-unit kerja sakit
D : Bukti
Bukti adanya proses pemilihan dan
penetapan proses pengukuran, pengkajian
data, rencana perbaikan dan mempertahankan
peningkatan
mutu dan keselamatan pasien di
lingkungan rumah sakit (UMAN)
c) Pimpinan rumah sakit memastikan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
terlaksananya program PMKP termasuk Seluruh Unit pelayanan & Bukti terlaksananya program PMKP termasuk Wawancara tentang terlaksananya 5
memberikan dukungan teknologi dan kerja memberikan dukungan teknologi dan sumber program PMKP, penyelenggarakan 0
sumber daya yang adekuat serta Komite/tim Mutu daya yang adekuat serta menyediakan pelatihan PMKP kepada seluruh staf dan
menyediakan pendidikan staf tentang pendidikan staf tentang peningkatan mutu dan yang melakukan aktifitas di RS (Penyewa
peningkatan mutu dan keselamatan pasien keselamatan pasien di rumah sakit agar dapat lahan, Peserta didik)
di rumah sakit agar dapat berjalan secara berjalan secara efektif, berupa :
efektif. - Laporan pelaksanaan Program PMKP
- Laporan kegiatan pelatihan PMKP

d) Pimpinan rumah sakit menetapkan D : Regulasi 10


mekanisme pemantauan dan koordinasi Regulasi tentang mekanisme pemantauan dan 0
program peningkatan mutu dan koordinasi program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien keselamatan pasien.
4). Standar TKRS 5
Direktur dan Pimpinan rumah sakit berpartisipasi dalam menetapkan prioritas perbaikan di tingkat rumah sakit yang merupakan proses yang berdampak luas/menyeluruh di rumah
sakit termasuk di dalamnya kegiatan keselamatan pasien serta analisis dampak dari pe rbaikan yang telah dilakukan
5). Maksud dan Tujuan TKRS 5
Tanggung jawab direktur dan pimpinan rumah sakit adalah menetapkan Prioritas perbaikan di tingkat rumah sakit yaitu perbaikan yang akan berdampak luas/menyeluruh dan dapat
dilakukan di berbagai unit klinis maupun non klinis. Prioritas perbaikan tersebut harus dilakukan pengukuran dalam bentuk indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP-RS).
Pengukuran prioritas perbaikan tingkat rumah sakit mencakup:
a) Sasaran keselamatan pasien meliputi enam Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
b) Pelayanan klinis prioritas untuk dilakukan perbaikan misalnya pada pelayanannya berisiko tinggi dan terdapat masalah dalam pelayanan tersebut, seperti pada pelayanan
hemodialisa serta pelayanan kemoterapi. Pemilihan pelayanan klinis prioritas dapat menggunakan kriteria pemilihan prioritas pengukuran dan perbaikan.
c) Tujuan strategis rumah sakit misalnya rumah sakit ingin menjadi rumah sakit rujukan untuk pasien kanker. Maka prioritas perbaikannya dapat dalam bentuk Key
Performance indicator (KPI) dapat berupa peningkatkan efisiensi, mengurangi angka readmisi, mengurangi masalah alur pasien di IGD atau memantau mutu layanan yang diberikan
oleh pihak lain yang dikontrak.
d) Perbaikan sistem adalah perbaikan yang jika dilakukan akan berdampak luas/menyeluruh dirumah sakit yang dapat diterapkan di beberapa unit misalnya sistem pengelolaan obat,
komunikasi serah terima dan lain-lainnya.
e) Manajemen risiko untuk melakukan perbaikan secara proaktif terhadap proses berisiko tinggi misalnya yang telah dilakukan analisis FMEA atau dapat diambil dari profil risiko
f) Penelitian klinis dan program pendidikan kesehatan (apabila ada).

18
Untuk memilih prioritas pengukuran dan perbaikan menggunakan kriteria prioritas mencakup:
a) Masalah yang paling banyak di rumah sakit.
b) Jumlah yang banyak (High volume).
c) Proses berisiko tinggi (High process).
d) Ketidakpuasan pasien dan staf.
e) Kemudahan dalam pengukuran.
f) Ketentuan Pemerintah / Persyaratan Eksternal.
g) Sesuai dengan tujuan strategisrumah sakit.
h) Memberikan pengalaman pasien lebih baik (patient experience)
Direktur dan Pimpinan rumah sakit berpartisipasi dalam penentuan pengukuran perbaikan. Penentuan prioritas terukur dapat menggunakan skoring prioritas. Direktur dan pimpinan rumah
sakit akan menilai dampak perbaikan dapat berupa:
a) Dampak primer adalah hasil capaian setelah dilakukan perbaikan misalnya target kepuasan pasien tercapai 90%, atau hasil kepat uhan terhadap proses yang ditetapkan
misalnya, kepatuhan pelaporan hasil kritis < 30 menit tercapai 100%.
b) Dampak sekunder adalah dampak terhadap efisiensi setelah dilakukan perbaikan misalnya efisiensi pada proses klinis yang kompleks, perubahan alur pelayanan yang
kompleks, penghematan biaya pengurangan sumber daya, perubahan ruangan yang dibutuhkan yang digunakan dalam proses pelayanan tersebut.
Penilaian dampak perbaikan akan memberikan pemahaman tentang biaya yang dikeluarkan untuk investasi mutu, sumber daya manusia, keuangan, dan keuntungan lain dari investasi
tersebut. Direktur dan pimpinan rumah sakit akan menetapkan cara/tools sederhana untuk membandingkan sumber daya yang digunakan pada proses yang lama dibandingkan proses yang
baru dengan membandingkan dampak perbaikan pada hasil keluaran pasien dan atau biaya yang menyebabkan efisiensi. Hal ini akan menjadi pertimbangan dalam penentuan
prioritas perbaikan pada periode berikutnya, baik di tingkat rumah sakit maupun di tingkat unit klinis/non klinis. Apabila semua informasi ini digabungkan secara menyeluruh, maka
direktur dan pimpinan rumah sakit dapat lebih memahami bagaimana mengalokasikan sumber daya mutu dan keselamatan pasien yang tersedia.

TELUSUR SKOR
6). Elemen Penilaian TKRS 5 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur dan pimpinan rumah sakit Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
menggunakan data yang tersedia (data Pimpinan RS Regulasi tentang penetapan indikator prioritas Wawancara tentang penggunaan data 5
based) dalam menetapkan indikator Komite/tim Mutu rumah sakit yang perbaikannya akan berdampak yang tersedia (data based) dalam 0
prioritas rumah sakit yang perbaikannya Seluruh Unit Pelayanan dan luas/menyeluruh meliputi poin a) – f) dalam menetapkan indikator prioritas rumah
akan berdampak luas/menyeluruh Unit Kerja maksud dan tujuan, berupa : sakit yang perbaikannya akan berdampak
meliputi poin a) – f) dalam maksuddan - Penetapan indikator mutu luas/menyeluruh meliputi poin a) – f)
tujuan. - Penetapan indikator keselamatan pasien dalam maksud dan tujuan
- Penetapan indikator prioritas laporan
bulanan ttg indikator mutu
A : Acuan
PERMENKES No.30 tahun 2022 tentang INM
Pelayanan kesehatan
D : Bukti
Bukti adanya penggunaan data yang tersedia
(data based) dalam menetapkan indikator
prioritas rumah sakit yang perbaikannya akan

19
berdampak luas/menyeluruh meliputi poin a) – f)
dalam maksud dan tujuan (UMAN).
b) Dalam memilih prioritas perbaikan di Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
tingkat rumah sakit maka direktur dan Pimpinan RS Bukti dalam memilih prioritas perbaikan di Wawancara tentang pemilihan prioritas 5
pimpinan mengggunakan kriteria Komite/tim Mutu tingkat rumah sakit maka direktur dan pimpinan perbaikan di tingkat rumah sakit maka 0
prioritas meliputi poin a)–h) dalam Seluruh Unit Pelayanan dan mengggunakan kriteria prioritas meliputi poin a) direktur dan pimpinan mengggunakan
maksud dan tujuan. Unit Kerja – h) dalam maksud dan tujuan, berupa: kriteria prioritas meliputi poin a) – h)
- Daftar indikator mutu prioritas dari unit dalam maksud dan tujuan
unit RS.
- Daftar pemilihan prioritas indikator
mutu priuotars Rumah Sakit yang
dipilih

c) Direktur dan pimpinan rumah sakit Direktur RS D : bukti I : Wawancara 10


mengkaji dampak perbaikan primer dan Pimpinan RS Bukti adanya hasil pengkajian dampak Wawancara tentang pengkajian dampak 5
dampak perbaikan sekunder pada Komite/tim Mutu perbaikan primer dan dampak perbaikan perbaikan primer dan dampak perbaikan 0
indikator prioritas rumah sakit yang Seluruh Unit Pelayanan dan sekunder pada indikator prioritas rumah sakit sekunder pada indikator prioritas rumah
ditetapkan di tingkat rumah sakit maupun Unit Kerja yang ditetapkan di tingkat rumah sakit maupun sakit yang ditetapkan di tingkat rumah
tingkat unit. tingkat unit. berupa : sakit maupun tingkat unit
- Rapat koordinasi komite./tim Mutu dengan
direktur, para pimpinan RS, komite-komite
dan kepala unit pelayanan dan unit kerja
terkait hasil kajian (UMAN)
- Dokumen analisis terhadap capaian
indikator mutu prioritas RS

e. Kepemimpinan Rumah Sakit Terkait Kontrak


1). Standar TKRS 6
Pimpinan Rumah Sakit bertanggung jawab untuk mengkaji, memilih, dan memantau kontrak klinis dan nonklinis serta melakukan evaluasi termasuk inspeksi kepatuhan layanansesuai
kontrak yang disepakati.

2). Maksud dan Tujuan TKRS 6


Rumah sakit dapat memilih pelayanan yang akan diberikan kepada pasien apakah akan memberikan pelayanan secara langsung atau tidak langsung misalnya rujukan, konsultasi atau
perjanjian kontrak lainnya. Pimpinan rumah sakit menetapkan jenis dan ruang lingkup layanan yang akan dikontrakkan baik kontrak klinis maupun kontrak manajemen. Jenis dan
ruang lingkup layanan tersebut kemudian dituangkan dalam kontrak/perjanjian untukmemastikan bahwa pelayanan yang diberikan memenuhi kebutuhan pasien. Kontrak pelayanan klinis
disebut kontrak klinis adalah perjanjian pelayanan klinis yang diberikan oleh pihak ketiga kepada pasien misalnya layanan laboratorium, layanan radiologi dan pencitraan diagnostik
dan lain- lainnya. Kontrak pelayanan manajemen disebut kontrak manajemen adalah perjanjian yang menunjang kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien
misalnya: layanan
kebersihan, kemanan, rumah tangga/tata graha/housekeeping, makanan, linen, dan lain-lainnya. Kontrak klinis bisa juga berhubungan dengan staf profesional kesehatan. misalnya, kontrak
perawat untuk pelayanan intensif, dokter tamu/dokter paruh waktu, dan lain-lainnya. Dalam kontrak tersebut harus menyebutkan bahwa staf profesional tersebut telah memenuhi persyaratan
20
yang ditetapkan Rumah Sakit. Manajemen rumah sakit menetapkan kriteria dan isi kontrak agar kerjasama dapat berjalan dengan baik dan rumah sakit memperoleh manfaat dan pelayanan
yang bermutu. Pimpinan unit berpartisipasi dalam mengkaji dan memilih semua kontrak klinis dan nonklinis serta bertanggung jawab untuk memantau kontrak tersebut.
Kontrak dan perjanjian- perjanjian merupakan bagian dalam program mutu dan keselamatan pasien. Untuk memastikan mutu dan keselamatan pasien, perlu dilakukan evaluasi untuk semua
layanan yang diberikan baik secaralangsung oleh rumah sakit maupun melalui kontrak. Karena itu, rumah sakit perlu meminta informasi mutu (misalnya quality control),
menganalisis, kemudian mengambil tindakan terhadap informasi mutu yang diberikan pihak yang di kontrak. Isikontrak dengan pihak yang dikontrak harus mencantumkan apa yang
diharapkan untuk
menjamin mutu dan keselamatan pasien, data apa yang harus diserahkan kepada rumah sakit, frekuensi penyerahan data, serta formatnya. Pimpinan unit layanan menerima laporan
mutu dari pihak yang dikontrak tersebut, untuk kemudian ditindaklanjuti dan memastikan bahwa laporan- laporan tersebut diintegrasikan ke dalam proses penilaian mutu rumah sakit.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 6 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
terhadap kontrak untuk memenuhi Bagian Kepegawaian Bukti pimpinan rumah sakit bertanggung jawab I : Wawancara 5
kebutuhan pasien dan manajemen Bagian Diklat terhadap kontrak untuk memenuhi kebutuhan Observasi/wawancara tentang rumah 0
termasuk ruang lingkup pelayanan Pihak ke 3 pasien dan manajemen termasuk ruang lingkup sakit bertanggung jawab terhadap
tersebut yang dicantumkan dalam Komite/tim Mutu pelayanan tersebut yang dicantumkan dalam kontrak untuk memenuhi kebutuhan
persetujuan kontrak persetujuan kontrak. pasien dan manajemen termasuk ruang
A :Acuan lingkup pelayanan tersebut yang
PERMENKES No. 1199 tahun 2004 tentang dicantumkan dalam persetujuan kontrak
pedoman pengadaan tenaga kesehatan
dengan perjajian kerja di sarana kesehatan
milik pemerintah

b) Tenaga kesehatan yang dikontrak perlu Nakes kontrak D : Bukti I : Wawancara 10


dilakukan kredensial sesuai ketentuan Komite medik Bukti kredensial tenaga kesehatan yang dikontrak Wawancara tentang tenaga kesehatan 5
dirumah sakit Komite Keperawatan berupa dokumen kredensialing, SPK dan RKK yang dikontrak perlu dilakukan 0
Komite nakes lain kredensial sesuai ketentuan di rumah
sakit
c) Pimpinan rumah sakit menginspeksi Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
kepatuhan layanan kontrak sesuai Semua KSO Pelayanan Bukti pimpinan rumah sakit menginspeksi Wawancara tentang rumah sakit 5
kebutuhan yang kontrak dengan kepatuhan layanan kontrak sesuai kebutuhan menginspeksi kepatuhan layanan kontrak 0
RS berupa laporan layanan kontrak sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
rumah sakit.
d) Apabila kontrak dinegosiasikan ulang atau Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
dihentikan, rumah sakit tetap Semua KSO Pelayanan Bukti apabila kontrak dinegosiasikan ulang Wawancara tentang proses negosiasi 5
mempertahankan kelanjutan dari yang kontrak dengan atau dihentikan, rumah sakit tetap dengan pihak yg melakukan kontrak 0
pelayanan pasien RS mempertahankan kelanjutan dari pelayanan pelayanan di RS terkait perpanjangan
pasien berupa dokumen rapat kontrak pelayanan kerjasama.
di rumah sakit (UMAN)

21
e) Semua kontrak menetapkan data mutu Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
yang harus dilaporkan kepada rumah Ka Unit Terkait Bukti bahwa semua kontrak menetapkan data Wawancara tentang penetapan data mutu 5
sakit, disertai frekuensi dan mekanisme Komite/tim Mutu mutu yang harus dilaporkan kepada rumah sakit, yang harus dilaporkan kepada rumah 0
pelaporan, serta bagaimana rumah sakit berupa dokumen dan laporan mutu terkait sakit, disertai frekuensi dan mekanisme
akan merespons jika persyaratan atau kontrak pelayanan di unit-unit rumah sakit pelaporan, serta bagaimana rumah sakit
ekspektasi mutu tidak terpenuhi. akan merespons jika persyaratan atau
ekspektasi mutu tidak terpenuhi.

f) Pimpinan klinis dan non klinis yang Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


terkait layanan yang dikontrak Ka Unit Terkait Bukti pimpinan klinis dan non klinis yang Wawancara tentang proses laporan , 5
melakukan analisis dan memantau PPA terkait layanan yang dikontrak melakukan analisis serta memantau mutu pelayanan 0
informasi mutu yang dilaporkan pihak Komite/tim Mutu analisis dan memantau informasi mutu yang kontrak klinis atau non klinis
yang dikontrak yang merupakan bagian Komite Medik, Perawatan dilaporkan pihak yang dikontrak yang
dalam program peningkatan mutu dan & Nakes lain merupakan bagian dalam program peningkatan
keselamatan pasien rumah sakit mutu dan keselamatan
pasien rumah sakit, berupa dokumen laporan
mutu pelayanan kontrak klinis & non klinis
f. Kepemimpinan Rumah Sakit Terkait Keputusan Mengenai Sumber Daya
1). Standar TKRS 7
Pimpinan rumah sakit membuat keputusan tentang pengadaan dan pembelian. Penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya harus berdasarkan pertimbangan mutu dan
dampaknya pada keselamatan.
2). Maksud dan Tujuan TKRS 7
Pimpinan rumah sakit akan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien daripada biaya pada saat akan mengambil keputusan terkait pembelian dan keputusan terhadap sumber daya
lainnya seperti pengurangan atau pemindahan staf keperawatan. Misalnya pada saat diputuskan untuk membeli pompa infus baru, maka informasi tingkat kegagalan dan insiden
keselamatanpasien terkait alat yang akan dibeli, preferensi dari staf, catatan terkait adanya masalah dengan alarm dari pompa infus, pemeliharaan alat, pelatihan yang diperlukan dan
hal lain terkait mutu dan keselamatan pasien di pakai sebagai dasar untuk membuat keputus an pembelian.
Pimpinan rumah sakit mengembangkan proses untuk mengumpulkan data dan informasi untuk pembelian ataupun keputusan mengenai sumber daya untuk memastikan bahwa keputusannya
sudah berdasarkan pertimbangan mutu dan keselamatan. Data terkait keputusan mengenai sumber daya adalah memahami kebutuhan dan rekomendasi peralatan medis, perbekalan
dan obat obatan yang dibutuhkan untuk pelayanan. Rekomendasi dapat diperoleh dari pemerintah, organisasi profesional nasional dan internasional serta sumber berwenang lainnya.
Investasi untuk teknologi informasi kesehatan (TIK) merupakan sumber daya yang penting bagi rumah sakit. TIK meliputi berbagai teknologi yang mencakup metode pendokumentasian
dan penyebaran informasi pasien, seperti rekam medis elektronik. Selain itu, TIK juga meliputi metode untuk menyimpan dan menganalisis data, mengomunikasikan informasi antarpraktisi
kesehatan agar dapat mengoordinasikan pelayanan lebih baik, serta untuk menerima informasi yang dapat membantu menegakkan diagnosis dan memberikan pelayanan yang aman
bagi pasien. Implementasi sumber daya TIK membutuhkan arahan, dukungan, dan pengawasan dari pimpinan rumah sakit. Ketika keputusan mengenai pengadaan sumber daya
dibuat oleh pihak ketiga misalnya Kementerian Kesehatan, maka pimpinan rumah sakit menginformasikan kepada Kementerian Kesehatan pengalaman dan preferensi sumber daya
tersebut sebagai dasar untuk membuat keputusan.

22
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 7 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pimpinan rumah sakit menggunakan data Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
dan informasi mutu serta dampak terhadap Ka Unit Terkait Bukti penggunaan data dan informasi mutu serta Wawancara penggunaan data dan 5
keselamatan untuk membuat keputusan Komite/tim Mutu dampak terhadap keselamatan untuk membuat informasi mutu serta dampak terhadap 0
pembelian dan penggunaan peralatan baru keputusan pembelian dan penggunaan peralatan keselamatan untuk membuat keputusan
baru berupa : pembelian dan penggunaan peralatan
- Laporan indikator mutu RS baru
- Laporan dampak terhadap keselamatan
pasien
- Dokumen pembelian dan penggunaan
peralatan baru
- MSDS (Material Safety Data Sheet)
A : Acuan
Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan

b) Pimpinan rumah sakit menggunakan data Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


dan informasi mutu serta dampakterhadap Ka Unit Terkait Bukti penggunaan data dan informasi mutu Wawancara tentang penggunaan data dan 5
keselamatan dalam pemilihan, Komite/tim Mutu serta dampak terhadap keselamatan dalam informasi mutu serta dampak terhadap 0
penambahan, pengurangan dan pemilihan, penambahan, pengurangan dan keselamatan dalam pemilihan,
melakukan rotasi staf. melakukan rotasi staf. berupa : penambahan, pengurangan dan
- Dokumen rotasi staf melakukan rotasi staf.
- Dokumen penambahan/pengurangan staf
c) Pimpinan rumah sakit menggunakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
rekomendasi dari organisasi profesional Ka Unit Terkait Bukti penggunaan rekomendasi dari organisasi Wawancara tentang penggunaan 5
dan sumber berwenang lainnya dalam Komite/tim 2 RS profesional dan sumber berwenang lainnya dalam rekomendasi dari organisasi profesional 0
mengambil keputusan mengenai Perhimpunan, Kolegium mengambil keputusan mengenai pengadaan dan sumber berwenang lainnya dalam
pengadaan sumberdaya. dan Perusahaan peralatan sumber daya. berupa rapat pertemuan dengan mengambil keputusan mengenai
medis organisasi professional dan sumber berwenang pengadaan sumber daya.
lainnya terkait keputusan pengadaan sumber daya
(UMAN) serta data dan informasi tentang mutu
serta dampak terhadap keselamatan
d) Pimpinan rumah sakit memberikan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
arahan, dukungan, dan pengawasan Ka Unit Terkait Bukti pimpinan rumah sakit memberikan arahan, Wawancara tentang memberikan arahan, 5
terhadap penggunaan sumber daya Komit /tim 2 dukungan, dan pengawasan terhadap penggunaan dukungan, dan pengawasan terhadap 0
Teknologi Informasi Kesehatan (TIK) RS sumber daya Teknologi Informasi Kesehatan penggunaan sumber daya Teknologi
Kepala Unit SIM RS (TIK) (UMAN) berupa dokumen penggunaan informasi Kesehatan (TIK)

23
sumber daya Teknologi Informasi Kesehatan
(TIK)
e) Pimpinan rumah sakit memberikan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
arahan, dukungan, dan pengawasan Kepala Unit Bukti pimpinan rumah sakit memberikan arahan, Wawancara tentang proses 5
terhadap pelaksanaan program Komite/tim 2 RS dukungan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberian arahan, dukungan, dan 0
penanggulangan kedaruratan dan Komite/tim K3 RS program penanggulangan kedaruratan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
bencana. bencana (UMAN). berupa : program penanggulangan
- Penetapan petugas penanggulangan kedaruratan dan bencana
kedaruratan dan bencana
- Sosialisasi / diklat program penanggulangan
kedaruratandan bencana

f) Pimpinan rumah sakit memantau hasil Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


keputusannya dan menggunakan data Ka Unit Terkait Bukti pemantauan hasil keputusan dan Wawancara tentang pemantauan 5
tersebut untuk mengevaluasi dan Komite/tim 2 penggunaan data tersebut untuk mengevaluasi hasil keputusannya dan 0
memperbaiki mutu keputusan pembelian RS dan memperbaiki mutu keputusan pembelian dan menggunakan data tersebut untuk
dan pengalokasian sumber daya pengalokasian sumber daya berupa UMAN mengevaluasi dan memperbaiki mutu
tentang keputusan pembelian dan
- Rapat tim penafisan alat medis ,alkes serta pengalokasian sumber daya
obat2an
- Bukti pembelian dan pengalokasian sumber
daya
4). Standar TKRS 7.1
Pimpinan rumah sakit mencari dan menggunakan data serta informasi tentang keamanan dalam rantai perbekalan untuk melindungi pasien dan staf terhadap produk yang tidak stabil,
terkontaminasi, rusak, dan palsu.
5). Maksud dan Tujuan TKRS.7.1
Pengelolaan rantai perbekalan merupakan hal penting untuk memastikan keamanan dan mutu perbekalan rumah sakit. Rantai perbekalan meliputi serangkaian proses dimulai dari produsen
hingga pengantaran perbekalan ke rumah sakit. Jenis dan jumlah perbekalan ya ng digunakan rumah sakit sangat bervariasi, oleh karena itu rumah sakit harus mengelola begitu
banyak rantai perbekalan. Karena staf dan sumber daya yang terbatas, tidak semua rantai perbekalan dapat dilacak dan dievaluasi di saat yang sama. Oleh karena it u, rumah sakit harus
menentukan obat- obatan, perbekalan medis, serta peralatan medis yang paling berisiko tidak stabil, mengalami kontaminasi, rusak, atau ditukar dengan produk palsu atau imitasi.
Untuk perbekalan-perbekalan yang berisiko tersebut, rumah sakit menentukan langkah-langkah untuk mengelolarantai perbekalannya. Meskipun informasi ini mungkin tidak lengkap dan
sulit untuk dirangkaikan menjadi satu, minimal rumah sakit harus memutuskan di manakah terdapat risiko yang paling tinggi, misalnya dengan membuat bagan alur/flow chart untuk
memetakan setiap langkah, atau titik dalam rantai perbekalan dengan mencantumkan produsen, fasilitas gudang, vendor, distributor, dan lain-lainnya.
Rumah sakit dapat menunjukkan titik mana di dalam bagan alur tersebut yang memiliki risiko paling signifikan. misalnya, rumah sakit menentukan obat insulin sebagai obat yang paling
berisiko di rumah sakit, kemudian membuat bagan alur yang menunjukkan setiap langkah dalam rantai perbekalan obat insulin. Rumah sakit kemudian menentukan titik-titik mana
yang berisiko,seperti titik produsen, vendor, gudang, dan pengiriman, serta dapat menentukan elemen-elemen penting lainnya yang harus dipertimbangkan seperti kepatuhan produsen
terhadap
regulasi, pengendalian dan pemantauan suhu di gudang, serta pembatasan jarak tempuh antar satu titik ke titik yang lain dalam rantai perbekalan. Pada saat meninjau risiko potensial dalam
suatu rantai perbekalan, rumah sakit mengetahui bahwa ternyata vendor baru saja menandatangani kontrak dengan perusahaan pengiriman logistik yang layanannya kurang
memuaskan,

24
termasuk pengiriman yang terlambat dan pencatatan pemantauan suhu yang tidak konsisten selama pengiriman. Setelah mengkaji situasi ini, rumah sakit dapat menggolongkan hal
ini sebagai risiko yang signifikan dalam rantai perbekalan. Pimpinan rumah sakit harus mengambil keputusan untuk membuat perubahan terhadap rantai perbekalan dan menentukan prioritas
pengambilan keputusan terkait pembelian berdasarkan informasi titik risiko dalam rantai perbekalan tersebut.
Pengelolaan rantai perbekalan bukan hanya mengenai evaluasi prospektif terhadap perbekalan yang berisiko tinggi, proses ini juga meliputi pelacakan retrospektif terhadap
perbekalan yang ada setelah perbekalan tersebut diantarkan ke rumah sakit. Rumah sakit harus memiliki proses untuk mengidentifikasi obat -obatan, perbekalan medis, serta
peralatan medis yang tidak stabil, terkontaminasi, rusak atau palsu dan melacak kembali perbekalan-perbekalan tersebut untuk menentukan sumber atau penyebab masalah yang ada, jika
memungkinkan. Rumah sakit harus memberitahu produsen dan/atau distributor apabila ditemukan perbekalan yang tidak stabil, terkontaminasi, rusak atau palsu dalam pelacakan
retrospektif. Ketika perbekalan rumah sakit dibeli, disimpan dan didistribusikan oleh pemerintah, rumah sakit dapat berpartisipasi untuk mendeteksi dan melaporkan jika menemukan
perbekalan yang diduga tidak stabil, terkontaminasi, rusak, atau palsu serta melakukan tindakan untuk mencegah kemungkinan bahaya bagi pasien. Meskipun rumah sakit pemerintah
mungkin tidak tahu integritas dari setiap
pemasok dalam rantai perbekalan, rumah sakit perlu ikut memantau perbekalan yang dibeli dan dikelola oleh pemerintah ataupun non pemerintah.
TELUSUR SKOR
6). Elemen Penilaian TKRS 7.1 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pimpinan rumah sakit menentukan obat- Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
obatan, perbekalan medis, serta peralatan Komite/tim Farmasi -Terapi Regulasi tentang bagan alur rantai perbekalan I : Wawancara 5
medis yang paling berisiko dan membuat Tim HTA medis, serta peralatan medis yang paling berisiko Observasi/wawancara tentang penentuan 0
bagan alur rantai perbekalannya Ka Unit Farmasi dan membuat bagan alur rantai perbekalannya obat-obatan, perbekalan medis, serta
Ka Unit Pengadaan A : Acuan peralatan medis yang paling berisiko dan
Komite/tim Mutu PERMENKES No.72 tahun 2016 tentang Standar membuat bagan alur rantai
Pelayanan Kefarmasian di RS perbekalannya
D : Bukti
Bukti penentuan obat-obatan, perbekalan medis,
serta peralatan medis yang paling berisiko dan
membuat bagan alur rantai perbekalannya

b) Pimpinan rumah sakit menentukan titik Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


paling berisiko dalam bagan alur rantai Ka Unit Farmasi Bukti pimpinan rumah sakit menentukan titik I : Wawancara 5
perbekalan dan membuat keputusan Komite/tim Mutu paling berisiko dalam bagan alur rantai Observasi/wawancara tentang proses 0
berdasarkan risiko dalam rantai Ka Unit Pengadaan perbekalan dan membuat keputusan berdasarkan menentukan titik paling berisiko dalam
perbekalan tersebut risiko dalam rantai perbekalan tersebut berupa : bagan alur rantai perbekalan
- Rapat komite/tim Mutu ,Pimpinan RS
dan Ka unit farmasi tentang penetapan
risiko bagan alur rantai perbekalan
- Laporan FMEA
c) Rumah sakit memiliki proses untuk Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
melakukan pelacakan retrospektif Ka Unit Farmasi Regulasi tentang proses untuk melakukan I : Wawancara 5
terhadap perbekalan yang diduga tidak Ka Unit Pengadaan pelacakan retrospektif terhadap perbekalan yang Observasi/wawancara tentang proses 0
stabil, terkontaminasi, rusak,atau palsu Komite/tim Mutu diduga tidak stabil. implementasi terhadap perbekalan yang
D : Bukti diduga tidak stabil, terkontaminasi, rusak
atau palsu

25
Bukti rumah sakit memiliki proses untuk
melakukan pelacakan retrospektif terhadap
perbekalan yang diduga tidak stabil,
terkontaminasi, rusak, atau palsu berupa :
- Bukti rapat pertemuan terkait FMEA
dan manajemen risiko perbekalan
- Daftar perbekalan yang diduga tidak
stabil, terkontaminasi, rusak atau palsu

d) Rumah sakit memberitahu produsen Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


dan/atau distributor bila menemukan Ka Unt Bukti rumah sakit memberitahu produsen Wawancara tentang proses penyampaian 5
perbekalan yang tidak stabil, Farmasi dan/atau distributor bila menemukan perbekalan informasi kepada distributor bila 0
terkontaminasi, rusak, atau palsu. Produsen/Distributor yang tidak stabil, terkontaminasi, rusak, atau menemukan perbekalan yang tidak
Komite/tim Farmasi dan palsu. berupa : stabil, terkontaminasi, rusak, atau
Terapi - Berita acara komplain palsu
Ka Unit pengadaan - Pemberitahuan kepada distributor bila
Ka Unit Terkait menemukan perbekalan yang tidak
stabil, terkontaminasi, rusak, atau palsu.
g. Pengorganisasian dan Akuntabilitas Komite Medik, Komite Keperawatan, dan Komite Tenaga Kesehatan Lain
1). Standar TKRS 8
Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite Tenaga Kesehatan Lain menerapkan pengorganisasiannya sesuai peraturan perundang-undangan untuk mendukung tanggung jawab serta
wewenang mereka.
2). Maksud dan Tujuan TKRS 8
Struktur organisasi Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite Tenaga Kesehatan Lain ditetapkan oleh direktur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
menjalankan fungsinya, Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite Tenaga Kesehatan Lain mempunyai tanggung jawab kepada pasien dan kepada rumah sakit yaitu:
a) Mendukung komunikasi yang efektif antar tenaga profesional;
b) Menyusun kebijakan, pedoman, prosedur serta protokol, tata hubungan kerja, alur klinis, dan dokumen lain yang mengatur layanan klinis;
c) Menyusun kode etik profesi; dan
d) Memantau mutu pelayanan pasien lainnya.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 8 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat struktur organisasi Komite D : Regulasi 10
Medik, Komite Keperawatan, dan Regulasi tentang struktur organisasi Komite 0
Komite Tenaga Kesehatan lain yang Medik, Komite Keperawatan, dan Komite
ditetapkan direktur sesuai peraturan Tenaga Kesehatan Lain yang ditetapkan direktur
perundang- undangan yang berlaku sesuai peraturan perundang- undangan yang
berlaku

26
A : Acuan
1. PERMENKES No. 755 tahun 2011
tentang Komite medik
2. PERMENKES No. 49 tahun 2013
tentang Komite Perawatan

b) Komite Medik, Komite Keperawatan dan Direktur RS D : Bukti 10


Komite Tenaga Kesehatan Lain Komite Medik Bukti Komite Medik, Komite Keperawatan dan 5
melaksanakan tanggung jawabnya Komite Keperawatan Komite Tenaga Kesehatan Lain melaksanakan 0
mencakup (a-d) dalam maksud dan Komite Nakes Lainnya tanggung jawabnya mencakup (a-d) dalam
tujuan maksud dan tujuan berupa :
- Kebijakan yang dibuat oleh komte
- Laporan rapat komite-komite
- Laporan pelaksanaan program kerja
c) Untuk melaksanakan tanggung jawabnya Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
Komite Medik, Komite Keperawatan, dan Komite Medik Regulasi tentang Program kerja Komite Wawancara tentang pelaksanaan 5
KomiteTenaga Kesehatan Lain menyusun Komite Keperawatan Medik, Komite Keperawatan, dan Komite tanggung jawabnya Komite Medik, 0
Program kerja setiap tahun dan ditetapkan Komite Nakes Lainnya Tenaga Kesehatan Lain setiap tahun Komite Keperawatan, dan Komite
oleh direktur D : Bukti Tenaga Kesehatan Lain menyusun
Bukti pelaksanaan tanggung jawabnya Komite Program kerja setiap tahun
Medik, Komite Keperawatan, dan Komite
Tenaga Kesehatan Lain dalam menyusun
program kerja setiap tahun berupa UMAN

h. Akuntabilitas Kepala Unit Klinis/Non Klinis


1). Standar TKRS 9
Unit layanan di rumah sakit dipimpin oleh kepala unit yang ditetapkan oleh Direktur sesuai dengan kompetensinya untuk mengarahkan kegiatan di unitnya. rumah sakit untuk
memenuhi pelayanan sesuai kebutuhan pasien. Meskipun para kepala unit layanan telah membuat rencana kebutuhan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, namun
terkadang terdapat perubahan prioritas di dalam rumah sakit yang mengakibatkan tidak terpenuhinya sumber daya yang dibutuhkan. Oleh karena itu, kepala unit harus memiliki
proses untuk merespon kekurangan sumber daya agar memastikan pemberian pelayanan yang aman dan efektif bagi semua pasien. Kepala unit layanan menyusun kriteria
berdasarkan pendidikan, keahlian, pengetahuan, dan pengalaman yang diperlukan professional pemberi asuhan (PPA) dalam memberikan pelayanan di unit layanan tersebut. Kepala
unit layanan juga bekerja sama dengan Unit SDM dan unit lainnya dalam melakukan proses seleksi staf. Kepala unit layanan memastikan bahwa semua staf dalam unitnya
memahami tanggung jawabnya dan mengadakan kegiatan orientasi dan pelatihan bagi staf baru. Kegiatan orientasi mencakup misi rumah sakit, lingkup pelayanan yang diberikan, serta
kebijakan dan prosedur yang terkait pelayanan yang diberikan di unit tersebut, misalnya semua staf telah memahami prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dan di unit
layanan tersebut. Bila terdapat revisi kebijakan atau prosedur baru, staf akan diberikan pelatihan ulang. Para kepala unit kerja menyusun program kerja di masing- masing unit setiap
tahun, menggunakan format yang seragam yang telah ditetapkan rumah sakit. Kepala unit kerja melakukan koordinasi dan integrasi dalam unitnya dan antar unit layanan untuk mencegah
duplikasi pelayanan, misalnya koordinasi dan integrasi
antara pelayanan medik dan pelayanan keperawatan.

27
2). Maksud dan Tujuan TKRS 9
Kinerja yang baik di unit layanan membutuhkan kepemimpinan yang kompeten dalam melaksanakan tanggung jawabnya yang dituangkan dalam urain tugas. Setiap kepala unit
merencanakan dan melaporkan kebutuhan staf dan sumber daya misalnya ruangan, peralatan dan sumber daya lainnya kepada pimpinan
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 9 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Kepala unit kerja diangkat sesuai Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
kualifikasi dalam persyaratan jabatan Ka unit kerja Regulasi tentang kepala unit kerja diangkat Wawancara tentang proses pengangkatan 5
yang ditetapkan Ka IPSRS sesuai kualifikasi dalam persyaratan jabatan kepala unit kerja yang sesuai kualifikasi 0
yang ditetapkan peraturan Internal RS / HBL dalam persyaratan jabatan yang
A : Acuan ditetapkan
PERMENKES No. 3 tahun 2020 tentang
Klasifikasi & Perizinan RS
D : Bukti
Bukti kepala unit kerja diangkat sesuai
kualifikasi dalam persyaratan jabatan yang
ditetapkan

b) Kepala unit kerja menyusun pedoman Ka unit kerja D : Bukti I : Wawancara 10


pengorganisasian, pedoman pelayanan dan Ka IPSRS Bukti kepala unit kerja menyusun pedoman Wawancara tentang penyusunan 5
prosedursesuai proses bisnis di unit kerja pengorganisasian, pedoman pelayanan dan pedoman pengorganisasian, pedoman 0
prosedur sesuai proses bisnis di unit kerja berupa pelayanan dan prosedur sesuai
pedoman Organisasi & Pelayanan Unit proses bisnis di unit kerja
Pelayanan/Kerja RS (UMAN)
c) Kepala unit kerja menyusun program kerja Ka unit kerja D : Bukti I : Wawancara 10
yang termasuk di dalamnya kegiatan Ka IPSRS Bukti kepala unit kerja menyusun program kerja Wawancara tentang penyusunan program 5
peningkatan mutu dan keselamatan pasien Komite/tim Mutu yang termasuk di dalamnya kegiatan kerja yang termasuk di dalamnya 0
serta manajemen risiko setiap tahun. peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta kegiatan peningkatan mutu dan
manajemen risiko setiap tahun (UMAN) keselamatan pasien serta manajemen
hasilnya berupa: Program kerja Unit Pelayanan risiko setiap tahun.
& Kerja
d) Kepala unit kerja mengusulkan kebutuhan Ka unit kerja D : Bukti I : Wawancara 10
sumber daya mencakup ruangan, Ka IPSRS Bukti kepala unit kerja mengusulkan kebutuhan Wawancara tentang pengusulan 5
peralatan medis, teknologi informasi dan sumber daya mencakup ruangan, peralatan kebutuhan sumber daya mencakup 0
sumber daya lain yang diperlukan unit medis, teknologi informasi dan sumber daya lain ruangan, peralatan medis, teknologi
layanan serta terdapat mekanisme untuk yang diperlukan unit layanan serta terdapat informasi dan sumber daya lain yang
menanggapi kondisi jika terjadi mekanisme untuk menanggapi kondisi jika diperlukan unit layanan
kekurangan tenaga terjadi kekurangan tenaga berupa Surat

28
Pengusulan kebutuhan sumber daya mencakup
ruangan, peralatan medis, teknologi informasi
dan sumber daya lain
e) Kepala unit kerja telah melakukan Ka Unit Kerja D : Bukti I : Wawancara 10
koordinasi dan integrasi baik dalam Ka IPSRS Bukti kepala unit kerja telah melakukan Wawancara tentang proses 5
unitnya maupun antar unit layanan koordinasi dan integrasi baik dalam unitnya koordinasi dan integrasi baik dalam 0
maupun antar unit layanan (UMAN) berupa : unitnya maupun antar unit layanan
- Dokumen rapat koordinasi pimpinan RS
dengan Kepala Unit pelayanan /kerja
- Bukti koordinasi dan integrasi
baik dalam unitnya maupun antar
unit layanan

4). Standar TKRS 10


Kepala unit layanan berpartisipasi dalam meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan melakukan pengukuran indikator mutu rumah sakit yang dapat diterapkan di unitnya dan
memantau serta memperbaiki pelayanan pasien di unit layanannya.

5). Maksud dan Tujuan TKRS 10


Kepala unit layanan melibatkan semua stafnya dalam kegiatan pengukuran indikator prioritas rumah sakit yang perbaikan akan berdampak luas/menyeluruh di rumah sakit baik kegiatan
klinis maupun non klinis yang khususuntuk unit layanan tersebut. Misalnya indikator prioritas rumah sakit adalah komunikasi saat serah terima yang perbaikannya akan berdampak
luas/menyeluruh di semua unit klinis maupun non klinis. Hal yang sama juga dapat dilakukan pada unit non klinis untuk memperbaiki komunikasi serah terima d engan menerapkan proyek
otomatisasi untuk memonitor tingkat keakurasian saat pembayaran pasien. Kepala unit klinis memilih indikator mutu yang akan dilakukan pengukuran sesuai dengan pelayanan di unitnya
mencakup hal -hal sebagai berikut:
a) Pengukuran indikator nasional mutu (INM).
b) Pengukuran indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP-RS) yang berdampak luas dan menyeluruh di rumah sakit.
c) Pengukuran indikator mutu prioritas unit (IMP-unit) untuk mengurangi variasi, meningkatkan keselamatan pada prosedur/tindakan berisiko tinggi dan meningkatkan kepuasan pasien
serta efisiensi sumber daya.
Pemilihan pengukuran berdasarkan pelayanan dan bisnis proses yang membutuhkan perbaikan di setiap unit layanan. Setiap pengukuran harus ditetapkan target yang diukur dan dianalisis
capaian dan dapat dipertahankan dalam waktu 1 (satu) tahun. Jika target telah tercapai dan dapat dipertahankan untuk dalam waktu 1 (satu) tahun maka dapat diganti dengan indikator yang
baru. Kepala unit layanan klinis dan non klinis bertanggungjawab memberikan penilaian kinerja staf yang bekerja di unitnya. Karena itu penilaian kinerja staf harus mencakup
kepatuhan terhadap prioritas perbaikan mutu di unit yaitu indikator mutu prioritas unit (IMP Unit) sebagai upayaperbaikan di setiap unit untuk meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien tingkat unit.

29
TELUSUR SKOR
6). Elemen Penilaian TKRS 10 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Kepala unit klinis/non klinis melakukan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pengukuran INM yang sesuai dengan Komite/tim Mutu Bukti kepala unit klinis/non klinis Wawancara tentang proses pengukuran 5
pelayananyang diberikan oleh unitnya Ka Unit Klinis/Non Klinis melakukan pengukuran INM berupa hasil INM yang sesuai dengan pelayanan 0
pengukuran INM yang sesuai dengan yang diberikan oleh unitnya
pelayananyang diberikan oleh unitnya
A : Acuan
PERMENKES No.30 Tahun 2022 tentang
Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan
di RS .

b) Kepala unit klinis/non klinis melakukan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


pengukuran IMP- RS yang sesuai dengan Komite/tim Mutu Bukti kepala unit klinis/non klinis melakukan Wawancara tentang proses pengukuran 5
pelayanan yang diberikan oleh unitnya, Ka Unit Klinis dan pengukuran IMP- RS yang sesuai dengan data IMP RS yang sesuai dengan 0
termasuk semua layanan kontrak yang Non Klinis pelayanan yang diberikan oleh unitnya, pelayanan yang diberikan oleh UNIT
menjadi tanggung jawabnya termasuk semua layanan kontrak yang menjadi yangmenjadi tanggung jawabnya.
tanggung jawabnya, berupa hasil pengukuran
IMP RS yang sesuai dengan pelayanan yang
diberikan oleh layanan unit yang menjadi
tanggung jawabnya.
c) Kepala unit klinis/noklinis Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
menerapkan pengukuran IMP-Unit Komite/tim Mutu Bukti kepala unit klinis/noklinis Wawancara tentang penjelasan 5
untuk mengurangi variasi dan Ka Unit Klinis/Non Klinis menerapkan pengukuran IMP- Unit untuk formulir / data pengukuran IMP- 0
memperbaiki proses dalam unitnya, mengurangi variasi dan memperbaikiproses Unit untuk mengurangi variasi dan
dalam unitnya,berupa hasil pengukuran memperbaiki proses dalam unitnya
IMP-Unit untuk mengurangi variasi dan
memperbaiki proses dalam unitnya
d) Kepala unit klinis/ non klinis memilih Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
prioritas perbaikanyang baru bila Komite/tim Mutu Bukti kepala unit klinis/ non klinis memilih Wawancara tentang pemilihan 5
perbaikan sebelumnya sudah dapat Ka Unit Klinis/Non Klinis prioritas perbaikan yang baru bila perbaikan prioritas perbaikan yang baru bila 0
dipertahankan dalam waktu satu tahun. sebelumnya sudah dapat dipertahankan perbaikan sebelumnya sudah dapat
dalam waktu satu tahun berupa : dipertahankan dalam waktu satu
- Dokumen rapat pertemuan terkait tahun.
Pemilihan pengukuran berdasarkan
pelayanan dan bisnis proses yang
membutuhkan perbaikan di setiap
unit layanan.

30
- Setiap pengukuran harus ditetapkan
target yang diukur dan dianalisis
capaian dan dapat dipertahankan
dalam waktu 1 (satu) tahun.
- Jika target telah tercapai dan dapat
dipertahankan untuk dalam waktu 1
(satu) tahun maka dapat diganti
dengan indikatoryang baru.
7). Standar TKRS 11
Kepala unit klinis mengevaluasi kinerja para dokter, perawat dan tenaga kesehatan profesional lainnya menggunakan indikator mutu yang diukur di unitnya

8). Maksud dan Tujuan TKRS 11


Kepala unit klinis bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mutu pelayanan yang diberikan oleh stafnya dilakukan secara konsi sten dengan melakukan evaluasi kinerja terhadap
stafnya. Kepala unit klinis juga terlibat dalam memberikan rekomendasi tentang penunjukan, delegasi kewenangan, evaluasi praktik profesional berkelanjutan (On going
Professional Practice Evaluation), serta penugasan kembali dokter/perawat/tenaga kesehatan lain yang bertugas dalam unitnya.

TELUSUR SKOR
9). Elemen Penilaian TKRS 11 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Penilaian praktik profesional Ka Unit Perawatan D : Bukti I : Wawancara 10
berkelanjutan (On going Professional DPJP Bukti penilaian praktik profesional Wawancara tentang proses penilaian 5
Practice Evaluation) para dokter dalam Komite Medik berkelanjutan (On going Professional Practice OPPE para dokter 0
memberikan pelayanan untuk Komite/tim Mutu Evaluation) para dokter dalam memberikan
meningkatkan mutu dan keselamatan pelayanan untuk meningkatkan mutu dan
pasien menggunakan indikator mutu yang keselamatan pasien menggunakan indikator mutu
diukur di unit tersebut yang diukur di unit tersebut, berupa:
- Form penetapan OPPE
- Hasil penilaian OPPE..
A : Acuan
KEPMENKES No. HK. O1. 07/MENKES
/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah
Sakit
b) Penilaian kinerja para perawat dalam Ka Unit Perawatan D : Bukti I : Wawancara 10
memberikan pelayanan untuk Komite Perawatan Bukti penilaian kinerja para perawat dalam Wawancara tentang proses penilaian 5
meningkatkan mutu dan keselamatan Komite Nakes lainnya memberikan pelayanan untuk meningkatkan kinerja para perawat 0
pasien menggunakan indikator mutu yang Komite/tim Mutu mutu dan keselamatan pasien menggunakan
diukur di unit tersebut. indikator mutu yang diukur di unit
tersebut.berupa :
- Dokumen penilaian kinerja perawat

31
- Form Penetapan Penilaian beban kerja
perawat
c) Penilaian kinerja tenaga kesehatan Kepala Unit D : Bukti I : Wawancara 10
lainnya memberikan pelayanan untuk Tenaga Kesehatan Lain Bukti penilaian kinerja tenaga kesehatan lainnya Wawancara tentang proses penilaian 5
meningkatkan mutu dan keselamatan Komite Nakes lain memberikan pelayanan untuk meningkatkan mutu kinerja para tenaga kesehatan lain 0
pasien menggunakan indikator mutu yang Komite/tim Mutu dan keselamatan pasien menggunakan indikator
diukur di unit tersebut mutu yang diukur di unit tersebut berupa :
- Dokumen penilaian kinerja tenaga
kesehatan lain
- Form penetapan penilaian beban kerja
tenaga kesehatan lain

I) Etika Rumah Sakit


1). Standar TKRS 12
Pimpinan rumah sakit menetapkan kerangka kerjapengelolaan etik rumah sakit untuk menangani masalah etik rumah sakit meliputi finansial, pemasaran, penerimaan pasien, transfer
pasien, pemulangan pasien dan yang lainnya termasuk konflik etik antar profesi serta konflik kepentingan staf yang mungkin bertentangan dengan hak dan kepentingan pasien
2). Maksud dan Tujuan TKRS 12
Rumah sakit menghadapi banyak tantangan untuk memberikan pelayanan yang aman dan bermutu. Dengan kemajuan dalam teknologi med is, pengaturan finansial, dan harapan yang terus
meningkat, dilema etik dan kontroversi telah menjadi suatu hal yang lazim terjadi. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab secara profesional dan hukum untuk menciptakan dan
mendukung lingkungan dan budaya etik dan dan memastikan bahwa pelayanan pasien diberikan dengan mengindahkan norma bisnis, keuangan, etika dan hukum, serta melindungi pasien
dan hak-hak pasien serta harus menunjukkan teladan perilaku etik bagi stafnya.
Untuk melaksanakan hal tersebut direktur menetapkan Komite Etik rumah sakit untuk menangani masalah dan dilema etik dalam dala m pelayanan klinis (misalnya perselisihan antar
profesional dan perselisihan antara pasien dan dokter mengenai keputusan dalam pelayanan pasien) dan kegiatan bisnis rumah sakit (misalnya kelebihan input pada pembayaran
tagihan pasien yang harus dikembalikan oleh rumah sakit).
Dalam melaksanakan tugasnya Komite Etik:
a) Menyusun kode etik rumah sakit yang mengacu pada kode etik rumah sakit Indonesia (KODERSI
b) Menyusun kerangka kerja pengelolaan etik rumah sakit mencakup tapi tidak terbatas pada:
(1) Menjelaskan pelayanan yang diberikan pada pasien secara jujur;
(2) Melindungi kerahasiaan informasi pasien;
(3) Mengurangi kesenjangan dalam akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan dampak klinis.
(4) Menetapkan kebijakan tentang pendaftaran pasien, transfer, dan pemulangan pasien;
(5) Mendukung transparansi dalam melaporkan pengukuran hasil kinerja klinis dan kinerja non klinis
(6) Keterbukaan kepemilikan agar tidak terjadi konflik kepentingan misalnya hubungan kepemilikan antara dokter yang memberikan instruksi pemeriksaan penunjang dengan fasilitas
laboratorium atau fasilitas radiologi di luar rumah sakit yang akan melakukan pemeriksaan.
(7) Menetapkan mekanisme bahwa praktisi kesehatan dan staf lainnya dapat melaporkan kesalahan klinis (clinical error) atau mengajukan kekhawatiran etik tanpa takut
dihukum, termasuk melaporkan perilaku staf yang merugikan terkait masalah klinis ataupun operasional;
(8) Mendukung keterbukaan dalam sistem pelaporan mengenai masalah/isu etik tanpa takut diberikan sanksi;
(9) Memberikan solusi yang efektif dan tepat waktuuntuk masalah etik yang terjadi;
(10)Memastikan praktik nondiskriminasi dalam pelayanan pasien dengan mengingat norma hukum dan budaya negara; dan

32
(11)Tagihan biaya pelayanan harus akurat dan dipastikan bahwa insentif dan pengelolaan pembayaran tidak menghambat pelayanan pasien.
(12)Pengelolaan kasus etik pada konflik etik antar profesi di rumah sakit, serta penetapan Code of Conduct bagi staf sebagai pedoman perilaku sesuai dengan standar etik di
rumah sakit. Komite Etik mempertimbangkan norma-norma nasional dan internasional terkait dengan hak asasi manusia dan etika profesional dalam menyusun etika dan
dokumen pedoman lainnya. Pimpinan rumah sakit mendukung pelaksanaan kerangka kerja pengeloaan etik rumah sakit seperti pelatihan untuk praktisi kesehatan dan staf
lainnya.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 12 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur rumah sakit menetapkan Komite D : Regulasi 10
Etikrumah sakit Regulasi tentang penetapan Komite Etik rumah 0
sakit berupa SK Penetapan Komite etik RS
A : Acuan
PERMENKES No. 42 Tahun 2018
tentang Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
b) Komite Etik telah menyusun kode etik Direktur RS D : Regulasi I: Wawancara 10
rumah sakit yang mengacu pada Kode Pimpinan RS Regulasi tentang kode etik rumah sakit yang Wawancara tentang penyusunan kode 5
Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) Komite Etik RS mengacu pada Kode Etik Rumah Sakit Indonesia etik rumah sakit yang mengacu pada 0
dan ditetapkan direktur. (KODERSI) dan ditetapkan direktur berupa : Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
- Penetapan kode etik RS (KODERSI) dan ditetapkan direktur.
- Penetapan staf sub komite etik dan
disiplin profesi
D : Bukti
Bukti komite etik telah menyusun kode etik
rumah sakit yang mengacu pada Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) berupa
UMAN.
c) Komite Etik telah menyusun kerangka Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
kerja pelaporan dan pengelolaan etik Komite Etik RS Regulasi tentang kerangka kerja pelaporan dan Wawancara tentang penyusunan 5
rumah sakit serta pedoman pengelolaan pengelolaan etik rumah sakit serta pedoman kerangka kerja pelaporan dan 0
kode etik rumah sakit meliputipoin (1) - pengelolaan kode etik rumah sakit meliputi poin pengelolaan etik rumah sakit serta
(12) dalam maksud dan tujuan sesuai (1) - (12) dalam maksud dan tujuan sesuai dengan pedoman pengelolaan kode etik
dengan visi, misi, dan nilai-nilai yang visi, misi, dan nilai-nilai yang dianut rumah sakit. rumah sakit
dianut rumah sakit.
D : Bukti
Bukti penyusunan kerangka kerja pelaporan dan
pengelolaan etik rumah sakit serta pedoman
pengelolaan kode etik rumah sakit meliputi poin
(1) - (12) dalam maksud dan tujuan sesuai dengan
visi, misi, dan nilai-nilai yang dianut rumah sakit.

33
berupa UMAN

d) Rumah sakit menyediakan sumber daya Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


serta pelatihan kerangka pengelolaan etik Komite Etik RS Bukti rumah sakit menyediakan sumber daya Wawancara tentang penyediaan sumber 5
rumah sakit bagi praktisi kesehatan dan Staf Diklat serta pelatihan kerangka pengelolaan etik rumah daya serta pelatihan kerangka 0
staf lainnya dan memberikan solusi yang sakit bagi praktisi kesehatan dan staf lainnya pengelolaan etik rumah sakit bagi
efektif dan tepat waktu untuk masalah dan memberikan solusi yang efektif dan tepat praktisi kesehatan dan staf lainnya dan
etik. waktu untuk masalah etik.berupa TUMANS memberikan solusi yang efektif dan tepat
dengan hasilnya: waktu untuk masalah etik
- Daftar SDM PPA
- Bukti program pelatihan pengelolaan
etik RS bagi praktisi kesehatan
dan staf lainnya
j. Kepemimpinan Untuk Budaya Keselamatan di Rumah Sakit
1). Standar TKRS 13
Pimpinan rumah sakit menerapkan, memantau dan mengambil tindakan serta mendukung Budaya Keselamatan di seluruh area rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan TKRS 13
Budaya keselamatan di rumah sakit merupakan suatu lingkungan kolaboratif di mana para dokter saling menghargai satu sama lain, para pimpinan mendorong kerja sama tim yang efektif
dan menciptakan rasa aman secara psikologis serta anggota tim dapat belajar dari insiden keselamatan pasien, para pemberi layanan menyadari bahwa ada keterbatasan manusia yang
bekerja dalam suatu sistem yang kompleks dan terdapat suatu proses pembelajaran serta upaya untuk mendorong perbaikan. Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai,sikap,
persepsi, kompetensi, dan pola perilaku individu maupun kelompok yang menentukan komitmen terhadap, serta kemampuan mengelola pelayanan kesehatan maupun keselamatan.
Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang membutuhkan kerja sama dan rasa hormat satu sama lain, tanpa memandang jabatannya. Pimpinan rumah sakit
menunjukkan komitmennya mendorong terciptanya budaya keselamatan tidak mengintimidasi dan atau mempengaruhi staf dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Direktur
menetapkan Program Budaya Keselamatan di rumah sakit yang mencakup:
a) Perilaku memberikan pelayanan yang aman secarakonsisten untuk mencegah terjadinya kesalahan padapelayanan berisiko tinggi.
b) Perilaku di mana para individu dapat melaporkan kesalahan dan insiden tanpa takut dikenakan sanksi atau teguran dan diperlakuan secara adil (just culture)
c) Kerja sama tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien.
d) Komitmen pimpinan rumah sakit dalam mendukung staf seperti waktu kerja para staf, pendidikan, metode yang aman untuk melaporkan masalah dan hal lainnya untuk menyelesaikan
masalah keselamatan.
e) Identifikasi dan mengenali masalah akibat perilakuyang tidak diinginkan (perilaku sembrono).
f) Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok fokus diskusi (FGD), wawancara dengan staf, dan analisis data.
g) Mendorong kerja sama dan membangun sistem, dalam mengembangkan budaya perilaku yang aman.
h) Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf pada semua jenjang di rumah sakit, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis dan nonklinis, dokter praktisi
mandiri, representasi pemilik dan anggota Dewan pengawas.
Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan di antaranya adalah: perilaku yang tidak layak seperti kata- kata atau bahasa tubuh yang merendahkan atau menyinggung
perasaan sesama staf, misalnya mengumpat dan memaki, perilaku yang mengganggu, bentuk tindakan verbal atau non verbal yang membahayakan atau mengintimidasi staf lain,
perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama, dan suku termasuk gender serta pelecehan seksual. Seluruh pemangku kepentingan di rumah sakit
bertanggungjawab mewujudkan
budaya keselamatan dengan berbagai cara. Saat ini di rumah sakit masih terdapat budaya menyalahkan orang lain ketika terjadi suatu kesalahan (blaming culture), yang akhirnya

34
menghambat budaya keselamatan sehingga pimpinan rumah sakit harus menerapkan perlakuan yang adil ( just culture) ketika terjadi kesalahan, dimana ada saatnya staf tidak
disalahkan ketika terjadi kesalahan, misalnya pada kondisi:
a) Komunikasi yang kurang baik antara pasien dan staf.
b) Perlu pengambilan keputusan secara cepat.
c) Kekurangan staf dalam pelayanan pasien.
Di sisi lain terdapat kesalahan yang dapat diminta pertanggungjawabannya ketika staf dengan sengaja melakukan perilaku yang tidak diinginkan (perilaku sembrono) misalnya:
a) Tidak mau melakukan kebersihan tangan
b) Tidak mau melakukan time-out (jeda) sebelum operasi.
c) Tidak mau memberi tanda pada lokasi pembedahan.
Rumah sakit harus meminta pertanggungjawaban perilakuyang tidak diinginkan (perilaku sembrono) dan tidakmentoleransinya. Pertanggungjawaban dibedakan atas:
a) Kesalahan manusia (human error) adalah tindakan yang tidak disengaja yaitu melakukan kegiatan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.
b) Perilaku berisiko (risk behaviour) adalah perilaku yang dapat meningkatkan risiko (misalnya, mengambil langkah pada suatu proses layanan tanpa berkonsultasi dengan atasan atau
tim kerja lainnya yang dapat menimbulkan risiko).
c) Perilaku sembrono (reckless behavior) adalah perilaku yang secara sengaja mengabaikan risiko yang substansial dan tidak dapat dibenarkan.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 13 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pimpinan rumah sakit menetapkan Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
Program Budaya Keselamatan yang Pimpinan RS Regulasi tentang Program Budaya Keselamatan Wawancara tentang penetapan proses 5
mencakup poin a)- h) dalam maksud dan Ka Unit Klinis/non Klinis yang mencakup poin a)- h) dalam maksud dan program budaya keselamatan 0
tujuan serta mendukung penerapannya Seluruh Staf, karyawan RS tujuan serta mendukung penerapannya secara
secara akuntabel dan transparan Komite/tim Mutu akuntabel dan transparan
A : Acuan
PERMENKES No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
D : Bukti
Bukti penerapan program budaya
keselamatan yang mencakup poin a)- h) dalam
maksud dan
tujuan secara akuntabel dan transparan
b) Pimpinan rumah sakit menyelenggarakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pendidikan dan menyediakan informasi Seluruh Staf RS Bukti penyelenggaraan pendidikan dan Wawancara tentang proses penetapkan 5
(kepustakaan dan laporan) terkait budaya Ka Unit Terkait penyediaan informasi (kepustakaan dan laporan) program penyelenggaraan pendidikan dan 0
keselamatan bagi semua staf yang bekerja terkait budaya keselamatan bagi semua staf yang menyediakan informasi berupa
di rumah sakit bekerja di rumah sakit kepustakaan dan laporan

c) Pimpinan rumah sakit menyediakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


sumber daya untuk mendukung dan Seluruh Staf RS Bukti penyediaan sumber daya untuk Wawancara tentang penyediaan sumber 5
mendorong budaya keselamatan di rumah mendukung dan mendorong budaya daya untuk mendukung dan mendorong 0
sakit keselamatan di rumah sakit, berupa : budaya keselamatan di rumah sakit

35
- SDM yang terlatih
- Dukungan anggaran
- Sarana prasarana

d) Pimpinan rumah sakit mengembangkan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


sistem yang rahasia, sederhana dan mudah Seluruh Staf RS Bukti pengembangan sistem yang rahasia, Wawancara tentang proses sistem 5
diakses bagi staf untuk mengidentifikasi Unit TIK RS sederhana dan mudah diakses bagi staf untuk pelaporan yang rahasia, sederhana 0
dan melaporkan perilaku yang tidak mengidentifikasi dan melaporkan perilaku yang dan mudah diakses bagi staf untuk
diinginkan dan menindaklanjutinya tidak diinginkan dan menindaklanjutinya. mengidentifikasi kronologis kejadian
yang tidak diinginkan dan
menindaklanjutinya
e) Pimpinan rumah sakit melakukan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pengukuran untuk mengevaluasi dan Ka Unit Terkait Bukti pengukuran untuk mengevaluasi dan Wawancara tentang pengukuran untuk 5
memantau budaya keselamatan di rumah Seluruh Staf RS memantau budaya keselamatan di rumah sakit mengevaluasi dan memantau budaya 0
sakit serta hasil yang diperoleh serta hasil yang diperoleh dipergunakan untuk keselamatan di rumah sakit serta hasil
dipergunakan untuk perbaikan perbaikan penerapannya di rumah sakit, .berupa : yang diperoleh dipergunakan untuk
penerapannya dirumah sakit. - Upaya tindak lanjut survei budaya perbaikan penerapannya di rumah sakit
keselamatan
- Redesign budaya keselamatan di rumah
sakit
f) Pimpinan rumah sakit menerapkan Seluruh Staf RS D : Bukti I : Wawancara 10
budaya adil (just culture) terhadap staf Bukti penerapan budaya adil (just culture) Wawancara tentang penerapan budaya 5
yang terkait laporan budaya keselamatan terhadap staf yang terkait laporan budaya adil (just culture) terhadap staf yang 0
tersebut keselamatan tersebut berupa laporan pelaksanaan terkait laporan budaya keselamatan
upaya tindak lanjut budaya keselamatan di rumah tersebut.
sakit
k. Manajemen Risiko
1). Standar TKRS 14
Program manajemen risiko yang terintegrasi digunakan untuk mencegah terjadinya cedera dan kerugian di rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan TKRS 14
Manajemen risiko adalah proses yang proaktif dan berkesinambungan meliputi identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi, pemantauan, danpelaporan risiko,
termasuk berbagai strategi yang dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya. Tujuan penerapan manajemen risiko untuk mencegah terjadinya cedera dan kerugian di rumah
sakit. Rumah sakit perlu menerapkan manajemen risiko dan rencana penanganan risiko untuk memitigasi dan mengurangi risiko bahaya yang ada ataumungkin terjadi. Beberapa kategori
risiko yang harus diidentifikasi meliputi namun tidak terbatas pada risiko:
a) Operasional adalah risiko yang terjadi saat rumahsakit memberikan pelayanan kepada pasien baik klinis maupun non klinis. Risiko klinis yaitu risiko operasional yang terkait dengan
pelayanan kepada pasien (keselamatan pasien) meliputi risiko yang berhubungan dengan perawatan klinis dan pelayanan penunjang seperti kesalahan diagnostik, bedah atau
pengobatan. Risiko non klinis yang juga termasuk risiko operasional adalah risiko PPI (terkait pengendalian dan pencegahan infeksi misalnya sterilisasi, laundry, gizi, kamar jenazah
dan lain-lainnya), risiko MFK (terkait dengan fasilitas dan lingkungan, seperti kondisi bangunan yang membahayakan, risiko yang terkait dengan ketersediaan sumber air dan listrik,

36
dan lain lain. Unit klinis maupun non klinis dapat memiliki risiko yang lain sesuai dengan proses bisnis/kegiatan yang dilakukan di unitnya. Misalnya unit humas dapat
mengidentifikasi risiko reputasi dan risiko keuangan;
b) Risiko keuangan; risiko kepatuhan (terhadap hukumdan peraturan yang berlaku);
c) Risiko reputasi (citra rumah sakit yang dirasakan oleh masyarakat);
d) Risiko strategis (terkait dengan rencana strategistermasuk tujuan strategis rumah sakit); dan
e) Risiko kepatuhan terhadap hukum dan regulasi.
Proses manajemen risiko yang diterapkan di rumah sakit meliputi:
a. Komunikasi dan konsultasi.
b. Menetapkan konteks.
c. Identifikasi risiko sesuai kategori risiko pada poin a) - e)
d. Analisis risiko.
e. Evaluasi risiko.
f. Penanganan risiko.
g. Pemantauan risiko.
Program manajemen risiko rumah sakit harus disusun setiap tahun berdasarkan daftar risiko yang diprioritaskan dalam profil risiko meliputi:
a) Proses manajemen risiko (poin a)-g)).
b) Integrasi manajemen risiko di rumah sakit.
c) Pelaporan kegiatan program manajemen risiko.
d) Pengelolaan klaim tuntunan yang dapat menyebabkan tuntutan
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 14 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur dan pimpinan rumah sakit Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
berpartisipasi dan menetapkan program Pimpinan RS Regulasi berupa program manajemen risiko Wawancara tentang penetapan 5
manajemen risiko tingkat rumah sakit Komite/tim Mutu tingkat rumah sakit meliputi poin a)-d) program manajemen risiko tingkat 0
meliputi poin a)-d) dalam maksud dan Ka Unit Klinis/non klinis dalam maksud dan tujuan rumah sakit
tujuan A : Acuan
PERMENKES No 25 tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen RisikoTerintergrasi
D : Bukti
Bukti direktur dan pimpinan rumah sakit
berpartisipasi dan penetapan program
manajemen risiko tingkat rumah sakit
meliputi poin a)-d) dalam maksud dan tujuan
berupa UMAN.
b) Direktur memantau penyusunan daftar Direktur RS D : Bukti I : Wawanvara 10
risiko yang diprioritaskan menjadi profil Pimpinan RS Bukti direktur memantau penyusunan daftar Wawancara proses penyusunan,pemilihan 5
risiko di tingkat rumah sakit Komite/tim Mutu risiko yang diprioritaskan menjadi profil risiko dan penetapan daftar risiko yang di 0
Ka Unit Klinis/non klinis di tingkat rumah sakit berupa SK penetapan prioritaskan rumah sakit
daftar
resiko yang di prioritaskan RS

37
l. Program Penelitian Bersubjek Manusia Di Rumah Sakit
1). Standar TKRS 15
Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan dalam program penelitian bersubjek manusia.
2). Maksud dan Tujuan TKRS 15
Penelitian bersubjek manusia merupakan sebuah proses yang kompleks dan signifikan bagi rumah sakit. Direktur menetapkan penanggung jawab penelitian di rumah sakit untuk melakukan
pemantauan proses penelitian di rumah sakit (mis. Komite penelitian). Pimpinan rumah sakit harus memiliki komitmen yang diperlukan untuk menjalankan penelitian dan pada saat yang
bersamaan melindungi pasien yang telah setuju untuk mengikuti proses pengobatan dan atau diagnostik dalam penelitian. Komitmen pemimpin unit terhadap penelitian dengan
subjek manusia tidak terpisah dari komitmen mereka terhadap perawatan pasien-komitmen terintegrasi di semua tingkatan. Dengan demikian, pertimbangan etis, komunikasi yang baik,
pemimpin unit dan layanan yang bertanggung jawab, kepatuhan terhadap peraturan, dan sumber daya keuangan dan non-keuangan merupakan komponen dari komitmen ini.
Pimpinan rumah sakit mengakui kewajiban untuk melindungi pasien terlepas dari sponsor penelitian.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian TKRS 15 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pimpinan rumah sakit menetapkan D : Regulasi 10
penanggung jawab program penelitian di Regulasi tentang penetapan penanggung jawab 5
dalam rumah sakit yang memastikan program penelitian di dalam rumah sakit yang 0
semua proses telah sesuai dengan kode memastikan semua proses telah sesuai dengan
etik penelitian dan persyaratan lainnya kode etik penelitian dan persyaratan lainnya
sesuai peraturan perundang- undangan. sesuai peraturan perundang- undangan.
A :Acuan
PERMENKES No 75 tahun 2020 tentang
Komite Etik Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional
b) Terdapat proses untuk menyelesaian Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
konflik kepentingan (finansial dan non Ka Unit Regulasi tentang proses untuk menyelesikan Wawancara tentang proses pelaksanaan 5
finansial) yang terjadi akibat penelitian di Terkait konflik kepentingan (finansial dan non finansial) pengawasan kegiatan penelitian dan 0
rumahsakit. Komite/panitia Etik yang terjadi akibat penelitian penyelesaian konfliknya
Penelitian
D : Bukti
Bukti penyelesaian konflik kepentingan
(finansial dan non finansial) yang terjadi akibat
penelitian di rumah sakit berupa :
- Laporan pelaksanaan kegiatan penelitian
evaluasi terhadap seluruh penelitian
yang dilakukandi rumah sakit
setidaknya1 (satu) tahun sekali.
- Laporan penyelesaian konflik pada
proses penelitian di rumah sakit

38
c) Pimpinan rumah sakit telah Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
mengidentifikasi fasilitas dan sumber daya Komite/panitia Etik Bukti adanya identifikasi fasilitas dan sumber I : Wawancara 5
yang diperlukan untuk melakukan Penelitian daya yang diperlukan untuk melakukan Observasi/wawancara tentang 0
penelitian, termasuk di dalam nya penelitian, termasuk di dalamnya kompetensi pelaksanaan pengawasan kegiatan
kompetensi sumber daya yang akan sumber daya yang akan berpartisipasi di dalam penelitian.
berpartisipasi di dalam penelitian sebagai penelitian sebagai pimpinan dan anggota tim
pimpinan dan anggota timpeneliti. peneliti berupa hasil identifikasi, dan rapat
komite penelitian dengan direktur RS terkait
permohonan sumber daya dan fasilitas yang
dibutuhkan (UMAN).
d) Terdapat proses yang memastikan bahwa Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
seluruh pasien yang ikut di dalam Komite/panitia Etik Bukti adanya proses yang memastikan bahwa I : Wawancara 5
penelitian telah melalui proses Penelitian seluruh pasien yang ikut di dalam penelitian telah Observasi/wawancara tentang proses 0
persetujuan tertulis (informed consent) Ka Unit Pelayanan melalui proses persetujuan tertulis (informed pelaksanaan pengawasan kegiatan
untuk melakukan penelitian, tanpa adanya Ka Inst Farmasi consent) untuk melakukan penelitian, tanpa penelitian yang mencakup prosedur
paksaan untuk mengikuti penelitian dan adanya paksaan untuk mengikuti penelitian dan untuk mempertimbangkan risiko dan .
telah mendapatkan informasi mengenai telah mendapatkan informasi mengenai lamanya manfaat bagi pasien
lamanya penelitian, prosedur yang harus penelitian, prosedur yang harus dilalui, siapa
dilalui, siapa yang dapat dikontak selama yang dapat dikontak selama penelitian
penelitian berlangsung, manfaat, potensial berlangsung, manfaat, potensial risiko serta
risiko serta alternative pengobatanlainnya. alternativ pengobatan lainnya..
e) Apabila penelitian dilakukan oleh pihak Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
ketiga (kontrak), maka pimpinan rumah Komite/panitia Etik Bukti adanya apabila penelitian dilakukan oleh Wawancara tentang proses pelaksanaan 5
sakit memastikan bahwa pihak ketiga Penelitian pihak ketiga (kontrak), maka pimpinan rumah pengawasan kegiatan penelitian yang 0
tersebut bertanggung jawab dalam sakit memastikan bahwa pihak ketiga tersebut mencakup prosedur menjaga kerahasiaan
pemantauan dan evaluasi dari bertanggung jawab dalam pemantauan dan dan keamanan informasi penelitian
mutu,keamanan dan etika dalampenelitian. evaluasi dari mutu,keamanan dan etika dalam
penelitian. berupa dokumen Kerjasama direktur
RS terkait kerjasama penelitian terhadap
pasien
di RS , semua indikator mutu, keamanan
dan etika tercantum dalam pasal pasal
kerjasama
f) Penanggung jawab penelitian melakukan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
kajian dan evaluasi terhadap seluruh Komite/panitia Etik Bukti adanya kajian dan evaluasi terhadap Wawancara tentang proses pelaksanaan 5
penelitian yang dilakukan di rumah sakit Penelitian seluruh penelitian yang dilakukan di rumah sakit pengawasan kegiatan penelitian yang 0
setidaknya 1 (satu) tahun sekali. setidaknya 1 (satu) tahun sekali.berupa laporan dilakukan di rumah sakit setidaknya 1
komite etik penelitian melakukan kajian Monev (satu) tahun sekali.
setiap tahun
g) Seluruh kegiatan penelitian merupakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
bagian dari program mutu rumah sakit dan Komite/tim Mutu 5
39
dilakukan pemantauan serta evaluasinya Komite/panitia Etik Bukti adanya seluruh kegiatan penelitian Wawancara tentang proses pelaksanaan 0
secara berkala sesuai ketetapan rumah Penelitian merupakan bagian dari program mutu rumah pemantauan serta evaluasinya secara
sakit sakit dan dilakukan pemantauan serta berkala sesuai ketetapan rumah sakit
evaluasinya secara berkala sesuai ketetapan
rumah sakit berupa laporan Indikator Mutu
penelitian dan monitoring evaluasi

2. KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF (KPS)

a. Perencanaan dan Pengelolaan Staf


1). Standar KPS 1
Kepala unit merencanakan dan menetapkan persyaratan pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan persyaratan lainnya bagi semua staf di unitnya sesuai kebutuhan pasien.
Fokus standar ini adalah :
a) Perencanaan dan pengelolaan staf;
b) Pendidikan dan pelatihan;
c) Kesehatan dan keselamatan kerja staf;
d) Tenaga medis;
e) Tenaga keperawatan; dan
f) Tenaga kesehatan lain.

2). Maksud dan Tujuan KPS 1


Kepala unit menetapkan persyaratan pendidikan, kompetensi dan pengalaman setiap staf di unitnya untuk memberikan asuhan kepada pasien. Kepala unit mempertimbangkan faktor
erikut ini untuk menghitung kebutuhan staf:
a) Misi rumah sakit.
b) Populasi pasien yang dilayani dan kompleksitas serta kebutuhan pasien.
c) Layanan diagnostik dan klinis yang disediakan rumah sakit.
d) Jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan.
e) Peralatan medis yang digunakan untuk pelayanan pasien.
Rumah sakit mematuhi peraturan dan perundangundangan tentang syarat pendidikan, keterampilan atau persyaratan lainnya yang dibutuhkan staf. perencanaan kebutuhan staf
disusun secara kolaboratif oleh kepala unit dengan mengidentifikasi jumlah, jenis, dan kualifikasi staf yang dibutuhkan. Perencanaan tersebut ditinjau secara berkelanjutan dan
diperbarui sesuai kebutuhan
Proses perencanaan menggunakan metode-metode yang diakui sesuai peraturan perundang-undangan. Perencanaan kebutuhan mempetimbangkan hal-hal dibawah ini:
a) Terjadi peningkatan jumlah pasien atau kekurangan staf di satu unit sehingga dibutuhkan rotasi staf dari satu unit ke unit lain.
b) Pertimbangan permintaan staf untuk rotasi tugas berdasarkan nilai-nilai budaya atau agama dan kepercayaan.
c) Kepatuhan terhadap peraturan dan perundangundangan. Perencanaan staf, dipantau secara berkala dan diperbarui sesuai kebutuhan.

40
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian KPS 1 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur telah menetapkan regulasi terkait D : Regulasi 10
Kualifikasi Pendidikan dan Staf meliputi Regulasi terkait Kualifikasi Pendidikan dan Staf 0
poin meliputi poin a) – f) pada gambaran umum.
a) – f) pada gambaran umum. A : Acuan
PERMENKES No. 3 tahun 2020 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

b) Kepala unit telah merencanakan dan Ka Unit Kerja D : Regulasi I : Wawancaara 10


menetapkan persyaratan pendidikan, Bagian Kepegawaian Regulasi tentang persyaratan pendidikan, Wawancara tentang perencanaan dan 5
kompetensi dan pengalaman staf di unitnya kompetensi dan pengalaman staf di unit sesuai penetapan persyaratan pendidikan, 0
sesuai peraturan dan perundangundangan. peraturan dan perundang undangan kompetensi dan pengalaman staf di
D : Bukti unit.
Bukti adanya rapat tentang perencanaan dan
penetapan persyaratan pendidikan, kompetensi
dan pengalaman staf, berupa (UMAN)
c) Kebutuhan staf telah direncanakan sesuai poin Ka Unit Kerja D : Bukti I : Wawancaara 10
a)-e) dalam maksud dan tujuan. Bagian Kepegawaian Bukti adanya perencanaan kebutuhan staf Wawancara tentang perencanaan 5
sesuai poin a)-e) dalam maksud dan tujuan, kebutuhan staf 0
berupa pola
ketenagaan
d) Perencanaan staf meliputi penghitungan Ka Unit Kerja D : Regulai I : Wawancaara 10
jumlah, jenis, dan kualifikasi staf Bagian Kepegawaian Regulasi tentang penghitungan jumlah, jenis, dan Wawancara tentang penghitungan 5
menggunakan metode yang diakui sesuai kualifikasi staf yang meliputi jumlah, jenis dan jumlah, jenis, dan kualifikasi staf 0
peraturan perundang-undangan. kualifikasi staf menggunakan metode yang diakui
sesuai peraturan perundang-undangan.
e) Perencanaan staf termasuk membahas Ka Unit Kerja D : Bukti I : Wawancara 10
penugasan dan rotasi/alih fungsi staf. Bagian Kepegawaian Bukti adanyarapat perencanaan staf termasuk Wawancara tentang perencanaan staf 5
membahas penugasan dan rotasi/alih fungsi staf termasuk membahas penugasan dan 0
(UMAN) rotasi/alih fungsi staf
f) Efektivitas perencanaan staf dipantau secara Ka Unit Kerja D : Bukti I : Wawancaara 10
berkelanjutan dan diperbarui sesuai Bagian Kepegawaian Bukti adanya laporan pemantauan efektivitas Wawancara tentang pemantauan 5
kebutuhan. perencanaan staf secara berkelanjutan dan efektivitas perencanaan staf secara 0
diperbarui sesuai kebutuhan, berupa laporan pola berkelanjutan dan diperbarui sesuai
ketenagaan kebutuhan.
4). Standar KPS 2
Tanggung jawab tiap staf dituangkan dalam uraian tugas

41
5). Maksud dan tujuan KPS 2
Setiap staf yang bekerja di rumah sakit harus mempunyai uraian tugas. Pelaksanaan tugas, orientasi, dan evaluasi kinerja staf didasarkan pada uraian tugasnya.Uraian tugas juga dibutuhkan
untuk tenaga kesehatan jika:
a) Tenaga kesehatan ditugaskan di bidang manajerial, misalnya kepala bidang, kepala unit.
b) Tenaga kesehatan melakukan dua tugas yaitu di bidang manajerial dan di bidang klinis, misalnya dokter spesialis bedah melakukan tugas manajerialnya sebagai kepala kamar operasi
maka harus mempunyai uraian tugas sedangkan tugas klinisnya sebagai dokter spesialis bedah harus mempunyai Surat Penugasan Klinis (SPK) dan Rincian Kewenangan Klinis
(RKK).
c) Tenaga kesehatan yang sedang mengikuti pendidikan dan bekerja dibawah supervisi, maka program pendidikan menentukan batasan kewenangan apa yang boleh dan apa yang tidak
boleh dikerjakan sesuai dengan tingkat pendidikannya
d) Tenaga kesehatan yang diizinkan untuk memberikan pelayanan sementara dirumah sakit; misalnya, perawat paruhwaktu yang membantu dokter di poliklinik.
Uraian tugas untuk standar ini berlaku bagi semua staf baik staf purna waktu, staf paruh waktu, tenaga sukarela, atau sementara yang membutuhkan

TELUSUR SKOR
6).Elemen Penilaian KPS 2 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Setiap staf telah memiliki uraian tugas sesuai Staf Rumah Sakit D : Bukti I : Wawancara 10
dengan tugas yang diberikan Bukti uraian tugas setiap staf rumah sakit Wawancara tentang uraian tugas staf 5
rumah sakit 0
b) Tenaga kesehatan yang diidentifikasi dalam Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
a)-d) dalam maksud dan tujuan, memiliki Pimpinan RS Bukti adanya uraian tugas staf rumah sakit yang Wawancara tentang uraian tugas staf 5
uraian tugas yang sesuai dengan tugas dan Ka Unit Terkait diidentifikasi dalam a)-d) dalam maksud dan rumah sakit yang diidentifikasi dalam 0
tanggung jawabnya. tujuan a)-
d) dalam maksud dan tujuan
7).Standar KPS 3
Rumah sakit menyusun dan menerapkan proses rekrutmen, evaluasi, dan pengangkatan staf serta prosedur-prosedur terkait lainnya.
8).Maksud dan Tujuan KPS 3
Rumah sakit menetapkan proses yang terpusat, efisien dan terkoordinasi, agar terlaksana proses yang seragam mencakup:
a) Rekrutmen staf sesuai kebutuhan rumah sakit
b) Evaluasi kompetensi kandidat calon staf.
c) Pengangkatan staf baru.
Kepala unit berpartisipasi merekomendasikan jumlah dan kualifikasi staf serta jabatan nonklinis yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan pada pasien, pendidikan, penelitian ataupun
tanggung jawab lainnya.
TELUSUR SKOR
9). Elemen Penilaian KPS 3 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan regulasi terkait D : Regulasi 10
proses rekrutmen, evaluasi kompetensi Regulasi tentang proses rekruitmen, evaluasi 0
kandidat calon staf dan mekanisme kompetensi kandidat calon staf dan
pengangkatan staf di rumah sakit. mekanisme
pengangkatan staf di rumah sakit.

42
A : Acuan
PERMENKES No. 1199 tahun 2004 tentang
Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan dengan
Perjanjian Kerja di Sarana Kesehatan Milik
Pemerintah

b) Rumah sakit telah menerapkan proses meliputi Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


poin a) – c) di maksud dan tujuan secara Bagian Kepegawaian Bukti adanya penerapan proses meliputi poin a) – Wawancara tentang penerapan proses 5
seragam. c) di maksud dan tujuan secara seragam meliputi poin a) – c) di maksud dan 0
tujuan secara seragam.
10). Standar KPS 4
Rumah sakit menetapkan proses untuk memastikan bahwa kompetensi Profesional Pemberi Asuhan (PPA) sesuai dengan persyaratan jabatan atau tanggung jawabnya untuk
memenuhi kebutuhan rumah sakit

11). Maksud dan Tujuan KPS 4


a) Staf yang direkrut rumah sakit melalui proses untuk menyesuaikan dengan persyaratan jabatan/posisi staf. Untuk para PPA, proses tersebut meliputi penilaian kompetensi awal untuk
memastikan apakah PPA dapat melakukan tanggung jawab sesuai uraian tugasnya. Penilaian dilakukan sebelum atau saat mulai bertugas. Rumah sakit dapat menetapkan
kontrak kerja sebagai masa percobaan untuk mengawasi dan mengevaluasi PPA tersebut. Ada proses untuk memastikan bahwa PPA yang memberikan pelayanan berisiko tinggi
atau perawatan bagi pasien berisiko tinggi dievaluasi pada saat mereka mulai memberikan perawatan, sebelum masa percobaan atau orientasi selesai. Penilaian kompetensi awal
dilakukan oleh unit di mana PPA tersebut ditugaskan
b) Penilaian kompetensi yang diinginkan juga mencakup penilaian kemampuan PPA untuk mengoperasikan alat medis, alarm klinis, dan mengawasi pengelolaan obatobatan yang sesuai
dengan area tempat ia akan bekerja (misalnya, PPA yang bekerja di unit perawatan intensif harus dapat mengoperasikan ventilator pompa infus, dan lain-lainnya, dan sedangkan PPA
yang bekerja di unit obstetri harus dapat menggunakan alat pemantauan janin).
c) Rumah sakit menetapkan proses evaluasi kemampuan PPA dan frekuensi evaluasi secara berkesinambungan.
Penilaian yang berkesinambungan dapat digunakan untuk menentukan rencana pelatihan sesuai kebutuhan, kemampuan staf untuk memikul tanggung jawab baru atau untuk
melakukan perubahan tanggung jawab dari PPA tersebut. Sekurang- kurangnya terdapat satu penilaian terkait uraian tugas tiap PPA yang didokumentasikan setiap tahunnya
TELUSUR SKOR
12).Elemen Penilaian KPS 4 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan dan Bagian Kepegawaian D : Regulasi I : Wawancara 10
menerapkan proses untuk menyesuaikan Ka Unit Terkait Regulasi tentang proses untuk menyesuaikan Wawancara tentang proses untuk 5
kompetensi PPA dengan kebutuhan pasien. kompetensi PPA dengan kebutuhan pasien menyesuaikan kompetensi PPA dengan 0
D : Bukti penerapan proses untuk menyesuaikan kebutuhan pasien.
kompetensi PPA dengan kebutuhan pasien,
berupa kompetensi dan kewenangan PPA dalam
SPK dan RKK
b) Para PPA baru dievaluasi pada saat mulai Bagian Kepegawaian D : Bukti I : Wawancara 10
bekerja oleh kepala unit di mana PPA tersebut Ka Unit Terkait Wawancara tentang evaluasi para PPA 5
ditugaskan pada saat mulai bekerja 0

43
Bukti berupa laporan evaluasi para PPA pada
saat mulai bekerja oleh kepala unit di mana
PPA tersebut ditugaskan.

c) Terdapat setidaknya satu atau lebih evaluasi Bagian Kepegawaian D : Bukti I : Wawancara 10
yang didokumentasikan untuk tiap PPA sesuai Ka Unit Terkait Bukti berupa satu atau lebih laporan evaluasi Wawancara tentang satu atau lebih 5
uraian tugas setiap tahunnya atau sesuai yang didokumentasikan untuk tiap PPA sesuai evaluasi yang didokumentasikan untuk 0
ketentuan rumah sakit. uraian tugas setiap tahunnya atau sesuai tiap PPA sesuai uraian tugas setiap
ketentuan rumah sakit. tahunnya atau sesuai ketentuan rumah
sakit.
13).Standar KPS 5
Rumah sakit menetapkan proses untuk memastikan bahwa kompetensi staf nonklinis sesuai dengan persyaratan jabatan/posisinya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.
14).Maksud dan Tujuan KPS 5
Rumah sakit mengidentifikasi dan mencari staf yang memenuhi persyaratan jabatan/posisi nonklinis. Staf nonklinis diberikan orientasiuntuk memastikan bahwa staf tersebut
melakukan
tanggung jawabnya sesuai uraian tugasnya. Rumah Sakit melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala untuk memastikan kompetensi secara terus menerus pada jabatan/posisi
tersebut
TELUSUR SKOR
15).Elemen Penilaian KPS 5 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan dan Bagian Kepegawaian D : Regulasi I : wawancara 10
menerapkan proses untuk menyesuaikan Ka Unit Terkait Regulasi tentang proses untuk menyesuaikan Wawancara tentang penetapan dan 5
kompetensi staf non klinis dengan persyaratan kompetensi staf non klinis dengan persyaratan penerapan proses untuk menyesuaikan 0
jabatan/posisi jabatan/posisi kompetensi staf non klinis dengan
D : Bukti persyaratan jabatan/posisi
Bukti adanya penerapan proses untuk
menyesuaikan kompetensi staf non klinis dengan
persyaratan jabatan/posisi

b) Staf non klinis yang baru dinilai kinerjanya Ka Unit Terkait D : Bukti I : Wawancara 10
pada saat akan memulai pekerjaannya oleh Bagian Kepegawaian Bukti tentang penilaian kinerja staf non klinis Wawancara tentang penilaian kinerja 5
kepala unit di mana staf tersebut ditugaskan baru pada saat akan memulai pekerjaannya oleh staf non klinis baru pada saat akan 0
kepala unit di mana staf tersebut ditugaskan memulai pekerjaannya oleh kepala unit
di mana staf tersebut ditugaskan

c) Terdapat setidaknya satu atau lebih evaluasi Ka Unit Terkait D : Bukti I : Wawancara 10
yang didokumentasikan untuk tiap staf non Bagian Kepegawaian Bukti tentang setidaknya satu atau lebih Wawancara tentang evaluasi untuk tiap 5
klinis sesuai uraian tugas setiap tahunnya atau evaluasi untuk tiap staf non klinis sesuai uraian staf non klinis sesuai uraian tugas setiap 0
sesuai ketentuan rumah sakit. tugas setiap tahunnya atau sesuai ketentuan tahunnya atau sesuai ketentuan rumah
rumah sakit
sakit
44
16).Standard KPS 6
Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi dalam file kepegawaian setiap staf.

17).Maksud dan Tujuan KPS 6


File kepegawaian yang terkini berisikan dokumentasi setiap staf rumah sakit yang mengandung informasi sensitif yang harus dijaga kerahasiaannya. File kepegawaian memuat:
a) Pendidikan, kualifikasi, keterampilan, kompetensi, staf
b) Bukti orientasi
c) Uraian tugas staf
d) Riwayat pekerjaan staf
e) Penilaian kinerja staf
f) Salinan sertifikat pelatihan di dalam maupun di luar rumah sakit yang telah diikuti
g) Informasi kesehatan yang dipersyaratkan, seperti vaksinasi/imunisasi, hasil medical check up.
File kepegawaian tersebut distandardisasi dan terus diperbarui sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
TELUSUR SKOR
18).Elemen Penilaian KPS 6 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) File kepegawaian staf distandardisasi dan Bagian Kepegawaian D : Regulasi I : Observasi 10
dipelihara serta dijaga kerahasiaannya sesuai Seluruh Staf RS Regulasi tentang standardisasi dan peliharaan I : Wawancara 5
dengan kebijakan rumah sakit. serta dijaga kerahasiaannya file kepegawaian staf Observasi/wawancara tentang 0
sesuai dengan kebijakan rumah sakit. standardisasi dan peliharaan serta dijaga
D : Bukti kerahasiaannya file kepegawaian staf
Bukti adanya file kepegawaian staf yang sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
distandardisasi dan dipelihara serta dijaga
kerahasiaannya sesuai dengan kebijakan rumah
sakit
b) File kepegawaian mencakup poin Bagian Kepegawaian D : Bukti I : Observasi 10
a) – g) sesuai maksud dan tujuan. Seluruh Staf RS Bukti adanya file kepegawaian mencakup poin I : Wawancara 5
a) – g) sesuai maksud dan tujuan. Observasi/wawancara tentang file 0
kepegawaian mencakup poin a – g sesuai
maksud dan tujuan.
19).Standar KPS 7
Semua staf diberikan orientasi mengenai rumah sakit dan unit tempat mereka ditugaskan dan tanggung jawab pekerjaannya pada saat pengangkatan staf.

45
20).Maksud dan Tujuan KPS 7
Keputusan pengangkatan staf melalui sejumlah tahapan. Pemahaman terhadap rumah sakit secara keseluruhan dan tanggung jawab klinis maupun nonklinis berperan dalam
tercapainya misi rumah sakit. Hal ini dapat dicapai melalui orientasi kepada staf. Orientasi umum meliputi informasi tentang rumah sakit, program mutu dan keselamatan pasien,
serta program pencegahan dan pengendalian infeksi. Orientasi khusus meliputi tugas dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaannya. Hasil orientasi ini dicatat dalam file
kepegawaian. Staf paruh
waktu, sukarelawan, dan mahasiswa atau trainee juga diberikan orientasi umum dan orientasi khusus.
TELUSUR SKOR
21). Elemen Penilaian KPS 7 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan regulasi D : Regulasi 10
tentang orientasi bagi staf baru di rumah sakit. Regulasi tentang orientasi bagi staf baru 0
di rumah sakit.
- Orientasi umum meliputi informasi
tentang rumah sakit, program mutu
dan keselamatan pasien, serta
program pencegahan dan
pengendalian infeksi.
- Orientasi khusus meliputi tugas dan
tanggung jawab dalam melakukan
pekerjaannya

b) Tenaga kesehatan baru telah diberikan Bagian Kepegawaian D : Bukti I : Wawancara 10


orientasi umum dan orientasi khusus sesuai. Nakes Baru Bukti adanya pelaksanaan orientasi umum Wawancara tentang pelaksanaan 5
Bagian Diklat dan orientasi khusus tenaga kesehatan baru orientasi umum dan orientasi 0
(TUMAN) khusus
nakes baru
c) Staf nonklinis baru telah diberikan orientasi Bagian Kepegawaian D : Bukti I : Wawancara 10
umum dan orientasi khusus. Staf non klinis baru Bukti adanya pelaksanaan orientasi umum dan wawancara tentang pelaksanaan orientasi 5
Bagian Diklat orientasi khusus staf non klinis baru (TUMAN) umum dan orientasi khusus staf 0
non klinis baru
d) Tenaga kontrak, paruh waktu, Bagian Kepegawaian D : Bukti I : Wawancara 10
mahasiswa atau trainee dan sukarelawan Bagian Diklat Bukti adanya pelaksanaan orientasi umum dan wawancara tentang pelaksanaan orientasi 5
telah diberikan orientasi umum dan orientasi Tenaga Kontrak orientasi khusus tenaga kontrak, paruh waktu, umum dan orientasi khusus tenaga 0
khusus (jika ada). Tenaga paruh waktu mahasiswa atau trainee dan sukarelawan kontrak, paruh waktu, mahasiswa atau
Mahasiswa (TUMAN) trainee dan sukarelawan
Trainee
Sukarelawan
b.Pendidikan dan Pelatihan
1).Standar KPS 8
Tiap staf diberikan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk mendukung atau meningkatkanketerampilan dan pengetahuannya

46
2). Maksud dan Tujuan KPS 8
Rumah sakit mengumpulkan data dari berbagai sumber dalam penyusunan Program pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan/atau memenuhi persyaratan pendidikan
berkelanjutan. Sumber informasi untuk menentukan kebutuhan pendidikan staf mencakup:
a) Hasil kegiatan pengukuran data mutu dan keselamatan pasien.
b) Hasil analisislaporan insiden keselamatan pasien.
c) Hasil survei budaya keselamatan pasien.
d) Hasil pemantauan program manajemen fasilitas dan keselamatan.
e) Pengenalan teknologi termasuk penambahan peralatan medis baru, keterampilan dan pengetahuan baru yang diperoleh dari penilaian kinerja.
f) Prosedur klinis baru.
g) Rencana untuk menyediakan layanan baru di masa yang akan datang.
h) Kebutuhan dan usulan dari setiap unit.
Rumah sakit memilikisuatu proses untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan data dari berbagai sumber untuk merencanakan program pendidikan dan pelatihan staf. Selain itu,
rumah sakit menentukan staf mana yang diharuskan untuk mendapatkan pendidikan berkelanjutan untuk menjaga kemampuan mereka dan bagaimana pendidikan staf tersebut akan dipantau
dan didokumentasikan.
Pimpinan rumah sakit meningkatkan dan mempertahankan kinerja staf dengan mendukung program pendidikan dan pelatihan termasuk menyediakan sarana prasarana termasuk peralatan,
ruangan, tenaga pengajar, dan waktu. Program pendidikan dan pelatihan dibuat setiap tahununtuk memenuhi kebutuhan pasien dan/atau memenuhi persyaratan pendidikan
berkelanjutan misalnya tenaga medis diberikan pelatihan PPI, perkembangan praktik medis, atau peralatan medis baru. Hasil pendidikan dan pelatihan staf didokumentasikan dalam
file kepegawaian. Ketersediaan teknologi dan informasi ilmiah yang aktual tersedia untuk mendukung pendidikan dan pelatihan disediakan di satu atau beberapa lokasi yang yang
tersebar di rumah sakit. Pelatihan diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu pelayanan pasien

TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian KPS 8 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah mengidentifikasi kebutuhan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pendidikan staf berdasarkan sumber berbagai Bagian Diklat Bukti tadanya identifikasi kebutuhan Wawancara tentang identifikasi 5
informasi, mencakup a) - h) dalam maksud dan pendidikan staf berdasarkan sumber berbagai kebutuhan pendidikan staf berdasarkan 0
tujuan informasi, mencakup a) - h) dalam maksud sumber berbagai informasi,
dan tujuan

b) Program pendidikan dan pelatihan telah Bag Diklat D : Regulasi I : Wawancara 10


disusun berdasarkan hasil identifikasi Ka Unit Terkait Regulasi tentang program pendidikan dan Wawancara tentang pelaksanaan 5
sumber informasi pada EP 1 pelatihan berdasarkan hsil identifikasi program pendidikan dan pelatihan yang 0
sumber informasi pada EP 1 disusun berdasarkan hasil identifikasi
D : Bukti sumber informasi pada EP 1
Bukti adanya rapat penyusunan program
pendidikan dan pelatihan berdasarkan
hsil identifikasi sumber informasi pada
EP 1

47
c) Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan Bag Diklat D : Bukti I : Wawancara 10
diberikan kepada staf rumah sakit baik internal Ka Unit Terkait Bukti adanya pelaksanaan program pendidikan Wawancara tentang pelaksanaan 5
maupun eksternal dan pelatihan yang disusun berdasarkan hasil pelaksanaan pelatihan berkelanjutan 0
identifikasi sumber informasi pada EP 1 kepada staf rumah sakit baik internal
(TUMANS) maupun eksternal
d) Rumah sakit telah menyediakan waktu, Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
anggaran dengan sarana dan prasarana yang Bagian Diklat Bukti adanya ketersediaan waktu, anggaran I : Wawancara 5
memadai bagi semua staf untuk mendapat dengan sarana dan prasarana yang memadai bagi Observasi/wawancara tentang 0
kesempatan mengikuti pendidikan dan semua staf untuk mendapat kesempatan ketersediaan waktu, anggaran dengan
pelatihan yang dibutuhkan. mengikuti pendidikan dan pelatihan yang sarana dan prasarana yang memadai bagi
dibutuhkan, berupa bukti rencana bisnis anggaran semua staf untuk mendapat kesempatan
rumah sakit mengikuti pendidikan dan pelatihan yang
dibutuhkan
4). Standar KPS 8.1
Staf yang memberikan asuhan pasien dan staf yang ditentukan rumah sakit dilatih dan dapat mendemonstrasikan teknik resusitasi jantung paru dengan benar.

5). Maksud dan Tujuan KPS 8.1


Semua staf yang merawat pasien, termasuk dokter dan staf lain yang ditentukan rumah sakit telah diberikan pelatihan teknik resusitasi dasar. Rumah sakit menentukan pelatihan
Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau bantuan hidup tingkat lanjut untuk setiap staf, sesuai dengan tugas dan perannya di rumah sakit. Misalnya rumah sakit menentukan semua staf
yang merawat pasien di unit gawat darurat, di unit perawatan intensif, semua staf yang akan melaksanakan dan memantau prosedur sedasi prosedural serta tim kode biru (code blue)
harus mendapatkan pelatihan sampai bantuan hidup tingkat lanjut. Rumah sakit juga menentukan bahwa staf lain yang tidak merawat pasien, seperti pekarya atau staf registrasi, harus
mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar.
Tingkat pelatihan bagi staf tersebut harus diulang berdasarkan persyaratan dan/atau jangka waktu yang diidentifikasi oleh program pelatihan yang diakui, atau setiap 2 (dua) tahun jika
tidak menggunakan program pelatihan yang diakui. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa tiap anggota staf yang menghadiri pelatihan benarbenar memenuhi tingkat kompetensi yang
diinginkan.
TELUSUR SKOR
6). Elemen Penilaian KPS 8.1 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan pelatihan R : Regulasi 10
teknik resusitasi jantung paru tingkat dasar Regulasi tentang pelatihan teknik resusitasi 0
(BHD) pada seluruh staf dan bantuan hidup jantung paru tingkat dasar (BHD) pada seluruh
tingkat lanjut bag istaf yang ditentukan oleh staf dan bantuan hidup tingkat lanjut bagi staf
rumah sakit yang ditentukan oleh rumah sakit

b) Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa staf Bagian Diklat D : Bukti I : Wawancara 10
yang mengikuti pelatihan BHD atau bantuan Seluruh Staf RS Bukti bahwa seluruh staf yang mengikuti I : Simulasi 5
hidup tingkat lanjut telah lulus pelatihan pelatihan BHD atau bantuan hidup tingkat lanjut Wawancara/simulasi tentang pelatihan 0
tersebut telah lulus pelatihan tersebut (sertifikat) BHD atau bantuan hidup tingkat lanjut

48
c) Tingkat pelatihan yang ditentukan untuk tiap Bagian Diklat D : Regulasi I : Wawancara 10
staf harus diulang berdasarkan persyaratan Seluruh Staf RS Regulasi tentang program pelatihan ulang BHD Wawancara tentang pelaksanaan 5
dan/atau jangka waktu yang ditetapkan oleh atau bantuan hidup tingkat lanjut sesuai jangka pelatihan ulang BHD atau bantuan 0
program pelatihan yang diakui, atau setiap 2 waktu sertifikat atau setiap 2 (dua) tahun jika hidup tingkat lanjut sesuai jangka
(dua) tahun jika tidak menggunakan program tidak menggunakan program pelatihan yang waktu sertifikat atau setiap 2 (dua)
pelatihan yang diakui.. diakui, tahun jika tidak menggunakan program
D : Bukti pelatihan yang diakui,
Bukti adanya pelatihan ulang BHD atau
bantuan hidup tingkat lanjut sesuai jangka
waktu sertifikat atau setiap 2 (dua) tahun jika
tidak menggunakan program pelatihan yang
diakui
(TUMANS)
c) Kesehatan dan Keselamatan Kerja Staf
1). Standar KPS 9
Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan keselamatan staf.

2). Maksud dan Tujuan KPS 9


Staf rumah sakit mempunyai risiko terpapar infeksi karena pekerjaannya yang berhubungan baik secara langsung dan maupun tidak langsung dengan pasien. Pelayanan kesehatan
dan keselamatan staf merupakan hal penting untuk menjaga kesehatan fisik, kesehatan mental, kepuasan, produktivitas, dan keselamatan staf dalam bekerja. Karena hubungan staf
dengan pasien dan kontak dengan bahan infeksius maka banyak petugas kesehatan berisiko terpapar penularan infeksi. Identifikasi sumber infeksi berdasar atas epidemiologi sangat penting
untuk menemukan staf yang berisiko terpapar infeksi. Pelaksanaan program pencegahan serta skrining seperti imunisasi, vaksinasi, dan profilaksis dapat menurunkan insiden infeksi
penyakit menular secara signifikan.
Staf rumah sakit juga dapat mengalami kekerasan di tempat kerja. Anggapan bahwa kekerasan tidak terjadi di rumah sakit tidak sepenuhnya benar mengingat jumlah tindak kekerasan di
rumah sakit semakin meningkat. Untuk itu rumah sakit diminta menyusun program pencegahan kekerasan.
Cara rumah sakit melakukan orientasi dan pelatihan staf, penyediaan lingkungan kerja yang aman, pemeliharaan peralatan dan teknologi medis, pencegahan atau pengendalian
infeksi terkait perawatan kesehatan (Health care-Associated Infections), serta beberapa faktor lainnya menentukan kesehatan dan kesejahteraan staf. Dalam pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan staf rumah sakit, maka staf harus memahami:
a) Cara pelaporan dan mendapatkan pengobatan, menerima konseling, dan menangani cedera yang mungkin terjadi akibat tertusuk jarum suntik, terpapar penyakit menular, atau
mendapat kekerasan di tempat kerja;
b) Identifikasi risiko dan kondisi berbahaya di rumah sakit;
c) Masalah kesehatan dan keselamatan lainnya.
Program kesehatan dan keselamatan staf rumah sakit tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Skrining kesehatan awal
b) Tindakan-tindakan untuk mengendalikan pajanan kerja yang berbahaya, seperti pajanan terhadap obat-obatan beracun dan tingkat kebisingan yang berbahaya
c) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait cara pemberian asuhan pasien yang aman
d) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait pengelolaan kekerasan di tempat kerja
e) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terhadap staf yang berpotensi melakukan kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian sentinel
f) Tata laksana kondisi terkait pekerjaan yang umum dijumpai seperti cedera punggung atau cedera lain yang lebih darurat
g) Vaksinasi/Imunisasi pencegahan, dan pemeriksaan kesehatan berkala

49
h) Pengelolaan kesehatan mental staf, seperti pada saat kondisi kedaruratan penyakit infeksi/pandemic
Penyusunan program mempertimbangkan masukan dari staf serta penggunaan sumber daya klinis yang ada di rumah sakit dan di masyarakat.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian KPS 9 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan program D : Regulasi 10
kesehatan dan keselamatan staf. Regulasi tentang program kesehatan dan 0
keselamatan staf
A : Acuan
1. UU No 36 tahun 2014 tentang Nakes
2. PERMENKES No. 52 tahun 2018
tentang K3 di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
b) Program kesehatan dan keselamatan staf Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
mencakup setidaknya a)- h) yang Komite/tim K3 RS Bukti adanya pelaksanaan program kesehatan Wawancara tentang pelaksanaan 5
tercantum dalam maksud dan tujuan. Bagian Kepegawaian dan keselamatan staf mencakup setidaknya a) - program kesehatan dan keselamatan staf 0
Komite/tim PPI h) yang tercantum dalam maksud dan tujuan. mencakup setidaknya a) - h) yang
tercantum dalam maksud dan tujuan.
c) Rumah sakit mengidentifikasi penularan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
penyakit infeksi atau paparan yang dapat Komite/tim K3 RS Bukti adanya identifikasi penularan penyakit Wawancara tentang identifikasi 5
terjadi pada staf serta melakukan upaya Komite/tim PPI infeksi atau paparan yang dapat terjadi pada penularan penyakit infeksi atau 0
pencegahan dengan vaksinasi. Bagian Kepegawaian staf serta melakukan upaya pencegahan dengan paparan yang dapat terjadi pada staf
vaksinasi, berupa pencatatan staf yang terpapar serta melakukan upaya pencegahan
penyakit infeksi atau lainnya dan upaya dengan vaksinasi.
pencegahan dengan vaksinasi
d) Berdasar atas epidemologi penyakit infeksi Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
maka rumah sakit mengidentifikasi risiko Komite/tim K3 RS Bukti adanya identifikasi risiko staf terpapar Wawancara tentang identifikasi risiko 5
staf terpapar atau tertular serta melaksanakan Komite/tim PPI atau tertular serta pelaksanaan pemeriksaan staf terpapar atau tertular serta 0
pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi Bagian Kepegawaian kesehatan dan vaksinasi yang berdasar pada pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
epidemiologi penyakit infeksi vaksinasi.

e) Rumah sakit telah melaksanakan evaluasi, Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


konseling, dan tata laksana lebih lanjut untuk Komite/tim K3 RS Bukti adanya pelaksanaan evaluasi, konseling, Wawancara tentang pelaksanaan 5
staf yang terpapar penyakit infeksi Komite/tim PPI dan tata laksana lebih lanjut untuk staf yang evaluasi, konseling, dan tata 0
serta dikoordinasikan dengan program Bagian Kepegawaian terpapar penyakit infeksi, telah dikoordinasikan laksana lebih lanjut untuk staf yang
pencegahan dan pengendalian infeksi dengan program pencegahan dan pengendalian terpapar penyakit infeksi.
infeksi

50
f) Rumah sakit telah mengidentifikasi area Komite K3 RS D : Bukti I : Wawancara 10
yang berpotensi untuk terjadi tindakan Bagian Kepegawaian Bukti adanya identifikasi area yang berpotensi Wawancara tentang identifikasi area 5
kekerasan di tempat kerja (workplace untuk terjadi tindakan kekerasan di tempat kerja yang berpotensi untuk terjadi 0
violence) dan menerapkan upaya untuk (bisa dalam bentuk risk register) dan tindakan kekerasan di tempat kerja
mengurangi risiko tersebut. pelaksanaan upaya untuk mengurangi risiko (bisa dalam bentuk risk register) dan
tersebut pelaksanaan
upaya untuk mengurangi risiko tersebut
g) Rumah sakit telah melaksanakan evaluasi, Komite K3 RS D : Bukti I : wawancara 10
konseling, dan tata laksana lebih lanjut untuk Bagian Kepegawaian Bukti adanya pelaksanaan evaluasi, konseling, Wawancara tentang pelaksanaan 5
staf yang mengalami cedera akibat dan tata laksana lebih lanjut untuk staf yang evaluasi, konseling, dan tata laksana 0
tindakan kekerasan di tempat kerja. mengalami cedera akibat tindakan kekerasan lebih lanjut untuk staf yang mengalami
di tempat kerja cedera akibat tindakan kekerasan
di tempat kerja
d) Tenaga Medis
1).Standar KPS 10
Rumah sakit menyelenggarakan proses kredensial yang seragam dan transparan bagi tenaga medis yang diberi izin memberikan asuhan kepada pasien secara mandiri.

2).Standar KPS 10.1


Rumah sakit melaksanakan verifikasi terkini terhadap pendidikan, registrasi/izin, pengalaman, dan lainnya dalam proses kredensialing tenaga medis.
3).Maksud dan Tujuan KPS 10 sampai KPS 10.1
Penjelasan mengenai istilah dan ekspektasi yang ditemukan dalam standar-standar ini adalah sebagai berikut :
a) Kredensial adalah proses evaluasi (memeriksa dokumen dari pelamar), wawancara, dan ketentuan lain sesuai dengan kebutuhan rumah sakit yang dilakukan rumah sakit
terhadap seorang tenaga medis untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi penugasan klinis dan kewenangan klinis untuk menjalankan asuhan/tindakan medis
tertentu di lingkungan rumah sakit tersebut untuk periode tertentu. Dokumen kredensial adalah dokumen yang dikeluarkan oleh badan resmi untuk menunjukkan bukti telah
dipenuhinya persyaratan seperti ijazah dari fakultas kedokteran, surat tanda registrasi, izin praktik, fellowship, atau bukti pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat pengakuan dari
organisasi profesi kedokteran. Dokumen dokumen ini harus diverifikasi ke sumber utama yang mengeluarkan dokumen tersebut atau website verifikasi ijazah Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Dokumen kredensial dapat juga diperoleh dari rumah sakit, perorangan, badan hukum yang terkait dengan riwayat profesional, atau riwayat kompetensi dari pelamar seperti
surat rekomendasi, semua riwayat pekerjaan sebagai tenaga medis di tempat kerja yang lalu,catatan asuhan klinis yang lalu, riwayat kesehatan, dan foto. Dokumen ini akan diminta
rumah sakit sebagai bagian dari proses kredensial dan ijazah serta STR harus diverifikasi ke sumber utamanya. Syarat untuk verifikasi kredensial disesuaikan dengan posisi pelamar.
Sebagai contoh, pelamar untuk kedudukan kepala departemen/unit layanan di rumah sakit dapat diminta verifikasi terkait jabatan dan pengalaman administrasi di masa lalu. Juga untuk
posisi tenaga medis di rumah sakit dapat diminta verifikasi riwayat pengalaman kerja beberapa tahun yang lalu.
b) Tenaga medis adalah semua dokter dan dokter gigi yang memberikan layanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, bedah, atau layanan medis/gigi lain kepada pasien, atau
yang memberikan layanan interpretatif terkait pasien seperti patologi, radiologi, laboratorium, serta memiliki surat tanda registrasi (STR) dan surat izin praktik (SIP).
c) Verifikasi adalah proses untuk memeriksa validitas dan kelengkapan kredensial dari sumber yang mengeluarkan kredensial. Proses dapat dilakukan ke fakultas/rumah
sakit/perhimpunan di dalam maupun di luar negeri melalui email/surat konvensional/pertanyaan on line/atau melalui telepon. Jika verifikasi dilakukan melalui email maka
alamat email harus sesuai dengan alamat email yang ada pada website resmi universitas/rumah sakit/perhimpunan profesi tersebut dan bila melalui surat konvensional harus
dengan pos tercatat. Jika verifikasi dilakukan pada website verifikasi ijazah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi maka akan ada bukti ijazah tersebut
terverifikasi.
d) Rekredensial adalah proses kredensial ulang setiap 3 (tiga) tahun. Dokumen kredensial dan rekredensial meliputi:

51
(1) STR, SIP yang masih berlaku;
(2) File pelanggaran etik atau disiplin termasuk infomasi dari sumber luar seperti dari MKEK dan MKDKI;
(3) Rekomendasi mampu secara fisik maupun mental memberikan asuhan kepada pasien tanpa supervisi dari profesi dokter yang ditentukan;
(4) Bila tenaga medis mengalami gangguan kesehatan, kecacatan tertentu, atau proses penuaan yang menghambat pelaksanaan kerja maka kepada yang bersangkutan dilakukan
penugasan klinis ulang;
(5) Jika seorang anggota tenaga medis mengajukan kewenangan baru terkait pelatihan spesialisasi canggih atau subspesialisasi maka dokumen kredensial harus segera
diverifikasi dari sumber yang mengeluarkan sertifikat tersebut. Keanggotaan tenaga medis mungkin tidak dapat diberikan jika rumah sakit tidak mempunyai teknologi, peralatan
medis khusus untuk mendukung kewenangan klinis tertentu. Sebagai contoh, seorang nefrolog melamar untuk memberikan layanan dialisis di rumah sakit bila rumah sakit
tidak memiliki pelayanan ini maka kewenangan klinis untuk melakukan haemodialisis tidak dapat diberikan.
Pengecualian untuk KPS 10.1 EP 1, hanya untuk survei awal. Pada saat survei akreditasi awal rumah sakit diwajibkan telah menyelesaikan verifikasi untuk tenaga medis baru
yang bergabung dalam 12 (dua belas) bulan menjelang survei awal. Selama 12 (dua belas) bulan setelah survei awal, rumah sakit diwajibkan untuk menyelesaikan verifikasi sumber
primer untuk seluruh anggota tenaga medis lainnya. Proses ini dicapai dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan setelah survei sesuai dengan rencana yang memprioritaskan verifikasi
kredensial bagi tenaga medis aktif yang memberikan pelayanan berisiko tinggi.
Catatan: Pengecualian ini hanya untuk verifikasi kredensial saja. Semua kredensial anggota tenaga medis harus dikumpulkan dan ditinjau, dan kewenangan mereka diberikan.

e) Pengangkatan/penugasan merupakan proses peninjauan kredensial awal pelamar untuk memutuskan apakah orang tersebut memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan yang
dibutuhkan pasien rumah sakit dan dapat didukung rumah sakit dengan staf yang kompeten dan dengan kemampuan teknis rumah sakit. Untuk pelamar pertama, informasi yang
ditinjau kebanyakan berasal dari sumber luar. Individu atau mekanisme yang berperan pada peninjauan, kriteria yang digunakan untuk membuat keputusan, dan bagaimana keputusan
didokumentasikan diidentifikasi dalam kebijakan rumah sakit. Kebijakan rumah sakit mengidentifikasi proses pengangkatan praktisi kesehatan mandiri untuk keperluan gawat darurat
atau untuk sementara waktu. Pengangkatan dan identifikasi kewenangan untuk praktisi kesehatan tersebut tidak dibuat sampai setidaknya verifikasi izin telah dilakukan.
f) Pengangkatan/penugasan kembali merupakan proses peninjauan dokumen anggota tenaga medis untuk verifikasi:
(1) Perpanjangan izin;
(2) Bahwa anggota tenaga medis tidak dikenai sanksi disipliner oleh badan perizinan dan sertifikasi;
(3) Bahwa berkas berisi dokumentasi yang cukup untuk pencarian kewenangan atau tugas baru/perluasan di rumah sakit; dan
(4) Anggota tenaga medis mampu secara fisik dan mental untuk memberikan perawatan dan tata laksana terhadap pasien tanpa supervisi.

Informasi untuk peninjauan ini berasal dari sumber internal maupun eksternal. Jika suatu departemen/unit layanan klinis (misalnya, pelayanan subspesialis) tidak memiliki
kepala/pimpinan, rumah sakit mempunyai kebijakan untuk mengidentifikasi siapa yang melakukan peninjauan untuk para tenaga profesional di departemen/unit layanan tersebut.
Berkas kredensial anggota tenaga medis harus merupakan sumber informasi yang dinamis dan ditinjau secara konstan. Sebagai contoh, ketika anggota tenaga medis mendapatkan
sertifikat pencapaian yang berhubungan dengan peningkatan gelar atau pelatihan khusus lanjutan, kredensial yang baru harus segera diverifikasi dari sumber yang mengeluarkan.

Demikian pula jika ada badan luar yang melakukan investigasi tentang kejadian sentinel yang berkaitan dengan anggota tenaga medis dan mengeluarkan sanksi, informasi ini
harus segera digunakan untuk mengevaluasi ulang kewenangan klinis dari anggota tenaga medis tersebut. Untuk memastikan bahwa berkas tenaga medis lengkap dan terkini, berkas
ditinjau sedikitnya setiap 3 (tiga) tahun, dan terdapat catatan pada berkas tentang tindakan yang telah dilakukan atau tidak diperlukannya tindak lanjut sehingga pengangkatan
tenaga medis dilanjutkan.
Keanggotaan tenaga medis dapat tidak diberikan jika rumah sakit tidak memiliki peralatan medis khusus atau staf untuk mendukung praktik profesi tersebut. Sebagai contoh, ahli
nefrologi yang ingin melakukan pelayanan dialisis di rumah sakit, dapat tidak diberikan kewenangan (privilege) bila rumah sakit tidak menyelenggarakan pelayanan dialisis.

52
Akhirnya, jika izin/registrasi pelamar telah diverifikasi dengan sumber yang mengeluarkan, tetapi dokumen lain seperti edukasi dan pelatihan belum diverifikasi, staf tersebut
dapat diangkat menjadi anggota tenaga medis dan kewenangan klinis dapat diberikan untuk orang tersebut untuk kurun waktu yang tidak melebihi 90 (sembilan puluh) hari. Pada
kondisi di atas, orang-orang tersebut tidak boleh melakukan praktik secara mandiri dan memerlukan supervisi hingga seluruh kredensial telah diverifikasi. Supervisi secara jelas
didefinisikan
dalam kebijakan rumah sakit, dan berlangsung tidak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari.
TELUSUR SKOR
4). Elemen Penilaian KPS 10 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan peraturan D : Regulasi 10
internal tenaga medis (medical staf bylaws) Regulasi tentang peraturan internal tenaga medis 0
yang mengatur proses penerimaan, kredensial, (medical staf bylaws) yang mengatur proses
penilaian kinerja,dan rekredensial tenaga penerimaan, kredensial, penilaian kinerja, dan
medis rekredensial tenaga medis
A : Acuan
1. PP No. 7 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perumahsakitan
2. PERMENKES No. 755 tahun 2011
tentang Komite Medik di Rumah
Sakit
b) Rumah sakit telah melaksanakan proses Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
kredensial dan pemberian kewenangan klinis Komite Medik Bukti adanya pelaksanaan kredensial untuk Wawancara tentang pelaksanaan 5
untuk pelayanan diagnostik, konsultasi, dan Dokter Praktek Mandiri pelayanan diagnostik, konsultasi, dan tata laksana kredensial untuk pelayanan diagnostik, 0
tata laksana yang diberikan oleh dokter praktik Bagian Kepegawaian yang diberikan oleh dokter praktik mandiri di konsultasi, dan tata laksana yang
mandiri di rumah sakit secara seragam rumah sakit secara seragam diberikan oleh dokter praktik mandiri di
rumah sakit secara seragam
c) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
proses kredensial dan pemberian Komite Medik Bukti pelaksanaan kredensial kepada dokter I : Wawancara 5
kewenangan klinis kepada dokter Dokter Praktek Mandiri praktik mandiri dari luar rumah sakit seperti Observasi/wawancara tentang 0
praktik mandiri dari luar rumah sakit seperti Bagian Kepegawaian konsultasi kedokteran jarak jauh(telemedicine), pelaksanaan kredensial kepada dokter
konsultasi kedokteran jarak jauh radiologi jarakjauh (teleradiology), dan praktik mandiri dari luar rumah sakit
(telemedicine), radiologi jarak jauh interpretasi untuk pemeriksaan diagnostik lain seperti konsultasi kedokteran jarak
(teleradiology), dan interpretasi untuk seperti : elektrokardiogram (EKG), jauh (telemedicine), radiologi
pemeriksaan diagnostik lain: elektroensefalogram (EEG), elektromiogram jarakjauh (teleradiology),
elektrokardiogram (EKG), (EMG), serta pemeriksaan lain yang serupa. daninterpretasi untuk pemeriksaan
elektroensefalogram (EEG), elektromiogram diagnostik lain
(EMG), serta pemeriksaan lain yang serupa.
d) Setiap tenaga medis yang memberikan Bagian Kepegawaian D : Bukti I : Wawancara 10
pelayanan di rumah sakit wajib Ka Unit Yanmed Bukti adanya setiap tenaga medis yang Wawancara tentang perjanjian tenaga 5
menandatangani perjanjian sesuai dengan Semua Tenaga Medis RS memberikan pelayanan di rumah sakit wajib medis yang memberikan pelayanan di 0
regulasi rumah sakit. menandatangani perjanjian sesuai dengan rumah sakit

53
regulasi rumah sakit, berupa perjanjian Rumah
Sakit dengan tenaga medis.

e) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawanvara 10


verifikasi ke Lembaga/Badan/Instansi Ka Unit Yanmed Bukti adanya pelaksanaan verifikasi ke Wawancara tentang pelaksanaan 5
pendidikan atau organisasi profesional yang Bagian Kepegawaian Lembaga/Badan/Instansi pendidikan atau verifikasi ke Lembaga/Badan/Instansi 0
diakui yang mengeluarkan izin/sertifikat, organisasi profesional yang diakui yang pendidikan atau organisasi profesional
dan kredensial lain dalam proses kredensial mengeluarkan izin/sertifikat, dan kredensial lain yang diakui yang mengeluarkan
sesuai dengan peraturan perundangundangan dalam proses kredensial sesuai dengan peraturan izin/sertifikat, dan kredensial lain
perundangundangan dalam
proses kredensial sesuai dengan
peraturan perundangundangan
f) Ada bukti dilaksanakan kredensial tambahan Komite medik D : Bukti I : Wawanvara 10
ke sumber yang mengeluarkan apabila Ka Unit Bukti adanya pelaksanaan kredensial untuk Wawancara tentang pelaksaan kredensial 5
tenaga medis yang meminta kewenangan Yanmed kewenangan tambahan ke sumber yang untuk kewenangan tambahan ke sumber 0
klinis tambahan yang canggih atau Bagian Kepegawaian mengeluarkan apabila tenaga medis yang yang mengeluarkan apabila tenaga
subspesialisasi. meminta kewenangan klinis tambahan yang medis yang meminta kewenangan klinis
canggih atau subspesialisasi. tambahan yang canggih atau
subspesialisasi

TELUSUR SKOR
5). Elemen Penilaian KPS 10.1 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pengangkatan tenaga medis dibuat berdasar Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
atas kebijakan rumah sakit dan konsisten Ka Unit Yanmed Regulasi tentang pengangkatan tenaga medis Wawancara tentang pengangkatan tenaga 5
dengan populasi pasien rumah sakit, misi, Bagian Kepegawaian dibuat berdasar atas kebijakan rumah sakit dan medis dibuat berdasar atas kebijakan 0
dan pelayanan yang diberikan untuk konsisten dengan populasi pasien rumah sakit, rumah sakit
memenuhi kebutuhan pasien. misi, dan pelayanan, berupa SK Pengangkatan

D : Bukti
Bukti pengangkatan tenaga medis dibuat berdasar
atas kebijakan rumah sakit dan konsisten dengan
populasi pasien rumah sakit, misi, dan pelayanan

b) Pengangkatan tidak dilakukan sampai Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


setidaknya izin/surat tanda registrasi sudah Komite Medik Bukti adanya pengangkatan tenaga medis Wawancara tentang pengangkatan tenaga 5
diverifikasi dari sumber utama yang Ka Unit tidak dilakukan sampai setidaknya izin/surat medis tidak dilakukan sampai 0
mengeluarkan surat tersebut dan tenaga medis Yanmed tanda registrasi sudah diverifikasi dari sumber setidaknya izin/surat tanda registrasi
dapat memberikan pelayanan kepada pasien di Bagian Kepegawaian utama yang mengeluarkan surat tersebut dan sudah diverifikasi
bawah supervisi sampai semua kredensial tenaga
medis dapat memberikan pelayanan kepada

54
yang disyaratkan undang-undang dan pasien di bawah supervisi sampai semua
peraturan sudah diverifikasi dari sumbernya. kredensial yang disyaratkan undang-undang dan
peraturan sudah diverifikasi dari sumbernya,
berupa dokumen persyaratan kredesial.

c) Untuk tenaga medis yang belum mendapatkan Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10
kewenangan mandiri, dilakukan supervisi Bagian Kepegawaian Bukti adanya pelaksanaan supervisi kepada Wawancara tentang tentang pelaksanaan 5
dengan mengatur frekuensi supervisi dan Ka Unit Yanmed tenaga medis yang belum mendapatkan supervisi kepada tenaga medis yang 0
supervisor yang ditunjuk serta kewenangan mandiri dilakukan supervisi dengan belum mendapatkan kewenangan
didokumentasikan di file kredensial staf mengatur frekuensi supervisi dan supervisor yang mandiri
tersebut. ditunjuk serta didokumentasikan di file
kredensial staf tersebut berupa laporan supervise.
6). Standar KPS 11
Rumah sakit menetapkan proses yang seragam, objektif, dan berdasar bukti (evidence based) untuk memberikan wewenang kepada tenaga medis untuk memberikan layanan klinis
kepada pasien sesuai dengan kualifikasinya

7). Maksud dan Tujuan KPS 11


Rumah sakit menetapkan proses yang seragam, objektif, dan berdasar bukti (evidence based) untuk memberikan wewenang kepada tenaga medis untuk memberikan layanan klinis kepada
pasien sesuai dengan kualifikasinya
Pemberian kewenangan (privileging) adalah penentuan kompetensi klinis terkini tenaga medis dan pengambilan keputusan tentang pelayanan klinis yang diizinkan kepada tenaga
medis. Pemberian kewenangan (privileging) ini merupakan penentuan paling penting yang harus dibuat rumah sakit untuk melindungi keselamatan pasien dan meningkatkan mutu
pelayanan klinis.
Pertimbangan untuk pemberian kewenangan klinis pada pengangkatan awal termasuk hal-hal berikut:
a) Keputusan tentang kewenangan klinis yang akan diberikan kepada seorang tenaga medis didasarkan terutama atas informasi dan dokumentasi yang diterima dari sumber luar rumah
sakit. Sumber luar ini dapat berasal dari program pendidikan spesialis, surat rekomendasi dari penempatan sebagai tenaga medis yang lalu, atau dari organisasi profesi, kolega dekat,
dan setiap data informasi yang mungkin diberikan kepada rumah sakit. Secara umum, sumber informasi ini terpisah dari yang diberikan oleh institusi pendidikan seperti
program dokter spesialis, tidak diverifikasi dari sumber kecuali ditentukan lain oleh kebijakan rumah sakit, paling sedikit area kompetensi sudah dapat dianggap
benar. Evaluasi praktik profesional berkelanjutan (ongoing professional practice evaluation/OPPE) untuk anggota tenaga medis memberikan informasi penting untuk proses
pemeliharaan keanggotaan tenaga medis dan terhadap proses pemberian kewenangan klinis.
b) Program pendidikan spesialis menentukan dan membuat daftar secara umum tentang kompetensinya di area diagnosis dan tindakan profesi dan Konsil kedokteran Indonesia
(KKI) mengeluarkan standar kompetensi atau kewenangan klinis. Perhimpunan profesi lain membuat daftar secara detail jenis/tindak medis yang dapat dipakai sebagai acuan dalam
proses pemberian kewenangan klinis;
c) Di dalam setiap area spesialisasi proses untuk merinci kewenangan ini seragam;
d) Seorang dokter dengan spesialisasi yang sama dimungkinkan memiliki kewenangan klinis berbeda yang disebabkan oleh perbedaan pendidikan dan pelatihan tambahan, pengalaman,
atau hasil kinerja yang bersangkutan selama bekerja, serta kemampuan motoriknya;
e) Keputusan kewenangan klinis dirinci dan akan direkomendasikan kepada pimpinan rumah sakit di area spesialisasi terkait dengan mempertimbangkan proses lain, diantaranya:
f) Pemilihan proses apa yang akan dimonitor menggunakan data oleh pimpinan unit pelayanan klinis;
g) Penggunaan data tersebut dalam OPPE dari tenaga medis tersebut di unit pelayanan klinis; dan
h) Penggunaan data yang dimonitor tersebut untuk proses penugasan ulang dan pembaharuan kewenangan klinis.

55
i) Penilaian kinerja tenaga medis berkelanjutan setiap tahun yang dikeluarkan oleh rumah sakit yang berisi jumlah pasien per penyakit/tindakan yang ditangani per tahun, rerata
lama dirawat, serta angka kematiannya. Angka Infeksi Luka Operasi (ILO) dan kepatuhan terhadap Panduan Praktik Klinis (PPK) meliputi penggunaan obat, penunjang diagnostik,
darah, produk darah, dan lainnya;
j) Hasil evaluasi praktik professional berkelanjutan (OPPE) dan terfokus (FPPE);
k) Hasil pendidikan dan pelatihan tambahan dari pusat pendidikan, kolegium, perhimpunan profesi, dan rumah sakit yang kompeten mengeluarkan sertifikat;
l) Untuk kewenangan tambahan pada pelayanan risiko tinggi maka rumah sakit menentukan area pelayanan risiko tinggi seperti prosedur cathlab, penggantian sendi lutut dan panggul,
pemberian obat kemoterapi, obat radioaktif, obat anestesi, dan lainnya. Prosedur dengan risiko tinggi tersebut maka tenaga medis dapat diberikan kewenangan klinis secara
khusus. Prosedur risiko tinggi, obat-obat, atau layanan yang lain ditentukan di kelompok spesialisasi dan dirinci kewenangannya secara jelas. Beberapa prosedur mungkin
digolongkan berisiko tinggi disebabkan oleh peralatan yang digunakan seperti dalam kasus penggunaan robot atau penggunaan tindakan dari jarak jauh melalui komputer. Juga
pemasangan implan yang memerlukan kaliberasi, presisi, dan monitor jelas membutuhkan kewenangan klinis secara spesifik.
m) Kewenangan klinis tidak dapat diberikan jika rumah sakit tidak mempunyai peralatan medis khusus atau staf khusus untuk mendukung pelaksanaan kewenangan klinis. Sebagai
contoh, seorang nefrolog kompeten melakukan dialisis atau kardiolog kompeten memasang sten tidak dapat diberi kewenangan klinis jika rumah sakit tidak memiliki peralatannya.
Catatan: jika anggota tenaga medis juga mempunyai tanggung jawab administrasi seperti ketua kelompok tenaga medis (KSM), administrator rumah sakit, atau posisi lain maka tanggung
jawab peran ini diuraikan di uraian tugas atau job description. Rumah sakit menetapkan sumber utama untuk memverifikasi peran administrasi ini.
Proses pemberian rincian kewenangan klinis:
a) Terstandar, objektif, berdasar atas bukti (evidence based).
b) Terdokumentasi di kebijakan rumah sakit.
c) Aktif dan berkelanjutan mengikuti perubahan kredensial tenaga medis.
d) Diikuti semua anggota tenaga medis.
e) Dapat dibuktikan bahwa prosedur yang digunakan efektif.
Surat penugasan klinis (SPK) dan rincian kewenangan klinis (RKK) tersedia dalam bentuk salinan cetak, salinan elektronik, atau cara lainnya sesuai lokasi/tempat tenaga medis memberikan
pelayanan (misalnya, di kamar operasi, unit gawat darurat). Tenaga medis juga diberikan salinan kewenangan klinisnya. Pembaruan informasi dikomunikasikan jika kewenangan
klinis anggota tenaga medis berubah.

TELUSUR SKOR
8). Elemen Penilaian KPS 11 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur menetapkan kewenangan klinis R : Regulasi 10
setelah mendapat rekomendasi dari komite Regulasi tentang kewenangan klinis berupa SPK 0
medik termasuk kewenangan tambahan dan RKK, serta pemberian kewenangan
dengan mempertimbangkan poin a) – j) dalam tambahan dengan pertimbangan poin a) – j)
maksud dan tujuan. dalam maksud dan tujuan
b) Ada bukti pemberian kewenangan klinis Komite medik D : Bukti I : Wawancara 10
berdasar atas rekomendasi kewenangan Bagian Kepegawaian Bukti adanya pemberian kewenangan klinis Wawancara tentang pemberian 5
klinis dari Komite Medik. Ka Unit Yanmed berdasar atas rekomendasi kewenangan klinis kewenangan klinis berdasar atas 0
dari komite medik berupa surat rekomendasi dari rekomendasi kewenangan klinis dari
Komite Medik.. komite medik.

56
c) Ada bukti pelaksanaan pemberian Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10
kewenangan tambahan setelah melakukan Bagian Kepegawaian Bukti adanya pemberian kewenangan tambahan Wawancara tentang pemberian 5
verifikasi dari sumber utama yang Ka Unit Yanmed setelah melakukan verifikasi dari sumber utama kewenangan tambahan setelah 0
mengeluarkan ijazah/sertifikat. yang mengeluarkan ijazah/sertifikat berupa melakukan verifikasi dari sumber utama
dokumen persyaratan kredensial kewenangan yang mengeluarkan ijazah/sertifikat.
tambahan..

d) Surat penugasan klinis dan rincian Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10


kewenangan klinis anggota tenaga medis Bagian Kepegawaian Bukti adanya SPK dan RKK staf medis tersedia Wawancara tentang surat penugasan 5
dalam bentuk cetak atau elektronik Ka Unit Yanmed di semua unit layanan baik berupa cetak atau soft klinis dan rincian kewenangan klinis 0
(softcopy) atau media lain tersedia di copy anggota tenaga medis dalam bentuk
semua unit pelayanan. cetak atau elektronik (softcopy) atau
media lain tersedia di semua unit
pelayanan.

e) Setiap tenaga medis hanya memberikan Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10


pelayanan klinis sesuai kewenangan klinis Bagian Kepegawaian Bukti adanya setiap tenaga medis hanya Wawancara tentang setiap tenaga medis 5
yang diberikan kepadanya Ka Unit Yanmed memberikan pelayanan klinis sesuai kewenangan hanya memberikan pelayanan klinis 0
klinis yang diberikan kepadanya beruapa sesuai kewenangan klinis yang diberikan
dokumen SPK dan RKK. kepadanya

9). Standar KPS 12


Rumah sakit menerapkan evaluasi praktik profesional berkelanjutan (OPPE) tenaga medis secara seragam untuk menilai mutu dan keselamatan serta pelayanan pasien yang diberikan
oleh setiap tenaga medis.

10). Maksud dan Tujuan KPS 12


Penjelasan istilah dan ekspektasi yang terdapat dalam standar ini adalah sebagai berikut:
a) Evaluasi praktik profesional berkelanjutan (OPPE) adalah proses pengumpulan data dan informasi secara berkesinambungan untuk menilai kompetensi klinis dan perilaku profesional
tenaga medis. Informasi tersebut akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk mempertahankan, merevisi, atau mencabut kewenangan klinis sebelum
berakhirnya siklus 3 (tiga) tahun untuk pembaruan kewenangan klinis.Pimpinan medik, kepala unit, Subkomite Mutu Profesi Komite Medik dan Ketua Kelompok Staf Medik (KSM)
bertanggung jawab mengintegrasikan data dan informasi tenaga medis dan pengambilan kesimpulan dalam memberikan penilaian. Jika terjadi kejadian insiden keselamatan pasien atau
pelanggaran perilaku etik maka dilakukan tindakan terhadap tenaga medis tersebut secara adil (just culture) berdasarkan hasil analisis terkait kejadian tersebut. Tindakan jangka
pendek dapat dalam bentuk konseling, menempatkan kewenangan tertentu di bawah supervisi, pembatasan kewenangan, atau tindakan lain untuk membatasi risiko terhadap
pasien, dan untuk meningkatkan mutu serta keselamatan pasien. Tindakan jangka panjang dalam bentuk membuat rekomendasi terkait kelanjutan keanggotaan tenaga medis dan
kewenangan klinis. Proses ini dilakukan sedikitnya setiap 3 (tiga) tahun. Monitor dan evaluasi berkelanjutan tenaga medis menghasilkan informasi kritikal dan penting terhadap proses
mempertahankan tenaga medis dan proses pemberian kewenangan klinis. Walaupun dibutuhkan 3 (tiga) tahun untuk memperpanjang keanggotaan tenaga medis dan kewenangan
kliniknya, prosesnya
dimaksudkan berlangsung sebagai proses berkelanjutan dan dinamis.

57
b) Masalah mutu dan insiden keselamatan pasien dapat terjadi jika kinerja klinis tenaga medis tidak dikomunikasikan dan dilakukan tindak lanjut.
Proses monitor penilaian OPPE tenaga medis untuk:
(1) Meningkatkan praktik individual terkait mutu dan asuhan pasien yang aman;
(2) Digunakan sebagai dasar mengurangi variasi di dalam kelompok tenaga medis (KSM) dengan cara membandingkan antara kolega, penyusunan panduan praktik klinis
(PPK), dan clinical pathway; dan
(3) Digunakan sebagai dasar memperbaiki kinerja kelompok tenaga medis/unit dengan cara membandingkan acuan praktik di luar rumah sakit, publikasi riset, dan indikator kinerja
klinis nasional bila tersedia.
Penilaian OPPE tenaga medis memuat 3 (tiga) area umum yaitu:
(1) Perilaku;
(2) Pengembangan professional; dan
(3) Kinerja klinis.
c) Perilaku tenaga medis adalah sebagai model atau mentor dalam menumbuhkan budaya keselamatan (safety culture) di rumah sakit. Budaya keselamatan ditandai dengan
partisipasi penuh semua staf untuk melaporkan bila ada insiden keselamatan pasien tanpa ada rasa takut untuk melaporkan dan disalahkan (no blame culture). Budaya keselamatan juga
sangat menghormati satu sama lain, antar kelompok profesional, dan tidak terjadi sikap saling mengganggu. Umpan balik staf dalam dapat membentuk sikap dan perilaku yang
diharapkan dapat mendukung staf medik menjadi model untuk menumbuhkan budaya aman. Evaluasi perilaku memuat:
(1) Evaluasi apakah seorang tenaga medis mengerti dan mendukung kode etik dan disiplin profesi dan rumah sakit serta dilakukan identifikasi perilaku yang dapat atau tidak dapat
diterima maupun perilaku yang mengganggu;
(2) Tidak ada laporan dari anggota tenaga medis tentang perilaku yang dianggap tidak dapat diterima atau mengganggu; dan
(3) Mengumpulkan, analisis, serta menggunakan data dan informasi berasal dari survei staf serta survei lainnya tentang budaya aman di rumah sakit.
Proses pemantauan OPPE harus dapat mengenali hasil pencapaian, pengembangan potensial terkait kewenangan klinis dari anggota tenaga medis, dan layanan yang diberikan.
Evaluasi perilaku dilaksanakan secara kolaboratif antara Subkomite Etik dan Disiplin, manajer SDM, manajer pelayanan, dan kepala unit kerja. Pengembangan profesional anggota
tenaga medis berkembang dengan menerapkan teknologi baru dan pengetahuan klinis baru. Setiap anggota tenaga medis dari segala tingkatan akan merefleksikan perkembangan dan
perbaikan pelayanan kesehatan dan praktik profesional sebagai berikut:
(1) Asuhan pasien, penyediaan asuhan penuh kasih, tepat dan efektif dalam promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, dan asuhan di akhir hidup. Alat ukurnya
adalah layanan preventif dan laporan dari pasien serta keluarga
(2) Pengetahuan medik/klinik termasuk pengetahuan biomedik, klinis, epidemiologi, ilmu pengetahuan sosial budaya, dan pendidikan kepada pasien. Alat ukurnya adalah
penerapan panduan praktik klinis (clinical practice guidelines) termasuk revisi pedoman hasil pertemuan profesional dan publikasi.
(3) Praktik belajar berdasar bukti (practice-bases learning) dan pengembangan, penggunaan bukti ilmiah dan metode pemeriksaan, evaluasi, serta perbaikan asuhan pasien berkelanjutan
berdasar atas evaluasi dan belajar terus menerus (contoh alat ukur survei klinis, memperoleh kewenangan berdasar atas studi dan keterampilan klinis baru, dan partisipasi penuh pada
pertemuan ilmiah).
(4) Kepandaian berkomunikasi antarpersonal termasuk menjaga dan meningkatkan pertukaran informasi dengan pasien, keluarga pasien, dan anggota tim layanan kesehatan yang
lain (contoh, partisipasi aktif di ronde ilmiah, konsultasi tim, dan kepemimpinan tim)
(5) Profesionalisme, janji mengembangkan profesionalitas terus menerus, praktik etik, pengertian terhadap perbedaan, serta perilaku bertanggung jawab terhadap pasien, profesi,
dan masyarakat (contoh, alat ukur: pendapat pimpinan di tenaga medis terkait isu klinis dan isu profesi, aktif membantu diskusi panel tentang etik, ketepatan waktu pelayanan di
rawat jalan maupun rawat inap, dan partisipasi di masyarakat).
(6) Praktik berbasis sistem, serta sadar dan tanggap terhadap jangkauan sistem pelayanan kesehatan yang lebih luas (contoh alat ukur: pemahaman terhadap regulasi rumah sakit
yang terkait dengan tugasnya seperti sistem asuransi medis, asuransi kesehatan (JKN), sistem kendali mutu, dan biaya. Peduli pada masalah resistensi antimikroba).

58
(7) Mengelola sumber daya, memahami pentingnya sumber daya dan berpartisipasi melaksanakan asuhan yang efisien, serta menghindari penyalahgunaan pemeriksaan untuk diagnostik
dan terapi yang tidak ada manfaatnya bagi pasien serta meningkatkan biaya pelayanan kesehatan (contoh alat ukur: berpartisipasi dalam kendali mutu dan biaya, kepedulian terhadap
biaya yang ditanggung pasien, serta berpatisipasi dalam proses seleksi pengadaan)
(8) Sebagai bagian dari proses penilaian, proses pemantauan dan evaluasi berkelanjutan, serta harus mengetahui kinerja anggota tenaga medis yang relevan dengan potensi pengembangan
kemampuan profesional tenaga medis
Proses pemantauan OPPE tenaga medis harus dapat menjadi bagian dari proses peninjauan kinerja tenaga medis terkait dengan upaya mendukung budaya keselamatan.
Penilaian atas informasi bersifat umum berlaku bagi semua anggota tenaga medis dan juga tentang informasi spesifik terkait kewenangan anggota tenaga medis dalam memberikan
pelayanannya. Rumah sakit mengumpulkan berbagai data untuk keperluan manajemen, misalnya membuat laporan ke pimpinan rumah sakit tentang alokasi sumber daya atau sistem
pembiayaan rumah sakit. Agar bermanfaat bagi evaluasi berkelanjutan seorang tenaga medis maka sumber data rumah sakit :
(1) Harus dikumpulkan sedemikian rupa agar teridentifikasi tenaga medis yang berperan terkait dengan praktik klinis seorang anggota tenaga medis; dan
(2) Dapat menjadi rujukan (kaji banding) di dalam KSM/Unit layanan atau di luarnya untuk mengetahui pola individu tenaga medis Sumber data potensial seperti itu misalnya
adalah lama hari rawat (length of stay), frekuensi (jumlah pasien yang ditangani), angka kematian, pemeriksaan diagnostik, pemakaian darah, pemakaian obat-obat tertentu, angka
ILO, dan lain sebagainya. Pemantauan dan evaluasi anggota tenaga medis berdasar atas berbagai sumber data termasuk data cetak, data elektronik, observasi dan, interaksi
teman sejawat. Simpulan proses monitor dan evaluasi anggota tenaga medis:
1) Jenis anggota tenaga medis, jenis KSM, jenis unit layanan terstandar
2) Data pemantauan dan informasi dipergunakan untuk perbandingan internal, mengurangi variasi perilaku, serta pengembangan profesional dan hasil klinis;
3) Data monitor dan informasi dipergunakan untuk melakukan perbandingan eksternal dengan praktik berdasar bukti (evidence based practice) atau sumber rujukan tentang data dan
informasi hasil klinis;
4) Dipimpin oleh ketua KSM/unit layanan, manajer medis, atau unit kajian tenaga medis; dan
5) Pemantauan dan evaluasi terhadap kepala bidang pelayanan dan kepala KSM oleh profesional yang kompeten
Kebijakan rumah sakit mengharuskan ada tinjauan (review) paling sedikit selama 12 (dua belas) bulan. Review dilakukan secara kolaborasi di antaranya oleh kepala KSM/unit
layanan, kepala bidang pelayanan medis, Subkomite Mutu Profesi Komite Medik, dan bagian IT. Temuan, simpulan, dan tindakan yang dijatuhkan atau yang direkomendasikan
dicatat di file praktisi serta tercermin di kewenangan kliniknya. Pemberitahuan diberikan kepada tempat di tempat praktisi memberikan layanan. Informasi yang dibutuhkan untuk
tinjauan ini dikumpulkan dari internal dan dari pemantauan serta evaluasi berkelanjutan setiap anggota staf termasuk juga dari sumber luar seperti organisasi profesi atau sumber
instansi resmi. File kredensial dari seorang anggota tenaga medis harus menjadi sumber informasi yang dinamis dan selalu ditinjau secara teratur. Contohnya, jika seorang anggota staf
menyerahkan sertifikat kelulusan sebagai hasil dari pelatihan spesialisasi khusus maka kredensial baru ini harus diverifikasi segera dari sumber yang mengeluarkan sertifikat. Sama
halnya, jika instansi dari luar (MKEK/MKDKI) menyelidiki kejadian sentinel terkait seorang anggota tenaga medis dan memberi sanksi maka informasi ini harus digunakan untuk evaluasi
muatan kewenangan klinis anggota tenaga medis. Untuk menjamin bahwa file tenaga medis lengkap dan akurat, file diperiksa paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali dan ada catatan di file
tindakan yang diberikan atau tindakan yang tidak diperlukan sehingga penempatan tenaga medis dapat berlanjut. Pertimbangan untuk merinci kewenangan klinis waktu penempatan
kembali sebagai berikut:
1) Anggota tenaga medis dapat diberikan kewenangan klinis tambahan berdasar atas pendidikan dan pelatihan lanjutan. Pendidikan dan pelatihan diverifikasi dari sumber utamanya.
Pemberian penuh kewenangan klinis tambahan mungkin ditunda sampai proses verifikasi lengkap atau jika dibutuhkan waktu harus dilakukan supervisi sebelum
kewenangan klinis diberikan.Contoh, jumlah kasus yang harus disupervisi dari kardiologi intervensi;
2) Kewenangan klinis anggota tenaga medis dapat dilanjutkan, dibatasi, atau dihentikan berdasar: hasil dari proses tinjauan praktik profesional berkelanjutan;
3) Pembatasan kewenangan klinik dari organisasi profesi, KKI, MKEK, MKDKI, atau badan resmi lainnya;
4) Temuan rumah sakit dari hasil evaluasi kejadian sentinel atau kejadian lain; kesehatan tenaga medis; dan/atau
5) Permintaan tenaga medis.

59
TELUSUR
11). Elemen Penilaian KPS 12 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
1) Rumah sakit telah menetapkan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
menerapkan proses penilaian kinerja untuk Komite Medik Regulasi tentang proses penilaian kinerja untuk Wawancara tentang proses penilaian 5
evaluasi mutu praktik profesional Ka Unit Yanmed evaluasi mutu praktik profesional berkelanjutan, kinerja untuk evaluasi mutu praktik 0
berkelanjutan, etik, dan disiplin (OPPE) Komite/tim Mutu etik, dan disiplin (OPPE) tenaga medis profesional berkelanjutan, etik, dan
tenaga medis D : Bukti disiplin (OPPE) tenaga medis
Bukti adanya laporan penerapan penilaian
kinerja untuk evaluasi mutu praktik profesional
berkelanjutan, etik, dan disiplin (OPPE) tenaga
medis
2) Penilaian OPPE tenaga medis memuat 3 Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
(tiga) area umum 1) –3) dalam maksud Komite Medik Bukti adanya penialaian OPPE yang memuat Wawancara tentang Regulasi tentang 5
dan tujuan. Ka Unit Yanmed memuat 3 (tiga) area umum 1) –3) dalam penilaian OPPE tenaga medis memuat 3 0
Komite/tim Mutu maksud dan tujuan. (tiga) area umum 1) –3) dalam maksud
dan tujuan.
3) Penilaian OPPE juga meliputi peran tenaga Komite Medik B : Bukti I : Wawancara 10
medis dalam pencapaian target indikator mutu Ka Unit Yanmed Bukti adanya penilaian OPPE juga meliputi Wawancara tentang penilaian OPPE juga 5
yang diukur di unit tempatnya bekerja. Komite/tim Mutu peran tenaga medis dalam pencapaian target meliputi peran tenaga medis dalam 0
indikator mutu yang diukur di unit tempatnya pencapaian target indikator mutu yang
bekerja diukur di unit tempatnya bekerja.

4) Data dan informasi hasil pelayanan klinis dari Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10
tenaga medis dikaji secara objektif dan Ka Unit Yanmed Bukti adanya laporan pengkajian secara obyektif Wawancara tentang data dan informasi 5
berdasar atas bukti, jika memungkinkan Komite/tim Mutu dan berdasar atas bukti, jika memungkinkan hasil pelayanan klinis dari tenaga 0
dilakukan benchmarking dengan pihak dilakukan benchmarking dengan pihak eksternal medis dikaji secara objektif dan berdasar
eksternal rumah sakit. rumah sakit. atas bukti, jika memungkinkan
dilakukan
benchmarking dengan pihak eksternal
rumah sakit.
5) Data dan informasi hasil pemantauan kinerja Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10
tenaga medis sekurang-kurangnya setiap 12 Ka Unit Yanmed Bukti adanya hasil pemantauan kinerja tenaga Wawancara tentang hasil pemantauan 5
(dua belas) bulan dilakukan oleh kepala unit, Komite/tim Mutu medis sekurang-kurangnya setiap 12 (dua belas) kinerja tenaga medis sekurang- 0
kepala kelompok tenaga medis, Subkomite bulan dilakukan oleh kepala unit, kepala kurangnya setiap 12 (dua belas) bulan
Mutu Profesi Komite Medik dan pimpinan kelompok tenaga medis, Subkomite Mutu Profesi dilakukan oleh kepala unit, kepala
pelayanan medis. Hasil, simpulan, dan Komite Medik dan pimpinan pelayanan medis. kelompok tenaga medis, Subkomite
tindakan didokumentasikan di dalam file Mutu Profesi Komite Medik dan
kredensial tenaga medis tersebut pimpinan pelayanan medis.

60
6) Jika terjadi kejadian insiden keselamatan Komite Medik D : Regulasi I : Wawancara 10
pasien atau pelanggaran perilaku etik maka Ka Unit Yanmed Regulasi tentang kejadian insiden keselamatan Wawancara tentang pelaksanaan 5
dilakukan tindakan terhadap tenaga medis Komite/tim Mutu pasien atau pelanggaran perilaku etik maka tindakan terhadap tenaga medis secara 0
tersebut secara adil (just culture) dilakukan tindakan terhadap tenaga medis adil (just culture) berdasarkan hasil
berdasarkan hasil analisis terkait kejadian tersebut secara adil (just culture) berdasarkan analisis terkait kejadian insiden
tersebut. hasil analisis terkait kejadian tersebut. keselamatan pasien atau pelanggaran
D : Bukti perilaku etik
Bukti adanya dokumen pelaksanaan tindakan
terhadap tenaga medis jika terjadi kejadian
insiden keselamatan pasien atau pelanggaran
perilaku etik
7) Bila ada temuan yang berdampak pada Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10
pemberian kewenangan tenaga medis, Ka Unit Bukti biala ada temuan yang berdampak pada Wawancara tentang perubahan 5
temuan tersebut didokumentasi ke dalam file Yanmed pemberian kewenangan tenaga medis, temuan pemberian kewenangan tenaga medis 0
tenaga medis dan diinformasikan serta Bagian Kepegawaian tersebut didokumentasi ke dalam file tenaga dan tersedia di unit tempat tenaga
disimpan di unit tempat tenaga medis medis dan diinformasikan serta disimpan di medis memberikan pelayanan
memberikan pelayanan unit tempat tenaga medis memberikan

12). Standar KPS 13


Rumah sakit paling sedikit setiap 3 (tiga) tahun melakukan rekredensial berdasarkan hasil penilaian praktik profesional berkelanjutan (OPPE) terhadap setiap semua tenaga medis
rumah sakit untuk menentukan apabila tenaga medis dan kewenangan klinisnya dapat dilanjutkan dengan atau tanpa modifikasi.

13). Maksud dan Tujuan KPS 13


Penjelasan istilah dan ekspektasi yang ditemukan dalam standar-standar ini adalah sebagai berikut:
a) Rekredensial/penugasan kembali merupakan proses peninjauan, sedikitnya dilakukan setiap 3 (tiga) tahun, terhadap file tenaga medis untuk verifikasi:
1) Kelanjutan izin (license);
2) Apakah anggota tenaga medis tidak terkena tindakan etik dan disiplin dari MKEK dan MKDKI;
3) Apakah tersedia dokumen untuk mendukung penambahan kewenangan klinis atau tanggung jawab di rumah sakit; dan
4) Apakah anggota tenaga medis mampu secara fisik dan mental memberikan asuhan dan pengobatan tanpa supervisi.
Informasi untuk peninjauan ini dikumpulkan dari sumber internal, penilaian praktik profesional berkelanjutan tenaga medis (OPPE), dan juga dari sumber eksternal seperti organisasi
profesi atau sumber instansi resmi. File kredensial dari seorang anggota tenaga medis harus menjadi sumber informasi yang dinamis dan selalu ditinjau secara teratur. Sebagai
contoh, ketika anggota tenaga medis mendapatkan sertifikat pencapaian berkaitan dengan peningkatan gelar atau pelatihan spesialistis lanjutan, kredensial yang baru segera diverifikasi dari
sumber yang mengeluarkan. Demikian pula ketika badan luar melakukan investigasi tentang kejadian sentinel yang berkaitan dengan anggota tenaga medis dan mengenakan sanksi,
informasi ini harus segera digunakan untuk evaluasi ulang kewenangan klinis anggota tenaga medis tersebut. Untuk memastikan berkas tenaga medis lengkap dan akurat, berkas
ditinjau sedikitnya setiap 3 (tiga) tahun, dan terdapat catatan dalam berkas yang menunjukkan tindakan yang telah dilakukan atau bahwa tidak diperlukan tindakan apa pun dan
pengangkatan tenaga medis dilanjutkan.
Misalnya, jika seorang tenaga medis menyerahkan sertifikat kelulusan sebagai hasil dari pelatihan spesialisasi khusus, kredensial baru ini harus diverifikasi segera dari sumber yang
mengeluarkan sertifikat. Sama halnya, jika instansi dari luar (MKEK/MKDKI) menyelidiki kejadian sentinel pada seorang tenaga medis dan memberi sanksi maka informasi ini
harus

61
digunakan untuk penilaian kewenangan klinis tenaga medis tersebut. Untuk menjamin bahwa file tenaga medis lengkap dan akurat, file diperiksa paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali
dan ada kesimpulan hasil peninjauan di file berupa tindakan yang akan dilakukan atau tindakan tidak diperlukan sehingga penempatan tenaga medis dapat dilanjutkan.
Pertimbangan untuk memberikan kewenangan klinis saat rekredensial/penugasan kembali mencakup halhal berikut:
1) Tenaga medis dapat diberikan kewenangan tambahan berdasarkan pendidikan dan pelatihan lanjutan. Pendidikan dan pelatihan telah diverifikasi dari Badan/Lembaga/Institusi
penyelenggara pendidikan atau pelatihan. Pelaksanaan kewenangan tambahan dapat ditunda sampai proses verifikasi selesai atau sesuai ketentuan rumah sakit terdapat periode waktu
persyaratan untuk praktik di bawah supervisi sebelum pemberian kewenangan baru diberikan secara mandiri; misalnya jumlah kasus yang harus disupervisi dari kardiologi intervensi;
2) Kewenangan tenaga medis dapat dilanjutkan, dibatasi, dikurangi, atau dihentikan berdasarkan:
(a) Hasil evaluasi praktik profesional berkelanjutan (OPPE);
(b) Batasan kewenangan yang dikenakan kepada staf oleh organisasi profesi, KKI, MKEK, MKDKI, atau badan resmi lainnya;
(c) Temuan rumah sakit dari analisis terhadap kejadian sentinel atau kejadian lainnya;
(d) Status kesehatan tenaga medis; dan/atau
(e) Permintaan dari tenaga medis.
TELUSUR
14). Elemen Penilaian KPS 13 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Berdasarkan penilaian praktik profesional Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10
berkelanjutan tenaga medis, rumah sakit Ka Unit Bukti adanya penilaian praktik profesional Wawancara tentang pelaksanaan 5
menentukan sedikitnya setiap 3 (tiga) tahun, Yanmed berkelanjutan tenaga medis, rumah sakit rekredensial tenaga medissetiap 3 0
apakah kewenangan klinis tenaga medis dapat Bagian Kepegawaian menentukan sedikitnya setiap 3 (tiga) tahun, (tiga) tahun yang didasarkan pada
dilanjutkan dengan atau tanpa modifikasi apakah kewenangan klinis tenaga medis dapat OPPE
(berkurang atau bertambah). dilanjutkan dengan atau tanpa modifikasi
(berkurang atau bertambah) berupa hasil
rekredensial tenaga medis.

b) Terdapat bukti terkini dalam berkas setiap Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10
tenaga medis untuk semua kredensial yang Ka Unit Bukti dalam berkas tenaga medis dalam Wawancara tentang berkas rekredensial 5
perlu diperbarui secara periodik. Yanmed file kepegawaian tersimpan berkas setiap di dalam file kepegawaian 0
Bagian Kepegawaian tenaga medis untuk semua rekredensial

c) Ada bukti pemberian kewenangan klinis Komite Medik D : Bukti I : Wawancara 10


tambahan didasarkan atas kredensial yang Ka Unit Bukti adanya pemberian kewenangan klinis Wawancara tentang pemberian 5
telah diverifikasi dari sumber Yanmed tambahan didasarkan atas kredensial yang telah kewenangan klinis tambahan didasarkan 0
Badan/Lembaga/Institusi penyelenggara Bagian Kepegawaian diverifikasi dari sumber Badan/Lembaga/Institusi atas kredensial yang telah diverifikasi
pendidikan atau pelatihan. sesuai dengan penyelenggara pendidikan atau pelatihan. dari sumber Badan/Lembaga/Institusi
peraturan perundang-undangan. penyelenggara pendidikan atau
pelatihan.

62
e. Tenaga Keperawatan
1). Standar KPS 14
Rumah sakit mempunyai proses yang efektif untuk melakukan kredensial tenaga perawat dengan mengumpulkan, verifikasi pendidikan, registrasi, izin, kewenangan, pelatihan, dan
pengalamannya.
2). Maksud dan Tujuan KPS 14
Rumah sakit perlu memastikan untuk mempunyai tenaga perawat yang kompeten sesuai dengan misi, sumber daya, dan kebutuhan pasien. Tenaga perawat bertanggungjawab untuk
memberikan asuhan keperawatan pasien secara langsung. Sebagai tambahan, asuhan keperawatan memberikan kontribusi terhadap outcome pasien secara keseluruhan. Rumah sakit
harus memastikan bahwa perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan dan harus spesifik terhadap jenis asuhan keperawatan sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
Rumah sakit memastikan bahwa setiap perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan, baik mandiri, kolaborasi, delegasi, serta mandat kepada pasien secara aman
dan efektif dengan cara:
a) Memahami peraturan dan perundang-undangan terkait perawat dan praktik keperawatan;
b) Melakukan kredensial terhadap semua bukti pendidikan, pelatihan, pengalaman, informasi yang ada pada setiap perawat, sekurang-kurangnya meliputi:
1) Bukti pendidikan, registrasi, izin, kewenangan, pelatihan, serta pengalaman terbaru dan diverifikasi dari sumber aslinya;
2) Bukti kompetensi terbaru melalui informasi dari sumber lain di tempat perawat pernah bekerja sebelumnya; dan
3) Surat rekomendasi dan/atau informasi lain yang mungkin diperlukan rumahsakit, antara lain riwayat kesehatan dan sebagainya.
c) Rumah sakit perlu melakukan setiap upaya untuk memverifikasi informasi penting dari berbagai sumber utama dengan jalan mengecek ke website resmi institusi pendidikan pelatihan
melalui email dan surat tercatat.Pemenuhan standar mensyaratkan verifikasi sumber utama dilaksanakan untuk perawat yang akan dan sedang bekerja. Bila verifikasi tidak mungkin
dilakukan seperti hilang karena bencana atau sekolahnya tutup maka hal ini didapatkan dari sumber resmi lain.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian KPS 14 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
menerapkan proses kredensial yang efektif Komite Keperawatan Regulasi tentang proses kredensial terhadap Wawancara tentang proses kredensial 5
terhadap tenaga perawat meliputi poin a)– c) Bagian Kepegawaian tenaga perawat yang efektif meliputi poin a)– c) terhadap tenaga perawat 0
dalam maksud dan tujuan. dalam maksud dan tujuan.
A : Acuan
PERMENKES No. 49 tahun 2013 tentang
Komite Keperawatan
D : Bukti
Bukti penerapan proses kredensial yang efektif
terhadap tenaga perawat meliputi poin a)– c)
dalam maksud dan tujuan (UMAN).
b) Tersedia bukti dokumentasi pendidikan, Komite Keperawatan D : Bukti I : Observasi 10
registrasi, sertifikasi, izin, pelatihan, dan Bagian Kepegawaian Bukti adanya dokumentasi pendidikan, registrasi, I : Wawancara 5
pengalaman yang terbaharui di file tenaga sertifikasi, izin, pelatihan, dan pengalaman yang Observasi/wawancara tentang file 0
perawat. terbaharui di dalam file tenaga perawat kepegawaian tenaga perawat

63
c) Terdapat pelaksanaan verifikasi ke sumber Komite Keperawatan D : Bukti I : Wawancara 10
Badan/Lembaga/Institusi penyelenggara Bagian Kepegawaian Bukti adanya pelaksanaan verifikasi ke Wawancara tentang pelaksanaan 5
pendidikan/ pelatihan yang seragam. sumber Badan/Lembaga/Institusi verifikasi ke sumber 0
penyelenggara pendidikan/ pelatihan yang Badan/Lembaga/Institusi penyelenggara
seragam pendidikan/ pelatihan yang seragam
d) Terdapat bukti dokumen kredensial yang Bagian Kepegawaian D : Bukti I : Wawancara 10
dipelihara pada setiap tenaga perawat. Bukti adanya dokumen kredensial yang Wawancara tentang dokumen kredensial 5
dipelihara pada setiap tenaga perawat yang terbaru bagi setiap tenaga perawat 0

e) Rumah sakit menerapkan proses untuk Komite Keperawatan D : Bukti I : Wawancara 10


memastikan bahwa kredensial perawat Bagian Kepegawaian Bukti adanya dokumen kredensial perawat Wawancara tentang kredensial perawat 5
kontrak lengkap sebelum penugasan. kontrak sudah lengkap sebelum diberikan kontrak lengkap sebelum penugasan 0
penugasan (perhatikan tanggalnya)
4). Standar KPS 15
Rumah sakit melakukan identifikasi tanggung jawab pekerjaan dan memberikan penugasan klinis berdasar atas hasil kredensial tenaga perawat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

5). Maksud dan Tujuan KPS 15


Hasil kredensial perawat berupa rincian kewenangan klinis menjadi landasan untuk membuat surat penugasan klinis kepada tenaga perawat.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian KPS 15 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan rincian Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
kewenangan klinis perawat berdasar hasil Komite Keperawatan Regulasi tentang rincian kewenangan klinis Wawancara tentang penetapan RKK 5
kredensial terhadap perawat. Bagian Kepegawaian (RKK) perawat berdasar hasil kredensial tenaga perawat 0
terhadap tenaga perawat.
D : Bukti
Bukti adanya rincian kewenangan klinis (RKK)
perawat berdasar hasil kredensial
b) Rumah sakit telah menetapkan Surat Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
Penugasan Klinis tenaga perawat sesuai Komite Keperawatan Regulasi tentang penetapan Surat Penugasan Wawancara tentang penetapan SPK 5
dengan peraturan perundangundangan. Bagian Kepegawaian Klinis (SPK) tenaga perawat tenaga perawat 0
D : Bukti
Bukt adanya penetapan Surat Penugasan Klinis
(SPK) tenaga perawat

64
7). Standar KPS 16
Rumah sakit telah melakukan penilaian kinerja tenaga perawat termasuk perannya dalam kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta program manajemen risiko rumah
sakit.

8). Maksud dan Tujuan KPS 16


Peran klinis tenaga perawat sangat penting dalam pelayanan pasien sehingga mengharuskan perawat berperan secara proaktif dalam program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien serta program manajemen risiko rumah sakit. Rumah sakit melakukan penilaian kinerja tenaga perawat secara periodik menggunakan format dan metode sesuai ketentuan yang
ditetapkan rumah sakit. Bila ada temuan dalam kegiatan peningkatan mutu, laporan insiden keselamatan pasien atau manajemen risiko maka Pimpinan rumah sakit dan kepala unit
akan mempertimbangkan secara adil (just culture) dengan melihat laporan mutu atau hasil Root Cause Analysis (RCA) sejauh mana peran perawat yang terkait kejadian tersebut. Hasil
kajian,
tindakan yang diambil, dan setiap dampak atas tanggung jawab pekerjaan didokumentasikan dalam file kredensial perawat tersebut atau file lainnya.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian KPS 16 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melakukan penilaian kinerja Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
tenaga perawat secara periodik Komite Keperawatan Bukti adanya dokumen penilaian kinerja tenaga I : Wawancara 5
menggunakan format dan metode sesuai Bagian Kepegawaian perawat secara periodik Observassi/wawancara teantang 0
ketentuan yang ditetapkan rumah sakit. penilaian kinerja tenaga perawat secara
periodik
b) Penilaian kinerja tenaga perawat meliputi Bagian Kepegawaian D : Regulasi I : Wawancara 10
pemenuhan uraian tugasnya dan perannya Kepala Unit Yanmed Regulasi tentang penilaian kinerja tenaga perawat Wawancara tentang pelaksanaan 5
dalam pencapaian target indikator mutu yang Komite/tim Mutu meliputi pemenuhan uraian tugasnya dan penilaian kinerja tenaga perawat 0
diukur di unit tempatnya bekerja. perannya dalam pencapaian target indikator mutu
yang diukur di unit tempatnya bekerja.
D : Bukti
Bukti pelaksanaan penilaian kinerja tenaga
perawat meliputi:
- Pemenuhan uraian tugasnya
- Perannya dalam pencapaian target indikator
mutu yang diukur di unit tempatnya bekerja

c) Pimpinan rumah sakit dan kepala unit telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
berlaku adil (just culture) ketika ada temuan Bagian Kepegawaian Bukti bahwa pimpinan rumah sakit / Kepala Unit Wawancara tentang proses tindak lanjut 5
dalam kegiatan peningkatan mutu, laporan Komite/tim Mutu menindak lanjuti jika ada temuan yang jika ada temuan yang berhubungan 0
insiden keselamatan pasien atau manajemen berhubungan dengan peningkatan mutu, laporan dengan peningkatan mutu, laporan
risiko. insiden keselamatan pasien atau manajemen insiden keselamatan pasien atau
risiko yang dilakukan perawat telah berlaku adil manajemen risiko yang dilakukan
perawat.

65
d) Rumah sakit telah mendokumentasikan hasil Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
kajian, tindakan yang diambil, dan setiap Komite Keperawatan Bukti dalam file kredensial perawat yang telah Wawancara tentang hasil kajian, 5
dampak atas tanggung jawab pekerjaan didokumentasikan hasil kajian, tindakan yang tindakan yang diambil, dan setiap 0
perawat dalam file kredensial perawat. diambil, dan setiap dampak atas tanggung jawab dampak atas tanggung jawab pekerjaan
pekerjaan perawat perawat dalam file kredensial perawat.

f. Tenaga Kesehatan Lainnya


1). Standar KPS 17
Rumah sakit mempunyai proses yang efektif untuk melakukan kredensial tenaga kesehatan lain dengan mengumpulkan dan memverifikasi pendidikan, registrasi, izin, kewenangan,
pelatihan, dan pengalamannya
2). Maksud dan Tujuan KPS 17
Rumah sakit perlu memastikan bahwa tenaga kesehatan lainnya kompeten sesuai dengan misi, sumber daya, dan kebutuhan pasien. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang
bertanggungjawab memberikan asuhan pasien secara langsung termasuk bidan, nutrisionis, apoteker, fisioterapis, teknisi transfusi darah, penata anestesi, dan lainnya. sedangkan staf klinis
adalah adalah staf yang menempuh pendidikan profesi maupun vokasi yang tidak memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien. Rumah sakit memastikan bahwa PPA dan
staf klinis lainnya berkompeten dalam memberikan asuhan aman dan efektif kepada pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan:
a) Memahami peraturan dan perundang-undangan terkait tenaga kesehatan lainnya
b) Mengumpulkan semua kredensial yang ada untuk setiap profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya sekurang-kurangnya meliputi:
1) bukti pendidikan, registrasi, izin, kewenangan, pelatihan, dan pengalaman terbaru serta diverifikasi dari sumber aslinya;
2) bukti kompetensi terbaru melalui informasi dari sumber lain di tempat tenaga kesehatan lainnya pernah bekerja sebelumnya; dan\
3) surat rekomendasi dan/atau informasi lain yang mungkin diperlukan rumah sakit, antara lain riwayat kesehatan dan sebagainya
b) Melakukan setiap upaya memverifikasi informasi penting dari berbagai sumber dengan jalan mengecek ke website resmi dari institusi pendidikan pelatihan melalui email dan
surat tercatat. Pemenuhan standar mensyaratkan verifikasi sumber aslinya dilaksanakan untuk tenaga kesehatan lainnya yang akan dan sedang bekerja. Bila verifikasi tidak
mungkin dilakukan seperti hilangnya dokumen karena bencana atau sekolahnya tutup maka hal ini dapat diperoleh dari sumber resmi lain. File kredensial setiap tenaga kesehatan
lainnya harus tersedia dan dipelihara serta diperbaharui secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian KPS 17 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : wawancara 10
menerapkan proses kredensial yang efektif Komite Nakes Lain Regulasi tentang proses kredensial terhadap Wawancara tentang proses kredensial 5
terhadap tenaga Kesehatan lainnya meliputi Bagian Kepegawaian tenaga kesehatan lainnya meliputi poin a) – c) terhadap tenaga kesehatan lainnya 0
poin a) – c) dalam maksud dan tujuan. dalam maksud dan tujuan.
D : Bukti
Bukti adanya pelaksanaan proses kredensial yang
efektif terhadap tenaga kesehatan lainnya
meliputi poin a) - c) dalam maksud dan
tujuan (UMAN).

66
b) Tersedia bukti dokumentasi pendidikan, Pimpinan RS D : Bukti I : wawancara 10
registrasi, sertifikasi, izin, pelatihan, dan Komite Nakes Lain Bukti adanya dokumentasi pendidikan, registrasi, Wawancara tentang dokumentasi 5
pengalaman yang terbaharui di file tenaga Bagian Kepegawaian sertifikasi, izin, pelatihan, dan pengalaman yang pendidikan, registrasi, sertifikasi, izin, 0
Kesehatan lainnya. terbaharui di dalam file tenaga kesehatan lainnya pelatihan, dan pengalaman yang
terbaharui di dalam file tenaga kesehatan
lainnya
c) Terdapat pelaksanaan verifikasi ke sumber Pimpinan RS D : Bukti I : wawancara 10
Badan/Lembaga/institusi penyelenggara Komite Nakes Lain Bukti adanya pelaksanaan verifikasi ke sumber Wawancara tentang pelaksanaan 5
pendidikan/ pelatihan yang seragam. Bagian Kepegawaian Badan/Lembaga/institusi penyelenggara verifikasi ke sumber 0
pendidikan/ pelatihan yang seragam Badan/Lembaga/institusi penyelenggara
pendidikan/ pelatihan yang seragam
d) Terdapat dokumen kredensial yang dipelihara Pimpinan RS D : Bukti I : wawancara 10
dari setiap tenaga kesehatan lainnya. Komite Nakes Lain Bukti adanya dokumen kredensial nakes lainnya Wawancara tentang dokumen kredensial 5
Bagian Kepegawaian yang terbaru nakes lainnya yang terbaru 0

4). Standar KPS 18


Rumah sakit melakukan identifikasi tanggung jawab pekerjaan dan memberikan penugasan klinis berdasar atas hasil kredensial tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

5). Maksud dan Tujuan KPS 18


Rumah sakit mempekerjakan atau dapat mengizinkan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan dan pelayanan kepada pasien atau berpartisipasi dalam proses asuhan pasien.
Bila Tenaga kesehatan lainnya tersebut yang diizinkan bekerja atau berpraktik di rumah sakit maka rumah sakit bertanggungjawab untuk melakukan proses kredensialing.

TELUSUR
6)Elemen Penilaian KPS 18 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan rincian Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
kewenangan klinis profesional pemberi Komite Nakes Lain Regulasi tentang rincian kewenangan klinis Wawancara tentang penetapan rincian 5
asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya Bagian Kepegawaian (RKK) PPA dan staf klinis lainnya berdasar hasil kewenangan klinis (RKK) PPA dan staf 0
berdasar atas hasil kredensial tenaga kredensial klinis lainnya berdasar hasil kredensial
Kesehatan lainnya
D : Bukti
Bukti adanya penetapan rincian kewenangan
klinis (RKK) PPA dan staf klinis lainnya
berdasar hasil kredensial

67
b) Rumah sakit telah menetapkan surat Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
penugasan klinis kepada tenaga kesehatan Komite Nakes Lain Regulasi tentang surat penugasan klinis kepada Wawancara tentang penetapan surat 5
lainnya sesuai dengan peraturan perundang- Bagian Kepegawaian tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan peraturan penugasan klinis kepada tenaga 0
undangan. perundang-undangan kesehatan lainnya sesuai dengan
D : Bukti peraturan perundang-undangan
Bukti adanya penetapan surat penugasan klinis
kepada tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
7). Standar KPS 19
Rumah sakit telah melakukan penilaian kinerja tenaga Kesehatan lainnya termasuk perannya dalam kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta program manajemen
risiko rumah sakit.

8). Maksud dan Tujuan KPS 19


Peran klinis tenaga Kesehatan lainnya sangat penting dalam pelayanan pasien sehingga mengharuskan mereka berperan secara proaktif dalam program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien serta program manajemen risiko rumah sakit. Rumah sakit melakukan penilaian kinerja tenaga Kesehatan lainnya secara periodik menggunakan format dan metode sesuai ketentuan
yang ditetapkan rumah sakit. Bila ada temuan dalam kegiatan peningkatan mutu, laporan insiden keselamatan pasien atau manajemen risiko maka Pimpinan rumah sakit dan kepala
unit akan mempertimbangkan secara adil (just culture) dengan melihat laporan mutu atau hasil root cause analysis (RCA) sejauh mana peran tenaga Kesehatan lainnya yang terkait
kejadian tersebut.
Hasil kajian, tindakan yang diambil, dan setiap dampak atas tanggung jawab pekerjaan didokumentasikan dalam file kredensial tenaga Kesehatan lainnya tersebut atau file lainnya.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian KPS 19 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melakukan penilaian kinerja Ka Unit Yanmed D : Bukti I : Wawancara 10
tenaga Kesehatan lainnya secara periodik Bagian Kepegawaian Bukti adanya penilaian kinerja tenaga kesehatan Wawancara tentang proses penilaian 5
menggunakan format dan metode sesuai lainnya secara periodik menggunakan format dan kinerja nakes lainnya 0
ketentuan yang ditetapkan rumah sakit. metode sesuai regulasi RS
b) Penilain kinerja tenaga kesehatan lainnya Ka Unit Pelayanan D : Regulasi I : Wawancara 10
meliputi pemenuhan uraian tugasnya dan Bagian Kepegawaian Regulasi tentang penilaian kinerja tenaga Wawancara tentang penilain kinerja 5
perannya dalam pencapaian target indikator Komite/tim Mutu kesehatan lainnya (staf klinis) meliputi tenaga Kesehatan lainnya meliputi 0
mutu yang diukur di unit tempatnya bekerja. pemenuhan uraian tugasnya dan perannya dalam pemenuhan uraian tugasnya dan
pencapaian target indikator mutu yang diukur di perannya dalam pencapaian target
unit tempatnya bekerja. indikator mutu yang diukur di unit
tempatnya bekerja.
D : Bukti
Bukti adanya pelaksanaan penilaian kinerja
tenaga kesehatan lainnya (staf klinis) meliputi
pemenuhan uraian tugasnya dan perannya dalam
pencapaian target indikator mutu yang diukur di
unit tempatnya bekerja.

68
c) Pimpinan rumah sakit dan kepala unit telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
berlaku adil (just culture) ketika ada temuan Ka Unit Yanmed Bukti adanya tindak lanjut lanjut jika ada temuan Wawancara tentang Pimpinan rumah 5
dalam kegiatan peningkatan mutu, laporan Komite/tim Mutu yang berhubungan dengan peningkatan mutu, sakit dan kepala unit telah berlaku 0
insiden keselamatan pasien atau manajemen laporan insiden keselamatan pasien atau adil (just culture) ketika ada temuan
risiko manajemen risiko yang dilakukan tenaga dalam kegiatan peningkatan mutu,
kesehatan laiinya dari Pimpinan RS / Kepala laporan insiden keselamatan pasien
Unit telah berlaku adil (just culture) atau
manajemen risiko.
d) Rumah sakit telah mendokumentasikan hasil Komite Nakes Lainnya D : Bukti I : wawancara 10
kajian, tindakan yang diambil, dan setiap Bagian Kepegawaian Bukti dalam file kredensial telah Wawancara tentang pendokumentasian 5
dampak atas tanggung jawab pekerjaan tenaga Komite/tim Mutu didokumentasikan hasil kajian, tindakan yang hasil kajian, tindakan yang diambil, dan 0
kesehatan dalam file kredensial tenaga diambil, dan setiap dampak atas tanggung jawab setiap dampak atas tanggung jawab
kesehatan lainnya. pekerjaan tenaga kesehatan lainnya pekerjaan tenaga kesehatan.

3. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

a. Kepemimpinan dan Perencanaan


1). Standar MFK 1
Rumah sakit mematuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bangunan, prasarana dan peralatan medis rumah sakit
2). Maksud dan Tujuan MFK 1
Rumah sakit harus mematuhi peraturan perundangundangan termasuk mengenai bangunan dan proteksi kebakaran. Rumah sakitselalu menjaga fasilitas fisik dan lingkungan yang dimiliki
dengan melakukan inspeksi fasilitas secara berkala dan secara proaktif mengumpulkan data serta membuat strategi untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kualitas fasilitas keselamatan,
kesehatan dan keamanan lingkungan pelayanan dan perawatan serta seluruh area rumah sakit. Pimpinan rumah sakit dan penanggung jawab fasilitas keselamatan rumah sakit bertanggung
jawab untuk mengetahui dan menerapkan hukum dan peraturan perundangan, keselamatan gedung dan kebakaran, dan persyaratan lainnya,seperti perizinan dan lisensi/sertifkat yang masih
berlaku untuk fasilitas rumah sakit dan mendokumentasikan semua buktinya secara lengkap. Perencanaan dan penganggaran untuk penggantian atau peningkatan fasilitas,sistem, dan
peralatan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan yang berlaku atau seperti yang telah diidentifikasi berdasarkan pemantauan atau untuk memenuhi persyaratan yang berlaku dapat
memberikan bukti pemeliharaan dan perbaikan
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulasi terkait D : Regulasi 10
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Regulasi tentang manajemen Fasilitas dan 0
yang meliputi poin a) – j) pada gambaran Keselamatan (MFK) yang meliputi poin a) –
umum. j) pada gambaran umum.
A : Acuan
1. PERMENKES No. 40 tahun 2022 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan
Peralatan Kesehatan Rumah Sakit

69
2. PERMENKES No. 3 tahun 2020 tentang
Klasifikasi dan Perijinan RS
3. PERMENKES No. 7 tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
4. PERMENKES No. 66 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan K3 RS
5. Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
6. Undang-Undang No 10 tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran
7. Undang-Undang No 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
8. PP No 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
B3
9. PERMENKES No 1184 tahun 2001 tentang
Pengamanan Peralatan Kesehatan Dan
Perbekalan Farmasi
10. PERMENKES No 363 tahun 1998 tentang
Pengujian Dan Kalibrasi Alat Kesehatan

b) Rumah sakit telah melengkapi izin izin dan Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
sertifikasi yang masih berlaku sesuai Pimpinan RS Bukti adanya daftar perizinan yang masih Wawancara tentang kelengkapan izin 5
persyaratan peraturan perundang-undangan Pj. Program MFK berlaku dan SK kebijakan semua perizinan yang izin dan sertifikasi fasilitas yang masih 0
Tim/Unit K3RS masih berlaku, misalnya : izin operasional berlaku
Rumah Sakit, Izin IPAL, Izin B3, Dokumen
cadangan listrik dan air , Izin operasional
alat canggih
c) Pimpinan rumah sakit memenuhi perencanaan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
anggaran dan sumber daya serta memastikan Pj. Program MFK Bukti adanya pemenuhan perencanaan anggaran Wawancara tentang pemenuhan 5
rumah sakit memenuhi persyaratan Unit K3RS dan sumber daya serta memastikan rumah sakit perencanaan anggaran dan sumber daya 0
perundang-undangan. memenuhi persyaratan perundang-undangan, serta memastikan rumah sakit memenuhi
seperti : persyaratan perundang-undangan.
- Bukti adanya anggaran terkait MFK
dalam anggaran rutin operasional RS.
- Bukti review program kerja MFK
- Bukti audit pelaksanaan program kerja.
4). Standar MFK 2
Rumah Sakit menetapkan penanggungjawab yang kompeten untuk mengawasi penerapan manajemen fasilitas dan keselamatan di rumah sakit.

70
5). Maksud dan tujuan MFK 2
Untuk dapat mengelola fasilitas dan keselamatan di rumah sakit secara efektif, maka perlu di tetapkan penanggung jawab manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) yang
bertanggungjawab langsung kepada Direktur. Penanggung jawab Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) dapat berbentuk unit, tim, maupun komite sesuai dengan kondisi dan
kompleksitas rumah sakit. Penanggung jawab MFK harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan serta berpengalaman untuk dapat melakukan pengelolaan dan pengawasan
manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) seperti kesehatan dan keselamatan kerja, kesehatan lingkungan, farmasi, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan utilitas, dan unsur-unsur terkait
lainnya sesuai kebutuhan rumah sakit. Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab penanggung jawab MFK meliputi:
a. Keselamatan: meliputi bangunan, prasarana, fasilitas, area konstruksi, lahan, dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien,staf, atau pengunjung.
b. Keamanan: perlindungan dari kehilangan, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan yang tidak sah.
c. Bahan dan limbah berbahaya: Pengelolaan B3 termasuk penggunaan radioaktif serta bahan berbahaya lainnya dikontrol, dan limbah berbahaya dibuang dengan aman.
d. Proteksi kebakaran: Melakukan penilaian risiko yang berkelanjutan untuk meningkatkan perlindungan -seluruh aset, properti dan penghuni dari kebakaran dan asap
e. Penanganan kedaruratan dan bencana: Risiko diidentifikasi dan respons terhadap epidemi, bencana, dan keadaan darurat direncanakan dan efektif, termasuk evaluasi integritas
struktural dan non struktural lingkungan pelayanan dan perawatan pasien.
f. Peralatan medis: Peralatan dipilih, dipelihara, dan digunakan dengan cara yang aman dan benar untuk mengurangi risiko.
g. Sistem utilitas: Listrik, air, gas medik dan sistem utilitas lainnya dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.
h. Konstruksi dan renovasi: Risiko terhadap pasien,staf, dan pengunjung diidentifikasi dan dinilaiselama konstruksi, renovasi, pembongkaran, dan aktivitas pemeliharaan lainnya.
i. Pelatihan: Seluruh staf di rumah sakit dan para tenant/penyewa lahan dilatih dan memiliki pengetahuan tentang K3, termasuk penanggulangan kebakaran
j. Pengawasan pada para tenant/penyewa lahan yang melakukan kegiatan di dalam area lingkungan rumah sakit.
Penanggung jawab MFK menyusun Program Manajemen fasilitas dan keselamatan rumah sakit meliputi a) – j) setiap tahun.
Dalam program tersebut termasuk melakukan pengkajian dan penanganan risiko pada keselamatan, keamanan, pengelolaan B3, proteksi kebakaran, penanganan kedaruratan dan bencana,
peralatan medis dan sistim utilitas. Pengkajian dan penanganan risiko dimasukkan dalam daftar risiko manajemen fasilitas keselamatan (MFK). Berdasarkan daftar risiko tersebut,
dibuat profil risiko MFK yang akan menjadi prioritas dalam pemantauan risiko di fasilitas dan lingkungan rumah sakit. Pengkajian, penanganan dan pemantauan risiko MFK tersebut
akan diintegrasikan ke dalam daftar risiko rumah sakit untuk penyusunan program manajemen risiko rumah sakit. Penanggung jawab MFK melakukan pengawasan terhadap manajemen
fasilitas dan keselamatan yang meliputi:
a. Pengawasan semua aspek program manajemen fasilitas dan keselamatan seperti pengembangan rencana dan memberikan rekomendasi untuk ruangan, peralatan medis, teknologi,
dan sumber daya;
b. Pengawasan pelaksanaan program secara konsisten dan berkesinambungan;
c. Pelaksanaan edukasi staf;
d. Pengawasan pelaksanaan pengujian/testing dan pemantauan program;
e. Penilaian ulang secara berkala dan merevisi program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan jika dibutuhkan;
f. Penyerahan laporan tahunan kepada direktur rumah sakit;
g. Pengorganisasian dan pengelolaan laporan kejadian/insiden dan melakukan analisis, dan upaya perbaikan.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian MFK 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan penanggung Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
jawab MFK yang memiliki kompetensi dan Pj. Program MFK Regulasi tentang penanggungjawab MFK yang Wawancara tentang kompetensi dan 5
pengalaman dalam melakukan pengelolaan memiliki kompetensi dan pengalaman dalam pengalaman penanggung jawab MFK 0
pada fasilitas dan keselamatan di lingkungan melakukan pengelolaan pada fasilitas dan dalam melakukan pengelolaan pada
rumah sakit. keselamatan di lingkungan rumah sakit. fasilitas dan keselamatan di lingkungan
D : Bukti rumah sakit.

71
Bukti adanya penanggung jawab MFK memiliki
kompetensi dan pengalaman dalam melakukan
pengelolaan pada fasilitas dan keselamatan di
lingkungan rumah sakit, berupa sertifikat
pelatihan.
b) Penanggungjawab MFK telah menyusun Pimpinan Rumah Sakit D : Regulasi I : Wawancara 10
Program Manajemen Fasilitas dan Pj. Program MFK Regulasi tentang Program Manajemen Fasilitas Wawancara tentang proses penyusunan 5
Keselamatan (MFK) yang meliputi poin a) dan Keselamatan (MFK) yang meliputi poin a) – Program Manajemen Fasilitas dan 0
– j) dalam maksud dan tujuan. j) dalam maksud dan tujuan. Keselamatan (MFK) yang meliputi poin
a) – j) dalam maksud dan tujuan.
D : Bukti Bukti adanya proses penyusunan
Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK) yang meliputi poin a) – j) dalam
maksud dan tujuan, berupa program kerja
MFK.

c) Penanggungjawab MFK telah melakukan Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10


pengawasan dan evaluasi Manajemen Pj. Program MFK Bukti bahwa penanggungjawab MFK telah Wawancara tentang pengawasan dan 5
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) setiap melakukan pengawasan dan evaluasi Manajemen evaluasi Manajemen Fasilitas dan 0
tahunnya meliputi poin a) – g) dalam maksud Fasilitas dan Keselamatan (MFK) setiap Keselamatan (MFK) setiap tahunnya
dan tujuan serta melakukan penyesuaian tahunnya meliputi poin a) – g) dalam maksud dan meliputi poin a) – g) dalam maksud dan
program apabila diperlukan. tujuan serta melakukan penyesuaian program tujuan
apabila diperlukan, berupa : serta melakukan penyesuaian program
- Bukti Pengawasan MFK harus punya apabila diperlukan.
sertifikat pelatihan manajemen MFK.
- Laporan Pengawasan MFK setiap 3
bulan dan rekapitulasi laporan evaluasi
- Bukti laporan rekomendasi rencana
tindak lanjut dan tindak lanjut.
- Laporan tahunan evaluasi program kerja
MFK Rumah Sakit

d) Penerapan program Manajemen Fasilitas Direktur RS D : Regulasi I : Observasi 10


dan Keselamatan (MFK) pada Pj. Program MFK Regulasi tentang program Manajemen Fasilitas I : Wawancara 5
tenant/penyewa lahan yang berada di dan Keselamatan (MFK) pada tenant/penyewa Observasi/wawancara tentang 0
lingkungan rumah sakit meliputi poin a) lahan yang berada di lingkungan rumah sakit pelaksanaan program Manajemen
– meliputi poin a) – e) dalam maksud dan Fasilitas dan Keselamatan (MFK) pada
e) dalam maksud dan tujuan. tujuan. tenant/penyewa lahan yang berada di
D : Bukti

72
Bukti adanya pelaksanaan program Manajemen lingkungan rumah sakit meliputi poin a)
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) pada – e) dalam maksud dan tujuan
tenant/penyewa lahan yang berada di
lingkungan rumah sakit meliputi poin a) – e)
dalam maksud dan tujuan, berupa :
- Rencana tindak lanjut dari rekomendasi
laporan
- Laporan tahunan evaluasi program kerja
MFK oleh pihak ke tiga
b. Keselamatan
1). Standar MFK 3
Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) terkait keselamatan di rumah sakit.
2). Maksud dan tujuan MFK 3
Keselamatan di dalam standar ini adalah memberikan jaminan bahwa bangunan, prasarana, lingkungan, properti, teknologi medis dan informasi, peralatan, dan sistem tidak
menimbulkan risiko fisik bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Program keselamatan dan Kesehatan kerja staf diintegrasikan dalam Program Manajemen fasilitas dan keselamatan
terkait keselamatan sesuai ruang lingkup keselamatan yang telah dijelaskan diatas. Pencegahan dan perencanaan penting untuk menciptakan fasilitas perawatan pasien termasuk area
kerja staf yang aman. Perencanaan yang efektif membutuhkan kesadaran rumah sakit terhadap semua risiko yang ada di fasilitas. Tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan dan
cedera serta untuk menjaga kondisi yang aman, dan menjamin keselamatan bagi pasien, staf, dan lainnya, seperti keluarga, kontraktor, vendor, relawan, pengunjung, peserta pelatihan,
dan peserta didik. Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan program keselamatan serta mendokumentasikan hasil inspeksi fisik yang dilakukan. Penilaian risiko
mempertimbangkan tinjauan proses dan evaluasi layanan baru dan terencana yang dapat menimbulkan risiko keselamatan. Penting untuk melibatkan tim multidisiplin saat melakukan
inspeksi keselamatan di rumah sakit. Rumah sakit menerapkan proses untuk mengelola dan memantau keselamatan (merupakan bagian dari program Manajemen Fasilitas
Keselamatan/MFK pada standar MFK 1 yang meliputi:
a) Pengelolaan risiko keselamatan di lingkungan rumah sakit secara komprehensif
b) Penyediaan fasilitas pendukung yang aman untuk mencegah kecelakaan dan cedera, penyakit akibat kerja, mengurangi bahaya dan risiko, serta mempertahankan kondisi aman bagi
pasien, keluarga, staf, dan pengunjung; dan
c) Pemeriksaan fasilitas dan lingkungan (ronde fasilitas) secara berkala dan dilaporkan sebagai dasar perencanaan anggaran untuk perbaikan, penggantian atau “upgrading”

TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pengelolaan keselamatan rumah sakit Pj. Program MFK Regulasi tentang proses pengelolaan keselamatan I : Wawancara 5
meliputi poin a) - c) pada maksud dan tujuan. Bagian Diklat rumah sakit meliputi poin a) - c) pada maksud Observasi/wawancara tentang proses 0
dan tujuan, berupa : pengelolaan keselamatan rumah sakit
- Pedoman/Panduan K3RS meliputi poin a) - c) pada maksud
- Program kerja K3 RS dan tujuan.
- Program pelayanan kesehatan staf .
- Program vaksinasi dan imunisasi

73
- SPO penangan staf yg terpapar penyakit
infeksius terkait program PPI
D : Bukti
Bukti adanya penerapan proses pengelolaan
keselamatan rumah sakit, meliputi poin a) - c)
pada maksud dan tujuan.

b) Rumah sakit telah mengintegrasikan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


program Kesehatan dan keselamatan kerja Pj. Program MFK Regulasi tentang Integrasi program Kesehatan I : Wawancara 5
staf ke dalam program manajemen fasilitas dan keselamatan kerja staf ke dalam program Observasi/wawancara tentang Integrasi 0
dan keselamatan. manajemen fasilitas dan keselamatan. program Kesehatan dan keselamatan
D : Bukti kerja staf ke dalam program manajemen
Bukti adanya integrasi program Kesehatan dan fasilitas dan keselamatan.
keselamatan kerja staf ke dalam program
manajemen fasilitas dan keselamatan,
c) Rumah sakit telah membuat pengkajian Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
risiko secara proaktif terkait keselamatan Pj. Program MFK Bukti adanya pengkajian risiko secara proaktif Wawancara tentang pengkajian risiko 5
di rumah sakit setiap tahun yang terkait keselamatan di rumah sakit setiap tahun secara proaktif terkait keselamatan di 0
didokumentasikan dalam daftar risiko/risk yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk rumah sakit setiap tahun
register register
d) Rumah sakit telah melakukan pemantauan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
risiko keselamatan dan dilaporkan setiap 6 Pj. Program MFK Bukti adanya laporan pemantauan risiko I : Wawancara 5
(enam) bulan kepada piminan rumah sakit. keselamatan dan dilaporkan setiap 6 (enam) Observasi/wawancara tentang 0
bulan kepada piminan rumah sakit, berupa ceklis pemantauan risiko keselamatan dan
pemantauan risiko keselamatan dan dilaporkan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan
setiap 6 (enam) bulan kepada pimpinan rumah kepada piminan rumah sakit.
sakit.
2). Maksud dan tujuan MFK 4
Keamanan adalah perlindungan terhadap properti milik rumah sakit, pasien, staf, keluarga, dan pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan oleh orang yang
tidak berwenang. Contoh kerentanan dan ancaman yang terkait dengan risiko keamanan termasuk kekerasan di tempat kerja, penculikan bayi, pencurian, dan akses tidak terkunci/tidak aman
ke area terlarang di rumah sakit. Insiden keamanan dapat disebabkan oleh individu baik dari luar maupun dalam rumah sakit. Area yang berisiko seperti unit gawat darurat, ruangan
neonatus/bayi, ruang operasi, farmasi, ruang rekam medik, ruangan IT harus diamankan dan dipantau. Anak-anak, orang dewasa, lanjut usia, dan pasien rentan yang tidak dapat melindungi
diri mereka sendiri atau memberi isyarat untuk bantuan harus dilindungi dari bahaya. Area terpencil atau terisolasi dari fasilitas dan lingkungan misalnya tempat parkir, mungkin
memerlukan kamera keamanan (CCTV). Rumah sakit menerapkan proses untuk mengelola dan memantau keamanan (merupakan bagian dari program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) pada standar MFK 1 yang meliputi :
a) Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas/tanda pengenal (badge nama sementara atau tetap) pada pasien, staf, pekerja kontrak, tenant/penyewa lahan, keluarga
(penunggu pasien), atau pengunjung (pengunjung di luar jam besuk dan tamu rumah sakit) sesuai dengan regulasi rumah sakit;
b) Melakukan pemeriksaan dan pemantauan keamanan fasilitas dan lingkungan secara berkala dan membuat tindak lanjut perbaikan;

74
c) Pemantauan pada daerah berisiko keamanan sesuai penilaian risiko di rumah sakit. Pemantauan dapat dilakukan dengan penempatan petugas keamanan (sekuriti) dan atau memasang
kamera sistem CCTV yang dapat dipantau oleh sekuriti;
d) Melindungisemua individu yang berada di lingkungan rumah sakit terhadap kekerasan, kejahatan dan ancaman; dan
e) Menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan barang milik pribadi maupun rumah sakit

TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pengelolaan keamanan di lingkungan rumah Komite/tim Mutu Regulasi tentang proses pengelolaan keamanan I : Wawancara 5
sakit meliputi poin a) - e) pada maksud dan Ka Unit Kerja di lingkungan rumah sakit meliputi poin a) - e) Observasi/wawancara tentang proses 0
tujuan. pada maksud dan tujuan. pengelolaan keamanan di lingkungan
D : Bukti rumah sakit meliputi poin a) - e)
Bukti adanya penerapan proses pengelolaan pada maksud dan tujuan.
keamanan di lingkungan rumah sakit meliputi
poin a) - e) pada maksud dan tujuan
b) Rumah sakit telah membuat pengkajian Pmpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
risiko secara proaktif terkait keamanan di Pj. Program MFK Bukti adanya hasil pengkajian risiko secara Wawancara tentang pengkajian risiko 5
rumah sakit setiap tahun yang Ka Unit Kerja proaktif terkait keamanan di rumah sakit setiap secara proaktif terkait keamanan di 0
didokumentasikan dalam daftar risiko/risk tahun yang didokumentasikan dalam daftar rumah sakit setiap tahun yang
register. risiko/risk register. didokumentasikan dalam daftar
. risiko/risk register.

c) Rumah sakit telah membuat pengkajian Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


risiko secara proaktif terkait keselamatan Pj. Program MFK Bukti adanya hasil pengkajian risiko Wawancara tentang pengkajian risiko 5
di rumah sakit. (daftar risiko/risk register). secara proaktif terkait keselamatan di rumah secara proaktif terkait keselamatan di 0
sakit. (daftar risiko/risk register) rumah sakit. (daftar risiko/risk register),
d) Rumah sakit telah melakukan pemantauan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
risiko keamanan dan dilaporkan setiap 6 (enam) Pj. Program MFK Bukti adanya laporan pemantauan risiko Wawancara tentang pemantauan risiko 5
bulan kepada direktur rumah sakit keamanan dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan keamanan dan dilaporkan setiap 6 0
kepada direktur rumah sakit , berupa : (enam) bulan kepada direktur rumah
- Laporan pemantauan risiko keamanan sakit ,
dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan
kepada direktur rumah sakit .
- Bukti tindak lanjut dari pimpinan RS
terhadap hasil laporan risiko keamanan
dan keselamatan pasien

75
d. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah B3
1). Standar MFK 5
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbah B3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2). Maksud dan tujuan MFK 5
Rumah sakit mengidentifikasi, menganalisis dan mengendalikan seluruh bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya di rumah sakit sesuai dengan standar keamanan dan peraturan
perundang-undangan. Rumah sakit melakukan identifikasi menyeluruh untuk semua area di mana bahan berbahaya berada dan harus mencakup informasi tentang jenis setiap bahan
berbahaya yang disimpan, jumlah (misalnya, perkiraan atau rata-rata) dan lokasinya di rumah sakit. Dokumentasi ini juga harus membahas jumlah maksimum yang diperbolehkan untuk
menyimpan bahan berbahaya di area kerja (maximum quantity on hand). Misalnya, jika bahan sangat mudah terbakar atau beracun, ada batasan jumlah bahan yang dapat disimpan di area
kerja. Inventarisasi bahan berbahaya dibuat dan diperbarui, setiap tahun, untuk memantau perubahan bahan berbahaya yang digunakan dan disimpan. Kategori Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) sesuai WHO meliputi:
a. Infeksius;
b. Patologis dan anatomi;
c. Farmasi;
d. Bahan kimia;
e. Logam berat;
f. Kontainer bertekanan;
g. Benda tajam;
h. Genotoksik/sitotoksik; dan
i. Radioaktif.
Proses pengelolaan bahan berbahaya beracun dan limbahnya di rumah sakit (merupakan bagian dari program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) pada standar MFK 1
meliputi:
a. Inventarisasi B3 serta limbahnya yang meliputi jenis, jumlah,simbol dan lokasi;
b. Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 serta limbahnya;
c. Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur penggunaan, prosedur bila terjadi tumpahan, atau paparan/pajanan;
d. Pelatihan yang dibutuhkan oleh staf yang menangani B3;
e. Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta limbahnya;
f. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan insiden lainnya;
g. Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya; dan
h. Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib melampirkan Lembar Data Keselamatan. Informasi yang tercantum di lembar data keselamatan diedukasi kepada staf rumah
sakit, terutama kepada staf terdapat penyimpanan B3 di unitnya.
Informasi mengenai prosedur penanganan bahan berbahaya dan limbah dengan cara yang aman harus segera tersedia setiap saat termasuk prosedur penanganan tumpahan. Jika terjadi
tumpahan bahan berbahaya, rumah sakit memiliki prosedur untuk menanggapi dan mengelola tumpahan dan paparan yang termasuk menyediakan kit tumpahan untuk jenis dan
ukuran potensi tumpahan serta proses pelaporan tumpahan dan paparan. Rumah sakit menerapkan prosedur untuk menanggapi paparan bahan berbahaya, termasuk pertolongan
pertama seperti akses ke tempat pencuci mata (eye washer) mungkin diperlukan untuk pembilasan segera dan terus menerus untuk mencegah atau meminimalkan cedera. Rumah sakit
harus melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi di mana saja lokasi pencuci mata diperlukan, dengan mempertimbangkan sifat fisik bahan kimia berbahaya yang digunakan,
bagaimana bahan kimia ini digunakan oleh staf untuk melakukan aktivitas kerja mereka, dan penggunaan peralatan pelindung diri oleh staf. Alternatif untuk lokasi pencuci mata sesuai pada
jenis risiko dan potensi eksposur. Rumah sakit harus memastikan pemeliharaan pencuci mata yang tepat, termasuk pembersihan mingguan dan pemeliharaan preventif

76
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melaksanakan proses Pimpinan RS D : Regulasi 10
pengelolaan B3 meliputi poin a) – h) pada Pj. Program MFK Regulasi tentang proses pengelolaan B3 meliputi I : Observasi 5
maksud dan tujuan. Komite/tim PPI poin a) – h) pada maksud dan tujuan I : Wawancara 0
Komite/tim K3RS A : Acuan Observasi/wawancara tentang
Ka/staf Unit Sanitasi 1. PP No 74 Tahun 2001 tentang pelaksanaan proses pengelolaan B3
Staf Kamar Jenazah Pengelolaan B3 meliputi poin a) – h) pada maksud dan
2. PERMENKES No. 40 tahun 2022 tentang tujuan.
Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana
dan Peralatan Kesehatan Rumah Sakit

D : Bukti
Bukti adanya pelaksanaan proses pengelolaan B3
meliputi poin a) – h) pada maksud dan tujuan.

b) Rumah sakit telah membuat pengkajian Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


risiko secara proaktif terkait pengelolaan B3 Pj Program MFK Bukti adanya hasil pengkajian risiko secara Wawancara tentang pengkajian risiko 5
di rumah sakit setiap tahun yang Ka Unit Terkait proaktif terkait pengelolaan B3 di rumah sakit secara proaktif terkait pengelolaan B3 di 0
didokumentasikan dalam daftar risiko/risk Komite/tim PPI setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar rumah sakit setiap tahun yang
register. risiko. didokumentasikan dalam daftar risiko.

c) Di area tertentu yang rawan terhadap pajanan Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
telah dilengkapi dengan eye washer/body Ka Unit Terkait Bukti adanya eye washer/body washer di I : Wawancara 5
washer yang berfungsi dan terpelihara baik Komite/tim PPI tempat rawan pajanan yang berfungsi dan I : Simulasi 0
dan tersedia kit tumpahan/spill kit sesuai Komite/tim K3RS terpelihara baik dan tersedia kit tumpahan/spill Observasi/wawancara/simulasi tentang
ketentuan. Ka/staf Unit Kesling kit sesuai ketentuan, berupa : eye washer/body washer di tempat
- Daftar Area yang rawan terhadap pajanan rawan pajanan yang berfungsi dan
telah dilengkapi dengan eye washer/body terpelihara baik dan tersedia kit
washer yang berfungsi dan terpelihara baik tumpahan/spill kit sesuai ketentuan,
- Bukti fisik tersedia kit tumpahan/spill
kit sesuai ketentuan

77
d) Staf dapat menjelaskan dan atau Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
memperagakan penanganan tumpahan B3. Ka Unit Terkait Bukti bahwa staf dapat menjelaskan dan I : Wawancara 5
Komite/tim PPI atau memperagakan penanganan tumpahan I : Simulasi 0
Komite/tim K3RS B3. Observasi/wawancara/simulasi tentang
Ka/staf Unit Kesling penanganan tumpahan B3
Seluruh Staf RS

e) Staf dapat menjelaskan dan atau Pj. Program MFK D : Bukti I : Wawancara 10
memperagakan tindakan, kewaspadaan, Ka Unit Terkait Bukti bahwa staf dapat menjelaskan dan atau I : Simulasi 5
prosedur dan partisipasi dalam Komite/tim PPI memperagakan tindakan, kewaspadaan, prosedur Wawancara/simulasi tentang tindakan, 0
penyimpanan, penanganan dan pembuangan Komite/tim K3RS dan partisipasi dalam penyimpanan, penanganan kewaspadaan, prosedur dan partisipasi
limbah B3. Ka/staf Unit Kesling dan pembuangan limbah B3. dalam penyimpanan, penanganan dan
pembuangan limbah B3, berupa SPO
penyimpanan dan pembuangan limbah
B3
4). Standar MFK 5.1
Rumah sakit mempunyai sistem pengelolaan limbah B3 cair dan padatsesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5). Maksud dan Tujuan MFK 5.1
Rumah sakit juga menetapkan jenis limbah berbahaya yang dihasilkan oleh rumah sakit dan mengidentifikasi pembuangannya (misalnya, kantong/tempat sampah yang diberi kode warna
dan diberi label). Sistem penyimpanan dan pengelolaan limbah B3 mengikuti ketentuan peraturan perundangan-undangan. Untuk pembuangan sementara limbah B-3, rumah sakit
agar memenuhi persyaratan fasilitas pembuangan sementara limbah B-3 sebagai berikut:
a. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem drainase yang baik,serta mudah dibersihkan dan dilakukan desinfeksi;
b. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan yang dilengkapi dengan sabun cair;
c. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah;
d. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan;
e. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau mengangkut limbah;
f. Terlindungi darisinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja;
g. Terlindung dari hewan: kucing,serangga, burung, dan lain-lainnya;
h. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik serta memadai
i. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan;
j. Peralatan pembersihan, alat pelindung diri/APD (antara lain masker,sarung tangan, penutup kepala, goggle,sepatu boot,serta pakaian pelindung) dan wadah atau kantong
limbah harus diletakkan sedekatdekatnya dengan lokasi fasilitas penyimpanan; dan
k. Dinding, lantai, dan juga langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam keadaan bersih termasuk pembersihan lantaisetiap hari. Untuk limbah berwujud cair dapat dilakukan
di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Tujuan pengolahan limbah medis adalah mengubah karakteristik biologis dan/atau kimia limbah sehingga potensi bahayanya terhadap manusia berkurang atau tidak ada. Bila rumah sakit
mengolah limbah B-3 sendiri maka wajib mempunyai izin mengolah limbah B-3. Namun, bila pengolahan B-3 dilaksanakan oleh pihak ketiga maka pihak ketiga tersebut wajib mempunyai
izin sebagai pengolah B-3. Pengangkut/transporter dan pengolah limbah B3 dapat dilakukan oleh institusi yang berbeda

78
TELUSUR
6). Elemen Penilaian MFK 5.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit melakukan penyimpanan Pj. Program MFK D : Regulasi I : Observasi 10
limbah B3 sesuai poin a) – k) pada maksud Ka Unit Terkait Regulasi tentang penyimpanan limbah B3 sesuai I : Wawancara 5
dan tujuan. Komite/tim PPI poin a) – k) pada maksud dan tujuan. Observasi/wawancara tentang 0
Komite/tim K3RS D ; Bukti penyimpanan limbah B3 sesuai poin a) –
Ka/staf Unit Kesling Bukti adanya tempat penyimpanan limbah B3 k) pada maksud dan tujuan.
sesuai poin a) – k) pada maksud dan tujuan

b) Rumah sakit mengolah limbah B3 padat Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
secara mandiri atau menggunakan pihak Ka Unit Terkait Bukti adanya pengolahan limbah B3 padat secara I : Wawancara 5
ketiga yang berizin termasuk untuk Komite/tim PPI mandiri atau menggunakan pihak ketiga yang Observasi/wawancara tentang 0
pemusnahan limbah B3 cair yang tidak Ka Unit K3 RS berizin termasuk untuk pemusnahan limbah B3 pengolahan limbah B3 padat
bisa dibuang ke IPAL Ka/staf Unit Kesling cair yang tidak bisa dibuang ke IPA, berupa : secara
- Kontrak pengelohan limbah B3 (Transporter mandiri atau menggunakan pihak ketiga
B3) yang berizin termasuk untuk
- TPS B3 pemusnahan limbah B3 cair yang tidak
- Kontrak terkait penyediaan MSDS oleh bisa dibuang ke IPAL
supplier
- Siapkan MSDS B3 di setiap tempat yang
memiliki B3
- Bukti Hasil pemantauan /monitoring
Program kerja pengelolaan limbah B3 padat
- PME hasil Pengelolaan Limbah Padat
dan Cair
- Bukti fisik tempat penympanan limbah B3
sesuai pedoman Pengelolaan limbah B3
- Pembuatan label-label tentang untuk B3
c) Rumah sakit mengelola limbah B3 cair Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
sesuai peraturan perundang-undangan Ka Unit Terkait Bukti adanya pengolahan limbah B3 cair I : Wawancara 5
Komite/tim PPI sesuai peraturan perundang-undangan, berupa Observasi/wawancara tentang 0
Komite/tim K3RS : pengolahan limbah B3 cair
Ka/staf Unit Kesling - Izin IPAL sesuai peraturan perundang-
- Hasil pemeriksaan Limbah Cair setiap undangan
6 bulan

79
e. Proteksi Kebakaran
1). Standar MFK 6
Rumah sakit menerapkan proses untuk pencegahan, penanggulangan bahaya kebakaran dan penyediaan sarana jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap
kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
2). Maksud dan tujuan MFK 6
Rumah sakit harus waspada terhadap risiko kebakaran, karena kebakaran merupakan risiko yang selalu ada dalam lingkungan perawatan dan pelayanan kesehatan sehingga setiap
rumah sakit perlu memastikan agar semua yang ada di rumah sakit aman dan selamat apabila terjadi kebakaran termasuk bahaya dari asap. Proteksi kebakaran juga termasuk keadaan
darurat nonkebakaran misalnya kebocoran gas beracun yang dapat mengancam sehingga perlu dievakuasi. Rumah sakit perlu melakukan penilaian terus menerus untuk memenuhi
regulasi keamanan dan proteksi kebakaran sehingga secara efektif dapat mengidentifikasi, analisis, pengendalian risiko sehingga dapat dan meminimalkan risiko. Pengkajian risiko kebakaran
Fire Safety Risk Assessment (FSRA) merupakan salah satu upaya untuk menilai risiko keselamatan kebakaran. Rumah sakit melakukan pengkajian risiko kebakaran meliputi:
a. Pemisah/kompartemen bangunan untuk mengisolasi asap/api.
b. Laundry/binatu, ruang linen, area berbahaya termasuk ruang di atas plafon.
c. Tempat pengelolaan sampah.
d. Pintu keluar darurat kebakaran (emergency exit).
e. Dapur termasuk peralatan memasak penghasil minyak.
f. Sistem dan peralatan listrik darurat/alternatif serta jalur kabel dan instalasi listrik.
g. Penyimpanan dan penanganan bahan yang berpotensi mudah terbakar (misalnya, cairan dan gas mudah terbakar, gas medis yang mengoksidasi seperti oksigen dan dinitrogen
oksida), ruang penyimpanan oksigen dan komponennya dan vakum medis.
h. Prosedur dan tindakan untuk mencegah dan mengelola kebakaran akibat pembedahan.
i. Bahaya kebakaran terkait dengan proyek konstruksi, renovasi, atau pembongkaran.
Berdasarkan hasil pengkajian risiko kebakaran, rumah sakit menerapkan proses proteksi kebakaran (yang merupakan bagian dari Manajemen Fasilitas dan Keamanan (MFK) pada
standar MFK 1 untuk:
a) Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko seperti penyimpanan dan penanganan bahan-bahan mudah terbakar secara aman, termasuk gas-gas medis yang mudah
terbakarseperti oksigen, penggunaan bahan yang non combustible, bahan yang waterbase dan lainnya yang dapat mengurangi potensi bahaya kebakaran;
b) Pengendalian potensi bahaya dan risiko kebakaran yang terkait dengan konstruksi apapun di atau yang berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien;
c) Penyediaan rambu dan jalan keluar (evakuasi) yang aman serta tidak terhalang apabila terjadi kebakaran;
d) Penyediaan sistem peringatan dini secara pasif meliputi, detektor asap (smoke detector), detektor panas (heat detector), alarm kebakaran, dan lainlainnya;
e) Penyediaan fasilitas pemadaman api secara aktif meliputi APAR, hidran,sistem sprinkler, dan lainlainnya; dan
f) Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi pengendalian api dan asap. Risiko dapat mencakup peralatan, sistem, atau fitur lain untuk proteksi kebakaran yang rusak,
terhalang, tidak berfungsi, atau perlu disingkirkan.
Risiko juga dapat diidentifikasi dari proyek konstruksi, kondisi penyimpanan yang berbahaya, kerusakan peralatan dan sistem, atau pemeliharaan yang diperlukan yang berdampak
pada sistem keselamatan kebakaran. Rumah sakit harus memastikan bahwa semua yang di dalam faslitas dan lingkungannya tetap aman jika terjadi kebakaran, asap, dan keadaan darurat non-
kebakaran. Struktur dan desain fasilitas perawatan kesehatan dapat membantu mencegah, mendeteksi, dan memadamkan kebakaran serta menyediakan jalan keluar yang aman dari fasilitas
tersebut

80
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit telah melakukan pengkajian Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
risiko kebakaran secara proaktif meliputi Pj. Program MFK Regulasi tentang pengkajian risiko kebakaran I : Wawancara 5
poin a) – i) dalam maksud dan tujuan Seluruh Staf RS secara proaktif meliputi poin a) – i) dalam Observasi/wawancara tentang pengkajian 0
setiap tahun yang didokumentasikan dalam Komite/tim K3RS maksud dan tujuan setiap tahun yang risiko kebakaran secara proaktif meliputi
daftar risiko/risk register. didokumentasikan dalam daftar risiko/risk poin a) – i) dalam maksud dan tujuan
register. setiap tahun yang didokumentasikan
A : Acuan dalam daftar risiko/risk register.
Instruksi Menkes RI No. 84 tahun /2022
tentang kawasan tanpa rokok di tempat kerja
dan sarana kesehatan
D : Bukti
Bukti adanya hasil pengkajian risiko kebakaran
secara proaktif meliputi poin a) – i) dalam
maksud dan tujuan setiap tahun yang
didokumentasikan dalam daftar risiko/risk
register,

b) Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


proteksi kebakaran yang meliputi poin a) – f) Pj. Program MFK Bukti adanya penerapan proses proteksi I : Wawancara 5
pada maksud dan tujuan. Seluruh Staf RS kebakaran yang meliputi poin a) – f) Observasi/wawancara tentang proses 0
Komite/tim K3RS pada maksud dan tujuan, berupa : proteksi kebakaran yang meliputi poin a)
- Jadwal pelatihan penanggulangan – f) pada maksud dan tujuan.
kebakaran,
- Bukti pelaksanaan pelatihan
(TUMANS).
c) Rumah sakit menetapkan kebijakan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
melakukan pemantauan larangan merokok di Pj Program MFK Regulasi tentang kebijakan larangan merokok di I : Wawancara 5
seluruh area rumah sakit. Seluruh Staf RS seluruh area rumah sakit beruapa SK Direktur Observasi/wawancara tentang sosialisasi 0
Komite/tim K3RS peraturan larangan merokok dan
D : Bukti pemantauan larangan merokok di seluruh
Bukti adanya sosialisasi peraturan larangan area rumah sakit
merokok dan ceklis pemantauan larangan
merokok di seluruh area rumah sakit

81
d) Rumah sakit telah melakukan pengkajian Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
risiko proteksi kebakaran. Pj. Program MFK Bukti adanya hasil pengkajian risiko I : Wawancara 5
Seluruh Staf RS proteksi kebakaran. Observasi/wawancara tentang pengkajian 0
Komite/tim K3RS risiko proteksi kebakaran

e) Rumah sakit memastikan semua staf Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


memahami proses proteksi kebakaran Pj. Program MFK Bukti adanya pemahaman staf terkait I : Wawancara 5
termasuk melakukan pelatihan penggunaan Seluruh Staf RS proses proteksi kebakaran termasuk I : Simulasi 0
APAR, hidran dan simulasi kebakaran setiap Komite/tim K3RS melakukan pelatihan penggunaan APAR, Observasi/wawancara/simulasi tentang
tahun. hidran dan simulasi kebakaran setiap tahun, proteksi kebakaran termasuk melakukan
berupa : Pelatihan penggunaan APAR dan pelatihan penggunaan APAR, hidran dan
Hidran (TUMANS) simulasi kebakaran setiap tahun

f) Peralatan pemadaman kebakaran aktif dan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


sistem peringatan dini serta proteksi Pj. Program MFK Bukti adanya inventarisasi, pemerikasaan, uji I : Wawancara 5
kebakaran secara pasif telah Seluruh Staf RS coba dan pemeliharaan peralatan pemadaman I : Simulasi 0
diinventarisasi, diperiksa, di ujicoba dan Komite/tim K3RS kebakaran aktif dan sistem peringatan dini Observasi/wawancara/simulasi tentang
dipelihara sesuai dengan peraturan serta proteksi kebakaran secara pasif, berupa : peralatan pemedam kebakaran
perundang- undangan dan - Daftar inventararis peralatan kebakaran inventarisasi, diperiksa, di ujicoba dan
didokumentasikan - Pelatihan/simulasi kebakaran setiap dipelihara sesuai dengan peraturan
tahun perundang- undangan dan
- Ceklis/control system peringatan dini didokumentasikan
bahaya kebakaran
- Uji coba dan pemeliharaan
alat pemadam kebakaran

f. Peralatan Medis
1). Standar MFK 7
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pengelolaan peralatan medik.
2). Maksud dan tujuan MFK 7
Untuk menjamin peralatan medis dapat digunakan dan layak pakai maka rumah sakit perlu melakukan pengelolaan peralatan medis dengan baik dan sesuai standar serta peraturan
perundangan yang berlaku. Proses pengelolaan peralatan medis (yang merupakan bagian dari progam Manajemen Fasilitas dan - 106 - Keselamatan/MFK pada standar MFK 1 meliputi:
a) Identifikasi dan penilaian kebutuhan alat medik dan uji fungsisesuai ketentuan penerimaan alat medik baru.
b) Inventarisasiseluruh peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan peralatan medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; serta peralatan medik yang dimiliki oleh
staf rumah sakit jika ada Inspeksi peralatan medis sebelum digunakan.
c) Pemeriksaan peralatan medissesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik secara berkala.
d) Pengujian yang dilakukan terhadap alat medis untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan alat.
e) Rumah sakit melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi, dan seluruh prosesnya didokumentasikan.

82
Rumah Sakit menetapkan staf yang kompeten untuk melaksanakan kegiatan ini. Hasil pemeriksaan (inspeksi), uji fungsi, dan pemeliharaan serta kalibrasi didokumentasikan. Hal ini
menjadi dasar untuk menyusun perencanaan dan pengajuan anggaran untuk penggantian, perbaikan, peningkatan (upgrade), dan perubahan lain. Rumah sakit memiliki sistem untuk
memantau dan bertindak atas pemberitahuan bahaya peralatan medis, penarikan kembali, insiden yang dapat dilaporkan, masalah, dan kegagalan yang dikirimkan oleh produsen, pemasok,
atau badan pengatur. Rumah sakit harus mengidentifikasi dan mematuhi hukum dan peraturan yang berkaitan dengan pelaporan insiden terkait peralatan medis. Rumah sakit
melakukan analisis akar masalah dalam menanggapisetiap kejadian sentinel. Rumah sakit mempunyai proses identifikasi, penarikan ( recall) dan pengembalian, atau pemusnahan produk dan
peralatan medis yang ditarik kembali oleh pabrik atau pemasok. Ada kebijakan atau prosedur yang mengatur penggunaan setiap produk atau peralatan yang ditarik kembali (under
recall).
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 7 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pengelolaan peralatan medik yang Pj. Program MFK Regulasi tentang proses pengelolaan peralatan I : Wawancara 5
digunakan di rumah sakit meliputi poin a) - Komite/tim K3RS medik yang digunakan di rumah sakit meliputi Observasi/wawancara tentang proses 0
e) pada maksud dan tujuan. poin a) - e) pada maksud dan tujuan. pengelolaan peralatan medik yang
D : Bukti digunakan di rumah sakit meliputi poin
Bukti adanya penerapan proses pengelolaan a) - e) pada maksud dan tujuan.
peralatan medik yang digunakan di rumah sakit
meliputi poin a) - e) pada maksud dan tujuan,
berupa :
- Dokumen Program kerja proses
pengelolaan peralatan medik yang
digunakan di rumah sakit
- Daftar inventaris peralatan medis
- Jadwal pemeliharaan dan kalibrasi
alat medis
- Bukti label pada alat medis
sudah dikalibrasi
- Bukti ujicoba alat
- Bukti hasil indikator persentasi pencapaian
pemeliharaan dan kalibrasi alat medis
sebesar 100%
b) Rumah sakit menetapkan penanggung jawab D : Regulasi 10
yang kompeten dalam pengelolaan dan Regulasi tentang penanggung jawab yang 5
pengawasan peralatan medik di rumah kompeten dalam pengelolaan dan pengawasan 0
sakit peralatan medik di rumah sakit berupa SK dari
direktur RS

83
c) Rumah sakit telah melakukan pengkajian Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
risiko peralatan medik secara proaktif Pj. Program MFK Bukti adanya hasil pengkajian risiko peralatan I : Wawancara 5
setiap tahun yang didokumentasikan dalam Komite/tim K3RS medik secara proaktif setiap tahun yang Observasi/wawancara tentang 0
daftar risiko/risk register. didokumentasikan dalam daftar risiko/risk pengkajian risiko peralatan medik secara
register, berupa : proaktif setiap tahun yang
- Daftar risiko peralatan medis/ didokumentasikan dalam daftar
risk register alat medis risiko/risk register.
- Daftar kalibrasi alat medis
- Daftar pemeliharaan alat medis

d) Terdapat bukti perbaikan yang dilakukan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


oleh pihak yang berwenang dan kompeten. Pj. Program MFK Bukti adanya dokumen hasil perbaikan I : Wawancara 5
Unit K3RS peralatan medik yang dilakukan oleh pihak yang Observasi/wawancara tentang perbaikan 0
berwenang dan kompeten, berupa : peralatan medik yang dilakukan oleh
- MOU dengan pihak ke tiga pihak yang berwenang dan kompeten
- Dokumentasi perbaikan alat medis oleh
pihak ke tiga yang berwenang dan kompeten
- Bukti label hasil perbaikan.
e) Rumah sakit telah menerapkan pemantauan, Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pemberitahuan kerusakan (malfungsi) dan Pj. Program MFK Regulasi tentang pemantauan, pemberitahuan I : Wawancara 5
penarikan (recall) peralatan medis yang Unit K3RS kerusakan (malfungsi) dan penarikan (recall) Observasi/wawancara tentang 0
membahayakan pasien. Ka Unit Terkait peralatan medis yang membahayakan pasien pemantauan, pemberitahuan kerusakan
D : Bukti (malfungsi) dan penarikan (recall)
Bukti adanya laporan pemantauan, peralatan medis yang membahayakan
pemberitahuan kerusakan (malfungsi) dan pasien
penarikan (recall) peralatan medis yang
membahayakan pasien, berupa : daftar peralatan
medis pemantauan peralatan medis dan
pemberitahuan kerusakan (malfungsi) dan
penarikan (recall) peralatan medis
yang membahayakan pasien.
f) Rumah sakit telah melaporkan insiden Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
keselamatan pasien terkait peralatan medis Pj. Program MFK Regulasi tentang proses pelaporan insiden Wawancara tentang pelaporan insiden 5
sesuai dengan peraturan perundang- Unit K3RS keselamatan pasien terkait peralatan medis sesuai keselamatan pasien terkait peralatan 0
undangan. Komite/tim Mutu dengan peraturan perundang-undangan. medis
D : Bukti
Bukti adanya pelaporan insiden
keselamatan pasien terkait peralatan medis,
berupa :
- Indikator mutu peralatan medis

84
- Laporan insiden keselamatan pasien tekait
dengan peralatan medis

g. Sistem Utilitas
1). Standar MFK 8
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses untuk memastikan semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan efektif yang meliputi pemeriksaan,
pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.
2). Maksud dan Tujuan MFK 8
Definisi utilitas adalah sistem dan peralatan untuk mendukung layanan penting bagi keselamatan pasien. Sistem utilitas disebut juga sistem penunjang yang mencakup jaringan listrik, air,
ventilasi dan aliran udara, gas medik dan uap panas. Sistem utilitas yang berfungsi efektif akan menunjang lingkungan asuhan pasien yang aman. Selain sistim utilitas perlu juga dilakukan
pengelolaan komponen kritikal terhadap listrik, air dan gas medis misalnya perpipaan, saklar, relay/penyambung, dan lain-lainnya. Asuhan pasien rutin dan darurat berjalan selama 24 jam
terus menerus, setiap hari, dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam seminggu. Jadi, kesinambungan fungsi utilitas merupakan hal esensial untuk memenuhi kebutuhan pasien. Termasuk
listrik dan air harus tersedia selama 24 jam terus menerus, setiap hari, dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam seminggu. Pengelolaan sistim utilitas yang baik dapat mengurangi potensi
risiko pada pasien maupun staf. Sebagai contoh, kontaminasi berasal dari sampah di area persiapan makanan, kurangnya ventilasi di laboratorium klinik, tabung oksigen yang disimpan tidak
terjaga dengan baik, kabel listrik bergelantungan,serta dapat menimbulkan bahaya. Untuk menghindari kejadian ini maka rumah sakit harus melakukan pemeriksaan berkala dan
pemeliharan preventif. Rumah sakit perlu menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas dan komponen kritikal (yang merupakan bagian dari progam Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) pada standar MFK 1 sekurang- kurangnya meliputi:
a) Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam seminggu secara terus menerus;
b) Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas,memetakan pendistribusiannya, danmelakukan update secara berkala;
c) Pemeriksaan, pemeliharaan,serta perbaikan semua komponen utilitas yang ada di daftar inventaris;
d) Jadwal pemeriksaan, uji fungsi, dan pemeliharaan semua sistem utilitas berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan pengalaman rumah sakit; dan
e) Pelabelan pada tuas-tuas kontrolsistem utilitas untuk membantu pemadaman daruratsecara keseluruhan atau sebagian saat terjadi kebakaran.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 8 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pengelolaan sistem utilitas yang meliputi Pj. Program MFK Regulas tentang proses pengelolaan sistem I : Wawancara 5
poin a) - e) dalam maksud dan tujuan Penyedia dan Pengelola utilitas yang meliputi poin a) - e) dalam maksud Observasi/wawancara tentang proses 0
data RS dan tujuan, pengelolaan sistem utilitas yang meliputi
Pengelola System Utilitas D : Bukti poin a) - e) dalam maksud dan tujuan
Ka Unit Terkait Bukti adanya penerapan proses pengelolaan
sistem utilitas yang meliputi poin a) - e)
dalam maksud dan tujuan, berupa :
- Jadwal pemeriksaan, uji fungsi
dan pemeliharaan system utilitas
- Label/sticker control pada semuasistem
utilitas
- bukti form Jadwal pemeriksaan, uji fungsi dan
pemeliharaan system utulitas

85
- Bukti perbaikan sistem utilitas; laporan
perbaikan dari sistem utiltas yang rusak
- Hasil laporan pemeriksaan utilitas.

b) Rumah sakit telah melakukan pengkajian Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


risiko sistim utilitas dan komponen Pj. Program MFK Bukti adanya hasil pengkajian risiko sistim Wawancara tentang pengkajian risiko 5
kritikalnya secara proaktif setiap tahun yang Penyedia dan Pengelola utilitas dan komponen kritikalnya secara proaktif sistim utilitas dan komponen kritikalnya 0
didokumentasikan dalam daftar risiko/risk data RS setiap tahun, berupa : secara proaktif setiap tahun yang
register. Pengelola System Utilitas - Daftar risiko/risk register system utilitas didokumentasikan dalam
Ka Unit Terkait - Daftar risiko sudah dilakukan level daftar risiko/risk register.
Insendensi/Grading risiko

4). Standar MFK 8.1


Dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.
5). Maksud dan Tujuan MFK 8.1
Rumah sakit harus mempunyai daftar inventaris lengkap sistem utilitas dan menentukan komponen yang berdampak pada bantuan hidup, pengendalian infeksi, pendukung
lingkungan,
dan komunikasi. Proses menajemen utilitas menetapkan pemeliharaan utilitas untuk memastikan utilitas pokok/penting seperti air, listrik, sampah, ventilasi, gas medik, lift agar dijaga,
diperiksa berkala, dipelihara, dan diperbaiki.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian MFK 8.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
inventarisasi sistim utilitas dan komponen Pj. Program MFK Regulasi tentang proses inventarisasi sistem Wawancara tentang proses inventarisasi 5
kritikalnya setiap tahun. Unit K3 RS utilitas dan komponen kritikalnya setiap tahun sistim utilitas dan komponen kritikalnya 0
Ka Unit Terkait D : Bukti setiap tahun
Bukti adanya proses inventarisasi sistem utilitas
dan komponen kritikalnya setiap tahun, berupa
- Daftar inventaris sistem utilitas
- Bukti pelaksanaan pemeriksaan
inventaris system utilitas

b) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya Pimpinan RS D : Bukti I: Observasi 10


telah diinspeksi secara berkala berdasarkan Pj. Program MFK Bukti adanya inspeksi sistem utilitas dan I : Wawancara 5
ketentuan rumah sakit. Unit K3 RS komponen kritikalnya secara berkala, berupa Observasi/wawancara tentang inspeksi 0
Ka Unit Terkait Jadwal inspeksi secara berkala terhadap sistem utilitas dan komponen kritikalnya
inventaris dan bukti laporan hasil pemeriksaan
utilitas.

86
c) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
diuji secara berkala berdasar atas kriteria Pj. Program MFK Bukti adanya uji secara berkala sistem utilitas I : Wawancara 5
yang sudah ditetapkan. Unit K3 RS dan komponen kritikalnya berdasar atas kriteria Observasi/wawancara tentang sistem 0
Ka Unit Terkait yang sudah ditetapkan, berupa : hasil uji coba utilitas dan komponen kritikalnya diuji
secara berkala berdasar atas kriteria yang
sudah ditetapkan

d) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


dipelihara berdasar atas kriteria yang sudah Pj. Program MFK Bukti adanya sistem utilitas dan komponen I : Wawancara 5
ditetapkan. Unit K3 RS kritikalnya dipelihara berdasar atas kriteria yang Observasi/wawancara tentang sistem 0
Ka Unit Terkait sudah ditetapkan, berupa : utilitas dan komponen kritikalnya
- Jadwal pemeliharaan peralatan system utilitas dipelihara berdasar
- Bukti dokumentasi pemeliharaan peralatan atas kriteria yang sudah ditetapkan
sistem utilitas

e) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


diperbaiki bila diperlukan. Pj. Program MFK Bukti adanya sistem utilitas dan komponen I : Wawancara 5
Unit K3 RS kritikalnya telah diperbaiki bila diperlukan. Observasi/wawancara tentang 0
Ka Unit Terkait berupa : perbaikan sistem utilitas dan komponen
- Daftar perbaikan alat/komponen kritikal kritikalnya
peralatan system utilitas
- Laporan hasil perbaikan alat/komponen
kritikal peralatan system utilitas

7). Standar MFK 8.2


Sistem utilitas rumah sakit menjamin tersedianya air bersih dan listrik sepanjang waktu serta menyediakan sumber cadangan/alternatif persediaan air dan tenaga listrik jika terjadi
terputusnya sistem, kontaminasi, atau kegagalan.
8). Maksud dan Tujuan MFK 8.2
Pelayanan pasien dilakukan selama 24 jam terus menerus, setiap hari dalam seminggu di rumah sakit. Rumah sakit mempunyai kebutuhan sistem utilitas yang berbeda-beda
bergantung pada misi rumah sakit, kebutuhan pasien, dan sumber daya. Walaupun begitu, pasokan sumber air bersih dan listrik terus menerus sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Rumah sakit harus melindungi pasien dan staf dalam keadaan darurat seperti jika terjadi kegagalan sistem, pemutusan, dan kontaminasi. Sistem tenaga listrik
darurat dibutuhkan oleh semua rumah sakit yang ingin memberikan asuhan kepada pasien tanpa putus dalam keadaan darurat. Sistem darurat ini memberikan cukup tenaga listrik
untuk mempertahankan fungsi yang esensial dalam keadaan darurat dan juga menurunkan risiko terkait terjadi kegagalan. Tenaga listrik cadangan dan darurat harus dites sesuai dengan
rencana yang dapat membuktikan beban tenaga listrik memang seperti yang dibutuhkan. Perbaikan dilakukan jika dibutuhkan seperti menambah kapasitas listrik di area dengan
peralatan baru. Mutu air dapat berubah mendadak karena banyak sebab, tetapi sebagian besar karena terjadi di luar rumah sakit seperti ada kebocoran di jalur suplai ke rumah sakit.
Jika terjadi suplai air ke rumah sakit terputus maka persediaan air bersih darurat harus tersedia segera. Untuk mempersiapkan diri terhadap keadaan darurat seperti ini, rumah sakit agar
mempunyai proses meliputi:
a) Mengidentifikasi peralatan,sistem, serta area yang memiliki risiko paling tinggi terhadap pasien dan staf (sebagai contoh, rumah sakit mengidentifikasi area yang
membutuhkan penerangan, pendinginan (lemari es), bantuan hidup/ventilator, serta air bersih untuk membersihkan dan sterilisasi alat);
b) Menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiap hari dan 7 (tujuh) hari seminggu;

87
c) Menguji ketersediaan serta kehandalan sumbertenaga listrik dan air bersih darurat/pengganti/back-up;
d) Mendokumentasikan hasil-hasil pengujian;
e) Memastikan bahwa pengujian sumber cadangan/alternatif air bersih dan listrik dilakukan setidaknya setiap 6 (enam) bulan atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan di daerah, rekomendasi produsen, atau kondisi sumber listrik dan air.
Kondisi sumber listrik dan air yang mungkin dapat meningkatkan frekuensi pengujian mencakup:
1) Perbaikan sistem air bersih yang terjadi berulangulang.
2) Sumber air bersih sering terkontaminasi.
3) Jaringan listrik yang tidak dapat diandalkan.
4) Pemadaman listrik yang tidak terduga dan berulang-ulang.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian MFK 8.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit mempunyai proses sistem Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
utilitas terhadap keadaan darurat yang Pj. Program MFK Regulasi tentang proses sistem utilitas I : Wawancara 5
meliputi poin a)-c) pada maksud dan Ka Unit Terkait terhadap keadaan darurat yang meliputi poin Observasi/wawancara tentang proses 0
tujuan. a)-c) pada maksud dan tujuan. sistem utilitas terhadap keadaan darurat
D : Bukti yang meliputi poin a)-c) pada maksud
Bukti adanya proses sistem utilitas terhadap dan tujuan.
keadaan darurat yang meliputi poin a)-c) pada
maksud dan tujuan, berupa :
- Daftar area berisiko tinggi bila terjadi
gangguan listrik atau air minum
- Daftar sumber alternatif listrik atau
air minum
b) Air bersih harus tersedia selama 24 jam Pimpinan RS D ; Bukti I : Observasi 10
setiap hari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu. Pj. Program MFK Bukti adanya air bersih harus tersedia selama I : Wawancara 5
Ka Unit Terkait 24 jam setiap hari, 7 (tujuh) hari dalam Observasi/wawancara tentang air bersih 0
seminggu berupa cadangan air bersih yang harus harus tersedia selama 24 jam setiap
tersedia.. hari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu
c) Listrik tersedia 24 jam setiap hari, 7 (tujuh) Pimpinan RS D ; Bukti I : Observasi 10
hari dalam seminggu. Pj. Program MFK Bukti adanya listrik tersedia 24 jam setiap hari, I : Wawancara 5
Ka Unit Terkait 7 (tujuh) hari dalam seminggu berupa kesiapan Observasi/wawancara tentang Listrik 0
genset dalam mendukung ketersedian listrik. tersedia 24 jam setiap hari, 7 (tujuh)
hari dalam seminggu.
d) Rumah sakit mengidentifikasi area dan Pimpinan RS D ; Bukti I : Observasi 10
pelayanan yang berisiko paling tinggi bila Pj. Program MFK Bukti adanya identifikasi area dan pelayanan I : Wawancara 5
terjadi kegagalan listrik atau air bersih Ka Unit Terkait yang berisiko paling tinggi bila terjadi kegagalan Observasi/wawancara tentang 0
terkontaminasi atau terganggu dan listrik atau air bersih terkontaminasi atau identifikasi area dan pelayanan
terganggu dan melakukan penanganan untuk yang
berisiko paling tinggi bila terjadi

88
melakukan penanganan untuk mengurangi mengurangi risiko, berupa ceklis daftar uji coba kegagalan listrik atau air bersih
risiko genset dan uji coba cadangan alternatif air bersih terkontaminasi atau terganggu dan
melakukan penanganan untuk
mengurangi risiko
e) Rumah sakit mempunyai sumber listrik dan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
air bersih cadangan dalam keadaan Pj. Program MFK Bukti adanya sumber listrik dan air bersih I : Wawancara 5
darurat/emergensi. Ka Unit Terkait cadangan dalam keadaan darurat emergensi. Observasi/wawancara tentang sumber 0
berupa daftar uji coba sumber alternatif listrik listrik dan air bersih cadangan dalam
dan air minum keadaan darurat/emergensi

10). Standar MFK 8.2.1


Rumah sakit melakukan uji coba/uji beban sumber listrik dan sumber air cadangan/alternatif.
11). Maksud dan Tujuan MFK 8.2.1
Rumah sakit melakukan pengkajian risiko dan meminimalisasi risiko kegagalan sistem utilitas di area-area berisiko terutama area pelayanan pasien. Rumah sakit merencanakan
tenaga listrik cadangan darurat (dengan menyiapkan genset) dan penyediaan sumber air bersih darurat untuk area-area yang membutuhkan. Untuk memastikan kapasitas beban yang dapat
dicapai oleh unit genset apakah benar-benar mampu mencapai beban tertinggi maka pada waktu pembelian unit genset, dilakukan test loading dengan menggunakan alat yang
bernama dummy load. Selain itu, rumah sakit melaksanakan uji coba sumber listrik cadangan/alternatif sekurangnya 6 (enam) bulan sekali atau lebih sering bila diharuskan oleh
peraturan perundang- undangan atau oleh kondisi sumber listrik. Jika sistem listrik darurat membutuhkan sumber bahan bakar maka jumlah tempat penyimpanan bahan bakar perlu
dipertimbangkan. Rumah
sakit dapat menentukan jumlah bahan bakar yang disimpan, kecuali ada ketentuan lain dari pihak berwenang.
TELUSUR
12). Elemen Penilaian MFK 8.2.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit melaksanakan uji coba sumber Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
air bersih dan listrik cadangan/alternatif Pj. Program MFK Regulasi tentang uji coba sumber air bersih dan I : Wawancara 5
sekurangnya 6 (enam) bulan sekali atau lebih Ka Unit K3 RS listrik cadangan/alternatif sekurangnya 6 (enam) I : Simulasi 0
sering bila diharuskan oleh peraturan bulan sekali atau lebih sering bila diharuskan Observasi/wawancara/simulasi tentang
perundang-undanganan yang berlaku atau oleh peraturan perundang-undanganan yang uji coba sumber air bersih dan listrik
oleh kondisi sumber air. berlaku atau oleh kondisi sumber air. cadangan/alternatif
D : Bukti
Bukti adanya uji coba sumber air bersih dan
listrik cadangan/alternatif sekurangnya 6 (enam)
bulan sekali atau lebih sering bila diharuskan
oleh peraturan perundang-undanganan yang
berlaku atau oleh kondisi sumber air, berupa :
- Daftar area berisiko tinggi bila terjadi
gangguan listrik atau air minum
- Daftar sumber alternatif listrik dan air bersih

89
b) Rumah sakit mendokumentasikan hasil uji Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
coba sumber air bersih cadangan/alternatif Pj. Program MFK Bukti dokumentansi hasil uji coba sumber I : Wawancara 5
tersebut. Ka Unit K3 RS air bersih cadangan/alternatif tersebut. Observasi/wawancara tentang 0
hasil uji coba sumber air
bersih cadangan/alternatif
tersebut.
c) Rumah sakit mendokumentasikan hasil uji Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
sumber listrik/cadangan/alternatif tersebut. Pj. Program MFK Bukti dokumentasikan hasil uji I : Wawancara 5
Ka Unit K3 RS sumber listrik/cadangan/alternatif Observasi/wawancara tentang hasil uji 0
tersebut sumber listrik/cadangan/alternatif
tersebut
d) Rumah sakit mempunyai tempat dan jumlah Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
bahan bakar untuk sumber listrik Pj. Program MFK Bukti adanya tempat dan jumlah bahan I : Wawancara 5
cadangan/alternatif yang mencukupi. Ka Unit K3 RS bakar untuk sumber listrik cadangan/alternatif Observasi/wawancara tentang 0
yang mencukupi. tempat dan jumlah bahan bakar untuk
sumber listrik cadangan/alternatif yang
mencukupi.
13). Standar MFK 8.3
Rumah sakit melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah secara berkala sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
14). Maksud dan Tujuan MFK 8.3
Seperti dijelaskan di MFK 8.2 dan MFK 8.2.1, mutu air rentan terhadap perobahan yang mendadak, termasuk perobahan di luar kontrol rumah sakit. Mutu air juga kritikal di dalam proses
asuhan klinik seperti pada dialisis ginjal. Jadi, rumah sakit menetapkan proses monitor mutu air termasuk tes (pemeriksaan) biologik air yang dipakai untuk dialisis ginjal. Tindakan
dilakukan jika mutu air ditemukan tidak aman. Monitor dilakukan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali atau lebih cepat mengikuti peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air,
dan pengalaman yang lalu dengan masalah mutu air. Monitor dapat dilakukan oleh perorangan yang ditetapkan rumah sakit seperti staf dari laboratorium klinik, atau oleh dinas kesehatan, atau
pemeriksa air pemerintah di luar rumah sakit yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan seperti itu. Apakah diperiksa oleh staf rumah sakit atau oleh otoritas di luar rumah sakit maka
tanggung jawab rumah sakit adalah memastikan pemeriksaan (tes) dilakukan lengkap dan tercatat dalam dokumen. Karena itu, rumah sakit perlu mempunyai proses meliputi :
a) Pelaksanaan pemantauan mutu air bersih paling sedikit 1 (satu) tahun sekali. Untuk pemeriksaan kimia minimalsetiap 6 (enam) bulan atau lebih sering bergantung pada ketentuan
peraturan perundangundangan, kondisisumber air, dan pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air. Hasil pemeriksaan didokumentasikan;
b) Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan atau lebih sering bergantung pada peraturan perundang-undangan, kondisisumber air, dan hasil pemeriksaan air terakhir
bermasalah. Hasil pemeriksaan didokumentasikan;
c) Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjalsetiap bulan untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin. Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasizat
kimia. Hasil pemeriksaan didokumentasikan;
d) Melakukan pemantauan hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila diperlukan.
TELUSUR
15). Elemen Penilaian MFK 8.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pemeriksaan air bersih dan air limbah Pj. Program MFK I : Wawancara 5
Ka Unit K3 RS 0

90
sekurang- kurangnya meliputi poin a) - d) Regulasi tentang proses pemeriksaan air bersih Observasi/wawancara tentang penerapan
pada maksud dan tujuan. dan air limbah sekurang- kurangnya meliputi proses sekurang- kurangnya meliputi
poin a) - d) pada maksud dan tujuan. poin a) - d) pada maksud dan tujuan.
D : Bukti
Bukti adanya hasil pemeriksaan air bersih dan
air limbah sekurang- kurangnya meliputi poin a)
- d) pada maksud dan tujuan, berupa :
- Pemantauan baku mutu air bersih
- Pemeriksaan kimia tentang baku mutu
air bersih 6 bulan sekali
- Pemeriksaan air limbah 3 bulan sekali
- Pemeriksaan baku mutu air yang digunakan
untuk dialysis ginjal setiap bulan
b) Rumah sakit telah melakukan pemantauan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
dan evaluasi proses pada EP 1. Pj. Program MFK Bukti adanya laporan pemantauan dan evaluasi I : Wawancara 5
Ka Unit K3 RS proses pada EP 1, berupa : Observasi/wawancara tentang 0
- Laporan evaluasi baku mutu air bersih pemantauan dan evaluasi proses pada
- Laporan evaluasi air limbah EP 1
- Bukti tindak lanjut
c) Rumah sakit telah menindaklanjuti hasil Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
pemantauan dan evaluasi pada EP 2 dan Pj. Program MFK Bukti adanya tindak lanjut hasil pemantauan I : Wawancara 5
didokumentasikan Ka Unit K3 RS dan evaluasi air bersih dan air limbah Observasi/wawancara tentang tindak 0
lanjut hasil pemantauan dan evaluasi
air bersih dan air limbah
h. Penanganan Kedaruratan dan Bencana
1). Standar MFK 9
Rumah sakit menerapkan proses penanganan bencana untuk menanggapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah rumah sakitnya
2). Maksud dan Tujuan MFK 9
Keadaan darurat yang terjadi, epidemi, atau bencana alam akan berdampak pada rumah sakit. Proses penanganan bencana dimulai dengan mengidentifikasi jenis bencana yang
mungkin terjadi di wilayah rumah sakit berada dan dampaknya terhadap rumah sakit yang dapat berupa kerusakan fisik, peningkatan jumlah pasien/korban yang signifikan, morbiditas dan
mortalitas tenaga Kesehatan, dan gangguan operasionalisasi rumah sakit. Untuk menanggapi secara efektif maka rumah sakit perlu menetapkan proses pengelolaan bencana yang
merupakan bagian dari progam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) pada standar MFK 1 meliputi:
a) Menentukan jenis yang kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian;
b) Menentukan integritas struktural dan non struktural di lingkungan pelayanan pasien yang ada dan bagaimana bila terjadi bencana;
c) Menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut;
d) Menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian;
e) Mengelola sumber daya selama kejadian termasuk sumber-sumber alternatif;
f) Mengelola kegiatan klinisselama kejadian termasuk tempat pelayanan alternatif pada waktu kejadian;
g) Mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab stafselama kejadian dan; dan

91
h) Proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab pribadi staf dan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan pelayanan pasien
termasuk kesehatan mental dari staf.
Rumah sakit yang aman adalah rumah sakit yang fasilitas layanannya tetap dapat diakses dan berfungsi pada kapasitas maksimum, serta dengan infrastruktur yang sama, sebelum,selama,
dan segera setelah dampak keadaan darurat dan bencana. Fungsi rumah sakit yang terus berlanjut bergantung pada berbagai faktor termasuk keamanan dan keselamatan bangunan,sistem
dan peralatan pentingnya, ketersediaan persediaan, serta kapasitas penanganan darurat dan bencana di rumah sakit terutama tanggapan dan pemulihan dari bahaya atau kejadian yang
mungkin terjadi. Kunci pengembangan menuju keamanan dan keselamatan di rumah sakit adalah melakukan analisis kerentanan terhadap kemungkinan bencana (Hazard
Vulnerability Analysis) yang dilakukan rumah sakit setiap tahun.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 9 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pengelolaan bencana yang meliputi poin a) – Pj. Program MFK Regulasi tentang proses pengelolaan bencana I : Wawancara 5
h) pada maksud dan tujuan di atas. Ka Unit K3 RS yang meliputi poin a) – h) pada maksud dan Observasi/wawancara tentang proses 0
tujuan di atas, berupa regulasi pengelolaan pengelolaan bencana yang meliputi poin
bencana (Disaster Plan) a) – h) pada maksud dan tujuan di atas
D : Bukti
Bukti adanya proses pengelolaan bencana yang
meliputi poin a) – h) pada maksud dan tujuan di
atas, berupa :
- Struktur organisasi disaster
- Job description yang terlibat pada program
disaster
- Alur komunikasi disaster
- Program kerja sumber daya bila
ada kejadian
- Identifikasi dan penetapan peran
serta tanggung jawab staf yg terlibat
.
b) Rumah sakit telah mengidentifikasi risiko Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
bencana internal dan eksternal dalam analisis Pj. Program MFK Regulasi tentang identifikasi risiko bencana I : Wawancara 5
kerentanan bahaya/Hazard Vulnerability Ka Unit K3 RS internal dan eksternal dalam analisis kerentanan Observasi/wawancara tentang 0
Analysis (HVA) secara proaktif setiap bahaya/Hazard Vulnerability Analysis (HVA) identifikasi risiko bencana internal dan
tahun dan diintegrasikan ke dalam daftar secara proaktif setiap tahun dan diintegrasikan ke eksternal dalam analisis kerentanan
risiko/risk register dan profil risiko. dalam daftar risiko/risk register dan bahaya/Hazard Vulnerability Analysis
profil risiko. (HVA) secara proaktif
D : Bukti
Bukti adanya pembuatan Profil resiko bencana
internal dan eksternal dalam analisis kerentanan
bahaya/Hazard Vulnerability Analysis (HVA)

92
secara proaktif setiap tahun dan diintegrasikan ke
dalam daftar risiko/risk register dan
profil risiko.

c) Rumah sakit membuat program pengelolaan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


bencana di rumah sakit berdasarkan hasil Pj. Program MFK Regulasi tentang program pengelolaan bencana di I : Wawancara 5
analisis kerentanan bahaya/Hazard Ka Unit K3 RS rumah sakit berdasarkan hasil analisis Observasi/wawancara tentang 0
Vulnerability Analysis (HVA) setiap tahun. kerentanan bahaya/Hazard Vulnerability Analysis pelaksanaan program pengelolaan
(HVA) setiap tahun. bencana berdasarkan hasil analisis HVA
D : Bukti
Bukti adanya pelaksanaan program pengelolaan
bencana berdasarkan hasil analisis HVA

d) Rumah sakit telah melakukan simulasi Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


penanggulangan bencana (disaster drill) Pj. Program MFK Regulasi tentang simulasi penanggulangan I : Wawancara 5
minimal setahun sekali termasuk debriefing. Ka Unit K3 RS bencana (disaster drill) minimal setahun sekali I : Simulasi 0
termasuk debriefing. Observasi/wawancara/simulasi tentang
D : Bukti penanggulangan bencana (disaster drill)
Bukti adanya dokumentasi pelaksanaan program
pelatihan/simulassi penanggulangan bencana
(disaster drill) minimal setahun sekali termasuk
debriefing. (TUMANS)
e) Staf dapat menjelaskan dan atau Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
memperagakan prosedur dan peran mereka Pj. Program MFK Bukti adanya staf dapat menjelaskan dan atau I : Wawancara 5
dalam penanganan kedaruratan serta Ka Unit K3 RS memperagakan prosedur dan peran mereka I : Simulasi 0
bencana internal dan external dalam penanganan kedaruratan serta bencana Observasi/wawancara/simulasi tentang
internal dan external prosedur dan peran mereka dalam
penanganan kedaruratan
serta bencana internal dan external
i. Konstruksi dan Renovasi
1). Standar MFK 10
Rumah sakit melakukan penilaian risiko prakontruksi/Pre Contruction Risk Assessment (PCRA) pada waktu merencanakan pembangunan baru (proyek konstruksi), renovasi dan
pembongkaran
2). Maksud dan tujuan MFK 10
Kegiatan konstruksi, renovasi, pembongkaran, dan pemeliharaan di rumah sakit dapat berdampak pada semua orang dalam area rumah sakit. Namun, pasien mungkin menderita
dampak terbesar. Misalnya, kebisingan dan getaran yang terkait dengan aktivitas ini dapat memengaruhi tingkat kenyamanan pasien, dan debu serta bau dapat mengubah kualitas udara, yang
dapat mengancam status pernapasan pasien. Risiko terhadap pasien, staf, pengunjung, badan usaha independen, dan lainnya di rumah sakit akan bervariasi tergantung pada sejauh mana
aktivitas
konstruksi, renovasi, pembongkaran, atau pemeliharaan dan dampaknya terhadap perawatan pasien, infrastruktur, dan utilitas. Untuk menilai risiko yang terkait dengan konstruksi, renovasi,
atau proyek pembongkaran, atau aktivitas pemeliharaan yang memengaruhi perawatan pasien maka rumah sakit melakukan koordinasi antar satuan kerja terkait, termasuk, sesuai kebutuhan,

93
perwakilan dari desain proyek, pengelolaan proyek, teknik fasilitas, fasilitas keamanan/keselamatan, pencegahan dan pengendalian infeksi, keselamatan kebakaran, rumah tangga, layanan
teknologi informasi, dan satuan kerja serta layanan klinis. Penilaian risiko digunakan untuk mengevaluasi risiko secara komprehensif untuk mengembangkan rencana dan
menerapkan tindakan pencegahan yang akan meminimalkan dampak proyek konstruksi terhadap kualitas, keselamatan dan keamanan perawatan pasien. Proses penilaian risiko konstruksi
meliputi:
a) Kualitas udara;
b) Pencegahan dan pengendalian infeksi;
c) Utilitas;
d) Kebisingan;
e) Getaran;
f) Bahan dan limbah berbahaya;
g) Keselamatan kebakaran;
h) Keamanan;
i) Prosedur darurat, termasuk jalur/keluar alternatif dan akses ke layanan darurat; dan
j) Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.
Selain itu, rumah sakit memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakkan, dan didokumentasikan. Sebagai bagian dari penilaian risiko, risiko infeksi pasien dari
konstruksi dievaluasi melalui penilaian risiko pengendalian infeksi, juga dikenal sebagai ICRA. Setiap ada kontruksi, renovasi dan demolisi harus dilakukan penilaian risiko
prakontruksi termasuk dengan rencana/pelaksanaan pengurangan risiko dampak keselamatan serta keamanan bagi pasien, keluarga, pengunjung, dan staf. Hal ini berdampak memerlukan
biaya maka rumah sakit
dan pihak kontraktor juga perlu menyediakan anggaran untuk penerapan Pra Contruction Risk Assessment (PCRA) dan Infection Control Risk Assessment (ICRA)
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 10 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan penilaian risiko Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
prakonstruksi (PCRA) terkait rencana Pj. Program MFK Regulasi tentang penilaian risiko prakonstruksi I : Wawancara 5
konstruksi, renovasi dan demolisi meliputi Ka Unit K3 RS (PCRA) terkait rencana konstruksi, renovasi dan Observasi/wawancara tentang 0
poin a) - j) seperti di maksud dan tujuan Pihak ke 3 demolisi meliputi poin a) - j) seperti di maksud menerapkan penilaian risiko
diatas. dan tujuan diatas. prakonstruksi (PCRA) terkait rencana
D : Bukti konstruksi, renovasi dan demolisi
Bukti adanya hasil penilaian risiko
prakonstruksi (PCRA) terkait rencana konstruksi,
renovasi dan demolisi meliputi poin a) - j)
seperti di maksud dan tujuan diatas.berupa :
- Bukti pelaksanaan PCRA;
- Bukti tindak lanjut PCRA/laporan PCRA
b) Rumah sakit melakukan penilaian risiko Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
prakontruksi (PCRA) bila ada rencana Pj. Program MFK Bukti adanya hasil penilaian risiko prakontruksi I : Wawancara 5
kontruksi, renovasi dan demolisi. Ka Unit K3 RS (PCRA) bila ada rencana kontruksi, renovasi dan Observasi/wawancara tentang adanya 0
Pihak ke 3 demolisi, berupa : penilaian risiko prakontruksi (PCRA)
- Form ceklist daftar penilaian risiko bila ada rencana kontruksi, renovasi
prakontruksi (PCRA) dan
demolisi

94
- Form Daftar tilik penilaian risiko
prakontruksi (PCRA) bila ada rencana
kontruksi, renovasi dan demolisi.

c) Rumah sakit melakukan tindakan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


berdasarkan hasil penilaian risiko untuk Pj. Program MFK Bukti adanya tindakan berdasarkan hasil I : Wawancara 5
meminimalkan risiko selama Ka Unit K3 RS penilaian risiko untuk meminimalkan risiko Observasi/wawancara tentang tindakan 0
pembongkaran, konstruksi, dan renovasi. Pihak ke 3 selama pembongkaran, konstruksi, dan renovasi. berdasarkan hasil penilaian risiko untuk
meminimalkan risiko selama
pembongkaran, konstruksi, dan renovasi.
d) Rumah sakit memastikan bahwa kepatuhan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
kontraktor meminimalkan risiko selama Pj. Program MFK Bukti adanya kepatuhan kontraktor I : Wawancara 5
pembongkaran, konstruksi, dan renovasi. Ka Unit K3 RS meminimalkan risiko selama pembongkaran, Observasi/wawancara tentang 0
Pihak ke 3 konstruksi, dan renovasi, berupa audit kepatuhan kepatuhan kontraktor
kontraktor

j. Pelatihan
1). Standar MFK 11
Seluruh staf di rumah sakit dan yang lainnya telah dilatih dan memiliki pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit, program keselamatan dan peran mereka dalam memastikan
keamanan dan keselamatan fasilitas secara efektif.
2). Maksud dan Tujuan MFK 11
Staf adalah sumber kontak utama rumah sakit dengan pasien, keluarga, dan pengunjung. Oleh karena itu, mereka perlu dididik dan dilatih untuk menjalankan perannya dalam
mengidentifikasi dan mengurangi risiko, melindungi orang lain dan diri mereka sendiri, serta menciptakan fasilitas yang aman,selamat dan terjamin. Setiap rumah sakit harus memutuskan
jenis dan tingkat pelatihan untuk staf dan kemudian melaksanakan dan mendokumentasikan program pelatihan. Program pelatihan dapat mencakup instruksi kelompok, modul pendidikan
online, materi pendidikan tertulis, komponen orientasistaf baru, dan/atau beberapa mekanisme lain yang memenuhi kebutuhan rumah sakit. Pelatihan diberikan kepada semua staf disemua
shift setiap tahun dan membahas semua program pengelolaan fasilitas dan keselamatan. Pelatihan mencakup instruksi tentang proses pelaporan potensi risiko dan pelaporan insiden
dan cedera. Program pelatihan melibatkan pengujian pengetahuan staf. Staf dilatih dan diuji tentang prosedur darurat, termasuk prosedur keselamatan kebakaran. Sebagaimana berlaku
untuk peran dan tanggung jawab anggota staf, pelatihan dan pengujian membahas bahan berbahaya dan respons terhadap bahaya, seperti tumpahan bahan kimia berbahaya, dan
penggunaan peralatan medis yang dapat menimbulkan risiko bagi pasien dan staf. Pengetahuan dapat diuji melalui berbagai cara,seperti demonstrasi individu atau kelompok,
demonstrasi, peristiwa simulasiseperti epidemi di masyarakat, penggunaan tes tertulis atau komputer, atau cara lain yang sesuai dengan pengetahuan yang diuji, dokumen rumah
sakit yang diuji dan hasil
pengujian
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MFK 11 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Semua staf telah diberikan pelatihan Pj. Program MFK D: Bukti I : Wawancara 10
program manajemen fasilitas dan Seluruh Staf RS Bukti adanya semua staf telah diberikan pelatihan Wawancara tentang pelatihan program 5
keselamatan (MFK) terkait keselamatan Bagian Diklat program manajemen fasilitas dan keselamatan manajemen fasilitas dan keselamatan 0
setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau (MFK) terkait keselamatan setiap tahun dan dapat (MFK) terkait keselamatan setiap tahun

95
menunjukkan peran dan tanggung menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan
jawabnya dan didokumentasikan tanggung jawabnya dan didokumentasikan berupa
laporan pelaksanaan pelatihan(TUMANS)

b) Semua staf telah diberikan pelatihan Pj. Program MFK D : Bukti I : Wawancara 10
program manajemen fasilitas dan Seluruh staf RS Bukti adanya semua staf telah diberikan pelatihan Wawancara tentang pelatihan program 5
keselamatan (MFK) terkait keamanan Bagian Diklat program manajemen fasilitas dan keselamatan manajemen fasilitas dan keselamatan 0
setiap tahun dan dapat menjelaskan (MFK) terkait keamanan setiap tahun dan dapat (MFK) terkait keamanan setiap tahun
dan/atau menunjukkan peran dan tanggung menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan
jawabnya dan didokumentasikan. tanggung jawabnya dan didokumentasikan berupa
laporan pelaksanaan pelatihan (TUMANS)

c) Semua staf telah diberikan pelatihan Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
program manajemen fasilitas dan Seluruh staf RS Bukti adanya semua staf telah diberikan I : Wawancara 5
keselamatan (MFK) terkait pengelolaan B3 Bagian Diklat pelatihan program manajemen fasilitas dan I : Simulasi 0
dan limbahnya setiap tahun dan dapat keselamatan (MFK) terkait pengelolaan B3 dan Observasi/wawancara/simulasi tentang
menjelaskan dan/atau menunjukkan peran limbahnya setiap tahun dan dapat menjelaskan pelatihan program manajemen fasilitas
dan tanggung jawabnya dan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung dan keselamatan (MFK) terkait
didokumentasikan. jawabnya dan didokumentasikan (TUMANS). pengelolaan B3 dan limbahnya setiap
tahun dan dapat menjelaskan dan/atau
menunjukkan peran dan tanggung
jawabnya dan didokumentasikan.
d) Semua staf telah diberikan pelatihan Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
programmanajemen fasilitas dan Seluruh staf RS Bukti adanya semua staf telah diberikan semua I : Wawancara 5
keselamatan (MFK) terkait proteksi Bagian Diklat staf telah diberikan pelatihan program manajemen I : Simulasi 0
kebakaran setiap tahun dan dapat fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait proteksi Observasi/wawancara/simulasi tentang
menjelaskan dan/atau menunjukkan peran kebakaran setiap tahun (TUMANS) dan dapat pelatihan program manajemen fasilitas
dan tanggung jawabnya dan menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan dan keselamatan (MFK) terkait proteksi
didokumentasikan. tanggung jawabnya dan didokumentasikan serta kebakaran setiap tahun dan dapat
bukti edukasi kepada tamu, pengunjung dan menjelaskan dan/atau menunjukkan peran
supplier. dan tanggung jawabnya dan
didokumentasikan.(UMAN) serta bukti
edukasi kepada tamu, pengunjung dan
supplier.
e) Semua staf telah diberikan pelatihan Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
program manajemen fasilitas dan Seluruh Staf RS Bukti adanya semua staf telah diberikan I : Wawancara 5
keselamatan (MFK) terkait peralatan medis Bagian Diklat pelatihan program manajemen fasilitas dan I : Simulasi 0
setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau keselamatan (MFK) terkait peralatan medis setiap

96
menunjukkan peran dan tanggung tahun (TUMANS) dan dapat menjelaskan Observasi/wawancara/simulasi tentang
jawabnya dan didokumentasikan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung pelatihan program manajemen fasilitas
jawabnya dan didokumentasikan. dan keselamatan (MFK) terkait
peralatan medis setiap tahun dan dapat
menjelaskan dan/atau menunjukkan
peran dan
tanggung jawabnya
f) emua staf telah diberikan pelatihan program Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) Seluruh Staf RS Bukti adanya semua staf telah diberikan I : Wawancara 5
terkait sistim utilitas setiap tahun dan dapat Bagian Diklat pelatihan program manajemen fasilitas dan I : Simulasi 0
menjelaskan dan/atau menunjukkan peran keselamatan (MFK) terkait sistim utilitas setiap Observasi/wawancara/simulasi tentang
dan tanggung jawabnya dan tahun (TUMANS) dan dapat menjelaskan pelatihan program manajemen fasilitas
didokumentasikan. dan/atau menunjukkan peran dan tanggung dan keselamatan (MFK) terkait sistim
jawabnya dan didokumentasikan serta bukti utilitas setiap tahun dan dapat
edukasi kepada tamu, pengunjung dan supplier. menjelaskan dan/atau menunjukkan peran
dan tanggung jawabnya
g) Semua staf telah diberikan pelatihan Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
program manajemen fasilitas dan Seluruh Staf RS Bukti adanya semua staf telah diberikan I : Wawancara 5
keselamatan (MFK) terkait penanganan Bagian Diklat pelatihan program manajemen fasilitas dan I : Simulasi 0
bencana setiap tahun dan dapat keselamatan (MFK) terkait penanganan bencana Observasi/wawancara/simulasi tentang
menjelaskan dan/atau menunjukkan peran setiap tahun (TUMANS) dan dapat menjelaskan pelatihan program manajemen fasilitas
dan tanggung jawabnya dan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung dan keselamatan (MFK) terkait
didokumentasikan. jawabnya dan didokumentasikan serta bukti penanganan bencana setiap tahun dan
edukasi kepada tamu, pengunjung dan supplier. dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan
peran dan tanggung jawabnya
h) Pelatihan tentang pengelolaan fasilitas dan Pj. Program MFK D : Bukti I : Observasi 10
program keselamatan mencakup vendor, Seluruh Staf RS Bukti adanya semua staf telah diberikan I : Wawancara 5
pekerja kontrak, relawan, pelajar, peserta Bagian Diklat pelatihan pengelolaan fasilitas dan program I : Simulasi 0
didik, peserta pelatihan, dan lainnya, keselamatan mencakup vendor, pekerja kontrak, Observasi/wawancara/simulasi tentang
sebagaimana berlaku untuk peran dan relawan, pelajar, peserta didik, peserta pelatihan, pelatihan pengelolaan fasilitas dan
tanggung jawab individu, dan sebagaimana dan lainnya, sebagaimana berlaku untuk peran dan program keselamatan mencakup vendor,
ditentukan oleh rumah sakit tanggung jawab individu, dan sebagaimana pekerja kontrak, relawan, pelajar,
ditentukan oleh rumah sakit (TUMANS). peserta didik, peserta pelatihan, dan
lainnya, sebagaimana berlaku untuk
peran dan tanggung jawab individu,
dan sebagaimana ditentukan oleh rumah
sakit

97
4. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
a. Pengelolaaan Kegiatan Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko
1). Standar PMKP 1
Rumah sakit mempunyai Komite/Tim Penyelenggara Mutu yang kompeten untuk mengelola kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
2). Maksud dan Tujuan PMKP 1
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan proses kegiatan yang berkesinambungan (continuous improvement) yang dilaksanaan dengan koordinasi dan integrasi antara
unit pelayanan dan komitekomite (Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite/Tim PPI, Komite K3 dan fasilitas, Komite Etik, Komite PPRA, dan lainlainnya). Oleh karena itu
Direktur perlu menetapkan Komite/Tim Penyelenggara Mutu yang bertugas membantu Direktur atau Kepala Rumah Sakit dalam mengelola kegiatan peningkatan mutu, keselamatan
pasien, dan manajemen risiko di rumah sakit. Dalam melaksanakan tugasnya, Komite/ Tim Penyelenggara Mutu memiliki fungsi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku. Dalam proses pengukuran data, Direktur menetapkan:
a) Kepala unit sebagai penanggung jawab peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) di tingkat unit;
b) Staf pengumpul data; dan
c) Staf yang akan melakukan validasi data (validator).
Bagi rumah sakit yang memiliki tenaga cukup, proses pengukuran data dilakukan oleh ketiga tenaga tersebut. Dalam hal keterbatasan tenaga, proses validasi data dapat dilakukan oleh
penanggung jawab PMKP di unit kerja. Komite/Tim Penyelenggara Mutu, penanggung jawab mutu dan keselamatan pasien di unit, staf pengumpul data, validator perlu mendapat
pelatihan peningkatan mutu dan keselamatan pasien termasuk pengukuran data mencakup pengumpulan data, analisis data, validasi data, serta perbaikan mutu.
Komite/ Tim Penyelenggara Mutu akan melaporkan hasil pelaksanaan program PMKP kepada Direktur setiap 3 (tiga) bulan. Kemudian Direktur akan meneruskan laporan tersebut
kepada Dewan Pengawas. Laporan tersebut mencakup:
a) Hasil pengukuran data meliputi: Pencapaian semua indikator mutu, analisis, validasi dan perbaikan yang telah dilakukan.
b) Laporan semua insiden keselamatan pasien meliputi jumlah, jenis (kejadian sentinel, KTD, KNC, KTC, KPCS), tipe insiden dan tipe harm, tindak lanjut yang dilakukan, serta
tindakan perbaikan tersebut dapat dipertahankan.
Di samping laporan hasil pelaksanaan program PMKP, Komite/ Tim Penyelenggara Mutu juga melaporkan hasil pelaksanaan program manajemen risiko berupa pemantauan penanganan
risiko yang telah dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan kepada Direktur yang akan diteruskan kepada Dewan Pengawas. Rumah sakit membuat program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yang akan diterapkan pada semua unit setiap tahun. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit meliputi tapi tidak terbatas pada:
a) Pengukuran mutu indikator termasuk indikator nasional mutu (INM), indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP RS) dan indikator mutu prioritas unit (IMP Unit).
b) Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan berkelanjutan.
c) Mengurangi varian dalam praktek klinis dengan menerapkan PPK/Algoritme/Protokol dan melakukan pengukuran dengan clinical pathway.
d) Mengukur dampak efisiensi dan efektivitas prioritas perbaikan terhadap keuangan dan sumber daya misalnya SDM.
e) Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien.
f) Penerapan sasaran keselamatan pasien.
g) Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen.
h) Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
i) Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan capaian data kepada staf.
Hal- hal penting yang perlu dilakukan agar program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat diterapkan secara menyeluruh di unit pelayanan, meliputi:
a) Dukungan Direktur dan pimpinan di rumah sakit:
b) Upaya perubahan budaya menuju budaya keselamatan pasien;
c) Secara proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan variasi dalam pelayanan klinis;

98
d) Menggunakan hasil pengukuran data untuk fokus pada isu pelayanan prioritas yang akan diperbaiki atau ditingkatkan; dan
e) Berupaya mencapai dan mempertahankan perbaikan yang berkelanjutan.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PMKP 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur telah menetapkan regulasi terkait D : Regulasi : 10
peningkatan mutu dan keselamatan pasien Regulasi tentang peningkatan mutu dan 0
serta manajemen risiko keselamatan pasien serta manajemen risiko
A : Acuan
- PERMENKES No. 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
- PERMENKES No. 80 tahun 2020
tentang Komite Mutu Rumah Sakit
b) Direktur rumah sakit telah membentuk D : Regulasi : 10
Komite/Tim Penyelenggara Mutu untuk Regulasi tentang pembentukan Komite/Tim 0
mengelola kegiatan PMKP serta uraian Penyelenggara Mutu untuk mengelola kegiatan
tugasnya sesuai PMKP serta uraian tugasnya sesuai dengan
dengan peraturan perundang undangan. peraturan perundang undangan, berupa SK dari
direktur rumah sakit
c) Komite/Tim Penyelenggara Mutu Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara : 10
menyusun program PMKP rumah sakit Pimpinan RS Regulasi tentang Program PMKP rumah sakit Wawancara tentang penyususnan 5
meliputi poin a) – i) yang telah ditetapkan Para Ka Unit RS meliputi poin a) – i) yang telah ditetapkan program PMKP kepada Komite/tim 0
Direktur rumah sakit dan disahkan oleh Komite/tim Mutu Direktur rumah sakit dan disahkan oleh Mutu RS serta proses pengesahan oleh
representatif pemilik/dewan pengawas representatif pemilik/dewan pengawas dewas

D : Bukti
Bukti adanya penyusunan Program PMKP rumah
sakit meliputi poin a) – i) yang telah ditetapkan
Direktur rumah sakit dan disahkan oleh
representatif pemilik/dewan pengawas
d) Program PMKP dievaluasi dalam rapat Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
koordinasi melibatkan komite komite, Pimpinan RS Bukti adanya Laporan Evaluasi dan rapat Wawancara tentang rapat koordinasi 5
pimpinan rumah sakit dan kepala unit setiap Para Ka Unit RS koordinasi melibatkan komite komite, pimpinan melibatkan komite komite, pimpinan 0
triwulan untuk menjamin perbaikan mutu Komite/tim Mutu rumah sakit dan kepala unit setiap triwulan untuk rumah sakit dan kepala unit setiap
yang berkesinambungan. menjamin perbaikan mutu yang triwulan untuk menjamin perbaikan mutu
berkesinambungan, (UMAN) yang berkesinambungan

99
b. Pemilihan dan Pengumpulan Data Indikator Mutu
1). Standar PMKP 2
Komite/Tim Penyelenggara Mutu mendukung proses pemilihan indikator dan melaksanakan koordinasi serta integrasi kegiatan pengukuran data indikator mutu dan keselamatan pasien di
rumah sakit
2). Maksud dan tujuan PMKP 2
Pemilihan indikator mutu prioritas rumah sakit adalah tanggung jawab pimpinan dengan mempertimbangkan prioritas untuk pengukuran yang berdampak luas/ menyeluruh di rumah sakit.
Sedangkan kepala unit memilih indikator mutu prioritas di unit kerjanya. Semua unit klinis dan non klinis memilih indikator terkait dengan prioritasnya. Di rumah sakit yang besar
harus diantisipasi jika ada indikator yang sama yang diukur di lebih dari satu unit. Misalnya, Unit Farmasi dan Komite/Tim PPI memilih prioritas pengukurannya adalah penurunan
angka penggunaan antibiotik di rumah sakit. Program mutu dan keselamatan pasien berperan penting dalam membantu unit melakukan pengukuran indikator yang ditetapkan.
Komite/Tim Penyelenggara Mutu juga bertugas untuk mengintegrasikan semua kegiatan pengukuran di rumah sakit, termasuk pengukuran budaya keselamatan sistem pelaporan
insiden keselamatan
pasien. Integrasi semua pengukuran ini akan menghasilkan solusi dan perbaikan yang terintegrasi.
TELUSUR
3) Elemen Penilaian PMKP 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Komite/Tim Penyelenggara Mutu terlibat Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
dalam pemilihan indikator mutu prioritas Komite/tim Mutu Bukti adanya keterlibatan Komite/tim Wawancara tentang proses pemilihan 5
baik ditingkat rumah sakit maupun tingkat Ka Unit Pelayanan Penyelenggara Mutu dalam pemilihan indikator indikator mutu, prioritas di unit dan 0
unit layanan. mutu prioritas baik ditingkat rumah sakit maupun indikator mutu prioritas rumah sakit
tingkat unit layanan berupa database indikator
mutu.
b) Komite/Tim Penyelenggara Mutu Komite/tim Mutu D : Regulasi I : Wawancara : 10
melaksanakan koordinasi dan integrasi Ka Unit Pelayanan Regulasi tentang proses kordinasi dan integrasi Wawancara tentang pertemuan 5
kegiatan pengukuran serta melakukan Komite/tim Mutu dalam kegiatan pengukuran terintegrasi terkait kegiatan pengukuran 0
supervisi ke unit layanan. indikator yang telah ditetapkan di unit layanan indikator.
berupa :
- Pedoman langkah pengumpulan data meliputi :
1. Identifikasi sumber data : primer/skunder
2. Tehnik sampling yang digunakan
3. Besar sampel, frekwensi yang ditentukan
4. Elemen data dalam instrument
- Pedoman/panduan kegiatan supervisi yang
memuat ketentuan pelaksanaan Supervisi atas
pengukuran indikator yang ditetapkan di unit
D : Bukti
Bukti hasil pertemuan koordinasi dan integrasi
tim penyelenggara mutu untuk merencanakan
pelaksanaan supervisi ke unit layanan, dan
hasil
kegiatan supervise\i (UMAN)

100
c) Komite/Tim Penyelenggara Mutu Komite/tim Mutu D : Bukti I : Wawancara 10
mengintegrasikan laporan insiden Ka Unit Pelayanan Bukti berupa integrasi laporan insiden Wawancara tentang proses integrasi 5
keselamatan pasien, pengukuran budaya keselamatan pasien, laporan pertemuan/kegiatan laporan Insiden keselamatan pasien, 0
keselamatan, dan lainnya integrasi terkait laporan insiden keselamatan pengukuran budaya keselamatan, dan
untuk mendapatkan solusi dan perbaikan pasien, pengukuran budaya keselamatan, dan lainnya untuk mendapatkan solusi dan
terintegrasi lainnya berupa UMAN yang memuat kegiatan : perbaikan terintegrasi
- Analisa insiden
- Pelaksanaan RCA (Root Couse Analysis)
- Pelaksanaan Audit Medis (jika ada)
- Rencana Perbaikan terintegrasi untuk
mengurangi dan mencegah insiden
terulang kembali
4). Standar PMKP 3
Pengumpulan data indikator mutu dilakukan oleh staf pengumpul data yang sudah mendapatkan pelatihan tentang pengukuran data indikator mutu.
5). Maksud dan Tujuan PMKP 3
Pengumpulan data indikator mutu berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu pengukuran indikator nasional mutu (INM) dan prioritas perbaikan tingkat rumah sakit meliputi:
a) Indikator nasional mutu (INM) yaitu indikator mutu nasional yang wajib dilakukan pengukuran dan digunakan sebagai informasi mutu secara nasional.
b) Indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP RS) (TKRS 5) mencakup:
(1) Indikator sasaran keselamatan pasien minimal 1 indikator setiap sasaran.
(2) Indikator pelayanan klinis prioritas minimal 1 indikator.
(3) Indikator sesuai tujuan strategis rumah sakit (KPI) minimal 1 indikator.
(4) Indikator terkait perbaikan sistem minimal 1 indikator.
(5) Indikator terkait manajemen risiko minimal 1 indikator.
(6) Indikator terkait penelitian klinis dan program pendidikan kedokteran minimal 1 indikator. (apabila ada)
c) Indikator mutu prioritas unit (IMP Unit) adalah indikator prioritas yang khusus dipilih kepala unit terdiri dari minimal 1 indikator.
Indikator mutu terpilih apabila sudah tercapai dan dapat dipertahankan selama 1 (satu) tahun, maka dapat diganti dengan indikator mutu yang baru. Setiap indikator mutu baik
indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP RS) maupun indikator mutu prioritas unit (IMP Unit) agar dilengkapi dengan profil indikator sebagai berikut:
a. Judul indikator.
b. Dasar pemikiran.
c. Dimensi mutu.
d. Tujuan.
e. Definisi operasional.
f. Jenis indikator.
g. Satuan pengukuran.
h. Numerator (pembilang).
i. Denominator (penyebut).
j. Target.
k. Kriteria inklusi dan eksklusi.
l. Formula.

10
1
m. Metode pengumpulan data
n. Sumber data.
o. Instrumen pengambilan data.
p. Populasi/sampel (besar sampel dan cara pengambilan sampel).
q. Periode pengumpulan data.
r. Periode analisis dan pelaporan data.
s. Penyajian data.
t. Penanggung jawav

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PMKP 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit melakukan pengumpulan data Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
mencakup (poin a) – c)) dalam maksud dan Ka Unit layanan Bukti adanya pengumpulan data mencakup Wawancara tentang metode 5
tujuan. Komite/tim Mutu (poin a) – c)) dalam maksud dan tujuan. pengumpulan data unit 0

b. Indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP Direktur RS D : Bukti I : Wawancara : 10


RS) dan indikator mutu prioritas unit (IMP Pimpinan RS Bukti adanya indikator mutu prioritas rumah Wawancara tentangp proses penyusunan 5
Unit) telah dibuat profil indikator Ka Unit Pelayanan sakit (IMP RS) dan indikator mutu prioritas unit profil indikator unit 0
mencakup (poin a)-c)) dalam maksud dan Komite/tim Mutu (IMP Unit) telah dibuat profil indikator
tujuan. mencakup (poin a)-c)) dalam maksud dan tujuan.
c. Analisis dan Validasi Data Indikator Mutu
1). Standar PMKP 4
Agregasi dan analisis data dilakukan untuk mendukung program peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta mendukung partisipasi dalam pengumpulan database eksternal.
2). Maksud dan Tujuan PMKP 4
Data yang dikumpulkan akan diagregasi dan dianalisis menjadi informasi untuk pengambilan keputusan yang tepat dan akan membantu rumah sakit melihat pola dan tren capaian
kinerjanya. Sekumpulan data tersebut misalnya data indikator mutu, data laporan insiden keselamatan pasien, data manajemen risiko dan data pencegahan dan pengendalian infeksi,
Informasi ini penting untuk membantu rumah sakit memahami kinerjanya saat ini dan mengidentifikasi peluangpeluang untuk perbaikan kinerja rumah sakit. Rumah sakit harus melaporkan
data mutu dan keselamatan pasien ke eksternal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan meliputi:
a) Pelaporan indikator nasional mutu (INM) ke Kementrian Kesehatan melalui aplikasi mutu fasilitas pelayanan Kesehatan.
b) Pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) ke KNKP melalui aplikasi ereport.
Dengan berpartisipasi dalam pelaporan data mutu dan keselamatan pasien ke eksternal rumah sakit dapat membandingkan kinerjanya dengan kinerja rumah sakit setara baik di skala lokal
maupun nasional. Perbandingan kinerja merupakan pendekatan yang efektif untuk mencari peluangpeluang perbaikan. Proses analisis data mencakup setidaknya satu dampak dari prioritas
perbaikan rumah sakit secara keseluruhan terhadap biaya dan efisiensi sumber daya setiap tahun. Program mutu dan keselamatan pasien mencakup analisis dampak prioritas
perbaikan yang didukung oleh pimpinan. misalnya terdapat bukti yang mendukung pernyataan bahwa penggunaan panduan praktik klinis untuk mestandarkan perawatan memberikan dampak
yang bermakna pada efisiensi perawatan dan pemendekan lama rawat, yang pada akhirnya menurunkan biaya. Staf program mutu dan keselamatan pasien mengembangkan instrumen
untuk mengevaluasi penggunaan sumber daya untuk proses yang berjalan, kemudian untuk mengevaluasi kembali penggunaan sumber daya untuk proses yang telah diperbaiki.
Sumber daya
dapat berupa sumber daya manusia (misalnya, waktu yang digunakan untuk setiap langkah dalam suatu proses) atau melibatkan penggunaan teknologi dan sumber daya lainnya.
Analisis ini akan memberikan informasi yang berguna terkait perbaikan yang memberikan dampak efisiensi dan biaya

102
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PMKP 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Telah dilakukan agregasi dan analisis data Ka Unit Pelayanan D : Bukti I : Wawancara 10
menggunakan metode dan teknik statistik Komite/tim Mutu Bukti adanya agregasi dan analisis data Wawancara tentang pelaksanaan 5
terhadap semua indikator mutu yang telah menggunakan metode dan teknik statistik agregasi dan analisis data menggunakan 0
diukur oleh staf yang kompeten terhadap semua indikator mutu yang telah diukur metode dan teknik statistik terhadap
oleh staf yang kompeten semua indikator mutu yang telah diukur
oleh staf yang kompetensi
b) Hasil analisis digunakan untuk membuat Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
rekomendasi tindakan perbaikan dan serta Ka Uni Pe Bukti adanya rekomendasi tindakan perbaikan Wawancara tentang tindakan perbaikan 5
menghasilkan efisiensi penggunaan sumber layanan sesuai akar masalah informasi data serta sesuai akar masalah informasi data 0
daya. Komite/tim Mutu menghasilkan efisiensi penggunaan sumber adanya efisiensi penggunaan sumber
daya. daya.

c) Memiliki bukti analisis data dilaporkan Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10


kepada direktur dan reprentasi Representasi Bukti adanya hasil analisis data dilaporkan Wawancara tentang analisis data 5
pemilik/dewan pengawas sebagai bagian Pemilik/Dewas kepada direktur dan representasi pemilik/dewan dilaporkan kepada direktur dan 0
dari program peningkatan mutu dan Pimpinan RS pengawas sebagai bagian dari program reprentasi pemilik/dewan pengawas
keselamatan pasien. Ka Unit Pelayanan peningkatan mutu dan keselamatan pasien. sebagai bagian dari program peningkatan
Komite/tim Mutu mutu dan keselamatan pasien.

d) Memiliki bukti hasil analisis berupa Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


informasi INM dan e report IKP Ka Unit Pelayanan Bukti adanya laporan hasil analisis berupa Wawancara tentang hasil analisis 5
diwajibkan lapor kepada Kementrian Komite/tim Mutu informasi INM dan e report IKP ke Kemenkes indikator mutu berupa informasi INM 0
kesehatan sesua peraturan yang berlaku. dan e report IKP telah dilaporkan kepada
kemenkes
e) Terdapat proses pembelajaran dari database Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
eksternal untuk tujuan perbandingan internal Ka Unit Pelayanan Bukti adanya data proses pembelajaran dapat Wawancara tentang bagaimana laporan 5
dari waktu ke waktu, perbandingan dengan Komite/tim Mutu berasal dari : database eksternal perbandingan indikator mutu telah dibandimgkan 0
rumah sakit yang setara, dengan praktik dengan rumah sakit yang setara, dengan dengan rumah sakit lain/ dengan
terbaik (best practices), dan dengan praktik praktik
sumber terbaik (best practices), dan dengan sumber terbaik (best practices)/dengan
ilmiah profesional yang objektik. ilmiah profesional yang objektik. sumber ilmiah professional yang
objektif
f) Keamanan dan kerahasiaan tetap dijaga D :Regulasi : 10
saat berkontribusi pada database eksternal. Regulasi tentang keamanan dan 5
kerahasiaan tetap dijaga saat berkontribusi 0
pada database
eksternal.

10
3
g) Telah menganalisis efisiensi berdasarkan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara : 10
biaya dan jenis sumber daya yang digunakan Ka Unit Pelayanan Bukti adanya analisis efisiensi berdasarkan biaya Wawancara tentang analisis efisiensi 5
(sebelum dan sesudah perbaikan) terhadap Komite/tim Mutu dan jenis sumber daya yang digunakan (sebelum berdasarkan biaya dan jenis sumber 0
satu proyek prioritas perbaikan yang Komite Medik dan sesudah perbaikan) terhadap satu proyek daya yang digunakan (sebelum dan
dipilih setiap tahun Komite Keperawatan prioritas perbaikan yang dipilih setiap tahun sesudah perbaikan) terhadap satu proyek
Komite Nakes lainnya prioritas
perbaikan yang dipilih setiap tahun
4). Standar PMKP 4.1
Staf dengan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang bertugas mengumpulkan dan menganalisis data rumah sakit secara sistematis.
5). Maksud dan Tujuan PMKP 4.1
Analisis data melibatkan staf yang memahami manajemen informasi, mempunyai keterampilan dalam metodemetode pengumpulan data, dan memahami teknik statistik. Hasil analisis data
harus dilaporkan kepada Penanggung jawab indikator mutu (PIC) yang bertanggung jawab untuk menindaklanjuti hasil tersebut. Penanggung jawab tersebut bisa memiliki latar belakang
klinis, non klinis, atau kombinasi keduanya. Hasil analisis data akan memberikan masukan untuk pengambilan keputusan danmmemperbaiki proses klinis dan non klinis secara
berkelanjutan. Run charts, diagram kontrol (control charts), histogram, dan diagram Pareto merupakan contoh dari alatalat statistik yang sangat berguna dalam memahami tren dan variasi
dalam pelayanan kesehatan. Tujuan analisis data adalah untuk dapat membandingkan rumah sakit dengan empat cara. Perbandingan tersebut membantu rumah sakit dalam
memahami sumber dan penyebab perubahan yang tidak diinginkan dan membantu memfokuskan upaya perbaikan.
a) Dengan rumah sakit sendiri dari waktu ke waktu, misalnya dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun
b) Dengan rumah sakit setara, seperti melalui database referensi.
c) Dengan standarstandar, seperti yang ditentukan oleh badan akreditasi atau organisasi profesional ataupun standarstandar yang ditentukan oleh peraturan perundang undangan yang
berlaku.
d) Dengan praktikpraktik terbaik yang diakui dan menggolongkan praktik tersebut sebagai best practice (praktik terbaik) atau better practice (praktik yang lebih baik) atau
practice
guidelines (pedoman praktik).
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PMKP 4.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Data dikumpulkan, dianalisis, dan diubah Pimpinan RS D : Bukti 10
menjadi informasi untuk mengidentifikasi Ka Unit Pelayanan Bukti adanya laporan hasil analisis dan I : Wawancara 5
peluang peluang untuk perbaikan. Komite/tim Mutu diubah menjadi informasi untuk Wawancara tentang proses pencarian 0
mengidentifikasi peluang peluang untuk akar masalah, penetuan prioritas masalah
perbaikan. dan rencana perbaikan
b) Staf yang kompeten melakukan proses Ka Unit Pelayanan D : Bukti I : Wawancara 10
pengukuran menggunakan alat dan teknik Komite/tim Mutu Bukti adanya staf yang kompeten melakukan Wawancara tentang metoda 5
statistik. proses pengukuran menggunakan alat dan pengumpulan data 0
teknik
statistic berupa sertifikat pelatihan dan hasil
pengukuran.
c) Hasil analisis data dilaporkan kepada Ka Unit Pelayanan D : Bukti I :Wawancara : 10
penanggung jawab indikator mutu yang akan Komite/tim Mutu Bukti adanya hasil analisis data dari tim Wawancara tentang proses pelaporan 5
melakukan perbaikan. pengumpul data dari seluruh unit dilaporkan hasil pengumpulan data dari unit 0
kepada PJ unit/mutu untuk dilakukan rencana serta proses analisa data dari tiap
perbaikan
104
unit dan
perencanaan perbaikan

10
5
7). Standard PMKP 5
Rumah sakit melakukan proses validasi data terhadap indikator mutu yang diukur.
8). Maksud dan Tujuan PMKP 5
Validasi data adalah alat penting untuk memahami mutu dari data dan untuk menetapkan tingkat kepercayaan (confidence level) para pengambil keputusan terhadap data itu sendiri. Ketika
rumah sakit mempublikasikan data tentang hasil klinis, keselamatan pasien, atau area lain, atau dengan cara lain membuat data menjadi publik, seperti di situs web rumah sakit,
rumah sakit memiliki kewajiban etis untuk memberikan informasi yang akurat kepada publik. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data yang dilaporkan ke
Direktur, Dewan Pengawas dan yang dipublikasikan ke masyarakat adalah valid. Keandalan dan validitas pengukuran dan kualitas data dapat ditetapkan melalui proses validasi data internal
rumah sakit. Kebijakan data yang harus divalidasi yaitu:
a) Pengukuran indikator mutu baru;
b) Bila data akan dipublikasi ke masyarakat baik melalui website rumah sakit atau media lain
c) Ada perubahan pada pengukuran yang selama ini sudah dilakukan, misalnya perubahan profil indikator, instrumen pengumpulan data, proses agregasi data, atau perubahan
staf pengumpul data atau validator
d) Bila terdapat perubahan hasil pengukuran tanpa diketahui sebabnya
e) Bila terdapat perubahan sumber data, misalnya terdapat perubahan sistem pencatatan pasien dari manual ke elektronik;
f) Bila terdapat perubahan subjek data seperti perubahan umur rata rata pasien, perubahan protokol riset, panduan praktik klinik baru diberlakukan, serta adanya teknologi dan
metodologi pengobatan baru.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian PMKP 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melakukan validasi yang Komite/tim Mutu D: Regulasi : I : Wawancara 10
berbasis bukti meliputi poin a) – f) yang ada Ka Unit Terkait Regulasi tentang validasi data sesuai kondisi Wawancara tentang pelaksanaan validasi 5
pada maksud dan tujuan. Petugas Validasi Data yang ada di RS berbasis bukti sesuai poin (a- data sesuai kondisi yang ada di RS 0
f). D : Bukti sesuai poin (a - f).
Bukti adanya hasil validasi data berbasis bukti
meliputi poin a) – f) yang ada pada maksud
dan tujuan.
b) Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
atas validitas dan kualitas data serta hasil Ka Unit Terkait Bukti adanya rapat pelaksanaan validasi data dan I : Wawancara 5
yang dipublikasikan. Komite/Tim Mutu pertemuan hasil validasi data kepada pimpinan Observasi/wawancara tentang 0
rumah sakit berupa UMAN pelaksanaan validitas dan kualitas data
serta hasil yang dipublikasikan
d. Pencapaian dan Upaya Mempertahankan Perbaikan Mutu
1). Standar PMKP 6
Rumah sakit mencapai perbaikan mutu dan dipertahankan
2). Maksud dan Tujuan PMKP 6
Hasil analisis data digunakan untuk mengidentifkasi potensi perbaikan atau untuk mengurangi atau mencegah kejadian yang merugikan. Khususnya, perbaikan yang direncanakan
untuk prioritas perbaikan tingkat rumah sakit yang sudah ditetapkan Direktur rumah sakit. Rencana perbaikan perlu dilakukan uji coba dan selama masa uji dan dilakukan evaluasi hasilnya
untuk membuktikan bahwa perbaikan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Proses uji perbaikan ini dapat menggunakan metodemetode perbaikan yang sudah teruji misalnya PDCA
Plan Do
Chek Action (PDCA) atau Plan Do Study Action (PDSA) atau metode lain. Hal ini untuk memastikan bahwa terdapat perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan

106
pasien. Perubahan yang efektif tersebut distandardisasi dengan cara membuat regulasi di rumah sakit misalnya kebijakan, SPO, dan lainlainnya, dan harus di sosialisasikan kepada
semua staf. Perbaikanperbaikan yang dicapai dan dipertahankan oleh rumah sakit didokumentasikan sebagai bagian dari pengelolaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah
sakit
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PMKP 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah membuat rencana Piminan RS D : Bukti I : Wawancar 10
perbaikan dan melakukan uji coba Ka Unit Terkait Bukti adanya rencana perbaikan indikator mutu Wawancara tentang rencana pebaikan 5
menggunakan metode yang telah teruji dan Komite/tim Mutu rumah sakit dan adanya laporan pelaksanaan uji indikator mutu rumah sakit untuk 0
menerapkannya untuk meningkatkan mutu coba pada beberapa indikator di beberapa Unit meningkatkan mutu serta adanya laporan
dan keselamatan pasien. yang memerlukan uji coba untuk meningkatkan pelaksanaan uji coba pada beberapa
mutu dan keselamatan pasien. indikator di beberapa Unit yang
memerlukan uji coba
b) Tersedia kesinambungan data mulai dari Ka Unit Terkait D : Bukti I : Wawancara 10
pengumpulan data sampai perbaikan yang Komite/tim Mutu Bukti adanya kesinambungan data mulai Wawancara tentang tersedianya 5
dilakukan dan dapat dipertahankan. dari pengumpulan data sampai perbaikan kesinambungan data mulai dari 0
yang dilakukan dan dapat pengumpulan data sampai perbaikan
dipertahankan.meliputi : yang dilakukan dan dapat
- Pengumpulan data dipertahankan.
- Analisa Data
- Validasi Data
- Prioritas Masalah
- Rencana perbaikan
- Mempertahan proses perbaikan
c) Memiliki bukti perubahan regulasi atau Ka Unit Terkait D : Bukti I : Wawancara 10
perubahan proses yang diperlukan untuk Komite/tim Mutu Bukti adanya perubahan regulasi atau Wawancara tentang perubahan regulasi 5
mempertahankan perbaikan. perubahan proses yang diperlukan untuk atau perubahan proses yang diperlukan 0
mempertahankan untuk mempertahankan perbaikan
perbaikan
d) Keberhasilan telah didokumentasikan dan Ka Unit Terkait D : Bukti I : Wawancara 10
dijadikan laporan PMKP. Komite/tim Mutu Bukti adanya keberhasilan yang terdapat pada Wawancara tentang bukti berupa 5
laporan PMKP rumah sakit dan telah keberhasilan yang terdapat pada laporan 0
didokumentasikan. PMKP rumah sakit
4). Standar PMKP 7
Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan standar pelayanan kedokteran di rumah sakit untuk menunjang pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas.
5). Maksud dan Tujuan PMKP 7
Penerapan standar pelayanan kedokteran di rumah sakit berdasarkan panduan praktik klinis (PPK) dievaluasi menggunakan alur klinis/clinical pathway (CP). Terkait dengan pengukuran
prioritas perbaikan pelayanan klinis yang ditetapkan Direktur, maka Direktur bersamasama dengan pimpinan medis, ketua Komite Medik dan Kelompok tenaga medis terkait menetapkan
paling sedikit 5 (lima) evaluasi pelayanan prioritas standar pelayanan kedokteran. Evaluasi pelayanan prioritas standar pelayanan kedokteran dilakukan sampai terjadi pengurangan variasi
dari data awal ke target yang ditentukan ketentuan rumah sakit. Tujuan pemantauan pelaksanaan evaluasi perbaikan pelayanan klinis berupa standar pelayanan kedokteran sebagai berikut:
a) Mendorong tercapainya standardisasi proses asuhan klinik.
10
7
b) Mengurangi risiko dalam proses asuhan, terutama yang berkaitan asuhan kritis.
c) Memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan efisien dalam memberikan asuhan klinik tepat waktu dan efektif.
d) Memanfaatkan indikator prioritas sebagai indikator dalam penilaian kepatuhan penerapan alur klinis di area yang akan diperbaiki di tingkat rumah sakit.
e) Secara konsisten menggunakan praktik berbasis bukti (evidence based practices) dalam memberikan asuhan bermutu tinggi.
Evaluasi prioritas standar pelayanan kedokteran tersebut dipergunakan untuk mengukur keberhasilan dan efisensi peningkatan mutu pelayanan klinis prioritas rumah sakit.,
Evaluasi perbaikan pelayanan klinis berupa standar pelayanan kedokteran dapat dilakukan melalui audit medis dan atau audit klinis serta dapat meggunakan indikator mutu.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai efektivitas penerapan standar pelayanan kedokteran di rumah sakit sehingga standar pelayanan kedokteran di rumah sakit dapat mengurangi variasi
dari proses dan hasil serta berdampak terhadap efisiensi (kendali biaya). Misalnya:
a) Dalam PPK disebutkan bahwa tata laksana stroke nonhemoragik harus dilakukan secara multidisiplin dan dengan pemeriksaan serta intervensi dari hari ke hari dengan urutan
tertentu. Karakteristik penyakit stroke nonhemoragik sesuai untuk dibuat alur klinis (clinical pathway/CP); sehingga perlu dibuat CP untuk stroke nonhemoragik.
b) Dalam PPK disebutkan bahwa pada pasien gagal ginjal kronik perlu dilakukan hemodialisis. Uraian rinci tentang hemodialisis dimuat dalam protokol hemodialisis pada
dokumen terpisah.
c) Dalam PPK disebutkan bahwa pada anak dengan kejang demam kompleks perlu dilakukan pungsi lumbal. Uraian pelaksanaan pungsi lumbal tidak dimuat dalam PPK
melainkan dalam prosedur pungsi lumbal dalam dokumen terpisah.
d) Dalam tata laksana kejang demam diperlukan pemberian diazepam rektal dengan dosis tertentu yang harus diberikan oleh perawat bila dokter tidak ada; ini diatur dalam“standing
order”.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PMKP 7 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit melakukan evaluasi clinical Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
pathway sesuai yang tercantum dalam Ka Unit Pelayanan Regulasi tentang proses evaluasi clinical Wawancara tentang proses evaluasi 5
maksud dan tujuan. Komite/tim Mutu pathway sesuai yang tercantum dalam pemahaman dan kepatuhan kepada 0
Komite Medik maksud dan tujuan Clinical Pathway
Komite Keperawatan
Komite Nakes lainnya D : Bukti
Bukti adanya evaluasi clinical pathway sesuai
yang tercantum dalam maksud dan tujuan, berupa
- Audit medik
- Audit klinis

b) Hasil evaluasi dapat menunjukkan adanya Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


perbaikan terhadap kepatuhan dan Ka Unit Pelayanan Bukti adanya data peningkatan kepatuhan I : Wawancara 5
mengurangi variasi dalam penerapan Komite/Tim Mutu terhadap Clinical Pathway dibandingkan Observasi/wawancara tentang hasil 0
prioritas standar pelayanan kedokteran di Komite Medik sebelum dilakukan evaluasi yang menunjukkan perbaikan yang telah dilakukan
rumah sakit. Komite Keperawatan berkurangnya variasi dalam penerapan prioritas
Komite Nakes lainnya standar pelayanan kedokteran di rumah sakit.

108
c) Rumah sakit telah melaksanakan audit klinis Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
dan atau audit medis pada penerapan Ka Unit Pelayanan Regulasi tentang pelaksanaan audit klinis dan Wawancara tentang pelaksanaan audit 5
prioritas standar pelayanan kedokteran di Komite/Tim Mutu atau audit medis pada penerapan prioritas klinis dan atau audit medis pada 0
rumah sakit. Komite Medik standar pelayanan kedokteran di rumah sakit penerapan prioritas standar pelayanan
Komite Keperawatan D : Bukti kedokteran di rumah sakit
Komite Nakes lainnya Bukti adanya hasil audit klinis dan atau audit
medis pada penerapan prioritas standar pelayanan
kedokteran di rumah sakit berupa :
- Format/Instrumen Audit
- Agenda Audit
- Laporan hasil Audit
e. Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan Pasien rumah sakit (SP2KPRS)
1). Standar PMKP 8
Rumah sakit mengembangkan Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien di rumah sakit (SP2KPRS).
2). Maksud dan Tujuan PMKP 8
Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien di rumah sakit (SP2KPRS). tersebut meliputi definisi kejadian sentinel, kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian tidak
cedera (KTC), dan kejadian nyaris cedera (KNC atau nearmiss) dan Kondisi potensial cedera signifikan (KPCS), mekanisme pelaporan insiden keselamatan pasien baik internal maupun
eksternal, grading matriks risiko serta investigasi dan analisis insiden berdasarkan hasil grading tersebut. Rumah sakit berpartisipasi untuk melaporkan insiden keselamatan pasien
yang telah dilakukan investigasi dan analisis serta dilakukan pembelajaran ke KNKP sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Insiden keselamatan pasien merupakan suatu
kejadian yang tidak disengaja ketika memberikan asuhan kepada pasien (care management problem (CMP) atau kondisi yang berhubungan dengan lingkungan di rumah sakit termasuk
infrastruktur, sarana prasarana (service delivery problem (SDP), yang dapat berpotensi atau telah menyebabkan bahaya bagi pasien. Kejadian keselamatan pasien dapat namun tidak
selalu merupakan hasil dari kecacatan pada sistem atau rancangan proses, kerusakan sistem, kegagalan alat, atau kesalahan manusia.
Definisi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian tidak cedera (KTC), kejadian nyaris cedera (KNC), dan kondisi potensial cedera signifikan (KPCS), yang didefinisikan
sebagai berikut:
a) Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah insiden keselamatan pasien yang menyebabkan cedera pada pasien.
b) Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden keselamatan pasien yang sudah terpapar pada pasien namun tidak menyebabkan cedera.
c) Kejadian nyaris cedera (nearmiss atau hampir cedera) atau KNC adanya insiden keselamatan pasien yang belum terpapar pada pasien.
d) Suatu kondisi potensial cedera signifikan (KPCS) adalah suatu kondisi (selain dari proses penyakit atau kondisi pasien itu sendiri) yang berpotensi menyebabkan kejadian sentinel
e) Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada pasien.
Kejadian sentinel merupakan salah satu jenis insiden keselamatan pasien yang harus dilaporkan yang menyebabkan terjadinya halhal berikut ini:
a) Kematian.
b) Cedera permanen.
c) Cedera berat yang bersifat sementara/reversible.
Cedera permanen adalah dampak yang dialami pasien yang bersifat ireversibel akibat insiden yang dialaminya misalnya kecacadan, kelumpuhan, kebutaan, tuli, dan lainlainnya.
Cedera berat yang bersifat sementara adalah cedera yang bersifat kritis dan dapat mengancam nyawa yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tanpa terjadi cedera permanen/gejala sisa,
namun kondisi tersebut mengharuskan pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi /pengawasan pasien untuk jangka waktu yang lama, pemindahan pasien ke tingkat
perawatan yang lebih tinggi karena adanya kondisi yang mengancam nyawa, atau penambahan operasi besar, tindakan, atau tata laksana untuk menanggulangi kondisi tersebut.
Kejadian juga dapat
digolongkan sebagai kejadian sentinel jika terjadi salah satu dari berikut ini:

10
9
a) Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima pelayanan di unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72 jam setelah pemulangan
pasien, termasuk dari Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit;
b) Kematian bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi;
c) Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
d) Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan pelayanan;
e) Kaburnya pasien (atau pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga oleh staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera permanen,
atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut;
f) Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau produk darah dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh, kelompok darah lainnya);
g) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang menerima perawatan, tata
laksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan rumah sakit;
h) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf, praktisi mandiri berizin, pengunjung,
atau vendor ketika berada dalam lingkungan rumah sakit
i) Tindakan invasif, termasuk operasi yang dilakukan pada pasien yang salah, pada sisi yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah (secara tidak sengaja);
j) Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja setelah suatu tindakan invasif, termasuk operasi;
k) Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin >30 mg/dL);
l) Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif >1.500 rad pada satu medan tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah atau pemberian radioterapi
>25% melebihi dosis radioterapi yang direncanakan;
m) Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak diantisipasi selama satu episode perawatan pasien;
n) Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan); atau
o) Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari) terjadi pada pasien dan menyebabkan cedera
permanen atau cedera sementara derajat berat.
Definisi kejadian sentinel meliputi poin a) hingga o) di atas dan dapat meliputi kejadiankejadian lainnya seperti yang disyaratkan dalam peraturan atau dianggap sesuai oleh rumah
sakit untuk ditambahkan ke dalam daftar kejadian sentinel. Komite/ Tim Penyelenggara Mutu segera membentuk tim investigator segera setelah menerima laporan kejadian sentinel.
Semua kejadian yang memenuhi definisi tersebut dianalisis akar masalahnya secara komprehensif (RCA) dengan waktu tidak melebihi 45 (empat puluh lima) hari. Tidak semua
kesalahan menyebabkan kejadian sentinel, dan tidak semua kejadian sentinel terjadi akibat adanya suatu kesalahan. Mengidentifikasi suatu insiden sebagai kejadian sentinel tidak
mengindikasikan adanya tanggungan hukum.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PMKP 8 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur menetapkan sistem pelaporan dan Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
pembelajaran keselamatan pasien rumah Pimpinan RS Regulasi tentang sistem pelaporan dan Wawancara tentang proses pengelolaan 5
sakit (SP2KP RS) termasuk Komite/tim Mutu pembelajaran keselamatan pasien rumah dan pelaporan Manajemen Risiko 0
didalamnya definisi, jenis insiden Ka Unit Pelayanan sakit (SP2KP RS) termasuk didalamnya definisi,
kselamatan pasien meliputi kejadian sentinel Ka Unit TIK jenis insiden kselamatan pasien meliputi
(poin a – o) dalam bagian maksud dan kejadian sentinel (poin a – o) dalam bagian
tujuan), KTD, KNC, KTC dan KPCS, maksud dan tujuan), KTD, KNC, KTC dan
mekanisme pelaporan dan analisisnya serta KPCS, mekanisme pelaporan dan analisisnya
pembelajarannya serta pembelajarannya
D : Bukti

110
Bukti adanya sistem pelaporan dan
pembelajaran keselamatan pasien rumah sakit
(SP2KP RS) seperti :
- Form laporan ke KNKP
- Laporan Insiden
- Penyusunan Register Risiko
- Hasil Identifikasi Risiko
- Analisis Identifikasi/register risiko
b) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu Komite/tim Mutu D : Regulasi I : Wawancara 10
membentuk tim investigator sesegera Tim Investigator Regulasi tentang tim investigator sesegera Wawancara tentang investigasi 5
mungkin untuk melakukan investigasi Ka Unit Pelayanan mungkin untuk melakukan investigasi komprehensif/analisis akar masalah (root 0
komprehensif/analisis akar masalah (root Ka Unit TIK komprehensif/analisis akar masalah (root cause cause analysis) pada semua kejadian
cause analysis) pada semua kejadian sentinel analysis) pada semua kejadian sentinel dalam sentinel dalam kurun waktu tidak
dalam kurun waktu tidak melebihi 45 (empat kurun waktu tidak melebihi 45 (empat puluh melebihi 45 (empat puluh lima) hari.
puluh lima) hari. lima) hari.

D : Bukti
Bukti adanya hasil investigasi
komprehensif/analisis akar masalah (root cause
analysis) pada semua kejadian sentinel dalam
kurun waktu tidak melebihi 45 (empat puluh
lima) hari.

c) Pimpinan rumah sakit melakukan tindakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


perbaikan korektif dan memantau Ka Unit Pelayanan Bukti adanya tindakan perbaikan korektif dan Wawancara tentang tindakan perbaikan 5
efektivitasnya untuk mencegah atau Komite/tim Mutu memantau efektivitasnya untuk mencegah atau korektif dan memantau efektivitasnya 0
mengurangi berulangnya kejadian sentinel Ka Unit TIK mengurangi berulangnya kejadian sentinel untuk mencegah atau mengurangi
tersebut. berupa : berulangnya kejadian sentinel
- Form Pemantauan perbaikan
- Hasil pemantauan dari penetapan
perubahan proses
d) Pimpinan rumah sakit menetapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
untuk menganalisis KTD, KNC, KTC, Ka Unit Pelayanan Regulasi tentang proses untuk menganalisis Wawancara tentang proses untuk 5
KPCS dengan melakukan investigasi Komite/tim Mutu KTD, KNC, KTC, KPCS dengan melakukan menganalisis KTD, KNC, KTC, KPCS 0
sederhana dengan kurun waktu yaitu grading Ka Unit TIK investigasi sederhana dengan kurun waktu yaitu dengan melakukan investigasi sederhana
biru tidak melebihi 7 (tujuh) hari, grading grading biru tidak melebihi 7 (tujuh) hari, dengan kurun waktu yaitu grading biru
hijau tidak melebihi 14 (empat belas) hari. grading hijau tidak melebihi 14 (empat belas) tidak melebihi 7 (tujuh) hari, grading
hari. hijau tidak melebihi 14 (empat belas)
D : Bukti hari.

11
1
Bukti adanya hasil investigasi sederhana
dengan kurun waktu yaitu grading biru tidak
melebihi 7 (tujuh) hari, grading hijau tidak
melebihi 14 (empat belas) hari. berupa :
- Laporan insiden
- Format investigasi sederhana
- Laporan hasil investigasi
- Analisisi identifikasi berupa, rekomendasi
perbaikan dan rencana penanganan dan
bukti penanganan
e) Pimpinan rumah sakit melakukan tindakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
perbaikan korektif dan memantau Ka Unit Pelayanan Bukti adanya tindakan perbaikan korektif dan Wawancara tentang tindakan perbaikan 5
efektivitasnya untuk mencegah atau Komite/tim Mutu laporan memantau efektivitasnya untuk korektif dan memantau efektivitasnya 0
mengurangi berulangnya KTD, KNC, Ka Unit TIK mencegah atau mengurangi berulangnya KTD, untuk mencegah atau mengurangi
KTC, KPCS tersebut. KNC, KTC, KPCS tersebut. berulangnya KTD, KNC, KTC, KPCS
tersebut
4). Standar PMKP 9
Data laporan insiden keselamatan pasien selalu dianalisis setiap 3 (tiga) bulan untuk memantau ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan.
5). Maksud dan Tujuan PMKP 9
Komite/ Tim Penyelenggara Mutu melakukan analisis dan memantau insiden keselamatan pasien yang dilaporkan setiap triwulan untuk mendeteksi pola, tren serta mungkin variasi
berdasarkan frekuensi pelayanan dan/atau risiko terhadap pasien. Laporan insiden dan hasil Investigasi baik investigasi komprehensif (RCA) maupun investigasi sederhana (simple RCA)
harus dilakukan untuk setidaknya halhal berikut ini:
a) Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi,
b) Semua kejadian serius akibat reaksi obat (adverse drug reaction) yang serius sesuai yang ditetapkan oleh rumah sakit
c) Semua kesalahan pengobatan (medication error) yang signifikan sesuai yang ditetapkan oleh rumah sakit
d) Semua perbedaan besar antara diagnosis pra dan diagnosis pascaoperasi; misalnya diagnosis praoperasi adalah obstruksi saluran pencernaan dan diagnosis pascaoperasi adalah
ruptur aneurisme aorta abdominalis (AAA)
e) Kejadian tidak diharapkan atau pola kejadian tidak diharapkan selama sedasi prosedural tanpa memandang cara pemberian
f) Kejadian tidak diharapkan atau pola kejadian tidak diharapkan selama anestesi tanpa memandang cara pemberian
g) Kejadian tidak diharapkan yang berkaitan dengan identifikasi pasien
h) Kejadiankejadian lain, misalnya infeksi yang berkaitan dengan perawatan kesehatan atau wabah penyakit menular
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PMKP 9 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Proses pengumpulan data sesuai Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
a)-h) dari maksud dan tujuan, analisis, dan Ka Unit Terkait Regulasi tentang proses pengumpulan Wawancara tentang proses 5
pelaporan diterapkan untuk mastikan Komite/tim Mutu data sesuai a) - h) dari maksud. pengumpulan dan analisis data sesuai a)- 0
akurasi data. D : Bukti h) dari maksud dan tujuan, analisis, dan
Bukti adanya form pengumpulan data hasil

112
investigasi dan bukti hasil analisis, serta pelaporan diterapkan untuk mastikan
laporan insiden untuk memeastikan akurasi akurasi data.
data.
b) Analisis data mendalam dilakukan ketika Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
terjadi tingkat, pola atau tren yang tak Ka Unit Terkait Bukti adanya laporan pengumpulan data hasil Wawancara tentang analisis data 5
diharapkan yang digunakan untuk Komite/tim Mutu investigasi komprehensif (RCA) atau investigasi mendalam dilakukan ketika terjadi 0
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. sederhana (simple RCA), hasil analisis data tingkat, pola atau tren yang tak
yang memuat tren, rencana perbaikan untuk diharapkan yang digunakan untuk
peningkatan mutu dan keselamatan pasien meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien
c) Data luaran Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
d) (outcome) dilaporkan kepada direktur dan Representasai Bukti adanya data luaran (outcome) dilaporkan Wawancara tentang proses penyusunan 5
representatif pemilik/ dewan pengawas pemilik/Dewas kepada direktur dan representatif pemilik/ dewan dan penyampaian laporan mulai dari 0
sebagai bagian dari program peningkatan Pimpinan RS pengawas sebagai bagian dari program unit sampai ke representasi
mutu dan keselamatan pasien. Ka Unit Terkait peningkatan mutu dan keselamatan pasien pemilik/dewas
Komite/tim Mutu
7). Standar PMKP 10
Rumah sakit melakukan pengukuran dan evaluasi budaya keselamatan pasien
8). Maksud dan Tujuan PMKP 10
Pengukuran budaya keselamatan pasien perlu dilakukan oleh rumah sakit dengan melakukan survei budaya keselamatan pasien setiap tahun. Budaya keselamatan pasien juga dikenal
sebagai budaya yang aman, yakni sebuah budaya organisasi yang mendorong setiap individu anggota staf (klinis atau administratif) melaporkan halhal yang menghawatirkan tentang
keselamatan atau mutu pelayanan tanpa imbal jasa dari rumah sakit. Direktur rumah sakit melakukan evaluasi rutin terhadap hasil survei budaya’keselamatan pasien dengan
melakukan
analisis dan tindak lanjutnya.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian PMKP 10 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pengukuran budaya keselamatan pasien Ka Unit Terkait Bukti adanya hasil pengukuran budaya Wawancara tentang tentang pengukuran 5
dengan survei budaya keselamatan pasien Komite/tim Mutu keselamatan pasien setiap tahun menggunakan budaya keselamatan pasien dengan 0
setiap tahun menggunakan metode yang metode yang telah terbukti. survei budaya keselamatan pasien
telah terbukti. setiap
tahun menggunakan metode yang telah
terbukti.
b) Hasil pengukuran budaya sebagai Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
acuan dalam menyusun program Ka Unit Terkait Regulasi tentang program peningkatan budaya Wawancara tentang hasil pengukuran 5
peningkatan budaya keselamatan di rumah Komite/tim Mutu keselamatan sebagai acuan dalam menyusun budaya keselamatan di rumah sakit. 0
sakit. program peningkatan budaya keselamatan di
rumah sakit. di rumah sakit

11
3
D : Bukti
Bukti adanya hasil pengukuran survei
budaya keselamatan sebagai acuan dalam
menyusun program peningkatan budaya
keselamatan di rumah sakit. di rumah sakit

f. Penerapan Manejemen Risiko


1). Standar PMKP 11
Komite/ Tim Penyelenggara Mutu memandu penerapan program manajemen risiko di rumah sakit
2). Maksud dan Tujuan PMKP 11
Komite/ Tim Penyelenggara Mutu membuat daftar risiko tingkat rumah sakit berdasarkan daftar risiko yang dibuat tiap unit setiap tahun. Berdasarkan daftar risiko tersebut
ditentukan prioritas risiko yang dimasukkan dalam profil risiko rumah sakit. Profil risiko tersebut akan menjadi bahan dalam penyusunan Program manajemen risiko rumah sakit dan menjadi
prioritas untuk dilakukan penanganan dan pemantauannya. Direktur rumah sakit juga berperan dalam memilih selera risiko yaitu tingkat risiko yang bersedia diambil rumah sakit dalam
upayanya mewujudkan tujuan dan sasaran yang dikehendakinya. Ada beberapa metode untuk melakukan analisis risiko secara proaktif yaitu failure mode effect analysis (analisis modus
kegagalan dan dampaknya /FMEA/ AMKD), analisis kerentanan terhadap bahaya/hazard vulnerability analysis (HVA) dan infection control risk assessment (pengkajian risiko
pengendalian infeksi/ICRA). Rumah sakit mengintegrasikan hasil analisis metodemetode tersebut dalam program manajemen risiko rumah sakit. Pimpinan rumah sakit akan
mendesain ulang proses
berisiko tinggi yang telah di analisis secara proaktif dengan melakukan tindakan untuk mengurangi risiko dalam proses tersebut. Proses analisis risiko proaktif ini dilaksanakan
minimal sekali dalam setahun dan didokumentasikan pelaksanaannya
TELUSUR
3). Elemen penilaian PMKP 11 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu memandu Direektur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
penerapan program manajemen risiko yang Pimpinan RS Regulasi tentang program manajemen risiko di Wawancara tentang komite/tim 5
di tetapkan oleh direktur Ka Unit Terkait rumah sakit penyelenggara mutu memandu 0
Komite/tim Mutu D : Bukti penerapan program manajemen risiko
Bukti adanya penerapan program manajemen
risiko.
b) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara : 10
membuat daftar risiko rumah sakit Ka Unit Terkait Bukti adanya daftar risiko rumah sakit Wawancara tentang pembuatan daftar 5
berdasarkan daftar risiko unit unit di rumah Komite/tim Mutu berdasarkan daftar risiko unit - unit di risiko rumah sakit berdasarkan 0
sakit rumah daftar
sakit risiko unit unit di rumah sakit
c) Komite/Tim Penyelenggara Mutu telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
membuat profil risiko dan rencana Ka Unit Terkait Bukti rumah sakit membuat profil risiko Wawancara tentang proses penyusunan 5
penanganan. Komite/tim Mutu dan rencana penanganan. profil risiko dan rencana penanganan. 0

d) Komite/Tim Penyelenggara Mutu telah Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10


membuat pemantauan terhadap rencana Representasi Bukti adanya laporan pemantauan kegiatan Wawanvcara tentang proses pemantauan 5
penanganan dan melaporkan kepada direktur pemilik/Dewas manajemen risiko dan rencana penanganan setiap terhadap rencana penanganan 0
Pimpinan RS 6 bulan kepada direktur dan dewas

114
dan representatif pemilik/dewan pengawas Ka Unit Terkait
setiap 6 (enam) bulan. Komite/tim Mutu

e) Komite/Tim Penyelenggara Mutu telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara : 10


menyusun program manajemen risiko Ka Unit Terkait Bukti adanya rapat penyusunan program Wawancara tentang proses penyusunan 5
tingkat rumah sakit untuk ditetapkan Komite/tim Mutu manajemen risiko tingkat rumah sakit (UMAN) program manajemen risiko tingkat rumah 0
direktur. sakit
f) Komite/Tim Penyelenggara Mutu telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara : 10
memandu pemilihan minimal satu analisis Ka Unit Terkait Bukti adanya pemanduan pemilihan minimal satu Wawancara tentang pemanduan 5
secara proaktif proses berisiko tinggi yang Komite/tim Mutu analisis secara proaktif proses berisiko tinggi pemilihan minimal satu analisis secara 0
diprioritaskan untuk dilakukan analisis yang diprioritaskan untuk dilakukan analisis proaktif proses berisiko tinggi yang
FMEAsetiap tahun FMEA setiap tahun diprioritaskan untuk dilakukan analisis
. FMEA setiap tahun

5. Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (MRMIK)


a. Manajemen Informasi
1). Standar MRMIK 1
Rumah sakit menetapkan proses manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi internal maupun eksternal.
2). Maksud dan Tujuan MRMIK 1
Informasi yang diperoleh selama masa perawatan pasien harus dapat dikelola dengan aman dan efektif oleh rumah sakit. Kemampuan memperoleh dan menyediakan informasi tersebut
memerlukan perencanaan yang efektif. Perencanaan ini melibatkan masukan dari berbagai sumber yang membutuhkan data dan informasi, termasuk:
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang memberikan pelayanan kepada pasien
Pimpinan rumah sakit dan para kepala departemen/unit layanan Staf, unit pelayanan, dan badan/individu di luar rumah sakit yang membutuhkan atau memerlukan data atau informasi tentang
operasional dan proses perawatan rumah sakit
Dalam menyusun perencanaan, ditentukan prioritas kebutuhan informasi dari sumber-sumber strategi manajemen informasi rumah sakit sesuai dengan ukuran rumah sakit,
kompleksitas pelayanan, ketersediaan staf terlatih, dan sumber daya manusia serta teknikal lainnya. Perencanaan yang komprehensif meliputi seluruh unit kerja dan pelayanan yang ada di
rumah sakit. Rumah sakit melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala sesuai ketentuan rumah sakit terhadap perencanaan tersebut. Selanjutnya, rumah sakit melakukan upaya
perbaikan berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi berkala yang telah dilakukan . Apabila rumah sakit menyelenggarakan program penelitian dan atau pendidikan kesehatan maka
pengelolaan
terdapat data dan informasi yang mendukung asuhan pasien, pendidikan,serta riset telah tersedia tepat waktu darisumber data terkini.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MRMIK 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulas D : Regulasi 10
pengelolaan informasi untuk memenuhi Regulasi tentang pengelolaan informasi untuk 0
kebutuhan informas sesuai poin a) – g) memenuhi kebutuhan informas sesuai poin a)
yang terdapat dalam gambaran umum. –
g) yang terdapat dalam gambaran umu
A : Acuan
11
5
1. PERMENKES No. 269 tahun /2008 tentang
rekam medis (sampai Desember 2023)
2. PERMENKES No. 24 tahun 2022 tentang e-
rekam medis
3. PERMENKES No. 82 tahun 2013 tentang SIM
RS
b) Terdapat bukti rumah sakit telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
menerapkan proses pengelolaan Ka/staf Unit SIM-RS Bukti adanya proses pengelolaan informasi Wawancara tentang proses pengelolaan 5
informasi untuk memenuh kebutuhan Komie/tim Mutu untuk memenuh kebutuhan PPA, pimpinan informasi untuk memenuh kebutuhan 0
PPA, pimpinan rumah sakit, kepala rumahsakit,kepala departemen/unit layanan PPA, pimpinan rumahsakit,kepala
departemen/unit layanan dan dan badan/individu dari luar rumah sakit, departemen/unit layanan dan
badan/individu dari luar rumah sakit. berupa laporan kelengkapan catatan rekam badan/individu dari luar rumah sakit
medik

c) Proses yang diterapkan sesuai dengan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara: 10


ukuran rumah sakit, kompleksitas Ka/staf Unit SIM-RS Bukti proses pengelolaan informasi sesuai Wawancara tentang penerapan proses 5
layanan ketersediaan staf terlatih, Ka/staf Unit RM dengan ukuran rumah sakit, kompleksitas pengelolaan informasi yang dengan 0
sumber daya teknis, dan sumber daya Komite/tim RM layanan ketersediaan staf terlatih, sumber ukuran rumah sakit, kompleksitas
lainnya daya teknis, dan sumber daya lainnya. layanan ketersediaan staf terlatih,
sumber daya teknis, dan sumber daya
lainnya

d) Rumah sakit melakukan pemantauan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


dan evaluasi secara berkala sesuai Ka/staf Unit SIM-RS Bukti adanya laporan pemantauan dan evaluasi Wawancara tentang pemantauan dan 5
ketentuan rumah sakit serta upaya secara berkala sesuai ketentuan rumah sakit evaluas secara berkala sesuai ketentuan 0
perbaikan terhadap pemenuhan serta upaya perbaikan terhadap pemenuhan rumah sakit serta upaya perbaikan
informasi internal dan eksternal dalam informasi interna dan eksternal dalam terhadap pemenuhan informasi interna
mendukung asuhan,pelayanan, dan mutu mendukung asuhan,pelayanan, dan mutu serta dan eksternal dalam mendukung
serta keselamatan pasien. keselamatan pasien. asuhan,pelayanan, dan mutu serta
keselamatan pasien.

e) Apabila terdapat program penelitian dan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


atau pendidikan Kesehatan di rumah Ka/staf Unit SIM-RS Bukti adanya program penelitian dan atau Wawancara tentang program penelitian 5
sakit, terdapat bukti bahwa data dan Komie/Tim Mutu pendidikan kesehatan di rumah sakit bila ada, dan atau pendidikan kesehatan di rumah 0
informasi yang mendukung asuhan Bagian Diklat serta bukti bahwa data dan informasi yang sakit bila ada, serta bukti bahwa data
pasien, pendidikan, serta riset telah tepat mendukung asuhan pasien, pendidikan, serta riset dan informasi yang mendukung asuhan
waktu dari sumber data terkini. telah tersedia tepat waktu dari sumber data pasien, pendiikan, serta riset telah
terkini.

116
tersedia tepat waktu dari sumber data
terkini.

f) Seluruh komponen dalam rumah sakit Pimpinan RS D : Bukti: I : Wawancara 10


termasuk pimpinan rumah sakit, PPA, kepala Ka/staf Unit SIM-RS Bukti adanya program pelatihan Wawancara tentang pelatihan SIM 5
unit klinis/non klinis dan staf dilatih Komite/tim RM penggunaan SIM RS (TUMANS) dan RS dan e-rekam medik 0
mengenai prinsip manajemen dan PPA mengenai prinsip manajemen serta
penggunaan informasi. Ka/staf unit klinis/non penggunaan informasi
klinis
Bagian Diklat

4). Standar MRMIK 2


5). Maksud dan Tujuan MRMIK 2
Seluruh komponen dalam rumah sakit termasuk pimpinan rumah sakit, PPA, kepala unit klinis/non klinis dan staf akan mengumpulkan dan menganalisis, serta menggunakan data dan
informasi. Dengan demikian, mereka harus dilatih tentang prinsip pengelolaan dan penggunaan informasi agar dapat berpartisipasi secara efektif. Pelatihan tersebut berfokus pada:
a) penggunakan sistem informasi, seperti sistem rekam medis elektronik, untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaan mereka secara efektif dan menyelenggarakan perawatan
secara efisien dan aman;
b) Pemahaman terhadap kebijakan dan prosedur untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan data dan informasi;
c) Pemahaman dan penerapan strategi untuk pengelolaan data, informasi, dan dokumentasiselama waktu henti (downtime ) yang direncanakan dan tidak terencana;
d) Penggunaan data dan informasi untuk membantu pengambilan keputusan;
e) Komunikasi yang mendukung partisipasi pasien dan keluarga dalam proses perawatan; dan
f) Pemantauan dan evaluasi untuk mengkaji dan meningkatkan proses kerja serta perawatan. Semua staf dilatih sesuai tanggung jawab, uraian tugas, serta kebutuhan data dan informasi.
Rumah sakit yang menggunakan sistem rekam medis elektronik harus memastikan bahwa staf yang dapat mengakses, meninjau, dan/atau mendokumentasikan dalam rekam medis pasien
telah mendapatkan edukasi untuk menggunakan sistem secara efektif dan efisien. PPA, peneliti, pendidik, kepala unit klinis / non klinis sering kali membutuhkan informasi untuk
membantu mereka dalam pelaksanaan tanggung jawab. Informasi demikian termasuk literatur ilmiah dan manajemen, panduan praktik klinis, hasil penelitian, metode pendidikan.
Internet, materi cetakan di perpustakaan,sumber pencarian daring (online), dan materi pribadi yang semuanya merupakan sumber yang bernilai sebagai informasi terkini. Proses
manajemen informasi memungkinkan penggabungan informasi dari berbagai sumber dan menyusun laporan untuk menunjang pengambilan keputusan. Secara khusus, kombinasi
informasi klinis dan non klinis membantu pimpinan departemen/pelayanan untuk menyusun rencana secara kolaboratif. Proses manajemen informasi mendukung para pimpinan
departemen/pelayanan dengan data perbandingan dan data longitudinal terintegrasi.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian MRMIK 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat bukti PPA, pimpinan rumah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
sakit, kepala departemen, unit layanan PPA Bukti bahwa PPA, pimpinan rumah sakit, Wawancara tentang pengelolaan dan 5
dan staf telah dilatih tentang prinsip Kepala Departemen kepala departemen, unit layanan dan staf penggunaan system informasi serta 0
pengelolaan dan penggunaan sistem Ka/staf Unit RM telah dilatih tentang prinsip pengelolaan e- rekam medik
informas sesuai dengan peran dan Ka/staf Unit SIM-RS dan penggunaan sistem informas sesuai
tanggung jawab mereka. Bagian Diklat dengan peran dan tanggung jawab mereka
(TUMANS).

11
7
b) Terdapat bukti bahwa data dan informasi Ka Unit SIM-RS D : Bukti I : Wawancara: 10
klinis serta non klinis diintegrasikan Ka/staf Unit Bukti adanya data dan informasi klinis serta Wawancara tentang pelaporan data 5
sesuai kebutuhan RM non klinis diintegrasikan sesuai kebutuhan klinis dan nonklinis yang 0
berupa laporan bulanan tentang data dan diintegrasikan sesuai kebutuhan
informasi klinis serta non klinis
7). Standar MRMIK 2.1
Rumah sakit menjaga kerahasiaan, keamanan, privasi, integritas data dan informasi melalui proses untuk mengelola dan mengontrol akses.

8). Standar MRMIK 2.2


Rumah sakit menjaga kerahasiaan, keamanan, privasi, integritas data dan informasi melalui proses yang melindungi data dan informasi dari kehilangan, pencurian, kerusakan, dan
penghancuran.
9). Maksud dan Tujuan MRMIK 2.1 dan MRMIK 2.2
Rumah sakit menjaga kerahasiaan, keamanan, integritas data dan informasi pasien yang bersifat sensitif. Keseimbangan antara keterbukaan dan kerahasiaan data harus diperhatikan. Tanpa
memandang apakah rumah sakit menggunakan sistem informasi menggunakan kertas dan/atau elektronik, rumah sakit harus menerapkan langkah-langkah untuk mengamankan dan
melindungi data dan informasi yang dimiliki. Data dan informasi meliputi rekam medis pasien, data dari peralatan dan perangkat medis, data penelitian, data mutu, data tagihan, data
sumber daya manusia, data operasional dan keuangan serta sumber lainnya, sebagaimana berlaku untuk rumah sakit. Langkah-langkah keamanan mencakup proses untuk mengelola
dan mengontrol akses. Sebagai contoh, untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan rekam medis pasien, rumah sakit menentukan siapa yang berwenang untuk mengakses rekam medis
dan tingkat akses individu yang berwenang terhadap rekam medis tersebut. Jika menggunakan sistem informasi elektronik, rumah sakit mengimplementasikan proses untuk
memberikan otorisasi kepada pengguna yang berwenang sesuai dengan tingkat akses mereka. Bergantung pada tingkat aksesnya, pengguna yang berwenang dapat memasukkan data,
memodifikasi, dan menghapus informasi, atau hanya memiliki akses untuk hanya membaca atau akses terbatas ke beberapa sistem/modul. Tingkat akses untuk sistem rekam medis
elektronik dapat mengidentifikasi siapa yang dapat mengakses dan membuat entry dalam rekam medis, memasukkan instruksi untuk pasien, dan sebagainya. Rumah sakit juga
menentukan tingkat akses untuk data lainnya seperti data peningkatan mutu, data laporan keuangan, dan data kinerja rumah sakit. Setiap staf memiliki tingkat akses dan kewenangan
yang berbeda atas data dan informasi sesuai dengan kebutuhan, peran dan tanggung jawab staf tersebut. Proses pemberian otorisasi yang efektif harus mendefinisikan:
a) Siapa yang memiliki akses terhadap data dan informasi, termasuk rekam medis pasien;
b) Informasi mana yang dapat diakses oleh staf tertentu (dan tingkat aksesnya);
c) Proses untuk memberikan hak akses kepada staf yang berwenang;
d) Kewajiban staf untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi;
e) Proses untuk menjaga integritas data (keakuratan, konsistensi, dan kelengkapannya); dan
f) Proses yang dilakukan apabila terjadi pelanggaran terhadap kerahasiaan, keamanan, ataupun integritas data.
Untuk rumah sakit dengan sistem informasi elektronik, pemantauan terhadap data dan informasi pasien melalui audit keamanan terhadap penggunaan akses dapat membantu
melindungi kerahasiaan dan keamanan. Rumah sakit menerapkan proses untuk secara proaktif memantau catatan penggunaan akses. Pemantauan keamanan dilakukan secara rutin
sesuai ketentuan rumah sakit untuk mengidentifikasi kerentanan sistem dan pelanggaran terhadap kebijakan kerahasiaan dan keamanan. Misalnya, sebagai bagian dari proses ini,
rumah sakit dapat mengidentifikasi pengguna sistem yang telah mengubah, mengedit, atau menghapus informasi dan melacak perubahan yang dibuat pada rekam medis elektronik. Hasil
proses pemantauan tersebut dapat digunakan untuk melakukan validasi apakah penggunaan akses dan otorisasi telah diterapkan dengan tepat. Pemantauan keamanan juga efektif
dalam mengidentifikasi kerentanan dalam keamanan, seperti adanya akses pengguna yang perlu diperbarui atau dihapus karena perubahan atau pergantian staf. Saat menggunakan
rekam medis elektronik, langkahlangkah keamanan tambahan untuk masuk/login ke dalam sistem harus diterapkan. Sebagai contoh, rumah sakit memiliki proses untuk memastikan
bahwa staf mengakses sistem (login) menggunakan kredensial unik yang diberikan hanya untuk mereka dan kredensial tersebut tidak dipakai bersama orang lain. Selain proses untuk
mengelola dan mengendalikan akses, rumah sakit memastikan bahwa seluruh data dan informasi rekam medis berbentuk cetak atau elektronik dilindungi dari kehilangan,
pencurian, gangguan, kerusakan, dan
penghancuran yang tidak diinginkan. Penting bagi rumah sakit untuk menjaga dan memantau keamanan data dan informasi, baik yang disimpan dalam bentuk cetak maupun
elektronik

118
terhadap kehilangan, pencurian dan akses orang yang tidak berwenang. Rumah sakit menerapkan praktik terbaik untuk keamanan data dan memastikan penyimpanan catatan, data,
dan informasi medis yang aman dan terjamin. Contoh langkah-langkah dan strategi keamanan termasuk, tetapi tidak terbatas pada, berikut ini:
a) Memastikan perangkat lunak keamanan dan pembaruan sistem sudah menggunakan versi terkini dan terbaru
b) Melakukan enkripsi data, terutama untuk data yang disimpan dalam bentuk digital
c) Melindungi data dan informasi melalui strategi cadangan (back up)seperti penyimpanan di luar lokasi dan/atau layanan pencadangan cloud
d) Menyimpan dokumen fisik rekam medis di lokasi yang tidak terkena panas serta aman dari air dan api
e) Menyimpan dokumen rekam medis aktif di area yang hanya dapat diakses oleh staf yang berwenang.
f) Memastikan bahwa ruang server dan ruang untuk penyimpanan dokumen fisik rekam medis lainnya aman dan hanya dapat diakses oleh staf yang berwenang
g) Memastikan bahwa ruang server dan ruang untuk penyimpanan rekam medisfisik memiliki suhu dan tingkat kelembaban yang tepat.
TELUSUR
10). Elemen Penilaian MRMIK 2.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses untuk Pimpinan RS D : Regulasi: I : Wawancara 10
memastikan kerahasiaan, keamanan, dan Ka/staf Unit SIM-RS Regulasi tentang proses untuk memastikan Wawancara tentang proses untuk 5
integritas data dan informasi sesuai Ka/staf Unit RM kerahasiaan, keamanan, dan integritas data memastikan kerahasiaan, keamanan, dan 0
dengan peraturan perundangan. dan informasi sesuai dengan peraturan integritas data dan informasi sesuai
perundangan, seperti : SPO rekam medis, SPO dengan peraturan perundangan.
kerahasiaan dan keamanan rekam medis.
D : Bukti
Bukti bahwa dalam rekam medik tentang
penerapan proses untuk memastikan
kerahasiaan, keamanan, dan integritas data
dan informasi sesuai dengan peraturan
perundangan.
b) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara: 10
pemberian akses kepada staf yang Ka/staf Unit SIM-RS Regulasi tetang proses pemberian akses Wawancara tentang penerapan proses 5
berwenang untuk mengakses data dan Ka/staf Unit RM kepada staf yang berwenang untuk pemberian akses kepada staf yang 0
informasi, termasuk entry ke dalam mengakses data dan informasi, termasuk berwenang untuk mengakses data
rekam medis pasien. entry ke dalam rekam medis pasien. dan informasi, termasuk entry ke
D : Bukti dalam rekam medis pasien.
Bukti bahwa dalam rekam medik tentang
penerapan proses pemberian akses kepada
staf yang berwenang untuk mengakses data
dan informasi, termasuk entry ke dalam
rekam medis pasien.
c) Rumah sakit memantau kepatuhan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi: 10
terhadap proses ini dan mengambil Ka/staf Unit SIM-RS Bukti adanya pemantauan kepatuhan petugas I : Wawancara: 5
tindakan ketika terjadi pelanggaran Komie/tim Mutu rekam medis terhadap pelanggaran tentang Observasi/wawancara 0
tentang:kepatuhan petugas rekam

11
9
terhadap kerahasiaan, keamanan, atau kerahasiaan, keamanan, atau integritas data, medis terhadap pelanggaran tentang
integritas data. berupa : kerahasiaan, keamanan, atau
- Cheklis petugas rekam medis integritas data.
- Daftar pelanggaran terhadap kerahasiaan,
keamanan, atau integritas data rekam medis
TELUSUR
11). Elemen Penilaian MRMIK 2.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Data dan informasi yang disimpan Pimpinan RS D : Bukti I : Observassi 10
terlindung dari kehilangan, pencurian, Ka/staf Unit SIM-RS Bukti bahwa data dan informasi yang I : Wawancara 5
kerusakan, dan penghancuran. Ka/staf Unit RM disimpan terlindung dari kehilangan, 0bservasi/wawancara tentang 0
Bagian Keamanan pencurian, kerusakan, dan penghancuran pelaksanaan perlindungan
seperti CCTV, akses masuk terbatas, terhadap kehilangan, pencurian,
finger print, adanya pasword dan user kerusakan, dan penghancuran data
name (kode) dan informasi

b. Rumah sakit menerapkan pemantauan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


dan evaluasi terhadap keamanan data Ka/staf Unit SIM-RS Bukti adanya laporan pemantauan dan Wawancara tentang penerapan, 5
dann informasi. Ka/staf Unit RM evaluasi terhadap keamanan data dan pemantauan dan evaluasi terhadap 0
Bagian Keamanan informasi berupa laporan evaluasi terhadap keamanan data dan informasi
keamanan data dan informasi
b) Terdapat bukti rumah sakit telah Pimpinan RS D: Bukti I : Wawancara 10
melakukan tindakan perbaikan untuk Ka/staf Unit SIM-RS Bukti bahwa rumah sakit telah melakukan Wawancara tentang pelaksanaan 5
meningkatkan keamanan data dan Ka/staf Unit RM tindakan perbaikan untuk meningkatkan perbaikan untuk meningkatkan 0
informasi. Bagian Keamanan keamanan data dan informasi berupa rencana keamanan data dan informasi
tindak lanjut perbaikan keamanan data dan
informasi
b. Pengelolaan dokumen
1). Standar Standar MRMIK 3
Rumah Sakit menerapkan proses pengelolaan dokumen,termasuk kebijakan, pedoman, prosedur, dan program kerja secara konsisten dan seragam.
2). Maksud dan Tujuan MRMIK 3
Kebijakan dan prosedur bertujuan untuk memberikan acuan yang seragam mengenai fungsi klinis dan non-klinis di rumah sakit. Rumah Sakit dapat membuat Tata naskah untuk memandu
cara menyusun dan mengendalikan dokumen misalnya kebijakan, prosedur, dan program rumah sakit. Dokumen pedoman tata naskah mencakup beberapa komponen kuncisebagai berikut:
a) Peninjauan dan persetujuan semua dokumen oleh pihak yang berwenang sebelum diterbitkan
b) Proses dan frekuensi peninjauan dokumen serta persetujuan berkelanjutan
c) Pengendalian untuk memastikan bahwa hanya dokumen versi terbaru/terkini dan relevan yang tersedia
d) Bagaimana mengidentifikasi adanya perubahan dalam dokumen
e) Pemeliharaan identitas dan keterbacaan dokumen
f) Proses pengelolaan dokumen yang berasal dari luar rumah sakit

120
g) Penyimpanan dokumen lama yang sudah tidak terpakai (obsolete) setidaknya selama waktu yang ditentukan oleh peraturan perundangan, sekaligus memastikan bahwa
dokumen tersebut tidak akan salah digunakan
h) Identifikasi dan pelacakan semua dokumen yang beredar (misalnya, diidentifikasi berdasarkan judul, tanggal terbit, edisi dan/atau tanggal revisi terbaru, jumlah halaman, dan nama
orang yang mensahkan pada saat penerbitan dan revisi dan/atau meninjau dokumen tersebut) Proses-proses tersebut diterapkan dalam menyusun serta memelihara dokumen termasuk
kebijakan, prosedur, dan program kerja.
Dokumen internal rumah sakit terdiri dari regulasi dan dokumen pelaksanaan. Terdapat beberapa tingkat dokumen internal, yaitu:
a) dokumen tingkat pemilik/korporasi; -
b) dokumen tingkat rumah sakit; dan
c) dokumen tingkat unit (klinis dan non klinis), mencakup:
(1) Kebijakan di tingkat unit (klinis dan non klinis)
(2) Pedoman pengorganisasian
(3) Pedoman pelayanan/penyelenggaraan
(4) Standar operasional prosedur (SOP)
(5) Program kerja unit (tahunan)

TELUSUR
3). Elemen Penilaian MRMIK 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan pengelolaan Pimpinan RS D : Regulasi: I : Obsesrvasi 10
dokumen sesuai dengan butir a) – h) Ka/staf Unit SIM-RS Regulasi tentang pengelolaan dokumen I : Wawancara 5
dalam maksud dan tujuan. Ka/staf Unit RM sesuai dengan butir a) – h) dalam maksud Observasi/wawancara tentang 0
dan tujuan. pengelolaan dokumen sesuai dengan
D : Bukti butir a) – h) dalam maksud dan
Bukti adanya penerapan pengelolaan tujuan.
dokumen sesuai dengan butir a) – h) dalam
maksud dan tujuan.

b) Rumah sakit memiliki dan menerapkan Pimpinan RS D: Bukti I : Obsesrvasi 10


format yang seragam untuk semua Ka/staf Unit SIM-RS Bukti adanya penerapan format yang I : Wawancara 5
dokumen sejenis sesuai dengan Ka/staf Unit RM seragam untuk semua dokumen sejenis Observasi/wawancara tentang 0
ketentuan rumah sakit. sesuai dengan ketentuan rumah sakit dengan penerapan format yang seragam
melihat beberapa dokumen rekam medik untuk semua dokumen sejenis

c) Rumah sakit telah memilik dokumen Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


internal mencakup butir a) – c) dalam Ka Unit SIM-RS Bukti bahwa rumah sakit telah memiliki Wawancara tentang:dokumen internal 5
maksud dan tujuan. Ka/staf Unit RM dokumen internal berupa : mencakup butir a) – c) dalam maksud 0
- Dokumen tingkat pemilik/korporasi dan tujuan.
- Dokumen tingkat rumah sakit;
- Dokumen tingkat unit (klinis dan non klinis),

12
1
4). Standar MRMIK 4
Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit dipenuhi secara tepat waktu dalam format yang memenuhi harapan pengguna dan dengan frekuensi yang
diinginkan.
5). Maksud dan Tujuan MRMIK 4
Penyebaran data dan informasi untuk memenuhi kebutuhan pihak di dalam dan di luar rumah sakit merupakan aspek penting dari manajemen informasi. Rumah sakit menetapkan
mekanisme untuk melakukan penyebaran data secara internal dan eksternal. Mekanisme tersebut mengatur agar data yang diberikan tepat waktu dan menggunakan format yang ditetapkan.
Secara internal, penyebaran data dan informasi dapat dilakukan antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang merawat pasien, termasuk dokter, perawat, dietisien, apoteker, dan staf
klinis lainnya yang memerlukan akses ke informasi terbaru dan semua bagian dari rekam medis pasien. Secara eksternal, rumah sakit dapat memberikan data dan informasi kepada
Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan, tenaga kesehatan (seperti dokter perawatan primer pasien di komunitas), layanan dan organisasi kesehatan luar (seperti laboratorium luar
atau rumah sakit rujukan), dan individu (seperti pasien yang meminta rekam medis mereka setelah keluar dari rumah sakit). Format dan kerangka waktu untuk menyebarkan data dan informasi
dirancang untuk memenuhi harapan pengguna sesuai dengan layanan yang diberikan. Ketika data dan informasi dibutuhkan untuk perawatan pasien, data dan informasi tersebut
harus disediakan pada waktu yang tepat guna mendukung kesinambungan perawatan dan keselamatan pasien. Contoh penyebaran informasi untuk memenuhi harapan pengguna meliputi
beberapa hal di bawah ini namun tidak terbatas pada :
a) Pelaporan dan pembaharuan data rumah sakit yang terdapat di aplikasi RS Online Kementerian Kesehatan;
b) Data kunjungan rumah sakit, data pelayanan rumah sakit seperti pelayanan laboratorium dan radiologi, data indikator layanan rumah sakit, morbiditas, mortalitas dan sepuluh besar
penyakit di rawat jalan dan rawat inap dengan menggunakan kode diagnosis ICD 10 pada aplikasi SIRS Online Kementerian Kesehatan;
c) Memberikan data dan informasispesifik yang diminta/dibutuhkan;
d) Menyediakan laporan dengan frekuensi yang dibutuhkan oleh staf atau rumah sakit;
e) Menyediakan data dan informasi dalam format yang memudahkan penggunaannya;
f) Menghubungkan sumber data dan informasi; dan
g) Menginterpretasi atau mengklarifikasi data.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian MRMIK 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat bukti bahwa penyebaran data Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti: I : Wawancara 10
dan informasi memenuhi kebutuhan Ka/staf Unit RM Bukti adanya penyebaran data dan informasi Wawancara tentang pembuatan laporan 5
internal dan eksternal rumah sakit sesuai memenuhi kebutuhan internal dan eksternal data dan informasi untuk memenuhi 0
dengan yang tercantum dalam maksud rumah sakit sesuai dengan yang tercantum kebutuhan pengguna internal dan
dan tujuan. dalam maksud dan tujuan berupa laporan eksternal rumah sakit
data dan informasi telah disampaikan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna internal dan
eksternal rumah sakit

b) Terdapat proses yang memastikan Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti: I : Wawancara 10


bahwa data dan informasi yang Ka/staf Unit RM Bukti adanya proses yang memastikan bahwa Wawancara laporan tentang data 5
dibutuhkan untuk perawatan pasien telah data dan informasi yang dibutuhkan untuk dan informasi yang dibutuhkan 0
diterima tepat waktu dan sesuai format perawatan pasien telah diterima tepat waktu dan untuk perawatan pasien telah
sesuai format yang seragam dan sesuai dengan diterima tepat

122
yang seragam dan sesuai dengan kebutuhan berupa laporan tentang data dan waktu dan sesuai format yang
kebutuhan informasi yang diberikan tepat waktu dan seragam dan sesuai dengan
menggunakan format yang seragam dan sesuai kebutuhan
dengan kebutuhan
c. Rekam Medis Pasien
1). Standar MRMIK 5
Rumah sakit menetapkan penyelenggaraan dan pengelolaan rekam medisterkait asuhan pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2). Maksud dan Tujuan MRMIK 5
Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai sejak saat pasien diterima rumah sakit dan mendapat asuhan medis, keperawatan, dan profesional pemberi
asuhan lainnya. Proses penyelenggaraan rekam medis ini dilanjutkan sampai dengan pasien pulang, dirujuk, atau meninggal. Kegiatan pengelolaan rekam medis yang meliputi:
penerimaan pasien, asembling, analisis koding, indeksing, penyimpanan, pelaporan dan pemusnahan. Rumah sakit menetapkan unit yang mengelola sistem rekam medis secara tepat,
bernilai, dan dapat dipertanggungjawabkan. Unit kerja rekam medis memiliki struktur organisasi, uraian tugas, fungsi, tanggungjawab dan tata hubungan kerja dengan unit pelayanan
lain. Informasi kesehatan (rekam medis) baik kertas maupun elektronik harus dijaga keamanan dan kerahasiaannya dan disimpan sesuai dengan peraturan perundangan. Informasi
kesehatan yang dikelola secara elektronik harus menjamin keamanan dan kerahasiaan dalam 3 (tiga) tempat, yaitu server di dalam rumah sakit,salinan (backup) data rutin, dan data
virtual (cloud) atau salinan (backup) data di luar rumah sakit. Penyimpanan dokumen fisik rekam medis mencakup lokasi yang tidak terkena panasserta aman dari air dan api, hanya
dapat diakses oleh staf yang berwenang dan memastikan ruang penyimpanan rekam medis fisik memilikisuhu dan tingkat kelembaban yang tepat
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MRMIK 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit telah menetapkan regulasi D: Regulasi 10
tentang penyelenggaraan rekam medis di Regulasi tentang penyelenggara rekam 0
rumah sakit. medis di rumah sakit
b. Rumah sakit menetapkan unit D : Regulasi 10
penyelenggara rekam medis dan 1 (satu) Regulasi tentang penetapan unit penyelenggara 0
orang yang kompeten mengelola rekam rekam medis yang dikelola. oleh 1 (satu)
medis. orang yang kompeten mengelola rekam
medis.
c. Rumah Sakit menerapkan Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti I : Wawancara 10
penyelenggaraan rekam medis yang Ka/staf Unit RM Bukti adanya penyelenggaraan rekam medis Wawancara tentang penyelenggaraan 5
dilakukan sejak pasien masuk sampai yang dilakukan sejak pasien masuk sampai rekam medis yang dilakukan sejak 0
pasien pulang, dirujuk, atau meninggal. pasien pulang, dirujuk, atau meninggal. pasien masuk sampai pasien pulang,
dirujuk, atau meninggal.
d. Tersedia penyimpanan rekam medis Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti I : Observasi 10
yang menjamin keamanan dan Ka/staf Unit RM Bukti adanya tempat penyimpana rekam I : Wawancara 5
kerahasiaan baik kertas maupun Bagian Keamanan medik yang menjamin keamanan dan Observasi/wawancara tentang ruang 0
elektronik. kerahasiaan baik kertas maupun elektronik penyimpanan rekam medik yang
menjamin keamanan dan kerahasiaan
baik kertas maupun elektronik

12
3
e. Setiap pasien memiliki rekam medis yang Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti I : Observasi 10
terstandar dalam format yang seragam dan Ka/staf Unit RM Bukti bahwa setiap pasien memiliki rekam I : Wawancara 5
selalu diperbaharui (terkini) dan diisi medis yang terstandar dalam format yang Observasi/wawancara bahwa setiap 0
sesuai dengan ketetapan rumah sakit dalam seragam dan selalu diperbaharui (terkini) pasien memiliki rekam medis yang
tatacara pengisian rekam medis. dan diisi sesuai dengan ketetapan rumah terstandar dalam format yang seragam
sakit dalam tatacara pengisian rekam medis. dan selalu diperbaharui (terkini) dan
diisi sesuai dengan ketetapan rumah
sakit
dalam tatacara pengisian rekam medis
4). Standar MRMIK 6
Setiap pasien memiliki rekam medis yang terstandardalam format yang seragam dan selalu diperbaharui (terkini) dan diisi sesuai dengan ketetapan rumah sakit dalam tatacara pengisian
rekam medis
5). Maksud dan Tujuan MRMIK 6
Setiap pasien memiliki rekam medis, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik yang merupakan sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien serta media
komunikasi yang penting. Oleh karena itu, rekam medis harus selalu dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan dalam pelayanan pasien. Standardisasi dan identifikasi formulir
rekam medis diperlukan untuk memberikan kemudahan PPA dalam melakukan pendokumentasian pada rekam medis pasien dan kemudahan dalam melakukan telusur isi rekam
medis, serta kerapian dalam penyimpanan rekam medis. Rekam medis pasien dipastikan selalu tersedia selama pemberian asuhan baik di rawat jalan, rawat inap maupun gawat
darurat. Rumah sakit memastikan isi, format dan tata cara pengisian dalam rekam medis pasien sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPA. Rumah sakit harus
memilikistandarformulir rekam medissebagai acuan bagi tenaga kesehatan/Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dalam pelayanan pasien. Pengelolaan rekam medis pasien harus
mendukung terciptanya sistem yang baik sejak formulir dibuat atau direview, dan dievaluasi penerapannya secara periodik, termasuk pengendalian rekam medis yang digunakan dan
retensi formulir yang sudah tidak digunakan
lagi.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian MRMIK 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat bukti bahwa setiap pasien Ka/staf Unit SIM-RS D: Bukti: I : Wawancara 10
memiliki rekam medik dengan satu Ka/staf Unit RM Bukti bahwa setiap pasien memiliki rekam Wawancara tentang setiap pasien 5
nomor rekam medik sesuai sistem medik dengan satu nomor rekam medik memiliki rekam medik dengan satu 0
penomoran yang ditetapkan. sesuai sistem penomoran yang ditetapkan. nomor rekam medik sesuai sistem
penomoran yang ditetapkan.
b) Rekam medis rawat jalan, rawat inap, Ka/staf Unit SIM-RS D:Bukti I : Observasi 10
gawat darurat dan pemeriksaan Ka/staf Unit RM Bukti bahwa b) Rekam medis rawat jalan, I : Wawancara 5
penunjang disusun dan diisi sesuai rawat inap, gawat darurat dan pemeriksaan Observas/wawancara tentang rekam 0
ketetapan rumah sakit. penunjang disusun dan diisi sesuai ketetapan medis dievaluasi dan diperbaharui
rumah sakit berupa rekam medis dievaluasi (terkini) sesuai dengan kebutuhan
dan diperbaharui (terkini) sesuai dengan dan secara periodik
kebutuhan dan secara periodik
c) Terdapat bukti bahwa formulir rekam Pimpinan RS D: Bukti: I : Wawancara 10
medis dievaluasi dan diperbaharui Ka/staf Unit RM Bukti bahwa formulir rekam medis Wawancara tentang rekam medis 5
(terkini) sesuai dengan kebutuhan dan Ka/staf Unit SIM-RS dievaluasi dan diperbaharui (terkini) sesuai dievaluasi dan diperbaharui (terkini) 0
secara periodik Komite/tim RM dengan kebutuhan dan secara periodi

124
sesuai dengan kebutuhan dan secara
periodik

7). Standar MRMIK 7


Rumah sakit menetapkan informasi yang akan dimuat pada rekam medis pasien
8). Maksud dan Tujuan MRMIK 7
Rumah sakit menetapkan data dan informasi spesifik yang dicatat dalam rekam medis setiap pasien untuk melakukan penilaian/pengkajian dan mendapatkan pengobatan maupun tindakan
oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA)sebagai pasien rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Ketetapan inisesuai dengan peraturan perundangan yang 139 berlaku. Rekam medis
memuat informasi yang memadai untuk:
a) Mengidentifikasi pasien;
b) Mendukung diagnosis;
c) Justifikasi/dasar pemberian pengobatan;
d) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan hasil pengobatan;
e) Memuat ringkasan pasien pulang (discharge summary); dan
f) Meningkatkan kesinambungan pelayanan diantara Profesional Pemberi Asuhan (PPA).

TELUSUR
9). Elemen Penilaian MRMIK 7 SASARAN SKOR
DOKUMEN
a) Terdapat bukti rekam medis pasien telah Ka/staf Unit SIM-RS D : Regulasi I : Wawancara 10
berisi informasi yang sesuai dengan Ka/staf Unit RM Regulasi tentang isi rekam medis yang Wawancara tentang isi rekam medis 5
ketetapan rumah sakit dan peraturan PPA sesuai dengan ketetapan rumah sakit dan yang sesuai dengan ketetapan rumah 0
perundangan yang berlaku. peraturan perundangan yang berlaku. sakit dan peraturan perundangan
D :.Bukti: yang berlaku.
Bukti bahwa rekam medis pasien telah
berisi informasi yang sesuai dengan
ketetapan rumah sakit dan peraturan
perundangan yang berlaku.
b) Terdapat bukti rekam medis pasien Ka/staf Unit SIM-RS D :. Bukti I : Wawancara: 10
mengandung informasi yang memadai Ka/staf Unit RM Bukti bahwa rekam medik mengandung Wawancara tentang isi rekam medis 5
sesuai butir a) –f) pada maksud dan PPA informasi yang memadai sesuai butir a) –f) pada pasien mengandung informas yang 0
tujuan. maksud dan tujuan. memadai sesuai butir a) –f) pada
maksud dan tujuan.
10). Standar MRMIK 8
Setiap catatan (entry) pada rekam medis pasien mencantumkan identitas Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang menulis dan kapan catatan tersebut ditulis di dalam rekam medis

12
5
11). Maksud dan Tujuan MRMIK 8
Rumah sakit memastikan bahwa setiap catatan dalam rekam medis dapat diidentifikasi dengan tepat, dimana setiap pengisian rekam medis ditulis tanggal, jam,serta indentitas
Profesional Pemberi Asuhan ( PPA ) berupa nama jelas dan tanda tangan/paraf. Rumah sakit menetapkan proses pembenaran/koreksi terhadap kesalahan penulisan catatan dalam rekam
medis. Selanjutnya dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penulisan identitas, tanggal dan waktu penulisan catatan pada rekam medis pasien serta koreksi penulisan catatan dalam
rekam medis.
TELUSUR
12). Elemen Penilaian MRMIK 8 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) PPA mencantumkan identitas secara jelas Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti I : Wawancara 10
pada saat mengisi rekam medik. Ka/staf Unit RM Bukti bahwa dalam rekam medik bahwa PPA Wawancara tentang PPA mencantumkan 5
PPA mencantumkan identitas secara jelas dan tanda identitas secara jelas dan tanda tangan 0
tangan pada saat mengisi rekam medik. pada saat mengisi rekam medik.

b) Tanggal dan waktu penulisan setiap Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti’ I : Wawancara 10
catatan dalam rekam medis pasien dapat Ka/staf Unit RM Bukti bahwa dalam rekam medis bahwa Wawancara tentang penulisan tanggal 5
diidentifikasi. PPA tanggal dan waktu penulisan setiap catatan dan waktu setiap catatan dalam 0
dalam rekam medis pasien dapat rekam medis pasien
diidentifikasi.
c) Terdapat prosedur koreksi penulisan D :. Regulasi 10
dalam pengisian RM elektronik dan non Regulasi tentang prosedur koreksi 0
elektronik. penulisan dalam pengisian rekam medik
elektronik dan non elektronik pada rekam
medis
d) Telah dilakukan pemantauan dan Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti I : Wawancara 10
evaluasi terhadap penulisan Ka/staf Unit RM Bukti adanya laporan pemantauan dan evaluasi Wawancara tentang pemantauan dan 5
identitas,tanggal dan waktu,penulisan PPA terhadap penulisan identitas,tanggal dan evaluasi terhadap penulisan 0
catatan pada rekam medis pasien serta waktu,penulisan catatan pada rekam medis identitas,tanggal dan waktu,penulisan
koreksi penulisan catatan dalam rekam pasien serta koreksi penulisan catatan dalam catatan pada rekam medis pasien serta
medis, dan hasil evaluas yang ada rekam medis, dan hasil evaluas yang ada koreksi penulisan catatan dalam
telahdigunakan sebagai dasar upaya telahdigunakan sebagai dasar upaya perbaikan rekam medis, dan hasil evaluas yang
perbaikan di rumah sakit. di rumah sakit. ada telahdigunakan sebagai dasar
upaya
perbaikan di rumah sakit.
13). Standar MRMIK 9
Rumah sakit menggunakan kode diagnosis, kode prosedur, penggunaan simbol dan singkatan baku yang seragam dan terstandar
14). Maksud dan Tujuan MRMIK 9
Penggunaan kode, simbol, dan singkatan yang terstandar berguna untuk mencegah terjadinya kesalahan komunikasi dan kesalahan pemberian asuhan kepada pasien. Penggunaan
singkatan yang baku dan seragam menunjukkan bahwa singkatan, kode, simbol yang digunakan mempunyai satu arti/makna yang digunakan dan berlaku di semua lingkungan rumah
sakit. Rumah sakit menyusun dan menetapkan daftar atau penggunaan kode, simbol dan singkatan yang digunakan dan tidak boleh digunakan di rumah sakit. Penggunaan kode,simbol,

126
dan singkatan baku yang seragam harus konsisten dengan standar praktik profesional. Prinsip penggunaan kode di rekam medis utamanya menggunakan ICD-10 untuk kode Penyakit
dan dan ICD9 CM untuk kode Tindakan. Penggunaan kode di rekam medis sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakitserta dilakukan evaluasi terkait penggunaan kode tersebut
TELUSUR
5). Elemen Penilaian MRMIK 9 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Penggunaan kode diagnosis, kode Ka/staf Unit RM D : Regulasi I : Wawancara 10
prosedur, singkatan dan symbol sesuai Komite/tim RM Regulasi tentang penggunaan kode Wawancara tentang penggunaan kode 5
dengan ketetapan rumah sakit DPJP diagnosis, kode prosedur, singkatan yang diagnosis, kode prosedur, singkatan 0
digunakan simbol yang digunakanl sesuai yang digunakan simbol yang
dengan ketetapan rumah sakit digunakanl sesuai dengan ketetapan
D : Bukti rumah sakit
Bukti adanya penggunaan kode diagnosis,
kode prosedur, singkatan yang digunakan
simbol yang digunakanl sesuai dengan
ketetapan rumah sakit

b) Dilakukan evaluasi secara berkala Ka/staf Unit RM D : Bukti I : Wawancara: 10


penggunaan kode diagnosis kode Komite/tim RM Bukti adanya laporan evaluasi secara berkala Wawancara tentang evaluasi secara 5
prosedur, singkatan dan simbol Komite/tim Mutu penggunaan kode diagnosis kode prosedur, berkala penggunaan kode diagnosis 0
yang berlaku di rumah sakit dan hasilnya singkatan dan simbol yang berlaku di kode prosedur, singkatan dan
digunakan sebagai upaya tindak lanjut rumah sakit dan hasilnya digunakan sebagai simbol yang berlaku di rumah sakit
untuk perbaikan. upaya tindak lanjut untuk perbaikan. dan hasilnya digunakan sebagai
upaya tindak lanjut untuk perbaikan.
16). Standar MRMIK 10
Rumah sakit menjamin keamanan, kerahasiaan dan kepemilikan rekam medis serta privasi pasien.
17). Maksud dan Tujuan MRMIK 10
Rekam medis adalah pusat informasi yang digunakan untuk tujuan klinis, penelitian, bukti hukum, administrasi, dan keuangan, sehingga harus dibatasi aksesibilitasnya. Pimpinan
rumah sakit bertanggungjawab atas kehilangan kerusakan pemalsuan dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis. Rekam medis, baik kertas
atau elektronik, adalah alat komunikasi yang mendukung pengambilan keputusan klinis, koordinasi pelayanan, evaluasi mutu dan ketepatan perawatan, penelitian, perlindungan
hukum, pendidikan, dan akreditasi serta proses manajemen. Dengan demikian, setiap pengisian rekam medis harus dapat dijamin otentifikasinya. Menjaga kerahasiaan yang
dimaksud termasuk adalah memastikan bahwa hanya individu yang berwenang yang memiliki akses ke informasi tersebut. Selain keamanan dan kerahasian maka dibutuhkan privasisebagai
hak “untuk menjadi
diri sendiri atau hak otonomi”, hak untuk “menyimpan informasi tentang diri mereka sendiri dari yang diungkapkan kepada orang lain; hak untuk diketahui dirisendiri, maupun gangguan
dari pihak yang tidak berkepentingan kecuali yang dimungkinkan atas perintah peraturan perundang-undangan. TE
TELUSUR
18). Elemen Penilaian MRMIK 10 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menentukan otoritas D: Regulasi 10
pengisian rekam medis termasuk isi dan 0
format rekam medis

12
7
Regulasi tentang penentuan otoritas
pengisian rekam medis termasuk isi dan
format rekam medis.

b) Rumah Sakit menentukan hak akses D : Regulasi 10


dalam pelepasan informasi rekam medis Regulasi tentang hak akses dalam pelepasan 0
informasi rekam medis medis
c) Rumah sakit menjamin otentifikasi, Pimpinan RS D: Bukti I : Wawancara: 10
keamanan dan kerahasiaan data rekam Ka/staf Unit RM Bukti bahwa rumah sakit menjamin Wawancara tentang rumah sakit 5
medis baik kertas maupun elektronik otentifikasi, keamanan dan kerahasiaan data menjamin otentifikasi, keamanan dan 0
sebagai bagian dari hak pasien. rekam medis baik kertas maupun elektronik kerahasiaan data rekam medis baik kertas
sebagai bagian dari hak pasien maupun elektronik sebagai bagian dari
hak pasien.
19). Standar MRMIK 11
Rumah sakit mengatur lama penyimpanan rekam medis, data, dan informasi pasien.
20) Maksud dan Tujuan MRMIK 11
Rumah sakit menentukan jangka waktu penyimpanan rekam medis (kertas/elektronik), data, dan informasi lainnya terkait pasien sesuai dengan peraturan perundangundangan untuk
mendukung asuhan pasien, manajemen, dokumentasi yang sah secara hukum, serta pendidikan dan penelitian. Rumah sakit bertanggungjawab terhadap keamanan dan kerahasiaan data
rekam medis selama proses penyimpanan sampai dengan pemusnahan. Untuk rekam medis dalam bentuk kertas dilakukan pemilahan rekam medis aktif dan rekam medis yang tidak
aktif serta disimpan secara terpisah. Penentuan jangka waktu penyimpanan rekam medis ditentukan atas dasar nilai manfaat setiap rekam medis yang konsisten dengan kerahasiaan dan
keabsahan informasi. Bila jangka waktu penyimpanan sudah habis maka rekam medis,serta data dan informasi yang terkait pasien dimusnahkan dengan prosedur yang tidak
membahayakan keamanan dan kerahasiaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit menetapkan dokumen, data dan/atau informasi tertentu terkait pasien yang
memiliki nilaiguna untuk disimpan abadi (permanen).

21). Elemen Penilaian MRMIK 11

TELUSUR
21). Elemen Penilaian MRMIK 11 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit memiliki regulas jangka D : Regulasi: 10
waktu penyimpanan berkas rekam medis Regulasi tentang jangka waktu 0
(kertas/elektronik), serta data dan penyimpanan berkas rekam medis
informasi lainnya terkait dengan pasien (kertas/elektronik), serta data dan informasi
dan prosedur pemusnahannya sesuai lainnya terkait dengan pasien dan prosedur
dengan peraturan perundangan. pemusnahannya sesuai denganperaturan
perundangan prosedur pemusnahannya
sesuai dengan peraturan perundangan.

128
b) Dokumen, data dan/informasi terkait Ka/staf Unit RM D : Bukti: I : Wawancara: 10
pasien dimusnahkan setelah melampaui Bukti adanya pelaksanaan pemusnahan Wawancara tentang pelaksanaan 5
periode waktu penyimpanan sesuai dokumen, data, informasi setelah melampaui pemusnahan berkas rekam medis 0
dengan peraturan perundang-undangan periode waktu penyimpanan sesua dengan pasien
dengan prosedur yang tidak peraturan perundang-undangan dengan
membahayakan keamanan dan prosedur yang tidak membahayakan
kerahasiaan. keamanan dan kerahasiaan berupa berita
acara pemusnahan.
Ka/staf Unit RM D : Bukti I : Wawancara 10
c) Dokumen, data dan/ atau informasi Komite/tim RM Bukti adanya dokumen, data dan/ atau Wawancara tentang penyimpanan 5
tertentu terkait pasien yang bernilai informasi tertentu terkait pasien yang Dokumen, data dan/ atau informasi 0
guna, disimpan abadi (permanen) sesuai bernilai guna, disimpan abadi/permanen tertentu terkait pasien yang bernila
dengan ketetapan rumah sakit. sesuai dengan ketetapan rumah sakit. guna dan npenanggung jawabnya.
.
22). Standar MRMIK 12
Dalam upaya perbaikan kinerja, rumah sakit secara teratur melakukan evaluasi atau pengkajian rekam medis.
23). Maksud dan tujuan MRMIK 12
Setiap rumah sakit sudah menetapkan isi dan format rekam medis pasien dan mempunyai proses untuk melakukan pengkajian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis.
Proses tersebut merupakan bagian dari kegiatan peningkatan kinerja rumah sakit yang dilaksanakan secara berkala. Pengkajian rekam medis berdasarkan sampel yang mewakili PPA
yang memberikan pelayanan dan jenis pelayanan yang diberikan. Proses pengkajian dilakukan oleh komite/tim rekam medis melibatkan tenaga medis, keperawatan, serta PPA
lainnya yang relevan dan mempunyai otorisasi untuk mengisi rekam medis pasien. Pengkajian berfokus pada ketepatan waktu, kelengkapan, keterbacaan, keabsahan dan ketentuan
lainnya seperti informasi klinis yang ditetapkan rumah sakit. Isi rekam medis yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan dimasukkan dalam proses evaluasi rekam medis.
Pengkajian rekam medis di rumah sakit tersebut dilakukan terhadap rekam medis pasien yang sedang dalam perawatan dan pasien yang sudah pulang. Hasil pengkajian dilaporkan secara
berkala kepada pimpinan
rumah sakit dan selanjutnya dibuat upaya perbaikan
TELUSUR
24). Elemen Penilaian MRMIK 12 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan komite/tim rekam D : Regulasi 10
medis Regulasi berupa SK penetapan komite/tim 0
rekam medis
b) Komite/tim RM secara berkala melakukan Komite/tim RM D : Bukti: I : Wawancara 10
pengkajian rekam medis pasien secara Bukti bahwa komite/tim secara berkala Wawancara tentang pengkajian rekam 5
berkala setiap tahun dan menggunakan melakukan pengkajian rekam medis pasien medis pasien secara berkala setiapntahun 0
sampel yang mewakili (rekam medis secara berkala setiap tahun dan menggunakan
pasien sampel yang mewakili (rekam medis pasien yang
yang masih dirawat dan pasien yang sudah masih dirawat dan pasien yang sudah pulang).
pulang).
c) Fokus pengkajian paling sedikit mencakup Komite/tim RM D : Bukti: I : Wawancara 10
pada ketepatan waktu, keterbacaan, Bukti adanya pelaksanaan review yang berfokus 5
pada ketepatan waktu, keterbacaan, kelengkapan 0
12
9
kelengkapan rekam medis dan isi rekam rekam medis berupa bukti komite/tim RM Wawancara tentang pelaksanaan review
medis sesuai dengan peraturan perundangan. menetapkan form sebagai dasar penilaian review yang berfokus pada ketepatan waktu,
termasuk kriteria kelengkapan dokumen keterbacaan, kelengkapan rekam medis
dan isi rekam medis sesuai dengan
peraturan perundangan.
d) Hasil pengkajian yang dilakukan oleh Pimpinan RS D : Bukti: I : Wawancara 10
komite/tim rekam medis dilaporkan kepada Komite/tim RM Bukti adanya laporan hasil review komite/tim Wawancara tentang laporan hasil review 5
pimpinan rumah sakit dan dibuat upaya rekam medis kepada pimpinan rumah sakit dan komite/tim rekam medis kepada 0
perbaikan dibuat upaya perbaikan berupa bukti pengiriman pimpinan rumah sakit dan dibuat upaya
laporan`hasil review ke direktur RS perbaikan

d. Teknologi Informasi Kesehatan di Pelayanan Kesehatan


1). Standar MRMIK 13
Rumah sakit menerapkan sistem teknologi informasi kesehatan di pelayanan kesehatan untuk mengelola data dan informasi klinis serta non klinis sesuai peraturan perundangundangan
2). Maksud dan Tujuan MRMIK 13
Sistem teknologi informasi di pelayanan kesehatan merupakan seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat dan sumber daya manusia yang
saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung peningkatan mutu pelayanan dan pembangunan kesehatan.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pencapaian sistem informasi kesehatan diperlukan SIM RS yang menjadi media berupa sistem teknologi informasi komunikasi yang
memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pengumpulan data, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat. Dalam pengembangan sistem informasi kesehatan, rumah sakit harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan yang meliputi:
a) Kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional
b) Kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan manajerial; dan
c) Budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan pengurangan biaya adminstrasi dalam pelaksanaan organisasi
Apabila sistem informasi kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit sudah tidak sesuai dengan kebutuhan operasional dalam menunjang mutu pelayanan, maka dibutuhkan pengembangan
sistem informasi kesehatan yang mendukung mutu pelayanan agar lebih optimal dengan memperhatikan peraturan yang ada.
Sistem teknologi informasi rumah sakit harus dikelola secara efektif dan komprehensif serta terintegrasi. Individu yang mengawasi sistem teknologi informasi kesehatan bertanggung
jawab atas setidaknya hal-hal berikut:
a) Merekomendasikan ruang, peralatan, teknologi, dan sumber daya lainnya kepada pimpinan rumah sakit untuk mendukung sistem teknologi informasi di rumah sakit.
b) Mengkoordinasikan dan melakukan kegiatan pengkajian risiko untuk menilai risiko keamanan informasi,memprioritaskan risiko, dan mengidentifikasi perbaikan.
c) Memastikan bahwa staf di rumah sakit telah dilatih tentang keamanan informasi dan kebijakan serta prosedur yang berlaku.
Mengidentifikasi pengukuran untuk menilai sistem contohnya penilaian terhadap efektifitas sistem rekam medis elektronik bagi staf dan pasien
TELUSUR
3). Elemen Penilaian MRMIK 13 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulas tentang D : Regulasi 10
penyelenggaraan teknologi informasi Regulasi tentang penyelenggaraan teknologi 0
kesehatan informasi kesehatan

130
b) Rumah sakit menerapkan SIM RS Ka/staf Unit SIM-RS D : Regulasi I : Observasi 10
sesuai dengan ketetapan dan peraturan Ka/staf Unit RM Regulasi tentang penerapan SIM RS sesuai I : Wawancara 5
perundangan yang berlaku. dengan ketetapan dan peraturan Observasi/wawancara tentang penerapan 0
perundangan yang berlaku. SIM RS sesuai dengan ketetapan dan
D : Bukti peraturan perundangan yang berlaku.
Bukti bahwa penerapan SIM RS sesuai dengan
ketetapan dan peraturan perundangan yang
berlaku.
c) Rumah sakit menetapkan unit yang D : Reguiasi: 10
bertanggung jawab sebagai Regulasi tentang penetapan unit yang 0
penyelenggara SIM RS dan dipimpim bertanggung jawab sebagai penyelenggara
oleh staf kompeten. SIMRS dan dipimpim oleh staf kompeten.
d) Data serta informasi klinis dan non klinis Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti I : Wawancara 10
diintegrasikan sesuai dengan kebutuhan Bukti bahwa data serta informasi klinis dan Wawancara tentang data serta informasi 5
untuk mendukung pengambilan non klinis diintegrasikan sesuai dengan klinis dan non klinis diintegrasikan 0
keputusan kebutuhan untuk mendukung pengambilan sesuai dengan kebutuhan untuk
keputusan, berupa : mendukung pengambilan keputusan
- Bukti rapat berupa UMAN
- Bentuk integrasi pelayanan klinis dan non
klinis
- Data dalam pengukuran mutu pelayanan
klinis
- Data pelayanan unit dengan
data manajemen terkait

e) Rumah sakit telah menerapkan proses Ka/staf Unit RM D : Bukti: I : Wawancara 10


untuk menilai efektifitas sistem rekam Ka/staf Unit SIM-RS Bukti penerapan proses untuk menilai Wawancara tentang penerapan proses 5
medis elektronik dan melakukan upaya efektifitas sistem rekam medis elektronik untuk menilai efektifitas sistem 0
perbaikan terkait hasil penilaian yang dan melakukan upaya perbaikan terkait hasil rekam medis elektronik
ada. penilaian yang ada.
4). Standar MRMIK 13.1
Rumah sakit mengembangkan, memelihara, dan menguji program untuk mengatasi waktu henti (downtime) dari sistem data, baik yang terencana maupun yang tidak terencana.
5). Maksud dan tujuan MRMIK 13.1
Sistem data adalah bagian yang penting dalam memberikan perawatan/ pelayanan pasien yang aman dan bermutu tinggi. Interupsi dan kegagalan sistem data adalah kejadian yang
tidak bisa dihindari. Interupsi ini sering disebut sebagai waktu henti (down time), baik yang terencana maupun tidak terencana. Waktu henti, baik yang direncanakan atau tidak
direncanakan, dapat memengaruhiseluruh sistem atau hanya memengaruhi satu aplikasisaja. Komunikasi adalah elemen penting dari strategi kesinambungan pelayanan
selama waktu henti.
Pemberitahuan tentang waktu henti yang direncanakan memungkinkan dilakukannya persiapan yang diperlukan untuk memastikan bahwa operasional dapat berlanjut dengan cara
yang

13
1
aman dan efektif. Rumah sakit memiliki suatu perencanaan untuk mengatasi waktu henti (down time), baik yang terencana maupun tidak terencana dengan melatih staf tentang
prosedur alternatif, menguji program pengelolaan gawat darurat yang dimiliki rumah sakit, melakukan pencadangan data terjadwal secara teratur, dan menguji prosedur pemulihan
data
TELUSUR
6). Elemen Penilaian MRMIK 13.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat prosedur yang harus dilakukan D : Regulasi 10
jika terjadi waktu henti sistem data Regulasi tentang waktu henti sistem data 0
(down time) untuk mengatasi masalah (down time) untuk mengatasi masalah
pelayanan. pelayanan.
b) Staf dilatih dan memaham perannya di Ka/staf Unit SIM-RS D : Bukti: I : Wawancara 10
dalam prosedur penanganan waktu henti Bagian Diklat Bukti adanya pelaksanaan pelatihan staf Wawancara tentang pelaksanaan 5
sistem data (down time), baik yang tentang prosedur penanganan waktu henti pelatihan staf tentang prosedur 0
terencana maupun yang tidak terencana. sistem data (down time) baik yang terencana penanganan waktu henti sistem data
maupun yang tidak terencana (TUMANS) (down time) baik yang terencana maupun
yang tidak terencana
c) Rumah sakit melakukan evaluasi pasca Pimpinan RS D : Bukti T : Wawancara 10
terjadinya waktu henti sistem data (down Ka/staf Unit SIM-RS Bukti adanya laporan evaluasi pasca terjadinya Wawancara tentang evaluasi pasca 5
time) dan menggunakan informasi dari waktu henti sistem data (down time) dan terjadinya waktu henti sistem data (down 0
data tersebut untuk persiapan dan menggunakan informasi dari data tersebut untuk time) dan menggunakan informasi dari
perbaikan apabila terjad waktu henti persiapan dan perbaikan apabila terjad waktu data tersebut untuk persiapan dan
(down time) berikutnya. henti (down time) berikutnya. perbaikan apabila terjad waktu henti
(down time) berikutnya.

132
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
a. Penyelenggaraan PPI di Rumah Sakit
1). Standar PPI 1
Rumah sakit menetapkan Komite/tim PPI untuk melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan PPI di rumah sakit serta menyediakan sumber daya
untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi
2). Standar PPI 1.1
Direktur rumah sakit menetapkan Komite/Tim PPI untuk mengelola dan mengawasi kegiatan PPI disesuaikan dengan jenis pelayanan, kebutuhan, beban kerja, dan/atau klasifikasi rumah
sakit sesuai sesuai peraturan perundang undangan. Komite/Tim PPI dipimpin oleh seorang tenaga medis yang mempunyai pengalaman klinis, pengalaman pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) serta kepemimpinan sehingga dapat mengarahkan, mengimplementasikan, dan mengukur perubahan. Kualifikasi Ketua Komite/Tim PPI dapat dipenuhi
melalui pendidikan dan pelatihan, sertifikasi atau surat izin. Komite/tim PPI melibatkan staf klinis dan non klinis, meliputi perawat PPI/IPCN, staf di bagian pemeliharaan fasilitas,
dapur, kerumahtanggaan (tata graha), laboratorium, farmasi, ahli epidemiologi, ahli statistik, ahli mikrobiologi, staf sterilisasi (CSSD) serta staf bagian umum. Tergantung pada besar
kecilnya ukuran rumah sakit dan kompleksitas layanan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Komite/tim PPI menetapkan mekanisme dan koordinasi termasuk berkomunikasi
dengan semua pihak di rumah sakit untuk memastikan program berjalan efektif dan berkesinambungan. Mekanisme koordinasi ditetapkan secara priodik untuk melaksanakan program PPI
dengan melibatkan pimpinan rumah sakit dan Komite/Tim PPI. Koordinasi tersebut meliputi:
a) Menetapkan kriteria untuk mendefinisikan infeksi terkait pelayanan kesehatan;
b) Menetapkan metode pengumpulan data (surveilans);
c) Membuatstrategi untuk menangani risiko PPI, dan pelaporannya; dan
d) Berkomunikasi dengan semua unit untuk memastikan bahwa program berkelanjutan dan proaktif.
Hasil koordinasi didokumentasikan untuk meninjau efektivitas koordinasi program dan untuk memantau adanya perbaikan progresif. Rumah sakit menetapkan perawat PPI/IPCN (perawat
pencegah dan pengendali infeksi) yaitu perawat yang bekerja penuh waktu) dan IPCLN (perawat penghubung pencegah dan pengendali infeksi) berdasarkan jumlah dan
kualifikasinya sesuai dengan ukuran rumah sakit, kompleksitas kegiatan, tingkat risiko, cakupan program dan peraturan perundang undangan. Kualifikasi pendidikan perawat tersebut
minimal D-3 keperawatan dan sudah mengikuti pelatihan perawat PPI. Dalam melaksanakan kegiatan program PPI yang berkesinambungan secara effektif dan effisien diperlukan
dukungan sumber daya meliputi tapi tidak terbatas pada:
a) Ketersedian anggaran;
b) Sumber daya manusia yang terlatih;
c) Sarana prasarana dan perbekalan, untuk mencuci tangan berbasis alkohol (handrub), dan mencuci tangan dengan air mengalir (handwash), kantong pembuangan sampah
infeksius dll;
d) Sistem manajemen informasi untuk mendukung penelusuran risiko, angka, dan tren infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan; dan
Sarana penunjang lainnya untuk menunjang kegiatan PPI yang dapat mempermudah kegiatan PPI. Informasi dan data kegiatan PPI akan dintegrasikan ke Komite/ Tim Penyelenggara Mutu
untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit oleh Komite/tim PPI setiap bulan.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian PPI 1 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
regulasi PPI meliputi a)–m) pada gambaran Regulasi tentang PPI meliputi a) – m) pada 0
umum. gambaran umum.
A : Acuan

13
3
PERMENKES No .27 tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan pengendalian infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan

b) Direktur rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi: 10


komite/tim PPI untuk mengelola dan Regulasi tentang komite/tim PPI untuk 0
mengawasi kegiatan PPI di rumah sakit. mengelola dan mengawasi kegiatan PPI di rumah
sakit
c) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
mekanisme koordinasi yang melibatkan Ka Unit Pelayanan Regulasi tentang mekanisme koordinasi yang Wawancara tentang pelaksanaan 5
pimpinan rumah sakit dan komite/tim Komite/tim PPI melibatkan pimpinan rumah sakit dan komite/tim koordinas iyang melibatkan 0
PPI untuk melaksanakan program PPI PPI untuk melaksanakan program PPI sesuai pimpinan rumah sakit dan
sesuai dalam maksud dan tujuan. dalam maksud dan tujuan. komite/tim PPI untuk melaksanakan
D : Bukti program PPI
Bukti adanya pelaksanaan koordinas yang
melibatkan pimpinan rumah sakit dan
komite/tim PPI untuk melaksanakan program
PPI berupa :
- Menetapkan kriteria untuk mendefinisikan
infeksi terkait pelayanan kesehatan;
- Menetapkan metode pengumpulan data
(surveilans)
- Membuat strategi untuk menangani risiko PPI,
dan pelaporannya
- Berkomunikasi dengan semua unit untuk
memastikan bahwa program berkelanjutan dan
proaktif.
- UMAN

Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10


Komite/tim PPI Bukti bahwa direktur rumah sakit Wawancara tentang dukungan sumber 5
memberikan dukungan sumber daya terhadap daya terhadap penyelenggaraan 0
d) Direktur rumah sakit memberikan
penyelenggaraan kegiatan PPI meliputi kegiatan PPI meliputi namun tidak
dukungan sumber daya terhadap
namun tidak terbatas pada maksud dan terbatas pada maksud dan tujuan.
penyelenggaraan kegiatan PPI meliputi
tujuan.
namun tidak terbatas pada maksud dan
tujuan.

134
TELUSUR SKOR
4). Elemen Penialian PPI 1.1 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan perawat D : Regulasi : 10
PPI/IPCN purna waktu dan IPCLN Regulasi tentang penetapan perawat PPI/IPCN 0
berdasarkan jumlah dan kualifikasi purna waktu dan IPCLN berdasarkan jumlah dan
sesuai ukuran rumah sakit, kompleksitas kualifikasi sesuai ukuran rumah sakit,
kegiatan, tingkat risiko,cakupan kompleksitas kegiatan, tingkat risiko,cakupan
program dan sesuai dengan peraturan program dan sesuai dengan peraturan perundang-
perundang- undangan. undangan.
b) Ada bukti perawat PPI/IPCN Ka Unit/ruang D : Bukti I : Wawancara 10
melaksanakan supervisi pada semua IPCN Bukti adanya laporan supervisi pada semua Wawancara tentang pelaksanakan 5
kegiatan pencegahan dan pengendalian IPCLN kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di supervisi pada semua kegiatan 0
infeksi di rumah sakit. rumah sakit oleh IPCN/IPCLN pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit
b. Program PPI
1). Standar PPI 2
Rumah sakit menyusun dan menerapkan program PPI yang terpadu dan menyeluruh untuk mencegah penularan infeksi terkait pelayanan kesehatan berdasarkan pengkajian risiko secara
proaktif setiap tahun
2). Maksud dan Tujuan PPI 2
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan serta masyarakat dalam lingkungannya
dengan cara memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan Isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi.
Kesebelas kewaspadaan standartersebut yang harus di terapkan di rumah sakit adalah:
(1) Kebersihan tangan
(2) Alat Pelindung diri
(3) Dekontaminasi peralatan perawatan pasien
(4) Pengendalian lingkungan
(5) Pengelolaan limbah
(6) Penatalaksanaan linen
(7) Perlindungan kesehatan petugas
(8) Penempatan pasien
(9) Kebersihan pernafasan/etika batuk dan bersin
(10) Praktik menyuntik yang aman
(11) Praktik lumbal pungsi yang aman
b) Kewaspadaan Transmisi Kewaspadaan berdasarkan transmisisebagai tambahan Kewaspadaan Standar yang dilaksanakan sebelum pasien didiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis
infeksinya. Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisisebagai berikut:
(1) Melalui kontak
(2) Melalui droplet

13
5
(3) Melalui udara (Airborne Precautions)

TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian PPI 2 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan program PPI D.Regulasi: 10
yang terdiri dari kewaspadaan standar Regulasi tentang program PPI yang terdiri dari 0
dan kewaspadaan transmisi sesuai kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi
maksud dan tujuan diatas.
b) Rumah sakit melakukan evaluasi Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
pelaksanaan program PPI Ka Unit/ruang Bukti adanya laporan evaluasi Wawancara tentang pelaksanaan 5
IPCN pelaksanaan program PPI. evaluasi pelaksanaan program PPI. 0

c. Pengkajian Risiko
1). Standar PPI 3
Rumah sakit melakukan pengkajian proaktif setiap tahunnya sebagai dasar penyusunan program PPI terpadu untuk mencegah penularan infeksi terkait pelayanan kesehatan.
2). Maksud dan Tujuan PPI 3
Risiko infeksi dapat berbeda antara rumah sakit, tergantung ukuran rumah sakit, kompleksitas pelayanan dan kegiatan klinisnya, populasi pasien yang dilayani, lokasi geografis,
volume pasien, dan jumlah staf yang dimiliki. Rumah sakit secara proaktif setiap tahun melakukan pengkajian risiko pengendalian infeksi (ICRA) terhadap tingkat dan
kecenderungan infeksi layanan kesehatan yang akan menjadi prioritas fokus Program PPI dalam upaya pencegahan dan penurunan risiko. Pengkajian risiko tersebut meliputi namun
tidak terbatas pada:
a) Infeksi-infeksi yang penting secara epidemiologis yang merupakan data surveilans;
b) Proses kegiatan di area-area yang berisiko tinggi terjadinya infeksi;
c) Pelayanan yang menggunakan peralatan yang berisiko infeksi;
d) Prosedur/tindakan-tindakan berisiko tinggi;
e) Pelayanan distribusi linen bersih dan kotor;
f) Pelayanan sterilisasi alat;
g) Kebersihan permukaan dan lingkungan;
h) Pengelolaan linen/laundri;
i) Pengelolaan sampah;
j) Penyediaan makanan; dan
k) Pengelolaan kamar jenazah Data surveilans dikumpulkan di rumah sakitsecara periodik dan dianalisissetiap triwulan.
Data surveilans ini meliputi:
a) Saluran pernapasan seperti prosedur dan tindakan terkait intubasi, bantuan ventilasi mekanis, trakeostomi, dan lain-lain;
b) Saluran kemih seperti kateter, pembilasan urine, dan lain lain;
c) Alat invasif intravaskular, saluran vena verifer,saluran vena sentral, dan lain-lain –
d) Lokasi operasi, perawatan, pembalutan luka, prosedur aseptik, dan lain-lain
e) Penyakit dan organisme yang penting darisudut epidemiologik seperti Multidrug Resistant Organism dan infeksi yang virulen; dan
f) Timbul nya penyakit infeksi baru atau timbul kembali penyakit infeksi di masyarakat (Emerging and or ReEmerging Disease).

136
Berdasarkan hasil pengkajian risiko pengendalian infeksi (ICRA), Komite/Tim PPI menyusun Program PPI rumah sakit setiap tahunnya. Program pencegahan dan pengendalian infeksi
harus komprehensif, mencakup risiko infeksi bagi pasien maupun staf yang meliputi:
a) Identifikasi dan penanganan:
(1) Masalah infeksi yang penting secara epidemiologis seperti data surveilans
(2) Infeksi yang dapat memberikan dampak bagi pasien,staf dan pengunjung:
b) Strategi lintas unit: kegiatan di area-area yang berisiko tinggi terjadinya infeksi;
c) Kebersihan tangan;
d) Pengawasan untuk peningkatan penggunaan antimikroba yang aman serta memastikan penyiapan obat yang aman;
e) Investigasi wabah penyakit menular;
f) Penerapan program vaksinasi untuk staf dan pasien:
g) Pelayanan sterilisasi alat dan pelayanan yang menggunakan peralatan yang berisiko infeksi;
h) Pembersihan permukaan dan kebersihan lingkungan;
i) Pengelolaan linen/laundri;
j) Pengelolaan sampah;
k) Penyediaan makanan; dan
l) Pengelolaan di kamar jenazah.
Rumah sakit juga melakukan kaji banding angka kejadian dan tren di rumah sakit lain yang setara. Ilmu pengetahuan terkait pengendalian infeksi melalui pedoman praktik klinik, program
pengawasan antibiotik, program PPI dan pembatasan penggunaan peralatan invasif yang tidak diperlukan telah diterapkan untuk menurunkan tingkat infeksi secara signifikan. Penanggung
jawab program menerapkan intervensi berbasis bukti untuk meminimalkan risiko infeksi. Pemantauan yang berkelanjutan untuk risiko yang teridentifikasi dan intervensi
pengurangan
risiko dipantau efektivitasnya, termasuk perbaikan yang progresif dan berkelanjutan,serta apakah sasaran program perlu diubah berdasarkan keberhasilan dan tantangan yang muncul dari
data pemantauan.
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian PPI 3 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit secara proaktif telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
melaksanakan pengkajian risiko Komite/tim PPI Bukti adanya pengkajian risiko pengendalian Wawancara tentang pengkajian risiko 5
pengendalian infeksi (ICRA) setiap IPCN infeksi (ICRA)setiap tahunnya terhadap tingkat pengendalian infeksi (ICRA) setiap 0
tahunnya terhadap tingkat dan dan kecenderungan infeksi layanan kesehatan tahunnya terhadap tingkat dan
kecenderungan infeksi layanan sesuai poin a) – k) pada maksud dan tujuan dan kecenderungan infeksi layanan
kesehatan sesuai poin a) – k) pada selanjutnyamenggunakan data tersebut untuk kesehatan
maksud dan tujuan dan membuat dan menentukan prioritas/fokus pada
selanjutnyamenggunakan data tersebut Program PPI, berupa data surveilans dikumpulkan
untuk membuat dan menentukan di rumah sakit secara periodik dan dianalisis
prioritas/fokus pada Program PPI. setiap triwulan.
b) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
surveilans data secara periodik dan Komite/tim PPI Bukti adanya hasil surveilans data secara Wawancara tentang pelaksanaan 5
dianalisis setiap triwulan IPCN periodik dan dianalisis setiap periodik surveilans data secara periodik dan 0
dianalisis

13
7
d. Peralatan medis dan/atau Bahan Medis Habis Pakai
1). Standar PPI. 4
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi terkait peralatan medis dan/atau bahan medis habis pakai (BMHP) dengan memastikan kebersihan, desinfeksi, sterilisasi, dan penyimpanan yang
memenuhisyarat.
2). Maksud dan Tujuan PPI. 4
Prosedur/tindakan yang menggunakan peralatan medis dan/atau bahan medis habis pakai (BMHP), dapat menjadisumber utama patogen yang menyebabkan infeksi. Kesalahan dalam
membersihkan, mendesinfeksi, maupun mensterilisasi, serta penggunaan maupun penyimpanan yang tidak layak dapat berisiko penularan infeksi. Tenaga Kesehatan harus mengikuti
standar yang ditetapkan dalam melakukan kebersihan, desinfeksi, dan sterilisasi. Tingkat disinfeksi atau sterilisasi tergantung pada kategori peralatan medis dan/atau bahan medis
habis pakai (BMHP):
a) Tingkat 1 - Kritikal: Benda yang dimasukkan ke jaringan yang normal steril atau ke sistem vaskular dan membutuhkan sterilisasi.
b) Tingkat 2 - Semi-kritikal: Benda yang menyentuh selaput lendir atau kulit yang tidak intak dan membutuhkan disinfeksi tingkat tinggi.
c) Tingkat 3 - Non-kritikal: Benda yang menyentuh kulit intak tetapi tidak menyentuh selaput lendir, dan membutuhkan disinfeksi tingkat rendah.
Pembersihan dan disinfeksi tambahan dibutuhkan untuk peralatan medis dan/atau bahan medis habis pakai (BMHP) yang digunakan pada pasien yang diisolasi sebagai bagian dari
kewaspadaan berbasis transmisi. Pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi dapat dilakukan di area CSSD atau, di area lain di rumah sakit dengan pengawasan. Metode pembersihan,
desinfeksi, dan sterilisasi dilakukan sesuai standar dan seragam di semua area rumah sakit. Staf yang memroses peralatan medis dan/atau BMHP harus mendapatkan pelatihan. Untuk
mencegah kontaminasi, peralatan medis dan/atau BMHP bersih dan steril disimpan di area penyimpanan yang telah ditetapkan, bersih dan kering serta terlindung dari debu,
kelembaban,
dan perubahan suhu yang drastis. Idealnya, peralatan medis dan BMHP disimpan terpisah dan area penyimpanan steril memiliki akses terbatas
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian PPI. 4 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pengolahan sterilisasi mengikuti IPCN Regulasi tentang pengolahan sterilisasi I : Wawancara: 5
peraturan perundang-undangan Ka/staf CSSD mengikuti peraturan perundang-undangan Observasi/wawancara tentang 0
D : Bukti pengolahan sterilisasi mengikuti
Bukti adanya pengolahan sterilisasi peraturan perundang-undang
mengikuti peraturan perundang-undangan.
b) Staf yang memroses peralatan medis IPCN D : Bukti I : Wawancara 10
dan/atau BMHP telah diberikan Ka/staf CSSD Bukti adanya pelatihan staf yang memroses Wawancara tentang pelaksanaan 5
pelatihan dalam pembersihan, Bagian Diklat peralatan medis dan/atau BMHP (TUMANS), pelatihan dalam pembersihan, 0
desinfeksi, dan sterilisasi serta mendapat berupa : desinfeksi, dan sterilisasi serta
pengawasan - Bukti pelaksanaan pelatihan dalam mendapat pengawasan
pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi
serta mendapat pengawasan
- Bukti pelaksanaan pengawasan /supervisi

c) Metode pembersihan, desinfeksi, dan IPCN D : Regulasi I : Observasi 10


sterilisasi dilakukan secara seragam di Ka/staf CSSD Regulasi tentang metode pembersihan, I : Wawancara 5
semua area di rumah sakit. Ka/staf Unit Pelayanan desinfeksi,dan sterilisasi dilakukan secara 0
seragam di semua area di rumah sakit.

138
Observasi/wawancara tentang proses
D : Bukti pembersihan, Bdesinfeksi,dan
Bukti adanya metode pembersihan, sterilisasi dilakukan
desinfeksi,dan sterilisasi dilakukan secara seragam
di semua area di rumah sakit.
d) Penyimpanan peralatan medis dan/atau IPCN D : Bukti I : Observasi 10
BMHP bersih dan steril disimpan Ka/staf CSSD Bukti adanya penyimpanan yang ditetapkan, I : Wawancara 5
dengan baik di area penyimpanan yang Ka/staf Unit Pelayanan bersih dan kering dan terlindungidari debu, Observasi/wawancara tentang tempat 0
ditetapkan, bersih dan kering dan kelembaban, serta perubahan suhu yang ekstrem. penyimpanan yang ditetapkan, bersih
terlindungi dari debu, kelembaban, serta dan kering dan terlindungi dari debu,
perubahan suhu yang ekstrem. kelembaban, serta perubahan suhu yang
ekstrem.

e) Bila sterilisasi dilaksanakan di luar Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara: 10


rumah sakiit harus dilakukan oleh IPCN Bukti bahwa bila sterilisasi dilaksanakan di Wawancara tentang bila sterilisasi 5
lembaga yang memilik sertifikasi mutu Pihak ke 3 luar rumah sakiit harus dilakukan oleh dilaksanakan di luar rumah sakiit harus 0
dan ada kerjasama yang menjamin lembaga yang memilik sertifikasi mutu dan dilakukan oleh lembaga yang memilik
kepatuhan proses sterilisasi sesuai ada kerjasama yang menjamin kepatuhan sertifikasi mutu dan ada kerjasama
dengan peraturan perundang- undangan. proses sterilisasi berupa : yang menjamin kepatuhan proses
- MOU dengan pihak ke 3 sterilisasi
- Sertifikasi mutu
4). Standar PPI 4.1
Rumah sakit mengidentifikasi dan menetapkan proses untuk mengelola peralatan medis dan/atau bahan medis habis pakai (BMHP) yang sudah kadaluwarsa dan penggunaan ulang
(reuse) alat sekali-pakai apabila diizinkan.
5). Maksud dan Tujuan PPI. 4.1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mengelola peralatan medis dan/atau BMHP yang sudah habis waktu pakainya. Rumah sakit menetapkan penggunaan kembali
peralatan medis sekali pakai dan/atau BMHP sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar profesional. Beberapa alat medis sekali pakai dan/atau BMHP dapat digunakan lagi
dengan persyaratan spesifik tertentu. Rumah sakit menetapkan ketentuan tentang penggunaan kembali alat medis sekali pakai sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
standar profesional meliputi:
a. Alat dan material yang dapat dipakai kembali;
b. Jumlah maksimum pemakaian ulang darisetiap alatsecara spesifik;
c. Identifikasi kerusakan akibat pemakaian dan keretakan yang menandakan alat tidak dapat dipakai;
d. Proses pembersihan setiap alat yang segera dilakukan sesudah pemakaian dan mengikuti protokol yang jelas;
e. Pencantuman identifikasi pasien pada bahan medis habis pakai untuk hemodialisis;
f. Pencatatan bahan medis habis pakai yang reuse di rekam medis; dan g) Evaluasi untuk menurunkan risiko infeksi bahan medis habis pakai yang di-reuse. Ada 2 (dua) risiko jika
menggunakan lagi (reuse) alat sekali pakai. Terdapat risiko tinggi terkena infeksi dan juga terdapat risiko kinerja alat tidak cukup atau tidak dapat terjamin sterilitasserta fungsinya.
Dilakukan pengawasan terhadap proses untuk memberikan atau mencabut persetujuan penggunaan kembali alat medis sekali pakai yang diproses ulang. Daftar alat sekali pakai yang
disetujui untuk digunakan kembali diperiksa secara rutin untuk memastikan bahwa daftartersebut akurat dan terkini.

13
9
TELUSUR SKOR
6). Elemen Penilaian PPI .4.1 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan peralatan D : Regulasi 10
medis dan/atau BMHP yang dapat Regulasi tentang penetapan peralatan medis 0
digunakan ulang meliputi a) – g) dalam dan/atau BMHP yang dapat digunakan ulang
maksud dan tujuan. meliputi:a) – g) dalam maksud dan tujuan.
b) Rumah sakit menggunakan proses Pimpinan RS D: Regulasi I : Observasi 10
terstandardisasi untuk menentukan Komite/tim PPI Regulasi tentang standardisasi untuk I : Wawancara 5
kapan peralatan medis dan/atau BMHP Ka Unit Terkait menentukan kapan peralatan medis dan/atau Observasi/wawancara tentang 0
yang digunakan ulang sudah tidak aman IPCN BMHP yang digunakan ulang sudah tidak standardisasi untuk menentukan kapan
atau tidak layak digunakan ulang. aman atau tidak layak digunakan ulang. peralatan medis dan/atau BMHP yang
D : Bukti digunakan ulang sudah tidak aman
Bukti adanya penggunaan proses atau tidak layak digunakan ulang.
terstandardisasi untuk menentukan kapan
peralatan medis dan/atau BMHP yang
digunakan ulang sudah tidak aman atau tidak
layak digunakan ulang.
c) Ada bukti pemantauan, evaluasi dan Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
tindak lanjut pelaksanaan penggunaan IPCN Bukti adanya pemantauan, evaluasi dan Wawancara tentang pemantauan, 5
kembali (reuse) peralatan medis tindak lanjut pelaksanaan penggunaan evaluasi dan tindak lanjut 0
dan/atau BMHP meliputi a) – g) dalam kembali (reuse)peralatan medis dan/atau pelaksanaan penggunaan kembali
maksud dan tujuan. BMHP meliputi a) – g) dalam maksud dan (reuse) peralatan medis.
tujuan. .

e. Kebersihan Lingkungan
1). Standar PPI. 5
Rumah sakit mengidentifikasi dan menerapkan standar PPI yang diakui untuk pembersihan dan disinfeksi permukaan dan lingkungan.
2). Maksud dan Tujuan PPI. 5
Patogen pada permukaan dan di seluruh lingkungan berperan terjadinya penyakit yang didapat di rumah sakit (hospital-acquired illness) pada pasien, staf, dan pengunjung. Proses
pembersihan dan disinfeksi lingkungan meliputi pembersihan lingkungan rutin yaitu pembersihan harian kamar pasien dan area perawatan, ruang tunggu dan ruang publik lainnya, ruang
kerja staf, dapur, dan lain sebagainya. Rumah sakit menetapkan frekuensi pembersihan, peralatan dan cairan pembersih yang digunakan, staf yang bertanggung jawab untuk pembersihan,
dan kapan suatu area membutuhkan pembersihan lebih sering. Pembersihan terminal dilakukan setelah pemulangan pasien; dan dapat ditingkatkan jika pasien diketahui atau diduga
menderita infeksi menular sebagaimana diindikasikan oleh standar pencegahan dan pengendalian infeksi. Hasil pengkajian risiko akan menentukan area berisiko tinggi yang memerlukan
pembersihan dan disinfeksi tambahan; misalnya area ruang operasi, CSSD, unit perawatan intensif neonatal, unit luka bakar, dan unit lainnya. Pembersihan dan disinfeksi lingkungan
dipantau misalnya keluhan dan pujian dari pasien dan keluarga, menggunakan penanda fluoresens untuk memeriksa patogen residual.

140
TELUSUR SKOR
3). Elemen Penilaian PPI. 5 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan prosedur Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pembersihan dan disinfeksi permukaan Komite/tim PPI Regulasi tentang prosedur pembersihan dan I : Wawancara 5
dan lingkungan sesuai standar PPI IPCN disinfeksi permukaan dan lingkungan sesuai Observasi/wawancara tentang 0
Petugas Cleaning Service standar PPI pelaksanaan pembersihan dan
D : Bukti disinfeksi permukaan dan
Bukti adanya penerapan prosedur pembersihan lingkungan
dan disinfeksi permukaan dan lingkungan sesuai
standar PPI
b) Rumah sakit melaksanakan pembersihan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
dan desinfeksi tambahan di area berisiko Komite/tim PPI Regulasi tentang pembersihan dan desinfeksi Wawancara tentang pelaksanaan 5
tinggi berdasarkan hasil pengkajian IPCN tambahan di area berisiko tinggi berdasarkan hasil pembersihan dan desinfeksi tambahan 0
risiko Petugas Cleanng Service pengkajian risiko di area berisiko tinggi berdasarkan
D : Bukti hasil pengkajian risiko
Bukti adanya pelaksanaan pembersihan dan
desinfeksi tambahan di area berisiko tinggi
berdasarkan hasil pengkajian risiko
c) Rumah sakit telah melakukan Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
pemantauan proses pembersihan dan IPCN Bukti adanya laporan pemantauan proses Wawancara tentang pemantauan 5
disinfeksi lingkungan. Petugas Cleaning Service pembersihan dan disinfeksi lingkungan. proses pembersihan dan disinfeksi 0
lingkungan.
f. Manajemen Linen
Rumah sakit menerapkan pengelolaan linen/laundry sesuai prinsipi PPI dan peraturan perundang undangan
1). Maksud dan Tujuan PPI 6
Penanganan linen, dan laundry di rumah sakit meliputi pengumpulan, pemilahan, pencucian, pengeringan, pelipatan, distribusi, dan penyimpanan.. Rumah sakit mengidentifikasi area di
mana staf harus untuk mengenakan APD sesuai prinsip PPI dan peraturan perundang undangan
TELUSUR SKOR
2). Elemen Penilaian PPI.6 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Ada unit kerja pengelola linen/laundry D: Regulasi 10
yang menyelenggarakan penatalaksanaa Regulasi tentang penetapan unit kerja pengelola 0
sesuai dengan peraturan perundang- linen/laundry yang menyelenggarakan
undangan. penatalaksanaan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
A : Acuan
PERMENKES No. 1204 tahun 2004 tentang
Perssyaratan Kesehatan Rumah Sakit

14
1
b) Prinsip-prinsip PPI diterapkan pada Komite/tim PPI D : Regulasi I : Observasi 10
pengelolaan linen/laundry,termasuk IPCN Regulasi tentang pengelolaan linen/laundry, I : Wawancara 5
pemilahan, transportasi, pencucian, Ka/staf Laundry termasuk pemilahan, transportasi, pencucian, Observasi/wawancara tentang prinsip- 0
pengeringan, penyimpanan, dan pengeringan, penyimpanan, dan distribusi prinsip PPI pada pengelolaan
distribusi D : Bukti linen/laundry,termasuk
Bukti adanya laporan supervisi pemilahan,transportasi,
tentang prinsip-prinsip PPI pada pencucian, pengeringan, penyimpanan,
pengelolaan linen/laundry,termasuk dan distribusi
pemilahan, transportasi, pencucian,
pengeringan,
penyimpanan, dan distribusi
c) Ada bukti supervisi oleh IPCN terhadap IPCN D : Bukti I : Wawancara 10
pengelolaan linen/laundry sesuai dengan Ka/staf Laundry Bukti adanya laporan supervisi oleh IPCN Wawancara tentang pelaksanaan 5
prinsip PPI termasuk bila dilaksanakan Pihak ke 3 terhadap pengelolaan linen/laundry sesuai supervisi pengelolaan linen/laundry 0
oleh pihak luar rumah sakit. dengan prinsip PPI termasuk bila sesuai dengan prinsip PPI termasuk
dilaksanakan oleh pihak luar rumah sakit. bila
dilaksanakan oleh pihak luar rumah
sakit
g. Limbah infeksius
1). Standar PPI.7
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi melalui pengelolaan limbah infeksius sesuai peraturan perundang undangan
2). Standar PPI.7.1
Rumah sakit menetapkan pengelolaan kamar mayat dan kamar bedah mayat sesuai dengan peraturan perundangundangan
3). Standar PPI 7.2
Rumah sakit menetapkan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum secara aman.
4). Maksud dan Tujuan PPI.7 , PPI 7,1, PPI 7,2
Setiap hari rumah sakit banyak menghasilkan limbah, termasuk limbah infeksius. Pembuangan limbah infeksius dengan tidak benar dapat menimbulkan risiko infeksi di rumah sakit.
Hal ini nyata terjadi pada pembuangan cairan tubuh dan material terkontaminasi dengan cairan tubuh, pembuangan darah dan komponen darah, serta pembuangan limbah dari lokasi
kamar mayat dan kamar bedah mayat (post mortem). Pemerintah mempunyai regulasi terkait dengan penanganan limbah infeksius dan limbah cair, sedangkan rumah sakit diharapkan
melaksanakan ketentuan tersebut sehingga dapat mengurangi risiko infeksi di rumah sakit. Rumah sakit menyelenggaraan pengelolaan limbah dengan benar untuk meminimalkan
risiko infeksi melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius;
b. Penanganan dan pembuangan darah serta komponen darah;
c. Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat;
d. Pengelolaan limbah cair;
e. Pelaporan pajanan limbah infeksius.
Salah satu bahaya luka karena tertusuk jarum suntik adalah terjadi penularan penyakit melalui darah (blood borne diseases). Pengelolaan limbah benda tajam dan jarum yang tidak benar
merupakan kekhawatiran staf terhadap keamanannya. Kebiasaan bekerja sangat memengaruhi timbulnya risiko menderita luka dan kemungkinan terpapar penyakit secara potensial.
Identifikasi dan melaksanakan kegiatan praktik berdasar atas buktisahih (evidence based) menurunkan risiko luka karena tertusuk jarum dan benda tajam. Rumah sakit perlu mengadakan
edukasi kepada staf bagaimana mengelola dengan aman benda tajam dan jarum. Pembuangan yang benar adalah dengan menggunakan wadah menyimpan khusus (safety box) yang dapat

142
ditutup, antitertusuk, dan antibocor baik di dasar maupun disisinya sesuai dengan peraturan perundangan. Wadah ini harus tersedia dan mudah dipergunakan oleh staf serta wadah
tersebut tidak boleh terisi terlalu penuh.Pembuangan jarum yang tidak terpakai, pisau bedah (scalpel), dan limbah benda tajam lainnya jika tidak dilakukan dengan benar akan berisiko
terhadap kesehatan masyarakat umumnya dan terutama pada mereka yang bekerja di pengelolaan sampah. Pembuangan wadah berisi limbah benda tajam di laut, misalnya akan
menyebabkan risiko pada masyarakat karena wadah dapat rusak atau terbuka. Rumah sakit menetapkan regulasi yang memadai mencakup semua tahapan proses, termasuk identifikasi
jenis dan penggunaan wadah secara tepat, pembuangan wadah, dan surveilans proses pembuangan
TELUSUR
5). Elemen Penilaian PPI. 7 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pengelolaan limbah rumah sakit untuk IPCN Regulasi tentang pengelolaan limbah rumah I : Wawancara 5
meminimalkan risiko infeksi yang Ka Unit K3 RS sakit untuk meminimalkan risiko infeksi yang Observasi/wawancara tentang 0
meliputi a) – e) pada maksud dan tujuan. meliputi a) – e) pada maksud dan tujuan pengelolaan limbah rumah sakit
A : Acuan untuk meminimalkan risiko infeksi
PERMENKES No. 6 tahun 2021 tentang Tata yang meliputi a) – e) pada maksud
cara dan Persyaratan Pengelolan Limbah B3 dan tujuan
Rumah Sakit
D : Bukti
Bukti adanya pengelolaan limbah rumah
sakit meliputi:
- Pengelolaan limbah cairan tubuh
infeksius;
- Penanganan dan pembuangan darah serta
komponen darah;
- Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat;
- Pengelolaan limbah cair;
- Pelaporan pajanan limbah infeksius.
b) Penanganan dan pembuangan darah IPCN D : Regulasi I : Wawancara 10
serta komponen darah sesuai dengan Ka Unit K3 RS Regulasi tentang penanganan dan pembuangan Wawancara tentang pelaksanaan 5
regulasi,dipantau dan dievaluasi, serta di darah serta komponen darah sesuai dengan supervise dan tindak lanjut 0
tindak lanjutnya. regulasi,dipantau dan dievaluasi, serta di tindak hasil supervisi
lanjutnya.
D : Bukti
Bukti adanya penanganan dan pembuangan
darah serta komponen darah sesuai dengan
regulasi,dipantau dan dievaluasi, serta di tindak
lanjutnya.
c) Pelaporan pajanan limbah infeksius IPCN D : Bukti I : Wawancara 10
sesuai dengan regulasi dan dilaksanakan Ka Unit K3 RS Bukti adanya pelaporan pajanan limbah 5
infeksius sesuai dengan regulasi dan 0

14
3
pemantauan, evaluasi, serta tindak dilaksanakan pemantauan, evaluasi, serta tindak Wawancara tentang evaluasi,
lanjutnya. lanjutnya. pelaporan pajanan limbah infeksius
dan tindak lanjut hasil evaluasi
IPCN D : Bukti I : Wawancara: 10
Ka Unit K3 RS Bukti adanya kerjasama dengan pihak Wawancara tentang MOU dengan 5
d) Bila pengelolaan limbah dilaksanakan
Petugas Pengolola Limbah yang memiliki izin dan sertifikasI mutu, pihak luar,ijin transporter,ijin pengolah 0
oleh pihak luar rumah sakit harus
berupa : limbah B3 dan sertifikasi mutu
berdasar atas kerjasama dengan pihak
- Bukti MOU dengan pihak transporter dan
yang memiliki izin dan sertifikasI mutu
pengolah limbah
sesuai dengan peraturanperundang-
- Ijin transporter
undangan
- Ijin pengolah limbah B3
- Sertifikasi mutu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PPI 7.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat IPCN D : Regulasi I : Wawancara: 10
sesuai dengan regulasi. Ka Unit Kamar Jenazah Regulasi tentang pemulasaraan jenazah dan Wawancara tentang laporan kegiatan 5
bedah mayat. pemulasaraan jenazah 0
A : Acuan
KEPMENKES No HK.
01.07/MENKES/4834/2021 tentang Protokol
Pelaksanaan dan Pemulasaraan dan Pemakaman
Jenazah Covid 19
D : Bukti
Bukti adanya laporan kegiatan pemulasaraan
jenazah dan bedah mayat sesuai dengan regulasi.
b) Ada bukti kegiatan kamar mayat dan IPCN D : Bukti I : Observasi 10
kamar bedah mayat sudah dikelola Ka Unit Kamar Jenazah Bukti adanya kegiatan kamar mayat dan I : Wawancara 5
sesuai dengan peraturan perundang- kamar bedah mayat sudah dikelola sesuai Observasi/wawancara tentang 0
undangan. dengan peraturan perundang- undangan. kegiatan kamar mayat dan kamar
bedah mayat sudah dikelola sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan.
c) Ada bukti pemantauan dan evaluasi, Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
serta tindak lanjut kepatuhan prinsip- IPCN Bukti adanya laporan pemantauan dan evaluasi, Wawancara tentang pelaksanaan 5
prinsip PPI sesuai dengan peraturan serta tindak lanjut kepatuhan prinsip-prinsip PPI pemantauan dan evaluasi serta 0
perundang-undangan. sesuai dengan peraturan perundang-undangan lanjut hasil pemantauan dan
evaluasi

144
7). Standar PPI 7.2
Rumah sakit menetapkan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum secara aman
8). Maksud dan Tujuan PPI 7.2
Salah satu bahaya luka karena tertusuk jarum suntik adalah terjadi penularan penyakit melalui darah (blood borne diseases). Pengelolaan limbah benda tajam dan jarum yang tidak
benar merupakan kekhawatiran staf terhadap keamanannya. Kebiasaan bekerja sangat memengaruhi timbulnya risiko menderita luka dan kemungkinan terpapar penyakit secara
potensial. Identifikasi dan melaksanakan kegiatan praktik berdasar atas buktisahih (evidence based) menurunkan risiko luka karena tertusuk jarum dan benda tajam. Rumah sakit perlu
mengadakan edukasi kepada staf bagaimana mengelola dengan aman benda tajam dan jarum. Pembuangan yang benar adalah dengan menggunakan wadah menyimpan khusus ( safety box)
yang dapat ditutup, anti tertusuk, dan anti bocor baik di dasar maupun di sisinya sesuai dengan peraturan perundangan. Wadah ini harus tersedia dan mudah dipergunakan oleh staf serta wadah
tersebut tidak boleh terisi terlalu penuh. Pembuangan jarum yang tidak terpakai, pisau bedah (scalpel), dan limbah benda tajam lainnya jika tidak dilakukan dengan benar akan
berisiko terhadap kesehatan masyarakat umumnya dan terutama pada mereka yang bekerja di pengelolaan sampah. Pembuangan wadah berisi limbah benda tajam di laut, misalnya akan
menyebabkan risiko pada masyarakat karena wadah dapat rusak atau terbuka. Rumah sakit menetapkan regulasi yang memadai mencakup:
a. Semua tahapan proses termasuk identifikasi jenis dan penggunaan wadah secara tepat, pembuangan wadah, dan surveilans proses pembuangan.
b. Laporan tertusuk jarum dan benda tajam.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian PPI 7.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Benda tajam dan jarum sudah IPCN D : Regulasi I : Observasi 10
dikumpulkan, disimpan d dalam wadah IPCLN Regulasi tentang pengelolaan limbah medis I : Wawancara 5
yang tidak tembus, tidak bocor, Ka Unit Pelayanan beruba benda tajam dan jarum disimpan d dalam Obsservasi/wawancara kepatuhan 0
berwarna kuning, diberi label infeksius, Ka Unit K3 RS wadah yang tidak tembus, tidak bocor, berwarna petugas dalam pengelolaan limbah
dan dipergunakan hanya sekali pakai kuning, diberi label infeksius, dan dipergunakan medis beruba benda tajam dan jarum
sesuai dengan peraturan hanya sekali pakai sesuai dengan peraturan
perundangundangan. perundangundangan.
D : Bukti
Bukti adanya dokumen berupa foto penggunaan
safety box di unit pelayanan
b) Bila pengelolaan benda tajam dan jarum Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
dilaksanakan oleh pihak luar rumah sakit IPCN Bukti adanya kerjasama dengan pihak yang Wawancara tentang kerjasama dengan 5
harus berdasar atas kerjasama dengan Ka Unit K3 RS memiliki izin dan sertifikasi mutu sesuai dengan pihak yang memiliki izin dan sertifikasi 0
pihak yang memiliki izin dan sertifikasi peraturan perundang- undangan. mutu sesuai dengan peraturan
mutu sesuai dengan peraturan - MOU dengan pihak ke 3 perundang- undangan.
perundang- undangan. - Ijin transporter
- Ijin pengolalaan limbah B3
- Sertifikasi mutu

c) Ada bukti data dokumen limbah benda IPCN D : Bukti I : Wawancara 10


tajam dan jarum. Ka Unit K3 RS Bukti adanya data dokumen limbah benda tajam Wawancara tentang daftar limbah 5
dan jarum. benda tajam dan jarum. 0

14
5
d) Ada bukti pelaksanaan supervisi dan IPCN D : Bukti I : Wawancara 10
pemantauanoleh IPCN terhadap Ka Unit K3 Bukti adanya pelaksanaan supervisi dan Wawancara tentang pelaksanaan 5
pengelolaan benda tajam dan jarum RS Ka Unit/ pemantauan oleh IPCN supervisi dan pemantauan 0
sesuai dengan prinsip PPI,termasuk bila ruang
dilaksanakan oleh pihak luar rumah
sakit.
e) Ada bukti pelaksanaan pemantauan Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
kepatuhan prinsip-prinsip PPI sesuai IPCN Bukti adanya pelaksanaan Wawancara tentang pelaksanaan 5
regulasi. pemantauan kepatuhan prinsip-prinsip PPI sesuai pemantauan kepatuhan prinsip-prinsip 0
regulasi. PPI sesuai regulasi.
h. Pelayanan Makanan
1). Standar PPI 8
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi terkait penyelenggaraan pelayanan makanan
2). Maksud dan Tujuan PPI 8
Penyimpanan dan persiapan makanan dapat menimbulkan penyaklit seperti keracunan makanan atau infeksi makanan. Penyakit yang berhubungan dengan makanan dapat sangat berbahaya
bahkan mengancam jiwa pada pasien yang kondisi tubuhnya sudah lemah karena penyakit atau cedera. Rumah sakit harus memberikan makanan dan juga produk nutrisi dengan
aman, yaitu melakukan peyimpanan dan penyiapan makanan pada suhu tertentu yang dapat mencegah perkembangan bakteri. Kontaminasi silang, terutama dari makanan mentah ke
makanan yang sudah dimasak adalah salah satu sumber infeksi makanan. Kontaminasi silang dapat juga disebabkan oleh tangan yang terkontaminasi, permukaan meja, papan alas untuk
memotong makanan, ataupun kain yang digunakan untuk mengelap permukaan meja atau mengeringkan piring. Selain itu, permukaan yang digunakan untuk menyiapkan makanan;
alat makan, perlengkapan masak, panci, dan wajan yang digunakan untuk menyiapkan makanan; dan juga nampan, piring,serta alat makan yang digunakan untuk menyajikan
makanan juga dapat menimbulkan risiko infeksi apabila tidak dibersihkan dan disanitasi secara tepat. Bangunan dapur harus sesuai dengan ketentuan yang meliputi alur mulai bahan
makanan masuk sampai makanan jadi keluar, tempat penyimpanan bahan makanan kering dan basah dengan temperatur yang dipersyaratkan,tempat persiapan pengolahan,tempat
pengolahan, pembagian dan distribusisesuai dengan peraturan dan perundangan termasuk kebersihan lantai. Berdasar atas hal tersebut di atas maka rumah sakit agar menetapkan
regulasi yang meliputi :
a. Pelayanan makanan di rumah sakit mulai dari pengelolaan bahan makanan, sanitasi dapur, makanan, alat masak, serta alat makan untuk mengurangi risiko infeksi dan
kontaminasi silang;
b. Ptandar bangunan, fasilitas dapur, dan pantry sesuai dengan peraturan perundangan termasuk bila makanan diambil dari sumber lain di luar rumah sakit
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PPI 8 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulasi D : Regulasi: 10
tentang pelayanan makanan di rumah Regulasi tentang pelayanaan makanan 0
sakit yang meliputi a) – b) pada maksud di rumah sakit yang meliputi a) – b) pada maksud
dan tujuan. dan tujuan.
A : Acuan
PERMENKES No. 78 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah sakit
b) Ada bukti pelaksanaan penyimpanan Ka Unit Gizi D : Regulasi I : Observasi 10
bahan makanan, pengolahan, Regulasi tentang penyimpanan bahan makanan, I : Wawancara 5
pembagian/pemorsian, dan distribusi pengolahan, pembagian/pemorsian, dan distribusi 0

146
makanan sudah sesuai dengan peraturan makanan sudah sesuai dengan peraturan Observasi/wawancara tentang
perundang-undangan. perundang-undangan. penyimpanan bahanmakanan,
D : Bukti pengolahan, pembagian/pemorsian, dan
Bukti adanya penyimpanan bahan makanan, distribusi makanan
pengolahan, pembagian/pemorsian, dan distribusi
makanan sudah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

c) Ada bukti pelaksanaan penyimpanan Ka Unit Gizi D : Bukti I : Observasi 10


makanan dan produ memperhatikan Bukti adanya pelaksanaan penyimpanan I : Wawancara 5
kesehatan nutrisi dengan lingkungan makanan dan produk nutrisi dengan Observasi/wawancara tentang tempat 0
meliputi sanitasi, suhu,pencahayaan, memperhatikan kesehatan lingkungan meliputi penyimpanan makanan dan produk
kelembapan,ventilasi, dan keamanan sanitasi, suhu, pencahayaan, kelembapan, nutrisi
untuk mengurangi risiko infeksi. ventilasi, dan keamanan untuk mengurangi risiko
infeksi.
i. Risiko infeksi pada konstruksi dan renovasi
1). Standar PPI 9
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi pada fasilitas yang terkait dengan pengendalian mekanis dan teknis (mechanical dan enginering controls) serta pada saat melakukan
pembongkaran, konstruksi, dan renovasi gedung.
2). Maksud dan Tujuan PPI 9
Pengendalian mekanis dan teknis (mechanical dan enginering controls) seperti sistem ventilasi bertekanan positif, biological safety cabinet, laminary airflow hood, termostat di
lemari pendingin, serta pemanas air untuk sterilisasi piring dan alat dapur adalah contoh peran penting standar pengendalian lingkungan harus diterapkan agar dapat diciptakan sanitasi
yang baik yang selanjutnya mengurangi risiko infeksi di rumah sakit. Pembongkaran, konstruksi, renovasi gedung di area mana saja di rumah sakit dapat merupakan sumber infeksi.
Pemaparan terhadap debu dan kotoran konstruksi, kebisingan, getaran, kotoran, dan bahaya lain dapat merupakan bahaya potensial terhadap fungsi paru paru serta keamanan staf dan
pengunjung. Rumah sakit meggunakan kriteria risiko untuk menangani dampak renovasi dan pembangunan gedung baru, terhadap persyaratan mutu udara, pencegahan dan pengendalian
infeksi, standar peralatan, syarat kebisingan, getaran, dan prosedur darurat. Untuk menurunkan risiko infeksi maka rumah sakit perlu mempunyai regulasi tentang penilaian risiko
pengendalian infeksi (infection control risk assessment/ICRA) untuk pembongkaran, konstruksi, serta renovasi gedung di area mana saja di rumah sakit yang meliputi:
a. Identifikasitipe/jenis konstruksi kegiatan proyek dengan kriteria;
b. Identifikasi kelompok risiko pasien;
c. Matriks pengendalian infeksi antara kelompok risiko pasien dan tipe kontruksi kegiatan;
d. Proyek untuk menetapkan kelas/tingkat infeksi;
e. Tindak pengendalian infeksi berdasar atastingkat/kelas infeksi; dan
f. Pemantauan pelaksanaan.
Karena itu, rumah sakit agar mempunyai regulasi pengendalian mekanis dan teknis (mechanical dan engineering controls) fasilitas yang antara lain meliputi
a. Sistem ventilasi bertekanan positif;
b. Biologicalsafety cabinet;
c. Laminary airflow hood;
d. Termostat di lemari pendingin; dan
e. Pemanas air untuk sterilisasi piring dan alat dapur

14
7
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PPI 9 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan pengendalian Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
mekanis dan teknis (mechanical dan IPCN Regulasi tentang pengendalian mekanis dan Wawancara tentang penyimpanan 5
engineering control) minimal untuk Ka Unit K3 RS teknis (mechanical dan engineering control) makanan dan produk nutrisi 0
fasilitas yang tercantum pada a) – e) minimal untuk fasilitas yang tercantum pada a) penyimpanan makanan dan produk
pada maksud dan tujuan. – nutrisi pengendalian mekanis dan
e) pada maksud dan teknis (mechanical dan engineering
tujuan. D : Bukti control)
Bukti adanya pengendalian mekanis dan
teknis (mechanical dan engineering control)
minimal untuk fasilitas yang tercantum pada
a) – e) pada maksud dan tujuan.
b) Rumah sakit menerapkan penilaian Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
risiko pengendalian infeks (infection Komite/tim PPI Regulasi tentang penilaian risiko pengendalian Wawancara tentang pelaksanaan 5
control risk assessment/ICRA) yang IPCN infeks (infection control risk assessment/ICRA) penilaian risiko pengendalianinfeksi 0
minimal meliputi a)-f) yang ada pada yang minimal meliputi a)-f) yang ada pada (infectioncontrolrisk
maksud dan tujuan maksud dan tujuan assessment/ICRA
D : Bukti
Bukti adanya pelaksanaan penilaian risiko
.pengendalianinfeksi (infectioncontrolrisk
assessment/ICRA) meliputi:
- Identifikasi tipe/jenis konstruks kegiatan
proyek dengan kriteria;
- Identifikasi kelompok risiko pasien;
- Matriks pengendalian infeks antara
kelompok risiko pasien dan tipe
kontruksi kegiatan;
- Proyekuntukmenetapkan kelas/tingkat
infeksi
- Tindak pengendalian infeks berdasar atas
tingkat/kelas infeksi
- Pemantauan pelaksanaan.
c) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
penilaian risiko pengendalian infeksi Komite/tim PPI Bukti adanya hasil penilaian risiko Wawancara tentang pelaksanaan 5
(infection control risk assessment/ICRA IPCN pengendalian infeksi (infection control risk penilaian risiko pengendalian 0
pada semua renovasi, kontruksi dan assessment/ICRA) pada semua renovasi, infeksi (infection control risk
demolisi sesuai dengan regulasi. kontruksi dan demolisi assessment/ICRA) pada semua
renovasi, kontruksi dan demolisi

148
j. Penularan Infeksi
1). Standar PPI 10
Rumah sakit menyediakan APD untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi untuk penyakit menular melindungi pasien dengan imunitas rendah (immunocompromised)
dan mentransfer pasien dengan airborne diseases di dalam rumah sakit dan keluar rumah sakitserta penempatannya dalam waktu singkat jika rumah sakit tidak mempunyai kamar dengan
tekanan negatif (ventilasi alamiah dan mekanik)
2). Standar PPI 10.1
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk menangani lonjakan mendadak (outbreak) penyakit infeksi air borne
3). Maksud dan Tujuan PPI 10, PPI 10.1
Rumah sakit menetapkan regulasi isolasi dan pemberian penghalang pengaman serta menyediakan fasilitasnya. Regulasi ditetapkan berdasar atas bagaimana penyakit menular dan cara
menangani pasien infeksius atau pasien immuno-suppressed. Regulasi isolasi juga memberikan perlindungan kepada staf dan pengunjung serta lingkungan pasien. (lihat juga PP 3)
Kewaspadaan terhadap udara penting untuk mencegah penularan bakteri infeksius yang dapat bertahan lama di udara. Pasien dengan infeksi - “airborne” sebaiknya ditempatkan di
kamar dengan tekanan negatif (negative pressure room). Jika struktur bangunan tidak memungkinkan membangun ruangan dengan tekanan negatif maka rumah sakit dapat mengalirkan udara
lewat sistem penyaring HEPA (high effieciency particulate air) pada tingkat paling sedikit 12 kali pertukaran udara per jam. Rumah sakit sebaiknya menetapkan program untuk
menangani pasien infeksi “air borne” dalam waktu singkat jika sistem HEPA tidak ada, termasuk jika ada banyak pasien masuk menderita infeksi menular. Pembersihan kamar dengan benar
setiap hari selama pasien tinggal di rumah sakit dan pembersihan kembali setelah pasien keluar pulang harus dilakukan sesuai
dengan standar atau pedoman pengedalian infeksi.
TELUSUR
4). Elemen Penilaian PPI 10 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menyediakan dan Pimpinan RS D : Regulsi I : Observasi 10
menempatkan ruangan untuk pasien Komite/tim PPI Regulasi tentang penyediaan ruangan untuk I : Wawancara 5
dengan imunitas rendah IPCN pasien dengan imunitas rendah (immune Observasi/wawancara tentang 0
(immunocompromised) sesuai dengan Ka Unit/ruang compromised) sesuai dengan peraturan ruangan untuk pasien dengan
peraturan perundang- undangan perundang- undangan imunitas rendah
D : Bukti’
Bukti adanya penyediaan ruangan untuk pasien
dengan imunitas rendah (immunocompromised)
sesuai dengan peraturan perundang- undangan
b) Rumah sakit melaksanakan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
transfer pasien airborne diseases di Komite/tim PPI Regulasi tentang pelaksanaan proses transfer I : Wawancara 5
dalam rumah sakit dan keluar rumah IPCN pasien airborne diseases di dalam rumah sakit Observasi/wawancara tentang proses 0
sakit sesuai dengan peraturan Ka Unit/ruang dan keluar rumah sakit sesuai dengan peraturan transfer pasien airborne diseases di
perundang- undangan termasuk di ruang perundang- undangan termasuk di ruang gawat dalam rumah sakit dan keluar rumah
gawat darurat dan ruang lainnya darurat dan ruang lainnya sakit
D : Bukti:
Bukti adanya pelaksanaan proses transfer pasien
airborne diseases di dalam rumah sakit dan keluar
rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-

148
undangan termasuk di ruang gawat darurat dan
ruang lainnya

c) Rumah sakit telah menempatkan pasien Pimpinan RS D : Regulasi: I : Observasi 10


infeksi“air borne” dalam waktu singkat Komite/tim PPI Regulasi tentang penempatan pasien infeksi I : Wawancara 5
jika rumah sakit tidak mempunya kamar IPCN “air borne” dalam waktu singkat jika rumah Observasi/wawancara tentang 0
dengan tekanan negatif sesuai Ka Unit/ruang sakit tidak mempunyai kamar dengan tekanan penempatan pasien infeksi “air
denganperaturan perundang-undangan negatif sesuai dengan peraturan perundang- borne” dalam waktu singkat jika
termasuk di ruang gawat darurat dan undangan termasuk di ruang gawat darurat dan rumah sakit tidak mempunyai kamar
ruang lainnya. ruang lainnya. dengan tekanan negatif sesuai dengan
D : Bukti peraturan perundang-undangan
Bukti adanya kamar pasien infeksi“air borne” termasuk di ruang gawat darurat dan
dalam waktu singkat jika rumah sakit tidak ruang lainnya.
mempunya kamar dengan tekanan negatif sesuai
denganperaturan perundang-undangan termasuk
di ruang gawat darurat dan ruang lainnya.
d) Ada bukti pemantauan ruang tekanan Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
negatif dan penempatan pasien IPCN Bukti adanya laporan pemantauan ruang Wawancara tentang elaksanaan 5
secaranrutin. Ka Unit/ruang tekanan negatif dan penempatan pasien pemantauan ruang tekanan negatif 0
secara rutin. dan penempatan pasien

TELUSUR
5). Elemen Penilaian PPI 10.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a. Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi: I : Observasi 10
pengelolaan pasien bila terjadi ledakan Komite/tim PPI Regulasi tentang proses pengelolaan pasien bila I : Wawancara 5
pasien (outbreak) penyakit infeksi air IPCN terjadi ledakan pasien (outbreak) penyakit infeksi Observasi/wawancara tentang 0
borne Ka Unit/ruang air borne. pengelolaan pasien bila terjadi ledakan
D : Bukti pasien (outbreak) penyakit infeksi air
Bukti adanya penerapan proses pengelolaan borne.
pasien bila terjadi ledakan pasien (outbreak)
penyakit infeksi air borne
b. Rumah sakit menyediakan ruang isolasi Pimpinan RS D : Regulasi: I : Observasi 10
dengan tekanan negatif bila terjadi Komite/tim PPI Regulasi tentang penyediaan ruang isolasi dengan I : Wawancara 5
ledakan pasien (outbreak) sesuai dengan IPCN tekanan negatif bila terjadi ledakan pasien Observasi/wawancara tentang 0
peraturan perundangan. Ka Unit/ruang (outbreak) sesuai dengan peraturan perundanga penyediaan ruang isolasi dengan
D : Bukti tekanan negatif bila terjadi
ledakan pasien (outbreak) sesuai
dengan
peraturan perundangan.

149
Bukti adanya ruang isolasi dengan tekanan
negatif bila terjadi ledakan pasien (outbreak)
sesuai
dengan peraturan perundangan.
c. Ada bukti dilakukan edukas kepada staf Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
tentang pengelolaan pasien infeksius IPCN Bukti adanya pelaksanaan edukasi kepada staf Wawancara tentang pelaksanaan 5
jika terjadi ledakan pasien (outbreak) Ka Unit/ruang tentang pengelolaan pasien infeksius jika terjadi edukasi kepada staf tentang 0
penyakit infeksi air borne. ledakan pasien (outbreak) penyakit infeksi air pengelolaan pasien infeksius
borne. jika
terjadi ledakan pasien (outbreak)
penyakit infeksi air borne
k. Kebersihan Tangan
1). Standar PPI 11
Kebersihan tangan menggunakan sabun dan desinfektan adalah sarana efektif untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
2). Standar PPI 11.1
Sarung tangan, masker, pelindung mata,serta alat pelindung diri lainnya tersedia dan digunakan secara tepat apabila disyaratkan.
3). Maksud dan Tujuan PPI 11 dan PPI 11.1
Kebersihan tangan, menggunakan alat pelindung diri, serta disinfektan adalah sarana efektif untuk mencegah dan mengendalikan infeksi. Oleh karena itu, harus tersedia disetiap tempat
asuhan pasien yang membutuhkan barang ini. Rumah sakit menetapkan ketentuan tentang tempat di mana alat pelindung diri ini harus tersedia dan dilakukan pelatihan cara memakainya.
Sabun, disinfektan, handuk/tissu,serta alat lainnya untuk mengeringkan ditempatkan di lokasi tempat cuci tangan dan prosedur disinfeksi tangan dilakukan
TELUSUR
4). Elemen Penilaian PPI 11 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan hand Pimpinan RS D : Regulasi: I : Observasi 10
hygiene yang mencakup kapan, di mana, Komite/tim PPI Regulasi tentang pelaksanaan hand hygiene I ; Wawancara 5
dan bagaimana melakukan cuci tangan IPCN/IPCLN yang mencakup kapan, di mana, dan I : Simulasi 0
mempergunakan sabun (hand wash) dan Ka Unit/ruang bagaimana melakukan cuci tangan Observasi/wawancara/simulasi tentang
atau dengan disinfektan (hand rubs) mempergunakan sabun (hand wash) dan atau penerapan hand hygiene yang
serta ketersediaan fasilitas hand hygiene. dengan disinfektan (hand rubs) mencakup kapan, di mana, dan
D : Bukti bagaimana melakukan cuci tangan
Bukti adanya penerapan hand hygiene yang mempergunakan sabun (hand wash)
mencakup kapan, di mana, dan bagaimana dan atau dengan disinfektan (hand
melakukan cuci tangan mempergunakan rubs) serta ketersediaan fasilitas hand
sabun (hand wash) dan atau dengan hygiene
disinfektan (hand rubs) serta ketersediaan
fasilitas hand hygiene.
b) Tersedia sabun, disinfektan, serta Komite/tim PPI D : Bukti I : Observasi 10
tissu/handuksekali pakai tersedia di IPCN/IPCLN Bukti tersedianya sabun, disinfektan, serta I : Wawancara 5
tempat cuci tangan dan tempat Ka Unit/ruang tissu/handuksekali pakai tersedia di tempat Observasi/wawancara tentang 0
melakukan disinfeksi tangan. cuci tangan dan tempat melakukan disinfeksi tersedianya sabun, disinfektan, serta
tangan tissu/handuk sekali pakai tersedia
150
di tempat cuci tangan dan
tempat melakukan disinfeksi
tangan.
Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
c) Ada bukti pelaksanaan pelatihan hand
Bagian Diklat Bukti adanya pelaksanaan pelatihan hand Wawancara tentang pelaksanaan 5
hygiene kepada semua pegawai
IPCN/IPCLN hygiene kepada semua pegawai termasuk tenaga pelatihan hand hygiene kepada semua 0
termasuk tenaga kontrak Seluruh staf RS kontrak ada bukti (TUMANS) pegawai termasuk tenaga kontrak
TELUSUR
5). Elemen Penilaian PPI 11.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan penggunaan Pimpinan RS D : Regulasi: I : 0bservasi 10
alat pelindung diri, tempat yang harus Komite/tim PPI Regulasi tentang penggunaan alat pelindung I : Wawancara 5
menyediakan alat pelindung diri, dan IPCN/IPCLN diri, tempat yang harus menyediakan alat Observasi/wawancara tentang 0
pelatihan cara memakainya. Ka Unit/ruang pelindung diri, dan pelatihan cara memakainya. penggunaan alat pelindung diri, tempat
A : Acuan yang harus menyediakan alat pelindung
PERMENKES No. 66 tahun 2016 tentang diri, dan pelatihan cara memakainya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
D : Bukti
Bukti adanya penerapan penggunaan alat
pelindung diri, tempat yang harus menyediakan
alat pelindung diri, dan pelatihan cara
memakainya (TUMANS).
b) Alat pelindung diri sudah digunakan Komite/tim PPI D : Bukti I : 0bservasi 10
secara tepat dan benar. IPCN/IPCLN Bukti adanya alat pelindung diri yang sudah I : Wawancara 5
Ka Unit/staf digunakan secara tepat dan benar. I : Simulasi 0
Ka /staf Ruang Observasi/wawancara/simulasi tentang
Staf klinis/non klinis adanya alat pelindung diri yang sudah
digunakan secara tepat dan benar.
c) Ketersediaan alat pelindung diri sudah Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
cukup sesuai dengan regulasi. Komite/tim PPI Regulasi tentang ketersediaan alat pelindung I : Wawancara 5
IPCN/IPCLN diri yang cukup Observasi/wawancara tentang 0
Ka/staf Ruang D : Bukti ketersediaan alat pelindung diri sudah
Bukti adanya perhitungan ketersediaan cukup sesuai dengan regulas
alat pelindung diri yang cukup
d) Ada bukti pelatihan penggunaan alat Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
pelindung diri kepada semua pegawas Bagian Diklat Bukti adanya pelaksanaan pelatihan Wawancara tentang pelaksanaan 5
termasuk tenaga kontrak. IPCN/IPCLN penggunaan alat pelindung diri kepada semua pelatihan penggunaan alat pelindung 0
Ka/staf Ruang pegawai termasuk tenaga kontrak (TUMANS). diri
Staf klinis/non klinis

151
l. Peningkatan mutu dan program edukasi
1). Standar PPI 12
Kegiatan PPI diintegrasikan dengan program PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) dengan menggunakan indikator yang secara epidemiologik penting bagi rumah sakit
2). Maksud dan Tujuan PPI 12
Rumah sakit menggunakan indikator sebagai informasi untuk memperbaiki kegiatan PPI dan mengurangi tingkat infeksi yang terkait layanan kesehatan sampai tingkat
serendahrendahnya. Rumah sakit dapat menggunakan data indikator dan informasi dan membandingkan dengan tingkat dan kecenderungan di rumah sakit lain. Semua departemen/unit
layanan diharuskan ikut
serta menentukan prioritas yang diukur di tingkat rumah sakit dan tingkat departemen/unit layanan program PPI.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PPI 12 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Ada regulasi sistem manajemen data. D : Regulasi 10
terintegrasi antara data surveilans dan Regulasi tentang sistem manajemen data 0
data indikator mutu di Komite/tim terintegrasi antara data surveilans dan data
Penyelenggara Mutu. indikator mutu di Komite/tim Penyelenggara
Mutu.
b) Ada bukti pertemuan berkala antara Komite/tim Mutu. D : Bukti I : Wawancara 10
Komite/tim Penyelenggara Mutu dan Komite/tim PPI Bukti adanya pertemuan berkala Komite/tim Wawancara tentang pertemuan berkala 5
Komite/tim PPI untuk berkoordinasidan Penyelenggara Mutu dan Komite/tim PPI untuk Komite/ tim Penyelenggara Mutu dan 0
didokumentasikan berkoordinasi dan didokumentasikan (UMAN). Komite/tim PPI
c) Ada bukti penyampaian hasil analisis Komite/tim Mutu. D : Bukti I : Wawancara: 10
data dan rekomendasi Komite/tim PPI Komite/tim PPI Bukti adanya penyampaian hasil analisis data Wawancara tentang penyampaian 5
kepada Komite/tim Penyelenggara Mutu dan rekomendasi Komite/tim PPI kepada hasil analisa data dan rekomendasi 0
setiap tiga bulan. Komite/tim Penyelenggara Mutu setiap tiga bulan. Komite/tim PPI kepada Komite/
tim Penyelenggara Mutu setiap tiga
bulan.
m. Edukasi, Pendidikan dan Pelatihan
1). Standar PPI 13
Rumah sakit melakukan edukasi tentang PPI kepada staf klinis dan nonklinis, pasien, keluarga pasien, serta petugas lainnya yang terlibat dalam pelayanan pasien.
2). Maksud dan Tujuan PPI 13
Agar program PPI efektif harus dilakukan edukasi kepada staf klinis dan nonkliniks tentang program PPI pada waktu mereka baru bekerja di rumah sakit dan diulangi secara teratur.
Edukasi diikuti oleh staf klinik dan staf nonklinik, pasien, keluarga pasien, pedagang, dan juga pengunjung. Pasien dan keluarga didorong untuk berpartisipasi dalam implementasi
program PPI. Pelatihan diberikan sebagai bagian dari orientasi kepada semua staf baru dan dilakukan pelatihan kembali secara berkala, atau paling sedikit jika ada perubahan kebijakan,
prosedur, dan praktik yang menjadi panduan program PPI. Dalam pendidikan juga disampaikan temuan dan kecenderungan ukuran kegiatan. Berdasar atas hal di atas maka rumah sakit
agar menetapkan program pelatihan PPI yang meliputi pelatihan untuk :
a) orientasi pegawai baru baik staf klinis maupun nonklinis di tingkat rumah sakit maupun di unit pelayanan;
b) staf klinis (profesional pemberi asuhan) secaraberkala;
c) staf nonklinis;
d) pasien dan keluarga; dan
e) pengunjung.

152
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PPI 13 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan program pelatihan D : Regulasi: 10
dan edukasi tentang PPI yang meliputi a) –e) Regulasi berupa program pelatihan dan edukasi 0
yang ada pada maksud dan tujuan. tentang PPI yang meliputi : a) –e) yang ada
pada maksud dan tujuan.
b) Ada bukti pelaksanaan pelatihan untuk Komite/tim PPI D : Bukti I : Wawancara 10
semua staf klinik dan nonklinik sebagai Bagian Diklat Bukti adanya laporan pelatihan untuk semua staf Wawancara tentang pelaksanaan 5
bagian dari orientasi pegawai baru tentang IPCN/IPCLN klinik dan nonklinik (TUMANS) pelatihan untuk semua staf klinik 0
regulasi dan praktek program PPI Staf klinis/non klinis dan
nonklinik
IPCN/IPCLN D : Bukti I : Wawancara 10
Pasien/keluarga/pengunjung Bukti adanya pelaksanaan edukasi untuk pasien, I : Simulasi 5
c) Ada bukti pelaksanaan edukasi untuk
keluarga, dan pengunjung praktik program PPI. Wawancara/simulasi tentang 0
pasien, keluarga, dan pengunjung praktik
pelaksanaan edukasi untuk pasien,
program PPI.
keluarga, dan pengunjung praktik
program PPI.

153
7. Pendidikan Dalam Pelayanan Kesehatan (PPK)
a.Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan
1). Standar PPK 1
Rumah sakit menetapkan regulasi tentang persetujuan dan pemantauan pemilik pimpinan dalam kerja sama penyelenggaraan pendidikan kesehatan di rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan PPK 1
Keputusan penetapan rumah sakit pendidikan merupakan kewenangan kementerian yang membidangi masalah kesehatan berdasarkan keputusan bersama yang dilanjutkan dengan
pembuatan perjanjian kerja sama pemilik dan pimpinan rumah sakit dengan pimpinan institusi pendidikan. Hal tersebut penting karena mengintegrasikan penyelenggaraan
pendidikan klinis ke dalam operasional rumah sakit memerlukan komitmen dalam pengaturanwaktu, tenaga, dan sumber daya. Peserta pendidikan klinis termasuk trainee, fellow,
peserta pendidikan dokter spesialis, dokter, dokter gigi, dan peserta pendidikan tenaga kesehatan profesional lainnya. Keputusan untuk mengintegrasikan operasional rumah sakit dan
pendidikan klinis paling baik dibuat oleh jenjang pimpinan tertinggi yang berperan sebagai pengambil keputusan di suatu rumah sakit bersama institusi pendidikan kedokteran, kedokteran gigi,
dan profesi kesehatan lainnya yang didelegasikan kepada organisasi yang mengoordinasi pendidikan klinis. Untuk penyelenggaraan pendidikan klinis di rumah sakit maka semua pihak harus
mendapat informasi lengkap tentang hubungan dan tanggung jawab masing-masing. Pemilik dan/atau representasi pemilik memberikan persetujuan terhadap keputusan tentang visi-
misi, rencana strategis, alokasi sumber daya, dan program mutu rumah sakit sehingga dapat ikut bertanggung jawab terhadap seluruh proses penyelenggaraan pendidikan klinis di rumah sakit
yang harus konsisten dengan regulasi yang berlaku, visi-misi rumah sakit, komitmen pada mutu, keselamatan pasien, serta kebutuhan pasien. Rumah sakit mendapatkan informasi tentang
output dengan kriteria- kriteria yang diharapkan dari institusi pendidikan dari pendidikan klinis yang dilaksanakan di rumah sakit untuk mengetahui mutu pelayanan dalam penyelenggaraan
pendidikan klinis di rumah sakit. Rumah sakit menyetujui output serta kriteria penilaian pendidikan dan harus dimasukkan dalam perjanjian kerja sama. Organisasi yang
mengoordinasi pendidikan klinis bertanggung jawab untuk merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi penyelenggaraan program pendidikan klinis di rumah sakit. Organisasi yang
mengoordinasi pendidikan klinis melakukan penilaian berdasar atas kriteria yang sudah disetujui bersama. Organisasi yang mengoordinasi pendidikan klinis harus melaporkan hasil
evaluasi penerimaan, pelaksanaan, dan
penilaian output dari program pendidikan kepada pimpinan rumah sakit dan pimpinan institusi pendidikan. (lihat PPK 6)
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PPK 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit memilki kerjasama resmi D : Regulasi 10
rumah sakit dengan institusi pendidikan Regulasi tentang kerjasama antara rumah 0
yang masih berlaku sakit dengan Institusi Pendidikan
A : Acuan
1. PERMENKES No. 31 tahun 2022 tentang
Peraturan pelaksanaan peraturan pemerintah
No 93 tahun 2015 tentang rumah sakit
pendidikan
2. KEPMENKES No
HK.01.07/MENKES/16/2023 tentang
Instrumen Penilaian Rumah Sakit Pendidikan
dan Rasio Jumlah Dosen dan Mahasiswa
di Rumah Sakit Pendidikan.
b) Kerja sama antara rumah sakit dengan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
institusi pendidikan yang sudah Komite/tim Kordik Bukti adanya kerja sama antara rumah sakit Wawancara tentang kerja sama antara 5
terakreditasi. Bagian Diklat dengan institusi pendidikan yang sudah rumah sakit dengan institusi pendidikan 0
yang sudah terakreditasi
154
terakreditasi. berupa :
- Daftar institusi pendidikan yang kerjasama
dengan rumah sakit.
- Bukti sertifikat akreditasi institusi pendidikan.
c) Kriteria penerimaan peserta didik sesuai Pimpinan RS D : Bukti : I : Wawancara 10
dengan kapasitas rumah sakit harus Komite/tim Kordik Bukti adanya kriteria penerimaan peserta didik Wawancara tentang kriteria penerimaan 5
dicantumkan dalam perjanjian kerjasama. Bagian Diklat sesuai dengan kapasitas rumah sakit yg harus peserta didik sesuai dengan kapasitas 0
dicantumkan dalam perjanjian kerjasama. RS
d) Pemilik, pimpinan rumah sakit dan pimpinan Pemilik RS D : Bukti I : Wawancara 10
institus pendidikan membuat kajian tertulis Direktur RS Bukti adanya kajian tertulis sedikitnya satu Wawancara tentang kajian tertulis 5
sedikitnya satu kal setahun terhadap hasil Pimpinan RS kali setahun terhadap hasil evaluasi program sedikitnya satu kal setahun terhadap 0
evaluasi program pendidikan kesehatan Komite/tim Kordik pendidikan kesehatan yang dijalankan di rumah hasil evaluasi program pendidikan
yang dijalankan di rumah sakit. Bagian Diklat sakit. kesehatan
yang dijalankan di rumah sakit.
4). Standar PPK 2
Pelaksanaan pelayanan dalam pendidikan klinis yang diselenggarakan dirumah sakit mempunyai akuntabilitas manajemen, koordinasi, dan prosedur yang jelas.
5). Maksud dan Tujuan PPK 2
Organisasi yang mengoordinasi pendidikan di rumah sakit menetapkan kewenangan, perencanaan, pemantauan implementasi program pendidikan klinis, serta evaluasi dan
analisisnya. Kesepakatan antara rumah sakit dan institusi pendidikan kedokteran, kedokteran gigi, dan pendidikan tenaga kesehatan professional lainnya harustercermin dalam organisasi dan
kegiatan organisasi yang mengoordinasi pendidikan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki regulasi yang mengatur: a) Kapasitas penerimaan peserta didik sesuai dengan kapasitas rumah sakit
yang dicantumkan dalam perjanjian kerja sama; b) Persyaratan kualifikasi pendidik/dosen klinis; dan c) Peserta pendidikan klinis di rumah sakit yang dipertimbangkan berdasarkan
masa pendidikan dan level kompetensi. Rumah sakit mendokumentasikan daftar akurat yang memuat semua peserta pendidikan klinis di rumah sakit. Untuk setiap peserta pendidikan
klinis dilakukan pemberian kewenangan klinis untuk menentukan sejauh mana kewenangan yang diberikan secara mandiri atau di bawah supervisi. Rumah sakit harus mempunyai
dokumentasi
yang paling sedikit meliputi: a) Surat keterangan peserta didik dari institusi pendidikan; b) Ijazah,surat tanda registrasi, dan surat izin praktik yang menjadi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; c) Klasifikasi akademik; d) Identifikasi kompetensi peserta pendidikan klinis; dan e) Laporan pencapaian kompetensi.
TELUSUR
6) Elemen Penilaian PPK 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulasi tentang D : Regulasi 10
pengelolaan dan pengawasan pelaksanaan Regulasi tentang pengelolaan dan pengawasan 0
pendidikan klinis yang telah disepakati pelaksanaan pendidikan klinis yang telah disepakati
bersama meliput poin a) - c) pada maksud bersama meliput poin a)-c) pada maksud dan
dan tujuan. tujuan
b) Rumah sakit memiliki daftar lengkap Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
memuat nama semua peserta pendidikan Komite/tim Kordik Bukti adanya daftar lengkap memuat nama semua I : Wawancara 5
klinis yang saat ini ada di rumah sakit. Bagian Diklat peserta pendidikan klinis yang saat ini ada di rumah Observasi/wawancara tentang daftar 0
sakit. peserta pendidikan klinis yang saat ini
ada di rumah sakit.

155
c) Untuk setiap peserta pendidikan klinis Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
terdapat dokumentasi yang meliput poin a) Komite/tim Kordik Bukti adanya kelengkapan dokumen peserta didik I : Wawancara 5
– e) pada maksud dan tujuan Bagian Diklat klinis meliputi poin a) – e) pada maksud dan Observasi/wawancara tentang 0
tujuan kelengkapan dokoumen peserta klinis

7). Standar PPK 3


Tujuan dan sasaran program pendidikan klinis di rumah sakit disesuaikan dengan jumlah staf yang memberikan pendidikan klinis, variasi dan jumlah pasien, teknologi, serta fasilitas rumah
sakit.
8). Maksud dan Tujuan PPK 3 Pendidikan klinis di rumah sakit harus mengutamakan keselamatan pasien serta memperhatikan kebutuhan pelayanan sehingga pelayanan rumah sakit tidak
terganggu, akan tetapi justru menjadi lebih baik dengan terdapat program pendidikan klinis ini. Pendidikan harus dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan dalam rangka
memperkaya pengalaman dan kompetensi peserta didik, termasuk juga pengalaman pendidik klinis untuk selalu memperhatikan prinsip pelayanan berfokus pada pasien.
a) Variasi dan jumlah pasien harus selaras dengan kebutuhan untuk berjalannya program, demikian juga fasilitas pendukung pembelajaran harus disesuaikan dengan teknologi berbasis
bukti
yang harus tersedia.
b) Jumlah peserta pendidikan klinis di rumah sakit harus memperhatikan jumlah staf pendidik klinis serta ketersediaan sarana dan prasarana
TELUSUR
9). Elemen Penilaian PPK 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat bukti perhitungan rasio peserta Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pendidikan dengan staf pendidik klinis untuk Komite/tim Kordik Regulasi tentang perhitungan ratio peserta I : Wawancara 5
seluruh peserta dari setiap program Bagian Diklat pendidikan klinis dengan staf yang memberikan Observasi/wawancara tentang 0
pendidikan profesi yang disepakati oleh pendidikan klinis sesuai dengan peraturan perhitungan ratio peserta pendidikan
rumah sakit dan institusi pendidikan sesuai perundang-undangan klinis dengan staf yang memberikan
dengan peraturan perundang- undangan. D : Bukti pendidikan klinis.
Bukti adanya hasil perhitungan ratio peserta
pendidikan klinis dengan staf yang memberikan
pendidikan klinis.
b) Terdapat bukti perhitungan peserta didik Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
yang diterima di rumah sakit per periode Komite/tim Kordik B adanya perhitungan peserta didik yang diterima I : Wawancara 5
untuk proses pendidikan disesuaikan dengan Bagian Diklat di rumah sakit per periode sesuai dengan jumlah Observasi/wawancara tentang 0
jumlah pasien untuk menjamin mutu dan pasien perhitungan peserta didik yang diterima
keselamatan pasien. di rumah sakit per periode sesuai dengan
jumlah pasien
c) Terdapat bukti bahwa sarana prasarana, Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
teknologi, dan sumber daya lain di rumah Komite/tim Kordik Bukti adanya daftar sarana prasarana , teknologi I : Wawancara 5
sakit tersedia untuk mendukung Bagian Diklat dan sumber daya lainnya dirumah sakit untuk Observasi/wawancara tentang 0
pendidikan peserta didik. mendukung pendidikan peserta didik ketersediaan sarana prasarana, teknologi
dan sumber daya lainnya

156
b. Kompetensi dan Supervisi
1). Standar PPK 4
Seluruh staf yang memberikan pendidikan klinis mempunyai kompetensisebagai pendidik klinis dan mendapatkan kewenangan dari institusi pendidikan dan rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan PPK 4
Seluruh staf yang memberikan pendidikan klinis telah mempunyai kompetensi dan kewenangan klinis untuk dapat mendidik dan memberikan pembelajaran klinis kepada peserta
pendidikan klinis di rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daftar staf yang memberikan pendidikan klinis dengan seluruh gelar akademis dan profesinya tersedia di
rumah sakit. Seluruh staf yang memberikan pendidikan klinis harus memenuhi persyaratan kredensial dan memiliki kewenangan klinis untuk melaksanakan pendidikan klinis yang sesuai
dengan tuntutan tanggung jawabnya
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PPK 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan staf klinis yang Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
memberikan pendidikan klinis dan Komite/tim Kordik Regulasi tentang staf klinis yang memberikan I : Wawancara 5
penetapan penugasan klinis serta rincian Bagian Diklat pendidikan klinis dan penugasan klinis serta Observasi/wawancara penetapan staf 0
kewenangan klinis dari rumah sakit. Pembimbig klinis rincian kewenangan klinis dari rumah sakit. klinis yang memberikan pendidikan klinis
D :: Bukti
Bukti berupa penetapan staf klinis yang
memberikan pendidikan klinis seperti :
Surat Penugasan Klinis (SPK) dan Rincian
Kewenangan Klinis (RKK)
b) Rumah sakit memiliki daftar staf klinis Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
yang memberikan pendidikan klinis secara Komite/tim Kordik Bukti adanya daftar staf klinis yang memberikan Wawancara tentang staf klinis yang 5
lengkap (akademik dan profesi) sesuai Bagian Diklat pendidikan klinis secara lengkap (akademik dan memberikan pendidikan klinis secara 0
dengan jenis pendidikan yang dilaksanakan Pembimbig klinis profesi) sesuai dengan jenis pendidikan yang lengkap (akademik dan profesi) sesuai
di rumah sakit. dilaksanakan di rumah sakit dengan jenis pendidikan.

c) Rumah sakit memiliki bukti staf klinis yang Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
memberikan pendidikan klinis telah Komite/tim Kordik Bukti adanya staf klinis yang memberikan Wawancara tentang staf klinis yang 5
mengikuti pendidikan sebagai pendidikan Bagian Diklat pendidikan klinis telah mengikuti pendidikan memberikan pendidikan klinis telah 0
dan keprofesian berkelanjutan. Pembimbig klinis sebagai pendidikan dan keprofesian berkelanjutan, mengikuti pendidikan sebagai pendidikan
berupa sertifikat Pekerti/ CI untuk perawat. dan keprofesian berkelanjutan.
4). Standar PPK 5
Rumah sakit memastikan pelaksanaan pendidikan yang dijalankan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan staf klinis di rumah sakit aman bagi pasien dan peserta didik

5). Maksud dan Tujuan PPK 5


Supervisi dalam pendidikan menjadi tanggung jawab staf klinis yang memberikan pendidikan klinis untuk menjadi acuan pelayanan rumah sakit agar pasien, staf, dan peserta didik
terlindungisecara hukum. Supervisi diperlukan untuk memastikan asuhan pasien yang aman dan merupakan bagian proses belajar bagi peserta pendidikan klinis. Tingkat supervise
ditentukan oleh rumah sakit sesuai dengan jenjang pembelajaran dan level kompetensi peserta pendidikan klinis. Setiap peserta pendidikan klinis di rumah sakit mengerti proses supervisi

157
klinis, meliputi siapa saja yang melakukan supervisi dan frekuensi supervisi oleh staf klinis yang memberikan pendidikan klinis. Pelaksanaan supervisi didokumentasikan dalam log book
atau sistem dokumentasi lain untuk peserta didik dan staf klinis yang memberikan pendidikan klinis sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PPK 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah memiliki tingkat Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
supervisi yang diperlukan oleh setiap Komite/tim Kordik Bukti adanya tingkat supervisi yang diperlukan Wawancara tentang tingkat supervisi 5
peserta pendidikan klinis di rumah sakit Bag Diklat RS oleh setiap peserta pendidikan klinis di rumah sakit yang diperlukan oleh setiap peserta 0
untuk setiap jenjang pendidikan untuk setiap jenjang pendidikan pendidikan klinis di rumah sakit untuk
setiap jenjang pendidikan
b) Setiap peserta pendidikan klinis mengetahui Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
tingkat, frekuensi, dan dokumentasi untuk Komite/tim Kordik Bukti bahwa setiap peserta pendidikan klinis Wawancara tentang setiap peserta 5
supervisinya. Bagian Diklat mengetahui tingkat, frekuensi, dan dokumentasi pendidikan klinis mengetahui tingkat, 0
untuk supervisinya. frekuensi, dan dokumentasi untuk
supervisinya.
c) Rumah sakit telah memilik format spesifik Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
untuk mendokumentasikan proses supervisi Komite/tim Kordik Bukti adanya dokumentasi pelaksanaan supervisi ke Wawancara tentang dokumentasi 5
yang sesuai dengan kebijakan rumah sakit, Bagian Diklat dalam logbook atau sistem dokumentasi lain yang pelaksanaan supervisi ke dalam logbook 0
tujuan program pendidikan, sertamutu dan sesuai kebijakan rumah sakit atau sistem dokumentasi lain yang sesuai
keselamatan asuhan pasien. kebijakan rumah sakit
d) Rumah sakit telah memilik proses Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pengkajian rekammedis untuk memastikan Komite/tim Kordik Bukti adanya pelaksanaan proses pengkajian rekam Wawancara tentang pelaksanaan proses 5
kepatuhanbatasan kewenangan dan proses Bagian Diklat medis untuk memastikan kepatuhan batasan pengkajian rekam medis untuk 0
supervisi peserta pendidikan yang kewenangan dan proses supervisi peserta memastikan kepatuhan batasan
mempunyai akses pengisian rekam medis. pendidikan yang mempunyai akses pengisian rekam kewenangan dan proses supervisi peserta
medis pendidikan yang mempunyai akses
pengisian rekam medis
c. Mutu dan Keselamatan Dalam Pelaksanaan Pendidikan
1). Standar PPK 6
Pelaksanaan pendidikan klinis di rumah sakit harus mematuhi regulasi rumah sakit dan pelayanan yang diberikan berada dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien.
2). Maksud dan Tujuan PPK 6
Dalam pelaksanaannya program pendidikan klinistersebut senantiasa menjamin mutu dan keselamatan pasien. Rumah sakit memiliki rencana dan melaksanakan program orientasi terkait
penerapan konsep mutu dan keselamatan pasien yang harus diikuti oleh seluruh peserta pendidikan klinis serta mengikutsertakan peserta didik dalam semua pemantauan mutu dan
keselamatan pasien. Orientasi peserta pendidikan klinis minimal mencakup:
a. Program rumah sakit tentang mutu dan keselamatan pasien;
b. Program pengendalian infeksi;
c. Program keselamatan penggunaan obat; dan

158
d. Sasaran keselamatan pasien.
Peserta pendidikan klinis seyogyanya diikutsertakan dalam pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit, yang disesuaikan dengan jenis dan
jenjang pendidikannya. Penugasan peserta didik dalam pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien diatur bersama antara organisasi pengelola pendidikan, pengelola mutu dan
keselamatan pasien,serta kepala unit pelayanan. Rumah sakit harus dapat membuktikan bahwa adanya peserta didik di rumah sakit tidak menurunkan mutu pelayanan dan tidak
membahayakan keselamatan pasien dirumah sakit. Hasilsurvei kepuasan pasien atas pelayanan rumah sakit harus memasukkan unsur kepuasan atas keterlibatan peserta didik dalam
pelayanan kepada
pasien
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PPK 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan unit yang D : Regulasi 10
bertanggung jawab untuk mengelola Regulasi tentang penetapan unit yang bertanggung 0
pelaksanaan pendidikan klinis di rumah jawab untuk mengelola pelaksanaan pendidikan
sakit. klinis di rumah sakit.
b) Rumah sakit menetapkan program orientasi D : Regulasi 10
peserta pendidikan klinis. Regulasi tentang program orientasi peserta 0
pendidikan klinis.
c) Rumah sakit telah memiliki bukti Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pelaksanaan dan sertifikat program orientasi Komite/tim Kordik Bukti adanya pelaksanaan orientasi peserta Wawancara tentang pelaksanaan orientasi 5
peserta pendidikan klinis. Bagian Diklat pendidkan klinik berupa sertifikat orientasi peserta pendidkan klinikberupa sertifikat 0
pendidikan klinis orientasi pendidikan klinis
d) Rumah sakit telah memiliki bukti Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
pelaksanaan dan dokumentasi peserta didik Komite/tim Kordik Bukti adanya pelaksanaan peserta didik I : Wawancara 5
diikutsertakan dalam semua program Bagian Diklat diikutsertakan dalam semua program peningkatan I : Simulasi 0
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Komite/tim Mutu mutu dan keselamatan pasien (TUMANS) Observasi/wawanacara/simulasi tentang
rumah sakit. pelaksanaan peserta didik diikutsertakan
dalam semua program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien
e) Rumah sakit telah memantau dan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
mengevaluasi bahwa pelaksanaan program Komite/tim Kordik Bukti adanya laporan pemantauan dan evaluasi Wawancara tentang pemantauan dan 5
pendidikan kesehatan tidak menurunkan Bagian Diklat bahwa pelaksanaan program pendidikan kesehatan evaluasi bahwa pelaksanaan program 0
mutu dan keselamatan pasien yang tidak menurunkan mutu dan keselamatan pasien pendidikan kesehatan tidak menurunkan
dilaksanakan sekurang- kurangnya sekali yang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali mutu dan keselamatan pasien
setahun yang terintegrasi dengan program setahun yang terintegrasi dengan program mutu dan
mutu dan keselamatan pasien. keselamatan pasien
f) Rumah sakit telah melakukan survei Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
mengenai kepuasan pasien terhadap Komite/tim Kordik Bukti adanya hasil pelaksanaan survei kepuasan wawancara tentang pelaksanaan survey 5
pelayanan rumah sakit atas dilaksanakannya Bagian Diklat pasien terhadap pelayanan rumah sakit atas kepuasaan pasien sekali setahun 0
pendidikan Komite/tim Mutu dilaksanakan pendidikan klinis sekurang kurangnya
klinis sekurang - kurangnya sekali setahun. sekali setahun

159
g) DPJP telah melakukan evaluasi/review D : Regulasi I : Wawancara 10
berkala dan verifikasi harian untuk Regulasi tentang DPJP harus melakukan wawancara tentang evaluasi/review 5
memantau terlaksananya asuhan secara evaluasi/review berkala dan verifikasi harian untuk berkala dan verifikasi harian dalam 0
terintegrasi dan membuat notasi sesuai DPJP memantau terlaksananya asuhan secara terintegrasi CPPT
dengan kebutuhan. dan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan.
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik adanya evaluasi/review
berkala dan verifikasi harian dalam CPPT

160
B. KELOMPOK PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
1. Akses dan Kesinambungan Pelayanan (AKP)
> 80% Terpenuhi Lengkap
20-79% Terpenuhi Sebagian
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN <20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan
1. Akses dan Kesinambungan Pelayanan (AKP)
Gambaran umum
Rumah sakit mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi asuhan (PPA) dan tingkat
pelayanan yang akan membangun suatu kesinambungan pelayanan. Dimulai dengan skrining, yang tidak lai n adalah memeriksa pasien secara cepat, untuk mengidentifikasi
kebutuhan pasien. Tujuan sistem pelayanan yang terintegrasi adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan
pelayanan, merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasil yang diharapkan dari proses asuhan di rumah sakit adalah meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang tersedia d i rumah sakit. Fokus pada standar mencakup:
a) Skrining pasien di rumah sakit;
b) Registrasi dan admisi di rumah sakit;
c) Kesinambungan pelayanan;
d) Transfer pasien internal di dalam rumah sakit;
e) Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut; dan
f) Transportasi.
a. Skrining Pasien di Rumah Sakit
1). Standar AKP 1
Rumah sakit menetapkan proses skrining baik pasien rawat inap maupun rawat jalan untuk mengidentifikasi pelayanan Kesehatan yang dibutuhkan sesuai dengan misi serta sumber
daya rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan AKP 1
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit bergantung pada informasi yang diperoleh tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada
kontak pertama. Skrining penerimaan pasien dilaksanakan melalui jalur cepat (fast track) kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, atau hasil pemeriksaan fisis, psikologis,
laboratorium klinis, atau diagnostik imajing ebelumnya. Skrining dapat dilakukan di luar rumah sakit seperti ditempat pasien berada, di ambulans, atau saat pasien tiba di rumah
sakit. Keputusan untuk mengobati, mentransfer atau merujuk dilakukan setelah hasil hasil skrining selesai dievaluasi. Bila rumah sakit mempunyai kemampuan memberikan
pelayanan yang dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan kemampuan pelayanannya maka dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan. Skirining khusus
dapat dilakukan oleh RS sesuai kebutuhan seperti skrining infeksi (TBC, PINERE, COVID- 19, dll), skrining nyeri, skrining geriatri, skrining jatuh atau skrining lainnya

3) Elemen Penilaian AKP 1 SASARAN TELUSUR SKOR

161
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah Sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
regulasi akses dan kesinambungan Regulasi tentang akses dan kesinambungan pelayanan 0
pelayanan (AKP) meliputi poin a) -f) (AKP) meliputi poin a) -f) pada gambaran umum
pada gambaran umum A : Acuan
1. PERMENKES No 856 tahun 2009 tentang IGD
Rumah sakit
2. PERMENKES No. 47 tahun 2018 tentang
Pelayanan Kegawatdaruratan
b) Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
skrining baik di dalam maupun di luar DPJP Bukti dalam rekam medis penerapan proses skrining baik Wawancara tentang proses skrining 5
rumah sakit dan terdokumentasi PPA lainnya di dalam maupun di luar rumah sakit dan terdokumentasi baik di dalam maupun di luar 0
rumah
sakit dan terdokumentasi
4). Standar AKP 1.1
Pasien dengan kebutuhan darurat, sangat mendesak, atau yang membutuhkan pertolongan segera diberikan prioritas untuk pengkajian dan tindakan.
5). Maksud dan Tujuan AKP 1.1
Pasien dengan kebutuhan gawat dan/atau darurat, atau pasien yang membutuhkan pertolongan segera diidentifikasi menggunakan proses triase berbasis bukti untuk
memprioritaskan kebutuhan pasien, dengan mendahulukan dari pasien yang lain. Pada kondisi bencana, dapat menggunakan triase bencana. Sesudah dinyatakan pasien darurat, mendesak
dan membutuhkan pertolongan segera, dilakukan pengkajian dan memberikan pelayanan sesegera mungkin. Kriteria psikologis berbasis bukti dibutuhkan dalam proses triase untuk kasus
kegawatdaruratan psikiatris. Pelatihan bagi staf diadakan agar staf mampu menerapkan kriteria triase berbasis bukti dan memutuskan pasien yang membutuhkan pertolongan segera
serta pelayanan yang
dibutuhkan.
TELUSUR
6) Elemen Penilaian AKP 1.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Proses triase dan pelayanan DPJP D : Regulasi I : Observasi 10
kegawatdaruratan telah diterapkan PPA lainnya Regulasi tentang proses triase dan pelayanan I : Wawancara 5
oleh staf yang kompeten dan bukti kegawatdaruratan telah diterapkan oleh staf yang kompeten Observasi/ wawancara tentang proses 0
dokumen kompetensi dan dan bukti dokumen kompetensi dan kewenangan klinisnya triase dan pelayanan
kewenangan klinisnya tersedia. tersedia. kegawatdaruratan.
D : Bukti
Bukti adanya penerapan proses triase dan pelayanan
kegawatdaruratan oleh staf yang kompeten dan bukti
dokumen kompetensi dan kewenangan klinisnya.
b) Staf telah menggunakan kriteria triase Ka Unit IGD D : Bukti I : Observasi 10
berbasis bukti untuk DPJP Bukti adanya penggunaan kriteria triase untuk I : Wawancara 5
memprioritaskan pasien sesuai PPA lainnya memprioritaskan pasien sesuai dengan kegawatannya Observasi/ wawancara tentang 0
dengan kegawatannya. penggunaan kriteria triase berbasis
bukti.

162
c) Pasien darurat dinilai dan distabilkan Ka Unit IGD D : Regulasi I : Observasi 10
sesuai kapasitas rumah sakit sebelum DPJP Regulasi tentang penilaian pasien darurat distabilkan sesuai I : Wawancara 5
ditransfer ke ruang rawat atau PPA lainnya kapasitas rumah sakit sebelum ditransfer ke ruang rawat atau Observasi/ wawancara tentang 0
dirujuk dan didokumentasikan dalam dirujuk dan didokumentasikan dalam rekam medik. penilaian dan asuhan pasien
rekam medik. D : Bukti sebelum ditransfer.
Bukti dalam rekam medik tentang penilaian dan asuhan
pasien sebelum ditransfer
7). Standar AKP 1.2
Rumah sakit melakukan skrining kebutuhan pasien saat admisi rawat inap untuk menetapkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan khusus/spesialistik atau
pelayanan intensif.

8). Maksud dan Tujuan AKP 1.2


Ketika pasien diputuskan diterima untuk masuk rawat inap, maka proses skrining akan membantu staf mengidentifikasi pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, paliatif yang dibutuhkan
pasien kemudian menentukan pelayanan yang paling sesuai dan mendesak atau yang paling diprioritaskan. Setiap rumah sakit harus menetapkan kriteria prioritas untuk menentukan pasien
yang membutuhkan pelayanan di unit khusus/spesialistik (misalnya unit luka bakar atau transplantasi organ) atau pelayanan di unit intensif (misalnya ICU, ICCU, NICU, PICU,
pascaoperasi).
Kriteria prioritas meliputi kriteria masuk dan kriteria keluar menggunakan parameter diagnostik dan atau parameter objektif termasuk kriteria berbasis fisiologis. Dengan
mempertimbangkan bahwa pelayanan di unit khusus/spesialistik dan di unit intensif menghabiskan banyak sumber daya, maka rumah sakit dapat membatasi hanya pasien dengan
kondisi medis yang reversibel yang dapat diterima dan pasien kondisi khusus termasuk menjelang akhir kehidupan yang sesuai dengan peraturan perundangundangan. Staf di unit
khusus/spesialistik atau unit intensif berpartisipasi dalam menentukan kriteria masuk dan kriteria keluar dari unit tersebut. Kriteria dipergunakan untuk menentukan apakah pasien
dapat diterima di unit tersebut, baik dari dalam atau dari luar rumah sakit.
Pasien yang diterima di unit tersebut harus dilakukan pengkajian ulang untuk menentukan apakah kondisi pasien berubah sehingga tidak memerlukan lagi pelayanan khusus/intensif
misalnya, jika status fisiologis sudah stabil dan pemantauan intensif baik sehingga tindakan lain tidak diperlukan lagi maka pasien dapat dipindah ke unit layanan yang lebih rendah (seperti
unit rawat inap atau unit pelayanan paliatif).
Apabila rumah sakit melakukan penelitian atau menyediakan pelayanan spesialistik atau melaksanakan program, penerimaan pasien di program tersebut harus melalui kriteria tertentu atau
ketentuan protokol. Mereka yang terlibat dalam riset atau program lain harus terlibat dalam menentukan kriteria atau protokol. Penerimaan ke dalam program tercatat di rekam medis pasien
termasuk kriteria atau protokol yang diberlakukan terhadap pasien yang diterima masuk.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian AKP 1.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah Sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
skrining pasien masuk rawat inap Ka Instal Gadar Regulasi tentang skrining pasien masuk rawat inap untuk Wawancara tentang pelaksannaa 5
untuk menetapkan kebutuhan DPJP menetapkan kebutuhan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, proses skrining pasien masuk rawat 0
pelayanan preventif, paliatif, kuratif, PPA lainnya dan rehabilitatif, pelayanan khusus/spesialistik atau inap
dan rehabilitatif, pelayanan pelayanan intensif
khusus/spesialistik atau pelayanan D : Bukti
intensif Bukti dalam rekam medik pelaksanaan skrining pasien
masuk rawat inap untuk menetapkan kebutuhan pelayanan

163
preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif, pelayanan
khusus/spesialistik atau pelayanan intensif
b) Rumah sakit telah menetapkan kriteria D : Regulasi 10
masuk dan kriteria keluar di unit Regulasi tentang penetapan kriteria masuk dan kriteria 0
pelayanan khusus/spesialistik keluar di unit pelayanan khusus/spesialistik menggunakan
menggunakan parameter diagnostik parameter diagnostik atau parameter objektif termasuk
atau parameter objektif termasuk kriteria berbasis fisiologis dan terdokumentasi di rekam
kriteria berbasis fisiologis dan medis.
terdokumentasi di rekam medis.
c) Rumah sakit telah menerapkan DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
kriteria masuk dan kriteria keluar di PPA lainnya Bukti dalam rekam medik adanya penerapan kriteria masuk Wawancara tentang penerapan 5
unit pelayanan intensif Ka Unit Intensif dan kriteria keluar di unit pelayanan intensif menggunakan kriteria masuk dan kriteria keluar di 0
menggunakan parameter diagnostik parameter diagnostik dan atau parameter objektif termasuk unit pelayanan Intensif.
dan atau parameter objektif kriteria berbasis fisiologis
termasuk kriteria
berbasis fisiologis dan terdokumentasi
di rekam medis.
d) Staf yang kompeten dan berwenang di Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
unit pelayanan khusus dan unit Komite medik Bukti adanya kompetensi dan kewenangan staf klinis Wawancara tentang penyusunan 5
pelayanan intensif terlibat dalam DPJP berupa PPK dan RKK. Serta bukti rapat penyusunan kriteria kriteria masuk dan keluar di unit 0
penyusunan kriteria masuk dan PPA lainnya masuk dan keluar unit intensif (UMAN) pelayanan khusus dan pelayanan
keluar di unitnya. intensif oleh staf yang kompeten.
10). Standar AKP 1.3
Rumah Sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien dan memberikan informasi kepada pasien jika terjadi penundaan dan kelambatan pelaksanaan tindakan/pengobatan dan atau
pemeriksaan penunjang diagnostik.

11). Maksud dan Tujuan AKP 1.3


Pasien diberitahu jika ada penundaan dan kelambatan pelayanan antara lain akibat kondisi pasien atau jika pasien harus masuk dalam daftar tunggu. Pasien diberi informasi alasanmengapa
terjadi penundaan/kelambatan pelayanan dan alternatif yang tersedia. Ketentuan ini berlaku bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta pemeriksaan penunjang diagnostik. Untuk
beberapa pelayanan, seperti onkologi atau transplan tidak berlaku ketentuan tentang penundaan/kelambatan pelayanan atau pemeriksaan.Hal ini tidak berlaku untuk keterlambatan
staf medis di rawat jalan atau bila unit gawat darurat terlalu ramai dan ruang tunggunya penuh. (lihat juga ACC.2). Untuk layanan tertentu, seperti onkologi atau transplantasi,
penundaan mungkin sesuai dengan norma nasional yang berlaku untuk pelayanan tersebut.

TELUSUR
12). Elemen Penilaian AKP 1.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pasien dan atau keluarga diberi DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
informasi jika ada penundaan dan atau PPA lainnya Regulasi tentang pemberian informasi kepada pasien Wawancara tentang informasi 5
keterlambatan pelayanan beserta MPP dan atau keluarga jika ada penundaan dan atau penundaan dan atau keterlambatan 0
alasannya dan dicatat di rekam Pasien/keluarga keterlambatan pelayanan beserta alasannya dan dicatat pelayanan.
medis. di rekam medis.
D : Bukti
164
Bukti dalam rekam medik bahwa pasien dan keluarga diberi
informasi tentang penundaan dan atau keterlambatan
pelayanan beserta alasannya.

b) Pasien dan atau keluarga diberi DPJP D : Regulasi : I : Wawancara 10


informasi tentang alternatif yang PPA lainnya Regulasi tentang pemberian informasi kepada pasien dan Wawancara tentang informasi 5
tersedia sesuai kebutuhan klinis MPP keluarga tentang alternatif yang tersedia sesuai kebutuhan alternatif pelayanan yang tersedia 0
pasien dan dicatat di rekam medis. Pasien/keluarga klinis pasien dan dicatat di rekam medis. sesuai kebutuhan klinis pasien
D ::Bukti :
Bukti dalam rekam medik bahwa pasien dan atau keluarga
diberi informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai
kebutuhan klinis pasien dan dicatat di rekam medis.
b. Registrasi dan Admisi di Rumah Sakit
1). Standar AKP 2
Rumah Sakit menetapkan proses penerimaan dan pendaftaran pasien rawat inap, rawat jalan, dan pasien gawat darurat.

2). Maksud dan Tujuan AKP 2


Rumah sakit melaksanakan proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat jalan dan gawat darurat sesuai peraturan perundang-undangan. Staf memahami dan
mampu melaksanakan proses penerimaan pasien. Proses tersebut antara lain meliputi:
a. Pendaftaran pasien gawat darurat;
b. Penerimaan langsung pasien dari IGD ke rawat inap;
c. Admisi pasien rawat inap;
d. Pendaftaran pasien rawat jalan;
e. Observasi pasien; dan
f. Mengelola pasien bila tidak tersedia tempat tidur.
Rumah Sakit sering melayani berbagai pasien misalnya pasien lansia, disabilitas (fisik, mental, intelektual), berbagai bahasa dan dialek, budaya yang berbeda atau hambatan yang
lainnya, sehingga dibutuhkan sistem pendaftaran dan admisi secara online. Sistim tersbut diharapkan dapat mengurangi hambatan pada saat penerimaan pasien.
Saat pasien diputuskan untuk rawat inap, maka staf medis yang memutuskan tersebut memberi informasi tentang rencana asuhan yang diberikan dan hasil asuhan yang diharapkan.
Informasi juga harus diberikan oleh petugas admisi/pendaftaran rawat inap tentang perkiraan biaya selama perawatan. Pemberian informasi tersebut didokumentasikan.
Keselamatan pasien adalah salah satu aspek perawatan pasien yang penting. Orientasi lingkungan di bangsal rawat inap dan peralatan yang terkait dalam pemberian perawatan dan
pelayanan yang diberikan merupakan salahsatukomponenpentingdarikeselamatanpasien.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian AKP 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
penerimaan pasien meliputi poin a) -f) Ka Instal Gadar Regulasi tentproses penerimaan pasien meliputi poin a)-f) Wawancara tentang penerapan proses 5
pada maksud dan tujuan. Staf Admisi pada maksud dan tujuan. penerimaan pasien 0
PPA D : Bukti

165
MPP Bukti adanya penerapan proses penerimaan pasien meliputi
Transporter poin a) -f) pada maksud dan tujuan.

b) Rumah sakit telah menerapkan sistem Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


pendaftaran pasien rawat jalan dan Staf Admisi Regulasi tentang sistem pendaftaran pasien rawat jalan I : Wawancara 5
rawat inap baik secara off line maupun PPA dan rawat inap baik secara off line maupun secara online Observasi/ wawancara tentang 0
secara online dan dilakukan evaluasi MPP dan dilakukan evaluasi dan tindak lanjutnya. pendaftaran pasien rawat jalan dan
dan tindak lanjutnya. Pasien/keluarga D : Bukti rawat inap baik secara off line
Masyarakat Bukti adanya penerapan sistem pendaftaran pasien rawat maupun secara online dan
jalan dan rawat inap baik secara off line maupun secara dilakukan evaluasi dan tindak
online dan dilakukan evaluasi dan tindak lanjutnya. lanjutnya.

c) Rumah sakit telah memberikan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


informasi tentang rencana asuhan PPA Regulasi tentang pemberian informasi tentang rencana Wawancara tentang rencana asuhan 5
yang akan diberikan,hasil asuhan yang Staf Admisi asuhan yang akan diberikan,hasil asuhan yang dan hasil asuhan serta perkiraan 0
diharapkan serta perkiraan biaya Pasien/keluarga diharapkan serta perkiraan biaya yang harus dibayarkan biaya.
yang harus dibayarkan oleh oleh pasien/keluarga.
pasien/keluarga D: Bukti
Bukti bahwa rumah sakit telah memberikan informasi
tentang rencana asuhan yang akan diberikan, hasil asuhan
yang diharapkan serta perkiraan biaya yang harus
dibayarkan oleh pasien/keluarga, dapat berupa daftar tarif
pelayanan RS
d) Saat diterima sebagai pasien rawat PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
inap, pasien dan keluarga mendapat Pasien/keluarga Regulasi tentang pemberian edukasi dan orientasi di ruang Wawancara tentang pemberian 5
edukasi dan orientasi tentang ruang rawat inap. edukasi dan orientasi di ruang rawat 0
rawat inap. D : Bukti inap.
Bukti dalam rekam medik pemberian edukasi dan orientasi
di ruang rawat inap
4). Standar AKP 2.1
Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola alur pasien di seluruh area rumah sakit.

166
5). Maksud dan Tujuan AKP 2.1
Rumah sakit menetapkan pengelolaan alur pasien saat terjadi penumpukan pasien di UGD sementara tempat tidur di rawat inap sedang terisi penuh. Pengelolaan alur tersebut harus
dilakukan secara efektif mulai dari penerimaan, pengkaijan, tindakan, transfer pasien sampai pemulangan untuk mengurangi penu ndaan asuhan kepada pasien. Komponen
pengelolaan alur pasien tersebut meliputi:
a. Ketersediaan tempat tidur di tempat sementara/transit/intermediate sebelum mendapatkan tempat tidur di rawat inap;
b. Perencanaan fasilitas, peralatan, utilitas, teknologi medis, dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien;
c. Perencanaan tenaga untuk memberikan asuhan pasien di tempat sementara/transit termasuk pasien yang diobservasi di unit gawat darurat;
d. Alur pelayanan pasien di tempat sementara/transit meliputi pemberian asuhan, tindakan, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, tindakan di kamar operasi, dan
unit pascaanestes harus sama seperti yang diberikan dirawat inap;
e. Efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien (seperti kerumahtanggaan dan transportasi);
f. Memberikan asuhan pasien yang sama kepada pasien yang dirawat di tempat sementara/transit/intermediate seperti perawatan kepada pasien yang dirawat di ruang rawat
inap; dan
g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial, keagamaan atau bantuan spiritual, dan sebagainya).
Pemantauan dan perbaikan proses ini bermanfaat untuk mengatasi masalah penumpukan pasien. Semua staf rumah sakit, mulai dari unit gawat darurat, unit rawat inap, staf medis,
keperawatan, administrasi, lingkungan, dan manajemen risiko dapat ikut berperan serta menyelesaikan masalah alur pasien ini. Koordinasi dapat dilakukan oleh Manajer Pelayanan Pasien
(MPP)/Case Manager.
Rumah sakit harus menetapkan standar waktu berapa lama pasien dapat diobservasi di unit gawat darurat dan kapan harus di transfer ke di lokasi sementara/transit/intermediate sebelum
ditransfer ke unit rawat inap di rumah sakit. Diharapkan rumah sakit dapat mengatur dan menyediakan tempat tersebut bagi pasien.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian AKP 2.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pengelolaan alur pasien untuk Ka Instal Regulasi tentang pengelolaan alur pasien untuk menghindari I : Wawancara 5
menghindari penumpukan mencakup Gadar penumpukan mencakup poin a) – g) pada maksud dan Observasi/ wawancara tentang 0
poin a) – g) pada maksud dan tujuan. Ka Unit Keperawatan tujuan. pengelolaan alur pasien
MPP D : Bukti unyuk menghindari
Bukti adanya pelaksanaan pengelolaan alur pasien untuk penumpukan
menghindari penumpukan mencakup poin a) – g) pada
maksud dan tujuan.
b) Manajer pelayanan pasien MPP D : Regulasi I : Wawancara 10
(MPP)/Case manager bertanggung Ka Unit Terkait Regulasi tentang tanggung jawab MPP terhadap pelaksanaan Wawancara tentang pelaksanaan 5
jawab terhadap pelaksanaan pengaturan alur pasien untuk menghindari penumpukan. pengaturan alur pasien untuk 0
pengaturan alur pasien untuk D: Bukti menghindari penumpukan.
menghindari penumpukan. Bukti adanya pelaksanaan pengaturan alur pasien untuk
menghindari penumpukan.
c) Rumah sakit telah melakukan evaluasi Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
terhadap pengelolaan alur pasien MPP Bukti adanya laporan evaluasi terhadap pengelolaan Wawancara tentang evaluasi 5
secara berkala dan melaksanakan Ka Instal Gadar alur pasien secara berkala dan melaksanakan upaya pengaturan alur pasien dan 0
upaya perbaikannya. Ka Unit Keperawatan perbaikannya. upaya
perbaikannya.

167
d) Ada sistem informasi tentang Staf IT D : Bukti I : Observasi 10
ketersediaan tempat tidur secara Ka Unit Keperawatan Bukti adanya sistem informasi tentang ketersediaan Observasi tentang informasi 5
online kepada masyarakat. Staf Admisi tempat tidur secara online kepada masyarakat.. ketersediaan tempat tidur secara 0
Masyarakat online.

c. Kesinambungan Pelayanan
1). Standar AKP 3
Rumah sakit memiliki proses untuk melaksanakan kesinambungan pelayanan di rumah sakit dan integrasi antara profesional pemberi asuhan (PPA) dibantu oleh manajer pelayanan
pasien (MPP)/case manager.

168
2). Maksud dan Tujuan AKP 3
Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk Asuhan Pasien Terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertikal. Pada integrasi horizontal kontribusi profesi tiap- tiap
profesional pemberi asuhan (PPA) adalah sama pentingnya atau sederajat. Pada integrasi vertikal pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ke tingkat pelayanan
yang berbeda maka peranan manajer pelayanan pasien (MPP) penting untuk integrasi tersebut dengan komunikasi yang memadai terhadap profesional pemberi asuhan (PPA).
Pelaksanaan asuhan pasien secara terintegrasi fokus pada pasien mencakup:
a. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
b. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai Ketua tim asuhan pasien oleh profesional pemberi asuhan (PPA) (clinical leader);
c. Profesional pemberi asuhan (PPA) bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional dibantu antara lain oleh Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya, Alur Klinis/clinical pathway terintegrasi, Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi);
d. Perencanaan pemulangan pasien (P3)/discharge planning terintegrasi;
e. Asuhan gizi terintegrasi; dan
f. Manajer pelayanan pasien/case manager.
Manajer Pelayanan Pasien (MPP) bukan merupakan profesional pemberi asuhan (PPA) aktif dan dalam menjalankan manajemen pelayanan pasien mempunyai peran minimal adalah
sebagai berikut:
a. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien;
b. Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien;
c. Mengoptimalkan proses reimbursemen; dan dengan fungsi sebagai berikut;
d. Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien;
e. Perencanaan untuk manajemen pelayanan pasien;
f. Komunikasi dan koordinasi;
g. Edukasi dan advokasi; dan
h. Kendali mutu dan biaya pelayanan pasien.
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan manajemen pelayanan pasien antara lain adalah:
a. Pasien mendapat asuhan sesuai dengan kebutuhannya;
b. Terpelihara kesinambungan pelayanan;
c. Pasien memahami/mematuhi asuhan dan peningkatan kemandirian pasien;
d. Kemampuan pasien mengambil keputusan;
e. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga;
f. Optimalisasi sistem pendukung pasien;
g. Pemulangan yang aman; dan
h. Kualitas hidup dan kepuasan pasien.

169
Oleh karenanya, dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien, manajer pelayanan pasien (MPP) mencatat pada lembar formulir A yang merupakan evaluasi awal manajemenpelayanan
pasien dan formulir B yang merupakan catatan implementasi manajemen pelayanan pasien. Kedua formulir tersebut merupakan bagian rekam medis.Pada formulir A dicatat antara
lain identifikasi/skrining pasien untuk kebutuhan pengelolaan manajer pelayanan pasien (MPP) dan asesmen untuk manajemen pelayanan pasien termasuk rencana, identifikasi masalah risiko
kesempatan, serta perencanaan manajemen pelayanan pasien, termasuk memfasiltasi proses perencanaan pemulangan pasien (discharge planning). Pada formulir B dicatat antara
lain pelaksanaan rencana manajemen pelayanan pasien, pemantauan, fasilitasi, koordinasi, komunikasi dan kolaborasi, advokasi, hasil pelayanan, serta terminasi manajemen
pelayanan pasien.Agar kesinambungan asuhan pasien tidak terputus, rumah sakit harus menciptakan proses untuk melaksanakan kesinambungan dan koordinasi pelayanan di antara
profesionalpemberi asuhan (PPA), manajer pelayanan pasien (MPP), pimpinan unit, dan staf lain sesuai dengan regulasi rumah sakit di beberapa tempat, yaitu :
a) Pelayanan darurat dan penerimaan rawat inap;
b) Pelayanan diagnostik dan tindakan;
c) Pelayanan bedah dan non bedah;
d) Pelayanan rawat jalan; dan
e) Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya.
Proses koordinasi dan kesinambungan pelayanan dibantu oleh penunjang lain seperti panduan praktik klinis, alur klinis/clinical pathways, rencana asuhan, format rujukan, daftar
tilik/check list lain, dan sebagainya. Diperlukan regulasi untuk proses koordinasi tersebut.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian AKP 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN
a) Para PPA telah memberikan asuhan DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
pasien secara terintegrasi pada pasien PPA lainnya Regulasi tentang pemberian asuhan pasien secara Wawancara tentang pemberian 5
meliputi poin a) – f) pada maksud dan MPP terintegrasi pada pasien meliputi poin a) – f) pada maksud asuhan secara terintegrasi pada pasien 0
tujuan Staf Gizi dan tujuan meliputi poin a) – f) pada maksud
Pasien/keluarga D: Bukti dan tujuan
Bukti dalam rekam medik tentang pemberian asuhan pasien
secara terintegrasi
b) Ada penunjukan MPP dengan uraian Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
tugas meliputi poin a) – h) pada Ka Unit Perawatan Bukti adanya penunjukan MPP dengan uraian tugas Wawancara tentang penunjukan MPP 5
maksud dan tujuan MPP meliputi poin a) – h) pada maksud dan tujuan, berupa SK dengan uraian tugas meliputi poin a) 0
direktur dan disertai uraian tugasnya – h) pada maksud dan tujuan
c) Para Profesional Pemberi Asuhan DPJP D :Bukti I : Wawancara 10
(PPA) dan Manajer Pelayanan Pasien PPA lainnya Bukti bahwa PPA dan MPP telah melaksanakan Wawancara tentang kesinambungan 5
(MPP) telah melaksanakan MPP kesinambungan dan koordinasi pelayanan meliputi poin a) – dan koordinasi pelayanan meliputi 0
kesinambungan dan koordinasi e) pada maksud dan tujuan, berupa Form A dan Form B yag poin a) – e) pada maksud dan tujuan.
pelayanan meliputi poin a) – e) pada diisi oleh MPP
maksud dan tujuan.
d) Pencatatan perkembangan pasien DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
didokumentasikan para PPA di PPA lainnya Regulasi tentang pencatatan perkembangan pasien Wawancara tentang pencatatan 5
formulir catatan pasien terintegrasi didokumentasikan para PPA di formulir catatan pasien perkembangan pasien di formulir 0
(CPPT). terintegrasi. catatan pasien terintegrasi (CPPT).
D : Bukti

170
Bukti dalam rekam medik tentang pencatatan perkembangan
pasien oleh para PPA di formulir catatan pasien terintegrasi
(CPPT).
e) Pencatatan di unit intensif atau unit DPJP D : Regulasi I : Observasi 10
khusus menggunakan lembar PPA lainnya Regulasi tentang pencatatan perkembangan pasien di unit I : Wawancara 5
pemantauan pasien khusus, intensif atau unit khusus menggunakan lembar pemantauan Observasi/ wawancara tentang 0
pencatatan perkembangan pasien pasien khusus perkembangan pasien di unit intensif
dilakukan pada lembar tersebut oleh D: Bukti dan unit khusus
DPJP di unit tersebut,PPA lain dapat Bukti pencatatan perkembangan pasien di unit intensif atau
melakukan dapat melakukan unit khusus menggunakan lembar pemantauan pasien
pencatatan perkembangan pasien di khusus.
formulir catatan pasien terintegrasi
(CPPT).
f) Perencanaan dan pelayanan pasien DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
secara terintegrasi diinformasikan PPA lainnya Regulasi tentang pemberian informasi kepada pasien Wawancara tentang pemberian 5
kepada pasien dan atau keluarga dan atau keluarga secara berkala tentang perencanaan informasi kepada pasien dan 0
secara berkala sesuai ketentuan dan pelayanan pasien secara terintegrasi. atau keluarga secara berkala.
Rumah Sakit. D : Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang informasi kepada pasien
dan atau keluarga tentang perencanaan dan pelayanan
pasien
secara terintegrasi.
4). Standar AKP 3.1
Rumah sakit menetapkan bahwa setiap pasien harus memiliki dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) untuk memberikan asuhan kepada pasien.

5). Maksud dan Tujuan AKP 3.1


Asuhan pasien diberikan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) yang bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional dan dokter penanggung jawab pelayanan(DPJP)
berperan sebagai ketua tim asuhan pasien oleh profesional pemberi asuhan (PPA) (clinical leader).Untuk mengatur kesinambungan asuhan selama pasien berada di rumah sakit,
harus ada dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai individu yang bertanggung jawab mengelola pasien sesuai dengan kewenangan klinisnya, serta melakukan
koordinasi dan kesinambungan asuhan. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) yang ditunjuk ini tercatat namanya di rekam medis pasien. Dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP)/para DPJP memberikan keseluruhan asuhan selama pasien berada di RS dapat meningkatkan antara lain kesinambungan, koordinasi, kepuasan pasien, mutu, keselamatan, dan
termasuk hasil asuhan. Individu ini membutuhkan kolaborasi dan komunikasi dengan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya.Bila seorang pasien dikelola oleh lebih satu dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) maka harus ditetapkan DPJP utama. Sebagai tambahan, rumah sakit menetapkan kebijakan dan proses perpindahan tanggung jawab dari satu dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) ke DPJP lain.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian AKP 3.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

171
a) Rumah sakit telah menetapkan bahwa Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
setiap pasien memiliki dokter DPJP Regulasi tentang penetapan bahwa setiap pasien memiliki Wawancara tentang bahwa setiap 5
penanggung jawab pelayanan PPA lainnya dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan telah pasien memiliki dokter penanggung 0
(DPJP) dan telah melakukan asuhan Pasien/keluarga melakukan asuhan secara terkoordinasi dan terdokumentasi jawab pelayanan (DPJP) dan telah
secara terkoordinasi dan dalam rekam medis pasien. melakukan asuhan secara
terdokumentasi dalam rekam medis D : Bukti terkoordinasi.
pasien. Bukti dalam rekam medik bahwa setiap pasien memiliki
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan telah
melakukan asuhan secara terkoordinasi.
b) Rumah sakit juga menetapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
perpindahan tanggung jawab DPJP Regulasi tentang penetapan proses perpindahan tanggung Wawancara tentang proses 5
koordinasi asuhan pasien dari satu jawab koordinasi asuhan pasien dari satu DPJP ke DPJP perpindahan tanggung jawab 0
DPJP ke DPJP lain, termasuk bila lain, termasuk bila terjadi perubahan DPJP utama. koordinasi asuhan pasien dari
terjadi perubahan DPJP utama. D : Bukti satu DPJP ke DPJP lain,
Bukti dalam rekam medik tentang perpindahan tanggung termasuk bila terjadi perubahan
jawab koordinasi asuhan pasien dari satu DPJP ke DPJP DPJP utama.
lain, termasuk bila terjadi perubahan DPJP utama.
c) Bila dilaksanakan rawat bersama Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
ditetapkan DPJP utama sebagai DPJP Regulasi tentang apabila pasien dilaksanakan rawat bersama Wawancara tentang apabila pasien 5
koordinator asuhan pasien ditetapkan koordinator asuhan pasien dilaksanakan rawat bersama 0
D : Bukti ditetapkan koordinator asuhan pasien
Bukti dalam rekam medik tentang apabila pasien
dilaksanakan rawat bersama ditetapkan koordinator asuhan
pasien
d. Transfer Pasien Internal di Dalam Rumah Sakit
1). Standar AKP 4
Rumah sakit menetapkan informasi tentang pasien disertakan pada proses transfer internal antar unit di dalam rumah sakit.

172
2). Maksud dan Tujuan AKP 4
Selama dirawat inap di rumah sakit, pasien mungkin dipindah dari satu pelayanan atau dari satu unit rawat inap ke berbagai unit pelayanan lain atau unit rawat inap lain. Jika
profesional pemberi asuhan (PPA) berubah akibat perpindahan ini maka informasi penting terkait asuhan harus mengikuti pasien. Pemberian obat dan tindakan lain dapat berlangsung
tanpa halangan dan kondisi pasien dapat dimonitor. Untuk memastikan setiap tim asuhan menerima informasi yang diperlukan maka rekam medis pasien ikut pindah atau ringkasan
informasi yang ada di rekam medis disertakan waktu pasien pindah dan menyerahkan kepada tim asuhan yang menerima pasien.
Formulir transfer pasien internal meliputi:
a. Alasan admisi;
b. Temuan signifikan;
c. Diagnosis;
d. Prosedur yang telah dilakukan;
e. Obat-obatan;
f. Perawatan lain yang diterima pasien; dan
g. Kondisi pasien saat transfer.
Bila pasien dalam pengelolaan manajer pelayanan pasien (MPP) maka kesinambungan proses tersebut di atas dipantau, diikuti, dan transfernya disupervisi oleh manajer pelayanan
pasien (MPP).

TELUSUR
6). Elemen Penilaian AKP 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
transfer pasien antar unit pelayanan PPA Regulasi tentang penerapan proses transfer pasien antar I : Simulasi 5
di dalam rumah sakit dilengkapi MPP unit pelayanan di dalam rumah sakit dilengkapi dengan Wawancara/simulasi tentang 0
dengan formulir transfer pasien. Transporter formulir transfer pasien. penerapan proses transfer antar
D : Bukti unit pelayanan
Bukti dalam rekam medik tentang penerapan proses transfer
antar unit pelayanan
e. Pemulangan (Discharge), Rujukan dan Tindak Lanjut1)
Standar AKP 5
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses pemulangan pasien dari rumah sakit berdasarkan kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan kesinambungan asuhan atau tindakan.

173
2). Maksud dan Tujuan AKP 5
Merujuk atau mengirim pasien ke fasilitas pelayanan Kesehatan, maupun perorangan di luar rumah sakit didasarkan atas kondisi kesehatan pasien dan kebutuhannya untuk memperoleh
kesinambungan asuhan. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya yang bertanggung jawab atas asuhan pasien berkordinasi menentukan
kesiapan pasien untuk pulang dari rumah sakit berdasarkan kriteria atau indikasi rujukan yang ditetapkan rumah sakit.
Rujukan ke dokter spesialis, rehabilitasi fisik atau kebutuhan upaya preventif di rumah dikoordinasikan dengan keluarga pasien. Diperlukan proses yang terorganisir untuk memastikan
bahwa kesinambungan asuhan dikelola oleh tenaga kesehatan atau oleh sebuah fasilitas pelayanan kesehatan di luar rumah sakit. Pasien yang memerlukan perencanaan pemulangan
pasien (discharge planning) maka rumah sakit mulai merencanakan hal tersebut sejak awal dan mencatatnya di pengkajian awal pasien. Untuk menjaga kesinambungan asuhan dilakukan
secara terintegrasi melibatkan semua profesional pemberi asuhan (PPA) terkait difasilitasi oleh manajer pelayanan pasien (MPP). Keluarga dilibatkan sesuai dengan kebutuhan .
Rumah sakit dapat menetapkan kemungkinan pasien diizinkan keluar rumah sakit dalam jangka waktu tertentu untuk keperluan penting.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian AKP 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan kriteria Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
pemulangan pasien sesuai dengan Ka Unit Ranap Regulasi tentang penetapan kriteria pemulangan pasien Wawancara tentang kriteria 5
kondisi kesehatan dan kebutuhan PPA sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pelayanan pemulangan pasien sesuai dengan 0
pelayanan pasien beserta edukasinya. MPP pasien beserta edukasinya. kondisi kesehatan dan kebutuhan
Pasien/keluarga D : Bukti pelayanan pasien beserta edukasinya.
Bukti dalam rekam medik adanya kriteria pemulangan
pasien sesuai kondisi dan kebutuhan pelayanan
pasien beaserta edukasinya
b) Rumah sakit telah menetapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
kemungkinan pasien diizinkan keluar PPA Regulasi tentang penetapan kemungkinan pasien diizinkan Wawancara tentang pasien yang 5
rumah sakit dalam jangka waktu MPP keluar rumah sakit dalam jangka waktu tertentu untuk diizinkan keluar rumah sakit dalam 0
tertentu untuk keperluan penting. Ka Unit Ranap keperluan penting. jangka waktu tertentu untuk
Pasien/keluarga D : Bukti keperluan penting
Bukti dalam rekam medik pasien yang diizinkan keluar
rumah sakit dalam jangka waktu tertentu untuk keperluan
penting.
c) Penyusunan rencana dan instruksi DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
pemulangan didokumentasikan PPA lainya Regulasi bahwa rencana dan instruksi pemulangan harus Wawancara tentang rencana dan 5
dalam rekam medis pasien dan Ka Unit Ranap didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan diberikan instruksi pemulangan pasien 0
diberikan kepada pasien secara Pasien/keluarga kepada pasien secara tertulis.
tertulis. D : Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang penyusunan rencana dan
instruksi pemulangan pasien yang diberikan kepada pasien
secara tertulis

174
d) Tindak lanjut pemulangan pasien bila DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
diperlukan dapat ditujukan kepada PPA lainya Regulasi tentang tindak lanjut pemulangan pasien bila Wawancara tentang tindak lanjut 5
fasilitas pelayanan kesehatan baik MPP diperlukan dapat ditujukan kepada fasilitas pelayanan pemulangan pasien bila diperlukan 0
perorangan ataupun dimana pasien Pasien/keluarga kesehatan baik perorangan ataupun dimana pasien untuk dapat ditujukan kepada fasilitas
untuk memberikan pelayanan memberikan pelayanan berkelanjutan. pelayanan kesehatan baik perorangan
berkelanjutan. ataupun dimana pasien untuk
memberikan pelayanan
berkelanjutan.
4). Standar AKP 5.1
Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk semua pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit.
5). Maksud dan Tujuan AKP 5.1
Ringkasan pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien yang dirawat di rumah sakit. Ringkasan dapat digunakan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memberikan
tindak lanjut asuhan.
Ringkasan pasien pulang (discharge summary) meliputi:
a) Indikasi pasien masuk dirawat, diagnosis, dan komorbiditas lain;
b) Temuan fisik penting dan temuan-temuan lain;
c) Tindakan diagnostik dan prosedur terapi yang telah dikerjakan;
d) Obat yang diberikan selama dirawat inap dengan potensi akibat efek residual setelah obat tidak diteruskan dan semua obat yang harus digunakan di rumah;
e) Kondisi pasien (status present); dan
f) Instruksi tindak lanjut.
g) Ringkasan pasien pulang dijelaskan dan ditandatangani oleh pasien/keluarga karena memuat instruksi tindak lanjut.
Ringkasan pasien pulang dibuat sebelum pasien keluar dari rumah sakit oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP). Satu salinan/copy dari ringkasan diberikan kepada tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab memberikan tindak lanjut asuhan kepada pasien. Satu salinan diberikan kepada pasien sesuai dengan regulasi rumah sakit yang mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku. Satu salinan diberikan kepada penjamin. Salinan ringkasan berada di rekam medis pasien.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian AKP 5.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
ringkasan pasien pulang meliputi a) - Regulasi tentang penetapan ringkasan pasien pulang 0
f) pada maksud dan tujuan. meliputi a) - f) pada maksud dan tujuan.
b) Rumah sakit memberikan salinan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
ringkasan pasien pulang kepada pihak DPJP Regulasi tentang pemberian salinan ringkasan pasien pulang Wawancara tentang pemberian 5
yang berkepentingan dan tersimpan di PPA lainnya kepada pihak yang berkepentingan dan tersimpan didalam salinan ringkasan pasien pulang 0
dalam rekam medik. Ka Unit Ranap rekam medik. kepada pihak yang berkepentingan
MPP D: Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang salinan ringkasan pasien
pulang

175
c) Formulir Ringkasan pasien pulang DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
dijelaskan kepada pasien dan atau PPA lainnya Regulasi tentang penjelasan formulir ringkasan pasien Wawancara tentang penjelasan 5
keluarga. Pasien/keluarga pulang. ringkasan pasien pulang 0
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang penjelasan formulir
ringkasan pasien pulang
7). Standar AKP 5.2
Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola dan melakukan tindak lanjut pasien dan memberitahu staf rumah sakit bahwa mereka berniat keluar rumah sakit serta menolak
rencana asuhan medis.

8). Standar AKP 5.3


Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola pasien yang menolak rencana asuhan medis yang melarikan diri.
9). Maksud dan Tujuan AKP 5.2 dan AKP 5.3
Jika seorang pasien rawat inap atau rawat jalan telah selesai menjalani pemeriksaan lengkap dan sudah ada rekomendasi tindakan yang akan dilakukan, kemudian pasien memutuskan
meninggalkan rumah sakit maka pasien ini dianggap sebagai pasien keluar dan menolak rencana asuhan medis. Pasien rawat inap dan rawat jalan (termasuk pasien dari unit gawat darurat)
berhak menolak tindakan medis dan keluar rumah sakit. Pasien ini menghadapi risiko karena menerima pelayanan atau tindakan tidak lengkap yang berakibat terjadi kerusakan permanen
atau kematian. Jika seorang pasien rawat inap atau rawat jalan minta untuk keluar dari rumah sakit tanpa persetujuan dokter maka pasien harus diberitahu tentang risiko medis oleh dokter
yang membuat rencana asuhan atau tindakan dan proses keluarnya pasien sesuai dengan regulasi rumah sakit. Jika pasien mempunyai dokter keluarga maka dokter keluarga tersebut harus
diberitahu tentang keputusan pasien. Bila tidak ada dokter keluarga maka pasien dimotivasi untuk mendapat/mencari pelayanan kesehatan lebih lanjut. Harus diupayakan agar mengetahui
alasan mengapa pasien keluar menolak rencana asuhan medis. Rumah sakit perlu mengetahui alasan ini agar dapat melakukan komunikasi lebih baik dengan pasien dan atau
keluarga pasien dalam rangka memperbaiki proses.
Jika pasien menolak rencana asuhan medis tanpa memberi tahu siapapun di dalam rumah sakit atau ada pasien rawat jalan yang menerima pelayanan kompleks atau pelayanan
untuk menyelamatkan jiwa, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, tidak kembali ke rumah sakit maka rumah sakit harus berupaya menghubungi pasien untuk memberi tahu tentang
potensi risiko bahaya yang ada. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk proses ini sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, termasuk rumah sakit membuat laporan ke dinas
kesehatan atau kementerian kesehatan tentang kasus infeksi dan memberi informasi tentang pasien yang mungkin mencelakakan dirinya atau orang lain.

TELUSUR
10). Elemen Penilaian AKP 5.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
untuk mengelola pasien rawat jalan PPA Regulasi tentang proses pengelolaan pasien rawat jalan dan Wawancara tentang pasien yang 5
dan rawat inap yang menolak Ka Unit Perawatan rawat inap yang menolak rencana asuhan medis termasuk menolak rencana asuhan medis 0
rencana asuhan medis termasuk Pasien/keluarga keluar rumah sakit atas permintaan sendiri dan pasien yang termasuk keluar rumah sakit atas
keluar rumah sakit atas permintaan menghendaki penghentian pengobatan. permintaan sendiri dan pasien
sendiri dan pasien yang D : Bukti yang menghendaki penghentian
menghendaki penghentian Bukti dalam rekam medik berupa form menolak rencana pengobatan
pengobatan. asuhan medis termasuk keluar rumah sakit atas permintaan

176
sendiri dan pasien yang menghendaki penghentian
pengobatan..
b) Ada bukti pemberian edukasi kepada PPA D : Bukti I : Wawancara 10
pasien tentang risiko medis akibat MPP Bukti dalam rekam medik tentang pemberian edukasi Wawancara pemberian edukasi 5
asuhan medis yang belum lengkap. Pasien/keluarga kepada pasien tentang risiko medis akibat asuhan medis tentang resiko medis akibat 0
yang belum lengkap.. asuhan
medis yang belum lengkap.
c) Pasien keluar rumah sakit atas PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
permintaan sendiri, tetapi tetap MPP Regulasi tentang pasien keluar rumah sakit atas permintaan Wawancara tentang pasien keluar 5
mengikuti proses pemulangan pasien. Pasien/keluarga sendiri, tetapi tetap mengikuti proses pemulangan pasien. rumah sakit atas permintaan 0
D: Bukti sendiri.
Bukti dalam rekam medik tentang pasien keluar rumah sakit
atas permintaan sendiri, tetapi tetap mengikuti proses
pemulangan pasien.
d) Dokter keluarga (bila ada) atau dokter PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
yang memberi asuhan berikutnya MPP Regulasi tentang dokter keluarga (bila ada) atau dokter yang Wawancara tentang pemberitahuan 0
kepada pasien diberitahu tentang Dokter Keluarga memberi asuhan berikutnya kepada pasien diberitahu tentang kondisi pasien kepada
kondisi tersebut. Pasien/keluarga tentang kondisi tersebut. dokter keluarga yang memberi
D : Bukti asuhan berikutnya (bila ada
Bukti adanya pemberitahuan tentang kondisi pasien
kepada dokter keluarga yang memberi asuhan berikutnya
(bila ada)
e) Ada dokumentasi rumah sakit DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
melakukan pengkajian untuk PPA lainnya Regulasi tentang adanya dokumentasi pengkajian untuk Wawancara tentang pengkajian untuk 5
mengetahui alasan pasien keluar MPP mengetahui alasan pasien keluar rumah sakit apakah mengetahui alasan pasien keluar 0
rumah sakit apakah permintaan Pasien/keluarga permintaan sendiri, menolak asuhan medis, atau tidak rumah sakit apakah permintaan
sendiri, menolak asuhan medis, atau melanjutkan program pengobatan. sendiri, menolak asuhan medis, atau
tidak melanjutkan program D : Bukti tidak melanjutkan program
pengobatan. Bukti dalam rekam medik berupa pengkajian tentang pengobatan.
alasan pasien keluar rumah sakit apakah permintaan sendiri,
menolak asuhan medis, atau tidak melanjutkan program
pengobatan.
TELUSUR
11). Elemen Penilaian AKP 5.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Ada regulasi yang mengatur pasien D : Regulasi 10
rawat inap dan rawat jalan yang Regulasi yang mengatur pasien rawat inap dan rawat jalan 0
meninggalkan rumah sakit tanpa yang meninggalkan rumah sakit tanpa pemberitahuan
pemberitahuan (melarikan diri) (melarikan diri)
b) Rumah sakit melakukan identifikasi DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
pasien menderita penyakit yang PPA lainya 5
177
membahayakan dirinya sendiri atau MPP Regulasi tentang identifikasi pasien menderita penyakit yang Wawancara tentang identifikasi 0
lingkungan. Staf Keamanan membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan. identifikasi pasien menderita
D : Bukti penyakit yang membahayakan
Bukti dalam rekam medik identifikasi pasien menderita dirinya sendiri atau lingkungan.
penyakit yang membahayakan dirinya sendiri atau
lingkungan.
c) Rumah sakit melaporkan kepada Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
pihak yang berwenang bila ada Ka Unit Perawatan Regulasi tentang pelaporan kepada pihak yang berwenang Wawancara tentang pelaporan kepada 5
indikasi kondisi pasien yang DPJP bila ada indikasi kondisi pasien yang membahayakan dirinya pihak yang berwenang bila ada 0
membahayakan dirinya sendiri atau PPA lainnya sendiri atau lingkungan. indikasi kondisi pasien yang
lingkungan. MPP D : Bukti membahayakan dirinya sendiri atau
Staf Keamanan Bukti pelaporan kepada pihak yang berwenang bila ada lingkungan.
indikasi kondisi pasien yang membahayakan dirinya sendiri
atau lingkungan.
12).. Standar AKP 5.4
Pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lain berdasar atas kondisi pasien untuk memenuhi kebutuhan asuhan berkesinambungan dan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan
penerima untuk memenuhi kebutuhan pasien.
13). Maksud dan Tujuan AKP 5.4
Pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan lain didasarkan atas kondisi pasien dan kebutuhan untuk memperoleh asuhan berkesinambungan. Rujukan pasien antara lain untuk memenuhi
kebutuhan pasien atau konsultasi spesialistik dan tindakan, serta penunjang diagnostik. Jika pasien dirujuk ke rumah sakit lain, yang merujuk harus memastikan fasilitas kesehatan
penerima menyediakan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien dan mempunyai kapasitas menerima pasien. Diperoleh kepastian terlebih dahulu dan kesediaan
menerima pasien serta persyaratan rujukan diuraikan dalam kerja sama formal atau dalam bentuk perjanjian. Ketentuan seperti ini dapat memastikan kesinambungan asuhan tercapai dan
kebutuhan pasien terpenuhi. Rujukan terjadi juga ke fasilitas kesehatan lain dengan atau tanpa ada perjanjian formal.

TELUSUR
14). Elemen Penilaian AKP 5.4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Ada regulasi tentang rujukan sesuai D : Regulasi 10
dengan peraturan perundang-udangan. Regulasi tentang rujukan sesuai dengan peraturan 0
perundang-udangan.
A : Acuan
PERMENKES No. 001 tahun 2012 tentang Sisatem Rujukan
Kesehatan Perorangan
b) Rujukan pasien dilakukan sesuai Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
dengan kebutuhan kesinambungan DPJP Regulasi tentang rujukan pasien yang dilakukan sesuai Wawancara tentang rujukan pasien 5
asuhan pasien. PPA lainnya dengan kebutuhan kesinambungan asuhan pasien. yang dilakukan sesuai dengan 0
MPP D: Bukti kebutuhan kesinambungan asuhan
pasien.

178
Staf Pengelola Bukti kesesuaian dengan kebutuhan kesinambungan asuhan
Rujukan pasien

c) Rumah sakit yang merujuk Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


memastikan bahwa fasilitas kesehatan
DPJP Regulasi tentang kepastian rumah sakit yang Wawancara tentang kepastian rumah 5
yang menerima dapat memenuhi PPA lainnya menerima memenuhi kebutuhan pasien sakit yang menerima memenuhi 0
kebutuhan pasien yang dirujuk.MPP D: Bukti kebutuhan pasien
Staf Pengelola Bukti tentang kepastian rumah sakit yang menerima
Rujukan memenuhi kebutuhan pasien
d) Ada kerjasama rumah sakit yang Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
merujuk dengan rumah sakit yang Staf Pengelola Regulasi tentang kerjasama rumah sakit yang merujuk Wawancara tentang kerja sama 5
menerima rujukan yang sering Rujukan dengan rumah sakit yang menerima rujukan yang sering rumah sakit yang merujuk dengan 0
dirujuk. dirujuk. rumah sakit yang menerima rujukan
D: Bukti yang sering dirujuk.
Bukti adanya kerja sama rumah sakit yang merujuk
dengan rumah sakit yang menerima rujukan yang sering
dirujuk.
15). Standar AKP 5.5
Rumah sakit menetapkan proses rujukan untuk memastikan pasien pindah dengan aman.
16) Maksud dan Tujuan AKP 5.5
Rujukan pasien sesuai dengan kondisi pasien, menentukan kualifikasi staf pendamping yang memonitor dan menentukan jenis peral atan medis khusus. Selain itu, harus dipastikan
fasilitas pelayanan kesehatan penerima menyediakan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien dan mempunyai kapasitas pasien dan jenis teknologi medis. Diperlukan
proses konsisten melakukan rujukan pasien untuk memastikan keselamatan pasien. Proses ini menangani:
a) Ada staf yang bertanggung jawab dalam pengelolaan rujukan termasuk untuk memastikan pasien diterima di rumah sakit rujukan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien;
b) Selama dalam proses rujukan ada staf yang kompeten sesuai dengan kondisi pasien yang selalu memonitor dan mencatatnya dalam rekam medis;
c) Dilakukan identifikasi kebutuhan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan dan peralatan medis yang dibutuhkan selama proses rujukan; dan
d) Dalam proses pelaksanaan rujukan, ada proses serah terima pasien antara staf pengantar dan yang menerima.
Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap mutu dan keamanan proses rujukan untuk memastikan pasien telah ditransfer dengan staf yang kompeten dan dengan peralatan medis yang
tepat.
TELUSUR
17). Elemen Penilaian AKP 5.5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit memiliki staf yang Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
bertanggung jawab dalam pengelolaan Staf Pengelola Regulasi tentang rumah sakit memiliki staf yang Wawancara tentang pengelolaan 5
rujukan termasuk untuk memastikan Rujukan bertanggung jawab dalam pengelolaan rujukan termasuk rujukan termasuk untuk memastikan 0
pasien diterima di rumah sakit rujukan untuk memastikan pasien diterima di rumah sakit rujukan pasien diterima di rumah sakit
yang dapat memenuhi kebutuhan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien. rujukan yang dapat memenuhi
pasien. D : Bukti kebutuhan pasien.

179
Bukti penunjukan staf yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan rujukan termasuk untuk memastikan pasien
diterima di rumah sakit rujukan yang dapat memenuhi
kebutuhan pasien
b) Selama proses rujukan ada staf yang PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
kompeten sesuai dengan kondisi Staf Klinis Regulasi tentang adanya staf yang kompeten selama Wawancara tentang pemantauan 5
pasien yang selalu memantau dan Pendamping proses rujukan kondisi pasien selama proses rujukan 0
mencatatnya dalam rekam medis. Staf Pengelola D : Bukti oleh staf yang kompeten
Rujukan Bukti dalam rekam medik tentang pemantauan kondisi
pasien selama proses rujukan
c) Selama proses rujukan tersedia obat, PPA D : Regulasi I : Observasi 10
bahan medis habis pakai, alat Staf Klinis Regulasi tentang ketersediaan obat, bahan medis habis I : Wawancara 5
kesehatan, dan peralatan medis Pendamping pakai, alat kesehatan, dan peralatan medis sesuai dengan Observasi/ wawancara tentang 0
sesuai dengan kebutuhan kondisi Staf farmasi kebutuhan kondisi pasien. ketersediaan obat, bahan medis habis
pasien. D : Bukti pakai, alat kesehatan, dan peralatan
Bukti tentang ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, medis sesuai dengan kebutuhan
alat kesehatan, dan peralatan medis sesuai dengan kondisi pasien.
kebutuhan kondisi pasien.
d) Rumah sakit memiliki proses serah PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
terima pasien antara staf pengantar Staf Klinis Regulasi tentang proses serah terima pasien antara staf I : Simulasi 5
dan yang menerima. Pendamping pengantar dan yang menerima. Wawancara/simulasi tentang proses 0
Staf Pengelola D : Bukti serah terima pasien.
Rujukan Bukti tentang proses serah terima pasien antar staf pengantar
dan yang menerima.
e) Pasien dan keluarga dijelaskan apabila PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
rujukan yang dibutuhkan tidak dapat MPP Regulasi tentang penjelasan kepada pasien dan keluarga Wawancara/simulasi tentang 5
dilaksanakan Staf Pengelola apabila rujukan yang dibutuhkan tidak dapat dilaksanakan . penjelasan rujukan yang tidak 0
Rujukan D : Bukti dapat dilaksanakan.
Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik penjelasan tentang rujukan yang
tidak dapat dilaksanakan.

18). Standar AKP 5.6


Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mengatur proses rujukan dan dicatat di rekam medis pasien.

180
19). Maksud dan Tujuan AKP 5.6
Informasi tentang pasien yang dirujuk disertakan bersama dengan pasien untuk menjamin kesinambungan asuhan. Formulir rujukan berisi:
a) Identitas pasien;
b) Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;
c) Diagnosis kerja;
d) Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
e) Tujuan rujukan; dan
f) Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan rujukan.
Dokumentasi juga memuat nama fasilitas pelayanan kesehatan dan nama orang di fasilitas pelayanan kesehatan yang menyetujui menerima pasien, kondisi khusus untuk rujukan (seperti
kalau ruangan tersedia di penerima rujukan atau tentang status pasien). Juga dicatat jika kondisi pasien atau kondisi pasien berubah selama ditransfer (misalnya, pasien meninggal
atau membutuhkan resusitasi).
Dokumen lain yang diminta sesuai dengan kebijakan rumah sakit (misalnya, tanda tangan perawat atau dokter yang menerima serta nama orang yang memonitor pasien dalam perjalanan
rujukan) masuk dalam catatan. Dokumen rujukan diberikan kepada fasilitas pelayanan kesehatan penerima bersama dengan pasien.
Catatan setiap pasien yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya memuat juga dokumentasi selama proses rujukan.
Jika proses rujukan menggunakan transportasi dan tenaga pendamping dari pihak ketiga, rumah sakit memastikan ketersediaan kebutuhan pasien selama perjalanan dan melakukan
serah terima dengan petugas tersebut.
TELUSUR
20). Elemen Penilaian AKP 5.6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Dokumen rujukan berisi nama dari PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
fasilitas pelayanan kesehatan yang MPP Regulasi tentang format dokumen rujukan yang berisi nama Wawancara tentang rujukan berisi 5
menerima dan nama orang yang Staf Klinis dari fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima dan nama nama dari fasilitas pelayanan 0
menyetujui menerima pasien. Pendamping orang yang menyetujui menerima pasien. kesehatan yang menerima dan
Staf Pengelola D : Bukti nama orang yang menyetujui
Rujukan Bukti dalam rekam medik form rujukan yang berisi nama menerima pasien.
dari fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima dan nama
orang yang menyetujui menerima pasien.
b) Dokumen rujukan berisi alasan pasien DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
dirujuk, memuat kondisi pasien, dan PPA lainnya Regulasi tentang isi dokumen rujukan yang memuat kondisi Wawancara tentang rujukan berisi 5
kebutuhan pelayanan lebih lanjut. Staf Klinis pasien, dan kebutuhan pelayanan lebih lanjut. alasan pasien dirujuk, memuat 0
Pendamping D : Bukti kondisi pasien, dan kebutuhan
Staf Pengelola Bukti form rujukan yang berisi alasan pasien dirujuk, pelayanan lebih lanjut.
Rujukan memuat kondisi pasien, dan kebutuhan pelayanan
lebih lanjut.

c) Dokumen rujukan juga memuat DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10


prosedur dan intervensi yang sudah PPA lainnya Regulasi tentang dokumen rujukan juga memuat prosedur Wawancara tentang rujukan juga 5
dilakukan. Staf Klinis dan intervensi yang sudah dilakukan. memuat prosedur dan intervensi 0
Pendamping D : Bukti yang
sudah dilakukan

181
Staf Pengelola Bukti dalam rekam mrdik dokumen rujukan juga memuat
Rujukan prosedur dan intervensi yang sudah dilakukan
d) Proses rujukan dievaluasi dalam aspek Staf Pengelola D : Regulasi I : Wawancara 10
mutu dan keselamatan pasien. Rujukan Regulasi tentang evaluasi proses rujukan dalam aspek mutu Wawancara tentang rujukan 5
Komite/tim Mutu dan keselamatan pasien. dievaluasi dalam aspek mutu 0
D : Bukti dan keselamatan pasien
Bukti evaluasi tentang evaluasi proses rujukan dalam aspek
mutu dan keselamatan pasien.
21). Standar AKP 5.7
Untuk pasien rawat jalan yang membutuhkan asuhan yang kompleks atau diagnosis yang kompleks dibuat catatan tersendiri profil ringkas medis rawat jalan (PRMRJ) dan tersedia untuk
PPA.
22). Maksud dan Tujuan AKP 5.7
Jika rumah sakit memberikan asuhan dan tindakan berlanjut kepada pasien dengan diagnosis kompleks dan atau yang membutuhkan asuhan kompleks (misalnya pasien yang datang
beberapa kali dengan masalah kompleks, menjalani tindakan beberapa kali, datang di beberapa unit klinis, dan sebagainya) maka kemungkinan dapat bertambahnya diagnosis dan
obat, perkembangan riwayat penyakit, serta temuan pada pemeriksaan fisis. Oleh karena itu, untuk kasus seperti ini harus dibuat ringkasannya. Sangat penting bagi setiap PPA yang berada di
berbagai unit yang memberikan asuhan kepada pasien ini mendapat akses ke informasi profil ringkas medis rawat jalan (PRMRJ) tersebut.Profil ringkas medis rawat jalan (PRMRJ)
memuat informasi, termasuk:
a) Identifikasi pasien yang menerima asuhan kompleks atau dengan diagnosis kompleks (seperti pasien di klinis jantung dengan berbagai komorbiditas antara lain DM tipe 2, total
kneereplacement, gagal ginjal tahap akhir, dan sebagainya. Atau pasien di klinis neurologik dengan berbagai komorbiditas).
b) Identifikasi informasi yang dibutuhkan oleh para dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) yang menangani pasien tersebut
c) Menentukan proses yang digunakan untuk memastikan bahwa informasi medis yang dibutuhkan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) tersedia dalam format
mudahditelusur (easy-to-retrieve) dan mudah direvieu.
d) Evaluasi hasil implementasi proses untuk mengkaji bahwa informasi dan proses memenuhi kebutuhan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan meningkatkan mutu serta
keselamatan pasien.
TELUSUR
23). Elemen Penilaian AKP 5.7 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan kriteria D : Regulasi 10
pasien rawat jalan dengan asuhan Regulasi tentang penetapan kriteria pasien rawat jalan 0
yang kompleks atau yang dengan asuhan yang kompleks atau yang
diagnosisnya kompleks diperlukan diagnosisnya kompleks diperlukan Profil ringkas Medis
Profil ringkas Medis Rawat Jalan Rawat Jalan (PRMRJ) meliputi poin a-d dalam
(PRMRJ) meliputi poin a-d dalam maksud tujuan.
maksud tujuan.
b) Rumah sakit memiliki proses yang Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
dapat dibuktikan bahwa PRMRJ DPJP Bukti dalam rekam medik adanya form PRMRJ yang mudah Wawancara tentang form PRMRJ 5
mudah ditelusur dan mudah di review. ditelusur dan mudah direview yang mudah ditelusur dan mudah di 0
review

182
c) Proses tersebut dievaluasi untuk DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
memenuhi kebutuhan para DPJP dan MPP Regulasi tentang evaluasi PRMRJ memenuhi kebutuhan Wawancara tentang evaluasi PRMRJ 5
meningkatkan mutu serta keselamatan Komite/tim Mutu pada DPJP dan meningkatkan mutu serta keselamatan memenuhi kebutuhan para DPJP dan 0
pasien. pasien. meningkatkan mutu serta
D : Bukti keselamatan pasien.
Bukti evaluasi PRMRJ memenuhi kebutuhan para DPJP dan
meningkatkan mutu serta keselamatan pasien.
f. Transportasi
1). Standar AKP 6
Rumah sakit menetapkan proses transportasi dalam merujuk, memindahkan atau pemulangan, pasien rawat inap dan rawat jalan utk memenuhi kebutuhan pasien.

2). Maksud dan Tujuan AKP 6


Proses merujuk, memindahkan, dan memulangkan pasien membutuhkan pemahaman tentang kebutuhan transpor pasien. Jenis kendaraan untuk transportasi berbagai macam,
mungkin ambulans atau kendaraan lain milik rumah sakit atau berasal dari sumber yang diatur oleh keluarga atau kerabat. Jenis kendaraan yang diperlukan bergantung pada kondisi
dan status pasien. Kendaraan transportasi milik rumah sakit harus tunduk pada peraturan perundangan yang mengatur tentang kegiatan operasionalnya, kondisi, dan perawatan
kendaraan. Rumah sakit mengidentifikasi kegiatan transportasi yang berisiko terkena infeksi dan menentukan strategi mengurangi risiko infe ksi. Persediaan obat dan perbekalan
medis yang harus tersedia dalam kendaraan bergantung pada pasien yang dibawa. Jika rumah sakit membuat kontrak layanan transportasi maka rumah sakit harus dapat menjamin bahwa
kontraktor harus memenuhi standar untuk mutu dan keselamatan pasien dan kendaraan. Jika layanan transpor diberikan oleh Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan, perusahaan
asuransi, atau organisasi lain yang tidak berada dalam pengawasan rumah sakit maka masukan dari rumah sakit tentang keselamatan dan mutu transpor dapat memperbaiki kinerja penyedia
pelayanan transpor. Dalam semua hal, rumah sakit melakukan evaluasi terhadap mutu dan keselamatan pelayanan transportasi. Hal ini termasuk penerimaan, evaluasi, dan tindak
lanjut keluhan terkait pelayanan
transportasi.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian AKP 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit memiliki proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
transportasi pasien sesuai dengan Petugas Ambulance Regulasi tentang proses transportasi pasien sesuai dengan I : Wawancara 5
kebutuhannya yang meliputi Apoteker kebutuhannya yang meliputi pengkajian kebutuhan Observasi/wawancara tentang proses 0
pengkajian kebutuhan transportasi, transportasi, SDM, obat, bahan medis habis pakai, alat transportasi pasien sesuai dengan
SDM, obat, bahan medis habis pakai, kesehatan, peralatan medis dan persyaratan PPI yang sesuai kebutuhannya yang meliputi
alat kesehatan, peralatan medis dan dengan kebutuhan pasien. pengkajian kebutuhan transportasi,
persyaratan PPI yang sesuai dengan A : Acuan SDM, obat, bahan medis habis
kebutuhan pasien. PERMENKES No. 882 tahun Pedoman Penanganan pakai,alat kesehatan, peralatan medis
Evakuasi Medik dan persyaratan PPI yang sesuai
D : Bukti dengan kebutuhan pasien
Bukti proses transportasi pasien sesuai dengan
kebutuhannya yang meliputi pengkajian kebutuhan
transportasi, SDM, obat, bahan medis habis pakai, alat
kesehatan, peralatan medis dan persyaratan PPI yang sesuai
dengan kebutuhan pasien

183
b) Bila rumah sakit memiliki kendaraan Pimpinan RS. D : Regulasi I : Observasi 10
transport sendiri, ada bukti Petugas ambulance Regulasi tentang pemeliharaan kendaraan ambulance sesuai I : Wawancara 5
pemeliharaan kendaraan tersebut peraturan perundang-undangan Observasi/ wawancara tentang 0
sesuai dengan peraturan perundang- D: Bukti pemeliharaan kendaraan tersebut
undangan. Bukti pemeliharaan kendaraan ambulance sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
c) Bila rumah sakit bekerja sama dengan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
jasa transportasi pasien mandiri, ada Petugas Ambulance Regulasi apabila rumah sakit bekerja sama dengan jasa Wawancara tentang kerja sama 5
bukti kerja sama tersebut dan evaluasi transportasi pasien mandiri, ada bukti kerja sama tersebut dengan jasa transportasi pasien 0
berkala dari rumah sakit mengenai dan evaluasi berkala dari rumah sakit mengenai kelayakan mandiri, ada bukti kerja sama
kelayakan kendaraan transportasi, kendaraan transportasi, memenuhi aspek mutu, keselamatan tersebut dan evaluasi berkala dari
memenuhi aspek mutu, keselamatan pasien dan keselamatan transportasi rumah sakit mengenai kelayakan
pasien dan keselamatan transportasi. D : Bukti kendaraan transportasi, memenuhi
Bukti adanya kerjasama dengan jasa transportasi pasien aspek mutu, keselamatan pasien dan
mandiri, ada bukti kerja sama tersebut dan evaluasi berkala keselamatan transportasi.
dari rumah sakit mengenai kelayakan kendaraan
transportasi, memenuhi aspek mutu, keselamatan pasien dan
keselamatan transportasi
d) Kriteria alat transportasi yang DPJP D : Regulasi I : Observasi 10
digunakan untuk merujuk, Staf Pengelola Regulasi tentang kriteria alat transportasi yang digunakan I : Wawancara 5
memindahkan, atau memulangkan Rujukan untuk merujuk, memindahkan, atau memulangkan pasien I : Simulasi 0
pasien ditentukan oleh rumah sakit Petugas Ambulance ditentukan oleh rumah sakit (staf yang kompeten), harus Observasi/wawancara/simulasi
(staf yang kompeten), harus sesuai sesuai dengan Program PPI, memenuhi aspek mutu, tentang penggunaan alat transportasi
dengan Program PPI, memenuhi keselamatan pasien dan keselamatan transportasi. yang digunakan untuk merujuk,
aspek mutu, keselamatan pasien dan D : Bukti : memindahkan, atau memulangkan
keselamatan transportasi. Bukti adanya kriteria alat transportasi yang digunakan untuk pasien ditentukan oleh rumah sakit
merujuk, memindahkan, atau memulangkan pasien (staf yang kompeten), harus sesuai
ditentukan oleh rumah sakit (staf yang kompeten), harus dengan Program PPI, memenuhi
sesuai dengan Program PPI, memenuhi aspek mutu, aspek mutu, keselamatan pasien dan
keselamatan pasien dan keselamatan transportasi. keselamatan transportasi.

184
B. KELOMPOK PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN

2. Hak Pasien Dan Keterlibatan Keluarga (HPK)


> 80% Terpenuhi
20-79% Terpenuhi sebagian
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan
2. Hak Pasien Dan Keterlibatan Keluarga (HPK)
Gambaran Umum
Hak pasien dalam pelayanan kesehatan dilindungi oleh undang-undang. Dalam memberikan pelayanan, rumah sakit menjamin hak pasien yang dilindungi oleh peraturan
perundangan tersebut dengan mengupayakan agar pasien mendapatkan haknya di rumah sakit. Dalam memberikan hak pasien, rumah sakit harus memahami bahwa pasien dan keluarganya
memiliki sikap, perilaku, kebutuhan pribadi, agama, keyakinan, budaya dan nilai-nilai yang dianut. Hasil pelayanan pada pasien akan meningkat bila pasien dan keluarga atau mereka yang
berhak mengambil keputusan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan pelayanan dan proses yang sesuai dengan harapan, nilai,serta budaya yang dimiliki. Pendidikan pasien dan
keluarga membantu pasien lebih memahami dan berpartisipasi dalam perawatan mereka untuk membuat keputusan perawatan yang lebih baik. Standar ini akan membahas proses-proses
untuk:
a) Mengidentifikasi, melindungi, dan mempromosikan hak-hak pasien;
b) Menginformasikan pasien tentang hak-hak mereka;
c) Melibatkan keluarga pasien, bila perlu, dalam keputusan tentang perawatan pasien;
d) Mendapatkan persetujuan (informe)
a. Hak Pasien dan Keluarga
1). Standar HPK 1
Rumah sakit menerapkan proses yang mendukung hak-hak pasien dan keluarganya selama pasien mendapatkan pelayanan dan perawatan di rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan HPK 1
Pimpinan rumah sakit harus mengetahui dan memahami hak-hak pasien dan keluarganya serta tanggung jawab organisasisebagaimana tercantum dalam peraturan perundangan. Pimpinan
memberikan arahan untuk memastikan bahwa seluruh staf ikut berperan aktif dalam melindungi hak pasien tersebut. Hak pasien dan keluarga merupakan unsur dasar dari seluruh
hubungan antara organisasi, staf, pasien dan keluarga. Rumah sakit menggunakan proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur, dan apabila diperlukan, melibatkan
para pasien dan keluarganya selama proses tersebut. Sering kali, pasien ingin agar keluarga dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait perawatan mereka. Pasien memiliki
hak untuk mengidentifikasi siapa yang mereka anggap sebagai keluarga dan diizinkan untuk melibatkan orang-orang tersebut dalam perawatan. Agar keluarga dapat berpartisipasi, mereka
harus diizinkan hadir. Pasien diberi kesempatan untuk memutuskan apakah mereka ingin keluarga ikut terlibat dan sejauh mana keluarga akan terlibat dalam perawatan pasien, informasi
apa mengenai perawatan yang dapat diberikan kepada keluarga/pihak lain, serta dalam keadaan apa

TELUSUR
3). Elemen Penilaian HPK 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan regulasi hak D : Regulasi 10
pasien dan keluarga sebagaimana Regulasi tentang hak pasien dan keluarga sebagaimana 0
tercantum dalam poin a) – d) pada tercantum dalam poin a) – d) pada gambaran umum
gambaran umum dan peraturan dan peraturan perundang- undangan.
perundang- undangan. A : Acuan
1. UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit psl 32

185
2. PERMENKES No 4 tahun 2018 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien

b) Rumah sakit memiliki proses untuk PPA lainnya D : Bukti I : Wawancara 10


mengidentifikasi siapa yang Staf Admisi Bukti dalam rekam medik tentang proses mengidentifikasi Wawancara tentang proses untuk 5
diinginkan pasien untuk berpartisipasi Pasien/keluarga siapa yang diinginkan pasien untuk berpartisipasi dalam mengidentifikasi siapa yang diinginkan 0
dalam pengambilan keputusan terkait pengambilan keputusan terkait perawatannya pasien untuk berpartisipasi dalam
perawatannya. pengambilan keputusan
c) Rumah sakit memiliki proses untuk PPA lainnya D : Bukti : I : Wawancara 10
menentukan preferensi pasien, dan Staf Admisi Bukti dalam rekam medik tentang proses untuk Wawancara tentang proses proses 5
pada beberapa keadaan preferensi Pasien/keluarga menentukan preferensi pasien, dan pada beberapa keadaan untuk menentukan preferensi pasien, 0
keluarga pasien, dalam menentukan preferensi keluarga pasien, dalam menentukan informasi dan pada beberapa keadaan preferensi
informasi apa mengenai perawatan apa mengenai perawatan pasien yang dapat diberikan keluarga pasien, dalam menentukan
pasien yang dapat diberikan kepada kepada keluarga/pihak lain, dan dalam situasi apa. informasi apa mengenai perawatan
keluarga/pihak lain, dan dalam situasi pasien yang dapat diberikan kepada
apa. keluarga/pihak lain, dan dalam situasi
apa.
d) Semua staf dilatih tentang proses Ka Unit Perawatan D : Bukti : I : Wawancara 10
dan peran mereka dalam PPA Bukti tentang pelatihan kepada semua staf tentang proses Wawancara tentang proses dan peran 5
mendukung hak-hak serta Pasien/keluarga dan peran mereka dalam mendukung hak-hak serta mereka dalam mendukung hak-hak 0
partisipasi pasien dan keluarga Bagian Diklat partisipasi pasien dan keluarga dalam perawatan serta partisipasi pasien dan keluarga
dalam perawatan (TUMANS). dalam perawatan.

4). Standar HPK 1.1


Rumah sakit berupaya mengurangi hambatan fisik, bahasa, budaya, dan hambatan lainnya dalam mengakses dan memberikan layanan serta memberikan informasi dan edukasi
kepada pasien dan keluarga dalam bahasa dan cara yang dapat mereka pahami.

5). Maksud dan Tujuan HPK 1.1


Rumah sakit mengidentifikasi hambatan, menerapkan proses untuk menghilangkan atau mengurangi hambatan, dan mengambil tindakan untuk mengurangi dampak hambatan bagi pasien
yang memerlukan pelayanan dan perawatan. Sebagai contoh: tersedia akses yang aman ke unit perawatan/pelayanan, tersedia rambu-rambu disabilitas dan rambu-rambu lain seperti
penunjuk arah atau alur evakuasi yang mencakup penggunaan rambu multi bahasa dan/atau simbol internasional, dan disediakan penerjemah yang dapat digunakan untuk pasien dengan
kendala bahasa. Rumah sakit menyiapkan pernyataan tertulis tentang hak dan tanggung jawab pasien dan keluarga yang tersedia bagi pasien ketika mereka dirawat inap atau
terdaftar sebagai pasien rawat jalan. Pernyataan tersebut terpampang di area rumah sakit atau dalam bentuk brosur atau dalam metode lain seperti pemberian informasistaf pada saat
diperlukan. Pernyataan tersebut sesuai dengan usia, pemahaman, bahasa dan cara yang dipahami pasien.

186
TELUSUR
6). Elemen Penilaian HPK 1. 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah Sakit mengidentifikasi Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
hambatan serta menerapkan proses PPA lainnya Regulasi tentang proses untuk mengurangi hambatan bagi I : Wawancara 5
untuk mengurangi hambatan bagi MPP pasien dalam mendapatkan akses, proses penerimaan dan Observasi/wawancara tentang 0
pasien dalam mendapatkan akses, Pasien/keluarga pelayanan perawatan. identifikasi hambatan serta penerapan
proses penerimaan dan pelayanan D :Bukti proses untuk mengurangi hambatan
perawatan. Bukti adanya identifikasi hambatan serta penerapan proses bagi pasien dalam mendapatkan akses,
untuk mengurangi hambatan bagi pasien dalam proses penerimaan dan pelayanan
mendapatkan akses, proses penerimaan dan pelayanan perawatan.
perawatan.
b) Informasi terkait aspek perawatan dan PPA lainnya D : Bukti I : Wawancara 10
tata laksana medis pasien diberikan Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik berupa pemberian informasi Wawancara tentang pemberian 5
dengan cara dan bahasa yang terkait aspek perawatan dan tata laksana medis pasien informasi terkait aspek perawatan dan 0
dipahami pasien. diberikan dengan cara dan bahasa yang dipahami pasien. tata laksana medis pasien diberikan
dengan cara dan bahasa yang dipahami
pasien.
c) Informasi mengenai hak dan PPA lainnya D : Bukti I : Observasi 10
tanggung jawab pasien terpampang di Ka Unit Humas Bukti berupa pemberian informasi mengenai hak dan I : Wawancara 5
area rumah sakit atau diberikan Pasien/keluarga tanggung jawab pasien terpampang di area rumah sakit Observasi/wawancara tentang 0
kepada setiap pasien secara tertulis atau diberikan kepada setiap pasien secara tertulis atau pemberian informasi mengenai hak
atau dalam metode lain dalam bahasa dalam metode lain dalam bahasa yang dipahami pasien. dan tanggung jawab pasien terpampang
yang dipahami pasien. di area rumah sakit atau diberikan
kepada setiap pasien secara tertulis atau
dalam metode lain dalam bahasa yang
dipahami pasien

7). Standar HPK 1.2


Rumah sakit memberikan pelayanan yang menghargai martabat pasien, menghormati nilai-nilai dan kepercayaan pribadi pasien serta menanggapi permintaan yang terkait dengan
keyakinan agama dan spiritual.
8). Maksud dan Tujuan HPK 1.2
Salah satu kebutuhan manusia yang paling penting adalah keinginan untuk dihargai dan memiliki martabat. Pasien memiliki hak untuk dirawat dengan penuh rasa hormat dan
tenggang rasa, dalam berbagai keadaan, serta perawatan yang menjaga harkat dan martabat pasien. Setiap pasien membawa nilai-nilai dan kepercayaan masing-masing ke dalam proses
perawatan. Sebagian nilai dan kepercayaan yang umumnya dimiliki oleh semua pasien sering kali berasal dari budaya atau agamanya. Nilai-nilai dan kepercayaan lainnya dapat
berasal dari diri pasien itu sendiri. Semua pasien dapat menjalankan kepercayaannya masing-masing dengan cara yang menghormati kepercayaan orang lain. Semua staff harus
berusaha memahami perawatan dan pelayanan yang mereka berikan dalam konteks dari nilai-nilai dan kepercayaan pasien.

187
TELUSUR
9). Elemen Penilaian HPK 1.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Staf memberikan perawatan yang DPJP D : Bukti I : Observasi 10
penuh penghargaan dengan PPA lainnya Bukti dalam rekam medik bahwa staf memberikan I : Wawancara 5
memperhatikan harkat dan martabat Pasien/keluarga perawatan yang penuh penghargaan dengan Observasi/wawancara tentang 0
pasien. memperhatikan harkat dan martabat pasien pemberian perawatan yang penuh
penghargaan dengan memperhatikan
harkat dan martabat pasien
b) Rumah sakit menghormati keyakinan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
spiritual dan budaya pasien serta nilai- DPJP Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit Wawancara bahwa rumah sakit 5
nilai yang dianut pasien. PPA lainnya menghormati keyakinan spiritual dan budaya pasien serta menghormati keyakinan spiritual dan 0
Pasien/keluarga nilai-nilai yang dianut pasien. budaya pasien serta nilai-nilai yang
dianut pasien.
c) Rumah sakit memenuhi kebutuhan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pasien terhadap bimbingan rohani. PJP Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit memenuhi Wawancara bahwa rumah sakit 5
PPA lainnya kebutuhan pasien terhadap bimbingan rohani. memenuhi kebutuhan pasien terhadap 0
Pasien/keluarga bimbingan rohani.

10). Standar HPK1.3


Rumah sakit menjaga privasi pasien dan kerahasiaan informasi dalam perawatan, serta memberikan hak kepada pasien untuk memperoleh akses dalam informasi kesehatan mereka sesuai
perundang-undangan yang berlaku
11).. Maksud dan Tujuan HPK 1.3
Hak privasi pasien, terutama ketika diwawancara, diperiksa, dirawat dan dipindahkan adalah hal yang sangat penting. Pasien mungkin menginginkan privasinya terlindung dari para
karyawan, pasien lain, dan bahkan dari anggota keluarga atau orang lain yang ditentukan oleh pasien. Oleh karena itu staff rumah sakit yang melayani dan merawat pasien harus
menanyakan tentang kebutuhan privasi pasien dan harapan yang terkait dengan pelayanan yang dimaksud serta meminta persetujuan terhadap pelepasan informasi medik yang diperlukan.
Informasi medis serta informasi kesehatan lainnya yang didokumentasikan dan dikumpulkan harus dijaga kerahasiannya. Rumah sakit menghargai kerahasiaan informasi tersebut
dan menerapkan prosedur yang melindungi informasi tersebut dari kehilangan atau penyalahgunaan. Kebijakan dan prosedur mencakup informasi yang dapat diberikan sesuai
ketentuan peraturan dan undang-undang lainnya. Pasien juga memiliki hak untuk mengakses informasi kesehatan mereka sendiri. Ketika mereka memiliki akses terhadap informasi
kesehatan
mereka, pasien dapat lebih terlibat di dalam keputusan perawatan dan membuat keputusan yang lebih baik tentang perawatan mereka.
TELUSUR
12). Elemen Penilaian HPK 1.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menjamin kebutuhan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
privasi pasien selama perawatan dan DPJP Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit menjamin I : Wawancara 5
pengobatan di rumah sakit. PPA lainya kebutuhan privasi pasien selama perawatan dan pengobatan Observasi/wawancara tentang 0
Pasien/keluarga di rumah sakit.

188
rumah sakit menjamin kebutuhan
privasi pasien selama perawatan dan
pengobatan di rumah sakit.
b) Kerahasiaan informasi pasien dijaga Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
sesuai dengan peraturan perundangan. DPJP Regulasi tentang kerahasiaan informasi pasien yang harus I : Wawancara 5
PPA lainya dijaga Observasi/wawancara tentang rumah 0
Pasien/keluarga D : Bukti sakit menjaga kerahasiaan informasi
Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit menjaga pasien sesuai dengan peraturan
kerahasiaan informasi pasien sesuai dengan peraturan perundangan.
perundangan.
c) Rumah sakit memiliki proses untuk Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
meminta persetujuan pasien terkait DPJP Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit memiliki Wawancara tentang proses untuk 5
pemberian informasi. PPA lainya proses untuk meminta persetujuan pasien terkait pemberian meminta persetujuan pasien terkait 0
Pasien/keluarga informasi. pemberian informasi.
d) Rumah sakit memiliki proses untuk Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara
memberikan pasien akses terhadap DPJP Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit memiliki Wawancara tentang proses untuk
informasi kesehatan mereka. PPA lainya proses untuk memberikan pasien akses terhadap informasi meminta persetujuan pasien terkait
Pasien/keluarga kesehatan mereka. pemberian informasi.

13). Standar HPK 1.4


Rumah sakit melindungi harta benda pasien dari pencurian atau kehilangan.
14). Maksud dan Tujuan HPK 1.4
Rumah sakit bertanggung jawab melindungi terhadap harta benda pasien dari pencurian atau kehilangan. Terdapat proses untuk mencatat dan membuat daftar harta benda yang
dibawa pasien dan memastikan agar harta benda tersebut tidak dicuri atau hilang. Proses ini dilakukan di ODC (Pelayanan Satu Hari), pasien rawat inap, serta untuk pasien yang
tidak mampu
mengambil keputusan untuk menjaga keamanan harta benda mereka karena tidak sadarkan diri atau tidak didampingi penunggu.
TELUSUR
15). Elemen Penilaian HPK 1.4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan proses untuk D : Regulasi 10
mencatat dan melindungi Regulasi tentang proses untuk mencatat dan melindungi 0
pertanggungjawaban harta benda pertanggungjawaban harta benda pasien.
pasien.
b) Pasien mendapat informasi mengenai Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
tanggung jawab rumah sakit untuk Bagian Keamanan Bukti dalam rekam medik adanya pasien mendapat I : Wawancara 5
melindungi harta benda pribadi Pasien/keluarga informasi mengenai tanggung jawab rumah sakit untuk Observasi/wawancara tentang pasien 0
mereka. melindungi harta benda pribadi mereka. mendapat informasi mengenai
tanggung jawab rumah sakit untuk
melindungi harta benda pribadi
mereka.

189
16). Standar HPK 1.5
Rumah sakit melindungi pasien dariserangan fisik dan verbal, dan populasi yang berisiko diidentifikasi serta dilindungi dari kerentanan.

17). Maksud dan Tujuan HPK 1.5


Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi pasien dari penganiayaan fisik dan verbal yang dilakukan pengunjung, pasien lain, dan petugas. Tanggung jawab ini sangat penting
terutama bagi bayi dan anak-anak, lansia, dan kelompok yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri. Rumah sakit berupaya mencegah penganiayaan melalui berbagai proses seperti
memeriksa orang-orang yang berada dilokasi tanpa identifikasi yang jelas, memantau wilayah yang terpencil atau terisolasi, dan cepat tanggap dalam membantu mereka yang berada
dalam bahaya atau dianiaya.
TELUSUR
18). Elemen Penilaian HPK 1.5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit mengembangkan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
menerapkan proses untuk melindungi Bagian Keamanan Regulasi tentang pengembangan dan penerapan proses I : Wawancara 5
semua pasien dari serangan fisik dan Pasien/keluarga untuk melindungi semua pasien dari serangan fisik dan Observasi/wawancara tentang rumah 0
verbal. verbal. sakit mengembangkan dan menerapkan
D : Bukti proses untuk melindungi semua pasien
Bukti bahwa rumah sakit mengembangkan dan dari serangan fisik dan verbal.
menerapkan proses untuk melindungi semua pasien dari
serangan fisik dan verbal.
b) Rumah sakit mengidentifikasi Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
populasi yang memiliki risiko lebih Bagian Keamanan Regulasi tentang identifikasi populasi yang memiliki risiko I : Wawancara 5
tinggi untuk mengalami serangan. Pasien/keluarga lebih tinggi untuk mengalami serangan Observasi/wawancara tentang 0
D : Bukti identifikasi populasi yang memiliki
Bukti tentang identifikasi populasi yang memiliki risiko risiko lebih tinggi untuk mengalami
lebih tinggi untuk mengalami serangan serangan

c) Rumah sakit memantau area fasilitas Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


yang terisolasi dan terpencil. Bagian Keamanan Regulasi tentang pemantaun area fasilitas yang terisolasi I : Wawancara 5
Pasien/keluarga dan terpencil. Observasi/wawancara tentang 0
D : Bukti pemantauan area fasilitas yang
Bukti tentang pemantauan area fasilitas yang terisolasi dan terisolasi dan terpencil.
terpencil.
19). Standar HPK 2
Pasien dan keluarga pasien dilibatkan dalam semua aspek perawatan dan tata laksana medis melalui edukasi, dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan mengenai perawatan serta tata laksananya.

190
20). Maksud dan Tujuan HPK 2
Pasien dan keluarganya ikut berperan serta dalam proses asuhan dengan membuat keputusan mengenai perawatan, mengajukan pertanyaan tentang perawatan, dan bahkan menolak
prosedur diagnostik dan tata laksana. Agar pasien dan keluarga dapat berpartisipasi dalam keputusan perawatan, mereka memerlukan informasi mengenai kondisi medis, hasil
pemeriksaan, diagnosis, rencana pengobatan dan rencana tindakan serta perawatan, dan alternatif tindakan bila ada. Rumah sakit memastikan mereka dapat berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan terkait perawatan termasuk untuk melakukan perawatan sendiri di rumah. Selama proses asuhan, pasien juga memiliki hak untuk diberitahu mengenai
kemungkinan hasil yang tidak dapat diantisipasi dari terapi dan perawatan, serta ketika suatu peristiwaatau kejadian yang tidak terduga terjadi selama perawatan dilakukan. Pasien
dan keluarga pasien memahami jenis keputusan yang harus diambil terkait asuhan dan bagaimana mereka berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tersebut. Ketika pasien
meminta pendapat kedua, rumah sakit tidak boleh menghambat, mencegah ataupun menghalangi upaya pasien yang mencari pendapat kedua, namun sebaliknya, rumah sakit harus
memfasilitasi permintaan akan pendapat kedua tersebut dan membantu menyediakan informasi mengenai kondisi pasien,seperti informasi hasil pemeriksaan, diagnosis,
rekomendasi terapi, dan sebagainya. Rumah sakit mendukung dan menganjurkan keterlibatan pasien dan keluarga dalam semua aspek perawatan. Seluruh staf diajarkan mengenai
kebijakan dan
prosedur serta peranan mereka dalam mendukung hak pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses perawatan.
TELUSUR
21). Elemen penilaian HPK 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
untuk mendukung pasien dan DPJP Regulasi tentang proses untuk mendukung pasien dan Wawancara tentang penerapan proses 5
keluarga terlibat dan berpartisipasi PPA lainnya keluarga terlibat dan berpartisipasi dalam proses asuhan dan untuk mendukung pasien dan keluarga
dalam proses asuhan dan dalam Pasien/keluarga dalam pengambilan keputusan. terlibat dan berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. D : Bukti asuhan dan dalam pengambilan
Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit menerapkan keputusan
proses untuk mendukung pasien dan keluarga terlibat dan
berpartisipasi dalam proses asuhan dan dalam pengambilan
keputusan

b) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


untuk memberikan edukasi kepada DPJP Regulasi tentang proses untuk memberikan edukasi kepada Wawancara tentang penerapan proses 5
pasien dan keluarganya mengenai PPA lainnya pasien dan keluarganya mengenai kondisi medis, diagnosis, untuk memberikan edukasi kepada 0
kondisi medis, diagnosis, serta Pasien/keluarga serta rencana perawatan dan terapi yang diberikan. pasien dan keluarganya mengenai
rencana perawatan dan terapi yang D : Bukti kondisi medis, diagnosis, serta rencana
diberikan. Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit menerapkan perawatan dan terapi yang diberikan.
proses untuk memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarganya mengenai kondisi medis, diagnosis, serta
rencana perawatan dan terapi yang diberikan.
c) Pasien diberikan informasi DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
mengenai hasil asuhan dan tata PPA lainnya Bukti dalam rekam medik adanya informasi mengenai Wawancara tentang bahwa pasien 5
laksana yang diharapkan. Pasien/keluarga hasil asuhan dan tata laksana yang diharapkan diberikan informasi mengenai hasil 0
asuhan dan tata laksana yang
diharapkan

191
d) Pasien diberikan informasi DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
mengenai kemungkinan hasil yang PPA lainnya Bukti dalam rekam medik pasien informasi mengenai Wawancara bahwa pasien mendapat 5
tidak dapat diantisipasi dari terapi Pasien/keluarga kemungkinan hasil yang tidak dapat diantisipasi dari informasi mengenai kemungkinan hasil 0
dan perawatan. terapi dan perawatan yang tidak dapat diantisipasi dari
terapi dan perawatan

e) Rumah sakit memfasilitasi Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


permintaan pasien untuk mencari DPJP Regulasi tentang fasilitasi permintaan pasien untuk Wawancara bahwa pasien difasilitasi 5
pendapat kedua tanpa perlu khawatir PPA lainnya mencari pendapat kedua tanpa perlu khawatir akan permintaannya untuk mencari pendapat 0
akan mempengaruhi perawatannya Pasien/keluarga mempengaruhi perawatannya selama di dalam atau luar kedua tanpa perlu khawatir akan
selama di dalam atau luar rumah rumah sakit. mempengaruhi perawatannya selama di
sakit. D : Bukti dalam atau luar rumah sakit.
Bukti dalam rekam medik tentang difasilitasinya
permintaan pasien untuk mencari pendapat kedua tanpa
perlu khawatir akan mempengaruhi perawatannya selama
di dalam atau luar rumah sakit,
22). Standar HPK 2.1
Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai hak dan kewajibannya untuk menolak atau menghentikan terapi, menolak diberikan pelayanan resusitasi, serta
melepaskan atau menghentikan terapi penunjang kehidupan
23). Maksud dan Tujuan HPK 2.1
Pasien atau keluarga yang mengambil keputusan atas nama pasien, dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana perawatan atau terapi ataupun menghentikan perawatan atau
terapi setelah proses tersebut dimulai. Salah satu keputusan yang paling sulit untuk pasien dan keluarga dan juga untuk staf RS adalah keputusan untuk menghentikan layanan
resusitasi atau perawatan yang menunjang kehidupan. Oleh karena itu, penting bagi rumah sakit untuk mengembangkan sebuah proses dalam pengambilan keputusan-keputusan
SA
sulit. Untuk memastikan proses pengambilan keputusan yang terkait dengan keinginan pasien dilakukan secara konsisten, rumah sakit mengembangkan proses yang melibatkan
AN
berbagai profesional dan sudut pandang dalam proses pengembangannya. Proses tersebut mencakup pemberian informasisecara jelas dan lengkap mengenai kondisi pasien, konsekuensi dari
keputusan yang diambil, serta pilihan atau alternatif lain yang dapat di jadikan pertimbangan. Selain itu, prosestersebut mengidentifikasi garis akuntabilitas serta bagaimana
prosestersebut dapat di
integrasikan di dalam rekam medis pasien.
SASARAN TELUSUR
24). Elemen Penilaian HPK 2.1 SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS
mengenai pemberian pelayanan DPJP D : Regulasi I : Wawancara
resusitasi dan penghentian terapi PPA lainnya Regulasi tentang proses mengenai pemberian pelayanan Wawancara tentang penerapan proses
penunjang kehidupan untuk pasien. Pasien/keluarga resusitasi dan penghentian terapi penunjang kehidupan mengenai pemberian pelayanan 10
c) Rumah sakit memberi informasi untuk pasien. resusitasi dan penghentian terapi 5
kepada pasien dan keluarga mengenai D : Bukti penunjang kehidupan untuk pasien. 0
hak mereka untuk menolak atau Bukti dalam rekam medik tentang penerapan proses
menghentikan terapi, konsekuensi dari mengenai pemberian pelayanan resusitasi dan penghentian
keputusan yang dibuat serta terapi terapi penunjang kehidupan untuk pasien, berupa :
dan

192
alternatif lain yang dapat dijadikan - Formulir DNR
pilihan. - Formulir Informed Concent tentang pemberian
resusistasi

Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


DPJP Regulasi tentang pemberian informasi kepada pasien Wawancara tentang pemberian 5
PPA lainnya dan keluarga mengenai hak mereka untuk menolak atau informasi kepada pasien dan keluarga 0
Pasien/keluarga menghentikan terapi, konsekuensi dari keputusan yang mengenai hak mereka untuk menolak
dibuat serta terapi dan alternatif lain yang dapat dijadikan atau menghentikan terapi, konsekuensi
pilihan. dari keputusan yang dibuat serta terapi
D : Bukti dan alternatif lain yang dapat dijadikan
Bukti dalam rekam medik adanya informasi kepada pilihan.
pasien dan keluarga mengenai hak mereka untuk menolak
atau menghentikan terapi, konsekuensi dari keputusan
yang dibuat serta terapi dan alternatif lain yang dapat
dijadikan pilihan, berupa :
- Formulir penolakan pemberian tindakan
- Formulir informed concent
25). Standar HPK 2.2
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapat pengkajian dan tata laksana nyeri serta perawatan yang penuh kasih menjelang akhir hayatnya

26). Maksud dan Tujuan HPK 2.2


Nyeri adalah hal yang sering dialami pasien di dalam proses perawatan. Pasien merespons rasa nyeri sesuai dengan nilai, tradisi, budaya serta agama yang dianut. Nyeri yang tidak dapat
diatasi dapat memiliki efek fisiologis yang negatif. Oleh karena itu, pasien perlu didukung dan diberi edukasi agar melaporkan nyeri yang mereka rasakan. Menjelang akhir hayat, pasien
memiliki kebutuhan khas yang juga dapat dipengaruhi oleh tradisi budaya dan agama. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien memandu semua aspek perawatan di
akhir hayat mereka. Untuk memberikan perawatan yang terbaik pada pasien yang sedang memasuki fase menjelang akhir hayat, semua staf harus rumah sakit menyadari kebutuhan
yang unik dan spesifik dari seorang pasien di akhir hayatnya. Kebutuhan-kebutuhan unik tersebut meliputi tata laksana terhadap keluhan utama dan keluhan tambahan; tata laksana nyeri;
tanggapan terhadap kekhawatiran psikologis, sosial, emosional, agama, dan kultural pasien serta keluarganya serta keterlibatan dalam keputusan perawatan. Proses perawatan yang diberikan
rumah sakit harus menjunjung tinggi dan mencerminkan hak darisemua pasien untuk mendapatkan pengkajian dan tata laksana nyeri serta pengkajian dan pengelolaan kebutuhan
pasien yang unik dan spesifik di akhir hayatnya.

SASARAN TELUSUR
27). Elemen Penilaian HPK 2.2 SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
untuk menghargai dan mendukung DPJP Regulasi tentang proses untuk menghargai dan Wawancara tentang penerapan 5
hak pasien untuk mendapatkan PPA lainnya mendukung hak pasien mendapatkan pengkajian dan proses untuk menghargai dan 0
pengkajian dan pengelolaan terhadap Pasien/keluarga pengelolaan nyeri.

193
kebutuhan pasien menjelang akhir A : Acuan mendukung hak pasien mendapatkan
hayat. PERMENKES No. 481 tahun2019 tentang Pedoman pengkajian dan pengelolaan nyeri.
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Nyeri
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik adanya penerapan proses untuk
menghargai dan mendukung hak pasien mendapatkan
pengkajian dan pengelolaan nyeri, berupa
- Formulir pengkajian dan pengelolaan nyeri
- Formulir informed concent penanganan nyeri

28). Standar HPK 3 Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


b) Rumah sakit memberitahu pasien dan DPJP Regulasi tentang proses untuk menghargai dan Wawancara tentang penerapan 5
keluarganya mengenai proses untuk PPA lainnya mendukung hak pasien untuk mendapatkan pengkajian dan proses untuk menghargai dan 0
menerima dan menanggapi keluhan, Rohaniawan pengelolaan terhadap kebutuhan pasien menjelang akhir mendukung hak pasien untuk
tindakan rumah sakit bila terdapat Pasien/keluarga hayat. mendapatkan pengkajian dan
konflik/perbedaan pendapat di dalam D : Bukti pengelolaan terhadap kebutuhan pasien
asuhan pasien, serta hak pasien Bukti dalam rekam medik adanya penerapan proses menjelang akhir hayat.
untuk berperan dalam semua proses untuk menghargai dan mendukung hak pasien untuk
ini. mendapatkan pengkajian dan pengelolaan terhadap
kebutuhan pasien menjelang akhir hayat, berupa formulir
pengkajian dan pengelolaan kebutuhan pasien menjelang
akhir hayat

29). Maksud dan Tujuan HPK 3


Pasien memiliki hak untuk menyampaikan keluhan tentang asuhan mereka dan keluhan tersebut harus ditanggapi dan diselesaikan. Disamping itu, keputusan terkait perawatan
kadang kala menimbulkan pertanyaan, konflik atau dilema lain bagi rumah sakit, pasien dan keluarga atau pengambil keputusan lain. Dilema ini mungkin timbul sejak pasien
mengakses pelayanan,selama menjalani masa perawatan, dan pada proses pemulangan. Rumah sakit menetapkan penanggung jawab dan proses untuk menyelesaikan keluhan tersebut.
Rumah sakit
mengidentifikasi kebijakan dan prosedur bagi mereka yang perlu dilibatkan dalam menyelesaikan keluhan dan bagaimana pasien dan keluarganya dapat ikut berperan serta.
TELUSUR
30). Elemen Penilaian HPK 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pasien diberikan informasi mengenai DPJP D : Regulasi I : Wawancara
proses untuk menyampaikan PPA lainya Regulasi tentang pemberian informasi kepada pasien Wawancara tentang pemberian
10
keluhan dan proses yang harus Ka Unit Komplain mengenai proses untuk menyampaikan keluhan dan proses informasi kepada pasien mengenai
5
dilakukan pada saat terjadi konflik/ Pasien/keluarga yang harus dilakukan pada saat terjadi konflik/ proses untuk menyampaikan keluhan
0
perbedaan pendapat pada proses perbedaan pendapat pada proses perawatan. dan proses yang harus dilakukan pada
perawatan. D :Bukti saat terjadi konflik/ perbedaan pendapat
pada proses perawatan.

194
Bukti dalam rekam medik tentang pemberian informasi
kepada pasien mengenai proses untuk menyampaikan
keluhan dan proses yang harus dilakukan pada saat
terjadi konflik/ perbedaan pendapat pada proses
perawatan.
b) Keluhan, konflik, dan perbedaan DPJP D : Regulasi I : Wawancara
pendapat tersebut dikaji dan PPA lainya Regulasi tentang penyelesaian / penanganan keluhan, Wawancara tentang penyelesaian /
diselesaikan oleh unit/petugas yang Ka Unit Komplain konflik, dan perbedaan pendapat tersebut dikaji dan penanganan keluhan, konflik, dan
10
bertanggung jawab melalui sebuah Pasien/keluarga diselesaikan oleh unit/petugas yang bertanggung jawab perbedaan pendapat tersebut dikaji dan
5
alur/proses spesifik. melalui sebuah alur/proses spesifik. diselesaikan oleh unit/petugas yang
0
D : Bukti bertanggung jawab melalui sebuah
Bukti tentang penyelesaian / penanganan keluhan, konflik, alur/proses spesifik.
dan perbedaan pendapat tersebut dikaji dan diselesaikan
oleh unit/petugas yang bertanggung jawab melalui
sebuah alur/proses spesifik

c) Pasien dan keluarga berpartisipasi DPJP D : Bukti I : Wawancara


dalam proses penyelesaian keluhan, PPA lainya Bukti bahwa pasien dan keluarga berpartisipasi dalam Wawancara tentang partisipasi pasien
konflik, dan perbedaan pendapat. Ka Unit Komplain proses penyelesaian keluhan, konflik, dan perbedaan dan keluarga daam proses
10
Pasien/keluarga pendapat, berupa Alur Penyelesaian Komplain dan penyelesaian keluhan, konflik, dan
5
Formulir Penyelesaian Komplain perbedaan pendapat
0

b. Permintaan Persetujuan Pasien


1). Standar HPK 4
Rumah sakit menetapkan batasan yang jelas untuk persetujuan umum yang diperoleh pasien pada saat akan menjalani rawat inap atau didaftarkan pertama kalinya sebagai pasien
rawat jalan.

2). Maksud dan Tujuan HPK 4


Rumah sakit meminta persetujuan umum untuk pengobatan ketika pasien di terima rawat inap di rumah sakit atau ketika pasien didaftarkan untuk pertama kalinya sebagai pasien
rawat jalan. Pada saat persetujuan umum itu diperoleh, pasien telah diberi informasi mengenai lingkup persetujuan umum tersebut. Selanjutnya, rumah sakit menentukan bagaimana
persetujuan umum didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Selain general consent (persetujuan umum), semua pasien diberikan informasi mengenai pemeriksaan, tindakan dan
pengobatan di mana informed consent (persetujuan tindakan) terpisah akan dibuat. Selain itu, pasien juga harus menerima informasi mengenai kemungkinan adanya peserta didik, seperti
peserta didik perawat, peserta didik fisioterapi, mahasiswa kedokteran, dokter yang sedang menjalani pendidikan spesialis/trainee/fellowship, serta peserta didik lainnyayang terlibat
dalam proses
asuhan.

195
TELUSUR
3). Elemen Penilaian HPK 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
bagaimana persetujuan umum PPA lainya Regulasi tentang proses bagaimana persetujuan umum Wawancara tentang persetujuan umum 5
didokumentasikan dalam rekam Pasien/keluarga didokumentasikan dalam rekam medis pasien. yang didokumentasikan dalam rekam 0
medis pasien. D : Bukti medis pasien
Bukti dalam rekam medik tentang persetujuan umum
berupa formulir general concent

b) Pasien dan keluarga diberikan DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10


informasi mengenai pemeriksaan, PPA lainya Regulasi tentang pemberian informasi kepada pasien dan Wawancara tentang pemberian 5
tindakan dan pengobatan yang Pasien/keluarga keluarga mengenai pemeriksaan, tindakan dan pengobatan informasi kepada pasien dan keluarga 0
memerlukan informed consent. yang memerlukan informed consent. mengenai pemeriksaan, tindakan dan
D : Bukti pengobatan yang memerlukan informed
Bukti dalam rekam medik tentang pemberian informasi consent.
kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan,
tindakan dan pengobatan yang memerlukan informed
consent, berupa daftar pemeriksaan,tindakan,dan
pengobatan yang memerlukan informed consent.

c) Pasien menerima informasi mengenai DPJP D : Bukti I : Wawancara 10


kemungkinan keterlibatan peserta PPA lainya Bukti bahwa pasien menerima informasi mengenai Wawancara tentang pemberian 5
didik, mahasiswa, residen traine dan Pasien/keluarga kemungkinan keterlibatan peserta didik, mahasiswa, informasi mengenai kemungkinan 0
fellow yang berpartisipasi dalam proses residen traine dan fellow yang berpartisipasi dalam proses keterlibatan peserta didik, mahasiswa,
perawatan. perawatan. residen traine dan fellow yang
D : Bukti : berpartisipasi dalam proses perawatan.
Bukti dalam rekam medik adanya informasi mengenai
kemungkinan keterlibatan peserta didik, mahasiswa,
residen traine dan fellow yang berpartisipasi dalam proses
perawatan, berupa general consent

4).Standar HPK 4.1


Persetujuan Tindakan (informed consent) pasien diperoleh melalui cara yang telah ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas terlatih dengan cara dan bahasa yang
mudah dipahami pasien.

196
5). Maksud dan Tujuan HPK 4.1
Salah satu proses penting di mana pasien dapat terlibat dalam pengambilan keputusan tentang perawatan mereka adalah dengan memberikan informed consent. Untuk memberikan
persetujuan ini, pasien harus di informasikan terlebih dahulu mengenai faktor-faktor yang terkait dengan rencana perawatan yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Proses
persetujuan harus didefinisikan secara jelas oleh rumah sakit dalam kebijakan dan prosedur sesuai perundang-udangan yang berlaku.
Pasien dan keluarga diberikan informasi mengenai pemeriksaan, tindakan, dan pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat memberikan
persetujuan. Edukasi diberikan oleh staf rumah sakit yang kompeten dan merupakian bagian dari proses untuk mendapatkan informed consent (sebagai contoh, untuk pembedahan
dan anestesi).
Jika perawatan yang direncanakan meliputi prosedur pembedahan atau tindakan invasif, anestesi, sedasi, penggunaan darah dan produk darah, perawatan atau tindakan berisiko
tinggi, maka diperlukan persetujuan tindakan secara terpisah. Rumah sakit mengidentifikasi perawatan dan prosedur berisiko tinggiatau prosedur dan perawatan lainnya yang
membutuhkan persetujuan. Rumah sakit membuat daftar perawatan dan prosedur ini serta mengedukasi petugas untuk memastikan bahwa proses untuk memperoleh persetujuan itu
harus diterapkan secara konsisten. Daftar tersebut dikembangkan bersama- sama oleh para dokter dan orang lain yang memberikan perawatan atau melakukan tindakan. Daftar ini
meliputi semua tindakan dan perawatan yang disiapkan bagi pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian HPK 4.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

a) Rumah sakit menerapkan proses bagi DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10


pasien untuk mendapatkan informed Pasien/keluarga Regulasi tentang pasien untuk mendapatkan informed Wawancara tentang proses pasien 5
consent. consent. mendapatkan informed consent 0
D : Bukti
Bukti adanya penerapan proses bagi pasien untuk
mendapatkan informed consern
-
b) Pemberian informed consent DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
dilakukan oleh staf yang kompeten Pasien/keluarga Regulasi tentang penunjukan staf yang kompeten yang Wawancara tentang penunjukan staf 5
dan diberikan dengan cara dan memberikan Informed consent diberikan dengan cara dan yang kompeten memberikan Informed 0
bahasa yang mudah dipahami bahasa yang mudah dipahami pasien. consent diberikan dengan cara dan
pasien. D : Bukti bahasa yang mudah dipahami pasien.
Bukti bahwa pemberian informed consent dilakukan oleh
staf yang kompeten.

c) Rumah sakit memiliki daftar Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


tindakan invasif, pemeriksaan dan DPJP Bukti bahwa rumah sakit memiliki daftar tindakan invasif, Wawancara tentang tindakan invasif, 5
terapi tambahan yang memerlukan Pasien/keluarga pemeriksaan dan terapi tambahan yang memerlukan pemeriksaan dan terapi tambahan 0
informed consent. informed consent, berupa daftar tindakan invasive yang yang memerlukan informed consent
memerlukan informed concent, berupa :

197
- Formulir Informed Concent
- Daftar tindakan yang memerlukan Informed Concent
7). Standar HPK 4.2
Rumah sakit menerapkan proses untuk pemberian persetujuan oleh orang lain, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
8). Maksud dan Tujuan HPK 4.2
Ada kalanya terdapat kondisi dimana orang lain selain pasien (baik sendiri maupun bersama pasien) ikut terlibat dalam keputusan mengenai perawatan pasien dalam proses
pemberian informed consent untuk perawatan. Hal ini terutama berlaku ketika pasien tidak memiliki kemampuan mental atau fisik untuk mengambil keputusan tentang perawatannya
sendiri, ketika latar belakang budaya atau kebiasaan mengharuskan orang lain yang mengambil keputusan tentang perawatan atau ketika pasien masih kanak-kanak. Ketika pasien tidak dapat
membuat keputusan tentang perawatannya, maka ditentukan perwakilan untuk mengambil keputusan tersebut. Ketika ada orang lain selain pasien itu yang memberi persetujuan, nama
individu itu
dicatat dalam rekam medis pasien.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian HPK 4.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
untuk pemberian informed consent DPJP Regulasi tentang proses untuk pemberian informed consent Wawancara tentang pemberian 5
oleh orang lain selain pasien sesuai Pasien/keluarga oleh orang lain selain pasien sesuai peraturan perundangan informed consent oleh orang 0
peraturan perundangan yang yang berlaku. lain selain pasien sesuai
berlaku. D : Bukti peraturan perundangan yang
Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit menerapkan berlaku.
proses untuk pemberian informed consent oleh orang
lain
selain pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
b) Rekam medis pasien mencantumkan DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
(satu atau lebih) nama individu yang Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik yang mencantumkan (satu Wawancara tentang rekam medik 5
menyatakan persetujuan. atau lebih) nama individu yang menyatakan persetujuan, yang mencantumkan (satu atau lebih) 0
nama individu yang menyatakan
persetujuan

198
B. KELOMPOK PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
3. Pengkajian Pasien (PP)

> 80% Terpenuhi


20-79% Terpenuhi Sebagian
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN
<20% Tidak Terpenuhi
TDD TidakDapat Diterapkan

3. Pengkajian Pasien (PP)

a. Pengkajian Pasien
1). Standar PP 1
Semua pasien yang dirawat di rumah sakit diidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatannya melalui suatu proses pengkajian yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.

2). Standar PP 1.1


Kebutuhan medis dan keperawatan pasien diidentifikasi berdasarkan pengkajian awal.

3). Standar PP 1.2


Pasien dilakukan skrining risiko nutrisi, skrining nyeri, kebutuhan fungsional termasuk risiko jatuh dan kebutuhan khusus lainnya

4). Maksud dan Tujuan PP1, PP 1.1 dan PP 1.2


Proses pengkajian pasien yang efektif menghasilkan keputusan tentang kebutuhan pasien untuk mendapatkan tata laksana segera dan berkesinambungan untuk pelayanan gawat darurat,
elektif atau terencana, bahkan ketika kondisi pasien mengalami perubahan. Pengkajian pasien adalah sebuah proses berkesinambungan dan dinamis yang dilakukan di unit gawat
darurat, rawat inap dan rawat jalan serta unit lainnya. Pengkajian pasien terdiri dari tiga proses primer:
a) Pengumpulan informasi dan data mengenai kondisi fisik, psikologis, dan status sosial serta riwayat kesehatan pasien sebelumnya.
b) Analisis data dan informasi, termasuk hasil pemeriksaan laboratorium dan uji diagnostik pencitraan, untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien.
c) Pengembangan rencana perawatan pasien untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi.
Pengkajian disesuaikan dengan kebutuhan pasien, sebagai contoh, rawat inap atau rawat jalan. Bagaimana pengkajian ini dilakukan dan informasi apa yang perlu dikumpulkan serta
didokumentasikan ditetapkan dalam kebijakan dan prosedur rumah sakit. Isi minimal pengkajian awal antara lain:
a) Keluhan saat ini
b) Status fisik;
c) Psiko-sosio-spiritual;
d) Ekonomi;
e) Riwayat kesehatan pasien;
f) Riwayat alergi;
g) Riwayat penggunaan obat;

199
h) Pengkajian nyeri;
i) Risiko jatuh;
j) Pengkajian fungsional;
k) Risiko nutrisional;
l) Kebutuhan edukasi; dan
m) Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning).
Pada kelompok pasien tertentu, misalnya dengan risiko jatuh, nyeri dan status nutrisi maka dilakukan skrining sebagaibagian dari pengkajian awal, kemudian dilanjutkan dengan
pengkajian lanjutan.Agar pengkajian kebutuhan pasien dilakukan secara konsisten, rumah sakit harus mendefinisikan dalam kebijakan, isi minimum dari pengkajian yang dilakukan oleh
para dokter, perawat, dan disiplin klinis lainnya. Pengkajian dilakukan oleh setiap disiplin dalam ruang lingkup praktiknya, periz inan, perundangundangan. Hanya PPA yang kompeten
dan di izinkan oleh rumah sakit yang akan melakukan pengkajian.Rumah sakit mendefinisikan elemen-elemen yang akan digunakan pada seluruh pengkajian dan mendefinisikan
perbedaan-perbedaan yang ada terutama dalam ruang lingkup kedokteran umum dan layanan spesialis. Pengkajian yang didefinisikan dalam kebijakan dapat dilengkapi oleh lebih
dari
satu individu yang kompeten dan dilakukan pada beberapa waktu yang berbeda. Semua pengkajian tersebut harus sudah terisi lengkap dan memiliki informasi terkini (kurang dari
atau sama dengan 30 (tiga puluh) hari) pada saat tata laksana dimulai.
TELUSUR
5). Elemen Penilaian PP 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulasi D : Regulasi.
tentang pengkajian awal dan Regulasi tentang pengkajian awal dan pengkajian ulang
pengkajian ulang medis dan medis dan keperawatan di unit gawat darurat, rawat inap 10
keperawatan di unit gawat darurat, dan rawat jalan. 0
rawat inap dan rawat jalan.

b) Rumah sakit menetapkan isi minimal D : Regulasi


pengkajian awal meliputi poin a) – Regulasi tentang isi minimal pengkajian awal meliputi 10
m) pada maksud dan tujuan. poin a) – m) pada maksud dan tujuan. 0
c) Hanya PPA yang kompeten, DPJP D : Bukti I : Wawancara
10
diperbolehkan untuk melakukan PPA lainnya Bukti hanya PPA yang kompeten yang diperbolehkan Wawancara tentang pengkajian pasien
5
pengkajian sesuai dengan ketentuan untuk melakukan pengkajian sesuai dengan ketentuan oleh PPA yang kompeten
rumah sakit. 0
rumah sakit.
d) Perencanaanan pulang yang DPJP D : Regulasi I : Wawancara
mencakup identifikasi kebutuhan PPA lainnya Regulasi tentang perencanaan pulang yang mencakup Wawancara tentang identifikasi
khusus dan rencana untuk memenuhi Pasien/keluarga identifikasi kebutuhan khusus dan rencana untuk memenuhi kebutuhan khusus dan rencana untuk 10
kebutuhan tersebut, disusun sejak kebutuhan tersebut, disusun sejak pengkajian awal. memenuhi kebutuhan tersebut dalam 5
pengkajian awal. D : Bukti perencanaan pasien pulang. 0
Bukti dalam rekam medik tentang pelaksanaan
perencananan pemulangan pasien
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PP 1.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

200
a) Pengkajian awal medis dan DPJP D : Regulasi I : Wawancara
keperawatan dilaksanakan dan PPA lainnya Regulasi tentang pengkajian awal medis dan keperawatan Wawancara tentang waktu pengkajian
didokumentasikan dalam kurun dilaksanakan dan didokumentasikan dalam kurun waktu 24 awal medis dan keperawatan
waktu 24 jam pertama sejak pasien jam pertama sejak pasien masuk rawat inap, atau lebih awal
masuk rawat inap, atau lebih awal 10
bila diperlukan sesuai dengan kondisi pasien. 5
bila diperlukan sesuai dengan kondisi D : Bukti
pasien. 0
Bukti dalam rekam medik pengkajian awal medis dan
keperawatan diisi dalam kurun waktu 24 jam pertama sejak
pasien masuk rawat inap, atau lebih awal bila diperlukan
sesuai kondisi pasien.
b) Pengkajian awal medis DPJP D : Bukti I : Wawancara
menghasilkan diagnosis medis yang PPA lainnya Bukti tentang pelaksanaan pengkajian awal medis Wawancara tentang pelaksanaan 10
mencakup kondisi utama dan kondisi menghasilkan diagnosis medis yang mencakup kondisi pengkajian awal medis 5
lainnya yang membutuhkan tata utama dan kondisi lainnya yang membutuhkan tata laksana 0
laksana dan pemantauan. dan pemantauan.
c) Pengkajian awal keperawatan DPJP D : Bukti I : Wawancara
menghasilkan diagnosis keperawatan PPA lainnya Bukti dalam rekam medik tentang pelaksanaan pengkajian Wawancara tentang pelaksanaan 10
untuk menentukan kebutuhan asuhan awal keperawatan menghasilkan diagnosis keperawatan pengkajian awal keperawatan 5
keperawatan, intervensi atau untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan, menghasilkan diagnosis keperawatan. 0
pemantauan pasien yang spesifik. intervensi atau pemantauan pasien yang spesifik.
d) Sebelum pembedahan pada kondisi DPJP D : Bukti I : Wawancara
mendesak, minimal terdapat catatan PPA lainnya Bukti dalam rekam medik tentang pembedahan pada Wawancara tentang pembedahan pada 10
singkat dan diagnosis praoperasi kondisi mendesak, minimal terdapat catatan singkat dan kondisi mendesak 5
yang didokumentasikan di dalam diagnosis praoperasi 0
rekam medik.
e) Pengkajian medis yang dilakukan DPJP D : Regulasi I : Wawancara
sebelum masuk rawat inap atau PPA lainnya Regulasi tentang pengkajian medis yang dilakukan sebelum Wawancara tentang batas waktu serta
sebelum pasien menjalani prosedur masuk rawat inap atau sebelum pasien menjalani prosedur kriteria dilakukan pengkajian awal dan
di layanan rawat jalan rumah sakit di layanan rawat jalan rumah sakit harus dilakukan dalam pengkajian ulang pasien
harus dilakukan dalam waktu kurang waktu kurang atau sama dengan 30 (tiga puluh) hari
atau sama dengan 30 (tiga puluh) hari 10
sebelumnya. Jika lebih dari 30 (tiga puluh) hari, maka
sebelumnya. Jika lebih dari 30 (tiga 5
harus dilakukan pengkajian ulang.
puluh) hari, maka harus dilakukan 0
D : Bukti
pengkajian ulang.
Bukti dalam rekam medik adanya pengkajian medis yang
dilakukan sebelum masuk rawat inap atau sebelum pasien
menjalani prosedur di layanan rawat jalan rumah sakit
harus dilakukan dalam waktu kurang atau sama dengan 30

201
(tiga puluh) hari sebelumnya. Jika lebih dari 30 (tiga puluh)
hari, maka harus dilakukan pengkajian ulang.

f) Hasil dari seluruh pengkajian yang DPJP D : Bukti I : Wawancara


dikerjakan di luar rumah sakit PPA lainnya Bukti dalam rekam medik hasil dari seluruh pengkajian Wawancara tentang pengkajian yang 10
ditinjau dan/atau diverifikasi pada yang dikerjakan di luar rumah sakit ditinjau dan/atau dikerjakan di luar rumah sakit ditinjau 5
saat masuk rawat inap atau sebelum diverifikasi pada saat masuk rawat inap atau sebelum dan/diverifikasi 0
tindakan di unit rawat jalan. tindakan di unit rawat jalan.
TELUSUR
7). Elemen Penilaian PP 1.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan kriteria Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara
risiko nutrisional yang DPJP Regulasi tentang penetapan kriteria risiko nutrisional yang Wawancara tentang penetapan kriteria
dikembangkan bersama staf yang PPA lainnya dikembangkan bersama staf yang kompeten risiko nutrisional yang dikembangkan
10
kompeten dan berwenang. Ka Unit dan berwenang. bersama staf yang kompeten dan
5
Gizi D : Bukti berwenang.
Bukti rapat tentang adanya keterlibatan staf yang kompeten 0
dan berwenang dalam pembuatan regulasi tentang
penetapan kriteria risiko nutrisional.
b) Pasien diskrining untuk risiko nutrisi DPJP D : Regulasi I : Wawancara
sebagai bagian dari pengkajian awal. PPA lainnya Regulasi tentang pasien diskrining untuk risiko nutrisi Wawancara tentang skrining risiko
Ka Unit Gizi sebagai bagian dari pengkajian awal. nutrisi pada pengkajian awal 10
D : Bukti 5
Bukti dalam rekam medik tentang pelaksanaan pasien 0
diskrining untuk risiko nutrisi sebagai bagian dari
pengkajian awal.
c) Pasien dengan risiko nutrisional DPJP D : Regulasi I : Wawancara
dilanjutkan dengan pengkajian gizi. PPA lainnya Regulasi tentang pelaksanaan pasien dengan risiko Wawancara tentang pengkajian gizi 10
nutrisional dilanjutkan dengan pengkajian gizi. bagi pasien dengan risiko nutrisional 5
D : Bukti 0
Bukti dalam rekam medik tentang pengkajian gizi
d) Pasien diskrining untuk kebutuhan DPJP D : Regulasi I : Wawancara
fungsional termasuk risiko jatuh. PPA lainnya Regulasi tentang pelaksanaan pasien diskrining untuk Wawancara tentang skrining risiko
kebutuhan fungsional termasuk risiko jatuh jatuh 10
D : Bukti 5
Bukti dalam rekam medik tentang pelaksanaan pasien 0
diskrining untuk kebutuhan fungsional termasuk risiko
jatuh.

202
8). Standar PP 1.3
Rumah sakit melakukan pengkajian awal yang telah dimodifikasi untuk populasi khusus yang dirawat di rumah sakit.

9). Maksud dan Tujuan PP 1.3


Pengkajian tambahan untuk pasien tertentu atau untuk populasi pasien khusus mengharuskan proses pengkajian tambahan sesuai dengan kebutuhan populasi pasien tertentu. Setiap rumah
sakit menentukan kelompok populasi pasien khusus dan menyesuaikan proses pengkajian untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka. Pengkajian tambahan dilakukan antara lain namun
tidak terbatas untuk:
a) Neonatus.
b) Anak.
c) Remaja.
d) Obsteri / maternitas.
e) Geriatri.
f) Sakit terminal / menghadapi kematian.
g) Pasien dengan nyeri kronik atau nyeri (intense)
h) Pasien dengan gangguan emosional atau pasien psikiatris.
i) i) Pasien kecanduan obat terlarang atau alcohol
j) Korban kekerasan atau kesewenangan.
k) Pasien dengan penyakit menular atau infeksius.
l) Pasien yang menerima kemoterapi atau terapi radiasi
m) Pasien dengan sistem imunologi terganggu.
Tambahan pengkajian terhadap pasien ini memperhatikan kebutuhan dan kondisi mereka berdasarkan budaya dan nilai yang dianut pasien. Proses pengkajian disesuaikan dengan peraturan
perundangan dan standar profesional.
TELUSUR
10). Elemen Penilaian PP 1.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan jenis D : Regulasi
populasi khusus yang akan dilakukan Regulasi tentang jenis populasi khusus yang akan 10
pengkajian meliputi poin a) - m) pada dilakukan pengkajian meliputi antara lain poin a) - m) pada 0
maksud dan tujuan. maksud dan tujuan.
b) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara
pengkajian tambahan terhadap DPJP Bukti dalam rekam medik tentang pelaksanaan Wawancara tentang pengkajian
10
populasi pasien khusus sesuai PPA lainnya pengkajian tambahan terhadap populasi pasien khusus tambahan pada populasi khusus
5
ketentuan rumah sakit. sesuai ketentuan rumah sakit.
0

b. Pengkajian Ulang Pasien


1). Standar PP 2
Rumah sakit melakukan pengkajian ulang bagi semua pasien dengan interval waktu yang ditentukan untuk kemudian dibuat rencana asuhan lanjutan.

203
2). Maksud dan Tujuan PP 2
Pengkajian ulang dilakukan oleh semua PPA untuk menilai apakah asuhan yang diberikan telah berjalan dengan efektif. Pengkajian ulang dilakukan dalam interval waktu yang didasarkan
atas kebutuhan dan rencana asuhan, dan digunakan sebagai dasar rencana pulang pasien sesuai dengan regulasi rumah sakit. Hasil pengkajian ulang dicatat di rekam medik pasien/CPPT
sebagai informasi untuk di gunakan oleh semua PPA.
Pengkajian ulang oleh DPJP dibuat dibuat berdasarkan asuhan pasien sebelumnya. DPJP melakukan pengkajian terhadap pasien sekurang-kurangnya setiap hari, termasuk di akhir
minggu/hari libur, dan jika ada perubahan kondisi pasien. Perawat melakukan pengkajian ulang minimal satu kali pershift atau sesuai perkembangan pasien, dan setiap hari DPJP
akan mengkoordinasi dan melakukan verifikasi ulang perawat untuk asuhan keperawatan selanjutnya.
Penilaian ulang dilakukan dan hasilnya dimasukkan ke dalam rekam medis pasien:
a) Secara berkala selama perawatan (misalnya, staf perawat secara berkala mencatat tanda-tanda vital, nyeri, penilaian dan suara paru-paru dan jantung, sesuai kebutuhan
berdasarkan kondisi pasien);
b) Setiap hari oleh dokter untuk pasien perawatan akut;
c) Dalam menanggapi perubahan signifikan dalam kondisi pasien; (Juga lihat PP 3.2)
d) Jika diagnosis pasien telah berubah dan kebutuhan perawatan memerlukan perencanaan yang direvisi; dan
e) Untuk menentukan apakah pengobatan dan perawatan lain telah berhasil dan pasien dapat dipindahkan atau dipulangkan.
Temuan pada pengkajian digunakan sepanjang proses pelayanan untuk mengevaluasi kemajuan pasien dan untuk memahami kebutuhan untuk pengkajian ulang. Oleh karena itu
pengkajian medis, keperawatan dan PPA lain dicatat di rekam medik untuk digunakan oleh semua PPA yang memberikan asuhan ke pasien.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PP 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit melaksanakan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara
pengkajian ulang oleh DPJP, perawat DPJP Regulasi tentang pengkajian ulang oleh DPJP, perawat dan Observasi/wawancara tentang
dan PPA lainnya untuk menentukan Perawat PPA lainnya termasuk untuk menentukan rencana asuhan pelaksanaan pengkajian ulang
10
rencana asuhan lanjutan. PPA lainnya lanjutan.
5
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang pelaksanaan pengkajian 0
ulang oleh DPJP, perawat dan PPA lainnya termasuk untuk
menentukan rencana asuhan lanjutan.
b) Terdapat bukti pelaksanaan DPJP D : Bukti I : Wawancara
pengkajian ulang medis PPA Bukti dalam rekam medik tentang pelaksanaan pengkajian Wawancara tentang pelaksanaan 10
dilaksanakan minimal satu kali ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari, pengkajian ulang medis dilaksanakan 5
sehari termasuk akhir minggu/libur termasuk akhir minggu/ libur untuk pasien akut. minimal satu kali sehari, termasuk 0
untuk pasien akut. akhir minggu/ libur untuk pasien akut.
c) Terdapat bukti pelaksanaan Perawat D : Bukti I : Wawancara
pengkajian ulang oleh perawat Bukti dalam rekam medik tentang pelaksanaan Observasi/Wawancara tentang 10
minimal satu kali per shift atau sesuai pengkajian ulang oleh perawat minimal satu kali per shift pelaksanaan pengkajian ulang oleh 5
dengan perubahan kondisi pasien. atau sesuai dengan perawat minimal satu kali per shift atau 0
perubahan kondisi pasien.

204
sesuai dengan perubahan kondisi
pasien.

d) Terdapat bukti pengkajian ulang oleh PPA lainnya D : Bukti I : Wawancara


PPA lainnya dilaksanakan dengan Bukti dalam rekam medik tentang pengkajian ulang oleh Wawancara tentang pengkajian ulang 10
interval sesuai regulasi rumah sakit. PPA lainnya dilaksanakan dengan interval sesuai regulasi oleh PPA lainnya dilaksanakan dengan 5
rumah sakit. interval sesuai regulasi rumah sakit. 0
c. Standar Pelayanan Laboratorium dan Pelayanan Darah
1). Standar PP 3
Pelayanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai peraturan perundangan.
2). Maksud dan Tujuan PP 3
Rumah Sakit mempunyai sistem untuk menyediakan pelayanan laboratorium, meliputi pelayanan patologi klinis, dapat juga tersedia patologi anatomi dan pelayanan laboratorium lainnya,
yang dibutuhkan populasi pasiennya, dan PPA. Organisasi pelayanan laboratorium yang di bentuk dan diselenggarakan sesuai peraturan perundangan Di Rumah Sakit dapat
terbentuk pelayanan laboratorium utama (induk), dan juga pelayanan laboratorium lain, misalnya laboratorium Patologi Anatomi, laboratorium Mikrobiologi mak a harus diatur secara
organisatoris pelayanan laboratorium terintegrasi, dengan pengaturan tentang kepala pelayanan laboratorium terintegrasi yang membawahi semua jenis pelayanan laboratorium di Rumah
Sakit.
Salah satu pelayanan laboratorium di ruang rawat (Point of Care Testing) yang dilakukan oleh perawat ruangan harus memenuhi persyaratan kredensial. Pelayanan laboratorium, tersedia
24 jam termasuk pelayanan darurat, diberikan di dalam rumah sakit dan rujukan sesuai dengan peraturan perundangan. Rumah sakit dapat juga menunjuk dan menghubungi para spesialis
di bidang diagnostik khusus, seperti parasitologi, virologi, atau toksikologi. Jika diperlukan, rumah sakit dapat melakukan pemeriksaan rujukan dengan memilih sumber dari luar
berdasarkan rekomendasi dari pimpinan laboratorum rumah sakit. Sumber dari luar tersebut dipilih oleh Rumah Sakit karena memenuhi peraturan perundangan dan mempunyai sertifikat
mutu. Bila melakukan pemeriksaan rujukan keluar, harus melalui laboratorium Rumah Sakit.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PP 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulasi D : Regulasi
tentang pelayanan laboratorium di Regulasi tentang pelayanan laboratorium terintegrasi di
rumah sakit. sesuai penjelasan pada rumah sakit sesuai penjelasan pada maksud dan tujuan
maksud dan tujuan A : Acuan
10
1. PERMENKES No. 43 tahun 2013 tentang Cara
0
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik.
2. PERMENKES No 14 tahun 2021 tentang standar
kegiatan usaha dan produk pada penyelenggaraan
perizinan berusaha berbasis risiko sektor kesehatan
b) Pelayanan laboratorium buka 24 jam, Ka Unit Laboratorium D : Bukti I : Wawancara
10
7 (tujuh) hari seminggu, sesuai PPA lainnya Bukti tentang pelaksanaan pelayanan laboratorium buka 24 Wawancara tentang waktu pelaksanaan
5
dengan kebutuhan pasien. jam, 7 (tujuh) hari seminggu, sesuai dengan pelayanan laboratorium
0
kebutuhan pasien.

205
4). Standar PP 3.1
Rumah sakit menetapkan bahwa seorang yang kompeten dan berwenang, bertanggung jawab mengelola pelayanan laboratorium.

5). Maksud dan Tujuan PP 3.1


Pelayanan laboratorium berada dibawah pimpinan seorang yang kompeten dan memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan. Pimpinan laboratorium bertanggung jawab
mengelola fasilitas dan pelayanan laboratorium, termasuk pemeriksaan Point-of-care testing (POCT), juga tanggung jawabnya dalam melaksanakan regulasi RS secara konsisten,
seperti pelatihan, manajemen logistik dan sebagainya.
Tanggung jawab pimpinan laboratorium antara lain:
a) Menyusun dan evaluasi regulasi.
b) Pengawasan pelaksanaan administrasi.
c) Melaksanakan program kendali mutu (PMI dan PME) dan mengintegrasikan program mutu laboratorium dengan program Manajemen Fasilitas dan Keamanan serta program
d) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit.
e) Melakukan pemantauan dan evaluasi semua jenis pelayanan laboratorium.
f) Mereview dan menindak lanjuti hasil pemeriksaan laboratorium rujukan.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PP 3.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur rumah sakit menetapkan D : Regulasi
penanggung jawab laboratorium Regulasi adanya penetapan penanggung jawab 10
yang memiliki kompetensi sesuai laboratorium yang memiliki kompetensi sesuai ketentuan 0
ketentuan perundang-undangan perundang-undangan
b) Terdapat bukti pelaksanaan Pj. Laboratorium D : Bukti I : Wawancara
10
tanggung jawab pimpinan Ka Unit Laboratorium Bukti tentang pelaksanaan tanggung jawab pimpinan Wawancara tentang pelaksanaan
5
laboratorium sesuai poin a) - f) laboratorium sesuai poin a) - f) pada maksud dan tujuan tanggung jawab pimpinan laboratorium
0
pada maksud dan tujuan.
7). Standar PP 3.2
Staf laboratorium mempunyai pendidikan, pelatihan, kualifikasi dan pengalaman yang dipersyaratkan untuk mengerjakan pemeriksaan.

8). Maksud dan Tujuan PP 3.2


Syarat pendidikan, pelatihan, kualifikasi dan pengalaman ditetapkan rumah sakit bagi mereka yang memiliki kompetensi dan kewenangan diberi ijin mengerjakan pemeriksaan
laboratorium, termasuk yang mengerjakan pemeriksaan di tempat tidur pasien (POCT). Interpretasi hasil pemeriksaan dilakukan oleh dokter yang kompeten dan berwenang. Pengawasan
terhadap staf yang mengerjakan pemeriksaan diatur oleh regulasi RS. Staf pengawas dan staf pelaksana diberi orientasi tugas mereka. Staf pelaksana diberi tugas sesuai latar
belakang pendidikan dan pengalaman. Unit kerja laboratorium menyusun dan melaksanakan pelatihan staf yang memungkinkan staf mampu melakukan tugas sesuai dengan uraian
tugasnya.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian PP 3.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

206
a) Staf laboratorium yang membuat Pj. Laboratorium D : Regulasi I : Wawancara
interpretasi telah memenuhi Staf Unit Laboratorium Regulasi tentang staf laboratorium yang membuat Wawancara tentang kompetensi staf
10
persyaratan kredensial. Komite Nakes lainnya interpretasi telah memenuhi persyaratan kredensial. laboratorium yang membuat
5
D : Bukti interpretasi
0
Bukti staf laboratorium yang membuat interpretasi telah
memenuhi persyaratan kredensial.
b) Staf laboratorium dan staf lain yang Pj. Laboratorium D : Regulasi I : Wawancara
melaksanakan pemeriksaan termasuk Staf Unit Laboratorium Regulasi tentang staf laboratorium dan staf lain yang Wawancara tentang pemeriksaan
yang mengerjakan Point-of-care Komite Nakes lainnya melaksanakan pemeriksaan termasuk yang mengerjakan POCT memenuhi persyaratan
testing (POCT), memenuhi Point-of-care testing (POCT), memenuhi persyaratan kredensial 10
persyaratan kredensial. kredensial. 5
D : Bukti 0
Bukti kompetensi staf laboratorium dan staf lain yang
melaksanakan pemeriksaan termasuk yang mengerjakan
Point-of-care testing (POCT)
10). Standar PP 3.3
Rumah Sakit menetapkan kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan regular dan pemeriksaan segera (cito).

11). Maksud dan Tujuan PP 3.3


Rumah sakit menetapkan kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan laboratorium. Penyelesaian pemeriksaan laboratorium dilaporkan sesuai kebutuhan pasien. Hasil pemeriksaan segera
(cito), antara lain dari unit gawat darurat, kamar operasi, unit intensif diberi perhatian khusus terkait kecepatan hasil pemeriksaan. Jika pemeriksaan dilakukan melalui kontrak
(pihak ketiga) atau laboratorium rujukan, kerangka waktu melaporkan hasil pemeriksaan juga mengikuti ketentuan rumah sakit.
TELUSUR
12). Elemen Penilaian PP 3.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara
menerapkan kerangka waktu Pj. Laboratorium Regulasi rumah sakit tentang kerangka waktu penyelesaian Wawancara tentang kerangka waktu
penyelesaian pemeriksaan Ka/staf Unit Lab pemeriksaan laboratorium regular dan cito. penyelesaian pemeriksaan laboratorium 10
laboratorium regular dan cito. D : Bukti regular dan cito. 5
Bukti penyelesaian pemeriksaan laboratorium regular dan 0
cito sesuai kerangka waktu yang ditetapkan dalam regulasi
rumah sakit
b) Terdapat bukti pencatatan dan Pj. Laboratorium D : Bukti I : Wawancara
10
evaluasi waktu penyelesaian Ka/staf Unit Lab Bukti pencatatan dan pelaksanaan evaluasi waktu Wawancara tentang pencatatan dan
5
pemeriksaan laboratorium. penyelesaian pemeriksaan laboratorium pelaksanaan evaluasi waktu
0
penyelesaian pemeriksaan laboratorium
c) Terdapat bukti pencatatan dan PJ Laboratorium D : Bukti I : Wawancara 10
evaluasi waktu penyelesaian Ka/staf Unit Lab Bukti pencatatan dan pelaksanaan evaluasi waktu Wawancara tentang tentang pencatatan 5
pemeriksaan cito. penyelesaian pemeriksaan cito. dan pelaksanaan evaluasi waktu 0

207
penyelesaian pemeriksaan laboratorium
cito

d) Terdapat bukti pencatatan dan Pj. Laboratorium D : Bukti I : Wawancara


10
evaluasi pelayanan laboratorium Ka/staf Unit Lab Bukti pencatatan dan pelaksanaan evaluasi Wawancara tentang bukti pencatatan
5
rujukan. pelayanan laboratorium rujukan. dan evaluasi pelayanan laboratorium
0
rujukan.
13). Standar PP 3.4
Rumah sakit memiliki prosedur pengelolaan semua reagensia esensial dan di evaluasi secara berkala pelaksaksanaannya.

14). Maksud dan Tujuan PP 3.4


Rumah sakit menetapkan reagensia dan bahan-bahan lain yang selalu harus ada untuk pelayanan laboratorium bagi pasien. Suatu proses yang efektif untuk pemesanan atau
menjamin ketersediaan reagensia esensial dan bahan lain yang diperlukan. Semua reagensia disimpan dan didistribusikan sesuai prosedur yang ditetapkan. Dilakukan audit secara
periodik untuk semua reagensia esensial untuk memastikan akurasi dan presisi hasil pemeriksaan, antara lain untuk aspek penyimpanan, label, kadaluarsa dan fisik. Prosedur tertulis
memastikan pemberian label secara lengkap dan akurat untuk reagensia dan larutan dan akurasi serta presisi dari hasil.
TELUSUR
15). Elemen Penilaian PP 3.4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat bukti pelaksanaan semua Pj. Laboratorium D : Regulasi I : Observasi
reagensia esensial disimpan dan Ka/staf Unit Lab Regulasi tentang pelaksanaan semua reagensia esensial I : Wawancara
diberi label, serta didistribusi sesuai Ka Unit Farmasi disimpan dan diberi label, serta didistribusi sesuai prosedur Observasi/wawancara tentang
10
prosedur dari pembuatnya atau dari pembuatnya atau instruksi pada kemasannya pelaksanaan semua reagensia esensial
5
instruksi pada kemasannya D : Bukti disimpan dan diberi label, serta
0
Bukti tentang pelaksanaan semua reagensia esensial didistribusi sesuai prosedur dari
disimpan dan diberi label, serta didistribusi sesuai prosedur pembuatnya atau instruksi pada
dari pembuatnya atau instruksi pada kemasannya kemasannya.
b) Terdapat bukti pelaksanaan evaluasi/ Pj. Laboratorium D : Bukti I : Observasi
audit semua reagen. Ka/staf Unit Lab Bukti tentang pelaksanaan evaluasi/audit semua reagen I : Wawancara 10
Observasi/wawancara tentang 5
pelaksanaan evaluasi/audit semua 0
reagen
16). Standar PP 3.5
Rumah sakit memiliki prosedur untuk cara pengambilan, pengumpulan, identifikasi, pengerjaan, pengiriman, penyimpanan, dan pembuangan spesimen.

208
17). Maksud dan Tujuan PP 3.5
Prosedur pelayanan laboratorium meliputi minimal tapi tidak terbatas pada:
a) Permintaan pemeriksaan.
b) Pengambilan, pengumpulan dan identifikasi spesimen.
c) Pengiriman, pembuangan, penyimpanan dan pengawetan spesimen.
d) Penerimaan, penyimpanan, telusur spesimen (tracking).

TELUSUR
18). Elemen Penilaian PP 3.5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pengelolaan spesimen dilaksanakan Pj. Laboratorium D : Regulasi I : Observasi
sesuai poin a) - d) pada maksud dan Ka/staf Unit Lab Regulasi pengelolaan specimen dilaksanakan sesuai poin a) I : Wawancara
10
tujuan. - d) pada maksud dan Observasi/wawancara tentang
5
tujuan. D : Bukti pengelolaan specimen laboratorium
0
Bukti tentang pelaksanaan pengelolaan spesimen sesuai
regulasi meliputi poin a) - d) pada maksud dan tujuan.
b) Terdapat bukti pemantauan dan Pj. Laboratorium D : Bukti tentang pelaksanaan pemantauan dan evaluasi I : Observasi
evaluasi terhadap pengelolaan Ka/staf Unit Lab terhadap pengelolaan spesimen. I : Wawancara 10
spesimen. Observasi/wawancara tentang 5
pelaksanaan pemantauan dan evaluasi 0
terhadap pengelolaan spesimen.
19). Standar PP 3.6
Rumah sakit menetapkan nilai normal dan rentang nilai untuk interpretasi dan pelaporan hasil laboratorium klinis.

20). Maksud dan Tujuan PP 3.6


Rumah sakit menetapkan rentang nilai normal/rujukan setiap jenis pemeriksaan. Rentang nilai dilampirkan di dalam laporan klinik, baik sebagai bagian dari pemeriksaan atau
melampirkan daftar terkini, nilai ini yang ditetapkan pimpinan laboratorium. Jika pemeriksaan dilakukan oleh laboratorium rujukan, rentang nilai diberikan. Selalu harus dievaluasi dan
direvisi apabila metode pemeriksaan berubah.
TELUSUR
21.) Elemen Penilaian PP 3.6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan dan Pj. Laboratorium D : Regulasi I : wawancara
mengevaluasi rentang nilai normal Ka/staf Unit Lab Regulasi tentang rentang nilai normal untuk interpretasi, Wawancara tentang penetapan dan
10
untuk interpretasi, pelaporan hasil Komite medik pelaporan hasil laboratorium klinis evaluasi rentang nilai normal untuk
5
laboratorium klinis. D : Bukti interpretasi, pelaporan hasil
0
Bukti adanya evaluasi rentang nilai normal untuk laboratorium klinis
interpretasi, pelaporan hasil laboratorium klinis

209
b) Setiap hasil pemeriksaan Pj. Laboratorium D : Bukti I : Wawancara 10
laboratorium dilengkapi dengan Ka/staf Unit Lab Bukti hasil pemeriksaan laboratorium dilengkapi dengan Wawancara pemeriksaan laboratorium 5
rentang nilai normal. Komite medik rentang nilai normal dilengkapi dengan rentang nilai normal 0
22). Standar PP 3.7
Rumah sakit melaksanakan prosedur kendali mutu pelayanan laboratorium, di evaluasi dan dicatat sebagai dokumen.

23). Maksud dan Tujuan PP 3.7


Kendali mutu yang baik sangat esensial bagi pelayanan laboratorium agar laboratorium dapat memberikan layanan prima. Program kendali mutu di laboratorium mencakup pemantapan
mutu internal (PMI) dan pemantauan mutu eksternal (PME). Tahapan PMI praanalitik, analitik dan pascaanalitik yang memuat antara lain:
a) Validasi tes yang digunakan untuk tes akurasi, presisi, hasil rentang nilai;
b) Dilakukan surveilans hasil pemeriksaan oleh staf yang kompeten;
c) Reagensia di tes;
d) Koreksi cepat jika ditemukan kekurangan;
e) Dokumentasi hasil dan tindakan koreksi; dan
f) Pemantapan Mutu Eksternal.
TELUSUR
24). Elemen Penilaian PP 3.7 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat bukti bahwa unit Pj. Laboratorium D : Bukti I : Observasi
laboratorium telah melakukan Ka/staf Unit Lab Bukti tentang pelaksanaan unit laboratorium telah I : Wawancara
10
pemantapan Mutu Internal (PMI) melakukan Pemantapan Mutu Internal (PMI) secara rutin Observasi/wawancara tentang
5
secara rutin yang meliputi poin a-e yang meliputi a) – e) pada maksud dan tujuan pelaksanaan PMI
0
pada maksud dan tujuan.

b) Terdapat bukti bahwa unit Pj. Laboratorium D : Bukti I : Observasi


10
laboratorium telah melakukan Ka/staf Unit Lab Bukti tentang pelaksanaan unit laboratorium telah I : Wawancara
5
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) melakukan Pemantapan Mutu eksternal (PME) secara rutin. Observasi/wawancara tentang
0
secara rutin. pelaksanaan PME
25). Standar PP 3.8
Rumah sakit bekerjasama dengan laboratorium rujukan yang terakreditasi.

26). Maksud dan Tujuan PP 3.8


Untuk memastikan pelayanan yang aman dan bermutu rumah sakit memiliki perjanjian kerjasama dengan laboratorium rujukan. Perjanjian kerjasama ini bertujuan agar rumah sakit
memastikan bahwa laboratorium rujukan telah memenhi persyaratan dan terakreditasi. Perjanjian kerjasama mencantumkan hal hal yang harus ditaati kedua belah pihak dan
perjanjian dievaluasi secara berkala oleh pimpinan rumah sakit.

210
TELUSUR
27). Elemen Penilaian dari PP 3.8 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Unit laboratorium memiliki bukti Pj. Laboratorium D : Bukti I : Wawancar 10
sertifikat akreditasi laboratorium Ka/staf Unit Lab Bukti tentang unit laboratorium memiliki bukti sertifikat Wawancara tentang sertifikat akreditasi 5
rujukan yang masih berlaku. akreditasi laboratorium rujukan yang masih berlaku laboratorium 0
b) Telah dilakukan pemantauan dan Pj. Laboratorium D : Bukti I : Wawancara
evaluasi kerjasama pelayanan Ka/staf Unit Lab Bukti perjanjian kerjasama dengan laboratorium rujukan Wawancara tentang pemantauan dan 10
kontrak sesuai dengan kesepakatan dan dilakukan pemantauan dan evaluasi kerjasama evaluasi kerjasama pelayanan kontrak 5
kedua belah pihak. pelayanan kontrak sesuai dengan kesepakatan kedua belah sesuai dengan kesepakatan kedua belah 0
pihak. pihak.
28). Standar PP 3.9
Rumah Sakit menetapkan regulasi tentang penyelenggara pelayanan darah dan menjamin pelayanan yang diberikan sesuai peraturan dan perundang-undangan dan standar pelayanan.

29). Maksud dan Tujuan PP 3.9


Jika terdapat pelayanan yang direncanakan untuk penggunaan darah dan produk darah, maka dalam hal ini diperlukan persetujuan tindakan khusus. Rumah sakit mengidentifikasi
prosedur berisiko tinggi di dalam perawatan yang membutuhkan persetujuan, diantaranya adalah pemberian darah dan produk darah.
TELUSUR
30). Elemen Penilaian PP 3.9 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan regulasi D : Regulasi.
tentang penyelenggaraan pelayanan Regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan darah di RS
darah di rumah sakit. A : Acuan
1. PP No 7 tahun 2011 tentang Pelayaban Darah 10
2. PERMENKES No. 83 tahun 2014 UTD, BDRS 0
dan jejaring pelayanan transfusi darah
3. PERMENKES No 91 Tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Transfusi Darah
b) Penyelenggaraan pelayanan darah Pj. Laboratorium D : Regulasi I : Wawancara
dibawah tanggung jawab seorang Ka/staf Unit lab/ Regulasi penyelenggaraan pelayanan darah dibawah Wawancara tentang tanggung jawab
10
staf yang kompeten. BDRS/ UTD-RS tanggung jawab seorang staf yang kompeten. penyelenggaraan pelayanan darah
5
D : Bukti oleh staf yang kompeten
0
Bukti tentang penyelenggaraan pelayanan darah dibawah
tanggung jawab seorang staf yang kompeten.
c) Rumah sakit telah melakukan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara
pemantauan dan evaluasi mutu Pj. Laboratorium Bukti tentang pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mutu Wawancara tentang pelaksanaan 10
terhadap penyelenggaran pelayanan Ka/staf Unit lab/ terhadap penyelenggaran pelayanan darah di rumah pemantauan dan evaluasi mutu 5
darah di rumah sakit. BDRS/ UTD-RS sakit. terhadap penyelenggaran pelayanan 0
Komite/tim Mutu darah di rumah sakit.

211
d) Rumah sakit menerapkan proses PPA D : Bukti I : Wawancara
persetujuan tindakan pasien untuk Pasien/keluarga Bukti rumah sakit menerapkan proses persetujuan tindakan Wawancara tentang persetujuan 10
pemberian darah dan produk darah. pasien untuk pemberian darah dan produk darah. tindakan pasien untuk pemberian darah 5
dan produk darah. 0
d. Pelayanan Radiologi Klinik
1). Standar PP 4
Pelayanan radiologi klinik menetapkan regulasi pelayanan radiologi klinis di rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan PP 4
Pelayanan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional (RIR) meliputi:
a) Pelayanan radiodiagnostik;
b) Pelayanan diagnostik Imajing; dan
c) Pelayanan radiologi intervensional.
Rumah sakit menetapkan sistem yang terintegrasi untuk menyelenggarakan pelayanan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional yang dibutuhkan pasien, asuhan klinis
dan Profesional Pemberi Asuhan (PPA). Pelayanan radiologi klinik buka 24 jam, 7 (tujuh) hari seminggu sesuai dengan kebutuhan pasien.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PP 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah Sakit menetapkan dan D : Regulasi
melaksanakan regulasi pelayanan Regulasi tentang pelayanan radiologi klinik di rumah sakit
10
radiologi klinik. A : Acuan
0
PERMENKES No. 24 Tahun 2020 tentang Pelayanan
Radiologi Klinik
b) Terdapat pelayanan radiologi klinik Pimpinan RS D: Bukti I : Wawancara
selama 24 jam, 7 (tujuh) hari Pj. Radiologi Bukti tentang pelayanan radiologi klinik selama 24 jam, 7 Wawancara tentang pelayanan 10
seminggu, sesuai dengan kebutuhan Staf Unit Radiolagi (tujuh) hari seminggu, sesuai dengan kebutuhan pasien.) radiologi klinik selama 24 jam, 7 5
pasien. Pelayanan radiologi klinik selama 24 jam, 7 (tujuh) hari (tujuh) hari seminggu, sesuai dengan 0
seminggu, sesuai dengan kebutuhan pasien. kebutuhan pasien.
4). Standar PP 4.1
Rumah Sakit menetapkan seorang yang kompeten dan berwenang, bertanggung jawab mengelola pelayanan RIR.

212
5). Maksud dan Tujuan PP 4.1
Pelayanan Radiodiagnostik, Imajing dan Radiologi Intervensional berada dibawah pimpinan seorang yang kompeten dan berwenang memenuhi persyaratan peraturan perundangan.
Pimpinan radiologi klinik bertanggung jawab mengelola fasilitas dan pelayanan RIR, termasuk pemeriksaan yang dilakukan di tem pat tidur pasien (POCT), juga tanggung jawabnya
dalam melaksanakan regulasi RS secara konsisten, seperti pelatihan, manajemen logistik, dan sebagainya. Tanggung jawab pimpinan pelayanan radiologi diagnostik imajing, dan
radiologi intervensional antara lain:
a) Menyusun dan evaluasi regulasi.
b) Pengawasan pelaksanaan administrasi.
c) Melaksanakan program kendali mutu (PMI dan PME) dan mengintegrasikan program mutu radiologi dengan program Manajemen Fasilitas dan Keamanan serta program
d) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit.
e) Memonitor dan evaluasi semua jenis pelayanan RIR
f) Mereviu dan menindak lanjuti hasil pemeriksaan pelayanan RIR rujukan.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PP 4.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Direktur menetapkan penanggung D : Regulasi
jawab radiologi klinik yang memiliki Regulasi berupa penetapan penanggung jawab radiologi 10
kompetensi sesuai ketentuan klinik yang memiliki kompetensi sesuai ketentuan dengan 0
dengan peraturan perundang- peraturan perundang-undangan.
undangan.
b) Terdapat bukti pengawasan Pj. Radiologi D : Bukti I : Observasi
pelayanan radiologi klinik oleh Ka/staf Unit Radiologi Bukti pengawasan pelayanan radiologi klinik oleh I : Wawancara 10
penanggung jawab radiologi klinik Komite/tim Mutu penanggung jawab radiologi klinik sesuai poin a) – e) pada Observasi/wawancara tentang 5
sesuai poin a) – e) pada maksud maksud dan tujuan. pengawasan pelayanan radiologi klinik 0
dan oleh penanggung jawab radiologi
tujuan.
7). Standar PP 4.2
Semua staf radiologi klinik mempunyai pendidikan, pelatihan, kualifikasi dan pengalaman yang dipersyaratkan untuk mengerjakan pemeriksaan.

8). Maksud dan Tujuan PP 4.2


Rumah sakit menetapkan mereka yang bekerja sebagai staf radiologi dan diagnostik imajing yang kompeten dan berwenang melakukan pemeriksaan radiodiagnostik, imajing dan radiologi
intervensional, pembacaan diagnostik imajing, pelayanan pasien di tempat tidur (POCT), membuat interpretasi, melakukan verifikasi dan serta melaporkan hasilnya, serta mereka
yang mengawasi prosesnya.
Staf pengawas dan staf pelaksana teknikal mempunyai latar belakang pelatihan, pengalaman, ketrampilan dan telah menjalani orientasi tugas pekerjaannya. Staf teknikal diberi
tugas pekerjaan sesuai latar belakang pendidikan dan pengalaman mereka. Sebagai tambahan, jumlah staf cukup tersedia untuk melakukan tugas, membuat interpretasi, dan melaporkan
segera hasilnya untuk layanan darurat.
TELUSUR
9). Elemen Penilaian PP 4.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

213
a) Staf radiologi klinik yang membuat Komite Medik D : Regulasi I : wawancara
interpretasi telah memenuhi Pj. Radiologi Regulasi staf radiologi klinik yang membuat interpretasi Wawancara tentang persyaratan
10
persyaratan kredensial Staf Unit Radiologi telah memenuhi persyaratan kredensial kredensial staf radiologi klinik yang
5
D : Bukti membuat interpretasi
0
Bukti persyaratan kredensial staf radiologi klinik yang
membuat interpretasi
b) Staf radiologi klinik dan staf lain Komite Nakes lain D : Regulasi I : Observasi
yang melaksanakan pemeriksaan Pj. Radiologi Regulasi tentang staf radiologi klinik dan staf lain yang I : Wawancara
termasuk yang mengerjakan Staf Unit Radiologi melaksanakan pemeriksaan termasuk yang mengerjakan Observasi/wawancara tentang
tindakan di ruang rawat pasien, tindakan di ruang rawat pasien, memenuhi persyaratan pelaksanaan pemeriksaan termasuk
10
memenuhi persyaratan kredensial. kredensial. yang mengerjakan tindakan di ruang
5
D : Bukti rawat pasien
0
Bukti tentang staf radiologi klinik dan staf lain yang
melaksanakan pemeriksaan termasuk yang mengerjakan
tindakan di ruang rawat pasien, memenuhi persyaratan
kredensial.
10). Standar PP 4.3
Rumah sakit menetapkan kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan radiologi klinik regular dan cito.

11). Maksud dan Tujuan PP 4.3


Rumah sakit menetapkan kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan radiologi dan diagnostik imajing. Penyelesaian pemeriksaan radiodiagnostik, imajing dan radiologi
intervensional (RIR) dilaporkan sesuai kebutuhan pasien. Hasil pemeriksaan cito, antara lain dari unit darurat, kamar operasi, unit intensif diberi perhatian khusus terkait kecepatan
hasil pemeriksaan. Jika pemeriksaan dilakukan melalui kontrak (pihak ketiga) atau radiologi rujukan, kerangka waktu melaporkan hasil pemeriksaan mengikuti ketentuan rumah
sakit dan MOU dengan radiodiagnostik, imajing dan radiologi intervensional (RIR) rujukan.

TELUSUR SKOR
12). Elemen Penilaian PP 4.3 SASARAN
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan kerangka D : Regulasi
waktu penyelesaian pemeriksaan Regulasi tentang kerangka waktu penyelesaian 10
radiologi klinik. pemeriksaan radiologi klinik. 0
b) Dilakukan pencatatan dan evaluasi Pj. Radiologi D : Bukti I : Wawancara
10
waktu penyelesaian pemeriksaan Staf Unit Radiologi Bukti dilakukan pencatatan dan evaluasi Wawancara tentang pencatatan dan
5
radiologi klinik. waktu penyelesaian pemeriksaan radiologi evaluasi waktu penyelesaian
0
klinik. pemeriksaan radiologi klinik.
c) Dilakukan pencatatan dan evaluasi Pj. Radiologi D : Bukti II : Wawancara
10
waktu penyelesaian pemeriksaan Staf Unit Radiologi Bukti dilakukan pencatatan dan evaluasi Wawancara tentang pencatatan dan
5
cito. waktu penyelesaian pemeriksaan radiologi evaluasi waktu penyelesaian
pemeriksaan radiologi klinik cito. 0
klinik cito

214
d) Terdapat bukti pencatatan dan Pj. Radiologi D : Bukti II : Wawancara 10
evaluasi pelayanan radiologi Staf Unit Radiologi Bukti pencatatan dan evaluasi pelayanan radiologi rujukan. Wawancara tentang pencatatan dan 5
rujukan. evaluasi pelayanan radiologi rujukan. 0
13). Standar PP 4.4
Film X-ray dan bahan lainnya tersedia secara teratur.

14). Maksud dan tujuan PP 4.4


Untuk menjamin pelayanan radiologi dapat berjalan dengan baik maka pimpinan rumah sakit harus memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan radiologi. Perencanaan
kebutuhan dan pengelolaan bahan habis pakai dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.
TELUSUR
15). Elemen Penilaian PP 4.4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan proses D : Regulasi
pengelolaan logistik film x-ray, Regulasi tentang proses pengelolaan logistik film x-ray, 10
reagens, dan bahan lainnya, termasuk reagens, dan bahan lainnya, termasuk kondisi bila terjadi 0
kondisi bila terjadi kekosongan. kekosongan.
b) Semua film x-ray disimpan dan Pj. Radiologi D ; Regulasi I : Observasi
diberi label, serta didistribusi sesuai Staf Unit Radiologi Regulasi semua film x-ray disimpan dan diberi label, serta I : Wawancara
pedoman dari pembuatnya atau didistribusi sesuai pedoman dari pembuatnya atau instruksi Observasi/wawancara tentang semua
10
instruksi pada kemasannya. pada kemasannya. film x-ray disimpan dan diberi label,
5
D : Bukti serta didistribusi sesuai pedoman dari
0
Bukti semua film x-ray disimpan dan diberi label, serta pembuatnya atau instruksi pada
didistribusi sesuai pedoman dari pembuatnya atau instruksi kemasannya.
pada kemasannya.
16). Standar PP 4.5
Rumah sakit menetapkan program kendali mutu, dilaksanakan, divalidasi dan didokumentasikan.

17). Maksud dan Tujuan PP 4.5


Kendali mutu dalam pelayanan radiodiagnostik terdiri dari Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal. Kedua hal tersebut dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundangan.
TELUSUR
18). Elemen Penilaian PP 4.5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat bukti bahwa unit radiologi Pj. Radiologi D : Bukti I : Observasi
10
klinik telah melaksanakan Staf Unit Radiologi Bukti bahwa unit radiologi klinik telah melaksanakan I : Wawancara
5
Pemantapan Mutu Internal (PMI). Pemantapan Mutu Internal (PMI). Observasi/wawancara tentang
0
pelaksanaan PMI

215
b) Terdapat bukti bahwa unit radiologi Pj. Radiologi D : Bukti I : Observasi
10
klinik melaksanakan Pemantapan Staf Unit Radiologi Bukti bahwa unit radiologi klinik melaksanakan I : Wawancara
5
Mutu Eksternal (PME). Pemantapan Mutu Eksternal (PME). Observasi/wawancara tentang
0
pelaksanaan PME

216
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN

> 80% Terpenuhi Lengkap


20-79% Terpenuhi Sebagian
<20% Tidak Terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan
4. Pelayanan Dan Asuhan Pasien (PAP)
Gambaran Umum
Tanggung jawab rumah sakit dan staf yang terpenting adalah memberikan asuhan dan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif, kolaborasi,
dan standardisasi proses untuk memastikan bahwa rencana, koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan unik pasien dan target. Asuhan
tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau rehabilitatif termas uk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif, atau kombinasinya, yang berdasar atas
pengkajian awal dan pengkajian ulang pasien. Area asuhan risiko tinggi (termasuk resusitasi dan transfusi) serta asuhan untuk pasien risiko tinggi atau kebutuhan populasi khusus yang
membutuhkan perhatian tambahan. Asuhan pasien dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) dengan banyak disiplin dan staf klinis. Semua staf yang terlibat dalam asuhan pasien
harus memiliki peran yang jelas, ditentukan oleh kompetensi dan kewenangan, kredensial, sertifikasi, hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan
kebijakan rumah sakit, atau uraian tugas wewenang (UTW). Beberapa asuhan dapat dilakukan oleh pasien/keluarganya atau pemberi asuhan terlatih ( care giver). Pelak sanaan
asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan oleh semua profesional pemberi asuhan (PPA) dapat dibantu oleh staf klinis. Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan
dengan beberapa elemen:
a) Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan klinis/ketua tim PPA (clinical leader).
b) PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, menggunakan panduan praktik klinis (PPK), alur klinis/clinical pathway terintegrasi algoritma, protokol,
prosedur, standing order, dan catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
c) Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager menjaga kesinambungan pelayanan.
d) Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan bersama PPA
a. Pemberian Pelayanan Untuk Semua Pasien
1). Standar PAP 1
Pelayanan dan asuhan yang seragam diberikan untuk semua pasien sesuai peraturan perundang-undangan.
2). Maksud dan Tujuan PAP 1
Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapat mutu asuhan yang seragam di rumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip mutu asuhan yang
setingkat, pimpinan harus merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan pasien. Secara khusus, pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada berbagai unit
kerja sesuai dengan regulasi yang ditetapkan rumah sakit. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit menyediakan tingkat mutu asuhan yang sama setiap hari
dalam seminggu dan pada setiap shift. Regulasi tersebut harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga proses pelayanan pasien dapat diberikan secara kolaboratif.
Asuhan pasien yang seragam tercermin dalam mendapatkan hal-hal berikut:
a) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak bergantung pada kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembayaran.
b) Akses untuk asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh PPA yang kompeten tidak bergantung pada hari atau jam yaitu 7 (tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam

217
c) Kondisi pasien menentukan sumber daya yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhannya
d) Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di semua unit pelayanan di rumah sakit misalnya pelayanan anestesi.
e) Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang sama akan menerima tingkat asuhan keperawatan yang sama di semua unit pelayanan di rumah sakit.
Keseragaman dalam memberikan asuhan pada semua pasien akan menghasilkan penggunaan sumber daya yang efektif dan memungkinkan dilakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang
sama di semua unit pelayanan di rumah sakit.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulasi D : Regulasi.
tentang Pelayanan dan Asuhan Pasien Regulasi tentang pelayanan dan asuhan 10
(PAP) yang meliputi poin a) – d) pasien meliputi poin a) – d) dalam gambaran 0
dalam gambaran umum. umum.
b) Asuhan yang seragam diberikan DPJP D : Bukti I : Wawancara
kepada setiap pasien meliputi poin a) PPA lainnya Bukti dalam rekam medik tentang pelayanan Wawancara tentang tentang pelayanan yang 10
– e) dalam maksud dan tujuan MPP yang seragam meliputi poin a) – e) dalam seragam meliputi poin a) – e) dalam maksud 5
maksud dan tujuan. dan tujuan. 0
4). Standar PAP 1.1
Proses pelayanan dan asuhan pasien yang terintegrasi serta terkoordinasi telah dilakukan sesuai instruksi.

218
5). Maksud dan Tujuan PAP 1.1
Proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak PPA dan berbagai unit pelayanan. Agar proses pelayanan dan asuhan pasien menjadi efisien,
penggunaan sumber daya manusia dan sumber lainnya menjadi efektif, dan hasil akhir kondisi pasien menjadi lebih baik maka diperlukan integrasi dan koordinasi. Kepala unit pelayanan
menggunakan cara untuk melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan serta asuhan lebih baik (misalnya, pemberian asuhan pasein secara tim oleh para PPA, ronde pasien
multidisiplin, formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), dan manajer pelayanan pasien/case manager).
Instruksi PPA dibutuhkan dalam pemberian asuhan pasien misalnya instruksi pemeriksaan di laboratorium (termasuk Patologi Anatomi), pemberian obat, asuhan keperawatan
khusus, terapi nurtrisi, dan lain-lain. Instruksi ini harus tersedia dan mudah diakses sehingga dapat ditindaklanjuti tepat waktu misalnya dengan menuliskan instruksi pada formulir
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dalam rekam medis atau didokumentasikan dalam elektronik rekam medik agar staf memahami kapan instruksi harus dilakukan, dan siapa
yang akan melaksanakan instruksi tersebut.
Setiap rumah sakit harus mengatur dalam regulasinya:
a) Instruksi seperti apa yang harus tertulis/didokumentasikan (bukan instruksi melalui telepon atau instruksi lisan saat PPA yang memberi instruksi sedang berada di
tempat/rumah sakit), antara lain:
(1) Instruksi yang diijinkan melalui telepon terbatas pada situasi darurat dan ketika dokter tidak berada di tempat/di rumah sakit.
(2) Instruksi verbal diijinkan terbatas pada situasi dimana dokter yang memberi instruksi sedang melakukan tindakan/prosedur steril.
b) Permintaan pemeriksaan laboratorium (termasuk pemeriksaan Patologi Anatomi) dan diagnostik imajing tertentu harus disertai indikasi klinik
c) Pengecualian dalam kondisi khusus, misalnya di unit darurat dan unit intensif
d) Siapa yang diberi kewenangan memberi instruksi dan perintah catat di dalam berkas rekam medik/sistem elektronik rekam medik sesuai regulasi rumah sakit
Prosedur diagnostik dan tindakan klinis, yang dilakukan sesuai instruksi serta hasilnya didokumentasikan di dalam rekam medis pasien. Contoh prosedur dan tindakan misalnya endoskopi,
kateterisasi jantung, terapi radiasi, pemeriksaan Computerized Tomography (CT), dan tindakan serta prosedur diagnostik invasif dan non-invasif lainnya. Informasi mengenai siapa yang
meminta dilakukannya prosedur atau tindakan, dan alasan dilakukannya prosedur atau tindakan tersebut didokumentasikan dalam rekam medik.
Di rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik invasif/berisiko, termasuk pasien yang dirujuk dari luar, juga harus dilakukan pengkajian serta pencatatannya dalam rekam medis.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 1.1 SASARAN DOKUMEN IMPLEMENTASI SKOR
a) Rumah sakit telah melakukan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara.
pelayanan dan asuhan yang DPJP Regulasi tentang pelayanan dan asuhan yang Wawancara tentang pelayanan dan asuhan
terintegrasi serta terkoordinasi PPA lainnya terintegrasi serta terkoordinasi kepada setiap yang terintegrasi serta terkoordinasi kepada
kepada setiap pasien. MPP pasien. setiap pasien 10
D : Bukti 5
Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit 0
telah melakukan pelayanan dan asuhan
yang terintegrasi serta terkoordinasi kepada
setiap pasien (form CPPT, form MPP)

219
b) Rumah sakit telah menetapkan Pimpinan RS D : Regulasi I ; Wawancara
kewenangan pemberian instruksi Komite Medik Regulasi tentang kewenangan pemberian Wawancara tentang tata cara pemberian
oleh PPA yang kompeten, tata cara DPJP instruksi oleh PPA yang kompeten, tata cara instruksi oleh PPA yang kompeten.
pemberian instruksi dan PPA lainnya pemberian instruksi dan 10
pendokumentasiannya. pendokumentasiannya. 5
D ; Bukti 0
Bukti kompetensi pemberi instruksi oleh PPA
yang kompeten (SPK, RKK)
c) Permintaan pemeriksaan DPJP D : Regulasi I ; Wawancara
laboratorium dan diagnostik imajing PPA lainnya Regulasi tentang permintaan pemeriksaan Wawancara tentang pengisian formulir
harus disertai indikasi klinis a Staf Unit Lab dan radiologi laboratorium dan diagnostik imajing yang permintaan pemeriksaan laboratorium
Pelayanan Anestesi Dan Bedah harus disertai indikasi klinis apabila 10
(PAB)ila meminta hasilnya berupa meminta hasilnya berupa interpretasi. 5
interpretasi. D : Bukti 0
Bukti dalam rekam medik tentang pengisian
formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium
d) Prosedur dan tindakan telah DPJP D : Regulasi I : Wawancara
dilakukan sesuai instruksi dari PPA PPA lainnya Regulasi tentang¨ prosedur dan tindakan telah Wawancara tentang prosedur dan tindakan
yang memberikan instruksi, alasan dilakukan sesuai instruksi dari PPA serta yang telah dilakukan sesuai instruksi dari PPA
dilakukan prosedur atau tindakan alasan dilakukan prosedur atau tindakan dan serta alasan dilakukan prosedur atau
10
serta hasilnya telah hasilnya tindakan dan hasilnya
5
didokumentasikan di dalam rekam D : Bukti
0
medis pasien. Bukti dalam rekam medik bahwa prosedur
dan tindakan telah dilakukan sesuai instruksi
dari PPA serta alasan dilakukan prosedur atau
tindakan dan hasilnya
e) Pasien yang menjalani tindakan DPJP D : Regulasi I : Wawancara
invasif/berisiko di rawat jalan telah PPA lainnya Regulasi tentang pasien yang akan menjalani Wawancara tentang pengkajian pra tindakan
dilakukan pengkajian dan Staf Klinis Terkait tindakan invasif/berisiko di rawat jalan harus invasif/beresiko
didokumentasikan dalam rekam dilakukan pengkajian. 10
medis. D : Bukti 5
Bukti dalam rekam medik bahwa pasien yang 0
menjalani tindakan invasif/berisiko di rawat
jalan telah dilakukan pengkajian.

7). Standar PAP 1.2


Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan didokumentasikan

220
8). Maksud dan Tujuan Standar PAP 1.2
Rencana asuhan merangkum asuhan dan pengobatan/tindakan yang akan diberikan kepada seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh
PPA untuk menegakkan atau mendukung diagnosis yang disusun dari hasil pengkajian. Tujuan utama rencana asuhan adalah memperoleh hasil klinis yang optimal. Proses perencanaan
bersifat kolaboratif menggunakan data yang berasal dari pengkajian awal dan pengkajian ulang yang di buat oleh para PPA (dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, dan lain-lainnya) Rencana
asuhan dibuat setelah melakukan pengkajian awal dalam waktu 24 jam terhitung sejak pasien diterima sebagai pasien rawat inap. Rencana asuhan yang baik menjelaskan asuhan
pasien yang objektif dan memiliki sasaran yang dapat diukur untuk memudahkan pengkajian ulang serta mengkaji atau merevisi rencana asuhan. Pasien dan keluarga dapat
dilibatkan dalam proses perencanaan asuhan. Rencana asuhan harus disertai target terukur, misalnya:
a) Detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah menjadi normal atau sesuai dengan rencana yang ditetapkan;
b) Pasien mampu menyuntik sendiri insulin sebelum pulang dari rumah sakit;
c) Pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan).
Berdasarkan hasil pengkajian ulang, rencana asuhan diperbaharui untuk dapat menggambarkan kondisi pasien terkini. Rencana asuhan pasien harus terkait dengan kebutuhan
pasien. Kebutuhan ini mungkin berubah sebagai hasil dari proses penyembuhan klinis atau terdapat informasi baru hasil pengkajian ulang (contoh, hil angnya kesadaran, hasil laboratorium
yang abnormal). Rencana asuhan dan revisinya didokumentasikan dalam rekam medis pasien sebagai rencana asuhan baru. DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi / reviu
berkala dan verifikasi harian untuk memantau terlaksananya asuhan secara terintegrasi dan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan.
Catatan: satu rencana asuhan terintegrasi dengan sasaran- sasaran yang diharapkan oleh PPA lebih baik daripada rencana terpisah oleh masing-masing PPA. Rencana asuhan yang
baik menjelaskan asuhan individual, objektif, dan sasaran dapat diukur untuk memudahkan pengkajian ulang serta revisi rencana asuhan.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 1.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) PPA telah membuat rencana asuhan DPJP D : Regulasi I : Wawancara
untuk setiap pasien setelah diterima PPA lainnya Regulasi tentang PPA telah membuat rencana Wawancara tentang rencana asuhan untuk
sebagai pasien rawat inap dalam asuhan untuk setiap pasien setelah diterima setiap pasien setelah diterima sebagai pasien
waktu 24 jam berdasarkan hasil sebagai pasien rawat inap dalam waktu 24 jam rawat inap dalam waktu 24 jam berdasarkan
pengkajian awal. berdasarkan hasil pengkajian awal. hasil pengkajian awal. 10
D ; Bukti 5
Bukti dalam rekam medik bahwa PPA telah 0
membuat rencana asuhan untuk setiap pasien
setelah diterima sebagai pasien rawat inap
dalam waktu 24 jam berdasarkan hasil
pengkajian awal.
b) Rencana asuhan dievaluasi secara DPJP D ; Bukti I : Wawancara
berkala, direvisi atau dimutakhirkan PPA lainnya Bukti dalam rekam madik bahwa rencana Wawancara tentang rencana asuhan dievaluasi 10
serta didokumentasikan dalam rekam asuhan dievaluasi secara berkala, direvisi atau secara berkala, direvisi atau dimutakhirkan 5
medis oleh setiap PPA. dimutakhirkan oleh setiap PPA oleh setiap PPA 0

221
c) Instruksi berdasarkan rencana asuhan DPJP D : Bukti I : Wawancara
dibuat oleh PPA yang kompeten dan PPA lainnya Bukti dalam rekam medik bahwaiInstruksi Wawancara tentang instruksi berdasarkan 10
berwenang, dengan cara yang dibuat berdasarkan rencana asuhan yang rencana asuhan yang dibuat oleh PPA yang 5
seragam, dan didokumentasikan di dibuat oleh PPA yang kompeten dan kompeten dan berwenang, dengan cara yang 0
CPPT. berwenang, dengan cara yang seragam seragam
d) Rencana asuhan pasien dibuat dengan DPJP D : Bukti I : Wawancara
membuat sasaran yang terukur dan PPA lainnya Bukti dalam rekam medik bahwa rencana Wawancara tentang rencana asuhan pasien 10
di dokumentasikan. asuhan pasien dibuat dengan membuat dibuat dengan membuat sasaran yang terukur 5
sasaran yang terukur 0
e) DPJP telah melakukan DPJP D : Bukti I : Wawancara
evaluasi/review berkala dan verifikasi PPA lainnya Bukti dalam rekam medik bahwa DPJP telah Wawancara tentang evaluasi/review berkala
harian untuk memantau terlaksananya melakukan evaluasi/review berkala dan dan verifikasi harian untuk memantau 10
asuhan secara terintegrasi dan verifikasi harian terlaksananya asuhan secara terintegrasi dan 5
membuat notasi sesuai dengan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan. 0
kebutuhan.
b. Pelayanan Pasien Risiko Tinggi dan Penyediaan Pelayanan Risiko Tinggi
1). Standar PAP 2
Rumah sakit menetapkan pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki.

222
2). Maksud dan Tujuan PAP 2
Rumah sakit memberikan pelayanan untuk pasien dengan berbagai keperluan. Pelayanan pada pasien berisiko tinggi membutuhkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical
pathway dan rencana perawatan yang akan mendukung PPA memberikan pelayanan kepada pasien secara menyeluruh, kompeten dan seragam. Dalam memberikan asuhan pada pasien
risiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi, Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk:
a) Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi di rumah sakit;
b) Menetapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan secara kolaboratif
c) Melatih staf untuk menerapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan rencana perawatan tersebut.
Pelayanan pada pasien berisiko tinggi atau pelayanan berisiko tinggi dibuat berdasarkan populasi yaitu pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri. Hal-hal yang perlu diterapkan
dalam pelayanan tersebut meliputi Prosedur, dokumentasi, kualifikasi staf dan peralatan medis meliputi:
a) Rencana asuhan perawatan pasien;
b) Perawatan terintegrasi dan mekanisme komunikasi antar PPA secara efektif;
c) Pemberian informed consent, jika diperlukan;
d) Pemantauan/observasi pasien selama memberikan pelayanan;
e) Kualifikasi atau kompetensi staf yang memberikan pelayanan; dan
f) Ketersediaan dan penggunaan peralatan medis khusus untuk pemberian pelayanan.
Rumah sakit mengidentifikasi dan memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi sesuai kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki
meliputi:
a) Pasien emergensi;
b) Pasien koma;
c) Pasien dengan alat bantuan hidup;
d) Pasien risiko tinggi lainnya yaitu pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes;
e) Pasien dengan risiko bunuh diri;
f) Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa;
g) Pelayanan pada pasien dengan “immuno-suppressed”;
h) Pelayanan pada pasien yang mendapatkan pelayanan dialisis;
i) Pelayanan pada pasien yang direstrain;
j) Pelayanan pada pasien yang menerima kemoterapi;
k) Pelayanan pasien paliatif;
l) Pelayanan pada pasien yang menerima radioterapi;
m) Pelayanan pada pasien risiko tinggi lainnya (misalnya terapi hiperbarik dan pelayanan radiologi intervensi);
n) Pelayanan pada populasi pasien rentan, pasien lanjut usia (geriatri) misalnya anak-anak, dan pasien berisiko tindak kekerasan atau diterlantarkan misalnya pasien dengan
gangguan jiwa.
Rumah sakit juga menetapkan jika terdapat risiko tambahan setelah dilakukan tindakan atau rencana asuhan (contoh, kebutuhan mencegah trombosis vena dalam, luka dekubitus, infeksi
terkait penggunaan ventilator pada pasien, cedera neurologis dan pembuluh darah pada pasien restrain, infeksi melalui pembuluh darah pada pasien dialisis, infeksi saluran/slang sentral,
dan pasien jatuh. Jika terjadi risiko tambahan tersebut, dilakukan penanganan dan pencegahan dengan membuat regulasi, memberikan pelatihan dan edukasi kepada staf. Rumah
sakit menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi pelayanan yang diberikan kepada pasien risiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi serta mengintegrasikan informasi tersebut
dalam pemilihan prioritas perbaikan tingkat rumah sakit pada program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

3). Elemen Penilaian PAP 2 SASARAN TELUSUR SKOR

223
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pimpinan rumah sakit telah Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara
melaksanakan tanggung jawabnya Komite Medik Regulasi tentang tanggung jawab rumah sakit Wawancara tentang pelayanan pada pasien
untuk memberikan pelayanan pada DPJP untuk memberikan pelayanan pada pasien berisiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi
pasien berisiko tinggi dan pelayanan PPA lainnya berisiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi meliputi a) - c) dalam maksud dan tujuan.
berisiko tinggi meliputi a) - c) dalam meliputi a) - c) dalam maksud dan 10
maksud dan tujuan. tujuan D : Bukti 5
Bukti dalam rekam medik rumah sakit telah 0
melaksanakan tanggung jawabnya untuk
memberikan pelayanan pada pasien berisiko
tinggi dan pelayanan berisiko tinggi meliputi
a) - c) dalam maksud dan tujuan
b) Rumah sakit telah memberikan DPJP D : Regulasi I : Wawancara
pelayanan pada pasien risiko tinggi PPA lainnya Regulasi tentang identifikasi pelayanan pada Wawancara tentang pelayanan pada pasien
dan pelayanan risiko tinggi yang telah pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko berisiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi
diidentifikasi berdasarkan populasi tinggi berdasarkan populasi yaitu pasien anak, tinggi yang telah diidentifikasi berdasarkan
yaitu pasien anak, pasien dewasa dan pasien dewasa dan pasien geriatri sesuai populasi yaitu pasien anak, pasien dewasa dan
pasien geriatri sesuai dalam maksud dalam maksud dan tujuan pasien geriatri sesuai dalam maksud dan 10
dan tujuan. D ; Bukti tujuan 5
Bukti dalam rekam medik bahwa rumah sakit 0
telah memberikan pelayanan pada pasien
risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi yang
telah diidentifikasi berdasarkan populasi yaitu
pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri
sesuai dalam maksud dan tujuan
c) Pimpinan rumah sakit telah Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara
mengidentifikasi risiko tambahan DPJP Regulasi tentang identifikasi risiko tambahan Wawancara tentang identifikasi risiko
yang dapat mempengaruhi pasien dan PPA lainya yang dapat mempengaruhi pasien dan tambahan yang dapat mempengaruhi pasien
pelayanan risiko tinggi. pelayanan risiko tinggi. dan pelayanan risiko tinggi
10
D : Bukti
5
Bukti dalam rekam medik bahwa PPA telah
0
mengidentifikasi risiko tambahan yang dapat
mempengaruhi pasien dan pelayanan risiko
tinggi.

4). Standar PAP 2.1


Rumah sakit memberikan pelayanan geriatri rawat jalan, rawat inap akut dan rawat inap kronis sesuai dengan tingkat jenis pelayanan.

224
5). Standar PAP 2.2
Rumah Sakit melakukan promosi dan edukasi sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric
Service).
6). Maksud dan Tujuan PAP 2.1 dan PAP 2.2
Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit/gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan
kesehatan secara tepadu dengan pendekatan multi disiplin yang bekerja sama secara interdisiplin. Dengan meningkatnya sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan maka usia
harapan hidup semakin meningkat, sehingga secara demografi terjadi peningkatan populasi lanjut usia. Sehubungan dengan itu rumah sakit perlu menyelenggarakan pelayanan
geriatri sesuai dengan tingkat jenis pelayanan geriatri:
a) Tingkat sederhana (rawat jalan dan home care)
b) Tingkat lengkap (rawat jalan, rawat inap akut dan home care)
c) Tingkat sempurna (rawat jalan, rawat inap akut dan home care klinik asuhan siang)
d) Tingkat paripurna (rawat jalan, klinik asuhan siang, rawat inap akut, rawat inap kronis, rawat inap psychogeriatri, penitipan pasien Respite care dan home care)
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 2.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi
regulasi tentang penyelenggaraan Regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan
pelayanan geriatri di rumah sakit geriatri di rumah sakit sesuai dengan
sesuai dengan kemampuan, sumber kemampuan, sumber daya dan sarana
daya dan sarana prasarana nya. prasarananya, berupa panduan/pedoman
10
Penyeleanggaraan Pelayaanan Geriatri Rumah
0
Sakit
A : Acuan
PERMENKES No 79 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di
Rumah Sakit
b) Rumah sakit telah menetapkan tim Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi
terpadu geriatri dan telah Tim Terpadu Geriari Regulasi berupa penetapan tim terpadu I : Wawancara
menyelenggarakan pelayanan sesuai geriatri Observasi/wawancara tentang
tingkat jenis layanan D : Bukti penyelenggaraan pelayanan sesuai tingkat
10
Bukti adanya penyelenggaraan pelayanan jenis layanan
5
sesuai tingkat jenis layanan, berupa
0
- Klinik Geriatri
- Pelayanan Home care
- Rawat Inap Geriatri
- Klinik Asuhan Siang, dll

225
c) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara
proses pemantauan dan evaluasi Tim Terpadu Geriatri Bukti telah melaksanakan proses Wawancara tentang proses pemantauan dan 10
kegiatan pelayanan geriatri pemantauan dan evaluasi kegiatan pelayanan evaluasi kegiatan pelayanan geriatr 5
geriatri 0

d) Ada pelaporan penyelenggaraan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara


pelayanan geriatri di rumah sakit. Tim Terpadu Geriatri Bukti pelaporan penyelenggaraan pelayanan Wawancara tentang pelaporan 10
geriatri di rumah sakit. penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah 5
sakit 0

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 2.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Ada program PKRS terkait Pelayanan D : Regulasi
Kesehatan Warga Lanjut usia di Regulasi berupa program PKRS terkait
10
Masyarakat Berbasis Rumah Sakit Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di
0
(Hospital Based Community Geriatric Masyarakat Berbasis Rumah Sakit
Service).
b) Rumah sakit telah memberikan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara
edukasi sebagai bagian dari Tim PKRS Bukti adanya laporan edukasi sebagai bagian Wawancara tentang pemberian edukasi
10
Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut Tim Terpadu Geriatri dari Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan
5
usia di Masyarakat Berbasis Rumah di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis
0
Sakit (Hospital Based Community Rumah Sakit
Geriatric Service).
c) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I:; Observasi
kegiatan sesuai program dan tersedia Tim PKRS Bukti adanya laporan kegiatan sesuai Observasi tentang kegiatan sesuai program 10
leaflet atau alat bantu kegiatan Tim Terpadu Geriatri program dan tersedia leaflet atau alat bantu dan tersedia leaflet atau alat bantu 5
(brosur, leaflet, dan lain- lainnya). kegiatan (brosur, leaflet, dan lain- lainnya). kegiatan (brosur, leaflet, dan lain- 0
lainnya).
d) Rumah sakit telah melakukan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara
evaluasi dan membuat laporan Tim PKRS Bukti evaluasi dan laporan secara berkala Wawancara tentang evaluasi dan laporan
kegiatan pelayanan secara berkala. Tim Terpadu Geriatri tentang kegiatan pelayanan Kesehatan Lanjut kegiatan pelayanan secara berkala. 10
Usia 5
0

9). Standar PAP 2.3


Rumah sakit menerapkan proses pengenalan perubahan kondisi pasien yang memburuk.

226
10). Maksud dan Tujuan PAP 2.3
Staf yang tidak bekerja di daerah pelayanan kritis/intensif mungkin tidak mempunyai pengetahuan dan pelatihan yang cukup untuk melakukan pengkajian, serta mengetahui pasien yang
akan masuk dalam kondisi kritis. Padahal, banyak pasien di luar daerah pelayanan kritis mengalami keadaan kritis selama dirawat inap. Seringkali pasien memperlihatkan tanda
bahaya dini (contoh, tanda- tanda vital yang memburuk dan perubahan kecil status neurologis) sebelum mengalami penurunan kondisi klinis yang meluas sehingga mengalami
kejadian yang tidak diharapkan.
Ada kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini-dininya pasien yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung atau
gagal paru sebelumnya memperlihatkan tanda-tanda fisiologis di luar kisaran normal yang merupakan indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning
system (EWS). Penerapan EWS membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten. Dengan
demikian, hasil asuhan akan lebih baik. Pelaksanaan EWS dapat dilakukan menggunakan sistem skor oleh PPA yang terlatih.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 2.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara
pengenalan perubahan kondisi Komite Medik Regulasi tentang proses pengenalan Wawancara tentang proses pengenalan
pasien yang memburuk (EWS) dan DPJP perubahan kondisi pasien yang memburuk perubahan kondisi pasien yang memburuk
mendokumentasikannya di dalam PPA lainnya (EWS) dan mendokumentasikannya di dalam (EWS). 10
rekam medik pasien. rekam medik pasien. 5
D : Bukti 0
Bukti dalam rekam medik pengenalan
perubahan kondisi pasien yang memburuk
(EWS)
b) Rumah sakit memiliki bukti PPA DPJP D ; Bukti I : Wawancara
dilatih menggunakan EWS. PPA lainnya Bukti PPA yang telah dilatih menggunakan Wawancara tentang pelatihan EWS
Bagian Diklat EWS. kepada PPA

10
5
0

12). Standar PAP 2.4


Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit.

227
13). Maksud dan Tujuan PAP 2.4
Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis pada pasien yang mengalami kejadian mengancam hidupnya seperti henti jantung atau paru. Pada saat henti jantung atau
paru maka pemberian kompresi pada dada atau bantuan pernapasan akan berdampak pada hidup atau matinya pasien, setidak-tidaknya menghindari kerusakan jaringan otak. Resusitasi yang
berhasil pada pasien dengan henti jantung-paru bergantung pada intervensi yang kritikal/penting seperti kecepatan pemberian bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut yang akurat ( code
blue) dan kecepatan melakukan defibrilasi. Pelayanan seperti ini harus tersedia untuk semua pasien selama 24 jam setiap hari. Sangat penting untuk dapat memberikan pelayanan intervensi
yang kritikal, yaitu tersedia dengan cepat peralatan medis terstandar, obat resusitasi, dan staf terlatih yang baik untuk resusitasi. Bantuan hidup dasar harus dilakukan secepatnya
saat diketahui ada tanda henti jantung-paru dan proses pemberian bantuan hidup lanjut kurang dari 5 (lima) menit. Hal ini termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau
terhadap simulasi pelatihan resusitasi di rumah sakit. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis, dan populasi
pasien yang dilayani

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 2.4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Pelayanan resusitasi tersedia dan PPA D : Regulasi I : Observasi 10
diberikan selama 24 jam setiap hari di Tim Code Blue Regulasi tentang pelayanan resusitasi tersedia I: 5
seluruh area rumah sakit. dan diberikan selama 24 jam setiap hari di Wawancara 0
seluruh area rumah sakit. Observasi/wawancara tentang pelayanan
D ; Bukti resusitasi tersedia dan diberikan selama 24
Bukti adanya pelayanan resusitasi tersedia jam setiap hari di seluruh area rumah sakit.
dan diberikan selama 24 jam setiap hari
di seluruh area rumah sakit.
b) Peralatan medis untuk resusitasi dan Staf Unit Farmasi D : Regulasi I : Observasi
obat untuk bantuan hidup dasar dan Tim Code Blue Regulasi tentang peralatan medis untuk Observasi tentang peralatan medis untuk
lanjut terstandar sesuai dengan resusitasi dan obat untuk bantuan hidup resusitasi dan obat untuk bantuan hidup dasar
kebutuhan populasi pasien. dasar dan lanjut terstandar sesuai dengan dan lanjut terstandar sesuai dengan
10
kebutuhan populasi pasien. kebutuhan populasi pasien.
5
D : Bukti
0
Bukti adanya peralatan medis untuk resusitasi
dan obat untuk bantuan hidup dasar dan
lanjut terstandar yang sesuai dengan
kebutuhan populasi pasien.

228
c) Di seluruh area rumah sakit, bantuan Ka Unit Perawatan D : Regulasi I : Observasi
hidup dasar diberikan segera saat Staf Unit Farmasi Regulasi tentang tentang pemberian bantuan I : Simulasi
dikenali henti jantung-paru dan Tim Code Blue hidup dasar di seluruh area rumah sakit Observasi/simulasi tentang bahwa di seluruh
bantuan hidup lanjut diberikan kurang segera saat dikenali henti jantung-paru dan area rumah sakit, bantuan hidup dasar
dari 5 menit. bantuan hidup lanjut diberikan kurang dari 5 diberikan segera saat dikenali henti jantung- 10
menit. paru dan bantuan hidup lanjut diberikan 5
D : Bukti kurang dari 5 menit. 0
Bukti adanya bantuan hidup dasar yang
diberikan segera saat dikenali henti jantung-
paru dan bantuan hidup lanjut diberikan
kurang dari 5 menit.
d) Staf diberi pelatihan pelayanan Bagian Diklat D : Bukti I : Wawancara
bantuan hidup dasar/lanjut sesuai Staf klinis/non klinis Bukti adanya pelatihan pelayanan bantuan I : Simulasi
dengan ketentuan rumah sakit. hidup dasar/lanjut sesuai dengan ketentuan Wawancara/simulasi tentang bantuan hidup
10
rumah sakit. dasar/lanjut
5
0

15). Standar PAP 2.5


Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai dengan panduan klinis serta prosedur yang ditetapkan rumah sakit.
16) Maksud dan tujuan PAP 2.5
Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai peraturan perundangan meliputi antara lain:
a) Pemberian persetujuan (informed consent);
b) Permintaan darah;
c) Tes kecocokan;
d) Pengadaan darah;
e) Penyimpanan darah;
f) Identifikasi pasien;
g) Distribusi dan pemberian darah; dan
h) Pemantauan pasien dan respons terhadap reaksi transfusi.
i) Staf kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan produk darah serta melakukan pemantauan dan evaluasi.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 2.5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan D : Regulasi 10
penyelenggaraan pelayanan darah. Regulasi tentang penerapan penyelenggaraan 5
pelayanan darah. 0

229
A : Acuan
1. PP No 7 tahun 2011
tentang Pelayaban Darah
2. PERMENKES No. 83 tahun 2014
UTD, BDRS dan jejaring pelayanan
transfusi darah
3. PERMENKES No 91 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Transfusi
Darah
b) Panduan klinis dan prosedur disusun DPJP D : Regulasi I : Wawancara
dan diterapkan untuk pelayanan darah PPA lainnya Regulasi tentang panduan klinis dan Wawancara tentang penerapan panduan klinis
serta produk darah.pelayaan darah Staf Unit Lab/BDRS/UTD prosedur pelayanan darah serta produk darah. dan prosedur disusun dan diterapkan untuk 10
serta produk darah D : Bukti pelayanan darah serta produk darah. 5
Bukti penerapan panduan klinis dan 0
prosedur pelayaan darah serta produk
darah
c) Staf yang kompeten PPA D : Bukti I : Wawancara
bertanggungjawab terhadap Staf Unit Lab/BDRS/UTD Bukti adanya sertifikat, SPK dan RKK Wawancara tentang pelayanan darah di rumah 10
pelayanan darah di rumah sakit. staf yang kompeten yang sakit 5
bertanggungjawab terhadap pelayanan 0
darah di rumah sakit.

c. Pemberian Makanan dan Terapi Nutrisi


1). Standar PAP 3
Rumah sakit memberikan makanan untuk pasien rawat inap dan terapi nutrisi terintegrasi untuk pasien dengan risiko nutrisional.

2). Maksud dan Tujuan PAP 3


Makanan dan terapi nutrisi yang sesuai sangat penting bagi kesehatan pasien dan penyembuhannya. Pilihan makanan disesuaikan dengan usia, budaya, pilihan, rencana asuhan, diagnosis
pasien termasuk juga antara lain diet khusus seperti rendah kolesterol dan diet diabetes melitus. Berdasarkan pengk ajian kebutuhan dan rencana asuhan, maka DPJP atau PPA lain yang
kompeten memesan makanan dan nutrisi lainnya untuk pasien. Pasien berhak menentukan makanan sesuai dengan nilai yang dianut. Bila memungkinkan pasien ditawarkan pilihan
makanan yang konsisten dengan status gizi. Jika keluarga pasien atau ada orang lain mau membawa makanan untuk pasien, maka mereka diberikan edukasi tentang makanan yang
merupakan kontraindikasi terhadap rencana, kebersihan makanan, dan kebutuhan asuhan pasien, termasuk informasi terkait interaksi antara obat dan makanan. Makanan yang
dibawa oleh keluarga atau orang lain disimpan dengan benar untuk mencegah kontaminasi. Skrining risiko gizi dilakukan pada pengkajian awal. Jika pada saat skrining ditemukan pasien
dengan risiko gizi maka terapi gizi terintegrasi diberikan, dipantau, dan dievaluasi.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

230
a) Berbagai pilihan makanan atau terapi DPJP D : Bukti I : Observasi
nutrisi yang sesuai untuk kondisi, PPA lainnya Bukti adanya berbagai pilihan makanan atau I : Wawancara
perawatan, dan kebutuhan pasien Ka Unit terapi nutrisi yang sesuai untuk kondisi, Observasi/wawancara tentang berbagai 10
tersedia dan disediakan tepat waktu. Gizi perawatan, dan kebutuhan pasien tersedia pilihan makanan atau terapi nutrisi yang 5
dan disediakan tepat waktu. sesuai untuk kondisi, perawatan, dan 0
kebutuhan pasien tersedia dan disediakan
tepat waktu.
b) Sebelum pasien rawat inap diberi DPJP D : Bukti I : Wawancara
makanan, terdapat instruksi PPA lainnya Bukti dalam rekam meik tentang adanya Wawancara tentang adanya instruksi 10
pemberian makanan dalam rekam Ka Unit instruksi pemberian makanan pasien yang pemberian makanan pasien yang 5
medis pasien yang didasarkan pada Gizi didasarkan pada status gizi dan kebutuhan didasarkan pada status gizi dan kebutuhan 0
status gizi dan kebutuhan pasien. pasien pasien
c) Untuk makanan yang disediakan DPJP D : Regulasi I : Observasi
keluarga, edukasi diberikan mengenai PPA lainnya Regulasi tentang materi edukasi makanan I : Wawancara
batasan-batasan diet pasien dan Ka Unit yang disediakan keluarga, batasan-batasan Observasi/wawancara tentang edukasi
penyimpanan yang baik Gizi diet pasien dan penyimpanan yang baik batasan-batasan da penyimpanan makanan
10
untuk mencegah kontaminasi. untuk mencegah kontaminasi. yang disediakan keluarga untuk mencegah
5
D : Bukti kontaminasi
0
Bukti makanan yang disediakan keluarga,
edukasi diberikan mengenai batasan-batasan
diet pasien dan penyimpanan yang baik
untuk mencegah kontaminasi
d) Memiliki bukti pemberian terapi gizi DPJP D : Bukti I : Observasi
terintegrasi (rencana, pemberian dan PPA lainnya Bukti dalam rekam medik tentang pemberian I : Wawancara 10
evaluasi) pada pasien risiko gizi. Ka Unit terapi gizi terintegrasi (rencana, pemberian Observasi/wawancara tentang pemberian 5
Gizi dan evaluasi) pada pasien risiko gizi terapi gizi terintegrasi (rencana, pemberian 0
dan evaluasi) pada pasien risiko gizi
e) Pemantauan dan evaluasi terapi gizi DPJP D : Bukti I : Wawancara
dicatat di rekam medis pasien. PPA lainnya Bukti dalam rekam medik berupa laporan Wawancara tentang pemantauan dan evaluasi 10
Ka Unit pemantauan dan evaluasi terapi gizi terapi gizi 5
Gizi 0

d. Pengelolaan Nyeri
1). Standar PAP 4
Pasien mendapatkan pengelolaan nyeri yang efektif.

231
2). Maksud dan Tujuan PAP 4
Pasien berhak mendapatkan pengkajian dan pengelolaan nyeri yang tepat. Rumah sakit harus memiliki proses untuk melakukan skrining, pengkajian, dan tata laksana untuk mengatasi
rasa nyeri, yang terdiri dari:
a) Identifikasi pasien dengan rasa nyeri pada pengkajian awal dan pengkajian ulang.
b) Memberi informasi kepada pasien bahwa rasa nyeri dapat merupakan akibat dari terapi, prosedur, atau pemeriksaan.
c) Memberikan tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, terlepas dari mana nyeri berasal, sesuai dengan regulasi rumah sakit.
d) Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pengelolaan nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai yang dianut.
e) Memberikan edukasi kepada seluruh PPA mengenai pengkajian dan pengelolaan nyeri.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit memiliki proses untuk Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawanvara
melakukan skrining, pengkajian, dan Komit Medik Regulasi tentang proses untuk melakukan Wawancara tentang skrining, pengkajian, dan
tata laksana nyeri meliputi poin a) - DPJP skrining, pengkajian, dan tata laksana nyeri tata laksana nyeri meliputi poin a) - e) pada
10
e) pada maksud dan tujuan. PPA lainnya meliputi poin a) - e) pada maksud dan maksud dan tujuan.
5
tujuan D : Bukti
0
Bukti dalam rekam medik tentang skrining,
pengkajian, dan tata laksana nyeri meliputi
poin a) - e) pada maksud dan tujuan.
b) Informasi mengenai kemungkinan PPA D : Regulasi I ; Wawancara
adanya nyeri dan pilihan tata PPA lainnya Regulasi tentang pemberian informasi Wawancara tentang pemberian informasi
laksananya diberikan kepada pasien Pasien/keluarga mengenai kemungkinan adanya nyeri dan mengenai kemungkinan adanya nyeri dan
yang menerima pilihan tata laksananya diberikan kepada pilihan tata laksananya diberikan kepada
terapi/prosedur/pemeriksaan pasien yang menerima terapi/ proseadur pasien yang menerima
terencana yang sudah dapat pemeriksaan terencana yang sudah dapat terapi/prosedur/pemeriksaan terencana yang
10
diprediksi menimbulkan rasa nyeri. diprediksi menimbulkan rasa nyeri sudah dapat diprediksi menimbulkan rasa
5
D ; Bukti nyeri.
0
Bukti dalam rekam medik tentang pemberian
informasi mengenai kemungkinan adanya
nyeri dan pilihan tata laksananya pada pasien
yang menerima terapi/prosedur/pemeriksaan
terencana yang sudah dapat diprediksi
menimbulkan rasa nyeri.

232
c) Pasien dan keluarga mendapatkan DPJP D : Bukti I:; Wawancara
edukasi mengenai pengelolaan nyeri PPA lainnya Bukti dalam rekam medik bahwa pasien dan Wawancara tentang edukasi mengenai
sesuai dengan latar belakang Pasien/keluarga keluarga telah mendapatkan edukasi pengelolaan nyeri sesuai dengan latar 10
agama, budaya, nilai-nilai mengenai pengelolaan nyeri sesuai dengan belakang agama, budaya, nilai-nilai 5
yang dianut. latar belakang agama, budaya, nilai-nilai yang dianut. 0
yang dianut.
d) Staf rumah sakit mendapatkan Bagian Diklat D : Bukti I : Wawancara
pelatihan mengenai cara melakukan PPA Bukti adanya laporan pelatihan Wawancara tentang pelatihan mengenai 10
edukasi bagi pengelolaan nyeri. mengenai cara melakukan edukasi bagi cara melakukan edukasi bagi pengelolaan 5
pengelolaan nyeri. nyeri. 0
e. Pelayanan Menjelang Akhir Kehidupan
1). Standar PAP 5
Rumah sakit memberikan asuhan pasien menjelang akhir kehidupan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga, mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien, serta
mendokumentasikan dalam rekam medis.
2). Maksud dan Tujuan PAP
Skrining dilakukan untuk menetapkan bahwa kondisi pasien masuk dalam fase menjelang ajal. Selanjutnya, PPA melakukan pengkajian menjelang akhir kehidupan yang bersifat
individual untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Pengkajian pada pasien menjelang akhir kehidupan harus menilai kondisi pasien seperti:
a) Manajemen gejala dan respons pasien, termasuk mual, kesulitan bernapas, dan nyeri.
b) Faktor yang memperparah gejala fisik
c) Orientasi spiritual pasien dan keluarganya, termasuk keterlibatan dalam kelompok agama tertentu
d) Keprihatinan spiritual pasien dan keluarganya, seperti putus asa, penderitaan, rasa bersalah
e) Status psikososial pasien dan keluarganya, seperti kekerabatan, kelayakan perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi, reaksi pasien dan keluarganya menghadapi
penyaki
f) Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya
g) Kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan.
h) Faktor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi patologis.
i) Pasien dan keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan asuhan
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAP 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan pengkajian Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara
pasien menjelang akhir kehidupan DPJP Regulasi tentang pengkajian pasien menjelang Wawancara tentang pengkajian pasien
dan dapat dilakukan pengkajian ulang PPA lainnya akhir kehidupan dan dapat dilakukan menjelang akhir kehidupan dan dapat 10
sampai pasien yang memasuki fase Pasien/keluarga pengkajian ulang sampai pasien yang dilakukan pengkajian ulang sampai pasien 5
akhir kehidupannya, dengan memasuki fase akhir kehidupannya, dengan yang memasuki fase akhir kehidupannya, 0
memperhatikan poin 1)–9) pada memperhatikan poin 1) – 9) pada maksud dan dengan memperhatikan poin 1) – 9) pada
maksud dan tujuan. tujuan. maksud dan tujuan.

233
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik bahwa pengkajian
pasien menjelang akhir kehidupan dan
pengkajian ulang sampai pasien yang
memasuki fase akhir kehidupannya, dengan
memperhatikan poin 1) – 9) pada maksud dan
tujuan.
b) Asuhan menjelang akhir kehidupan DPJP D : Bukti I : Wawancara
ditujukan terhadap kebutuhan PPA lainnya Bukti dalam rekam medik bahwa asuhan Wawancara tentang asuhan menjelang akhir 10
psikososial, emosional, kultural dan Pasien/keluarga menjelang akhir kehidupan ditujukan terhadap kehidupan ditujukan terhadap kebutuhan 5
spiritual pasien dan keluarganya. kebutuhan psikososial, emosional, kultural psikososial, emosional, kultural dan spiritual 0
dan spiritual pasien dan keluarganya pasien dan keluarganya.

234
B. KELOMPOK PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB)
> 80% Terpenuhi
20-79% Terpenuhi sebagian
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Terpenuhi
5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah
(PAB) Gambaran umum
Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memerlukan:
a) Pengkajian pasien yang lengkap dan menyeluruh;
b) Perencanaan asuhan yang terintegrasi;
c) Pemantauan yang terus menerus;
d) Transfer ke ruang perawatan berdasar atas kriteria tertentu;
e) Rehabilitasi; dan
f) Transfer ke ruangan perawatan dan pemulangan.

a. Pengorganisasian dan Pengelolaan Pelayanan Anastesi dan Sedasi


1). Standar PAB 1
Rumah sakit menerapkan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan kapasitas pelayanan, standar profesi dan perundang undangan
yang berlaku.
2). Maksud dan Tujuan PAB 1
Anestesi dan sedasi diartikan sebagai satu alur layanan berkesinambungan mulai dari sedasi minimal sampai anestesi dalam. Anestesi dan sedasi menyebabkan refleks proteksi jalan nafas
dapat menghilang sehingga pasien berisiko untuk terjadi sumbatan jalan nafas dan aspirasi cairan lambung. Anestesi dan sedasi adalah proses kompleks sehingga harus diintegrasikan ke
dalam rencana asuhan. Anestesi dan sedasi membutuhkan pengkajian lengkap dan komprehensif serta pemantaun pasien secara terus menerus.
Rumah sakit mempunyai suatu sistem untuk pelayanan anestesi, sedasi ringan, moderat dan dalam untuk melayani kebutuhan pasien oleh PPA berdasarkan kewenangan klinis yang
diberikan kepadanya, termasuk juga sistim penanganan bila terjadi kegawat daruratan selama tindakan sedasi. Pelayanan anestesi, sedasi ringan, moderat dan dalam (termasuk
layanan yang diperlukan untuk kegawatdaruratan) tersedia 24 jam 7 (tujuh) hari.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAB 1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
regulasi pelayanan anestesi dan sedasi Regulasi tentang pelayanan anestesi dan 0
dan pembedahan meliputi poin a) – f) sedasi dan pembedahan meliputi poin a) –
pada gambaran umum. f) pada gambaran umum.
A : Acuan
PERMENKES No. 519 tahun 2011 tentang
Anestesiologi dan terapi intensif di RS

235
b) Pelayanan anestesi dan sedasi yang Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
telah diberikan dapat memenuhi DPJP Bukti bahwa pelayanan anestesi dan Wawancara tentang pelayanan yang 5
kebutuhan pasien. PPA lainnya sedasi yang telah diberikan dapat diberikan dapat memenuhi kebutuhan 0
Pasien/keluarga memenuhi pasien
kebutuhan pasien.
c) Pelayanan anestesi dan sedasi DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
tersedia selama 24 (dua puluh empat) PPA lainnya Regulasi tentang pelayanan anestesi dan Wawancara tentang pelayanan anestesi dan 5
jam 7 (tujuh) hari sesuai dengan PJ Anestesi sedasi tersedia selama 24 (dua puluh empat) sedasi yang tersedia selama 24 (dua 0
kebutuhan pasien. Pasien/keluarga jam 7 (tujuh) hari sesuai dengan kebutuhan puluh empat) jam 7 (tujuh) hari sesuai
pasien. dengan kebutuhan pasien.
D : Bukti
Bukti pelaksanaan pelayanan anestesi dan
sedasi tersedia selama 24 (dua puluh
empat)
jam 7 (tujuh) hari sesuai dengan
kebutuhan pasien.
4). Standar PAB 2
Rumah sakit menetapkan penanggung jawab pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam adalah seorang dokter anastesi yang kompeten.

5). Maksud dan Tujuan PAB 2


Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam berada dibawah tanggung jawab seorang dokter anastesi yang kompeten sesuai dengan peraturan perundang undangan. Tanggung
jawab pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam tersebut meliputi:
a) Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi;
b) Melakukan pengawasan administratif;
c) Melaksanakan program pengendalian mutu yang dibutuhkan; dan d) Memantau dan mengevaluasi pelayanan sedasi dan anestesi.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PAB 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pelayanan anestesi dan sedasi secara PJ Anestesi Regulasi tentang penerapan pelayanan I : Wawancara 5
seragam di seluruh area sesuai Ka Unit Terkait anestesi dan sedasi secara seragam di seluruh Observasi//wawancara tentang pelayanan 0
regulasi yang ditetapkan. DPJP area sesuai regulasi yang ditetapkan penerapan pelayanan anestesi dan sedasi
PPA lainnya D : Bukti secara seragam di seluruh area sesuai
Bukti dalam rekam medik tentang pelayanan regulasi yang ditetapkan
anestesi dan sedasi secara seragam di
seluruh
area sesuai regulasi yang ditetapkan.
b) Rumah sakit telah menetapkan Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
penanggung jawab pelayanan anestesi Pj. Anestesi Regulasi tentang penanggung jawab Wawancara tentang pelaksanaan 5
dan sedasi adalah seorang dokter pelayanan anestesi dan sedasi adalah pertanggungjawaban pelayanan anestesi 0
236
anastesi yang kompeten yang seorang dokter anastesi yang kompeten
yang

237
melaksanakan tanggung jawabnya melaksanakan tanggung jawabnya meliputi meliputi poin a) – d) pada maksud dan
meliputi poin a) – d) pada maksud dan poin a) – d) pada maksud dan tujuan. tujuan
tujuan. D : Bukti
Bukti pelaksanaan pertanggungjawaban
pelayanan anestesi meliputi poin a) – d) pada
maksud dan tujuan.
c) Bila memerlukan profesional pemberi Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
asuhan terdapat PPA dari luar rumah Pj. Anestesi Regulasi bila rumah sakit memerlukan Wawancara apabila terdapat PPA dari luar 5
sakit untuk memberikan pelayanan DPJP profesional pemberi asuhan terdapat PPA dari rumah sakit untuk memberikan pelayanan 0
anestesi dan sedasi, maka ada bukti PPA lainnya luar rumah sakit untuk memberikan anestesi dan sedasi
rekomendasi dan evaluasi pelayanan pelayanan anestesi dan sedasi, maka ada bukti
dari penanggung jawab pelayanan rekomendasi dan evaluasi pelayanan dari
anestesi dan sedasi terhadap PPA penanggung jawab pelayanan anestesi dan
tersebut. sedasi terhadap PPA tersebut.
D : Bukti
Bukti adanya rekomendasi dan evaluasi
pelayanan dari penanggung jawab
pelayanan anastesi dan sedasi terhadap PPA
dari luar rumah sakit, berupa :
- Surat rekomendasi dari Pj Anestesi
- Bukti evaluasi dari Pj. Anestesi
- Surat tugas PPA dari RS dimana PPA
bekerja
b. Pelayanan Sedasi
1). Standar PAB 3
Pemberian sedasi moderat dan dalam dilakukan sesuai dengan regulasi dan ditetapkan rumah sakit.

238
2). Maksud dan Tujuan PAB 3
Prosedur pemberian sedasi moderat dan dalam yang diberikan secara intravena tidak bergantung pada berapa dosisnya. oleh karena prosedur pemberian sedasi seperti layaknya
anestesi mengandung risiko potensial pada pasien. Pemberian sedasi pada pasien harus dilakukan seragam dan sama di semua tempat di rumah sakit termasuk unit di luar kamar
operasi.
Keseragaman dalam pelayanan sedasi sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh tenaga medis yang kompeten dan telah diberikan kewenangan klinis
untuk melakukan sedasi moderat dan dalam meliputi:
a) Area-area di dalam rumah sakit tempat sedasi moderat dan dalam dapat dilakukan;
b) Kualifikasi staf yang memberikan sedasi;
c) Persetujuan medis (informed consent) untuk prosedur maupun sedasinya;
d) Perbedaan populasi anak, dewasa, dan geriatri ataupun pertimbangan khusus lainnya;
e) Peralatan medis dan bahan yang digunakan sesuai dengan populasi yang diberikan sedasi moderat atau dalam; dan
f) Cara memantau.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAB 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melaksanakan Pj. Anestesi D : Bukti I : Observasi 10
pemberian sedasi moderat dan dalam PPA lainnya Bukti rumah sakit telah melaksanakan I : Wawancara 5
yang seragam di semua tempat di pemberian sedasi moderat dan dalam yang Observasi//wawancara tentang 0
rumah sakit sesuai dengan poin a) - seragam di semua tempat di rumah sakit melaksanakan pemberian sedasi moderat
f) pada maksud dan tujuan. sesuai dengan poin a) - f) pada maksud dan dalam yang seragam di semua tempat di
dan tujuan. rumah sakit sesuai dengan poin a) - f) pada
maksud dan tujuan.
b) Peralatan dan perbekalan gawat Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
darurat tersedia di tempat dilakukan Pj. Anestesi Bukti tersedianya peralatan dan perbekalan I : Wawancara 5
sedasi moderat dan dalam serta PPA lainnya gawat darurat di tempat dilakukan sedasi Observasi/wawancara tentang peralatan dan 0
dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, moderat dan dalam serta dipergunakan sesuai perbekalan gawat darurat tersedia di tempat
dan kondisi pasien. jenis sedasi, usia, dan kondisi pasien,berupa dilakukan sedasi moderat dan dalam serta
daftar peralatan medis dan obat-obatan dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, dan
emergensi. kondisi pasien.
c) PPA yang terlatih dan berpengalaman Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
dalam memberikan bantuan hidup Pj. Anestesi Bukti adanya PPA yang terlatih dan Wawancara tentang pemberian bantuan 5
lanjut (advance) harus selalu PPA lainnya berpengalaman harus selalu mendampingi hidup lanjut (advance) harus selalu 0
mendampingi dan siaga selama Bagian Diklat dan siaga selama tindakan sedasi mendampingi dan siaga selama tindakan
tindakan sedasi dikerjakan. dikerjakan oleh staf yang terlatih dan sedasi dikerjakan olehbstaf yang terlatih
berpengalaman dan berpengalaman
.berupa : sertifikat BHL, SPK, dan
RKK/file kepegawaian

239
4). Standar PAB 3.1
Tenaga medis yang kompeten dan berwenang memberikan pelayanan sedasi moderat dan dalam serta melaksanakan pemantauan.

5). Maksud dan Tujuan PAB 3.1


Kualifikasi tenaga medis yang diberikan kewenangan klinis untuk melakukan sedasi moderat dan dalam terhadap pasien sangat penting. Pemahaman metode pemberikan sedasi moderat
dan dalam terkait kondisi pasien dan jenis tindakan yang diberikan dapat meningkatkan toleransi pasien terhadap rasa tidak nyaman, nyeri, dan atau risiko komplikasi. Komplikasi terkait
pemberian sedasi terutama gangguan jantung dan paru. Oleh sebab itu, diperlukan Sertifikasi bantuan hidup lanjut. Sebagai tambahan, pengetahuan farmakologi zat sedasi yang digunakan
termasuk zat reversal mengurangi risiko terjadi kejadian yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, tenaga medis yang diberikan kewenangan klinis memberikan sedasi moderat dan dalam
harus kompeten dalam hal:
a) Teknik dan berbagai cara sedasi;
b) Farmakologi obat sedasi dan penggunaaan zat reversal (antidot);
c) Persyaratan pemantauan pasien; dan
d) Bertindak jika ada komplikasi.
Tenaga medis yang melakukan prosedur sedasi harus mampu bertanggung jawab melakukan pemantauan terhadap pasien. PPA yang kompeten melakukan prosedur sedasi, seperti dokter
spesialis anestesi atau perawat yang terlatih yang bertanggung jawab melakukan pemantauan berkesinambungan terhadap pa rameter fisiologis pasien dan membantu tindakan resusitasi.
PPA yang bertanggung jawab melakukan pemantauan harus kompeten dalam:
a) Pemantauan yang diperlukan;
b) Bertindak jika ada komplikasi;
c) Penggunaan zat reversal (antidot); dan
d) Kriteria pemulihan.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PAB 3.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Tenaga medis yang diberikan Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
kewenangan klinis memberikan Bagian Kepegawaian Regulasi tentang tenaga medis yang diberikan Wawancara pemberkan sedasi moderat dan 5
sedasi moderat dan dalam harus Pj. Anestesi kewenangan klinis memberikan sedasi dalam oleh tenaga medis yang harus 0
kompeten dalam poin a)–d) pada DPJP moderat dan dalam harus kompeten dalam kompeten dalam poin a) – d) pada
maksud dan tujuan. Komite Medik poin a) – d) pada maksud dan tujuan. maksud dan tujuan
D : Bukti .
Bukti bahwa tenaga medis yang diberikan
kewenangan klinis memberikan sedasi
moderat dan dalam harus kompeten
dalam poin a) – d) pada maksud dan
tujuan
(RKK/file kepegawaian)
b) Profesional pemberi asuhan (PPA) Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawancara 10
yang bertanggung jawab melakukan Bagian Kepegawaian Regulasi tentang profesional pemberi asuhan Wawancara bahwa profesional pemberi 5
pemantauan selama pelayanan PPA (PPA) yang bertanggung jawab melakukan asuhan (PPA) yang bertanggung jawab 0
sedasi moderat dan dalam harus pemantauan selama pelayanan sedasi moderat melakukan pemantauan selama pelayanan
sedasi moderat dan dalam harus kompeten

240
kompeten meliputi poin a) – d) dan dalam harus kompeten meliputi poin a) – meliputi poin a) – d) pada maksud
pada maksud dan tujuan. d) pada maksud dan tujuan. dan tujuan.
D : Bukti
Bukti profesional pemberi asuhan (PPA) yang
bertanggung jawab melakukan pemantauan
selama pelayanan sedasi moderat dan dalam
harus kompeten meliputi poin a) – d) pada
maksud dan tujuan. (RKK/file kepegawaian
)
c) Kompetensi semua PPA yang Komite Medik D : Bukti I : Observasi 10
terlibat dalam sedasi moderat dan Staf Kepegawaian Bukti kompetensi semua PPA yang I : Wawancara 5
dalam tercatat di file kepegawaian. Pj. Anestesi terlibat dalam sedasi moderat dan dalam Observasi/wawancara tentang kompetensi 0
PPA tercatat di file kepegawaian. semua PPA yang terlibat dalam sedasi
moderat dan dalam tercatat di file
kepegawaian.
7). Standar PAB 3.2
Rumah sakit menetapkan panduan praktik klinis untuk pelayanan sedasi moderat dan dalam

241
8). Maksud dan Tujuan PAB 3.2
Tingkat kedalaman sedasi berlangsung dalam suatu kesinambungan mulai ringan sampai sedasi dalam dan pasien dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Banyak faktor
berpengaruh terhadap respons pasien dan hal ini memengaruhi tingkat sedasi pasien. Faktor-faktor tersebut termasuk obat-obatan yang diberikan, rute pemberian obat dan dosis,
usia pasien (anak, dewasa, serta lanjut usia), dan riwayat kesehatan pasien. Misalnya, pasien memiliki riwayat gangguan organ utama maka kemungkinan obat yang digunakan
pasien dapat berinteraksi dengan obat sedasi, alergi obat, efek samping obat sedasi atau anastesi sebelumnya. Jika status fisik pasien berisiko tinggi maka dipertimbangkan
pemberian tambahan kebutuhan klinis lainnya dan diberikan tindakan sedasi yang sesuai.
Pengkajian prasedasi membantu mengidentifikasi factor yang dapat yang berpengaruh pada respons pasien terhadap tindakan sedasi dan juga dapat diidentifikasi temuan-temuan
penting dari hasil pemantaun selama dan sesudah sedasi.
a) Profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan bertanggung jawab melakukan pengkajian prasedasi meliputi:
b) Mengidentifikasi masalah saluran pernapasan yang dapat memengaruhi jenis sedasi yang digunakan;
c) Mengevaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi;
d) Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlukan pasien berdasarkan prosedur/tindakan yang akan dilakukan;
e) Pemberian sedasi secara aman; dan
f) Menyimpulkan temuan hasil pemantauan pasien selama prosedur sedasi dan pemulihan.
Cakupan dan isi pengkajian dibuat berdasar atas Panduan Praktik Klinis dan kebijakan pelayanan anastesi dan sedasi yang ditetapkan oleh rumah sakit. Pasien yang sedang
menjalani tindakan sedasi dipantau tingkat kesadarannya, ventilasi dan status oksigenasi, variabel hemodinamik berdasar atas jenis obat sedasi yang diberikan, jangka waktu sedasi, jenis
kelamin, dan kondisi pasien. Perhatian khusus ditujukan pada kemampuan pasien mempertahankan refleks protektif, jalan napas yang teratur dan lancar, serta respons terhadap stimulasi fisik
dan perintah verbal. Seorang yang kompeten bertanggung jawab melakukan pemantauan status fisiologis pasien secara terus menerus dan membantu memberikan bantuan resusitasi sampai
pasien pulih dengan selamat. Setelah tindakan selesai dikerjakan, pasien masih tetap berisiko terhadap komplikasi karena keterlambatan absorsi obat sedasi, dapat terjadi depresi
pernapasan, dan kekurangan stimulasi akibat tindakan. Ditetapkan kriteria pemulihan untuk mengidentifikasi pasien yang sudah pulih kembali dan atau siap untuk ditransfer/dipulangkan.

TELUSUR
9). Elemen Penilaian PAB 3.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
pengkajian pra sedasi dan dicatat Pj. Anestesi Regulasi tentang pengkajian pra sedasi dan Wawancara tentang penerapan pengkajian 5
dalam rekam medis meliputi poin a) – DPJP dicatat dalam rekam medis meliputi poin a) pra sedasi dan dicatat dalam rekam medis 0
e) pada maksud dan tujuan. – meliputi poin a) – e) pada maksud dan
e) pada maksud dan tujuan
tujuan D : Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang pengkajian
prasedasi dan dicatat dalam rekam medis
meliputi poin a) – e) pada maksud dan tujuan.
b) Rumah sakit telah menerapkan Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawancara 10
pemantauan pasien selama dilakukan PPA lainnya Regulasi tentang pemantauan pasien selama Wawancara tentang pemantauan pasien 5
pelayanan sedasi moderat dan dalam dilakukan pelayanan sedasi moderat dan selama dilakukan pelayanan sedasi 0
oleh PPA yang kompeten dan di catat dalam oleh PPA yang kompeten dan di moderat dan dalam oleh PPA yang
di rekam medik. catat di rekam medik. kompeten dan di catat di rekam medik.
D : Bukti

242
Bukti dalam rekam medik adanya
pemantauan pasien selama dilakukan
pelayanan sedasi moderat dan dalam
oleh PPA yang kompeten’

c) Kriteria pemulihan telah digunakan Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawancara 10


dan didokumentasikan untuk PPA lainnya Regulasi tentang kriteria pemulihan digunakan Wawancara tentang kriteria pemulihan telah 5
mengidentifikasi pasien yang sudah dan didokumentasikan untuk digunakan dan didokumentasikan untuk 0
pulih kembali dan atau siap untuk mengidentifikasi pasien yang sudah pulih mengidentifikasi pasien yang sudah pulih
ditransfer/dipulangkan. kembali dan atau siap untuk kembali dan atau siap untuk
ditransfer/dipulangkan ditransfer/dipulangkan.
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang kriteria
pemulihan telah digunakan dan
didokumentasikan untuk mengidentifikasi
pasien yang sudah pulih kembali dan
atau siap untuk ditransfer/dipulangkan.
c. Pelayanan Anastesi
1). Standar PAB 4
Profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan telah diberikan kewenangan klinis pelayanan anestesi melakukan asesmen pra-anestesi dan prainduksi.
2). Maksud dan Tujuan PAB 4
Oleh karena anestesi memiliki risiko tinggi maka pemberiannya harus direncanakan dengan hati-hati. Pengkajian pra-anestesi adalah dasar perencanaan ini untuk mengetahui
temuan pemantauan selama anestesi dan pemulihan yang mungkin bermakna, dan juga untuk menentukan obat analgesi apa untuk pasca operasi.Pengkajian pra-anestesi juga
memberikan informasi yang diperlukan untuk:
a) Mengetahui masalah saluran pernapasan;
b) Memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi;
c) Memberikan anestesi yang aman berdasar atas pengkajian pasien, risiko yang ditemukan, dan jenis tindakan;
d) Menafsirkan temuan pada waktu pemantauan selama anestesi dan pemulihan; dan
e) Memberikan informasi obat analgesia yang akan digunakan pascaoperasi.
Dokter spesialis anestesi akan melakukan pengkajian pra- anestesi yang dapat dilakukan sebelum masuk rawat inap atau sebelum dilakukan tindakan bedah atau sesaat menjelangoperasi,
misalnya pada pasien darurat.Asesmen prainduksi terpisah dari asesmen pra-anestesi, karena difokuskan pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien untuk tindakan anestesi, dan
berlangsung sesaat sebelum induksi anestesi. Jika anestesi diberikan secara darurat maka pengkajian pra-anestesi dan prainduksi dapat dilakukan berurutan atau simultan, namun dicatat
secara terpisah.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAB 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

243
a) Pengkajian pra-anestesi telah Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawancara 10
dilakukan untuk setiap pasien yang DPJP Regulasi tentang pengkajian pra-anestesi Wawancara tentang pengkajian pra-anestesi 5
akan dilakukan anestesi. untuk setiap pasien yang akan untuk setiap pasien yang akan dilakukan 0
dilakukan anestesi. anestesi.
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang
pengkajian pra-anestesi telah dilakukan
untuk setiap pasien yang akan dilakukan
anestesi.
b) Pengkajian prainduksi telah dilakukan Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawancara 10
secara terpisah untuk mengevaluasi DPJP Regulasi tentang pengkajian prainduksi Wawancara tentang pengkajian prainduksi 5
ulang pasien segera sebelum induksi dilakukan secara terpisah untuk mengevaluasi dilakukan secara terpisah untuk 0
anestesi. ulang pasien segera sebelum induksi anestesi mengevaluasi ulang pasien segera sebelum
D : Bukti induksi anestesi
Bukti dalam rekam medik tentang pengkajian
prainduksi telah dilakukan secara terpisah
untuk mengevaluasi ulang pasien segera
sebelum induksi anestesi.

c) Kedua pengkajian tersebut telah Pj. Anestesi D : Bukti I : Wawancara 10


dilakukan oleh PPA yang kompeten PPA Bukti tentang kedua pengkajian tersebut telah Wawancara tentang kedua pengkajian 5
dan telah diberikan kewenangan Komite medik dilakukan oleh PPA yang kompeten dan telah dilakukan oleh PPA yang kompeten dan 0
klinis didokumentasikan dalam rekam diberikan kewenangan klinis telah diberikan kewenangan klinis
medis pasien. didokumentasikan dalam rekam medis pasien. didokumentasikan dalam rekam
medis pasien.
4). Standar PAB 5
Risiko, manfaat, dan alternatif tindakan sedasi atau anestesi didiskusikan dengan pasien dan keluarga atau orang yang dapat membuat keputusan mewakili pasien sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
5). Maksud dan Tujuan PAB 5
Rencana tindakan sedasi atau anastesi harus diinformasikan kepada pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat keputusan mewakili pasien tentang jenis sedasi, risiko, manfaat,
dan alternatif terkait tindakan tersebut. Informasi tersebut sebagai bagian dari proses mendapat persetujuan tindakan kedokteran untuk tindakan sedasi atau anestesi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PAB 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

244
a) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
pemberian informasi kepada pasien Pj. Anestesi Regulasi tentang pemberian informasi Wawancara tentang pemberian informasi 5
dan atau keluarga atau pihak yang DPJP kepada pasien dan atau keluarga atau pihak kepada pasien dan atau keluarga atau pihak 0
akan memberikan keputusan tentang PPA lainnya yang akan memberikan keputusan tentang yang akan memberikan keputusan tentang
jenis, risiko, manfaat, alternatif dan Pasien/keluarga jenis, risiko, manfaat, alternatif dan analgesia jenis, risiko, manfaat, alternatif dan
analgesia pasca tindakan sedasi atau pasca tindakan sedasi atau anestesi. analgesia paska tindakan sedasi atau
anestesi. A : Acuan anestesi.
PERMENKES No. 290 tahun 2008 tentang
informed consent
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik berupa
pemberian informasi kepada pasien dan
atau keluarga atau pihak yang akan
memberikan keputusan tentang jenis, risiko,
manfaat, alternatif dan
analgesia pasca tindakan sedasi atau anestesi
b) Pemberian informasi dilakukan oleh Pj. Anestesi D : Bukti I : Wawancara 10
dokter spesialis anastesi dan DPJP Bukti dalam rekam medik tentang pemberian Wawancara tentang pemberian informasi 5
didokumentasikan dalam formulir PPA lainnya informasi dilakukan oleh dokter spesialis dilakukan oleh dokter spesialis anastesi dan 0
persetujuan tindakan anestesi/sedasi. Pasien/keluarga anastesi dan didokumentasikan dalam didokumentasikan dalam formulir
formulir persetujuan tindakan anestesi/sedasi. persetujuan tindakan anestesi/sedasi
7). Standar PAB 6
Status fisiologis setiap pasien selama tindakan sedasi atau anestesi dipantau sesuai dengan panduan praktik klinis (PPK) dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

8). Maksud dan Tujuan PAB 6


Pemantauan fisiologis akan memberikan informasi mengenai status pasien selama tindakan anestesi (umum, spinal, regional dan lokal) dan masa pemulihan. Hasil pemantauan akan
menjadi dasar untuk mengambil keputusan intraoperasi yang penting dan juga menjadi dasar pengambilan keputusan pascaoperasi seperti pembedahan ulang, pemindahan ke
tingkat perawatan lain, atau pemulangan pasien.
Informasi hasil pemantauan akan memandu perawatan medis dan keperawatan serta mengidentifikasi kebutuhan diagnostik dan layanan lainnya. Temuan pemantauan dimasukkan
ke dalam rekam medis pasien. Metode pemantauan bergantung pada status praanestesi pasien, pemilihan jenis tindakan anestesi, dan kerumitan pembedahan atau prosedur lainnya
yang dilakukan selama tindakan anestesi. Meskipun demikian, pemantauan menyeluruh selama tindakan anestesi dan pembedahan dalam semua kasus harus sesuai dengan panduan
praktik klinis (PPK) dan kebijakan rumah sakit. Hasilpemantauan didokumentasikan dalam rekam medis.

TELUSUR
9). Elemen Penilaian PAB 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Frekuensi dan jenis pemantauan Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawancara 10
selama tindakan anestesi dan DPJP Regulasi tentang frekuensi dan jenis Wawancara tentang frekuensi dan jenis 5
pembedahan didasarkan pada status PPA pemantauan selama tindakan anestesi pemantauan selama tindakan anestesi 0
dan dan

245
praanestesi pasien, anestesi yang pembedahan didasarkan pada status pembedahan didasarkan pada status
digunakan, serta prosedur praanestesi pasien, anestesi yang praanestesi pasien, anestesi yang
pembedahan yang dilakukan. digunakan, serta prosedur pembedahan yang digunakan, serta prosedur pembedahan
dilakukan. D : Bukti yang dilakukan.
Bukti dalam rekam medik tentang frekuensi
dan jenis pemantauan selama tindakan
anestesi dan pembedahan didasarkan pada
status praanestesi pasien, anestesi yang
digunakan, serta prosedur pembedahan
yang
dilakukan.
b) Pemantauan status fisiologis pasien Pj. Anestesi D : Bukti I : Wawancara 10
sesuai dengan panduan praktik klinis DPJP Bukti dalam rekam medik tentang pemantauan Wawancara tentang pemantauan status 5
(PPK) dan didokumentasikan dalam PPA status fisiologis pasien sesuai dengan fisiologis pasien sesuai dengan panduan 0
rekam medis pasien. panduan praktik klinis (PPK) dan praktik klinis (PPK) dan didokumentasikan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien. dalam rekam medis pasien.
10). Standar PAB. 6.1
Status pasca anestesi pasien dipantau dan didokumentasikan, dan pasien dipindahkan/ditransfer/dipulangkan dari area pemulihan oleh PPA yang kompeten dengan menggunakan
kriteria baku yang ditetapkan rumah sakit.
11). Maksud dan Tujuan PAB 6.1
Pemantauan selama anestesi menjadi dasar pemantauan saat pemulihan pascaanestesi. Pemantauan pasca anestesi dapat dilakukan di ruang rawat intensif atau di ruang pulih.
Pemantauan pasca anestesi di ruang rawat intensif bisa direncanakan sejak awal sebelum tindakan operasi atau sebelumnya tidak direncanakan berubah dilakukan pemantauan di ruang
intensif atas hasil keputusan PPA anestesi dan atau PPA bedah berdasarkan penilaian selama prosedur anestesi dan atau pembedahan. Bila pemantauan pasca anestesi dilakukan di
ruang intensif maka pasien langsung di transfer ke ruang rawat intensif dan tatalaksana pemantauan selanjutnya secara berkesinambungan dan sistematis berdasarkan instruksi DPJP di
ruang rawat intensif serta didokumentasikan. Bila pemantauan dilakukan di ruang pulih maka pasien dipantau secara berkesinambungan dan sistematis serta didokumentasikan.
Pemindahan pasien dari area pemulihan pascaanestesi atau penghentian pemantauan pemulihan dilakukan dengan salah satu berdasarkan beberapa alternatif sebagai berikut:
a) Pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang ahli anestesi yang kompeten.
b) Pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang perawat atau penata anastesi yang kompeten berdasarkan kriteria pascaanestesi yang ditetapkan oleh
rumah sakit, tercatat dalam rekam medis bahwa kriteria tersebut terpenuhi.
c) Pasien dipindahkan ke unit yang mampu menyediakan perawatan pascaanestesi misalnya di unit perawatan intensif.
Waktu masuk dan keluar dari ruang pemulihan (atau waktu mulai dan dihentikannya pemantauan pemulihan) didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
TELUSUR
12) Elemen Penilaian PAB 6.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS R : Regulasi I : Wawaancara 10
pemantauan pasien pasca anestesi baik Pj. Anestesi Regulasi tentang pemantauan pasien Wawancara tentang penerapan pemantauan 5
di ruang intensif maupun di ruang DPJP pasca anestesi baik di ruang intensif pasien pasca anestesi baik di ruang intensif 0
pemulihan dan didokumentasikan PPA lainnya maupun di ruang pemulihan dan maupun di ruang pemulihan
dalam rekam medis pasien. didokumentasikan dalam rekam medis
pasien
D: Bukti

246
Bukti dalam rekam medik pemantauan pasien
paska anestesi baik di ruang intensif maupun
di ruang pemulihan dan didokumentasikan
dalam rekam medis pasien.
b) Pasien dipindahkan dari unit paska Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawaancara 10
anestesi (atau pemantauan pemulihan DPJP Regulasi tentang pasien dipindahkan dari Wawancara tentang pasien dipindahkan dari 5
dihentikan) sesuai dengan kriteria PPA lainnya unit pasca anestesi (atau pemantauan unit paska anestesi (atau pemantauan 0
baku yang ditetapkan dengan pemulihan dihentikan) sesuai dengan kriteria pemulihan dihentikan) sesuai dengan
alternatif a) - c) pada maksud dan baku yang ditetapkan dengan alternatif a) - kriteria baku yang ditetapkan dengan
tujuan. c) pada maksud dan tujuan. alternatif a) - c) pada maksud dan tujuan
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik tentang pasien
dipindahkan dari unit paska anestesi (atau
pemantauan pemulihan dihentikan) sesuai
dengan kriteria baku yang ditetapkan dengan
alternatif a) - c) pada maksud dan tujuan.
c) Waktu dimulai dan dihentikannya Pj. Anestesi D : Bukti I : Wawaancara 10
proses pemulihan dicatat di dalam PPA lainnya Bukti dalam rekam medik tentang waktu Wawancara tentang waktu dimulai dan 5
rekam medis pasien. dimulai dan dihentikannya proses pemulihan dihentikannya proses pemulihan dicatat 0
dicatat di dalam rekam medis pasien. di
dalam rekam medis pasien.
d. Pelayanan Pembedahan
1). Standar PAB 7
Asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasar atas hasil pengkajian dan dicatat dalam rekam medis pasien.
2). Maksud dan Tujuan PAB 7
Karena prosedur bedah mengandung risiko tinggi maka pelaksanaannya harus direncanakan dengan saksama. Pengkajian prabedah menjadi acuan untuk menentukan jenis tindakan bedah
yang tepat dan mencatat temuan penting. Hasil pengkajian prabedah memberikan informasi tentang:
a) Tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaannya;
b) Melakukan tindakan dengan aman; dan
c) Menyimpulkan temuan selama pemantauan.
Pemilihan teknik operasi bergantung pada riwayat pasien, status fisik, data diagnostik, serta manfaat dan risiko tindakan yang dipilih. Untuk pasien yang saat masuk rumah sakit langsung
dilayani oleh dokter bedah, pengkajian prabedah menggunakan formulir pengkajian awal rawat inap. Sedangkan pasien yang dikonsultasikan di tengah perawatan oleh dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP) lain dan diputuskan operasi maka pengkajian prabedah dapat dicatat di rekam medis sesuai kebijakan rumah sakit. Hal ini termasuk diagnosis praoperasi
dan pascaoperasi serta nama tindakan operasi.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PAB 7 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I ; Wawancara 10
pengkajian pra bedah pada pasien DPJP 5

247
yang akan dioperasi oleh dokter PPA lainnya Regulasi tentang pengkajian pra bedah Wawancara tentang penerapan pengkajian 0
penanggung jawab pelayanan (DPJP) pada pasien yang akan dioperasi oleh dokter pra bedah pada pasien yang akan
sebelum operasi dimulai. penanggung jawab pelayanan (DPJP) dioperasi oleh dokter penanggung jawab
sebelum operasi dimulai. pelayanan (DPJP) sebelum operasi
D : Bukti dimulai.
Bukti dalam rekam medik tentang rumah sakit
telah menerapkan pengkajian prabedah pada
pasien yang akan dioperasi oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP)
sebelum operasi dimulai.

b) Diagnosis pra operasi dan rencana DPJP D : Bukti I : Wawancara 10


prosedur/tindakan operasi Bukti dalam rekam medik tentang diagnosis Wawancara tentang diagnosis pra operasi 5
berdasarkan hasil pengkajian pra operasi dan rencana prosedur/tindakan dan rencana prosedur/tindakan operasi 0
prabedah dan didokumentasikan di operasi berdasarkan hasil pengkajian berdasarkan hasil pengkajian prabedah
rekam medik. prabedah dan didokumentasikan di rekam dan didokumentasikan di rekam medik.
medik.

5). Maksud dan Tujuan PAB 7.1


Pasien, keluarga, dan mereka yang memutuskan mendapatkan penjelasan untuk berpartisipasi dalam keputusan asuhan pasien dengan memberikan persetujuan (consent).Untuk memenuhi
kebutuhan pasien maka penjelasan tersebut diberikan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) yang dalam keadaan darurat dapat dibantu oleh dokter di unit gawat
darurat.informasi yang disampaikan meliputi:
a) Risiko dari rencana tindakan operasi;
b) Manfaat dari rencana tindakan operasi;
c) Memungkinan komplikasi dan dampak;
d) Pilihan operasi atau nonoperasi (alternatif) yang tersedia untuk menangani pasien;
e) Sebagai tambahan jika dibutuhkan darah atau produk darah, sedangkan risiko dan alternatifnya didiskusikan.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PAB 7.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawaancara 10
pemberian informasi kepada pasien DPJP Regulasi pemberian informasi kepada pasien Wawancara tentang pemberian informasi 5
dan atau keluarga atau pihak yang PPA lainnya dan atau keluarga atau pihak yang akan kepada pasien dan atau keluarga atau 0
akan memberikan keputusan tentang Pasien/keluarga memberikan keputusan tentang jenis, risiko, pihak yang akan memberikan keputusan
jenis, risiko, manfaat, komplikasi manfaat, komplikasi dan dampak serta tentang jenis, risiko, manfaat, komplikasi
dan dampak serta alternatif alternatif prosedur/teknik terkait dengan dan dampak serta alternatif
prosedur/teknik terkait dengan rencana operasi (termasuk pemakaian produk prosedur/teknik terkait dengan rencana
rencana operasi (termasuk darah bila diperlukan) kepada pasien dan atau operasi (termasuk
pemakaian produk darah bila diperlukan)

248
pemakaian produk darah bila keluarga atau mereka yang kepada pasien dan atau keluarga atau
diperlukan) kepada pasien dan atau berwenang memberi keputusan. mereka yang berwenang memberi
keluarga atau mereka yang D : Bukti keputusan.
berwenang memberi keputusan. . Bukti dalam rekam medik bahwa rumah
sakit telah telah menerapkan pemberian
informasi kepada pasien dan atau keluarga
atau pihak yang akan memberikan keputusan
tentang jenis, risiko, manfaat, komplikasi dan
dampak serta alternatif prosedur/teknik terkait
dengan rencana operasi (termasuk pemakaian
produk darah bila diperlukan) kepada pasien
dan atau
keluarga atau mereka yang
berwenang memberi keputusan.
b) Pemberian informasi dilakukan oleh Pj. Anestesi D : Regulasi I : Wawaancara 10
dokter penanggung jawab pelayanan DPJP Regulasi tentang pemberian informasi Wawancara tentang pemberian informasi 5
(DPJP) didokumentasikan dalam PPA lainnya dilakukan oleh dokter penanggung jawab dilakukan oleh dokter penanggung jawab 0
formulir persetujuan tindakan Pasien/keluarga pelayanan (DPJP) didokumentasikan dalam pelayanan (DPJP) didokumentasikan dalam
kedokteran. formulir persetujuan tindakan kedokteran. formulir persetujuan tindakan kedokteran
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik adanya pemberian
informasi dilakukan oleh dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP)
7). Standar PAB 7.2
Informasi yang terkait dengan operasi dicatat dalam laporan operasi dan digunakan untuk menyusun rencana asuhan lanjutan.

8). Maksud dan Tujuan PAB 7.2


Asuhan pasien pascaoperasi bergantung pada temuan dalam operasi. Hal yang terpenting adalah semua tindakan dan hasilnya dicatat di rekam medis pasien. Laporan ini dapat dibuat
dalam bentuk format template atau dalam bentuk laporan operasi tertulis sesuai dengan regulasi rumah sakit. Laporan yang tercatat tentang operasi memuat paling sedikit:
a) Diagnosis pascaoperasi;
b) Nama dokter bedah dan asistennya;
c) Prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan;
d) Ada dan tidak ada komplikasi;
e) Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa;
f) Jumlah darah yang hilang dan jumlah yang masuk lewat transfusi;
g) Nomor pendaftaran alat yang dipasang (implan), (bila mempergunakan)
h) Tanggal, waktu, dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.

TELUSUR
9). Elemen Penilaian PAB 7.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

249
a) Laporan operasi memuat poin a) – DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
h) pada maksud dan tujuan serta Regulasi tentang laporan operasi memuat poin Wawancara tentang laporan operasi memuat 5
dicatat pada a) – h) pada maksud dan tujuan serta dicatat poin a) – h) pada maksud dan tujuan 0
formulir/template yang pada formulir/template yang ditetapkan
ditetapkan rumah sakit. rumah sakit.
\D : Bukti
Bukti dalam rekam medik adanya laporan
operasi memuat poin a) – h) pada maksud
dan tujuan serta dicatat pada
formulir/template
yang ditetapkan rumah sakit.
b) Laporan operasi telah tersedia segera DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
setelah operasi selesai dan sebelum Bukti dalam rekam medik adanya laporan Wawancara tentang laporan operasi telah 5
pasien dipindah ke ruang lain untuk operasi telah tersedia segera setelah operasi tersedia segera setelah operasi selesai 0
perawatan selanjutnya. selesai dan sebelum pasien dipindah ke dan sebelum pasien dipindah ke ruang
ruang lain
lain untuk perawatan selanjutnya. untuk perawatan selanjutnya.
10). Standar PAB. 7.3
Rencana asuhan pasca operasi disusun, ditetapkan dan dicatat dalam rekam medis.

11). Maksud dan Tujuan PAB 7.3


Kebutuhan asuhan medis, keperawatan, dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya sesuai dengan kebutuhan setiap pasien pascaoperasi berbeda bergantung pada tindakan
operasi dan riwayat kesehatan pasien. Beberapa pasien mungkin membutuhkan pelayanan dari profesional pemberi asuhan (PPA) lain atau unit lain seperti rehabilitasi medik atau
terapi fisik. Penting membuat rencana asuhan tersebut termasuk tingkat asuhan, metode asuhan, tindak lanjut monitor atau tindak lanjut tindakan, kebutuhan obat, dan asuhan lain atau
tindakan serta layanan lain. Rencana asuhan pascaoperasi dapat dimulai sebelum tindakan operasi berdasarkan asesmen kebutuhan dan kondisi pasien serta jenis operasi yang
dilakukan. Rencana asuhan pasca operasi juga memuat kebutuhan pasien yang segera. Rencana asuhan dicacat di rekam medik pasien dalam waktu 24 jam dan diverifikasi oleh
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan tim klinis untuk memastikan kontuinitas asuhan selama waktu pemulihan dan masa rehabilitasi.
TELUSUR
12). Elemen Penilaian PAB 7.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rencana asuhan pasca operasi dicatat DPJP D : Regulasi I : Wawancara 10
di rekam medis pasien dalam waktu Regulasi tentang rencana asuhan pasca operasi Wawancara tentang rencana asuhan pasca 5
24 jam oleh dokter penanggung jawab dicatat di rekam medis pasien dalam waktu operasi dicatat di rekam medis pasien dalam 0
pelayanan (DPJP). 24 jam oleh dokter penanggung jawab waktu 24 jam oleh dokter penanggung
pelayanan (DPJP). jawab pelayanan (DPJP).
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik adanya rencana
asuhan pasca operasi dicatat di rekam medis
pasien dalam waktu 24 jam oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP).

250
b) Rencana asuhan pasca operasi DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
termasuk rencana asuhan medis, PPA lainnya Bukti dalam rekam medik tentang rencana Wawancara tentang rencana asuhan pasca 5
keperawatan, oleh PPA lainnya asuhan pasca operasi termasuk rencana operasi termasuk rencana asuhan medis, 0
berdasar atas kebutuhan pasien. asuhan medis, keperawatan, oleh PPA keperawatan, oleh PPA lainnya berdasar
lainnya atas kebutuhan pasien
berdasar atas kebutuhan pasien
c) Rencana asuhan paska operasi diubah DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
berdasarkan pengkajian ulang pasien. PPA lainnya Bukti dalam rekam medik adanya rencana Wawancara tentang rencana asuhan paska 5
asuhan paska operasi diubah berdasarkan operasi diubah berdasarkan 0
pengkajian ulang pasien. pengkajian ulang pasien.
13). Standar PAB 7.4
Perawatan bedah yang mencakup implantasi alat medis direncanakan dengan pertimbangan khusus tentang bagaimana memodifikasi proses dan prosedur standar.

14). Maksud dan Tujuan PAB 7.4


Banyak tindakan bedah menggunakan implan yang menetap/permanen maupun temporer antara lain panggul/lutut prostetik, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan operasi seperti
ini mengharuskan tindakan operasi rutin yang dimodifikasi dgn mempertimbangkan faktor khusus seperti:
a) Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundangan.
b) Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan ketersediaan implan di kamar operasi dan pertimbangan khusus utk penandaan lokasi operasi.
c) Kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan implan (staf dari pabrik/perusahaan implan untuk mengkalibrasi).
d) Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implant.
e) Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan pabrik.
f) Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus.
g) Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi.
h) h) kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan kembali (recall) alat medis misalnya dengan menempelkan barcode alat di rekam medis.
TELUSUR
15). Elemen Penilaian PAB 7.4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah mengidentifikasi Direktur RS D : Regulasi I: Wawancara 10
jenis alat implan yang termasuk Pimpinan RS Regulasi tentang identifikasi jenis alat implan Wawancara tentang identifikasi jenis 5
dalam cakupan layanannya. Ka Unit yang termasuk dalam cakupan layanannya. alat implan yang termasuk dalam 0
Farmasi Ka D : Bukti cakupan layanannya
Unit RM DPJP Bukti rumah sakit mengidentifikasi jenis alat
implan yang termasuk dalam cakupan
layanannya, berupa daftar jenis inplant yang
digunakan rumah sakit
b) Kebijakan dan praktik mencakup poin Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
a) – h) pada maksud dan tujuan. DPJP Regulasi tentang kebijakan dan praktik Wawancara tentang kebijakan dan praktik 5
Ka Unit OK mencakup poin a) – h) pada maksud mencakup poin a) – h) pada maksud dan 0
Ka Unit RM dan tujuan. tujuan.
PPI D: Bukti

251
Pasien Bukti dalam rekam medik tentang kebijakan
dan praktik mencakup poin a) – h) pada
maksud dan tujuan.
c) Rumah sakit mempunyai proses untuk Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
melacak implan medis yang telah DPJP Regulasi tentang rumah sakit mempunyai Wawancara tentang proses untuk melacak 5
digunakan pasien. Ka Unit RM proses untuk melacak implan medis yang implan medis yang telah digunakan 0
PPI telah digunakan pasien. pasien.
Pasien D : Bukti
Bukti proses untuk melacak implan medis
yang telah digunakan pasien.
d) Rumah sakit menerapkan proses untuk Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
menghubungi dan memantau pasien DPJP Bukti rumah sakit menerapkan proses untuk Wawancara tentang proses untuk 5
dalam jangka waktu yang ditentukan Staf Unit RM menghubungi dan memantau pasien dalam menghubungi dan memantau pasien dalam 0
setelah menerima pemberitahuan Staf Kamar Operasi jangka waktu yang ditentukan setelah jangka waktu yang ditentukan setelah
adanya penarikan/recall suatu implan menerima pemberitahuan adanya menerima pemberitahuan adanya
medis. penarikan/recall suatu implan medis. penarikan/recall suatu implan medis.

252
B. KELOMPOK PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
> 80% Terpenuhi
20-79% Terpenuhi sebagian
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Terpenuhi

6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)


a. Pengorganisasian
1). Standar PKPO 1
Sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat dikelola untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2). Maksud dan Tujuan PKPO 1


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang meliputi:
a) Perencanaan sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat.
b) Pemilihan.
c) Perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dan BMHP.
d) Penyimpanan.
e) Pendistribusian.
f) Peresepan/permintaan obat/instruksi pengobatan.
g) Penyiapan (dispensing).
h) Pemberian.
i) Pemantauan terapi obat.
Untuk memastikan efektivitas sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat, maka rumah sakit melakukan kajian sekurang-kurangnya sekali setahun. Kajian tahunan
dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi dan pengalaman yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat, termasuk jumlah laporan insiden kesalahan
obat serta upaya untuk menurunkannya. Pelaksanaan kajian melibatkan Komite/Tim Farmasi dan Terapi, Komite/ Tim Penyelenggara Mutu, serta unit kerja terkait. Kajian bertujuan
agar rumah sakit memahami kebutuhan dan prioritas perbaikan sistem berkelanjutan. Kajian meliputi proses-proses poin a) sampai dengan i), termasuk insiden kesalahan obat
(medication error). Pelayanan kefarmasian dipimpin oleh apoteker yangmemiliki izin dan kompeten dalam melakukan supervisi semua aktivitas pelayanan kefarmasian dan penggunaan
obat di rumah sakit. Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat bukan hanya tanggung jawab apoteker, tetapi juga staf lainnya yang terlibat, misalnya dokter, perawat, tenaga teknis
kefarmas ian, staf non klinis. Struktur organisasi dan tata hubungan kerja operasional pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di rumah sakit mengacu pada peraturan
perundang-undangan.
Rumah sakit harus menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan staf yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat, misalnya informasi tentang dosis, interaksi
obat, efek samping obat, stabilitas dan kompatibilitas dalam bentuk cetak dan/atau elektronik.

3). Elemen Penilaian PKPO 1 SASARAN TELUSUR SKOR

253
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
regulasi tentang sistem pelayanan Regulasi tentang sistem pelayanan 0
kefarmasian dan penggunaan obat, kefarmasian dan penggunaan obat, termasuk
termasuk pengorganisasiannya sesuai pengorganisasiannya sesuai dengan peraturan
dengan peraturan perundang- perundang-undangan
undangan A : Acuan
PERMENKES No. 34 tahun 2021 tentang
Standart Pelayanan Kefarmasian Klinik
b) Rumah sakit memiliki bukti seluruh Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
apoteker memiliki izin dan Bagian Kepegawaian Bukti tentang seluruh apoteker memiliki izin Wawancara tentang seluruh apoteker 5
kompeten, serta telah melakukan Ka Unit Farmasi dan kompeten, serta telah melakukan supervisi memiliki izin dan kompeten, serta telah 0
supervisi pelayanan kefarmasian Apoteker pelayanan kefarmasian dan memastikan melakukan supervisi pelayanan kefarmasian
dan memastikan kepatuhan Komite/tim Farmasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- dan memastikan kepatuhan terhadap
terhadap peraturan perundang- Terapi Komite Nakes Lain undangan, berupa : hasil kredensial (SPK & peraturan perundang- undangan
undangan RKK ), STR/SIP seluruh apoteker/asisten
c) Rumah sakit memiliki bukti kajian Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
sistem pelayanan kefarmasian dan Ka Unit Bukti adanya kajian sistem pelayanan Wawancara tentang pelaksanaan kajian 5
penggunaan obat yang dilakukan Farmasi kefarmasian dan penggunaan obat yang sistem pelayanan kefarmasian dan 0
setiap tahun Komite/tim Farmasi dan Terapi dilakukan setiap tahun. penggunaan obat yang dilakukan
setiap
tahun.
d) Rumah sakit memiliki sumber Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
informasi obat untuk semua staf Ka Unit Bukti adanya sumber informasi obat untuk Wawancara tentang sumber informasi obat 5
yang terlibat dalam penggunaan Farmasi semua staf yang terlibat dalam penggunaan untuk semua staf yang terlibat dalam 0
obat. Komite/tim Farmasi dan Terapi obat. penggunaan obat

b. Pemilihan, Perencanaan, dan Pengadaan


1). Standar PKPO 2
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan formularium yang digunakan untuk peresepan/permintaan obat/instruksi pengobatan. Obat dalam formularium senantiasa tersedia di
rumah sakit.
2). Maksud dan Tujuan PKPO 2
Rumah sakit menetapkan formularium obat mengacu pada peraturan perundang-undangan. Formularium ini didasarkan atas misi rumah sakit, kebutuhan pasien, dan jenis pelayanan yang
diberikan. Penyusunan formularium merupakan suatu proses kolaboratif mempertimbangkan kebutuhan, keselamatan pasien dan aspek biaya. Formularium harus dijadikan acuan
dan dipatuhi dalam peresepan dan pengadaan obat. Komite/Tim Farmasi dan Terapi melakukan evaluasi terhadap formularium rumah sakit sekurang-kurangnya setahun sekali
dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan biaya. Rumah sakit merencanakan kebutuhan obat, dan BMHP dengan baik agar tidak terjadi kekosongan yang dapat
menghambat pelayanan. Apabila terjadi kekosongan, maka tenaga kefarmasian harus menginformasikan kepada profesional pemberi asuhan (PPA) serta saran substitusinya. Rumah
sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pengadaan sediaan farmasi dan BMHP yang melibatkan apoteker untuk memastikan proses berjalan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
4). Elemen Penilaian PKPO 2 SASARAN TELUSUR SKOR

254
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah memiliki proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
penyusunan formularium rumah Ka Unit Regulasi tentang proses penyusunan Wawancara tentang proses penyusunan 5
sakit secara kolaboratif. Farmasi formularium rumah sakit secara kolaboratif, formularium rumah sakit secara kolaboratif. 0
Komite/tim Farmasi dan Terapi
A : Acuan
KEPMENKES No. 01.07/MENKES/200/2020
tentang Pedoman Penyusunan Formularium
Rumah Sakit
KEPMENKES No. HK
01.07 /MENKES/1970/2022 tentang
Perubahan atas KEPMENKES No. HK
01.07/MENKES/ 6482/2021 tentang
Formularium Nasional
D : Bukti
Bukti adanya proses penyusunan formularium
rumah sakit secara kolaboratif, seperti :
- Daftar formularium obat
- Daftar sediaan farmasi dan BMHP
- Bukti rapat dalam
Menyusun formularium
(UMAN)
b) Rumah sakit melakukan pemantauan DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
kepatuhan terhadap formularium Ka Unit Farmasi Bukti adanya laporan pemantauan kepatuhan Wawancara tentang kepatuhan terhadap 5
baik dari persediaan maupun Komite/tim Farmasi dan Terapi terhadap formularium baik dari persediaan formularium baik dari persediaan maupun 0
penggunaannya. maupun penggunaannya penggunaannya

c) Rumah sakit melakukan evaluasi Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


terhadap formularium sekurang- Ka Unit Bukti adanya laporan evaluasi terhadap Wawancara tentang pelaksanaan evaluasi 5
kurangnya setahun sekali berdasarkan Farmasi formularium sekurang-kurangnya setahun terhadap formularium sekurang-kurangnya 0
informasi tentang efektivitas, Komite/tim Farmasi dan Terapi sekali berdasarkan informasi tentang setahun sekali
keamanan dan biaya. efektivitas, keamanan dan biaya.

d) Rumah sakit melakukan pelaksanaan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


dan evaluasi terhadap perencanaan Ka Unit Bukti adanya pelaksanaan dan evaluasi Wawancara tentang pelaksanaan dan 5
dan pengadaan sediaan farmasi, dan Farmasi terhadap perencanaan dan pengadaan sediaan evaluasi terhadap perencanaan dan 0
BMHP Komite/tim Farmasi dan Terapi farmasi, dan BMHP pengadaan sediaan farmasi, dan BMHP.

255
e) Rumah sakit melakukan pengadaan Direktur RS D : Bukti I : Wawancara 10
sediaan farmasi, dan BMHP Pimpinan RS Bukti adanya dokumen pengadaan Wawancara tentang pengadaan sediaan 5
melibatkan apoteker untuk Ka Unit sediaan farmasi, dan BMHP melibatkan farmasi, dan BMHP melibatkan apoteker 0
memastikan proses berjalan sesuai Farmasi apoteker untuk memastikan proses untuk memastikan proses berjalan sesuai
peraturan perundang- undangan. Apoteker berjalan sesuai peraturan perundang- peraturan perundang- undangan.
Komite/tim Farmasi dan undangan.
Terapi Bagian Pengandaan
c. Penyimpanan
1). Standar PKPO 3
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP disimpan dengan benar dan aman sesuai peraturan perundang-undangan dan standar profesi.
2). Standar PKPO 3.1
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pengelolaan obat atau produk yang memerlukan penanganan khusus, misalnya obat dan bahan berbahaya, radioaktif, obat penelitian,
produk nutrisi parenteral, obat/BMHP dari program/donasi sesuai peraturan perundang-undangan.
4). Standar PKPO 3.3
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi penarikan kembali (recall) dan pemusnahan sediaan farmasi, BMHP dan implan sesuai peraturan perundang- undangan.

5). Maksud dan Tujuan PKPO 3, PKPO 3.1, PKPO 3.2, PKPO 3.3
Rumah sakit mempunyai ruang penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP yang disesuaikan dengan kebutuhan,serta memperhatikan persyaratan penyimpanan dari produsen,
kondisi sanitasi,suhu, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan memiliki system keamanan penyimpanan yang bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanan produk serta keselamatan staf.
Beberapa sediaan farmasi harus disimpan dengan cara khusus, yaitu:
a) Bahan berbahaya dan beracun (B3) disimpan sesuaisifat dan risiko bahan agar dapat mencegah staf dan lingkungan dari risiko terpapar bahan berbahaya dan beracun, atau
mencegah terjadinya bahaya seperti kebakaran.
b) Narkotika dan psikotropika harus disimpan dengan cara yang dapat mencegah risiko kehilangan obat yang berpotensi disalahgunakan (drug abuse). Penyimpanan dan
pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.
c) Elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu diatur penyimpanannya agar tidak salah dalam pengambilan.
d) Obat emergensi diatur penyimpanannya agar selalu siap pakai bila sewaktu-waktu diperlukan.
Ketersediaan dan kemudahan akses terhadap obat, dan BMHP pada kondisi emergensi sangat menentukan penyelamatan jiwa pasien. Oleh karena itu rumah sakit harus menetapkan
lokasi penempatan troli/tas/lemari/kotak berisi khusus obat, dan BMHP emergensi, termasuk di ambulans. Pengelolaan obat dan BMHP emergensi harus sama/seragam diseluruh rumah
sakit dalam hal penyimpanan (termasuk tata letaknya), pemantauan dan pemeliharaannya.
Rumah sakit menerapkan tata laksana obat emergensi untuk meningkatkan ketepatan dan kecepatan pemberian obat, misalnya:
a. Penyimpanan obat emergensi harus sudah dikeluarkan dari kotak kemasannya agar tidak menghambat kecepatan penyiapan dan pemberian obat, misalnya: obat dalam
bentuk ampul atau vial.
b. Pemisahan penempatan BMHP untuk pasien dewasa dan pasien anak.
c. Tata letak obat yang seragam.
d. Tersedia panduan cepat untuk dosis dan penyiapan obat.
Beberapa sediaan farmasi memiliki risiko khusus yang memerlukan ketentuan tersendiri dalam penyimpanan, pelabelan dan pengawasan penggunaannya, yaitu:
a) Produk nutrisi parenteral dikelola sesuaistabilitas produk;
b) Obat/bahan radioaktif dikelola sesuaisifat dan bahan radioaktif;

256
c) Obat yang dibawa pasien;
d) Obat/BMHP dari program atau bantuan pemerintah/pihak lain dikelola sesuai peraturan perundang-undangan dan pedoman; dan
e) Obat yang digunakan untuk penelitian dikelola sesuai protokol penelitian.
Obat dan zat kimia yang digunakan untuk peracikan obat harus diberi label yang memuat informasi nama, kadar/kekuatan, tanggal kedaluwarsa dan peringatan khusus untuk menghindari
kesalahan dalam penyimpanan dan penggunaannya. Apoteker melakukan supervise secara rutin ke lokasi penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP, untuk memastikan penyimpanannya
dilakukan dengan benar dan aman. Rumah sakit harus memilikisistem yang menjamin bahwa sediaan farmasi dan BMHP yang tidak layak pakai karena rusak, mutu substandar atau
kedaluwarsa tidak digunakan serta dimusnahkan. Obat yang sudah dibuka dari kemasan primer (wadah yang bersentuhan langsung dengan obat) atau sudah dilakukan perubahan,
misalnya: dipindahkan dari wadah aslinya,sudah dilakukan peracikan, maka tanggal kedaluwarsanya (ED=Expired Date) tidak lagi mengikuti tanggal kedaluwarsa dari pabrik yang tertera
di kemasan obat. Rumah sakit harus menetapkan tanggal kedaluwarsa sediaan obat tersebut (BUD=Beyond Use Date). BUD harus dicantumkan pada label obat.
Rumah sakit memilikisistem pelaporan obat dan BMHP yang substandar (rusak) untuk perbaikan dan peningkatan mutu Obat yang ditarik dari peredaran (recall) dapat disebabkan mutu
produk substandar atau obat berpotensi menimbulkan efek yang membahayakan pasien. Inisiatif recall dapat dilakukan oleh produsen secara sukarela atau oleh Badan POM.
Rumah sakit harus memilikisistem penarikan kembali (recall) yang meliputi identifikasi keberadaan obat yang di-recall disemua lokasi penyimpanan di rumah sakit, penarikan darisemua
lokasi penyimpanan, dan pengembaliannya ke distributor. Rumah sakit memastikan bahwa proses recall dikomunikasikan dan dilaksanakan secepatnya untuk mencegah
digunakannya
produk yang di-recall.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PKPO 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Sediaan farmasi dan BMHP disimpan Ka Unit D : Regulasi I : Observasi 10
dengan benar dan aman dalam kondisi Farmasi Staf Regulasi tentang penyimpanan sediaan I : Wawancara 5
yang sesuai untuk stabilitas produk, Farmasi Staf farmasi dan BMHP disimpan dengan benar Obsrvasi/wawancara bahwa sediaan farmasi 0
termasuk yang disimpan di luar Klinis dan aman dalam kondisi yang sesuai untuk dan BMHP disimpan dengan benar dan
Instalasi Farmasi. stabilitas produk, termasuk yang disimpan di aman dalam kondisi yang sesuai untuk
luar Instalasi Farmasi. stabilitas produk termasuk yang disimpan di
D : Bukti luar Instalasi Farmasi
Bukti adanya sediaan farmasi dan BMHP
disimpan dengan benar dan aman dalam
kondisi yang sesuai untuk stabilitas produk,
termasuk yang disimpan di luar Instalasi
Farmasi, berupa :
- Penyimpanan obat lengkap untuk
masing-masing area penyimpanan
- Daftar obat LASA dan Hight Allert
- Pelabelan obat-obat dan bahan kimia
yang digunakan menyiapkan obat
- Kebijakan pelaporan obat dari unit
b) Narkotika dan psikotropika disimpan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
dan dilaporkan penggunaannya Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang penyimpanan narkotika dan I : Wawancara 5
sesuai peraturan perundang- psikotropika disimpan dan dilaporkan Observasi/wawancara tentang narkotika dan 0
undangan penggunaannya sesuai peraturan perundang- psikotropika disimpan dan dilaporkan
undangan penggunaannya .

257
A : Acuan
PERMENKES No 3 tahun 2015 tentang
Peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan
pelaporan narkotika, psikotropika dan
precursor lainnya
D : Bukti
Bukti adanya penyimpanan dan pelaporan
narkotika dan psikotropika sesuai perundang
undangan.

c) Rumah sakit melaksanakan supervisi Pimpinan RS D: Bukti I : Wawancara 10


secara rutin oleh apoteker untuk Ka Unit Bukti adanya laporan supervisi rutin oleh Wawancara tentang pelaksanaan supervisi 5
memastikan penyimpanan sediaan Farmasi apoteker untuk memastikan penyimpanan secara rutin oleh apoteker untuk memastikan 0
farmasi dan BMHP dilakukan Apoteker sediaan farmasi dan BMHP dilakukan dengan penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP
dengan benar dan aman. benar dan aman.

d) Obat dan zat kimia yang digunakan Ka/staf Unit Farmasi D : Regulasi I : Observasi 10
untuk peracikan obat diberi label Regulasi tentang pemberian label obat dan I : Wawancara 5
secara akurat yang terdiri atas nama zat kimia yang digunakan untuk peracikan Observasi/wawancara tentang proses 0
zat dan kadarnya, tanggal obat diberi label secara akurat yang terdiri peracikan obat diberi label secara akurat
kedaluwarsa, dan peringatan khusus atas nama zat dan kadarnya, tanggal yang terdiri atas nama zat dan kadarnya,
kedaluwarsa, dan peringatan khusus tanggal kedaluwarsa, dan peringatan
D : bukti khusus
Bukti berupa pelabelan obat dan bahan kimia
yang digunakan menyiapkan obat

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PKPO 3.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Obat yang memerlukan penanganan Pimpinan RS D ; Regulasi I : Observasi 10
khusus dan bahan berbahaya dikelola Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang pengelolaan obat yang I : Wawancara 5
sesuai sifat dan risiko bahan. Komite/tim Farmasi dan memerlukan penanganan khusus dan bahan Observasi/wawancara tentang pelaksanaan 0
Terapi berbahaya dikelola sesuai sifat dan risiko penanganan khusus dan bahan berbahaya
bahan. dikelola sesuai sifat dan risiko bahan
D : Bukti
Bukti adanya pengelolaan obta yang
memerlukan penanganan khusus dan bahan

258
berbahaya dikelola sesuai sifat dan risiko
bahan.

b) Radioaktif dikelola sesuai sifat dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


risiko bahan radioaktif Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang pengelolaan bahan I : Wawancara 5
Komite/tim Farmasi dan radioaktif dikelola sesuai sifat dan risiko Observasi/wawancara tentang pengelolaan 0
Terapi bahan radioaktif bahan radioaktif dan risiko bahan radioaktif
D : Bukti di kelola oleh RS secara benar
Bukti adanya bahan radioaktif dikelola sesuai
sifat dan risiko bahan radioaktif

c) Obat penelitian dikelola sesuai Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


protokol penelitian. Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang pengelolaan obat penelitian I : Wawancara 5
Komite/tim Farmasi dan dikelola sesuai protokol penelitian Observasi/wawancara tentang obat 0
Terapi Apoteker D : Bukti penelitian yg dikelola sesuai protokol
Komite etik penelitian Bukti adanya pengelolaan obat penelitian
penelitian sesuai protocol penelitian.
d) Produk nutrisi parenteral dikelola Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
sesuai stabilitas produk Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang pengelolaan produk nutrisi I : Wawancara 5
Komite/tim Farmasi dan parenteral sesuai stabilitas produk Observasi/wawancara tentang pengelolaan 0
Terapi Apoteker D : Bukti produk nutrisi parenteral sesuai stabilitas
Ka Unit Gizi Bukti adanya produk nutrisi produk
parenteral dikelola sesuai stabilitas
produk
e) Obat/BMHP dari program/donasi Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
dikelola sesuai peraturan perundang- Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang pengelolaan obat/BMHP dari I : Wawancara 5
undangan dan pedoman terkait. Komite/tim Farmasi dan program/donasi sesuai peraturan perundang- Observasi/wawancara tentangpengelolaan 0
Terapi Apoteker undangan dan pedoman terkait. obat/BMHP dari program/donasi sesuai
D : Bukti peraturan perundang-undangan dan
Bukti adanya obat/BMHP dari program/donasi pedoman terkait
dikelola sesuai peraturan perundang-undangan
dan pedoman terkait.

TELUSUR
8). Elemen Penilaian PKPO 3.2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Obat dan BMHP untuk kondisi Ka/staf Unit Farmasi D : Regulasi I : Observasi 10
emergensi yang tersimpan di luar Ka Unit Terkait I : Wawancara, 5

259
Instalasi Farmasi termasuk di Apoteker Regulasi tentang penyimpanan obat dan Observasi/wawancara tentang penimpanan 0
ambulans dikelola secara seragam BMHP untuk kondisi emergensi yang obat dan BMHP untuk kondisi emergensi
dalam hal penyimpanan, pemantauan, tersimpan di luar Instalasi Farmasi termasuk yang tersimpan di luar Instalasi Farmasi
penggantian karena digunakan, rusak di ambulans dikelola secara seragam dalam termasuk di ambulans dikelola secara
atau kedaluwarsa, dan dilindungi hal penyimpanan, pemantauan, penggantian seragam dalam hal penyimpanan,
dari kehilangan dan pencurian. karena digunakan, rusak atau kedaluwarsa, pemantauan, penggantian karena digunakan,
dan dilindungi dari kehilangan dan rusak atau kedaluwarsa, dan dilindungi dari
pencurian. D : Bukti kehilangan dan pencurian.
Bukti adanya obat dan BMHP untuk kondisi
emergensi yang tersimpan di luar Instalasi
Farmasi termasuk di ambulans dikelola secara
seragam dalam hal penyimpanan, pemantauan,
penggantian karena digunakan, rusak atau
kedaluwarsa, dan dilindungi dari kehilangan
dan pencurian.

b) Rumah sakit menerapkan tata laksana Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


obat emergensi untuk meningkatkan Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang tata laksana obat emergensi I : Wawancara, 5
ketepatan dan kecepatan pemberian Ka Unit Terkait untuk meningkatkan ketepatan dan kecepatan Observasi/wawancara tentang tata laksana 0
obat Apoteker pemberian obat. obat emergensi
D : Bukti
Bukti adanya penerapan tata laksana obat
emergensi untuk meningkatkan ketepatan dan
kecepatan pemberian obat

TELUSUR
9). Elemen Penilaian PKPO 3.3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Batas waktu obat dapat digunakan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
(beyond use date) tercantum pada Ka/staf Unit Farmasi Bukti adanya batas waktu obat dapat I : Wawancara 5
label obat Komite/tim Farmasi dan digunakan (beyond use date) tercantum Observasi/wawanara tentang batas waktu 0
Terapi pada label obat obat dapat digunakan (beyond use date)
tercantum pada label obat

b) Rumah sakit memiliki sistem Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


pelaporan sediaan farmasi dan Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang sistem pelaporan sediaan Wawancara tentang sistem pelaporan 5
BMHP substandar (rusak). Komite/tim Farmasi dan Terapi farmasi dan BMHP substandar (rusak). sediaan farmasi dan BMHP substandar 0
D : Bukti (rusak).

260
Bukti adanya sistem pelaporan sediaan
farmasi dan BMHP substandar (rusak).

c) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


recall obat, BMHP dan implan yang Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang proses recall obat, BMHP Observasi tentang penerapan proses recall 5
meliputi identifikasi, penarikan, dan Komite/tim Farmasi dan Terapi dan implan yang meliputi identifikasi, obat, BMHP dan implan yang meliputi 0
pengembalian produk yang di-recall. penarikan, dan pengembalian produk yang identifikasi, penarikan, dan pengembalian
di- recall. produk yang di-recall.
D : Bukti
Bukti adanya proses recall obat, BMHP dan
implan yang meliputi identifikasi, penarikan,
dan pengembalian produk yang di-recall.

d) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


pemusnahan sediaan farmasi dan Ka Unit Regulasi tentang proses pemusnahan sediaan Observasi tentang penerapan proses 5
BMHP. Farmasi farmasi dan BMHP. pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP 0
Apoteker D : Bukti
Komite/tim Farmasi dan Bukti adanya berita acara pemusnahan
Terapi BP POM/ Staf Dinkes sediaan farmasi dan BMHP.

d. Peresepan
1). Standar PKPO 4
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasirekonsiliasi obat.
2). Maksud dan Tujuan PKPO 4
Pasien yang dirawat di rumah sakit mungkin sebelum masuk rumah sakit sedang menggunakan obat baik obat resep maupun non resep. Adanya diskrepansi (perbedaan) terapi obat yang
diterima pasien sebelum dirawat dan saat dirawat dapat membahayakan kesehatan pasien. Kajian sistematik yang dilakukan oleh Cochrane pada tahun 2018 menunjukkan 55,9%
pasien berisiko mengalami diskrepansi terapi obat saat perpindahan perawatan (transition of care). Untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) akibat adanya
diskrepansi tersebut, maka rumah sakit harus menetapkan dan menerapkan proses rekonsiliasi obat. Rekonsiliasi obat di rumah sakit adalah proses membandingkan daftar obat yang
digunakan oleh pasien sebelum masuk rumah sakit dengan obat yang diresepkan pertama kali sejak pasien masuk, saat pindah antar unit pelayanan (transfer) di dalam rumah sakit
dan sebelum pasien pulang. Rekonsiliasi obat merupakan proses kolaboratif yang dilakukan oleh dokter, apoteker dan perawat, serta melibatkan pasien/keluarga. Rekonsiliasi obat dimulai
dengan menelusuri riwayat penggunaan obat pasien sebelum masuk rumah sakit, kemudian membandingkan daftar obat tersebut dengan obat yang baru diresepkan saat perawatan.
Jika ada diskrepansi, maka dokter yang merawat memutuskan apakah terapi obat yang digunakan oleh pasien sebelum masuk rumah sakit akan dilanjutkan atau tidak. Hasil rekonsiliasi
obat didokumentasikan
dan dikomunikasikan kepada profesional pemberi asuhan (PPA) terkait dan pasien/keluarga. Kajian sistematik membuktikan bahwa rekonsiliasi obat dapat menurunkan diskrepansi dan
kejadian yang tidak diharapkan terkait penggunaan obat (adverse drug event).
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PKPO 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI

261
a) Rumah sakit menerapkan rekonsiliasi D : Regulasi 10
obat saat pasien masuk rumah sakit, Regulasi tentang rekonsiliasi obat saat 0
pindah antar unit pelayanan di dalam pasien masuk rumah sakit, pindah antar unit
rumah sakit dan sebelum pasien pelayanan di dalam rumah sakit dan sebelum
pulang pasien pulang

b) Hasil rekonsiliasi obat PPA D : Bukti I : Wawancara 10


didokumentasikan di rekam medis. Ka/staf Unit Farmasi Bukti dalam rekam medik adanya pencatatan Wawancara tentang rekonsiliasi obat 5
Komite/tim Farmasi dan hasil rekonsiliasi obat 0
Terapi
4). Standar PKPO 4.1
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi peresepan/permintaan obat dan BMHP/instruksi pengobatan sesuai peraturan perundang-undangan.

5). Maksud dan Tujuan PKPO 4.1


Di banyak hasil penelitian, kesalahan obat (medication error) yang tersering terjadi di tahap peresepan. Jenis kesalahan peresepan antara lain: resep yang tidak lengkap,
ketidaktepatan obat, dosis, rute dan frekuensi pemberian. Peresepan menggunakan tulisan tangan berpotensi tidak dapat dibaca. Penulisan resep yang tidak lengkap dan tidak terbaca dapat
menyebabkan kesalahan dan tertundanya pasien mendapatkan obat. Rumah sakit harus menetapkan dan menerapkan regulasi tentang peresepan/permintaan obat dan BMHP/instruksi
pengobatan yang benar, lengkap dan terbaca. Rumah sakit menetapkan dan melatih tenaga medis yang kompeten dan berwenang untuk melakukan peresepan/permintaan obat dan
BMHP/instruksi pengobatan. Untuk menghindari keragaman dan mencegah kesalahan obat yang berdampak pada keselamatan pasien, maka rumah sakit menetapkan persyaratan
bahwa semua resep/permintaan obat/instruksi pengobatan harus mencantumkan identitas pasien (lihat SKP 1), nama obat, dosis, frekuensi pemberian, rute pemberian, nama dan
tanda tangan dokter. Persyaratan kelengkapan lain ditambahkan disesuaikan dengan jenis resep/permintaan obat/instruksi pengobatan, misalnya:
a) Penulisan nama dagang atau nama generik pada sediaan dengan zat aktif tunggal.
b) Penulisan indikasi dan dosis maksimalsehari pada obat PRN (pro renata atau “jika perlu”).
c) Penulisan berat badan dan/atau tinggi badan untuk pasien anak-anak, lansia, pasien yang mendapatkan kemoterapi, dan populasi khusus lainnya.
d) Penulisan kecepatan pemberian infus di instruksi pengobatan.
e) Penulisan instruksi khusus seperti: titrasi, tapering, rentang dosis. Instruksi titrasi adalah instruksi pengobatan dimana dosis obat dinaikkan/diturunkan secara bertahap tergantung
status klinis pasien. Instruksi harus terdiri dari: dosis awal, dosis titrasi, parameter penilaian, dan titik akhir penggunaan, misalnya: infus nitrogliserin, dosis awal 5
mcg/menit. Naikkan dosis 5 mcg/menit setiap 5 menit jika nyeri dada menetap, jaga tekanan darah 110-140 mmHg.
Instruksi tapering down/tapering off adalah instruksi pengobatan dimana dosis obat diturunkan secara bertahap sampai akhirnya dihentikan. Cara ini dimaksudkan agar tidak
terjadi efek yang tidak diharapkan akibat penghentian mendadak. Contoh obat yang harus dilakukan tapering down/off: pemakaian jangka panjang kortikosteroid, psikotropika.
Instruksi harus rinci dituliskan tahapan penurunan dosis dan waktunya. Instruksi rentang dosis adalah instruksi pengobatan dimana dosis obat dinyatakan dalam rentang, misalnya
morfin inj 2-4 mg IV tiap 3 jam jika nyeri. Dosis disesuaikan berdasarkan kebutuhan pasien.
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses untuk menangani resep/ permintaan obat dan BMHP/instruksi pengobatan:
a) Tidak lengkap, tidak benar dan tidak terbaca.
b) NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound Alike).
c) Jenis resep khusus seperti emergensi, cito, automatic stop order, tapering dan lainnya.
d) Secara lisan atau melalui telepon, wajib dilakukan komunikasi efektif meliputi: tulis lengkap, baca ulang (read back), dan meminta konfirmasi kepada dokter yang
memberikan resep/instruksi melalui telepon dan mencatat di rekam medik bahwa sudah dilakukan konfirmasi. (Lihat standar SKP 2)

262
Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap penulisan resep/instruksi pengobatan yang tidak lengkap dan tidak terbaca dengan cara uji petik atau cara lain yang valid. Daftar obat yang
diresepkan tercatat dalam rekam medis pasien yang mencantumkan identitas pasien (lihat SKP 1), nama obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, nama dan tanda tangan dokter.
Daftar ini menyertai pasien ketika dipindahkan sehingga profesional pemberi asuhan (PPA) yang merawat pasien dengan mudah dapat mengakses informasi tentang penggunaan
obat pasien. Daftar obat pulang diserahkan kepada pasien disertai edukasi penggunaannya agar pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan mematuhi aturan pakai yang sudah
ditetapkan.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PKPO 4.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Resep dibuat lengkap sesuai regulasi. Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
DPJP Regulasi tentang penulisan resep Wawancara tentang resep yang 5
Ka/staf Unit Farmasi yang lengkap. dibuat lengkap sesuai regulasi. 0
Komite/tim Farmasi dan Terapi D : Bukti
Apoteker Bukti berupa resep yang dibuat lengkap
sesuai regulasi memuat 9 elemen

b) Telah dilakukan evaluasi terhadap DPJP D : Bukti I : Wawancara 10


penulisan resep/instruksi pengobatan Ka Unit Bukti adanya laporan evaluasi terhadap Wawancara tentang evaluasi terhadap 5
yang tidak lengkap dan tidak terbaca. Farmasi penulisan resep/instruksi pengobatan yang penulisan resep/instruksi pengobatan 0
Apoteker tidak lengkap dan tidak terbaca.berupa laporan
Komite/tim Farmasi dan Terapi evaluasi penulisan resep

c) Telah dilaksanaan proses untuk Ka Unit Farmasi D : Regulasi I : Observasi 10


mengelola resep khusus seperti Komite/tim Farmasi dan Terapi Regulasi tentang proses untuk mengelola I : Wawancara 5
emergensi, automatic stop order, Apoteker resep khusus seperti emergensi, automatic Observasi/wawancara tentang proses untuk 0
tapering, stop order, tapering, mengelola resep khusus seperti emergensi,
automatic stop order, tapering,
D : Bukti
Bukti adanya pelaksanaan pengelolaan resep
khusus seperti emergensi, automatic stop
order, tapering,

d) Daftar obat yang diresepkan tercatat Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Observasi 10
dalam rekam medis pasien dan Apoteker Bukti bahwa daftar obat yang diresepkan I : Wawancara 5
menyertai pasien ketika PPA tercatat dalam rekam medis pasien dan Observasi/wawancara atentang catatan obat 0
dipindahkan/transfer. menyertai pasien ketika dipindahkan/transfer. yang diresepkan tercatat dalam rekam medis
pasien dan menyertai pasien ketika
dipindahkan/transfer.

263
e) Daftar obat pulang diserahkan kepada Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Wawancara 10
pasien disertai edukasi Apoteker Bukti adanya edukasi penyerahan obat Wawancara teantang obat pulang diserahkan 5
penggunaannya. PPA pasien pulang, berupa formulir edukasi obat kepada pasien disertai edukasi 0
Pasien/keluarga kepada pasien penggunaannya

e. Penyiapan (Dispensing)
1). Standar PKPO 5
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi dispensing sediaan farmasi dan bahan medis habis pakaisesuaistandar profesi dan peraturan perundang-undangan.
2). Maksud dan Tujuan PKPO 5
Penyiapan (dispensing) adalah rangkaian proses mulai dari diterimanya resep/permintaan obat/instruksi pengobatan sampai dengan penyerahan obat dan BMHP kepada dokter/perawat
atau kepada pasien/keluarga. Penyiapan obat dilakukan oleh staf yang terlatih dalam lingkungan yang aman bagi pasien,staf dan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan
dan standar praktik kefarmasian untuk menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiatnya. Untuk menghindari kesalahan pemberian obat pada pasien rawat inap, maka obat yang diserahkan
harus dalam bentuk yang siap digunakan, dan disertai dengan informasi lengkap tentang pasien dan obat.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian PKPO 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Telah memiliki sistem distribusi dan D: Regulasi 10
dispensing yang sama/seragam Regulasi tentang sistem distribusi dan 0
diterapkan di rumah sakit sesuai dispensing yang sama/seragam diterapkan di
peraturan perundang- undangan. rumah sakit sesuai peraturan perundang-
undangan.

b) Staf yang melakukan dispensing Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Wawancara 10


sediaan obat non steril terlatih dan Apoteker Bukti bahwa dispensing sediaan obat non Wawancara tentang dispensing sediaan obat 5
kompeten Komite/tim Farmasi dan Terapi steril oleh staf yang terlatih dan kompeten, non steril oleh staf yang terlatih dan 0
Bagian Diklat berupa adanya SPK dan RKK staf farmasi kompeten
c) Staf yang melakukan dispensing Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Wawancara 10
sediaan obat steril non sitostatika Apoteker Bukti adanya pelatihan internal bagi petugas Wawancara tentang dispensing sediaan obat 5
terlatih dan kompeten. Komite/tim Farmasi dan Terapi yang melakukan dispensing sediaan obat steril non sitostatika terlatih dan kompeten 0
Bagian Diklat steril non sitostatika (TUMANS)

d) Staf yang melakukan pencampuran Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Wawancara 10


sitostatika terlatih dan kompeten Apoteker Bukti bahwa staf yang melakukan Wawancara tentang proses pencampuran 5
Komite/tim Farmasi dan Terapi dispensing sediaan obat steril non sitostatika sitostatika 0
Bagian Diklat terlatih dan kompeten berupa : .
Sertifikat pelatihan teknik aseptic

264
e) Tersedia fasilitas dispensing sesuai Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
standar praktik kefarmasian. Ka/staf Unit Farmasi Bukti tersedianya fasilitas dispensing sesuai Observasi adanya fasilitas dispensing sesuai 5
Komite/tim Farmasi dan Terapi standar praktik kefarmasian, seperti : standar praktik kefarmasian. 0
Apoteker Clean Room
- Menggunakan Biological Safety
Cabinet (BSC) atau Laminar Air
Flow (LAF)
- Ruangan tekanan positif
- Ruang terpisah dengan Ruang
pencampuran obat Sitostatika
- Aliran udara dalam BSC / LAF ,
aliran Vertikal atau Horisontal

f) Telah melaksanakan penyerahan obat Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Observasi 10


dalam bentuk yang siap diberikan Apoteker Bukti bahwa telah melaksanakan penyerahan I : Wawancara 5
untuk pasien rawat inap. Komite/tim Farmasi dan Terapi obat dalam bentuk yang siap diberikan Observasi/wawancara tentang pelaksanakan 0
Staf Klinis untuk pasien rawat inap. penyerahan obat dalam bentuk yang siap
diberikan untuk pasien rawat inap

g) Obat yang sudah disiapkan diberi Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Observasi 10
etiket yang meliputi identitas pasien, Apoteker Bukti bahwa obat yang sudah disiapkan diberi I : Wawancara 5
nama obat, dosis atau konsentrasi, cara Komite/tim Farmasi dan Terapi etiket yang meliputi identitas pasien, nama Observasi/wawancara tentang etiket obat 0
pemakaian, waktu pemberian, obat, dosis atau konsentrasi, cara pemakaian, yang meliputi identitas pasien, nama obat,
tanggal dispensing dan waktu pemberian, tanggal dispensing dan dosis atau konsentrasi, cara pemakaian,
tanggal tanggal kedaluwarsa/beyond use date (BUD). waktu pemberian, tanggal dispensing dan
kedaluwarsa/beyond use date (BUD). tanggal kedaluwarsa/beyond use date (BUD)
4). Standar PKPO 5.1
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pengkajian resep dan telaah obat sesuai peraturan perundang-undangan dan standar praktik profesi.

5). Maksud dan Tujuan PKPO 5.1


Pengkajian resep adalah kegiatan menelaah resep sebelum obat disiapkan, yang meliputi pengkajian aspek administratif, farmasetik dan klinis. Pengkajian resep dilakukan oleh
tenaga kefarmasian yang kompeten dan diberi kewenangan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait obat sebelum obat disiapkan. Pengkajian resep
aspek administratif meliputi: kesesuaian identitas pasien (lihat SKP 1), ruang rawat, status pembiayaan, tanggal resep, identitas dokter penulis resep.
Pengkajian resep aspek farmasetik meliputi: nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah obat, instruksi cara pembuatan (jika diperlukan peracikan),stabilitas dan
inkompatibilitas sediaan.
a) Pengkajian resep aspek klinis meliputi:
b) Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan pakai dan waktu pemberian.
c) Duplikasi pengobatan.
d) Potensi alergi atau hipersensitivitas.

265
e) Interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan.
f) Variasi kriteria penggunaan dari rumah sakit, misalnya membandingkan dengan panduan praktik klinis, formularium nasional.
g) Berat badan pasien dan atau informasi fisiologis lainnya.
h) Kontraindikasi.
Dalam pengkajian resep tenaga teknis kefarmasian diberi kewenangan terbatas hanya aspek administratif dan farmasetik.
Pengkajian resep aspek klinis yang baik oleh apoteker memerlukan data klinis pasien,sehingga apoteker harus diberi kemudahan akses untuk mendapatkan informasi klinis pasien.
Apoteker/tenaga teknis kefarmasian harus melakukan telaah obat sebelum obat diserahkan kepada perawat/pasien.untuk memastikan bahwa obat yang sudah disiapkan tepat:
a) Pasien.
b) Nama obat.
c) Dosis dan jumlah obat.
d) Rute pemberian.
e) Waktu pemberian.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PKPO 5.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Telah melaksanakan pengkajian resep Ka/staf Unit Farmasi D : Regulasi I : Wawancara 10
yang dilakukan oleh staf yang Apoteker Regulasi tentang pengkajian resep yang Wawancara tentang pelaksanakan 5
kompeten dan berwenang serta Komite/tim Farmasi dan Terapi dilakukan oleh staf yang kompeten dan pengkajian resep yang dilakukan oleh 0
didukung tersedianya informasi berwenang serta didukung tersedianya staf yang kompeten dan berwenang
klinis pasien yang memadai. informasi klinis pasien yang memadai berupa :
D : Bukti
Bukti adanya pelaksanaan pengkajian resep
yang dilakukan oleh staf yang kompeten dan
berwenang serta didukung tersedianya
informasi klinis pasien yang memadi berupa
bukti SPK dan RKK staf farmasi
b) Telah memiliki proses telaah obat Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Observasi 10
sebelum diserahkan. Apoteker Bukti proses telaah obat sebelum diserahkan. I : Wawancara 5
Staf Farmasi Formulir telaah resep/ pesanan obat Observasi/wawancara proses telaah obat 0
Bukti telaah resep/pesanan obat sebelum ditentang serahkan.

F. Pemberian Obat
1). Standar PKPO 6
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pemberian obatsesuai peraturan perundang-undangan.

266
2). Maksud dan Tujuan PKPO 6
Tahap pemberian obat merupakan tahap akhir dalam proses penggunaan obat sebelum obat masuk ke dalam tubuh pasien. Tahap ini merupakan tahap yang kritikal ketika terjadi kesalahan
obat (medication error) karena pasien akan langsung terpapar dan dapat menimbulkan cedera. Rumah sakit harus menetapkan dan menerapkan regulasi pemberian obat. Rumah
sakit menetapkan professional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan berwenang memberikan obat sesuai peraturan perundang- undangan. Rumah sakit dapat membatasi kewenangan
staf klinis dalam melakukan pemberian obat, misalnya pemberian obat anestesi, kemoterapi, radioaktif, obat penelitian. Sebelum pemberian obat kepada pasien, dilakukan verifikasi
kesesuaian obat dengan instruksi pengobatan yang meliputi:
a) Identitas pasien.
b) Nama obat.
c) Dosis.
d) Rute pemberian.
e) Waktu pemberian.
Obat yang termasuk golongan obat high alert, harus dilakukan double-checking untuk menjamin ketepatan pemberian obat.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PKPO 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Staf yang kompeten dan berwenang Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Wawancara 10
melakukan pemberian obat dengan Apoteker Bukti bahwa staf yang kompeten dan Wawancara tentang pemberian obat dengan 5
pembatasan yang ditetapkan. Staf Klinis berwenang melakukan pemberian obat dengan pembatasan yang ditetapkan 0
pembatasan yang ditetapkan, berupa SPK,
RKK, STR dan SIP staf yang diberi
kewenangan memberikan obat

b) Telah dilaksanaan verifikasi sebelum Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Observasi 10


obat diberikan kepada pasien minimal Apoteker Bukti adanya verifikasi sebelum obat I : Wawancara 5
meliputi: identitas pasien, nama obat, Staf Klinis diberikan kepada pasien minimal meliputi: Observasi/wawancara proses verifikasi 0
dosis, rute, dan waktu pemberian. identitas pasien, nama obat, dosis, rute, sebelum obat diberikan kepada pasien
dan waktu pemberian. minimal meliputi: identitas pasien, nama
obat, dosis, rute, dan waktu pemberian.
c) Telah melaksanakan double checking Ka/staf Unit Farmasi D : Regulasi I : Observasi 10
untuk obat high alert. Apoteker Regulasi tentang double checking untuk obat I : Wawancara 5
Staf Klinis high alert. Observasi/wawancara proses pelaksanakan 0
D: Bukti double checking untuk obat high alert
Bukti adanya pelaksanaan doubel cheking
untuk obat high alert

d) Pasien diberi informasi tentang obat DPJP D : Bukti I : Wawancara 10


yang akan diberikan. PPA lainya Bukti adanya edukasi kepada pasien Wawancara tentang pemberian informasi 5
Ka/staf Unit Farmasi tentang obat yang akan diberikan. obat yang akan diberikan 0
Pasien/Keluarga

267
4). Standar PKPO 6.1
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi penggunaan obat yang dibawa pasien dari luar rumah sakit dan penggunaan obat oleh pasien secara mandiri

5). Maksud dan Tujuan PKPO 6.1


Obat yang dibawa pasien/keluarga dari luar rumah sakit berisiko dalam hal identifikasi/keaslian dan mutu obat. Oleh sebab itu rumah sakit harus melakukan penilaian terhadap obat
tersebut terkait kelayakan penggunaannya di rumah sakit. Penggunaan obat oleh pasien secara mandiri, baik yang dibawa dari luar rumah sakit atau yang diresepkan dari rumah
sakit harus diketahui oleh dokter yang merawat dan dicatat di rekam medis pasien. Penggunaan obat secara mandiri harus ada proses edukasi dan pemantauan penggunaannya untuk
menghindari penggunaan obat yang tidak tepat.

TELUSUR
6). Elemen Penilaian PKPO 6.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Telah melakukan penilaian obat yang PPA D : Bukti I : Wawancara 10
dibawa pasien dari luar rumah sakit Apoteker Bukti adanya penilaian obat yang dibawa Wawancara tentang penilaian obat yang 5
untuk kelayakan penggunaan nya di pasien dari luar rumah sakit untuk kelayakan dibawa pasien dari luar rumah sakit 0
rumah sakit penggunaan nya di rumah sakit untuk kelayakan penggunaannya di rumah
sakit

b) Telah melaksanakan edukasi kepada PPA D ; Bukti I : Wawancara 10


pasien/keluarga jika obat akan Apoteker Buktti dalam rekam medik tentang Wawancara tentang edukasi kepada 5
digunakan secara mandiri. Pasien/keluarga pelaksanaan edukasi kepada pasien/keluarga pasien/keluarga jika obat akan digunakan 0
jika obat akan digunakan secara mandiri secara mandiri

c) Telah memantau pelaksanaan PPA D : Bukti I : Wawancara 10


penggunaan obat secara mandiri Apoteker Bukti adanya laporan pemantauan Wawancara tentang pemantauan 5
sesuai edukasi. Pasien/keluarga penggunaan obat secara mandiri sesuai pelaksanaan penggunaan obat secara mandiri 0
edukasi sesuai edukasi.

g. Pemantauan
1). Standar PKPO 7
Rumah sakit menerapkan pemantauan terapi obat secara kolaboratif
2). Maksud dan Tujuan PKPO 7
Untuk mengoptimalkan terapi obat pasien, maka dilakukan pemantauan terapi obat secara kolaboratif yang melibatkan profesional pemberi asuhan (PPA) dan pasien. Pemantauan meliputi
efek yang diharapkan dan efek samping obat. Pemantauan terapi obat didokumentasikan di dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) di rekam medis. Rumah sakit
menerapkan sistem pemantauan dan pelaporan efek samping obat untuk meningkatkan keamanan penggunaan obatsesuai peraturan perundang- undangan. Efek samping obat dilaporkan
ke Komite/Tim Farmasi dan Terapi. Rumah sakit melaporkan efek samping obat ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

268
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PKPO 7. SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Telah melaksanakan pemantauan Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Wawancara 10
terapi obat secara kolaboratif. DPJP Bukti adanya laporan pelaksanaan Wawancara tentang pelaksanakan 5
Apoteker pemantauan terapi obat secara kolaboratif. pemantauan terapi obat secara 0
kolaboratif
b) Telah melaksanakan pemantauan dan Ka/staf Unit Farmasi D : Bukti I : Wawancara 10
pelaporan efek samping obat serta DPJP Bukti adanya laporan pemantauan dan Wawancara tentang pelaksanakan 5
analisis laporan untuk meningkatkan Apoteker pelaporan efek samping obat serta analisis pemantauan dan pelaporan efek 0
keamanan penggunaan obat. Komite/tim Farmasi dan Terapi laporan untuk meningkatkan keamanan samping obat serta analisis laporan
Komite/tim Mutu penggunaan obat. berupa laporan efek
samping obat yang tidak diharapkan
(insiden keselamatan pasien/IKP)

4). Standar PKPO 7.1


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pelaporan serta tindak lanjut terhadap kesalahan obat (medication error) dan berupaya menurunkan kejadiannya.

5). Maksud dan Tujuan PKPO 7.1


Insiden kesalahan obat (medication error) merupakan penyebab utama cedera pada pasien yang seharusnya dapat dicegah. Untuk meningkatkan keselamatan pasien, rumah sakit
harus berupaya mengurangi terjadinya kesalahan obat dengan membuat sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang lebih aman (medication safety).
Insiden kesalahan obat harus dijadikan sebagai pembelajaran bagi rumah sakit agar kesalahan tersebut tidak terulang lagi.
Rumah sakit menerapkan pelaporan insiden keselamatan pasien serta tindak lanjut terhadap kejadian kesalahan obat serta upaya perbaikannya. Proses pelaporan kesalahan obat
yang mencakup kejadian sentinel, kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian tidak cedera (KTC) maupun kejadian nyaris cedera (KNC), menjadi bagian dari program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien. Rumah sakit memberikan pelatihan kepada staf rumah sakit tentang kesalahan obat dalam rangka upaya perbaikan dan untuk mencegah kesalahan
obat,serta
meningkatkan keselamatan pasien.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PKPO 7.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah memiliki regulasi Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
tentang medication safety yang Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang medication safety yang Wawancara tentang kegiatan medication 5
bertujuan mengarahkan penggunaan Komite/tim Farmasi dan Terapi bertujuan mengarahkan penggunaan obat safety yang bertujuan mengarahkan 0
obat yang aman dan meminimalkan Komite/tim Mutu yang aman dan meminimalkan risiko penggunaan obat yang aman dan
risiko kesalahan penggunaan obat sesuai kesalahan penggunaan obat sesuai dengan meminimalkan risiko kesalahan penggunaan
dengan peraturan perundang- undangan. peraturan perundang- undangan obat
D : Bukti
Bukti adanya kegiatan medication safety yang
bertujuan mengarahkan penggunaan obat
yang aman dan meminimalkan risiko
kesalahan
penggunaan obat
269
b) Rumah sakit menerapkan sistem Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
pelaporan kesalahan obat yang Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang sistem pelaporan sistem Wawancara tentang proses penerapan sistem 5
menjamin laporan akurat dan tepat Komite/tim Farmasi dan kesalahan obat yang menjamin laporan pelaporan kesalahan obat yang menjamin 0
waktu yang merupakan bagian Terapi Komite/tim Mutu akurat dan tepat waktu yang merupakan laporan akurat dan tepat waktu
program peningkatan mutu dan bagian program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien. keselamatan pasien.
D : Bukti
Bukti adanya penerapan sistem pelaporan
kesalahan obat yang menjamin laporan
akurat dan tepat waktu yang merupakan
bagian program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien berupa laporan insiden
keselamaan pasien

c) Rumah sakit memiliki upaya untuk Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara, 10


mendeteksi, mencegah dan menurunkan Ka/staf Unit Farmasi Bukti bahwa rumah sakit memiliki upaya Wawancara tentang upaya untuk 5
kesalahan obat dalam meningkatkan Komite/tim Farmasi dan untuk mendeteksi, mencegah dan menurunkan mendeteksi, mencegah dan menurunkan 0
mutu proses penggunaan obat. Terapi Komite/tim Mutu kesalahan obat dalam meningkatkan mutu kesalahan obat dalam meningkatkan mutu
proses penggunaan obat. berupa laporan proses penggunaan obat.
FMEA/ RCA sampai pada perbaikan proses

Apoteker
d) Seluruh staf rumah sakit dilatih terkait D : Bukti I : Wawancara 10
kesalahan obat (medication error). Ka/staf Unit Farmasi Bukti adanya pelatihan seluruh staf Wawancara tentang pelaksanaan pelatihan 5
Seluruh staf RS terkait kesalahan obab , medication terkait kesalahan obat (medication error) 0
Komite/tim Mutu error (TUMANS) bagi seluruh staf rumah sakit
Bagian Diklat
H. Program Pengendalian Resistansi Antimikroba
1). Standar PKPO 8
Rumah sakit menyelenggarakan program pengendalian resistansi antimikroba (PPRA) sesuai peraturan perundang- undangan.
2). Maksud dan Tujuan PKPO 8
Resistansi antimikroba (anti microbial resistance = AMR) telah menjadi masalah kesehatan nasional dan global. Pemberian obat antimikroba (antibiotik atau antibakteri, antijamur,
antivirus, antiprotozoa) yang tidak rasional dan tidak bijak dapat memicu terjadinya resistansi yaitu ketidakmampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba sehingga
penggunaan pada penanganan penyakit infeksi tidak efektif. Meningkatnya kejadian resistansi antimikroba akibat dari penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan pencegahan
pengendalian infeksi yang belum optimal. Resistansi antimikroba di rumah sakit menyebabkan menurunnya mutu pelayanan, meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta meningkatnya
beban biaya perawatan dan pengobatan pasien.
Tersedia regulasi pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit yang meliputi:
a) kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik
b) pembentukan komite/tim PRA yang terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur:
(1) Klinisi perwakilan SMF/bagian;

270
(2) Keperawatan;
(3) Instalasi farmasi;
(4) Laboratorium mikrobiologi klinik;
(5) Komite/Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI);
(6) Komite/tim Farmasi dan Terapi (KFT)
Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba mempunyai tugas dan fungsi:
a) Membantu kepala/direktur rumah rakit dalam menetapkan kebijakan tentang pengendalian resistensi antimikroba;
b) Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam menetapkan kebijakan umum dan panduan penggunaan antibiotik di rumah sakit;
c) Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba;
d) Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikoba;
e) Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksiterintegrasi;
f) Melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik;
g) Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap antibiotik;
h) Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan ketaatan
terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan;
i) Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba;
j) Melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba kepada kepala/direktur rumah sakit.
Rumah sakit menjalankan program pengendalian resistansi antimikroba sesuai peraturan perundang-undangan. Implementasi PPRA di rumah sakit dapat berjalan dengan baik,
apabila mendapat dukungan penuh dari pimpinan rumah sakit dengan penetapan kebijakan, pembentukan organisasi pengelola program dalam bentuk komite/tim yang
bertanggungjawab langsung kepada pimpinan rumah sakit, penyediaan fasilitas, sarana, SDM dan dukungan finansial dalam mendukung pelaksanaan kegiatan PPRA. Rumah sakit
menyusun program kerja PPRA meliputi:
a) Peningkatan pemahaman dan kesadaran penggunaan antimikroba bijak bagi seluruh tenaga kesehatan dan staf di rumah sakit, serta pasien dan keluarga, melalui pelatihan dan
edukasi.
b) Optimalisasi penggunaan antimikroba secara bijak melalui penerapan penatagunaan antimikroba (PGA).
c) Surveilans penggunaan antimikroba secara kuantitatif dan kualitatif.
d) Surveilans resistansi antimikroba dengan indikator mikroba multi drugsresistance organism (MDRO).
e) Peningkatan mutu penanganan tata laksana infeksi, melalui pelaksanaan forum kajian kasusinfeksi terintegrasi (FORKKIT).
Program dan kegiatan pengendalian resistansi antimikroba di rumah sakit sesuai peraturan perundang-undangan dilaksanakan, dipantau, dievaluasi dan dilaporkan kepada Kementerian
Kesehatan. Rumah sakit membuat laporan pelaksanaan program/ kegiatan PRA meliputi:
a) Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga resistensi kesehatan tentang pengendalian antimikroba;
b) Surveilans pola penggunaan antibiotik dirumah sakit (termasuk laporan pelaksanaan pengendalian antibiotik);
c) Surveilans pola resistensi antimikroba;
d) Forum kajian penyakit inteksiterintegrasi.

271
TELUSUR
3). Elemen Penilaian PKPO 8 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
regulasi tentang pengendalian Regulasi tentang pengendalian resistansi 0
resistansi antimikroba sesuai dengan antimikroba sesuai dengan ketentuan
ketentuan peraturan perundang- peraturan perundang-undangan
undangan. A : Acuan
- PERMENKES No 8 tahun 2017
tentang PPRA
- PERMENKES No 28 tahun 2021
tentang Pedoman Penatagunaan
Antibiotika
b) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
komite/tim PPRA dengan melibatkan Regulasi tentang penetapan komite/tim PPRA 0
unsur terkait sesuai regulasi yang akan dengan melibatkan unsur terkait sesuai
mengelola dan menyusun program regulasi yang akan mengelola dan menyusun
pengendalian resistansi antimikroba program pengendalian resistansi antimikroba
dan bertanggungjawab langsung dan bertanggungjawab langsung kepada
kepada direktur rumah sakit. direktur rumah sakit., berupa :
- Penetapan komite/tim PPRA
- Program kerja Komite/tim PPRA

c) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara, 10


program kerja sesuai maksud dan Komite/tim PPRA Bukti bahwa rumah sakit telah melaksanakan Wawancara tentang pelaksanakan program 5
tujuan. program kerja sesuai maksud dan tujuan kerja sesuai maksud dan tujuan. 0
berupa laporan pelaksanaan program
pengendalian antimicroba (PPRA)

d) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


pemantauan dan evaluasi kegiatan Komite/tim PPRA Bukti adanya laporan pemantauan Wawancara tentang pelaksanakan 5
PPRA sesuai maksud dan tujuan. dan evaluasi kegiatan PPRA pemantauan dan evaluasi kegiatan 0
PPRA sesuai maksud dan tujuan.

e) Rumah sakit telah membuat laporan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


kepada pimpinan rumah sakit secara Komite/tim PPRA Bukti adanya :laporan Komite/tim PPRA Wawancara tentang pelaporan komite PPRA 5
berkala dan kepada Kementerian kepada pimpinan rumah sakit secara berkala kepada pimpinan rumah sakit secara berkala 0
Kesehatan sesuai peraturan dan kepada Kementerian Kesehatan sesuai
perundang-undangan. peraturan perundang-undangan

272
4). Standar PKPO 8.1
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan penggunaan antimikroba secara bijak berdasarkan prinsip penatagunaan antimikroba (PGA).

5). Maksud dan Tujuan PKPO 8.1


Penggunaan antimikroba secara bijak adalah penggunaan antimikroba secara rasional dengan mempertimbangkan dampak muncul dan menyebarnya mikroba resistan. Penerapan penggunaan
antimikroba secara bijak berdasarkan prinsip penatagunaan antimikroba (PGA), atau antimicrobialstewardship (AMS) adalah kegiatan strategis dan sistematis, yang terpadu dan terorganisasi
di rumah sakit, bertujuan mengoptimalkan penggunaan antimikroba secara bijak, baik kuantitas maupun kualitasnya, diharapkan dapat menurunkan tekanan selektif terhadap
mikroba,sehingga dapat mengendalikan resistansi antimikroba. Kegiatan ini dimulai dari tahap penegakan diagnosis penyakit infeksi, penggunaan
TELUSUR
6). Elemen Penilaian PKPO 8.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melaksanakan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
mengembangkan penatagunaan DPJP Regulasi tentang pelaksanaan dan Wawancara tentang pelaksanakan dan 5
antimikroba di unit pelayanan yang PPA lainnya pengembangan penatagunaan antimikroba di mengembangkan penatagunaan antimikroba 0
melibatkan dokter, apoteker, Komite/tim PPRA unit pelayanan yang melibatkan dokter, di unit pelayanan
perawat, dan peserta didik. Bagian Diklat apoteker, perawat, dan peserta didik.
Peserta Didik D : Bukti
Bukti bahwa rumah sakit telah melaksanakan
dan mengembangkan penatagunaan
antimikroba di unit pelayanan yang
melibatkan dokter, apoteker, perawat, dan
peserta didik.
b) Rumah sakit telah menyusun dan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
mengembangkan panduan praktik Komite/tim PPRA Bukti rapat tentang penyusunan dan Wawancara tentang penyusunan dan 5
klinis (PPK), panduan penggunaan DPJP pengembangan panduan praktik klinis (PPK), pengembangan panduan praktik klinis 0
antimikroba untuk terapi dan PPA lainnya panduan penggunaan antimikroba untuk terapi (PPK), panduan penggunaan antimikroba
profilaksis (PPAB), berdasarkan Komite Medik dan profilaksis (PPAB), berdasarkan kajian untuk terapi dan profilaksis (PPAB )
kajian ilmiah dan kebijakan rumah Komite Perawatan ilmiah dan kebijakan rumah sakit serta
sakit serta mengacu regulasi yang Komite Nakes Lain mengacu regulasi yang berlaku secara
berlaku secara nasional. Ada nasional. Ada mekanisme untuk mengawasi
mekanisme untuk mengawasi pelaksanaan penatagunaan antimikroba.
pelaksanaan penatagunaan berupa :
antimikroba. - Panduan praktek klinis tentang
pengendalian antimicroba
- Panduan penggunaan antimicroba untuk
terapi dan profilaksis
- Laporan PPRA
- UMAN

273
c) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pemantauan dan evaluasi ditujukan Komite/tim PPRA Bukti adanya laporan pemantauan dan Wawancara tentang proses pelaksanakan 5
untuk mengetahui efektivitas Komite/tim mutu evaluasi efektivitas indikator keberhasilan pemantauan dan evaluasi ditujukan untuk 0
indikator keberhasilan program. program mengetahui efektivitas indikator
keberhasilan program

274
B. KELOMPOK PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
7. Komunikasi Dan Edukasi (KE)
> 80% Terpenuhi
20-79% Terpenuhi sebagian
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN
<20% Tidak terpenuhi
PENILAIAN TDD Tidak Dapat Terpenuhi
7. Komunikasi Dan Edukasi
(KE) Gambaran Umum
Perawatan pasien di rumah sakit merupakan pelayanan yang kompleks dan melibatkan berbagai tenaga kesehatan serta pasien dan keluarga. Keadaan tersebut memerlukan komunikasi
yang efektif, baik antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA) maupun antara Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dengan pasien dan keluarga. Setiap pasien memiliki keunikan dalam
hal kebutuhan, nilai dan keyakinan. Rumah sakit harus membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien. Komunikasi dan edukasi yang efektif akan membantu
pasien untuk memahami dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengobatan yang dijalaninya. Keberhasilan pengobatan dapat ditingkatkan jika
pasien dan keluarga diberi informasi yang dibutuhkan dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta proses yang sesuai dengan harapan mereka.
Rumah sakit menyediakan program edukasi yang didasarkan pada misi rumah sakit, layanan yang diberikan rumah sakit, serta populasi pasien. Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
berkolaborasi untuk memberikan edukasi tersebut. Edukasi akan efektif apabila dilakukan sesuai dengan pilihan pembelajaran yang tepat, mempertimbangkan keyakinan, nilai
budaya, kemampuan membaca, serta bahasa. Edukasi yang efektif diawali dengan pengkajian kebutuhan edukasi pasien dan keluarganya. Pengkajian ini akan menentukan jenis dan
proses edukas yang dibutuhkan agar edukasi dapat menjadi efektif. Edukasi akan berdampak positif bila diberikan sepanjang proses asuhan. Ed ukasi yang diberikan meliput pengetahuan
dan informasi yang diperlukan selama proses asuhan maupun setelah pasien dipulangkan. Dengan demikian, edukasi juga mencakup informasi sumber- sumber di komunitas untuk tindak
lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan gawat darurat bila d ibutuhkan. Edukasi yang efektif menggunakan berbagai format yang sesuai sehingga
dapat dipahami dengan baik oleh pasien dan keluarga, misalnya informasi diberikan secara tertulis atau audiovisual, serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar ini akan membahas lebih lanjut mengenai:
a) Pengelolaan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
b) Komunikasi dengan pasien dan keluarga
a. Pengelolaan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
1). Standar KE 1
Rumah sakit menetapkan tim atau unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dengan tugas dan tanggung jawab sesuai peraturan perundangan.

2). Maksud dan Tujuan KE 1


Setiap rumah sakit mengintegrasikan edukasi pasien dan keluarga sebagai bagian dari proses perawatan, disesuaikan dengan misi , pelayanan yang disediakan, serta populasi
pasiennya. Edukasi direncanakan sedemikian rupa sehingga setiap pasien mendapatkan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Rumah sakit menetapkan pengaturan sumber
daya edukasi secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, rumah sakit dapat menetapkan tim atau unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), menyelenggarakan pelayanan edukasi,
dan mengatur penugasan seluruh staf yang memberikan edukasi secara terkoordinasi.
Staf klinis memahami kontribusinya masing-masing dalam pemberian edukasi pasien, sehingga mereka dapat berkolaborasi secara efektif. Kolaborasi menjamin bahwa informasi
yang diterima pasien dan keluarga adalah komprehensif, konsisten, dan efektif. Kolaborasi ini didasarkan pada kebutuhan pasien, oleh karena itu mungkin tidak selalu diperlukan. Agar
edukasi yang diberikan dapat berhasil guna, dibutuhkan pertimbangan- pertimbangan penting seperti pengetahuan tentang materi yang akan diedukasikan, waktu yang cukup untuk
memberi
edukasi, dan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
3). Elemen Penilaian KE 1 SASARAN TELUSUR SKOR

275
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan regulasi D : Regulasi 10
tentang pelaksanaan PKRS di rumah Regulasi tentang penetapan pelaksanaan 0
sakit sesuai poin a)-b) pada PKRS di rumah sakit sesuai poin a)-b)
gambaran umum. pada gambaran umum
A : Acuan
PERMENKES No. 44 tahun 2018 tentang
penyelenggaraan promosi kesehatan
rumah sakit
b) Terdapat penetapan tim atau unit D : Regulasi 10
Promosi Kesehatan Rumah Sakit Regulasi tentag penetapan tim atau unit 0
(PKRS) yang mengkoordinasikan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
pemberian edukasi kepada pasien (PKRS), berupa :
sesuai dengan peraturan perundang- - SK penetapan Tim atau unit
undangan. PKRS disertai dengan uraian
Kerja
- Pedoman pengorganisasian dan
pelayanan unit PKRS
c) Tim atau unit PKRS menyusun Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10
program kegiatan promosi kesehatan Pimpinan RS Regulasi tentang program PKRS Wawancara tentang program kegiatan 5
rumah sakit setiap tahunnya, termasuk Ka Unit PKRS berupa program kerja unit PKRS dan promosi kesehatan rumah sakit setiap 0
kegiatan edukasi rutin sesuai dengan Staf PKRS time line D : Bukti tahunnya, termasuk kegiatan edukasi rutin
misi rumah sakit, layanan, dan Bukti adanya penyusunan program kegiatan sesuai dengan misi rumah sakit, layanan,
populasi pasiennya. promosi kesehatan rumah sakit setiap dan populasi pasiennya.
tahunnya, termasuk kegiatan edukasi rutin
sesuai dengan misi rumah sakit, layanan,
dan populasi pasiennya (UMAN) berupa
foto kegiatan edukasi unit PKRS sesuai
dengan
misi rumah sakit, layanan, dan
populasi pasiennya.
d) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
pemberian edukasi kepada pasien Ka Unit/Instalasi Regulasi tentang pemberian edukasi I : Wawancara 5
dan keluarga menggunakan media, Staf klinis kepada pasien dan keluarga menggunakan Observasi/wawancara pemberian edukasi 0
format, dan metode yang yang telah Staf non klinis media, format, dan metode yang yang kepada pasien dan keluarga menggunakan
ditetapkan. Pasien/keluarga telah ditetapkan media, format, dan metode yang yang
D : Bukti telah ditetapkan
Bukti berupa foto kegiatan edukasi pasien
dengan media, formulir pemberian
edukasi

276
yang sudah terisi, media, format, dan
metode yang ditetapkan
b. Komunikasi Dengan Pasien dan Keluarga
1). Standar KE 2
Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang jenis asuhan dan pelayanan, serta akses untuk mendapatkan pelayanan
2). Maksud dan Tujuan KE 2
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi lengkap mengenai asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, serta bagaimana untuk mengakses pelayanan tersebut. Hal
ini akan membantu menghubungkan harapan pasien dengan kemampuan rumah sakit. Rumah sakit memberikan informasi tentang sumber alternatif asuhan dan pelayanan di tempatl
ain, jika rumah sakit tidak dapat menyediakan asuhan serta pelayanan yang dibutuhkan pasien. Akses mendapatkan informasi kesehatan diberikan secara tepat waktu, dan status sosial
ekonomi
perawatan pasien tidak menghalangi pasien dan keluarga untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian KE 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Tersedia informasi untuk pasien dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
keluarga mengenai asuhan dan Ka Unit PKRS Regulasi tentang informasi untuk pasien I : Wawancara 5
pelayanan yang disediakan oleh Staf Admisi dan keluarga menegnai asuhan dan Observasi/ wawancara tentang informasi 0
rumah sakit serta akses untuk Pasien/keluarga pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit asuhan dan pelayanan yang disediakan
mendapatkan layanan tersebut. serta akses untuk mendapatkan layanan oleh rumah sakit serta akses untuk
Informasi dapat disampaikan secara tersebut. mendapatkan layanan tersebut. Informasi
dapat disampaikan secara langsung
langsung dan/atau tidak langsung.
D : Bukti dan/atau tidak langsung
Bukti adanya materi informasi langsung
atau tidak langsung tentang :
- Asuhan dan pelayanan
yang disediakan oleh
rumah sakit
- Akses untuk mendapatkan layanan
dalam bentuk brosur/leaflet/banner,
buletin, Web site, call center/SMS
center, seminar awam, pameran,
slide show di TV internal / LCD dll.
b) Rumah sakit menyampaikan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
informasi kepada pasien dan PPA Regulasi tentang penyampaikan informasi Wawancara tentang informasi kepada 5
keluarga terkait alternatif asuhan dan Staf Admisi kepada pasien dan keluarga terkait alternatif pasien dan keluarga terkait alternatif 0
pelayanan di tempat lain, apabila Pasien/keluarga asuhan dan pelayanan di tempat lain, asuhan dan pelayanan di tempat lain,
rumah sakit tidak dapat memberikan apabila rumah sakit tidak dapat memberikan apabila rumah sakit tidak dapat
asuhan dan pelayanan yang asuhan dan pelayanan yang dibutuhkan memberikan asuhan dan pelayanan yang
dibutuhkan pasien. pasien. dibutuhkan pasien.

D : Bukti

277
Bukti dalam rekam medik berupa formulir
pemberian edukasi yang sudah terisi terkait
alternatif asuhan dan pelayanan di tempat
lain dan daftar tindakan/pemeriksaan yang
tidak
dapat dilakukan di rumah sakit.
c) Akses mendapatkan informasi Ka Unit PKRS D : Regulasi I : Wawancara 10
kesehatan diberikan secara tepat PPA Regulasi tentang Akses mendapatkan Wawancara tentang akses mendapatkan 5
waktu, dan status sosial ekonomi Pasien/keluarga informasi kesehatan diberikan secara tepat informasi kesehatan diberikan secara tepat 0
perawatan pasien tidak menghalangi waktu, dan status sosial ekonomi perawatan waktu, dan status sosial ekonomi perawatan
pasien dan keluarga untuk pasien tidak menghalangi pasien dan keluarga pasien tidak menghalangi pasien dan
mendapatkan informasi yang untuk mendapatkan informasi yang keluarga untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan. dibutuhkan. dibutuhkan.
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik adanya formulir
pemberian edukasi dan pengkajian kebutuhan
edukasi yang sudah terisi

4). Standar KE 3
Rumah sakit melakukan pengkajian terhadap kebutuhan edukasi setiap pasien, beserta kesiapan dan kemampuan pasien untuk menerima edukasi.

5). Maksud dan Tujuan KE 3


Edukasi berfokus pada pemahaman yang dibutuhkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan, berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan berkelanjutan dirumah. Untuk memahami
kebutuhan edukasi dari setiap pasien beserta keluarganya, perlu dilakukan pengkajian. Pengkajian ini memungkinkan staf rumah sakit untuk merencanakan dan memberikan edukasisesuai
kebutuhan pasien. Pengetahuan dan keterampilan pasien dan keluarga yang menjadi kekuatan dan kekurangan diidentifikasi untuk digunakan dalam membuat rencana edukasi. Pengkajian
kemampuan dan kemauan belajar pasien/keluarga meliputi:
a) Kemampuanmembaca, tingkat Pendidikan;
b) Bahasa yang digunakan (apakah diperlukan penerjemah atau penggunaan bahasa isyarat);
c) Hambatan emosional dan motivasi;
d) Keterbatasan fisik dan kognitif;
e) Kesediaan pasien untuk menerima informasi; dan
f) Nilai-nilai dan pilihan pasien.
Hasil pengkajian tersebut dijadikan dasar oleh staf klinis dalam merencanakan dan melaksanakan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Hasil pengkajian
didokumentasikan di rekam medis pasien agar PPA yang terlibat merawat pasien dapat berpartisipasi dalam proses edukasi.

6). Elemen Penilaian KE 3 SASARAN TELUSUR SKOR

278
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Kebutuhan edukasi pasien dan PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
keluarga dinilai berdasarkan Pasien/keluarga Regulasi tentang kebutuhan edukasi pasien Wawancara tentang pengkajian kebutuhan 5
pengkajian terhadap kemampuan dan dan keluarga dinilai berdasarkan pengkajian edukasi terkait kemampuan dan kemauan 0
kemauan belajar pasien dan keluarga terhadap kemampuan dan kemauan belajar belajar pasien dan keluarga
yang meliputi poin a)– f) pada maksud pasien dan keluarga yang meliputi poin a) –
dan tujuan, dan dicatat di rekam f) pada maksud dan tujuan.
medis.
D : Bukti
Bukti dalam rekam medik berupa formulir
pengkajian kebutuhan edukasi pasien yang
sudah terisi kemampuan dan kemauan belajar
pasien dan keluarga yang meliputi poin a) –
f) pada maksud dan tujuan,
b) Hambatan dari pasien dan keluarga PPA D : Regulasi I : Wawancara 10
dalam menerima edukasi dinilai Pasien/keluarga Reguasi tentang hambatan dari pasien Wawancara tentang pengkajian terhadap 5
sebelum pemberian edukasi dan dan keluarga dalam menerima edukasi hambatan dari pasien dan keluarga 0
dicatat di rekam medis. dinilai sebelum pemberian edukasi dan dalam menerima edukasi.
dicatat di rekam medis.

D : Bukti
Bukti dalam rekam medik adanya formulir
pengkajian terhadap hambatan dari pasien
dan keluarga dalam menerima edukasi yang
sudah terisi.

c) Hasil pengkajian digunakan oleh PPA PPA D : Bukti I : Wawancara 10


untuk membuat perencanaan Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik berupa formulir Wawancara tentang hasil pengkajian 5
kebutuhan edukasi. pengkajian edukasi terintegrasi terhadap digunakan untuk membuat perencanaan 0
hambatan dari pasien dan keluarga dalam kebutuhan edukasi.
menerima edukasi yang sudah terisi.

7). Standar KE 4
Edukasi tentang proses asuhan disampaikan kepada pasien dan keluarga disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan keluarga.

279
8). Maksud dan Tujuan KE 4
Informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan bahasa yang dipahaminya sesuai hasil pengkajian. Mereka ikut terlibat dalam pembuatan keputusan
dan berpartisipasi dalam asuhannya,serta dapat melanjutkan asuhan dirumah. Pasien/keluarga diberitahu tentang hasil pengkajian, diagnosis, rencana asuhan dan hasil pengobatan,
termasuk hasil pengobatan yang tidak diharapkan. Pasien dan keluarga diedukasi terkait cara cuci tangan yang aman, penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman,
potensi interaksi antara obat dan makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik rehabilitasiserta edukasi asuhan lanjutan di rumah

TELUSUR
9). Elemen penilaian KE 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Terdapat bukti bahwa edukasi yang PPA D : Bukti I : Observasi 10
diberikan kepada pasien dan keluarga Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik adanya formulir I : Wawancara 5
telah diberikan dengan cara dan pemberian edukasi yang sudah terisi Observasi/wawancara tentang edukasi yang 0
bahasa yang mudah dipahami. dengan cara dan bahasa yang mudah diberikan kepada pasien dan keluarga telah
dipahami oleh pasien. diberikan dengan cara dan bahasa yang
mudah dipahami.
b) Terdapat bukti bahwa PPA D : Bukti I : Wawancara 10
pasien/keluarga telah dijelaskan Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik adanya formulir Wawancara tentang penjelasan mengenai 5
mengenai hasil pengkajian, pemberian edukasi yang sudah terisi lengkap hasil pengkajian, diagnosis, rencana 0
diagnosis, rencana asuhan, dan hasil mengenai hasil pengkajian, diagnosis, asuhan, dan hasil pengobatan, termasuk
pengobatan, rencana asuhan, dan hasil pengobatan, hasil pengobatan yang tidak diharapkan.
termasuk hasil pengobatan yang tidak termasuk hasil
diharapkan. pengobatan yang tidak diharapkan.
c) Terdapat bukti edukasi kepada pasien PPA D : Bukti I : Wawancara 10
dan keluarga terkait dengan cara cuci Pasien/keluarga Bukti adanya formulir pemberian edukasi Wawancara tentang edukasi kepada pasien 5
tangan yang aman, penggunaan obat dalam rekam medik yang sudah terisi lengkap dan keluarga terkait dengan cara cuci 0
yang aman, penggunaan peralatan terkait dengan cara cuci tangan yang aman, tangan yang aman, penggunaan obat yang
medis yang aman, potensi interaksi penggunaan obat yang aman, penggunaan aman, penggunaan peralatan medis yang
obat obat dan obat-makanan, pedoman peralatan medis yang aman, potensi interaksi aman, potensi interaksi obat obat dan obat-
nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik obat obat dan obat-makanan, pedoman makanan, pedoman nutrisi, manajemen
rehabilitasi serta edukasi asuhan nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik nyeri, dan teknik rehabilitasi serta edukasi
lanjutan di rumah. rehabilitasi serta asuhan lanjutan di rumah.
edukasi asuhan lanjutan di rumah.
10). Standar KE 5
Metode edukasi dipilih dengan mempertimbangkan nilai yang dianut serta preferensi pasien dan keluarganya, untuk memungkinkan terjadinya interaksi yang memadai antara pasien,
keluarga pasien dan staf
11). Maksud dan Tujuan KE 5
Proses edukasi akan berlangsung dengan baik bila mengunakan metode yang tepat. Pemahaman tentang kebutuhan edukasi pasien serta keluarganya akan membantu rumah sakit
untuk memilih edukator dan metode edukasi yang sesuai dengan nilai dan preferensi dari pasien dan keluarganya, serta mengidentifikasi peran pasien/keluarga. Dalam proses edukasi
pasien dan keluarga didorong untuk bertanya/berdiskusi agar dapat berpartisipasi dalam proses asuhan. Materi edukasi yang diberikan harus selalu diperbaharui dan dapat dipahami
oleh pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga diberi kesempatan untuk berinteraksi aktif sehingga mereka dapat memberikan umpan balik untuk memastikan bahwa informasi
dimengerti dan
280
bermanfaat untuk diterapkan. Edukasi lisan dapat diperkuat dengan materi tertulis agar pemahaman pasien meningkat dan sebagai referensi untuk bahan edukasiselanjutnya. Rumah
sakit

281
harus menyediakan penerjemah sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Bila di rumah sakit tidak ada petugas penerjemah maka dapat dilakukan kerja sama dengan pihak
ketiga diluar rumah sakit

TELUSUR
12) Elemen Penilaian KE 5 SASARAN
a) Rumah sakit memiliki proses untuk Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
memastikan bahwa pasien dan PPA Regulasi tentang proses memastikan bahwa Wawancara tentang pemberian edukasi 5
keluarganya memahami edukasi yang Pasien/keluarga pasien dan keluarganya memahami edukasi pasien dalam RM sudah terisi lengkap dan 0
diberikan. yang diberikan. sudah dilakukan verifikasi pemahaman
D : Bukti pasien/keluarga. Termasuk juga
Bukti dalam rekam medik adanya formulir kelengkapan; nama, tanggal dan jam
pemberian edukasi dalam RM yang sudah pemberian edukasi.
terisi lengkap dan sudah dilakukan verifikasi
pemahaman pasien/keluarga.
b) Proses pemberian edukasi di PPA D : Bukti I : Observasi 10
dokumentasikan dalam rekam medik Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik adanya formulir I : Wawancara 5
sesuai dengan metode edukasi yang pemberian edukasi yang sudah terisi Observasi/wawancara tentang pemberian 0
dapat diterima pasien dan keluarganya lengkap metode edukasi yang dapat edukasi di dokumentasikan dalam rekam
diterima pasien/keluarga. medik sesuai dengan metode edukasi
yang
dapat diterima pasien dan keluarganya
c) Materi edukasi untuk pasien dan Ka Unit PKRS D : Bukti I : Observasi 10
keluarga selalu tersedia dan Bukti adanya daftar materi edukasi yang I : Wawancara 5
diperbaharui secara berkala. dilakukan pembaharuan secara berkala. Observasi/waawancara tentang materi 0
edukasi untuk pasien dan keluarga dan
prosedur pembaharuan materi edukasi untuk
pasien dan keluarga.
d) Informasi dan edukasi disampaikan Ka Unit PKRS D : Regulasi I : Wawancara 10
kepada pasien dan keluarga dengan PPA Regulasi tentang Informasi dan edukasi I : Simulasi 5
menggunakan format yang praktis dan Pasien/keluarga disampaikan kepada pasien dan keluarga Wawancara/simulasi tentang penyamppaian 0
dengan bahasa yang dipahami pasien dengan menggunakan format yang praktis dan materi edukasi tertulis dengan
dan keluarga. dengan bahasa yang dipahami pasien dan menggunakan format yang praktis dan
keluarga. dengan bahasa yang dipahami pasien dan
keluarga.
D : Bukti
Bukti adanya Informasi dan edukasi
disampaikan kepada pasien dan keluarga
dengan menggunakan format yang praktis dan

282
dengan bahasa yang dipahami pasien
dan keluarga. .
e) Rumah sakit menyediakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
penerjemah (bahasa dan bahasa Ka Unit PKRS Bukti adanya tersedianya penerjemah Wawancara tentang prosedur 5
isyarat) sesuai dengan kebutuhan PPA (bahasa dan bahasa isyarat) sesuai dengan penerjemah bahasa sesuai kebutuhan 0
pasien dan keluarga. Pasien/keluarga kebutuhan pasien dan keluarga. pasien.
13). Standar KE 6
Dalam menunjang keberhasilan asuhan yang berkesinambungan, upaya promosi kesehatan harus dilakukan berkelanjutan
14) Maksud dan Tujuan KE 6
Setelah mendapatkan pelayanan di rumah sakit, pasien terkadang membutuhkan pelayanan kesehatan berkelanjutan. Untuk itu rumah sakit perlu mengidentifikasi sumber-sumber
yang dapat memberikan edukasi dan pelatihan yang tersedia di komunitas, khususnya organisasi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan dukungan promosi kesehatan
serta pencegahan penyakit. Fasilitas pelayanan Kesehatan tersebut mencakup Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Hal ini dilakukan agar tercapai hasil asuhan yang optimal
setelah
meninggalkan rumah sakit.
TELUSUR
15) Elemen penilaian KE 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit mengidentifikasi sumber Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
sumber yang ada di komunitas untuk Ka Unit PKRS Bukti adanya identifikasi sumber sumber I : Wawancara 5
mendukung promosi kesehatan yang ada di komunitas untuk mendukung Observasi/wawancara tentang identifikasi 0
berkelanjutan dan edukasi untuk promosi kesehatan berkelanjutan dan edukasi sumber sumber yang ada di komunitas untuk
menunjang asuhan pasien yang untuk menunjang asuhan pasien yang mendukung promosi kesehatan
berkelanjutan. berkelanjutan. berkelanjutan dan edukasi untuk menunjang
asuhan pasien yang berkelanjutan.
b) Rumah sakit telah memiliki jejaring di Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
komunitas untuk mendukung asuhan Ka Unit PKRS Bukti adanya jejaring di komunitas untuk Wawancara tentang jejaring di komunitas 5
pasien berkelanjutan. mendukung asuhan pasien berkelanjutan untuk mendukung asuhan pasien 0
beruap adanya pertemuan dengan jejaring. berkelanjutan..

c) Memiliki bukti telah disampaikan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


kepada pasien dan keluarga tentang Ka Unit PKRS Bukti adanya pelaksanaan rujukan edukasi Wawancara tentang pelaksanaan 5
edukasi lanjutan dikomunitas. Psien/keluarga lanjutan di komunitas yang dilaksanakan oleh rujukan edukasi lanjutan di komunitas 0
Rujukan edukasi tersebut jejaring utama yaitu Fasilitas Kesehatan yang dilaksanakan oleh jejaring utama
dilaksanakan oleh jejaring utama yaitu Tingkat Pertama (FKTP). yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
(FKTP). Hal ini dilakukan agar
tercapai hasil asuhan yang optimal
setelah meninggalkan rumah sakit.

283
d) Edukasi berkelanjutan tersebut Ka Unit PKRS D : Bukti I : Wawancara 10
diberikan kepada pasien sesuai dengan Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik adanya materi Wawancara tentang edukasi berkelanjutan 5
kebutuhan. edukasi diberikan sesuai dengan tersebut diberikan kepada pasien sesuai 0
kebutuhan pasien. dengan kebutuhan.
16). Standar KE 7
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) mampu memberikan edukasi secara efektif.

17). Maksud dan Tujuan KE 7


Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang memberi asuhan memahami kontribusinya masing-masing dalam pemberian edukasi pasien. Informasi yang diterima pasien dan keluarga harus
komprehensif, konsisten, dan efektif. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diberikan pelatihan sehingga terampil melaksanakan komunikasi efektif.

TELUSUR
18). Elemen penilaian KE 7 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Profesional Pemberi Asuhan (PPA) Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
telah diberikan pelatihan dan terampil Bagian Diklat Bukti adanya pelaksanaan pelatihan Wawancara tentang pelaksanaan pelatihan 5
melaksanakan komunikasi efektif. PPA komunikasi efektif, (TUMANS). komunikasi efektif. 0

b) PPA telah memberikan edukasi yang PPA D : Bukti I : Wawancara 10


efektif kepada pasien dan keluarga Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik adanya formulir Wawancara tentang pemberian edukasi yang 5
secara kolaboratif. pemberian edukasi yang efektif kepada pasien efektif kepada pasien dan keluarga secara 0
dan keluarga secara kolaboratif kolaboratif.

284
C.
1. KELOMPOK SASARAN KESELAMATAN PASIEN
> 80% Terpenuhi Lengkap
20-79% Terpenuhi
1. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar Sebagian
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

2). Standar SKP 1


Rumah sakit menerapkan proses untuk menjamin ketepatan identifikasi pasien

3). Maksud dan Tujuan SKP 1


Kesalahan mengidentifikasi pasien dapat terjadi di semua aspek pelayanan baik diagnosis, proses pengobatan serta tindakan. Misalnya saat keadaan pasien masih dibius, mengalami
disorientasi atau belum sepenuhnya sadar; adanya kemungkinan pindah tempat tidur, pindah kamar, atau pindah lokasi di dalam rumah sakit; atau apabila pasien memiliki cacat
indra atau rentan terhadap situasi berbeda. Adapun tujuan dari identifikasi pasien secara benar ini adalah:
a. mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan diberi layanan, tindakan atau pengobatan tertentu secara tepat.
b. mencocokkan layanan atau perawatan yang akan diberikan dengan pasien yang akan menerima layanan.
Identifikasi pasien dilakukan setidaknya menggunakan minimal 2 (dua) identitas yaitu nama lengkap dan tanggal lahir/bar code, dan tidak termasuk nomor kamar atau lokasi pasien
agar tepat pasien dan tepat pelayanan sesuai dengan regulasi rumah sakit. Pasien diidentifikasi menggunakan minimal dua jenis identitas pada saat:
1. melakukan tindakan intervensi/terapi (misalnya pemberian obat, pemberian darah atau produk darah,melakukan terapi radiasi);
2. melakukan tindakan (misalnya memasang jalur intravena atau hemodialisis);
3. sebelum tindakan diagnostik apa pun (misalnya mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium penunjang, atau sebelum melakukan kateterisasi
jantung ataupun tindakan radiologi diagnostik); dan
4. menyajikan makanan pasien.
Rumah sakit memastikan pasien teridentifikasi dengan tepat pada situasi khusus, seperti pada pasien koma atau pada bayi baru lahir yang tidak segera diberi nama serta identifikasi
pasien pada saat terjadi darurat bencana. Penggunaan dua identitas juga digunakan dalam pelabelan. misalnya, sampel darah dan sampel patologi, nampan makanan pasien, label ASI
yang disimpan untuk bayi yang dirawat di rumah sakit.
TELUSUR
4). Elemen Penilaian SKP 1 SASARAN DOKUMEN IMPLEMENTASI SKOR

a) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi. 10


regulasi terkait Sasaran keselamatan Regulasi tentang sasaran keselamatan pasien yang 0
pasien meliputi poin 1 – 6 pada meliputi poin 1 – 6 pada gambaran umum
gambaran umum. A : Acuan
PERMENKES 11 tahun 2017 tentang keselamatan
pasien

283
b) Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
identifikasi pasien menggunakan PPA Reguasi tentang proses identifikasi pasien I : Wawancara 5
minimal 2 (dua) identitas, dapat Pasien/keluarga menggunakan minimal 2 (dua) identitas, dapat Observasi/wawancara proses identifikasi 0
memenuhi tujuan identifikasi pasien memenuhi tujuan identifikasi pasien dan sesuai pasien menggunakan minimal 2 (dua)
dan sesuai dengan ketentuan rumah dengan ketentuan rumah sakit identitas, dapat memenuhi tujuan
sakit. D : Bukti identifikasi pasien dan sesuai dengan
Bukti dalam rekam medik adaanaya identifikasi ketentuan rumah sakit.
pasien menggunakan minimal 2 (dua) identitas,
dapat memenuhi tujuan identifikasi pasien dan
sesuai dengan ketentuan rumah sakit. ( Nama sesuai
dengan E KTP ,Tanggal Lahir,Nomor RM dan NIK
)

c) Pasien telah diidentifikasi PPA D : Bukti I : Observasi 10


menggunakan minimal dua jenis Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik bahwa pasien telah I : Wawancara 5
identitas meliputi poin 1) - 4) dalam diidentifikasi menggunakan minimal dua jenis Observasi/wawancara tentang proses 0
maksud dan tujuan. identitas meliputi poin 1) - 4) dalam maksud dan identifikasi pasien minimal menyebutkan
tujuan, berupa foto penggunaan gelang identitas 2 dari 4 identitas
dan barcode

d) Rumah sakit memastikan pasien Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


teridentifikasi dengan tepat pada PPA Regulasi tentang rumah sakit memastikan pasien I : Wawancara 5
situasi khusus, dan penggunaan label Pasien/keluarga teridentifikasi dengan tepat pada situasi khusus, dan Observasi/wawancara tentang kepastian 0
seperti tercantum dalam maksud dan penggunaan label seperti tercantum dalam maksud pasien teridentifikasi dengan tepat pada
tujuan. dan tujuan. situasi khusus, dan penggunaan label
D : Bukti seperti tercantum dalam maksud dan
Bukti pasien teridentifikasi dengan tepat pada tujuan.
situasi khusus, dan penggunaan label seperti
tercantum dalam maksud dan tujuan.

284
2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

> 80% Terpenuhi Lengkap


20-79% Terpenuhi
Meningkatkan Komunikasi yang Efektif Sebagian
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Meningkatkan Komunikasi yang Efektif

1). Standar SKP 2


Rumah sakit menerapkan proses untuk meningkatkan efektivitas komunikasi lisan dan/atau telepon di antara para profesional pemberi asuhan (PPA), proses pelaporan hasil kritis
pada pemeriksaan diagnostik termasuk POCT dan proses komunikasi saat serah terima (hand over) .
2). Maksud dan Tujuan SKP 2
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh resipien/penerima pesan akanmengurangi potensiterjadinya kesalahan serta
meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tertulis dan elektronik.
Komunikasi yang paling banyak memiliki potensi terjadinya kesalahan adalah pemberian instruksisecara lisan atau melalui telpon, pelaporan hasil kritis dan saat serah terima.. Latar
belakang suara, gangguan, nama obat yang mirip dan istilah yang tidak umum sering kali menjadi masalah. Metode, formulir dan alat bantu ditetapkan sesuai dengan jenis
komunikasi agar dapat dilakukan secara konsisten dan lengkap.
a) Metode komunikasi saat menerima instruksi melalui telpon adalah: “menulis/menginput ke komputer - membacakan - konfirmasi kembali” (writedown, read back,
confirmation) kepada pemberi instruksi misalnya kepada DPJP. Konfirmasi harus dilakukan saat itu juga melalui telpon untuk menanyakan apakah “yang dibacakan” sudah
sesuai dengan instruksi yang diberikan. Sedangkan metode komunikasi saat melaporkan kondisi pasien kepada DPJP dapat menggunakan metode misalnya Situation -
background assessment - recommendation (SBAR).
b) Metode komunikasi saat melaporkan nilai kritis pemeriksaan diagnostik melalui telpon juga dapat dengan: “menulis/menginput ke komputer - membacakan - konfirmasi kembali”
(writedown, read back). Hasil kritis didefinisikan sebagai varian dari rentang normal yang menunjukkan adanya kondisi patofisiologis yang berisiko tinggi atau mengancam
nyawa, yang dianggap gawat atau darurat, dan mungkin memerlukan tindakan medis segera untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kejadian yang tidak diinginkan.
Hasil kritis dapat dijumpai pada pemeriksaan pasien rawat jalan maupun rawat inap. Rumah sakit menentukan mekanisme pelaporan hasil kritis di rawat jalan dan rawat inap.
Pemeriksaan diagnostik mencakup semua pemeriksaan seperti laboratorium, pencitraan/radiologi, diagnostik jantung juga pada hasil pemeriksaan yang dilakukan di tempat tidur
pasien (point- of-care testing (POCT). Pada pasien rawat inap pelaporan hasil kritis dapat dilaporkan melalui perawat yang akan meneruskan laporan kepada DPJP yang meminta
pemeriksaan. Rentang waktu pelaporan hasil kritis ditentukan kurang dari 30 menit sejak hasil di verifikasi oleh PPA yang berwenang di unit pemeriksaan penunjang
diagnostik.
c) Metode komunikasi saat serah terima distandardisasi pada jenis serah terima yang sama misalnya serah terima antar ruangan di rawat inap.
Untuk jenis serah terima yang berbeda maka dapat menggunakan metode, formulir dan alat yang berbeda. Misalnya serah terima dari IGD ke ruang rawat inap dapat berbeda dengan
serah terima dari kamar operasi ke unit intensif; Jenis serah terima (handover) di dalam rumah sakit dapat mencakup:
a) antara PPA (misalnya, antar dokter, dari dokter ke perawat, antar perawat, dan seterusnya);
b) antara unit perawatan yang berbeda di dalam rumah sakit (misalnya saat pasien dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke ruang perawatan atau dari instalasi gawat darurat
ke ruang operasi); dan
c) dari ruang perawatan pasien ke unit layanan diagnostik seperti radiologi atau fisioterapi. Formulirserah terima antara PPA, tidak perlu dimasukkan ke dalam rekam medis. Namun
demikian, rumah sakit harus memastikan bahwa proses serah terima telah dilakukan. misalnya PPA mencatat serah terima telah dilakukan dan kepada siapa tanggung jawab
pelayanan diserahterimakan, kemudian dapat dibubuhkan tanda tangan, tanggal dan waktu pencatatan).
285
TELUSUR
4). Elemen Penilaian SKP 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
komunikasi saat menerima instruksi DPJP Regulasi tentang komunikasi saat menerima I : Simulasi 5
melalui telepon: menulis/menginput ke PPA instruksi melalui telepon: menulis/menginput ke Wawancara/Simulasi komunikasi saat 0
computer membacakan - konfirmasi Pasien/keluarga computer membacakan - konfirmasi kembali” menerima instruksi melalui telepon:
kembali” (writedown, read back, (writedown, read back, confirmation dan SBAR menulis/menginput ke komputer
confirmation dan SBAR saat saat melaporkan kondisi pasien kepada DPJP membacakan - konfirmasi kembali”
melaporkan kondisi pasien kepada serta didokumentasikan dalam rekam medik. (writedown, read back, confirmation
DPJP serta di dokumentasikan dalam D : Bukti dan SBAR saat melaporkan kondisi
rekam medik. Bukti dalam rekam medik adanya penerapan pasien kepada DPJP
komunikasi saat menerima instruksi melalui
telepon: menulis/menginput ke komputer
membacakan - konfirmasi kembali”
(writedown, read back, confirmation dan SBAR
saat melaporkan kondisi pasien kepada DPJP

b) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


komunikasi saat pelaporan hasil kritis DPJP Regulasi tentang komunikasi saat pelaporan hasil I : Simulasi 5
pemeriksaan penunjang diagnostic PPA kritis pemeriksaan penunjang diagnostic melalui Wawancara/Simulasi:tentang komunikasi 0
melalui telepon: menulis/menginput ke Nakes Lainnya telepon: menulis/menginput ke komputer – saat pelaporan hasil kritis pemeriksaan
computer - membacakan kembali” membacakan – konfirmasi kembali” (writedown, penunjang diagnostic melalui telepon:
(writedown, read back, confirmation read back, confirmation dan di dokumentasikan menulis/menginput ke computer -
dan di dokumentasikan dalam rekam dalam rekam medik. membacakan kembali” (writedown, read
medik. D : Bukti back, confirmation).
Bukti dalam rekam medik adanya komunikasi
saat pelaporan hasil kritis pemeriksaan penunjang
diagnostic melalui telepon: menulis/menginput ke
computer - membacakan kembali”
(writedown, read back, confirmation)
c) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
komunikasi saat serah terima sesuai DPJP Regulasi tentang komunikasi saat serah terima Wawancara tentang cara komunikasi 5
dengan jenis serah terima meliputi PPA sesuai dengan jenis serah terima meliputi poin 1) saat serah terima sesuai dengan jenis 0
poin 1) - 3) dalam maksud dan tujuan. Nakes Lainnya - serah terima meliputi poin 1) - 3) dalam
3) dalam maksud dan maksud dan tujuan.
tujuan. D : Bukti
Bukti dalam rekam medik adanya komunikasi
saat serah terima sesuai dengan jenis serah terima
meliputi poin 1) - 3) dalam maksud dan tujuan

286
berupa Hand Over (antar PPA, antara unit
perawatan, dan antar unit penunjang Diagnostik
)

3. MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI

> 80% Terpenuhi Lengkap


20-79% Terpenuhi
Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan yang Harus Diwaspadai Sebagian
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan yang Harus Diwaspadai

1). Standar SKP 3


Rumah sakit menerapkan proses untuk meningkatkan keamanan penggunaan obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (high alert medication) termasuk obat Look - Alike Sound Alike
(LASA).
2). Standar SKP 3.1
Rumah sakit menerapkan proses untuk meningkatkankeamanan penggunaan elektrolit konsentrat
3). Maksud dan Tujuan SKP 3 dan SKP 3.1
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat-obatan yang memiliki risiko menyebabkan cedera serius pada pasien jika digunakan dengan tidak tepat. Obat
high alert mencakup:
a) Obatrisiko tinggi, yaitu obat dengan zat aktif yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan bila terjadi kesalahan (error) dalam penggunaannya (contoh: insulin,
heparin atau sitostatika).
b) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA)
c) Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih dari 1 mEq/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat
injeksi dengan konsentrasi sama atau lebih dari 50%
Rumah sakit harus menetapkan dan menerapkan strategi untuk mengurangi risiko dan cedera akibat kesalahan penggunaan obat high alert, antara lain: penataan penyimpanan, pelabelan
yang jelas, penerapan double checking, pembatasan akses, penerapan panduan penggunaan obat high alert. Rumah sakit perlu membuat daftar obat-obatan berisiko tinggi
berdasarkan pola penggunaan obat-obatan yang berisiko dari data internalnya sendiri tentang laporan inisiden keselamatan pasien. Daftar ini sebaiknya diperbarui setiap tahun.
Daftar ini dapat diperbarui secara sementara jika ada penambahan atau perubahan pada layanan rumah sakit. Obat dengan nama dan rupa yang mirip (look-alike/sound-alike, LASA)
adalah obat yang memiliki tampilan dan nama yang serupa dengan obat lain, baik saat ditulis maupun diucapkan secara lisan. Obat dengan kemasan serupa (look-alike packaging)
adalah obat dengan wadah atau kemasan yang mirip dengan obat lainnya. Obat-obatan yang berisiko terjadinya kesalahan terkait LASA, atau obat dengan kemasan produk yang
serupa, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pengobatan yang berpotensi cedera. Terdapat banyak nama obat yang terdengar serupa dengan nama obat lainnya, sebagai contoh,
dopamin dan dobutamin
Hal lain yang sering dimasukkan dalam isu keamanan obat adalah kesalahan dalam pemberian elektrolit konsentrat yang tidak disengaja (misalnya, kalium/potasium klorida [sama
dengan 1 mEq/ml atau yang lebih pekat), kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)], natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan magnesium
sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat]. Kesalahan ini dapat terjadi apabila staf tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien, bila perawat kontrak tidak
diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan pasien, atau pada keadaan gawat darurat/emergensi. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi
kejadian
287
tersebut adalah dengan menerapkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk penyimpanan elektrolit konsentrat di unit farmasi di rumah sakit.

288
Penyimpanan elektrolit konsentrat di luar Instalasi Farmasi diperbolehkan hanya dalam situasi klinis yang berisiko dan harus memenuhi persyaratan yaitu staf yang dapat mengakes
dan memberikan elektrolit konsentrat adalah staf yang kompeten dan terlatih, disimpan terpisah dari obat lain, diberikan pelabelan secara jelas, lengkap dengan peringatan kewaspadaan.

TELUSUR
4). Elemen Penilaian SKP 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menetapkan daftar obat D : Regulasi 10
kewaspadaan tinggi (HighAlert) Regulasi tentang penetapan daftar obat 0
termasuk obat Look Alike Sound kewaspadaan tinggi (HighAlert) termasuk
Alike obat
(LASA) Look Alike Sound Alike (LASA)
b) Rumah sakit menerapkan pengelolaan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
obat kewaspadaan tinggiv (High Alert) PPA Regulasi tentang pengelolaan obat kewaspadaan I : Wawancara 5
termasuk obat Look Alike Sound Apoteker tinggi (High Alert) termasuk obat Look Alike Observasi/wawancara tentang 0
Alike (LASA) secara seragam Sound Alike (LASA) secara seragam diseluruh pengelolaan obat kewaspadaan
diseluruh area rumah sakit untuk area rumah sakit untuk mengurangi risiko dan tinggi(High Alert) termasuk obat Look
mengurangi risiko dan cedera. cedera. Alike Sound Alike (LASA) secara
D :. Bukti seragam diseluruh area rumah sakit
Bukti adanya penerapan pengelolaan obat untuk mengurangi risiko dan cedera.
kewaspadaan tinggi (High Alert) termasuk
obat Look -Alike
Sound Alike (LASA) secara seragam diseluruh
area rumah sakit untuk mengurangi risiko dan
cedera
c) Rumah sakit melaksanakan evaluasi Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
daftar obat High-Alert dan obat Look PPA Bukti adanya laporan evaluasi daftar obat Wawancara tentang evaluasi dan 5
Alike Sound Alike (LASA) yang Apoteker High- Alert dan obat Look Alike Sound Alike daftar obat higt alert yang terbaru. 0
sekurang-kurangnya 1(satu) tahun (LASA) yang sekurang-kurangnya 1(satu) tahun
sekali . sekali .

TELUSUR
5). Elemen Penilaian SKP 3.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
penyimpanan elektrolit konsentrat PPA Regulasi tentang proses penyimpanan I : Wawancara 5
tertentu hanya di Instalasi Farmasi, Apoteker elektrolit konsentrat tertentu hanya di Instalasi ObservasI/wawancara tentang proses 0
kecuali di unit pelayanan dengan Farmasi, kecuali di unit pelayanan dengan penyimpanan elektrolit konsentrat
pertimbangan klinis untuk mengurangi pertimbangan klinis untuk mengurangi risiko tertentu hanya di Instalasi Farmasi,
risiko dan cedera pada penggunaan dan cedera pada penggunaan elektrolit kecuali di unit pelayanan dengan
elektrolit konsentrat konsentrat pertimbangan klinis untuk mengurangi
D : Bukti

289
Bukti adanya penyimpanan Elektrolit konsentrat risiko dan cedera pada
di Instalasi farmasi, kecuali di unit pelayanan penggunaan elektrolit konsentrat
dengan pertimbangan klinis untuk mengurangi
risiko dan
cedera pada penggunaan elektrolit konsentrat
b) Penyimpanan elektrolit konsentrat di Ka/staf Unit Farmasi D: Regulasi I : Observasi 10
luar Instalasi Farmasi diperbolehkan Apoteker Regulasi tentang penyimpanan elektrolit I : Wawancara 5
hanya dalam untuk situasi yang DPJP konsentrat di luar Instalasi Farmasi diperbolehkan Observasi/wawancara teantang 0
ditentukan sesuai dalam maksud dan PPA hanya dalam untuk situasi yang ditentukan sesuai penyimpanan elektrolit konsentrat di
tujuan dalam maksud dan tujuan luar Instalasi Farmasi diperbolehkan
D : Bukti hanya dalam untuk situasi yang
Bukti adanya penyimpanan elektrolit konsentrat ditentukan sesuai dalam maksud dan
diluar Instalasi farmasi diperbolehkan hanya tujuan
dalam untuk situasi yang ditentukan sesuai dalam
maksud
dan tujuan
c) Rumah sakit menetapkan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
menerapkan protokol koreksi Ka/staf Unit Farmasi Regulasi tentang protokol koreksi hipokalemia, Wawancara tentang penerapan protokol 5
hipokalemia, hiponatremia, Apoteker hiponatremia, dan hipofosfatemia koreksi hipokalemia, hiponatremia,dan 0
hipofosfatemia. DPJP D : Bukti hipofosfatemia
PPA Bukti adanya penerapan protokol koreksi
hipokalemia, hiponatremia, dan
hipofosfatemia

4. MEMASTIKAN SISI YANG BENAR, PROSEDUR YANG BENAR, PASIEN YANG BENAR PADA PEMBEDAHAN/TINDAKAN INVASIF

> 80% Terpenuhi Lengkap


20-79% Terpenuhi
Memastikan Sisi yang Benar, Prosedur yang Benar, Pasien yang Benar Pada Pembedahan/Tindakan Invasif Sebagian
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Memastikan Sisi yang Benar, Prosedur yang Benar, Pasien yang Benar Pada Pembedahan/Tindakan Invasi

1). Standar SKP 4


Rumah sakit menetapkan proses untuk melaksanakan verifikasi pra opearsi, penandaan lokasi operasi dan proses time-out yang dilaksanakan sesaat sebelum tindakan pembedahan/invasif
dimulai serta proses sign-out yang dilakukan setelah tindakan selesai.

290
2). Maksud dan Tujuan SKP 4
a. Salah-sisi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang mengkhawatirkan dan dapat terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini terjadi akibat adanya komunikasi yang
tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien di dalam penandaan lokasi ( site marking), serta tidak adanya prosedur untuk
memverifikasisisi operasi. Rumah sakit memerlukan upaya kolaboratif untuk mengembangkan proses dalam mengeliminasi masalah ini. Tindakan operasi dan invasif meliputi
semua tindakan yang melibatkan insisi atau pungsi, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, operasi terbuka, aspirasi perkutan, injeksi obat tertentu, biopsi, tindakan intervensi atau
diagnostik vaskuler dan kardiak perkutan, laparoskopi, dan endoskopi. Rumah sakit perlu mengidentifikasi semua area di rumah sakit mana operasi dan tindakan invasif
dilakukan
Protokol umum (universal protocol) untuk pencegahan salah sisi,salah prosedur dan salah pasien pembedahan meliputi:
1) Proses verifikasisebelum operasi.
2) Penandaan sisi operasi.
3) Time-out dilakukan sesaat sebelum memulai tindakan.
b. Proses Verifikasi Praoperasi Verifikasi praoperasi merupakan proses pengumpulan informasi dan konfirmasisecara terus-menerus. Tujuan dari proses verifikasi praoperasi adalah:
1) melakukan verifikasi terhadap sisi yang benar, prosedur yang benar dan pasien yang benar
2) memastikan bahwa semua dokumen, foto hasil radiologi atau pencitraan, dan pemeriksaan yang terkait operasi telah tersedia, sudah diberi label dan disiapkan;
3) melakukan verifikasi bahwa produk darah, peralatan medis khusus dan/atau implan yang diperlukan sudah tersedia.
Di dalam proses verifikasi praoperasi terdapat beberapa elemen yang dapat dilengkapi sebelum pasien tiba di area praoperasi. seperti memastikan bahwa dokumen, foto hasil radiologi,
dan hasil pemeriksaan sudah tersedia, diberi label dan sesuai dengan penanda identitas pasien. Menunggu sampai pada saat proses time-out untuk melengkapi proses verifikasi
praoperasi dapat menyebabkan penundaan yang tidak perlu. Beberapa proses verifikasi praoperasi dapat dilakukan lebih darisekali dan tidak hanya disatu tempat saja. Misalnya
persetujuan tindakan bedah dapat diambil di ruang periksa dokter spesialis bedah dan verifikasi kelengkapannya dapat dilakukan di area tunggu praoperasi.
c. Penandaan Lokasi Penandaan sisi operasi dilakukan dengan melibatkan pasien serta dengan tanda yang tidak memiliki arti ganda serta segera dapat dikenali. Tanda tersebut harus
digunakan secara konsisten di dalam rumah sakit; dan harus dibuat oleh PPA yang akan melakukan tindakan; harus dibuat saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan
harus terlihat sampai pasien disiapkan. Penandaan sisi operasi hanya ditandai pada semua kasus yang memiliki dua sisi kiri dan kanan (lateralisasi), struktur multipel (jari tangan,
jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang). Penandaan lokasi operasi harus melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang langsung dapat dikenali dan tidak bermakna
ganda. Tanda “X” tidak digunakan sebagai penanda karena dapat diartikan sebagai “bukan di sini” atau “salah sisi” serta dapat berpotensi menyebabkan kesalahan dalam
penandaan lokasi operasi. Tanda yang dibuat harus seragam dan konsisten digunakan di rumah sakit. Dalam semua kasus yang melibatkan lateralitas, struktur ganda (jari tangan,
jari kaki, lesi), atau tingkatan berlapis (tulang belakang), lokasi operasi harus ditandai.
d. Penandaan lokasi tindakan operasi/invasif dilakukan oleh PPA yang akan melakukan tindakan tersebut. PPA tersebut akan melakukan seluruh prosedur operasi/invasif dan tetap
berada dengan pasien selama tindakan berlangsung. Pada tindakan operasi, DPJP bedah pada umumnya yang akan melakukan operasi dan kemudian melakukan penandaan
lokasi.. Untuk tindakan invasif non-operasi, penandaan dapat dilakukan oleh dokter yang akan melakukan tindakan, dan dapat dilakukan di area di luar area kamar operasi.
Terdapat situasi di mana peserta didik (trainee) dapat melakukan penandaan lokasi, misalnya ketika peserta didik akan melakukan keseluruhan tindakan, tidak memerlukan supervisi
ataumemerlukan supervisiminimal dari operator/dokter penanggung jawab. Pada situasitersebut, peserta didik dapat menandai lokasi operasi. Ketika seorang peserta didik menjadi
asisten dari operator/dokter penanggung jawab, hanya operator/dokter penanggung jawab yang dapat melakukan penandaan lokasi. Penandaan lokasi dapat terjadi kapan saja
sebelum tindakan operasi/invasif selama pasien terlibat secara aktif dalam proses penandaan lokasi jika memungkinkan dan tanda tersebut harus tetap dapat terlihat walaupun
setelah pasien dipersiapkan dan telah ditutup kain. Contoh keadaan di mana partisipasi pasien tidak memungkinkan meliputi : kasus di mana pasien tidak kompeten untuk
membuat keputusan perawatan, pasien anak, dan pasien yang memerlukan operasi darurat.
e. Time-Out Time-out dilakukan sesaat sebelum tindakan dimulai dan dihadiri semua anggota tim yang akan melaksanakan tindakan operasi. Selama time-out, tim menyetujui komponen
sebagai berikut:
1) Benar identitas pasien.
2) Benar prosedur yang akan dilakukan.
3) Benarsisi operasi/tindakan invasif.

291
Time-out dilakukan di tempat di mana tindakan akan dilakukan dan melibatkan secara aktif seluruh tim bedah. Pasien tidak berpartisipasi dalam time-out. Keseluruhan proses
time- out didokumentasikan dan meliputi tanggal serta jam time-out selesai. Rumah sakit menentukan bagaimana proses time-out didokumentasikan.
f. Sign-Out Sign out yang dilakukan di area tempat tindakan berlangsung sebelum pasien meninggalkan ruangan. Pada umumnya, perawatsebagai anggota tim melakukan
konfirmasisecara lisan untuk komponen sign-out sebagai berikut:
1) Nama tindakan operasi/invasif yang dicatat/ditulis.
2) Kelengkapan perhitungan instrumen, kasa dan jarum (bila ada).
3) Pelabelan spesimen (ketika terdapat spesimen selama proses sign-out, label dibacakan dengan jelas, meliputi nama pasien, tanggal lahir).
4) Masalah peralatan yang perlu ditangani (bila ada). Rumah sakit dapat menggunakan Daftar tilik keselamatan operasi (Surgical Safety Checklist dari WHO terkini)
TELUSUR
3). Elemen Penilaian SKP 4 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
proses verifikasi pra operasi dengan DPJP Regulasi tentang proses verifikasi pra operasi Wawancara tentang proses verifikasi pra 5
daftar tilik untuk memastikan benar PPA dengan daftar tilik untuk memastikan benar operasi dengan daftar tilik untuk 0
pasien, benar tindakan dan benar sisi. pasien, benar tindakan dan benar sisi. memastikan benar pasien, benar
D : Bukti tindakan dan benar sisi
Bukti adanya proses verifikasi pra operasi dengan
daftar tilik untuk memastikan benar pasien,
benar tindakan dan benar sisi
b) Rumah sakit telah menetapkan dan Pimpinan RS D : Regulasi I : Obsercvasi 10
menerapkan tanda yang seragam, DPJP Regulasi tentang tanda yang seragam, I : Wawancara 5
mudah dikenali dan tidak bermakna PPA mudah dikenali dan tidak bermakna ganda Observasi/wawancara tentang penandaan 0
ganda untuk mengidentifikasi sisi untuk mengidentifikasi sisi operasi atau yang seragam, mudah dikenali dan tidak
operasi atau tindakan invasif. tindakan invasif. serta penandaan bermakna ganda untuk mengidentifikasi
lokasi operasi sisi operasi atau tindakan invasif.
D : Bukti
Bukti adanya penerapan tanda yang seragam
mudah dikenali dan tidak bermakna ganda
untuk
mengidentifikasi sisi operasi atau tindakan invasif.
c) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
penandaan sisi operasi atau tindakan DPJP Regulasi tentang penandaan sisi operasi atau I : Wawancara 5
invasif (site marking) dilakukan oleh PPA tindakan invasif (site marking) dilakukan oleh Observasi/wawancara tentang 0
dokter operator/dokter asisten yang Pasien/keluarga dokter operator/dokter asisten yang melakukan penandaan sisi operasi atau tindakan
melakukan operasi atau tindakan operasi atau tindakan invasif dengan invasif (site marking) dilakukan oleh
invasif dengan melibatkan pasien bila melibatkan pasien bila memungkinkan. dokter operator/dokter asisten yang
memungkinkan. D : Bukti melakukan operasi atau tindakan invasif
Bukti adanya pelaksanaan penandaan sisi operasi dengan melibatkan pasien bila
atau tindakan invasif (site marking) dilakukan memungkinkan.
oleh dokter operator/dokter asisten yang
melakukan

292
operasi atau tindakan invasif dengan melibatkan
pasien bila memungkinkan.

d) Rumah sakit telah menerapkan proses Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


Time-Out menggunakan “surgical DPJP Regulasi tentang proses Time-Out menggunakan I : Wawancara 5
check list” (Surgical Safety Checklist PPA “surgical check list” dari WHO terkini pada Observasi/wawancara tentang proses 0
dari WHO terkini pada tindakan tindakan operasi termasuk tindakan medis Time-Out menggunakan “surgical check
operasi termasuk tindakan medis invasif. D : Bukti list” (Surgical Safety Checklist dari
invasif. Bukti dalam rekam medik adanya Surgical Safety WHO terkini pada tindakan operasi
Checklist dari WHO terkini pada tindakan termasuk tindakan medis invasif.
operasi termasuk tindakan medis invasif.

5. MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN KESEHATAN


> 80% Terpenuhi Lengkap
20-79% Terpenuhi Sebagian
Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan <20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan

1). Standar SKP 5


Rumah sakit menerapkan kebersihan tangan (hand hygiene)untuk menurunkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan.

2). Maksud dan Tujuan SKP 5


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat membebani pasien serta profesional pemberi asuhan (PPA) pada pelayanan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua
bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi
mekanis). Kegiatan utama dari upaya eliminasi infeksi ini maupun infeksi lainnya adalah dengan melakukan tindakan cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene
yang berlaku secara internasional dapat diperoleh di situs web WHO. Rumah sakit harus memiliki proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau
mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara luas untuk implementasinya di rumah sakit.
TELUSUR
3). Elemen Penilaian SKP 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulsi I : Wawancara 10
kebersihan tangan (hand hygiene) Seluruh Staf RS Regulasi tentang kebersihan tangan (hand I : Simulasi 5
Pasien/keluarga hygiene) yang mengacu pada standar WHO 0
terkini.
293
yang mengacu pada standar WHO D : Bukti Wawancara/simulasi tentang
terkini. Bukti adanya penerapan kebersihan tangan penerapan kebersihan tangan (hand
(hand hygiene) yang mengacu pada standar WHO hygiene) yang mengacu pada standar
terkini. WHO terkini.
b) Terdapat proses evaluasi terhadap Komite/tim Mutu D :.Bukti I : Wawancara 10
pelaksanaan program kebersihan Komite/tim PPI Bukti adanya laporan evaluasi terhadap Wawancara tentang proses evaluasi 5
tangan di rumah sakit serta upaya PPA pelaksanaan program kebersihan tangan di terhadap pelaksanaan program 0
perbaikan yang dilakukan untuk IPCN/IPCLN rumah sakit serta upaya perbaikan yang kebersihan tangan di rumah sakit serta
meningkatkan pelaksanaan program. dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan upaya perbaikan yang dilakukan untuk
program. meningkatkan pelaksanaan program.

6. MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT JATUH


> 80% Terpenuhi Lengkap
20-79% Terpenuhi
Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Jatuh Sebagian
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Jatuh

1). Standar SKP 6


Rumah sakit menerapkan proses untuk mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh di rawat jalan.
2). Standar SKP 6.1
Rumah sakit menerapkan proses untuk mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh di rawat inap.
3). Maksud dan Tujuan SKP 6 dan 6.1
Risiko jatuh pada pasien rawat jalan berhubungan dengan kondisi pasien, situasi, dan/atau lokasi di rumah sakit. Di unit rawat jalan, dilakukan skrining risiko jatuh pada pasien
dengan kondisi, diagnosis, situasi, dan/atau lokasi yang menyebabkan risiko jatuh. Jika hasil skrining pasien berisiko jatuh, maka harus dilakukan intervensi untuk mengurangi risiko
jatuh pasien tersebut.
Skrining risiko jatuh di rawat jalan meliputi:
a) kondisi pasien misalnya pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi
alkohol.
b) diagnosis,misalnya pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson.
c) situasi misalnya pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah baring/perawatan yang lama yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang dari
ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh
d) lokasi misalnya area-area yang berisiko pasien jatuh, yaitu tangga, area yang penerangannya kurang atau mempunyai unit pelayanan dengan peralatan parallel bars,
freestanding staircases seperti unit rehabilitasi medis. Ketika suatu lokasi tertentu diidentifikasi sebagai area risiko tinggi yang lebih rumah sakit dapat menentukan bahwa
semua pasien yang
mengunjungi lokasi tersebut akan dianggap berisiko jatuh dan menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh yang berlaku untuk semua pasien. Skrining
umumnya
294
berupa evaluasisederhana meliputi pertanyaan dengan jawaban sederhana: ya/tidak, atau metode lain meliputi pemberian nilai/ SKOR untuk setiap respons pasien. Rumah
sakit dapat menentukan bagaimana proses skrining dilakukan. Misalnya skrining dapat dilakukan oleh petugas registrasi, atau pasien dapat melakukan skrining secara
mandiri,seperti di anjungan mandiri untuk skrining di unit rawat jalan.
Contoh pertanyaan skrining sederhana dapat meliputi:
a) Apakah Anda merasa tidak stabil ketika berdiri atau berjalan?;
b) Apakah Anda khawatir akan jatuh?;
c) Apakah Anda pernah jatuh dalam setahun terakhir?
Rumah sakit dapat menentukan pasien rawat jalan mana yang akan dilakukan skrining risiko jatuh. Misalnya, semua pasien di unit rehabilitasi medis, semua pasien dalam perawatan
lama/tirah baring lama datang dengan ambulans untuk pemeriksaan rawat jalan, pasien yang dijadwalkan untuk operasi rawat jalan dengan tindakan anestesi atau sedasi, pasien
dengan gangguan keseimbangan, pasien dengan gangguan penglihatan, pasien anak di bawah usia 2 (dua) tahun, dan seterusnya. Untuk semua pasien rawat inap baik dewasa
maupun anak harus dilakukan pengkajian risiko jatuh menggunakan metode pengkajian yang baku sesuai ketentuan rumah sakit. Kriteria risiko jatuh dan intervensi yang dilakukan
harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Pasien yang sebelumnya risiko rendah jatuh dapat meningkat risikonya secara mendadak menjadi risiko tinggi jatuh. Perubahan
risiko ini dapat diakibatkan, namun tidak terbatas pada tindakan pembedahan dan/atau anestesi, perubahan mendadak pada kondisi pasien, dan penyesuaian obat-obatan yang
diberikan sehingga
pasien memerlukan pengkajian ulang jatuh selama dirawat inap dan paska pembedahan
TELUSUR
4). Elemen Penilaian SKP 6 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
skrining pasien rawat jalan pada DPJP Regulasi tentang skrining pasien rawat jalan Wawancara tentang pelaksanaan skrining 5
kondisi, diagnosis, situasi atau lokasi PPA pada kondisi, diagnosis, situasi atau lokasi yang pasien rawat jalan pada kondisi, 0
yang dapat menyebabkan pasien dapat menyebabkan pasien berisiko jatuh, diagnosis, situasi atau lokasi yang dapat
berisiko jatuh, dengan menggunakan dengan menggunakan alat bantu/metode skrining menyebabkan pasien berisiko jatuh,
alat bantu/metode skrining yang yang ditetapkan rumah sakit dengan menggunakan alat bantu/metode
ditetapkan rumah sakit D : Bukti skrining yang ditetapkan rumah sakit
Bukti dalam rekam nedik tentang pelaksanaan
skrining pasien rawat jalan pada kondisi,
diagnosis, situasi atau lokasi yang dapat
menyebabkan pasien berisiko jatuh, dengan
menggunakan alat bantu/metode skrining yang
ditetapkan rumah sakit
b) Tindakan dan/atau intervensi DPJP D : Bukti I : Wawancara 10
dilakukan untuk mengurangi risiko PPA Bukti dalam rekam medik adanya pelaksanaan Wawancara tentang pelaksanaan tindakan 5
jatuh pada pasien jika hasil skrining tindakan dan/atau intervensi untuk mengurangi dan/atau intervensi untuk mengurangi 0
menunjukkan adanya risiko jatuh dan risiko jatuh pada pasien jika hasil skrining risiko jatuh pada pasien jika hasil
hasil skrining serta intervensi menunjukkan adanya risiko jatuh dan hasil skrining menunjukkan adanya risiko
didokumentasikan skrining serta intervensi jatuh dan hasil skrining serta intervensi

295
TELUSUR
5). Elemen Penilaian SKP 6.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melakukan PPA D : Bukti I : Wawancara 10
pengkajian risiko jatuh untuk semua Pasie/keluarga Bukti dalam rekam medik adanya pelaksanaan Wawancara tentang pelaksanaan 5
pasien rawat inap baik dewasa maupun pengkajian risiko jatuh untuk semua pasien pengkajian risiko jatuh untuk semua 0
anak menggunakan metode pengkajian rawat inap baik dewasa maupun anak pasien rawat inap baik dewasa maupun
yang baku sesuai dengan ketentuan menggunakan metode pengkajian yang baku anak menggunakan metode pengkajian
rumah sakit. sesuai dengan ketentuan rumah sakit yang baku sesuai dengan ketentuan
rumah
sakit
b) Rumah sakit telah melaksanakan PPA D : Bukti I : Wawancara 10
pengkajian ulang risiko jatuh pada Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik adanya pengkajian Wawancara tentang pengkajian ulang 5
pasien rawat inap karena adanya ulang risiko jatuh pada pasien rawat inap karena risiko jatuh pada pasien rawat inap 0
perubahan kondisi, atau memang adanya perubahan kondisi, atau memang sudah karena adanya perubahan kondisi, atau
sudah mempunyai risiko jatuh dari mempunyai risikojatuh dari hasil pengkajian memang sudah mempunyai risiko jatuh
hasil pengkajian. dari hasil
pengkajian
c) Tindakan dan/atau intervensi untuk PPA D : Bukti I : Wawancara 10
mengurangi risiko jatuh pada pasien Pasien/keluarga Bukti dalam rekam medik adanya tindakan Wawancara tentang tindakan dan/atau 5
rawat inap telah dilakukan dan dan/atau intervensi untuk mengurangi risiko jatuh intervensi untuk mengurangi risiko 0
didokumentasikan. pada pasien rawat inap telah dilakukan jatuh pada pasien rawat inap telah
dilakukan.

296
D. PROGRAM NASIONAL

> 80% Terpenuhi Lengkap


20-79% Terpenuhi Sebagian
Program Nasional <20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Peningkatan Kesehatan Ibu dan Bayi


1). Standar Prognas 1
Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam dan 7 (tujuh) hari seminggu.
2). Maksud dan Tujuan Prognas 1
Rumah sakit melaksanakan program PONEK sesuai dengan pedoman PONEK yang berlaku dengan langkah langkah sebagai berikut:
a) Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu.
b) Mengembangkan kebijakan dan standar pelayanan ibu dan bayi.
c) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
d) Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetric dan neonates termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24 jam).
e) Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan Pembina teknis dalam pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif serta Perawatan Metode Kanguru (PMK) pada BBLR
f) Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya.
g) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB 10 langkah menyusui dan peningkatan kesehatan ibu
h) Melakukan pemantauan dan analisis yang meliputi:
1) Angka keterlambatan operasi section caesaria
2) Angka kematian ibu dan anak
3) Kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi baru lahir
TELUSUR
3). Elemen Penilaian Prognas 1 SASARAN DOKUMEN IMPLEMENTASI SKOR

a) .Rumah sakit menetapkan regulasi D : Regulasi 10


tentang pelaksanaan PONEK 24 jam. Regulasi tentang pelayanan PONEK 24 0
jam A : Acuan
1. SE MENKES No. HK
02.02./D.III/548//2020 tentang
Peningkatan Peran RS dalam
Percepatan Penurunan AKI sdan AKB
2. PP No. 61 tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi

297
3. PERMENKES No. 1051 tahun 2008
tentang Pedoman Penyelenggaraan
PONEK 24 jam di Rumah Sakit

b) Terdapat Tim PONEK yang ditetapkan Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10


oleh rumah sakit dengan rincian tugas Tim PONEK Regulasi tentang Tim PONEK rumah sakit Wawancara Tim PONEK yang 5
dan tanggungjawabnya. Ka Instal Gadar dengan rincian tugas dan ditetapkan oleh rumah sakit dengan rincian 0
Ka Unit VK tanggungjawabnya. D : Bukti tugas dan tanggungjawabnya.
Bukti adanya rincian tugas dan
tanggungjawab Tim Ponek

c) Terdapat program kerja yang menjadi D : Regulasi 10


acuan dalam pelaksanaan program Regulasi tentang program kerja PONEK rumah 5
PONEK Rumah Sakit sesuai maksud sakit. 0
dan tujuan

d) Terdapat bukti pelaksanaan program Direktur RS D : Bukti I : Observasi 10


PONEK Rumah Sakit. Ketua/anggota Bukti adanya laporan pelaksanaan I : Wawancara 5
Tim PONEK program PONEK Observasi/wawancara tentang 0
pelaksanaan program PONEK Rumah
Sakit.
e) Program PONEK Rumah Sakit Tim PONEK D : Bukti I : Wawancara 10
dipantau dan dievaluasi secara rutin. Ka Instal Gadar Bukti adanya laporan pemantauan dan Wawancara tentang pemantauan dan 5
Ka Unit VK evaluasi program PONEK rumah sakit evaluasi program PONEK rumah 0
sakit

4). Standar Prognas 1.1

5). Maksud dan Tujuan Prognas 1.1


Salah satu tugas dari rumah sakit dengan kemampuan PONEK adalah melakukan pembinaan kepada jejaring rujukan seperti Puskesmas, Klinik bersalin, praktek perseorangan dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pembinaan jejaring rujukan dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan kepada fasilitas kesehatan jejaring, berbagi pengalaman dalam
pelayanan ibu dan anak serta peningkatanan kompetensi jejaring rujukan secara berkala. Rumah sakit memetakan jejaring rujukan yang ada dan membuat program pembinaan setiap
tahun.
TELUSUR
6). Elemen Penilaian Standar Prognas 1.1 SASARAN DOKUMEN IMPLEMENTASI SKOR

a) Rumah sakit menetapkan program D : Regulasi 10


pembinaan jejaring rujukan Regulasi tentang program pembinaan 0
rumah sakit. jejaring rujukan rumah sakit.

298
b) Rumah sakit melakukan pembinaan Tim PONEK D : Bukti I : Wawancara 10
terhadap jejaring secara berkala. Ka Unit PKRS Bukti adanya pelaksanaan pembinaan terhadap Wawancara tentang pembinaan 5
jejaring secara berkala berupa hasil pertemuan terhadap jejaring secara berkala. 0
dan sosialisasi (UMAN)

c) Telah dilakukan evaluasi program Tim PONEK D : Bukti I : Wawancara 10


pembinaan jejaring rujukan. Ka Unit PKRS Bukti adanya laporan dan evaluasi Wawancara tentang evaluasi 5
program pembinaan jejaring rujukan. program pembinaan jejaring 0
rujukan.

299
2. Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis/TBC

> 80% Terpenuhi Lengkap


20-79% Terpenuhi
Program Nasional Sebagian
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan
1). Standar Prognas 2
Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis.
2). Maksud dan Tujuan Prognas 2
Pemerintah mengeluarkan kebijakan penanggulangan tuberkulosis berupa upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif, preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratifdan
rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecatatan atau kematian, memutuskan penularan mencegah resistensiobat dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat tuberkulosis.
Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan tubekulosis melakukan kegiatan yang meliputi:
a. Promosi kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai
b. pencegahan penularan, penobatan, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku sasaran yaitu pasien dan keluarga, pengunjung serta staf
rumah sakit.
c. Surveilans tuberkulosis, merupakan kegiatan memperoleh data epidemiologi yang diperlukan dalam sistem informasi program penanggulangan tuberkulosis, seperti
pencatatan dan pelaporan tuberkulosis sensitif obat, pencatatan dan pelaporan tuberkulosis resistensi obat.
d. Pengendalian faktor risiko tuberkulosis, ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan dan kejadian penyakit tuberkulosis, yang pelaksanaannya sesuai dengan pedoman
pengendalian pencegahan infeksi tuberkulosis di rumah sakit pengendalian faktor risiko tuberkulosis, ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan dan kejadian penyakit
tuberkulosis, yang pelaksanaannya sesuai dengan pedoman pengendalian pencegahan infeksi tuberkulosis di rumah sakit.
e. Penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis.
Penemuan kasus tuberkulosis dilakukan melalui pasien yang datang kerumah sakit, setelah pemeriksaan, penegakan diagnosis, penetapan klarifikasi dan tipe pasien
tuberkulosis. Sedangkan untuk penanganan kasus dilaksanakan sesuai tata laksana pada pedoman nasional pelayanan kedokteran tuberkulosis dan standar lainnya sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
f. Pemberian kekebalan
Pemberian kekebalan dilakukan melalui pemberian imunisasi BCG terhadap bayi dalam upaya penurunan risiko tingkat pemahaman tuberkulosis sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
g. Pemberian obat pencegahan.
Pemberian obat pencegahan selama 6 (enam) bulan yang ditujukan pada anak usia dibawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien tuberkulosis aktif; orang dengan
HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosis tuberkulosis; populasi tertentu lainnya sesuai peraturan perundang- undangan.
Untuk menjalankan kegiatan tersebut maka rumah sakit dapat membentuk tim/panitia pelaksana program TB Paru Rumah Sakit.

300
TELUSUR
3). Elemen Penilaian Prognas 2 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit menerapkan regulasi D : Regulasi 10
tentang pelaksanaan penanggulangan Regulasi tentang pelaksanaan 0
tuberkulosis di rumah sakit penanggulangan tuberculosis di rumah sakit
A : Acuan
1. PERMENKES No. 67 tahun
2021 tentang Penanggulangan
TBC
2. PERMENKES No.
HK.02.02/MENKES/305/2014 tentang
Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata laksana Tuberkolosis
3. PERMENKES No. 350 tahun 2017
tentang Rumah Sakit dan Balai
Kesehatan Layanan TBC Resisten
Obat
4. SE. MENKES No.
HK.02.01/MENKES/660/2020 tentang
Kewajiban Fasyankes dalam
Melakukan Pencatatan dan Pelaporan
Kasus TBC
5. SE. MENKES No.
HK.02.02/MENKES/3726/2022 tentang
Kewajiban RS Swasta untu
Melakukan Pelaporan Penanganan
Kasus TBC
melalui system Informasi
b) Direktur menetapkan tim TB Paru D : Regulasi . 10
Rumah sakit beserta program kerjanya. Regulasi berupa penetapan tim TB paru rumah sakit 0
beserta program kerjanya.
c) Ada bukti pelaksanaan promosi Tim TB RS D : Bukti I : Observasi 10
kesehatan, surveilans dan upaya Ka Unit PKRS Bukti adanya pelaksanaan promosi I : Wawancara 5
pencegahan tuberculosis Komite/tim PPI kesehatan, surveilans dan upaya pencegahan Observasi/wawancara tentang 0
tuberculosis bukti pelaksanaan promosi kesehatan,
surveilans dan upaya pencegahan
tuberculosis

4). Standar Prognas 2.1


Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan.

301
5). Maksud dan Tujuan Prognas 2.1
Dalam melaksanakan pelayanan kepada penderita TB Paru dan program TB Paru di rumah sakit, maka harus tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi syarat pelayanan TB Paru
sesuai dengan Pedoman Pelayanan TB Paru. pembinaan setiap tahun.

302
TELUSUR
6). Elemen Penilaian Standar Prognas 2.1 SASARAN DOKUMEN IMPLEMENTASI SKOR

a) Tersedia ruang pelayanan rawat jalan Tim TB RS D : Regulasi I : Observasi 10


yang memenuhi pedoman pencegahan Ka Unit Rawat Regulasi tentang persyaratan ruang rawat I : Wawancara 5
dan pengendalian infeksi Jalan Komite/tim jalan/poli tuberkulosis yang memenuhi pedoman Observasi/wawancara tentang ruang 0
tuberkulosis. PPI PPI tuberkulosis pelayanan rawatjalan yang memenuhi
D : Bukti pedoman pencegahan dan pengendalian
Bukti dokumentasi (foto) adanya ruang infeksi tuberkulosis
rawat jalan/poli tuberkulosis yang memenuhi
persyaratan PPI

b) Bila rumah sakit memberikan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


pelayanan rawat inap bagi pasien Tim TB RS Regulasi tentang ruang rawat inap bagi pasien I : Wawancara 5
tuberkulosis paru dewasa maka Ka Unit Rawat tuberkulosis paru yang memenuhi pedoman Observasi/wawancara tentang bila 0
rumah sakit harus memiliki ruang inap Komite/tim PPI tuberkulosis rumah sakit memberikan pelayanan
rawat inap yang memenuhi pedoman PPI D : Bukti rawat inap bagi pasien tuberkulosis paru
pencegahan dan pengendalian infeksi Bukti dokumentasi (foto) adanya rawat inap bagi dewasa maka rumah sakit harusmemiliki
tuberkulosis. pasien tuberkulosis paru dewasa maka rumah ruang rawat inap yang memenuhi
sakit harus memiliki ruang rawat inap yang pedoman pencegahan dan pengendalian
memenuhi pedoman pencegahan dan infeksi tuberkulosis.
pengendalian infeksi tuberkulosis

c) Tersedia ruang pengambilan spesimen Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10


sputum yang memenuhi pedoman Tim TB RS Regulasi tentang ruang pengambilan I : Wawancara 5
pencegahan dan pengendalian infeksi Ka Unit Rawat spesimen sputum yang memenuhi Observasi/wawancara tentang ruang 0
tuberkulosis. inap Komite/tim pedoman PPI tuberkulosis pengambilan spesimen sputum yang
PPI D : Bukti memenuhi pedoman pencegahan
Bukti dokumentasi (foto) adanya dan pengendalian infeksi
ruang pengambilan spesimen sputum tuberkulosis.
yang memenuhi pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi tuberkulosis.

303
7). Standar Prognas 2.2
Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya pengendalian faktor risiko tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan.
5). Maksud dan Tujuan Prognas 2.1
Dalam melaksanakan pelayanan kepada penderita TB Paru dan program TB Paru di rumah sakit, maka harus tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi syarat pelayanan TB Paru
sesuai dengan Pedoman Pelayanan TB Paru. pembinaan setiap tahun.
TELUSUR
8). Elemen Penilaian Prognas 2.2 SASARAN DOKUMEN IMPLEMENTASI SKOR

a) Rumah sakit telah menerapkan Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10


kepatuhan staf medis terhadap Tim TB RS Regulasi tentang kepatuhan staf medis Wawancara tentang kepatuhan staf 5
panduan praktik klinis tuberkulosis. Komite Medik terhadap PPK Tuberkulosis medis terhadap PPK Tuberkulosis 0
D : Bukti
Bukti adanya kepatuhan staf medis terhadap
PPK Tuberkulosis, dapat berupa audit
medis
b) Rumah sakit merencanakan dan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
mengadakan penyediaan Obat Anti Tim TB RS Bukti adanya perencanaan dan Wawancara tentang perencanaan 5
Tuberculosis. Ka Unit Farmasi pengadaan penyediaan Obat Anti dan pengadaan penyediaan Obat 0
Tuberculosis. Anti
Tuberculosis.
c) Rumah sakit melaksanakan pelayanan Tim TB RS D : Bukti I : Observasi 10
TB MDR (bagi rumahsakit rujukan TB Ka Unit Perawatan Bukti adanya pelaksanaan pelayanan TB I : Wawancara 5
MDR). MDR (bagi rumah sakit rujukan TB MDR). Observasi/wawancara tentang 0
pelaksanaan pelayanan TB MDR
(bagi rumah sakit rujukan TB MDR)

d) Rumah sakit melaksanakan pencatatan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


dan pelaporan kasus TB Paru sesuai Tim TB RS Bukti adanya pelaksanaan pencatatan dan Wawancara tentang pelaksanaan 5
ketentuan. pelaporan kasus TB Paru sesuai pencatatan dan pelaporan kasus TB 0
ketentuan. Paru
sesuai ketentuan.

304
C. PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS

> 80% Terpenuhi Lengkap


20-79% Terpenuhi Sebagian
Program Nasional <20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS


1). Standar Prognas 3
Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundang-undangan
2). Maksud dan Tujuan Prognas 3
Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai standar pelayanan bagi rujukan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan satelitnya dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan fungsi pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
b. Meningkatkan fungsi pelayanan Anti Retroviral Therapy (ART) atau bekerja sama dengan rumah sakit yang ditunjuk.
c. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO).
d. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan factor risiko Injection Drug Use (IDU).
e. Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang yang meliputi pelayanan gizi, laboratorium dan radiologi, pencatatan dan pelaporan.

TELUSUR
3). Elemen Penilaian Prognas 3 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Regulasi I : Observasi 10
kebijakan program HIV/AIDS sesuai Tim HIV/AIDS Regulasi tentang kebijakan program I : Wawancara 5
ketentuan perundangan.. Ka Unit Terkait HIV/AIDS sesuai ketentuan perundangan. Observasi/wawancara tentang kebijakan 0
A : Acuan program HIV/AIDS sesuai ketentuan
PERMENKES No. 23 tahun 2022 tentang perundangan.
Penanggulangan HIV/AIDS dan Infeksi
Menular Seksual
D : Bukti
Bukti adanya pelaksanaan
program penanggulangan
HIV/AIDS
b) Rumah sakit telah menerapkan fungsi Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit Tim HIV/AIDS Regulasi tentang fungsi rujukan HIV/AIDS pada 5
sesuai dengan kebijakan yang Ka Unit Terkait rumah sakit sesuai dengan kebijakan yang 0
berlaku. berlaku.

305
D : Bukti Wawancara tentang penerapan fungsi
Bukti adanya penerapan fungsi rujukan rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit
HIV/AIDS pada rumah sakit sesuai dengan sesuai dengan kebijakan yang
kebijakan yang berlaku, sesperti : berlaku.
- Bukti pelaksanaan rujukan ke
fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
(MOU)
- Bukti daftar pasien HIV/AIDS
yang dirujuk
c) Rumah sakit melaksanakan pelayanan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
PITC dan PMTCT. Tim HIV/AIDS Bukti adanya laporan pelaksanaan Wawancara tentang pelayanan PITC 5
Ka Unit Terkait pelayanan yangmeliputi PITC dan PMTCT. dan PMTCT. 0

d) Rumah sakit memberikan pelayanan Pimpinan RS D : Bukti I: Wawancara 10


ODHA dengan factor risiko IO. Tim HIV/AIDS Bukti adanya laporan pelaksanaan Wawancara tentang pelayanan 5
Ka Unit Terkait pelayanan ODHA dengan factor risiko IO. ODHA dengan faktor risiko IO. 0

e) Rumah sakit merencanakan dan Pimpinan RS D : Bukti I:Wawancara 10


mengadakan penyediaan Anti Retro Tim HIV/AIDS Bukti adanya perencanaan dan pengadaan Wawancara tentang perencanaan dan 5
Viral (ART). Ka Unit Terkait penyediaan Anti Retro Viral Therapy pengadaan penyediaan Anti Retro 0
Ka Unit Farmasi (ART). Viral Therapy (ART).
f) Rumah sakit melakukan pemantauan Pimpinan RS D : Bukti I:Wawancara 10
dan evaluasi program penanggulangan Tim HIV/AIDS Bukti adanya laporan pemantauan dan hasil Wawancara tentang pemantauan 5
HIV/AIDS. Ka Unit Terkait evaluasi pelaksanaan program dan evaluasi program 0
penanggulangan HIV/AIDS penanggulangan HIV/AIDS.

2. Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting


> 80% Terpenuhi Lengkap
20-79% Terpenuhi
Program Nasional Sebagian
<20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting

306
1). Standar Prognas 4
Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi stunting dan wasting.
2). Standar Prognas 4.1
Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP di
wilayahnya serta rujukan masalah gizi.
3). Maksud dan Tujuan Prognas 4 dan Prognas 4.1
Tersedia regulasi penyelenggaraan program penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting di rumah sakit yang meliputi:
a) Program penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting.
b) Panduan tata laksana.
c) Organisasi pelaksana program terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur:
i. Staf Medis
ii. Staf Keperawatan.
iii. Staf Instalasi Farmasi.
iv. Staf Instalasi Gizi.
v. Tim Tumbuh Kembang.
vi. Tim Humas Rumah Sakit.
Organisasi program penurunan prevalensi stunting dan wasting dipimpin oleh staf medis atau dokter spesialis anak. Rumah sakit menyusun program penurunan prevalensi stunting
dan wasting di rumah sakit terdiri dari:
1) Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga tentang masalah stunting dan wasting;
2) Intervensi spesifik di rumah sakit;
3) Penerapan Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi;
4) Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting;
5) Rumah sakit sebagai pendamping klinis dan manajemen serta merupakan jejaring rujukan
6) Program pemantauan dan evaluasi.
Penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting meliputi:
1) Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit tentang Program Penurunan Stunting dan Wasting.
2) Peningkatan efektifitas intervensi spesifik.
a) Program 1000 HPK.
b) Suplementasi Tablet Besi Folat pada ibu hamil.
c) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil.
d) Promosi dan konseling IMD dan ASI Eksklusif.
e) Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).
f) Pemantauan Pertumbuhan (Pelayanan Tumbuh Kembang bayi dan balita).
g) Pemberian Imunisasi.
h) Pemberian Makanan Tambahan Balita Gizi Kurang.
i) Pemberian Vitamin A.
j) Pemberian taburia pada Baduta (0-23 bulan).
k) Pemberian obat cacing pada ibu hamil.
3) Penguatan sistem surveilans gizi

307
a) Tata laksana tim asuhan gizi meliputi Tata laksana Gizi Stunting, Tata Laksana Gizi Kurang, Tata Laksana Gizi Buruk (Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana
Gizi Buruk pada Balita).
b) Pencatatan dan Pelaporan kasus masalah gizi melalui aplikasi e-PPGBM (Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat).
c) Melakukan evaluasi pelayanan, audit kesakitan dan kematian, pencatatan dan pelaporan gizi buruk dan stunting dalam Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS). Rumah sakit melaksanakan pelayanan sebagai pusat rujukan kasus stunting dan kasus wasting dengan menyiapkan sebagai:
1) Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting untuk memastikan kasus, penyebab dan tata laksana lanjut oleh dokter spesialis anak.
2) Rumah sakit sebagai pusat rujukan balita gizi buruk dengan komplikasi medis.
3) Rumah sakit dapat melaksanakan pendampingan klinis dan manajemen serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit dengan kelas di bawahnya dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) di wilayahnya dalam tata laksana stunting dan gizi buruk.
TELUSUR
SASARAN SKOR
4). Elemen Penilaian Prognas 4 DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
kebijakan tentang pelaksanaan Regulasi tentang program gizi terkait penurunan 0
program gizi. prevalensi stunting dan wasting
A : Acuan
1. SE No : HK.02.02/III/3887/2022 tentang
Kewajiban Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Untuk Melakukan Pelaporan
Skrining Hipotiroid Kongenital pada
Bayi Baru Lahir
2. PERPRES No. 72 tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan
Stunting
3. PERMENKES No. 2 tahun 2020
tentang Standart Antropometri Anak
4. PERMENKES No. 29 tahun 2019
tentang Penanggulangan Masalah Gizi
Anak
b) Terdapat tim untuk program D : Regulasi 10
penurunan prevalensi stunting dan Regulasi berupa penetapan tim untuk program 0
wasting di rumah sakit. penurunan prevalensi stunting dan wasting di
rumah sakit.

c) Rumah sakit telah menetapkan sistem Direktur RS D : Regulasi I : Wawancara 10


rujukan untuk kasus gangguan gizi Tim stanting dan wasting Regulasi tentang sistem rujukan untuk kasus Wawancara tentang sistem rujukan untuk 5
yang perlu penanganan lanjut. gangguan gizi yang perlu penanganan kasus gangguan gizi yang perlu 0
lanjut. D: Bukti penanganan lanjut
Bukti adanya rujukan untuk kasus gangguan gizi
yang perlu penanganan lanjut.

308
TELUSUR
5). Elemen Penilaian Prognas 4.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit membuktikan telah Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
melakukan pendampingan intervensi Tim stanting dan wasting Bukti adanya pelaksanaan pendampingan Wawancara tentang pendampingan 5
dan pengelolaan gizi serta penguatan intervensi dan pengelolaan gizi serta intervensi dan pengelolaan gizi serta 0
jejaring rujukan kepada rumah sakit penguatan jejaring rujukan penguatan jejaring rujukan kepada rumah
kelas di bawahnya dan FKTP di sakit kelas di bawahnya dan FKTP di
wilayahnya serta rujukan masalah wilayahnya serta rujukan masalah gizi.
gizi.
b) Rumah sakit telah menerapkan sistem Pimpinan RS D : Regulasi I : Wawancara 10
pemantauan dan evaluasi, bukti Tim stanting dan wasting Regulasi tentang sistem pemantauan dan Wawancara tentang sistem pemantauan 5
pelaporan dan analisa. Ka Unit Pelayanan evaluasi, bukti pelaporan dan analisa. dan evaluasi, bukti pelaporan dan analisa. 0
D : Bukti
Bukti adanya laporan pemantauan dan
evaluasi, serta bukti pelaporan dan analisa.

E. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT


> 80% Terpenuhi Lengkap
20-79% Terpenuhi Sebagian
Program Nasional <20% Tidak terpenuhi
TDD Tidak Dapat Diterapkan

Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit

1). Standar Prognas 5


Rumah sakit melaksanakan program pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi di rumah sakit beserta pemantauan dan evaluasinya.
2). Standar Prognas 5.1
Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk penyelenggaraan pelayanan keluarga dan kesehatan reproduksi.
3). Maksud dan Tujuan Prognas 5 dan Prognas 5.1
Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit (PKBRS) merupakan bagian dari program keluarga berencana (KB), yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu
dan percepatan penurunan stunting. Kunci keberhasilan PKBRS adalah ketersediaan alat dan obat kontrasepsi, sarana penunjang pelayanan kontrasepsi dan tenaga kesehatan yang
sesuai kompetensi serta manjemen yang handal. Rumah sakit dalam melaksanakan PKBRS sesuai dengan pedoman pelayanan KB yang berlaku, dengan langkah-langkah
pelaksanaan sebagai berikut:
a. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanaan KB secara terpadu dan paripurna.
b. Mengembangkan kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan KB dan meningkatkan kualitas pelayanan KB.
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan PKBRS termasuk pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembinaan teknis dalam melaksanakan PKBRS.

309
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan KB bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya.
f. Melaksanakan sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS.
g. Adanya regulasi rumah sakit yang menjamin pelaksanaan PKBRS, meliputi SPO pelayanan KB per metode kontrasepsi termasuk pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca
Keguguran.
h. Upaya peningkatan PKBRS masuk dalam rencana strategis (renstra) dan rencana kerja anggaran (RKA) rumah sakit.
i. Tersedia ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan untuk PKBRS antara lain ruang konseling dan ruang pelayanan KB.
j. Pembentukan tim PKBR serta program kerja dan bukti pelaksanaanya.
k. Terselenggara kegiatan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kemampuan pelayanan PKBRS, termasuk KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
l. Pelaksanaan rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
m. Pelaporan dan analisis meliputi:
1) Ketersediaan semua jenis alat dan obat kontrasepsi sesuai dengan kapasitas rumah sakit dan kebutuhan pelayanan KB.
2) Ketersediaan sarana penunjang pelayanan KB.
3) Ketersediaan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB.
4) Angka capaian pelayanan KB per metode kontrasepsi, baik Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP.
5) Angka capaian pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
6) Kejadian tidak dilakukannya KB Pasca Persalinan pada ibu baru bersalin dan KB Pasca Keguguran pada Ibu pasca keguguran.
TELUSUR
4). Elemen Penilaian Prognas 5 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menetapkan D : Regulasi 10
kebijakan tentang pelaksanaan Regulasi tentang pelaksanaan PKBRS. 0
PKBRS. A : Acuan
1. PERPRES No 87 tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana dan Sistem Informasi Keluarga
2. PERMENKES No. 21 tahun 2021 tentang
Pelayanan PKBRS
b) Terdapat tim PKBRS yang ditetapkan D : Regulasi 10
oleh direktur disertai program Regulasi berupa penetapan tim PKBRS disertai 0
kerjanya. program kerjanya.

c) Rumah sakit telah melaksanakan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10


program KB Paska Persalinan dan Ka Tim PKBRS Bukti adanya pelaksanaan program KB Pasca Wawancara tentang pelaksanaan program 5
Pasca keguguran. Ka Unit Terkait Persalinan dan Paska Keguguran. KB Paska Persalinan dan Pasca 0
Keguguran.
d) Rumah sakit telah melakukan Pimpinan RS D : Bukti I : Wawancara 10
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Ka Tim PKBRS Bukti adanya laporan pelaksanaan Wawancara tentang pemantauan dan 5
PKBRS. Ka Unit Terkait pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan evaluasi pelaksanaan PKBRS. 0

310
pelayanan PKBRS

TELUSUR
5). Elemen Penilaian Prognas 5.1 SASARAN SKOR
DOKUMEN IMPLEMENTASI
a) Rumah sakit telah menyediakan alat Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
dan obat kontrasepsi dan sarana Tim PKBRS Bukti adanya penyediaan alat dan obat I : Wawancara 5
penunjang pelayanan KB. kontrasepsi dan daftar sarana penunjang Observasi/wawancara tentang 0
Ka Unit Farmasi
pelayanan KB berupa daftar alat dan obat penyediaan alat dan obat kontrasepsi dan
kontrasepsi sarana penunjang pelayanan KB.
b) Rumah sakit menyediakan layanan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10
konseling bagi peserta dan calon Tim PKBRS Bukti adanya layanan konseling bagi peserta I : Wawancara 5
peserta program KB. Ka Unit Farmasi dan calon peserta program KB berupa Observasi/wawancara tentang 0
dokumentasi (foto) penyediaan layanan layanan konseling bagi pesertadan calon
konseling bagi peserta dancalon peserta peserta program KB.
program KB

c) Rumah sakit telah merancang dan Pimpinan RS D : Bukti I : Observasi 10


menyediakan ruang pelayanan KB Tim PKBRS Bukti adanya perancangan ruang pelayanan KB, Observasi tentang perancangan 5
yang memadai. fasilitas dan sarananya, berupa dokumentasi (foto) penyediaan ruang pelayanan KB yang 0
Ka Unit Farmasi memadai.
Ka Unit Terkait

311
5. PENUTUP

Demikian Buku Revisi Instrumen Akreditasi Rumah Sakit ini dibuat, diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan survei akreditasi sesuai dengan Standar Akreditasi
yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK. O1. 07/MENKES /1128/2022 tentang Standar Akredirtsi Rumah Sakit. Revisi Buku Instrumen
Penilaian Standar Akreditasi Rumah Sakit ini dibuat dalam rangka menyempurnakan instrumen yang telah ada sebelumnya dimana masih terdapat beberapa hal yang harus
diperbaiki sehingga menjadi lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam penilaian baik saat telusur dokumen maupun saat melaksanakan penilaian di lapangan, yang meliputi sasaran,
telusur kelengkapan dokumen regulasi, dokumen bukti serta implementasinya.

Untuk para pembimbing/surveior LAFKI tetap diharapkan saran dan masukannya demi sempurnanya Buku Instrumen Penilaian Standar Akreditasi Rumah Sakit ini sehingga
buku ini dapat dijadikan sebagai instrumen yang dapat memudahkan para pembimbing maupun para surveior dalam menterjemahkan setiap elemen penilaian yang ada dalam
Standar Akreditasi versi Kemenkes tahun 2022.

Ketua Umum LAFKI

dr.Frits M. Rumintjap, SpOG (K), MARS

312

Anda mungkin juga menyukai