Jln. Ali
NORFA HUSADA
Rasyid No. 17 ABCD Telp : (0762) 21600 – Fax : (0762) 21672
BANGKINANG
KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA NORFA HUSADA
Nomor : NH-DIR/ADM/PED/I/2022/60
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN SISTEM
PELAPORAN DAN PEMBELAJARAN KESELAMATAN
PASIEN.
BAB
IKETENTUAN
UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
(1) Kejadian sentinel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) butir e
merupakan salah satu jenis insiden keselamatan pasien yang harus dilaporkan
yang menyebabkan terjadinya hal-hal berikut ini:
a. Kematian.
b. Cedera permanen.
c. Cedera berat yang bersifat sementara/reversible.
(2) Kejadian lain dapat digolongkan sebagai kejadian sentinel jika terjadi
salah satu dari berikut ini:
a. Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima
pelayanan di unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam
waktu 72 jam setelah pemulangan pasien,termasuk dari Unit Gawat Darurat
(UGD) rumah sakit;
b. Kematian bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi;
c. Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
d. Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana,
dan pelayanan;
e. Kaburnya pasien (atau pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu
dijaga oleh staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan
kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat bagi
pasien tersebut;
f. Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau
produk darah dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh,
kelompok darah lainnya);
g. Pemerkosaan,kekerasan (yang menyebabkan kematian,cedera permanen,
atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang
sedang menerima perawatan, tata laksana, dan layanan ketika berada
dalam lingkungan rumah sakit;
h. Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen,
atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf,
praktisi mandiri berizin,pengunjung,atau vendor ketika berada dalam
lingkungan rumah sakit
i. Tindakan invasif, termasuk operasi yang dilakukan pada pasien yang
salah, pada sisi yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah
(secara tidak sengaja);
j. Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja setelah
suatu tindakan invasif, termasuk operasi;
k. Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin >30 mg/dL);
l. Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif >1.500 rad pada satu
medan tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah atau
pemberian radioterapi >25% melebihi dosis radioterapi yang direncanakan;
m. Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak
diantisipasi selama satu episode perawatan pasien;
n. Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan); atau
o. Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari)
terjadi pada pasien dan menyebabkan cedera permanen atau cedera
sementara derajat berat.
Pasal 5
(1) Komite Mutu segera membentuk tim investigator segera setelah menerima laporan
kejadian sentinel.
(2) Semua kejadian yang memenuhi definisi kejadian sentinel dianalisis akar masalahnya
secara komprehensif (RCA) dengan waktu tidak melebihi 45 (empat puluh lima) hari.
BAB III
MEKANISME PELAPORAN INSIDEN DAN ANALISIS
Pasal 6
Pasal 7
(1) Komite Mutu melakukan analisis dan memantau insiden keselamatan pasien yang
dilaporkan setiap triwulan untuk mendeteksi pola, tren serta mungkin variasi
berdasarkan frekuensi pelayanan dan/atau risiko terhadap pasien.
(2) Laporan insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan hasil
Investigasi baik investigasi komprehensif (RCA) maupun investigasi
sederhana (simple RCA) harus dilakukan untuk setidaknya hal-hal berikut ini:
a. Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi,
b. Semua kejadian serius akibat reaksi obat (adverse drug reaction)
yang serius sesuai yang ditetapkan oleh rumah sakit
c. Semua kesalahan pengobatan (medication error) yang signifikan
sesuai yang ditetapkan oleh rumah sakit
d. Semua perbedaan besar antara diagnosis pra- dan diagnosis pascaoperasi;
misalnya diagnosis praoperasi adalah obstruksi saluran pencernaan
dan diagnosis pascaoperasi adalah ruptur aneurisme aorta abdominalis
(AAA)
e. Kejadian tidsk diharapkan atau pola kejadian tidak diharapkan
selama sedasi prosedural tanpa memandang cara pemberian
f. Kejadian tidak diharapkan atau pola kejadian tidak diharapkan selama
anestesi tanpa memandang cara pemberian
g. Kejadian tidak diharapkan yang berkaitan dengan identifikasi pasien
h. Kejadian-kejadian lain, misalnya infeksi yang berkaitan dengan
perawatan kesehatan atau wabah penyakit menular
(3) Proses pengumpulan data sebagaimana dimaksud pada ayat (2), analisis, dan
pelaporannya diterapkan untuk memastikan akurasi data.
(4) Analisis data mendalam dilakukan ketika terjadi tingkat, pola atau tren yang tak
diharapkan yang digunakan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
Pasal 8
(1) Data luaran (outcome) dilaporkan kepada direktur dan representatif pemilik/ dewan
pengawas sebagai bagian dari program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien setiap 3 (tiga) bulan mencakup laporan semua insiden keselamatan
pasien meliputi jumlah, jenis (kejadian sentinel, KTD, KNC, KTC, KPCS), tipe
insiden dan tipe harm, tindak lanjut yang dilakukan, serta tindakan perbaikan
tersebut dapat dipertahankan.
(2) Pelaporan insiden ditujukan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem
dalam rangka meningkatkan Keselamatan Pasien dan tidak untuk menyalahkan
orang (non blaming).
Pasal 9
(1) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan kejadian Sentinel dilaporkan secara online
kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien.
(2) Pelaporan Insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setelah
dilakukan analisis, serta mendapatkan rekomendasi dan solusi dari Sub Komite
Keselamatan Pasien.
Pasal 10
Pelaporan insiden harus dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonim (tanpa
identitas), dan tidak mudah diakses oleh orang yang tidak berhak.
BAB IV
PEMBELAJARAN KESELAMATAN PASIEN
Pasal 11
(1) Pimpinan rumah sakit melakukan tindakan perbaikan korektif dan memantau
efektivitasnya untuk mencegah atau mengurangi berulangnya kejadian sentinel
tersebut.
Pasal 12
(1) Sub Komite Keselamatan Pasien harus memberikan laporan dan rekomendasi
keselamatan pasien kepada Direktur berdasarkan hasil Root Cause Analysis
(RCA).
(2) Setelah melakukan RCA, Sub Komite Keselamatan Pasien membuat
"Pembelajaran" berupa: Petunjuk/"Safety alert" untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali.
(3) Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik kepada
unit kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit.
(4) Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Sub Komite Keselamatan Pasien.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Pasal 14
Ditetapkan di
pada tanggal: 03 Januari 2022
DIREKTUR RSIA NORFA
HUSADA,
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Insiden keselamatan pasien merupakan suatu kejadian yang tidak disengaja ketika
memberikan asuhan kepada pasien (care management problem (CMP) atau kondisi yang
berhubungan dengan lingkungan di rumah sakit termasuk infrastruktur, sarana prasarana
(service delivery problem (SDP), yang dapat berpotensi atau telah menyebabkan bahaya
bagi pasien.
Kejadian keselamatan pasien dapat namun tidak selalu merupakan hasil dari
kecacatan pada sistem atau rancangan proses, kerusakan sistem, kegagalan alat, atau
kesalahan manusia.
e. Kaburnya pasien (atau pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga oleh
staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera
permanen, atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut;
f. Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau produk darah
dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh, kelompok darah
lainnya);
g. Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau
cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang menerima
perawatan, tata laksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan rumah sakit;
h. Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau
cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf, praktisi mandiri
berizin, pengunjung, atau vendor ketika berada dalam lingkungan rumah sakit
i. Tindakan invasif, termasuk operasi yang dilakukan pada pasien yang salah, pada sisi
yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah (secara tidak sengaja);
j. Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja setelah suatu
tindakan invasif, termasuk operasi;
k. Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin >30 mg/dL);
l. Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif >1.500 rad pada satu medan
tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah atau pemberian
radioterapi >25% melebihi dosis radioterapi yang direncanakan;
m. Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak diantisipasi
selama satu episode perawatan pasien;
n. Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan); atau
o. Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan perjalanan alamiah
penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari) terjadi pada pasien dan
menyebabkan cedera permanen atau cedera sementara derajat berat.
Laporan insiden dan hasil Investigasi baik investigasi komprehensif (RCA) maupun
investigasi sederhana (simple RCA) harus dilakukan ketika rumah sakit mendeteksi atau
mencurigai adanya perubahan yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan untuk
setidaknya hal-hal berikut ini:
a) Semua reaksi tranfusi yang sudah dikonfirmasi
Reaksi transfusi adalah semua reaksi yang terjadi akibat pemberian darah atau
komponennya, reaksi ini dapat terjadi segera atau kemudian dengan gejala ringan
sampai berat dan dapat disebabkan karena faktor imunologi maupun non imunologi,
contoh insiden:
- Reaksi hemolisis akut akibat transfusi yang tidak menyebabkan kematian.
- Reaksi alergi akibat transfusi darah
b) Semua kejadian serius akibat reaksi obat (adverse drug reaction) yang serius sesuai
yang ditetapkan oleh rumah sakit, contoh:
- Pasien mengalami syok anafilaktik setelah pemberian obat
- Pasien mengalami sindrom Steven Johnson setelah pemberian obat antiepilepsi.
c) Semua kesalahan pengobatan (medication error) yang signifikan sesuai yang ditetapkan
oleh rumah sakit, contoh:
- Kesalahan pemberian dosis obat
- Kesalahan jenis obat yang diberikan
d) Semua perbedaan besar antara diagnosis pra- dan diagnosis
pascaoperasi, contoh:
- Pasien diduga mengalami perforasi dan memerlukan tindakan operasi, namun
setelah dilakukan pembedahan tidak ditemukan perforasi tersebut.
- Pasien diduga mengalami penyakit saluran cerna yang tidak membutuhkan
pembedahan, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata pasien mengalami
perforasi.
- diagnosis praoperasi adalah obstruksi saluran pencernaan dan diagnosis
pascaoperasi adalah ruptur aneurisme aorta abdominalis (AAA)
e) Kejadian tidak diharapkan atau pola kejadian tidak diharapkan selama sedasi
prosedural tanpa memandang cara pemberia, contoh:
- Apnoe yang diakibatkan penekanan pusat pernafasan akibat pemberian obat sedasi.
- Hipoksia yang diakibatkan penekanan pusat pernafasan, sumbatan jalan nafas,
akibat pemberian obat sedasi, posisi kepala, sputum.
- Pasien merasakan sakit saat dilakukan pembedahaan akibat pemberian obat
sedasi/anasrtesi yang tidak adekuat.
f) Kejadian tidak diharapkan atau pola kejadian tidak diharapkan selama anestesi tanpa
memandang cara pemberian, contoh:
- Syok dan bradikardia.
- Pasien mual muntah yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan anastesi.
g) Kejadian tidak diharapkan yang berkaitan dengan identifikasi pasien
h) Kejadian-kejadian lain, misalnya infeksi yang berkaitan dengan perawatan
kesehatan atau wabah penyakit menular
BAB II
SISTEM PELAPORAN INSIDEN
A. Alur Pelaporan
Pelaksana
Atasan Langsung
(Unit/Ruang/ SKKP Direktur KNKP
(Kepala
Instalasi)
Unit/Ruang/Instalasi)
INSIDEN
(SENTINEL, Laporan IKP
KTD/KNC/KT 2x24 jam
C/KPC)
Atasan langsung
Biru/ Kuning/
Hijau merah
Investigasi
sederhana
Analisa/
Regrading
RCA
Pelaporan secara tertulis setiap insiden kepada Sub Komite Keselamatan Pasien, Komite
Mutu RSIA Norfa Husada.
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/ akibat yang tidak
diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennya dengan mengisi Formulir
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Atasan langsung. (Paling lambat
2x24 jam); diharapkan jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada Atasan langsung
pelapor. (Atasan langsung: Kepala Instalasi, Kepala Unit/Ruangan)
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap
insiden yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan
laporan insiden dilaporkan ke Sub Komite Keselamatan Pasien (SKKP).
7. SKKP akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
8. Untuk grade Kuning/Merah, SKKP akan melakukan Analisis akar masalah / Root
Cause Analysis (RCA)
9. Setelah melakukan RCA, SKKP akan membuat laporan dan Rekomendasi untuk
perbaikan serta "Pembelajaran" berupa: Petunjuk/"Safety alert" untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur
11. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik kepada unit
kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit
12. Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing- masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh SKKP.
1. Siapa saja atau semua staf RS yang pertama menemukan / melihat/ mengetahui
kejadian / insiden.
2. Siapa saja atau semua staf yang terlibat/pelaku dalam kejadian/insiden.
3. Pelaporan harus diketahui oleh kepala ruangan/kepala Instalasi di unit kerjanya
D. Formulir Pelaporan
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
a. DATA PASIEN
Nama : ...............................................................................
No MR : ..................................... Ruangan: .....................
Umur : .......... Bulan …. Tahun
Kelompok Umur* : □ 0-1 bulan □ > 1 bulan - 1 tahun
□ > 1 tahun - 5 tahun □ > 5 tahun - 15 tahun
□ > 15 tahun - 30 tahun □ > 30 tahun - 65 tahun
□ > 65 tahun
Jenis kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
Penanggung biaya Pasien : □ Pribadi □ Asuransi Swasta
□ Pemerintah □ Perusahaan*
□ BPJS □ Lain-lain : .......................
Tanggal Masuk Rumah Sakit : ....................................... Jam : ......................
b. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ........................................... Jam ......................................
2. Insiden : .............................................................................................
3. Kronologis Insiden (Buat di kertas HVS)
...........................................................................................................................
............
...........................................................................................................................
.............
...........................................................................................................................
.............
4. Jenis Insiden* :
□ Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
□ Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
□ Kejadian Tidak Cedera / KTC
□ KPC
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
□ Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
□ Pasien
□ Keluarga / Pendamping pasien
□ Pengunjung
□ Lain-lain......................................................................................(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada* :
□ Pasien
□ Lain-lain ...........................................................................................
(sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor
ke K3 RS
7. Insiden menyangkut pasien :
□ Pasien rawat inap □ Pasien rawat jalan
□ Pasien UGD
□ Lain-lain ..........................................................................................
(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ..........................................................(sebutkan tempat pasien
berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
□ Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
□ Anak dan Subspesialisasinya
□ Bedah dan Subspesialisasinya
□ Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
□ THT dan Subspesialisasinya
□ Mata dan Subspesialisasinya
□ Saraf dan Subspesialisasinya
□ Anastesi dan Subspesialisasinya
□ Kulit dan Kelamin dan Subspesialisasinya
□ Jantung dan Subspesialisasinya
□ Paru dan Subspesialisasinya
□ Jiwa dan Subspesialisasinya
□ Lain-lain...............................................................................(sebutkan)
10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab.......................................................................................................... (sebutkan)
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
□ Kematian
□ Cedera Irreversibel / Cedera Berat
□ Cedera Reversibel / Cedera Sedang
□ Cedera Ringan
□ Tidak ada cedera
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
13. Tindakan dilakukan oleh* :
□ Tim : terdiri dari : ......................................
□ Dokter
□ Perawat
□ Petugas lainnya ................................................................................
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
□ Ya □ Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah
ini.
Kapan? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
...............................................................................................................
................................................................................................................
Pembuat Laporan :................................... Penerima Laporan :...................................
Paraf :................................... Paraf :...................................
Tgl Terima :................................... Tgl Lapor :...................................
Grading Risiko Kejadian* (Diisi oleh atasan
pelapor) : BIRU HIJAUKUNING MERAH
NB. * = pilih satu jawaban.
b. Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien Eksternal
RAHASIA
1. Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan bersifat
anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian, analisa penyebab
dan rekomendasi.
2. Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien (IKP), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan pemahaman yang ada.
3. Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap. Jangan
dikosongkan agar data dapat dianalisa.
4. Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP)
A. DATA PASIEN
Umur : .......... Bulan …. Tahun
Kelompok Umur*: □ 0-1 bulan □ > 1 bulan - 1 tahun
□ > 1 tahun - 5 tahun □ > 5 tahun - 15 tahun
□ > 15 tahun - 30 tahun □ > 30 tahun - 65 tahun
□ > 65 tahun
Jenis kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
Penanggung biaya Pasien : □ Pribadi □ Asuransi
Swasta
□ Pemerintah □ Perusahaan*
□ BPJS □ Lain-lain : .......................
B. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ........................................... Jam ......................................
2. Insiden : .............................................................................................
3. Kronologis Insiden (Buat di kertas HVS)
.................................................................................................................................
......
.................................................................................................................................
.......
.................................................................................................................................
.......
4. Jenis Insiden* :
□ Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
□ Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
□ Kejadian Tidak Cedera / KTC
□ KPC
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
□ Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
□ Pasien
□ Keluarga / Pendamping pasien
□ Pengunjung
□ Lain-lain......................................................................................(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada* :
□ Pasien
□ Lain-lain................................................................................................................................... (sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS
7. Insiden menyangkut pasien :
□ Pasien rawat inap □ Pasien rawat jalan
□ Pasien UGD
□ Lain-lain.................................................................................................................................. (sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ..........................................................(sebutkan tempat
pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
□ Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
□ Anak dan Subspesialisasinya
□ Bedah dan Subspesialisasinya
□ Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
□ THT dan Subspesialisasinya
□ Mata dan Subspesialisasinya
□ Saraf dan Subspesialisasinya
□ Anastesi dan Subspesialisasinya
□ Kulit dan Kelamin dan Subspesialisasinya
□ Jantung dan Subspesialisasinya
□ Paru dan Subspesialisasinya
□ Jiwa dan Subspesialisasinya
□ Lain-lain...............................................................................(sebutkan)
10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab.................................................................................................... (sebutkan)
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
□ Kematian
□ Cedera Irreversibel / Cedera Berat
□ Cedera Reversibel / Cedera Sedang
□ Cedera Ringan
□ Tidak ada cedera
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
13. Tindakan dilakukan oleh* :
□ Tim : terdiri dari : ......................................
□ Dokter
□ Perawat
□ Petugas lainnya ................................................................................
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
□ Ya □ Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
...............................................................................................................
...............................................................................................................
C. TIPE INSIDEN
Insiden : ....................................................................................
Tipe Insiden : ....................................................................................
Subtipe Insiden : ....................................................................................
:…...............................
Paraf Paraf :…................................
: ................................
Tanggal :..................................... Tanggal
d. Petunjuk Pengisian Formulir Laporan IKP Internal Dan Eksternal
A. Data Pasien
B. Rincian Kejadian
- Pasien THT akan dioperasi telinga kiri tapi ternyata yang dioperasi telinga
kanan. Hal ini terjadi karena tidak dilakukan pengecekan ulang bagian yang
akan dioperasi oleh petugas kamar operasi Insiden : Salah bagian yang dioperasi
telinga kiri, seharusnya kanan Jenis Insiden : KTD (terjadi cedera) Tempat /
Lokasi : kamar operasi Spesialisasi : Kasus THT
Unit penyebab : Instalasi Bedah
10. Akibat insiden
Pilih salah satu: (lihat tabel matriks grading risiko)
- Kematian : jelas
- Cedera irreversible / cedera bera : kehilangan fungsi motorik, sensorik atau
psikologis secara permanen misal lumpuh,cacat.
- Cedera reversible / cedera sedang : kehilangan fungsi motorik, sensorik atau
psikologis tidak permanen misal luka robek
- Cedera ringan: cedera / luka yang dapat diatasi dengan pertolongan pertama
tanpa harus di rawat misal luka lecet.
- Tidak ada cedera, tidak ada luka.
11. Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden
Ceritakan penanganan / tindakan yang saat itu dilakukan agar insiden yang sama tidak
terulang lagi. Tindakan dilakukan oleh
Pilihlah salah satu:
- Bila dilakukan Tim: sebutkan timnya terdiri dari siapa saja misal ; dokter,
perawat.
- Bila dilakukan petugas lain: sebutkan misal; analis, asisten apoteker,
radiografer,bidan.
12. Apakah Insiden yang sama pernah terjadi di unit kerja lain?
Jika Ya, lanjutkan dengan mengisi pertanyaan dibawahnya yaitu: Waktu kejadian: isi
dalam bulan/tahun.Tindakan yang telah dilakukan pada unit kerja tersebut untu
mencegah terulangnya kejadian yang sama. Jelaskan.
C. Tipe Insiden
Untuk mengisi tipe insiden, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu.
Insiden terdiri dari tipe insiden dan subtipe insiden yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
- Serah terima
- Perjanjian
- Daftar tunggu / Antrian
- Rujukan / Konsultasi
- Admisi
Proses - Keluar/Pulang dari Ranap/RS
- Pindah Perawatan (Transfer of care)
Administrasi Klinik - Identifikasi Pasien
1. - Consent
- Pembagian tugas
- Respons terhadap kegawatdaruratan
- Tidak performed ketika dibutuhkan/ indikasi
- Tidak lengkap / Inadekuat
Masalah
- Tidak tersedia
- Salah pasien
- Salah proses / pelayanan
- Bloodstream
- Bagian yang dioperasi
- Abses
Tipe /Bagian - Pneumonia
infeksi - Kanul IV
- Protesis infeksi
- Drain/ tube urin
- Jaringan lunak
Medikasi /
- Daftar Medikasi
Cairan infus
- Daftar Cairan infus
yang terkait
- Peresepan
- Persiapan / Dispensing
Proses - Pemaketan
penggunaan - Pengantaran
medikasi / - Pemberian
Ciaran infus - Supply / pesan
- Penyimpanan
- Monitoring
Medikasi/ Cairan
5. - Salah pasien
Infus
- Salah obat
- Salah dosis / kekuatan / frekuensi
- Salah formulasi / presentasi
- Salah rute pemberian
- Salah jumlah / kuantitas
Masalah
- Salah Dispensing Label / Instruksi
- Kontraindikasi
- Salah penyimpanan
- Ommited medicine or dose
- Obat kadaluarsa
- Adverse drug reaction (reaksi efek samping obat)
- Produk selular
Transfusi darah
- Faktor pembekuan (clothing)
/ Produk darah
- Albumin / Plasma protein
terkait
- Imunoglobulin
- Tes pre transfusi
- Peresepan
- Persiapan / Dispensing
Proses Transfusi - Pengantaran
darah / Produk - Pemberian
darah terkait - Penyimpanan
- Monitoring
Transfusi darah/
6. - Presentasi / Pemaketan
Produk darah
- Suply / Pesan
- Salah pasien
- Salah Darah / Produk darah
- Salah dosis / Frekuensi
- Salah jumlah
- Salah label dispensing / Instruksi
Masalah
- Kontraindikasi
- Salah penyimpanan
- Obat atau Dosis yang diabaikan
- Darah kadaluarsa
- Efek samping (Adverse effect)
Nutrisi yang - Nutrisi umum
7. Nutrisi
terkait - Nutrisi khusus
- Peresepan / Permintaan
- Pesiapan / Manufaktur / memasak
- Supply / order
Proses nutrisi - Penyajian
- Dispensing / Alokasi
- Pengantaran
- Pemberian
- Penyimpanan
- Salah pasien
- Salah diet
Masalah - Salah jumlah
- Salah Frekuensi
- Salah konsistensi
Oksigen / Gas
- Daftar oksigen /gas terkait
terkait
- Label silinder / warna kode / Index pin
Proses - Peresepan
penggunaan - Pemberian
oksigen/ Gas - Pengantaran
- Suply / order
Oksigen/ Gas
- Salah pasien
- Salah gas
- Salah rate / flow / konsentrasi
8.
Masalah - Salah mode pengantaran
- Kontraindikasi
- Salah penyimpanan
- Gagal pemberian
- Kontaminasi
Tipe Alat medis
/ Alat kesehatan - Daftar Alat medis / Alat kesehatan /
/ Equipment - Equipment property
Alat medis/ Alat Property
9. Kesehatan /
- Presentasi / Pemaketan tidak baik
Equipment - Ketidaktersediaan
property Masalah - Inapropiate for task
- Tidak bersih / Tidak steril
- Kegagalan / Malfungsi
- Tidak kooperatif
- Tidak pantas / Sikap bermusuhan/ Kasar
- Berisiko/ Sembrono / Berbahaya
Perilaku pasien - Masalah dengan penggunaan substansi / Abuse
- Menggangu (Harrassment)
10. Pasien - Diskriminasitif / Berprasangka
- Berkeliaran, Melarikan diri.
- Sengaja mencederai diri, Bunuh diri.
- Agresi verbal
Agresi /Assault - Kekerasan fisik
- Ancaman nyawa
- Tersandung
- Slip
11. Jatuh Tipe Jatuh
- Kolaps
- Hilang keseimbangan
- Velbed
- Tempat tidur
- Kursi
Keterlibatan - Strecher
saat jatuh - Toilet
- Peralatan terapi
- Tangga
- Dibawa/dibantu oleh orang lain
- Kontak dengan benda/binatang
Benturan
- Kontak dengan orang
tumpul
- Hancur, remuk
Serangan tajam/
- Cakaran, sayatan, tusukan, gigitan, sengatan
tusukan
12. Kecelakaan Kejadian - Benturan akibat ledakan bom
mekanik lain - Kontak dengan mesin
Peristiwa
mekanik lain
Mekanisme
- Panas yang berlebihan, dingin yang berlebihan
Panas
- Ancaman mekanik pernafasan, tenggelam atau
Ancaman pada hampir tenggelam, pembatasan oksigen -
pernafasan kekurangan tempat (Confinement to Oxygen-
Deficient Place)
Paparan bahan
kimia atau - Keracunan bahan kimia atau substansi lain
substansi - Bahan kimia korosif
lainnya
Mekanisme
- Paparan listrik/radiasi
spesifik yang lain
- Paparan suara/ getaran
menyebabkan
- Paparan tekanan udara
cedera
- Paparan karena gravitasi rendah
Paparan karena
dampak cuaca,
bencana alam
- Daftar struktur
Infrastruktur/ Keterlibatan - Daftar Bangunan
13. Bangunan/ Struktur/ - Daftar Furniture
Benda lain yang bangunan - Inadekuat
terpasang Tetap Masalah - Damaged/Faulty/Worn
15. Laboratorium Pengambil an/ Pick up Transport Sorting Data entry Prosesing Verifikasi
/ Patologi / Validasi Hasil
Contoh:
a. Insiden: Pasien jatuh dari tempat tidur
- Tipe Insiden : Jatuh
- Subtipe insiden : slip/terpeleset,
b. Insiden : Tertukar hasil pemeriksaan laboratorium
- Tipe Insiden : Laboratorium
- Subtipe insiden : Hasil
D. Analisa Penyebab Insiden Dan Rekomendasi
- Penyebab insiden dapat diketahui setelah melakukan investigasi dan analisa baik
investigasi sederhana (simple investigation) maupun investigasi komprehensif (root
cause analyisis).
- Penyebab insiden dua yaitu :
a. Penyebab langsung (immediate / direct cause)
Penyebab yang langsung berhubungan dengan insiden / dampak terhadap pasien
b. Akar masalah (root cause)
c. Penyebab yang melatarbelakangi penyebab langsung (underlying cause)
Faktor kontributor adalah faktor yang melatarbelakangi terjadinya insiden. Penyebab insiden
dapat digolongkan berdasarkan penggolongan faktor kontributor seperti terlihat pada tabel
dibawah ini. Faktor kontributor dapat dipilih lebih dari satu.
1. Faktor Kontributor Eksternal Di Luar Rs
Komponen
a. Regulator dan Ekonomi
b. Peraturan & Kebijakan Depkes
c. Peraturan Nasional
d. Hubungan dengan Organisasi lain
2. Faktor Kontributor Organisasi & Manajemen
Komponen SubKomponen
- Struktur Organisasi
Organisasi & Manajemen - Pengawasan
- Jenjang Pengambilan Keputusan
- Tujuan & Misi
- Penyusunan Fungsi Manajemen
- Kontrak Service
- Sumber Keuangan
Kebijakan, Standar & Tujuan - Pelayanan Informasi
- Kebijakan diklat
- Prosedur & Kebijakan
- Fasilitas & Perlengkapan
- Manajemen Risiko
- Manajemen K3
- Quality Improvement
Administrasi - Sistim Administrasi
- Attitude kerja
Budaya Keselamatan
- Dukungan manajemen olehseluruh staf
- Ketersediaan
SDM
- Tingkat Pendidikan & Keterampilan Staf yang
berbeda
- Beban Kerja yang optimal
Diklat - Manajemen Training Pelatihan
- / Refreshing
3. Faktor Lingkungan Kerja
Komponen SubKomponen
- Manajemen Pemeliharaan
Desain dan Bangunan - Penilaian Ergonomik
- Fungsionalitas
- Housekeeping
Lingkungan - Pengawasan Lingkungan Fisik
- Perpindahan Pasien antar Ruangan
- Malfungsi Alat
Peralatan / sarana / - Ketidaktersediaan
prasarana - Manajemen Pemeliharaan
- Fungsionalitas
- Desain, Penggunaan & Pemeliharaan peralatan
Komponen SubKomponen
Komponen SubKomponen
- Verifikasi Kualifikasi
Kompetensi - Verifikasi Pengetahuan & Keterampilan
- Motivasi
Stressor Fisik dan Mental - Stresor Mental: efek beban kerja beban mental
- Stresor Fisik: Efek beban kerja = Gangguan Fisik
6. Faktor Kontributor : Tugas
Komponen SubKomponen
- Prosedur Peninjauan & Revisi SPO
Ketersediaan SOP - Ketersediaan SPO
- Kualitas Informasi
- Prosedur Investigasi
Ketersediaan & akurasi hasil test
- Test Tidak Dilakukan
- Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test
Faktor Penunjang dalam - Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas
validasi alat medis
- Kalibrasi
Desain Tugas - Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SPO
Komponen SubKomponen
Kondisi - Penyakit yang kompleks, berat, multikomplikasi
- Kepribadian
Personal - Bahasa
- Kondisi Sosial
- Keluarga
- Mengetahui risiko yang berhubungan dengan
Pengobatan
pengobatan
- Riwayat Medis
Riwayat - Riwayat Kepribadian
- Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien - Hubungan yang baik
8. Faktor Kontributor Komunikasi
Komponen SubKomponen
Komunikasi Verbal - Komunikasi antar staf junior dan senior
- Komunikasi antar Profesi
- Komunikasi antar Staf dan Pasien
- Komunikasi antar Unit Departemen
Contoh:
Pasien mengalami luka bakar saat dilakukan fisioterapi. Petugas fisioterapi adalah petugas
yang baru bekerja tiga bulan di RS X. Hasil investigasi ditemukan:
a. Penyebab langsung (Direct / Proximate/ Immediate Cause)
Peralatan / sarana / prasarana: intensitas berlebihan pada alat tranducer
Petugas: fisioterapis kurang memahami prosedur penggunaan alat
b. Akar penyebab masalah (underlying root cause) Peralatan/sarana/prasarana:
Manajemen pemeliharaan / maintenance alat tidak ada Manajemen (Diklat): tidak
pernah diberikan training dan orientasi.
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat
risiko suatu insiden berdasarkan Dampak dan Probabilitasnya
1. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak/ akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien
mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal (tabel 1)
2. Probabilitas / Frekuensi / /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden
tersebut terjadi (tabel 2)
Tabel 1
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
Tingkat
Deskripsi Dampak
Risiko
Tidak
1 Tidak ada cedera
signifikan
Tabel 2
Penilaian Probabilitas / Frekuensi
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
a. SKOR RISIKO
b. BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan
(tabel 3)
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Warna Bands : Hasil pertemuan antara nilai dampak yang diurut ke bawah
dan nilai probabilitas yang diurut ke samping kanan
Contoh: Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini
PERNAH terjadi pada 2 tahun yang lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik) karena pasien meninggal Nilai
probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2
tahun lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim)
Tabel 3
Matriks Grading Risiko
Tdk
Katastropik 5
Probabilitas Signifikan 1 Minor 2 Moderat 3 Mayor 4
Sering terjadi
(beberapa kali/thn) 4 Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
Tabel 4
Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
Level/
Tindakan
Bands
Extreme
Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari membutuhkan tindakan
(sangat
segera, perhatian sampai ke Direktur
tinggi)
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari Kaji dengan detil & perlu
High (tinggi) tindakan segera serta membutuhkan perhatian top manajemen,
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
diselesaikan dengan prosedur rutin
BAB IV
Investigasi adalah pengkajian lebih lanjut laporan insiden dengan mencatat kronologis
kejadian mengidentifikasi masalah baik masalah asuhan pelayanan pasien (Care Management
Problem (CMP) maupun masalah pelayanan (Service delivery Problem (SDP), mencatat staf yang
terlibat dan menentukan siapa yang akan diinterview.
Pembatasan kejadian yang diinvestigasi tergantung pada bagian dalam proses
pelayanan yang akan ditelusuri seperti kondisi pasien, kapan dan dimana insiden terjadi
Investigasi insiden dibagi dalam dua tingkat yaitu:
1. Investigasi Sederhana (Concise investigation, investigation, Simple RCA).
2. Investigasi Komprehensif (Comprehensive Investigation RCA)
A. Investigasi Sederhana
Masalah:
Faktor Kontributor
Komponen :
Sub Komponen :
Penanggung Tanggal
Rekomendasi : jawab :
Penanggung Tanggal
Tindakan yang akan dilakukan : jawab : :
Root Cause adalah faktor penyebab yang paling mendasar, atau faktor yang jika
dikoreksi atau dihilangkan akan mencegah terulangnya kejadian serupa. RCA merupakan
proses identifikasi untuk mencari akar masalah / basic factor yang melatar belakangi
variasi dalam kinerja (variation performance) termasuk kejadian sentinel event, dengan
metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari KTD, dengan tindakan
adekuat untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali.
PRINSIP RCA Focus pada “problem solving” dalam sistem bukan pada individu. RCA
didesain untuk menjawab 3 pertanyaan
- Apa yang terjadi ?
- Mengapa hal itu terjadi ?
- Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut terulang lagi?
- Orang yang memahami RCA dan tidak terlibat langsung dalam insiden
- Perlu orang yang expert untuk melakukan investigasi suatu insiden serius.
Idealnya terdiri dari 3-4 orang. Maksimal anggota tim sebanyak 9 orang
- Penting mengidentifikasi anggota tim dengan keterampilan berbeda dan komit
terhadap waktu investigasi.
- Untuk insiden serius Tim investigasi dapat dibebas tugaskan dari pekerjaan
rutinnya agar dapat fokus pada investigasi insiden dan analisis.
a. Observasi langsung
Kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan, posisi, hal-hal yang
berhubungan dengan insiden. Bisa berupa foto, gambar, video, gambaran layout
dimana orang dan alat, lakukan rekonstruksi.
b. Dokumentasi
Untuk mengetahui apa yang terjadi sesuai data, observasi dan inspeksi. Dapat
berupa rekam medis, kebijakan, SPO, Panduan
/pedoman, formulir, daftar ceklist atau dokumen lainnya.
Dokumentasi
1) Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:
a. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama
investigasi dan jika kasus disidangkan di pengadilan
b. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
c. Menggambarkan insiden secara akurat
d. Mengorganisasi informasi
e. Memberikan petunjuk pada Tim Investigasi
2) Semua bukti yang berhubungan dengan insiden sebaiknya dikumpulkan
sesegera mungkin.
a. Semua catatan medis (misal: cat keperawatan, medis, dll)
b. Hasil pemeriksaan yang berhubungan & penunjang diagnosis misal Xray,
CT Scan)
c. Dokumentasi dan formulir mengenai insiden (Incident Report)
d. Kebijakan & Prosedur (SOP)
e. Integrated care pathway yang berhubungan
f. Pernyataan-pernyataan dan observasi
g. Lakukan interview dengan siapa saja yang terlibat insiden
h. Bukti fisik ( contoh: tata ruang bangsal, dan lain-lain)
i. Daftar staf yang terlibat
Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi insiden (contoh: pergantian
jaga, ada tidaknya staf yang terlatih, dan lain- lain)
c. Interviews
Untuk mengetahui kejadian secara langsung untuk pengecekan pada hasil
observasi dan data dokumentasi (rekam, catat). Interview dilakukan kepada orang
yang terlibat dalam insiden.
c. Tabular Timeline
Sama dengan Timeline tetapi lebih detail menginformasikan Good practice,
CMP
Merupakan pengembangan Timeline yang berisi 3 data dasar : tanggal, waktu,
cerita kejadian asal dan dilengkapi 3 data lain yaitu : informasi tambahan,
praktek yang baik (good practice) dan masalah / CMP / SDP
Kapan digunakan Tabular Timeline ?
Pada tiap tipe insiden. Berguna pada kejadian yang berlangsung lama
Bagaimana melengkapi Tabular Timeline ?
Mengisinya seperti garis waktu diagram, dimana waktu dan tanggal kejadian
kemudian pada baris berikutnya diisi kejadian, informasi tambahan, Good
Practice dan masalah.
Nilai Positif :
- Membantu pemeriksaan dengan memetakan kronologi dalam bentuk
diagram sehingga mudah dibaca.
- Teknik ini memudahkan identifikasi kekurangan secara cepat.
- Tambahan informasi dapat dimasukkan tanpa perlu merubah format.
Nilai Negatif :
- Beberapa orang lebih suka pada pemetaan kasus karena lebih fleksibel
dan dinamis.
Contoh tabular time
Perawat OK belum
pernah dilatih
menandai tempat
operasi
Good practice
Masalah Penandaan bagian
pelayanan yang akan dioperasi di
tempat yang salah
Waktu kejadian dd/mm/yy; hh:mm dd/mm/yy; hh:mm dd/mm/yy; hh:mm
Pasien tiba d i
Pasien disiapkan di Konsultan anastesi
ruang
Kejadian ruang operasi oleh memanggilstaf perawat untuk
Operasi dibantu
perawat senior evaluasi ulang pasien
siswa
ruangan
perawat
Lokasi operasi dicatat, Dua perawat seharusnya
Informasi
dan terletak pada Mengevaluasi tiap pasien tapi
tambahan
daerah kanan tidak konsisten
Catatan Medis telah d i
Good practice
Updated
Masalah Tidak tersedianya Cuff
pelayanan (manset) tensimeter di ruang
operasi
Waktu kejadian dd/mm/yy; hh:mm dd/mm/yy; hh:mm dd/mm/yy; hh:mm
Staff perawat
Pasien diperiksa oleh Penanggung jawab tiba di
Kejadian mengambil Formulir
konsultan anastesi ruang operasi
informed consent
membantu Dokter anastesi
Pasien menunjukkan
lutut kanan yang akan Tidak ada pedoman
dioperasi kepada yang
Informasi Dr.Anastesi & perawat jelas bahwa harus
tambahan OK, kemudian ada
memindahkan dialog antar ahli
kaus kaki kompresi bedah
sehingga daerah yg anastesi & Tim lain
ditandai tertutup
Good practice
Masalah Pasien diperiksa oleh
pelayanan staf yang tidak
seharusnya
a. Masalah yang terjadi dalam Insiden bisa diakibatkan karena asuhan pasien (Care
Management Problem (CMP) dan masalah pelayanan kepada pasien (Service
Delivery Problem (SDP).
b. Tim investigator akan mengidentifikasi CMP/ SDP untuk mengetahui serangkaian
masalah yang mengakibatkan insiden
c. Masalah yang terjadi dalam pelayanan baik itu melakukan tindakan (commision)
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya (ommission)
d. Suatu insiden bisa terdiri dari CMP dan SDP atau hanya salah satu CMP / SDP.
e. Prinsip dasar CMP :
- Pelayanan yang menyimpang dari standar pelayanan yang ditetapkan
- Penyimpangan memberikan dampak langsung atau tak langsung pada
adverse event.
f. Adverse event yang berdampak pada pasien baik langsung / tidak langsung.
Misal :
- Kegagalan dalam observasi / tindakan
- Penanganan yang tidak tepat
- Tidak mencari bantuan saat dibutuhkan
- Kesalahan dalam menggunakan peralatan
- Kesalahan memberikan pengobatan
g. Beberapa teknik / instrumen untuk mengungkapkanCMP :
Brainstorming, Brainwriting, Nominal Group Technique
Contoh 2:
b. Change Analysis
Digunakan untuk menganalisa proses yang tidak bekerja sesuai rencana
(apa dan mengapa berubah?)
Metode sederhana yang dapat membantu membandingkan proses yang
berjalan efektif atau gagal. Metodanya :
- Analisis komparatif (membandingkan reality dengan idealnya;
membandingkan teori dengan praktek)
- Apa yang berubah sehingga menimbulkan kejadian / event
- Mencari dampak dari perubahan (potential dan aktual)
Kapan digunakan?
1. Bila suatu sistem/tugas yg awalnya berjalan efektif kemudian terjadi
kegagalan atau terdapat sesuatu yang menyebabkan perubahan situasi
c. Barrier Analysis/AnalisisPengahalang
Penghalang atau kontrol untuk mencegah terjadinya bahaya
Analisa penghalang didesain untuk mengidentifikasi :
1. Penghalang mana yang seharusnya untuk mencegah insiden
2. Mengapa penghalang gagal?
3. Penghalang apa yang dapat digunakan untuk mencegah insiden
terulang kembali?
Ada 4 tipe “barrier” ;
1. Physical barrier : misal Bar code
2. Natural barrier : misal Dx MBO oleh 2 dokter dan tunggu 6
jam, Vincristin & MTX tdk diberikan dlm
hari yg sama dan org yg sama
3. Human action barrier : pengecekan “ mark site”
4. Administrative barrier : SOP, Supervisi dan training, penegecekan
obat oleh 2 orang diberikan paraf.
Form barrier Analysis
Masalah : …...................
Mengapa penghalang
Penghalang / Kontrol Apakah penghalang /
/kontrol terabaikan dan
sudah ada? kontrol berfungsi?
apa dampaknya?
........ .......... .............
.......... ........... ...............
d. Fish bone
Tiap masalah (CMP/ SDP) dapat berkaitan dengan beberapa faktor (faktor
kontribusi) yang dapat memberikan dampak pada timbulnya insiden.
Misalnya motivasi individu kurang, supervisi tim kurang, kebijakan pelatihan
tidak adekuat dan lain-lain.
Berbagai metode dapat digunakan untuk mencatat faktor kontribusi yang
berkaitan dengan CMP / SDP
NO Tipe Insiden
Tgl Insiden Unit
No Jenis PJ Tgl Petugas Insiden tjd pd Akibat
Ruangan Umur Msk Insiden terjadi Penyebab
RM Kelamin Biaya Insiden Pelapor spesialisasi Insiden
RS revisi pada insiden
Unit
SKKP
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 DXP
1. Pembelajaran (Lessons Learned) adalah satu atau dua pernyataan yang menyatukan
informasi hasil RCA yang dibagikan pada semua staf di RS. Hal ini terkait pelajaran
apa yang dapat membantu RS untuk menghindari insiden terulang kembali .
2. Pembelajaran (Lessons Learned) adalah temuan-temuan yang penting bagi RS
yang ditemukan selama RCA yang dibuat dalam pernyataan.
3. Sub Komite Keselamatan Pasien mengidentifikasi pembelajaran (Lessons Learned):
a. Apa yang dipelajari?
b. Siapa yang perlu di informasikan ?
c. Bagaimana mereka akan disadarkan?
4. Pembelajaran tidak mengharuskan adanya tindakan tambahan untuk mengatasi
akar penyebab atau faktor yang berkontribusi.
5. Pembelajaran dengan menentukan safety alert sesuai dengan prioritas dan
kepentingannya dalam bentuk daftar alert
Progres
Referensi/
No Tim Expert Judul Tgl Mulai Tgl Selesai waktuterkini
Rekomendasi KNKP No.
Alert tgl: