A. PERENCANAAN STAF
Untuk perencanaan tenaga perawat di ruang perawatan dengan jumlah 400 TT, maka
berdasarkan rumus lokakarya PPNI didapatkan :
Ket:
A : jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari. Untuk ruang perawatan rata-
rata membutuhkan 4 jam (self care 1 jam, partial care 3 jam)
BOR : 60%
B. PENGATURAN STAF
Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada satu unit keperawatan adalah kenyataan
bahwa personel keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi
dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien 24 jam sehari, 7 hari seminggu,
52 minggu setahun. Setiap rencana pengaturan staf harus disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang
sederhana.
Menurut Wes, satu peraturan pokok dalam memperkirakan kebutuhan pengaturan staf
adalah mendasarkan projeksi pengaturan staf pada riwayat pengaturan staf yang lalu, data
dapat dikumpulkan dari laporan sensus. Data-data yang ada di rumah sakit; seperti NIMS,
medicus berisi jumlah yang diperlukan termasuk jumlah RN, LPN dan pemmbatu perawat.
Rencana pengaturan staf dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staf medis dan
pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan keperawatan dipengaruhi oleh karakteristik
populasi pasien ditentukan oleh jumlah dan kemampuan staf medis. Pengaturan staf
kemudian dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen
beroperasi secara efesien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif
tertulis.
C. PENDELEGASIAN
Delegasi dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain atau
pemberian tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.
Delegasi dalam praktek keperawatan profesional sering mengalami masalah, dimana proses
delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. Hal ini dikarenakan tiga hal :
under – delegasi : Pelimpahan tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang yang
sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas.
over – delegasi : Pemberian delegasi berlebihan. Di sini dapat terjadi
penyalahgunaan wewenang.
unproper delegasi : Pelimpahan yang tidak tepat. Kesalahan yang ditemukan adalah,
pemberian tugas limpah, orang yang tepat, dan alasan delegasi hanya karena faktor
senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak efektif karena kecenderungan pimpinan
menilai pekerjaanya berdasarkan unsur subyektif.
Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara komponen tanggung jawab,
kemampuan dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rasa tanggung-
jawab terhadap penerimaan suatu tugas. Kemampuan (accountability) adalah kemampuan
seseorang dalam melaksanakan tugas limpah. Wewenang (authority) adalah pemberian hak
dan kekuasaan penerima tugas limpah untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas
yang dilimpah.
Supervisi mempunyai arti yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/
penanggung Jawab Keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat dan staf
lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan Supervisi semacam ini
adalah merupakan dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan
kecakapan bagi perawat. Supervisi diartikan sebagai pengamatan atau pengawasan secara
langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya secara rutin
E. EVALUASI / AUDIT
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, seorang
manajer sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu.
1. Evaluasi pekerja didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah laku
untuk posisi yang ditempati (Romber, 1986 dikutip Gillies, 1996). Karena diskripsi kerja
dan standar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama masa orientasi sebagai
tujuan yang harus diusahakan,pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan
dengan sasaran-sasaran yang sama.
2. Sample tingkah laku perawat yang cukup representatif sebaiknya diamati dalam rangka
evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian harus diberikan untuk mengevaluasi tingkah
laku umum atau tingkah laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanaan kerja, dan
bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga baik
perawat maupun sepervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja yang
sama.
4. Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya
menunjukkan segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa memuaskan dan perbaikan
apa yang diperlukan. Supervisor sebaiknya merujuk pada contoh-contoh khusus
mengenai tingkah laku yang memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat
menjelaskan dasar-dasar komentar yang bersifat evaluatif.
5. Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area mana yang akan diprioritaskan
seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
6. Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perawat dan
manajer, diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi keduanya.
7. Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun dengan terencana
sehingga perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa (Simpson,
1985). Seorang pegawai dapat bertahan dari kecaman seorang manajer yang
menunjukkan pertimbangan atas perasaannya serta menawarkan bantuan untuk
meningkatkan pelaksanaan kerjanya.
Menurut Lumbanraja dan Nizma, (2010), metode penilaian prestasi dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :
a. Metode yang berorientasi pada masa lalu
1. Rating Scale : Pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi (kuantitatif dan
kualitatif) yang sudah baku.
2. Checklist : Metode ini memerlukan penilaian untuk menyeleksi pernyataan yang
menjelaskan karakteristik karyawan.
3. Critical Incident Method: pengukuran dilakukan berdasarkan catatan aktivitas seorang
karyawan dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam perilaku positif dan
negatif.
4. Field Review Method: Pengukuran dilakukan dengan langsung meninjau lapangan.
5. Performance Test and Observation: Penilaian prestasi kerja dapat dilaksanakan
didasarkan pada suatu test keahlian.
6. Comparative Evaluation Approach: Pengukuran dilakukan dengan membandingkan
prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lain.
Penilaian kinerja pegawai setiap bulan dalam bentuk indikator kinerja individu (IKI) yang
akan dinilai oleh atasan langsung. Indikator kinerja individu ditetapkan melalui suatu
penilaian kinerja yaitu dengan membandingkan antara pencapaian realisasi kinerja dengan
satuan atau standar kinerja individu/target dalam bulan berjalan.
Nilai kinerja individu merupakan kumulatif/jumlah nilai dari hasil kinerja kuantitas (bobot
40%) ditambah nilai hasil kinerja kualitas (bobot 30%) dan nilai perilaku kerja (bobot 30%)
serta nilai kegiatan tambahan (jika ada).
Indeks Kinerja Unit (IKU) ditetapkan berdasarkan pencapaian total target unit kerja sesuai
struktur organisasi pada RS yang bersangkutan, yaitu unit kerja tempat bekerja pegawai
pemegang pekerjaan tersebut dalam struktur organisasi.
Tujuan ditetapkannya IKU adalah agar setiap individu memberikan perhatian tinggi pada
pencapaian kinerja unit kerjanya. Indeks kinerja Unit (IKU) ditetapkan melalui suatu
penilaian kinerja unit berdasarkan 4 kelompok target corporate seperti : target finansial
(pendapatan / efisiensi), target kegiatan pelayanan, kepatuhan terhadap standar prosedur
dan kepuasan pelanggan.
Ket:
PK : Penilaian Kinerja
PKP : Prilaku Kerja Pegawai
SKP : Standar Kerja Pegawai
b. Aspek Kualitas
91 - 100 Hasil kerja sempurna, tidak ada kesalahan, tidak ada revisi dan
pelayanan di atas standar yang ditentukan.
1. Nama 1. Nama
2. NIP 2. NIP
4. Jabatan 4. Jabatan
PENUNJANG
PELAKSANA (Maksimal 5%)
1. Mengikuti diskusi ilmiah/ konferensi kasus .
2. Menjadi Panitia kegiatan keperawatan ( ada bukti surat tugas)
3. Melakukan bimbingan klinik pada mahasiswa/ pegawai baru
4. Melakukan tugas tambahan didalam atau diluar unit kerja/atau menerima
5. Konsultasi dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kompetensinya