MUKADIMAH
Perubahan paradigma rumah sakit dari lembaga sosial menjadi lembaga sosio-ekonomik
yang dapat dijadikan subyek hukum. Oleh karena itu perlu diantisipasi dengan adanya
kejelasan tentang hak dan tanggung jawab masing-masing pihak yang berkepentingan
dalam pengelolaan rumah sakit, yang akan diatur dalam Hospital bylaws ( HBL). Rumah
Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang tenaganya multi disiplin syarat dengan
dana dan teknologi. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya konflik antar pihak
yang berkepentingan baik antara kustomer dengan pemberi palayanan, maupun antara
pemilik dengan pengelola atau pengelola dengan stafnya.
Hospital Bylaws ( HBL ) merupakan salah satu bentuk aturan tertulis yang berlaku di
suatu rumah sakit dengan tujuan untuk melindungi semua pihak yang terkait secara baik
dan benar berdasarkan rasa keadilan. Pengelola rumah sakit pada dasarnya ditentukan oleh
ketiga komponen pihak yang berperan besar yaitu Pemilik termasuk Dewan Pengurus,
Direksi dan Staf Medis Fungsional yang tergabung dalam Komite Medik. Oleh karena itu
dalam Hospital Bylaws (HBL) ini akan diatur hubungan, hak dan kewajiban , tanggung
jawab peran dari Dewan Pengurus, Direksi dan Komite Medik / Staf Medis di rumah sakit.
Bahwa dengan memahami latar belakang misi kehadiran Gereja dalam Bidang kesehatan
yang bertanggung jawab untuk menjalankan nilai-nilai Kristiani demi mencapai
kemakmuran,keadilan dan kesejahteraan manusia an memandang teladan Tuhan Yesus
Kristus, Fakultas Kedokteran Universitas Stella Duce (FK STELLA DUCE) mendirikan
satu pelayanan kesehatan bernama RS Stella Duce, maksud dan tujuan kehadiran Rumah
Sakit adalah sebagai bentuk pengabdian masyarakat disamping sebagai tempat mendidik
calon-calon dokter Indonesia.
Selanjutnya sejak tahun 2010, RS Stella Duce ditempatkan dalam naungan Yayasan Stella
Duce dalam rangka menyesuaikan dengan tuntutan Undang-Undang dan peraturan yang
berlaku dimana Rumah Sakit menjadi suatu institusi mandiri di bawah sebuah Yayasan.
Yayasan Universitas Stella Duce (YAYASAN STELLA DUCE) sebagai penyelenggara
melihat bahwa Rumah Sakit memerlukan suatu pendekatan baru untuk mencapai kinerja
yang lebih baik. Rumah Sakit harus mampu memenuhi tuntutan aspek kualitas dan
penyelenggaraan yang profesional untuk menghadapi persaingan pasar lokal dan global.
Untuk itu maka nama Rumah Sakit perlu disesuaikan menjadi Rumah Sakit Umum
Universitas Stella Duce(RSU-USD).
43) Kredensial (credentialing) adalah proses evaluasi terhadap kompetensi staf medis
atau staf keperawatan untuk menentukan kelayakan diberikannya kewenangan
BAB III
LANDASAN HUKUM
Pasal 2
Yang menjadi landasan hukum dalam penyusunan Peraturan Internal Rumah Sakit adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2009 Nomor 153);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116).
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4502);
BAB IV
PENGAKUAN & AZAS PENDIRIAN
NAMA, LOGO, TUJUAN VISI, MISI, MOTTO DAN NILAI-NILAI
Pasal 3
BAB V
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4
1) Maksud dari Peraturan Internal Rumah Sakit ini adalah untuk mengatur bagaimana
hubungan fungsional antara Pengurus, Direktur dan Staf Medik, yang ketiganya
berkerjasama untuk kelangsungan rumah sakit, bahwa direktur rumah sakit dan staf
medik dalam hal ini komite medik bertanggung jawab kepada Direktur.
BAB VI
PENGORGANISASIAN
Pasal 5
Bagian Kesatu
PEMBINA
Susunan dan Keanggotaan Pembina
Rapat Pembina
Pasal 8
1). Rapat pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat dalam
waktu 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13. Pembina dapat juga mengadakan rapat setiap waktu bila
dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Pembina,
anggota Pengurus, atau anggota Pengawas.
2). Penggilan rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara langsung, atau melalui surat
dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan
Bagian kedua
BADAN PENGURUS
Susunan dan Keanggotaan Badan Pengurus
Pasal 9
1) Yang dapat menjadi anggota Badan Pengurus Yayasan adalah warga gereja yang:
a. Memiliki keahlian, perhatian dan waktu untuk mengembangkan Yayasan
b. Memiliki jiwa pelayanan dengan melihat Yayasan sebagai alat kesaksian dan
pelayanan kristen ditengah masyarakat
c. Memiliki tanggung jawab secara oikumenis
1) Anggota badan pengurus diangkat dan diberhentikan oleh PEMBINA berdasarkan usul
Badan Pengurus Yayasan.
2) Pelantikan dilakukan oleh pimpinan PEMBINA dan dilaksanakan dengan berita acara
pelantikan.
3) Serah terima tugas, tanggung jawab dan wewenang dilakukan pada saat pelantikan dan
dinyatakan dengan berita acara serah terima
4) Keanggotaan badan pengurus Yayasan berakhir karena:
a. Masa jabatannya berakhir 5 (lima) tahun.
b. Permintaan sendiri
c. Diberhentikan karena partisipasinya tidak memuaskan.
d. Diberhentikan karena tindakan-tindakannya nyata-nyata merugikan Yayasan.
e. Dikenai siasat gereja
f. Bertindak melawan hukum sesuai putusan pengadilan negeri yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
g. Pindah tempat tinggal diluar wilayah Jabotabek.
h. Meninggal dunia
5) Penetapan dan pengisian lowongan yang terjadi karena anggota berhenti sebelum
Bagian Ketiga
PENGURUS HARIAN
Pasal 16
Pengurus Harian terdiri dan ketua, para wakil ketua,. sekretaris, bendahara dan sebanyak-
banyaknya dua orang pengurus lainnya dengan ketentuan jumlah seluruhnya tidak
melebihi separuh dari seluruh jumlah anggota badan pengurus.
Tugas dan Tanggung Jawab
Pasal 17
1) Pengurus Harian melaksanakan segala keputusan yang ditetapkan oleh rapat pengurus
lengkap (Pleno).
2) Pengurus Harian dapat mengambil keputusan yang bersifat tindakan operasional
sehari-hari (Baden van Beheer), dengan ketentuan bahwa keputusan tersebut
dilaporkan pada rapat pengurus lengkap berikutnya.
3) Dalam hal-hal yang mendesak dan memerlukan keputusan atau tindakan segera, ketua,
sekretaris dan bendahara secara bersama-sama dapat mengambil keputusan dan
tindakan. Keputusan dan tindakan tersebut harus dilaporkan kepada rapat pengurus
Bagian Keempat
RAPAT-RAPAT
Jenis Rapat
Pasal 18
1) Rapat Penguras Lengkap (Pleno) dihadiri oleh semua anggota pengurus Yayasan,
anggota badan pengawas dan dapat pula dihadiri oleh Direksi yang mewakili satuan-
satuan kegiatan / Direktorat-direktorat yang diselenggarakan sekurang-kurangnya
sekali dalam tiga bulan.
2) Rapat Pengurus Harian diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan.
3) Rapat-rapat lengkap luar biasa dapat diadakan jika sekurang-kurangnya sepertiga dan
jumlah anggota pengurus memberitahukan kehendaknya secara tertulis kepada Ketua.
4) Rapat-rapat lainya diselenggarakan sesuai kebutuhan.
Penyelenggaraan Rapat
Pasal 19
1) Setiap rapat dibuka dan ditutup dengan berdoa dan membaca Alkitab.
2) Rapat dipimpin dan dipandu oleh ketua atau wakil ketua atau anggota pengurus yang
ditunjuk oleh anggota rapat
3) Sekretaris bertanggung jawab atas adanya notulen/risalah rapat
4) Pada setiap rapat pengurus bila dianggap perlu dapat rnenghadirkan direksi.
Keabsahan Rapat
Pasal 20
Pemungutan Suara
Pasal 21
1) Dalam semua rapat pengurus Yayasan, keputusan diambil dengan jalan musyawarah
untuk mencapai mufakat dan apabila dengan jalan musyawarah tidak tercapai mufakat,
maka keputusan diambil dengan suara terbanyak.
2) Setiap anggota berhakmemberikan satu suara dan tidak dapat diwakilkan.
3) Anggota yang tidak hadir yang telah menyatakan sikapnya secara tertulis mengenai
masalah orang yang dibahas, dapat dihitung dalam perhitungan suara.
4) Pemberian suara mengenai masalah dinyatakan secara lisan atau mengacungkan
tangan, sedangkan mengenai orang dilakukan secara tertulis.
Bagian Kelima
BADAN PENGAWAS
Susunan
Pasal 22
1) Badan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pembina untuk jangka
wakta 5 (lima) tahun.
2) Yang dapat menjadi anggota Badan Pengawas adalah warga gereja yang:
a. Memiliki keahlian, perhatian dan waktu untuk mengembangkan Yayasan
b. Memiliki jiwa pelayanan dengan melihat Yayasan sebagai alat persekutuan
kesaksian dan pelayanan Kristen ditengah masyarakat
Bagian Keenam
Hubungan dan Kerjasama
Pasal 24
1) Untuk mencapai tujuan seperti yang digariskan pada pasal 4 Anggaran Dasar,
Yayasan dapat menjalin hubungan dan kerjasama dengan badan-badan pemerintah,
badan-badan sosial gereja, dan/atau lembaga-lembaga gerejawi serta lembaga-
lembaga kesehatan lahirmya baik didalam maupun diluar negeri
2) Hubungan dan kerjasama tersebut pada butir 1 diatas ditetapkan dengan Keputusan
Pengurus Yayasan.
Bagian Kedua
Syarat-Syarat Pengangkatan Direktur
Pasal 26
1) Yang dapat diangkat menjadi Direktur dan Pejabat Satu Tingkat Dibawah Direktur
adalah warga gereja yang:
a. Memiliki keahlian pada bidang satuan kegiatan yang dipimpinnya, mempunyai
perhatian dan waktu untuk mengembangkan misi yang telah digariskan oleh
Pengurus Yayasan.
b. Memiliki jiwa pelayanan dengan melihat Yayasan sebagai alat persekutuan,
Bagian Ketiga
Pengangkatan dan Pemberhentian, Tugas dan Tanggung Jawab Direktur
Pasal 30
Pasal 31
Direktur, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, dibantu oleh Wakil Direktur.
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Rapat Direksi
Pasal 36
Pemberhentian Direksi
Pasal 37
Pasal 38
Teknis Operasional
Pasal 39
1) Teknis operasional rumah sakit dituangkan dalam bentuk Peraturan Direktur dan
Standar Prosedur Operasional.
2) Peraturan Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
3) Peraturan Direktur tentang Kebijakan;
Bagian Keempat
Organisasi Pelaksana
Instalasi
Pasal 40
Pasal 41
(1) Staf Medis Fungsional adalah tenaga dokter dan dokter gigi yang bekerja di bidang
medis dalam jabatan fungsional.
(2) Staf Medis Fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan,
pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan,
pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, staf medis fungsional menggunakan pendekatan tim
dengan staf keperawatan, laboratorium serta tenaga profesi terkait lainnya.
Pasal 45
1) DIREKSI menetapkan kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf medis untuk
suatu tugas atau jabatan klinis tertentu dan akan menyampaikan hal tersebut kepada
setiap tenaga medis yang menghendaki penugasan klinis di rumah sakit.
2) Kriteria dan syarat-syarat penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh DIREKSI setelah disepakati oleh Komite Medik.
3) Tenaga medis yang telah mendapat penugasan klinis dirumah sakit dapat berstatus
sebagai dokter tetap atau tidak tetap.
4) Jangka waktu penugasan tenaga medis adalah 6 bulan sampai dengan 1 tahun,
kecuali ditetapkan lain oleh DIREKSI dengan memperhatikan kondisi yang akan
meyebabkan penugasan dirumah sakit akan berakhir sebagai berikut apabila:
a. Ijin praktek yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada, atau
b. Kondisi fisik atau mental tenaga medis yang bersangkutan tidak mampu lagi
melakukan medis secara menetap, atau
c. Tenaga medis telah berusia 60 tahun, namun yang bersangkutan masih dapat
pula diangkat sesuai dengan pertimbangan DIREKSI, atau
d. Tenaga medis tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan
dalam kontrak, atau
e. Tenaga medis ditetapkan telah melakukan tindakan yang tidak profesional,
kelainan, atau perilaku meyimpang lainnya sebagaimana ditetapkan oleh
Komite Medis, atau
1) Staf Medis adalah dokter atau dokter gigi yang telah terikat perjanjian dengan
rumah sakit maupun yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan penempatan
dirumah sakit dari pejabat yang berwenang dan memiliki kewenangan untuk
melakukan tindakan Medis di rumah sakit, termasuk tindakan Medis diagnostik
maupun terapik.
2) Staf Medis pengganti adalah dokter atau dokter gigi yang telah terikat perjanjian
dengan rumah sakit maupun yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan
penempatan dirumah sakit dari pejabat yang berwenang dan hanya memiliki
kewenangan untuk melakukan tindakan Medis dirumah sakit dalam rangka
menggantikan tugas profesi seorang staff medis yang berhalangan.
1) Peraturan internal dan tata tertib staf Medis ini berlaku bagi seluruh staf Medis
yang melakukan tindakan Medis baik didalam maupun diluar Rumah Sakit USD
dalam rangka menjalankan tugas dari Direktur.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Konsultan Tamu diatur oleh Komite Medis
bersama dengan Direktur.
3) Seluruh staf Medis yang bekerja di Rumah Sakit USD tergabung dalam suatu
komunitas profesi Medis RUMAH SAKIT USD yang sehari–hari diatur oleh
Komite Medis yang dibentuk berdasarkan peraturan internal rumah sakit dan
disahkan oleh Pengurus Yayasan.
Bagian Kedua
Nama, Tujuan, Tanggung Jawab
Pasal 51
Komite Medis RS USD
1) Komite Medik adalah wadah non struktural yang terdiri dan tenaga ahli atau profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategi kepada Direktur dalam rangka
peningkatan dan pengembangan pelayanan Rumah Sakit.
Tujuan
Pasal 52
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
Tanggung Jawab
Pasal 53
Bagian Ketiga
Pengangkatan Staf Medik dan Pengangkatan Kembali
Syarat Penerimaan Staf Medis
Pasal 54
1) Setiap staf Medis yang akan bekerja dirumah sakit harus memahami dan menerima
falsafah, moto, visi, dan misi RSU USD dan telah memenuhi kualifikasi tertentu
sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan internal ini.
2) Syarat tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai Komite Medis
melalui Sub-Komite Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan oleh
peraturan internal ini.
3) Hanya Staf Medis yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan (2) yang dapat diusulkan untuk diberi kewenangan menangani pasien
di Rumah Sakit USD sesuai dengan kompetensi dan persyaratan lain yang
ditentukan oleh Komite Medis.
4) Staf Medis yang telah memperoleh kewenangan sebagaimana dimaksud ayat (3)
setuju untuk melaksanakan tindakan Medis dalam batas-batas standar profesi.
5) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan dinilai kembali oleh
Komite Medis melalui Sub-Komite Kredensial dengan suatu tata cara yang
ditetapkan oleh peraturan internal ini.
1) Setiap permohonan untuk menjadi staf Medis rumah sakit akan dievaluasi, dan
dapat dikabulkan atau ditolak, sejalan dengan kebutuhan rumah sakit dan
kemampuan rumah sakit.
2) Faktor yang digunakan untuk mempertimbangkan kebutuhan rumah sakit
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan master plan Rumah
Sakit yang penyusunannya melibatkan Komite Medis.
3) Direktur Rumah Sakit akan menerbitkan perjanjian perikatan antara rumah sakit
dengan staf Medis
4) Direktur menerbitkan surat keputusan pengangkatan dan penempatan staf Medis
yang telah diterima.
Bagian Keempat
Kategori Staf Medis
1) Staf Medis Rumah Sakit USD terdiri dari staf Medis biasa ( dokter umum tetap/
pensiun, dokter spesialis tetap/ pensiun dan dokter spesialis tamu ), staf Medis
pengganti, dan staf Medis Konsultan Tamu sebagaimana diatur dalam pasal 1 dan
telah dinyatakan memenuhi syarat kredensial oleh Komite Medis sebagaimana
diatur dalam peraturan internal ini.
2) Setiap staf Medis sebagaimana diatur dalam ayat (1) melakukan tindakan medis
dalam lingkup profesinya dan berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
Rumah Sakit USD.
3) Setiap staf Medis Pengganti sebagaimana diatur dalam ayat (1) melakukan tindakan
medis dalam lingkup profesinya dan berdasarkan penugasan yang diberikan oleh
staf Medis yang digantikannya.
4) Setiap staf Medis Konsultan Tamu sebagaimana diatur dalam ayat (1) melakukan
tindakan medis dalam lingkup profesinya dan berdasarkan penugasan yang
diberikan oleh Komite Medik sesuai dengan kebutuhan rumah sakit pada kasus atau
peristiwa tertentu.
Bagian Kelima
Kewenangan Klinis
Kewenangan Klinis Melakukan Tindakan Medis
Pasal 57
1) Staf Medis hanya dapat melakukan tindakan Medis sesuai dengan spesialisasi dan
kemampuannya secara khusus (kecuali dalam keadaan darurat) dirumah sakit
setelah mendapatkan penugasan klinis (clinical privilege) dari Direktur yang
ditetapkan dengan suatu surat keputusan.
2) Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) terdiri dari :
a. Penugasan klinis biasa sebagai staf Medis di rumah sakit.
b. Penugasan klinis sementara sebagai konsultan tamu.
3) Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) hanya diberikan pada
dokter yang telah terikat perjanjian dengan rumah sakit yang telah ditetapkan
1) Kewenangan untuk melakukan tindakan Medis seorang staf Medis dirumah sakit
berakhir bila hubungan hukum antara staf Medis dengan rumah sakit telah berakhir
Bagian Keenam
Pembinaan
Penjagaan Mutu Pelayanan Medis
Pasal 60
1) Untuk menjaga mutu pelayanan medis dilakukan audit medis secara berkala dan
pendidikan kedokteran yang berkelanjutan dengan tata cara yang lazim yang
ditentukan oleh Sub Komite Peningkatan Mutu Pelayanan Medis.
2) Topik, jangka waktu, dan tata cara audit medis ditetapkan oleh Sub – Komite
Peningkatan Mutu Pelayanan Medis.
3) Sub Komite Peningkatan Mutu Layanan melaporkan hasil audit medis dan
analisisnya secara berkala kepada Komite Medis untuk ditindak lanjuti.
4) Komite Medis wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap perlu untuk
menindaklanjuti hasil audit medis sebagaimana diatur dalam ayat (3)
5) Setiap anggota staf Medis wajib menjalani pendidikan kedokteran berkelanjutan
1) Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran
disiplin Medis dan tata tertib oleh seorang staf Medis adalah hal – hal yang
menyangkut :
a. Kompetensi klinis.
b. Tindakan perawatan atas seorang pasien termasuk penatalayanan sebuah
kasus dirumah sakit.
c. Dugaan pelanggaran peraturan internal dan tata tertib staf Medis
d. Dugaan penyimpangan etika profesi
e. Dugaan pelanggaran tata tertib dan kebijakan rumah sakit
f. Perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah
sakit.
g. Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
profesi
h. Ketidakmampuan untuk bekerjasama dengan staf rumah sakit yang dapat
menimbulkan inefisiensi operasional rumah sakit.
i. Hal-hal lain yang oleh Komite Medis sepatutnya dianggap menyangkut
disiplin Medis
2) Setiap staf Medis, dan staf rumah sakit yang terkait dengan pelayanan Medis wajib
memberitahukan adanya dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) kepada Ketua Komite Medis secara tertulis dalam suatu formulir yang
disediakan untuk itu dengan tata cara sebagai berikut :
a. Staf Medis menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada Ketua
Komite Medis melalui Koordinator Staf Medis Fungsional yang terkait.
b. Staf rumah sakit menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada
atasan yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada Ketua
Komite Medis melalui Direktur.
1. Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi Medis, etika Medis, dan tata tertib
dimulai berdasarkan putusan Ketua Komite Medis untuk melakukan penelitian
lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (5) dan dilaksakan oleh Sub
Komite terkait.
2. Sub Komite Etika dan Hukum Kesehatan melaksanakan penelitian berdasarkan tata
cara yang telah ditetapkan dalam peraturan internal ini.
3. Ketua Sub Komite Etika dan hukum Kesehatan menyampaikan hasil penelitian dan
rekomendasi kepada Ketua Komite Medis untuk ditetapkan sebagai putusan Ketua
Komite Medis yang memuat :
a. Ringkasan kasus atau kejadian
b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif
Bagian Ketujuh
Pengorganisasian Staf Medis dan Komite Medis
Organisasi Komite Medis
Pasal 63
1) Ketua dipilih dari 3 calon pada pemilihan secara periodik yang diselenggarakan
setiap tiga tahun yang selanjutnya diajukan dan disetujui Direktur.
2) Ketua Komite Medis adalah seorang staf Medis
3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua sebelum masa jabatannya berakhir
maka kekosongan jabatan tersebut diisi oleh wakil ketua.
4) Tugas Ketua Komite Medis adalah :
a. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili pendapat,
kebijakan, laporan, kebutuhan, dan keluhan staf Medis serta bertanggung
jawab kepada Direktur.
b. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas semua risalah rapat yang
diselenggarakan Komite Medis
1) Dibawah Komite Medis dibentuk beberapa Sub Komite yang terdiri dari :
a. Sub Komite Kredensial
b. Sub Komite Mutu Pelayanan Medik
c. Sub Komite Etika Profesi
2) Tugas dan fungsi sub Komite Medis ditetapkan oleh Komite Medis dari waktu
kewaktu dan disahkan oleh Direktur.
1) Staf Medis Rumah Sakit USDterdiri dari staf Medis Biasa, staf Medis Pengganti,
dan staf Medis Konsultan Tamu sebagaimana diatur dalam pasal 10 dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kredensial oleh Komite Medis sebagaimana diatur
dalam peraturan internal ini.
2) Setiap staf Medis Biasa sebagaimana diatur dalam ayat (1) melakukan tindakan
medis dalam lingkup profesinya dan berdasarkan kewenangan yang diberikan oelh
Rumah Sakit USD
3) Setiap staf Medis Pengganti sebagaimana diatur dalam ayat (1) melakukan tindakan
Medis dalam lingkup profesinya dan berdasarkan penugasan yang diberikan oleh
staf Medis yang digantikannya.
Bagian Kedelapan
Rapat
Rapat Komite Medis
Pasal 70
1) Rapat Komite Medis terdiri atas Rapat Rutin, Rapat Khusus, dan Rapat Pleno
2) Setiap rapat Komite Medis dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan
secara pantas kecuali seluruh anggota Komite Medis yang berhak memberikan
suara menolak undangan tersebut.
1) Komite menyelenggarakan rapat rutin pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh
Komite Medis
2) Sekretaris Komite Medis menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda
rapat kepada anggota yang berhak hadir sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
3) Rapat rutin dihadiri oleh Pengurus Komite Medis
4) Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu
1) Rapat pleno Komite Medis diselenggarakan pada pergantian pengurus dan atau
pergantian antar waktu serta usulan perubahan Peraturan Internal Staf Medis
2) Rapat pleno dihadiri oleh seluruh anggota komite medis dan direksi
3) Sekretaris Komite Medis menyampaikan pemberitahuan rapat pleno secara tertulis
beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir sebelum rapat tersebut
dilaksanakan.
Kuorum
Pasal 74
1) Setiap rapat Komite Medis berhak dihadiri oleh seluruh Pengurus Komite Medis.
2) Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Medis atau yang ditunjuk oleh Ketua Komite
Medis
3) Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah Ketua
4) Setiap Peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai.
5) Setiap Peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin pimpinan rapat.
6) Setiap Peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
7) Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh Ketua
sebelum rapat dimulai.
Notulen Rapat
Bagian Kesembilan
Kerahasiaan dan Informasi Medis
Pasal 78
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib
membuat rekam medik
2) Rekam medik sebagaiman dimaksud pada bagian (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
3) Setiap catatan rekam medik harus dibubuhi nama, waktu, dan tandatangan petugas
yang memberikan pelayanan atau tindakan.
4) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam (1,2,3) merupakan milik
dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan sedangkan isi rekam medik
merupakan milik pasien
Rahasia Kedokteran
Pasal 79
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran atau
kedokteran gigi wajib menyimpan rahasia kedokteran
2) Informasi Medis pasien harus dirahasiakan kepada pihak lain, kecuali kepada
pasien yang bersangkutan oleh semua tenaga kesehatan yang berkarya dipelayanan
kesehatan RSU USD
3) Pengungkapan informasi medis kepada pihak ketiga hanya dapat dilakukan
berdasarkan izin tertulis dari pasien.
4) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien,memenuhi
aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,permintaaan pasien
sendiri atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Bagian Kesepuluh
Pengawasan
Pasal 80
1) Pengwasan terhadap etik dan mutu dalam pelaksanaan praktek kedokteran di RSU
USD dijalankan secara bersama oleh Komite Medik melalui SMF dan Sub
Komite
2) Setiap SMF menjalankan pemantauan terhadap anggota SMF melalui rapat rutin
SMF yang ditentukan oleh SMF sendiri
3) Setiap Sub Komite menjalankan pengawasan etik dan mutu terhadap pelaksanaan
pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing
4) SMF dan Sub Komite wajib meneruskan hasil pengawasan terhadap Komite
Medik
Bagian Kesebelas
Ketentuan Perubahan
Perubahan Peraturan Internal Staf Medis
Pasal 81
1) Komite Medis berhak mengajukan usulan perubahan peraturan internal staf medis
ini dengan persetujuan Direktur melalui rapat Pleno khusus yang diselenggarakan
untuk itu.
2) Usulan untuk merubah peraturan internal ini hanya dapat dilaksanakan melalui
rapat Pleno Khusus yang diselenggarakan untuk keperluan tersebut.
PENGAWASAN INTERNAL
Satuan Pengawas Internal
Pasal 84
Mekanisme Pengawasan
Pasal 85
PERUBAHAN
PASAL 89
1). DIREKSI atas persetujuan DEWAN PENGAWAS berhak merubah hospital Bylaws
(Statuta ) ini melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk itu.
2). Usulan untuk merubah Hospital Bylaws ( Statuta ) ini hanya dapat dilaksanakan bila
pemberitahuan tertulis utnk maksud tersebut telah disampaikan kepada setiap anggota
DEWAN PENGAWAS paling lambat tiga minggu sebelumnya.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
PENUTUP
DITETAPKAN :