Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang pada dasarnya
merupakan suatu pengabdian kepada kepentingan masyarakat banyak, dewasa ini telah
berkembang menjadi suatu unit sosio-ekonomi yang makin hari makin kompleks
permasalahannya. Kompleksitas permasalahan di rumah sakit itu. Antara lain karena
dualisme fungsi rumah sakit seperti tersebut di atas sering menimbulkan persepsi serta
harapan masyarakat yang tersusun oleh berbagai unsur profesi tidak jarang dapat
menimbulkan permasalahan tersendiri. Oleh karena itu perlu suatu pengelolaan yang
cermat dan seksama agar para professional dapat menjalankan tugasnya dengan
sebaik-baiknya demi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Berbagai profesi yang bekerja di rumah sakit didasari oleh kode etik profesi masing-
masing, yang dijadikan tatanan perilaku masing-masing profesi tersebut. Tatanan
perilaku ini hanya dapat dipahami oleh nurani masing-masing profesi sehingga perilaku
suatu profesi sering sulit dipahami oleh profesi lain.
Kode Etik Rumah Sakit adalah norma yang diharapkan untuk dijadikan tatanan perilaku
bagi setiap anggota masyarakat rumah sakit yang multi profesi tersebut. Pengaturan
perilaku yang dimaksud disini menekankan pada perilaku masing-masing profesi dalam
pengamalan profesinya agar dapat menghasilkan manfaat yang optimal bagi semua
pihak. Selain itu kode etik rumah sakit diharapkan dapat merupakan jaminan bagi semua
profesi untuk dapat melakukan profesinya dengan tenang dan aman. Selain itu profesi
pelayanan kesehatan kesehatan selalu berhadapan dengan resiko yang melekat.
Walaupun telah bekerja dengan hati-hati, resiko yang melekat sulit dihilangkan sama
sekali.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan disegala bidang dewasa ini akan mendorong
serta memperbesar kemungkinan terjadinya resiko. Etika rumah sakit merupakan
pegangan yang dapat menuntun kearah penyempurnaan fungsi rumah sakitagar kode
etik dapat ditegakkan. Usaha-usaha tersebut tentu saja harus dilaksanakan oleh orang-
orang yang mengerti benar tentang kode etik rumah sakit serta kode etik- kode etik dari
berbagai profesi yang ada di rumah sakit.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Pedoman dan Tatalaksana Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
disusun dimaksudkan sebagai acuan agar perilaku dokter, perawat dan tenaga
penujang lainya dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan
berpedoman pada etika-etika yang baku baik etika perumahsakitan, etika
kedokteran, perawatan maupun etika lainnya.
2. Tujuan
Menciptakan keserasian hubungan antar berbagai profesi di lingkungan Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa sehingga dapat dikembangkan suasana yang
konduktif, bermutu serta menjaga keserasian hubungan antar rumah sakit dengan
masyarakat/ pasien.

1
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman dan Tatalaksana Komite Etik di Rumah Sakit Umum Daerah
Meuraxa Kota Banda Aceh meliputi pengendalian perilaku dokter, perawat dan tenaga
penujang lainya agar dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan
berpedoman pada etika-etika yang baku baik etika perumahsakitan, etika kedokteran,
perawatan maupun etika lainnya.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Penerapan Etika Rumah Sakit Secara Umum


Pengelolaan Rumah Sakit yang efisien dan efektif haruslah berdasarkan atas dengan 3
(tiga) prinsip: Good Corporate Governance (GCG), Good Clinical Standard (GCS); dan
Good Ethical Practice (GEP). Ketiganya disebut sebagai TRILOGI Tata Kelola Rumah
Sakit. Di Indonesia maka istilah yang dipakai adalah Hospital Bylaw, Medical Staff Bylaw
dan Kode Etik Rumah Sakit.
Penyebab timbulnya kasus komplain di Rumah Sakit akhir-akhir ini dipengaruhi banyak
faktor. Pertama pelayanan yang tidak memenuhi standar minimal, kemudian sistem
pelayanan Rumah Sakit dan komunikasi yang buruk. Selanjutnya Komite Medis &
Keperawatan yang tidak berfungsi baik dibarengi dengan standar profesi yang sudah
tidak update. Selain itu Pengamalan Etika RUMAH SAKIT tidak sempurna dan
Pengetahuan & Keberanian pasien meningkat seiring dengan banyaknya informasi di
media maya. Tidak ketinggalan faktor banyaknya pengacara/ media/ organisasi yang
“proaktif” mendekati pasien yang tidak puas terhadap pelayanan Rumah Sakit.
Tenaga kesehatan merupakan tenaga yang sangat penting dalam organisasi rumah
sakit. Perilaku dokter, perawat dan tenaga penujang lainya mempunyai andil yang besar
terhadap budaya dan mutu suatu rumah sakit . Oleh karena itu perilaku tenaga tersebut
perlu dijaga dengan berpedoman pada etika-etika yang baku baik etika perumahsakitan,
etika kedokteran, perawatan maupun etika lainnya. Selain perilaku masing-masing
tenaga kesehatan sangat dibutuhkan, agar rumah sakit dapat berfungsi baik, mengingat
di dalam rumah sakit terhadap tenaga kerja dari aneka disiplin keilmuan yang
mempunyai etik profesi masing-masing.
Untuk menegakkan Good Ethical Practice (GEP) ini rumah Sakit harus membentuk
komite etik rumah Sakit ( KERS ) yang juga merupakan syarat dari operasional rumah
sakit. Komite Etik Rumah Sakit diharapkan berperan secara aktif menangani masalah
etika institusi Rumah Sakit yang cakupannya lebih luas daripada etika profesi, hukum,
atau disiplin profesi. Selain itu KERS juga diharapkan membina praktek Good Ethical
Practice (GEP) dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
Kode Etik Kedokteran Indonesia yang telah dirumuskan beberapa tahun yang lalu dan
telah mendapat penyempurnaan pada tahun-tahun berikutnya, diterbitkan kembali
sebagai hasil Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteraan 11 Tahun 1981. Kode Etik
Kedokteran mutlak diperlukan sebagai panduan bagi setiap dokter dalam melaksanakan
tugasnya dapat mengetahui apa yang patut dan tidak patut dia lakukan dalam
melaksanakan tugas.
Rumah sakit di pihak lain yang merupakan tempat bekerja para dokter juga perlu
memiliki rambu-rambu yang serupa guna memberikan pedoman bagi semua tenaga keja
kesehatan yang bekerja di dalamnya. Demikian pula dengan etik Rumah Sakit Indonesia
merupakan landasan/ pedoman bagi penyelenggaraan Rumah Sakit di seluruh Indonesia
termasuk Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa sehingga pemberian pelayanan
kesehatan bagi masyarakat khususnya bagi pasien dapat tercapai dengan baik, bermutu
dan profesional.

B. Visi
Visi Rumah Sakit umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh adalah : Menjadi pusat
pelayanan kesehatan rujukan prima dan pendidikan sesuai syariah.

3
C. Misi
Misi Rumah Sakit umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh adalah :
1. Memberikan pelayanan secara professional sesuai syariah.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit.
3. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan pegawai Rumah Sakit.
4. Menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
5. Melaksanakan pelatihan dan pengembangan tenaga kesehatan.
6. Menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang sehat sesuai syariah.

D. Falsafah
Sehat adalah Hak Asasi Manusia yang wajib dijaga, dipelihara dan diselamatkan serta
dilaksanakan dengan ikhlas.

E. Motto
Melayani adalah ibadah, sehat itu anugerah.

F. Kedudukan Komite Etik


Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa adalah suatu badan yang dibentuk
oleh Direktur sebagai Tim penyelesaian sengketa, guna memberikan pertimbangan
untuk menangani masalah etik di Rumah Sakit. Bertanggung jawab kepada Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa, bersifat Otonom.

G. Keanggotaan Komite Etik


1. Keanggotaan Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
Terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan 5 (lima) Anggota terdiri dari unsur-
unsur : Bidang SDM, Bidang Keperawatan, Bidang Medis, Bidang Penunjang,
Bidang Umum dan Humas.
Dalam penyelesaian kasus pelanggaran etik, komite dapat menambah anggota
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
2. Masa Jabatan
Masa jabatan anggota Kemite etik adalah 4 (empat ) tahun bila seseorang anggota
mengundurkan diri maka direktur menunjuk seorang pengganti dari unsur yang
bersangkutan.
Masa kerja/ jabatan tersebut segera berlaku setelah adanya pengesahan dari
direktur rumah sakit dengan mengeluarkan Surat Keputusan. Ketua dapat dipilih
untuk 2 x masa kepengurusan berturut-turut.
3. Syarat – Syarat Anggota Komite Etik
Syarat-syarat anggota Komite Etik Rumah Sakit, harus dipenuhi oleh seorang, untuk
dapat dipilih sebagai anggota Komite Etik Rumah Sakit adalah :
a. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.
b. Sehat jasmani dan jiwa.

4
c. Memiliki pengetahuan dan atau pengalaman bekerja di bidang Etik dan atau
Hukum.
d. Mengikuti pelatihan Etik dan Hukum Rumah Sakit.
e. Bersedia bekerja sebagai anggota komite Etik dan Hukum.
f. Memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap masalah etik, hukum, sosial
lingkungan dan kemanusian.

H. Tugas, Fungsi dan Wewenang Komite Etik


1. Tugas Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
a. Menyusun panduan etik dan perilaku (Code of Conduct).
b. Menyusun pedoman Etika Pelayanan.
c. Membina penerapan Etika Pelayanan, Etika Penyelenggaraan, dan hukum
perumahsakitan.
d. Mengawasi pelaksanaan penerapan Etika Pelayanan dan Etika
Penyelenggaraan.
e. Memberikan analisis dan pertimbangan etik dan hukum pada pembahasan
internal kasus pengaduan hukum.
f. Mendukung bagian hukum dalam melakukan pilihan penyelesaian sengketa
(alternative dispute resolution) dan/atau advokasi hukum kasus pengaduan
hukum;
g. Menyelesaikan kasus pelanggaran etika pelayanan yang tidak dapat
diselesaikan oleh komite etika profesi terkait atau kasus etika antar profesi di
Rumah Sakit.
2. Fungsi
a. Pengelolaan data dan informasi terkait etika Rumah Sakit.
b. Pengkajian etika dan hukum perumahsakitan, termasuk masalah
profesionalisme, interkolaborasi, pendidikan, dan penelitian serta nilai-nilai
bioetika dan humaniora.
c. Sosialisasi dan promosi Panduan Etik dan Perilaku (Code of Conduct) dan
pedoman etika pelayanan.
d. Pencegahan penyimpangan Panduan Etik dan Perilaku (Code of Conduct) dan
pedoman Etika Pelayanan.
e. Monitoring dan evaluasi terhadap penerapan Panduan Etik dan Perilaku (Code
of Conduct) dan pedoman Etika Pelayanan.
f. Pembimbingan dan konsultasi dalam penerapan Panduan Etik dan Perilaku
(Code of Conduct) dan pedoman Etika Pelayanan.
g. Penelusuran dan penindaklanjutan kasus terkait Etika Pelayanan dan Etika
Penyelenggaraan sesuai dengan peraturan internal Rumah Sakit.
h. Penindaklanjutan terhadap keputusan etik profesi yang tidak dapat diselesaikan
oleh komite profesi yang bersangkutan atau kasus etika antar profesi.
3. Wewenang
a. Menghadirkan pihak terkait untuk menyelesaikan masalah etik Rumah Sakit.
b. Melakukan klarifikasi dengan pihak terkait sebagai penyusunan bahan
rekomendasi.

5
c. Memberikan rekomendasi kepada Kepala atau Direktur Rumah Sakit mengenai
sanksi terhadap pelaku pelanggaran Panduan Etik dan Perilaku (Code of
Conduct) dan pedoman Etika Pelayanan. Meminjam serta mempelajari rekam
medis.

I. Susunan Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa


Susunan Keanggotaan Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa adalah sebagai
berikut :
1. Ketua : dr. Azwar, Sp.THT-KL
2. Wakil Ketua : Saifuddin A. Malik, SKM. S.Sos
3. Sekretaris : Tjut Ira Rizki Andalia, A.Md
4. Ketua Komite Medik : dr. Ahmad Fajrial, Sp.U
5. Ketua Komite Keperawatan : Ns.Rismanita,S.Kep
6. Ketua Komite Nakes lainnya : Fitri Aisyah, S.Gz
7. Anggota :1. dr. Hidayat

2. Iga Herlita, SKM,M.Kes

3. Joni Afriadi, SST. M.K.m

4. Tjut Irma Zurijah, S.Kep, M.P.h

J. Uraian Tugas
1. Ketua mengkoordinir dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Komite,
memimpin pertemuan/evaluasi, memberikan pengarahan dan saran
dalam menjalankan tugas, melakukan koordinasi dengan Komite Medik dan
membuat laporan kepada Direktur.
2. Wakil Ketua dan Sekretaris bertanggung jawab terhadap kelancaran tugas-tugas
Komite dalam bidang administrasi kesekretarisan, aktif dalam pelaksanan tugas-
tugas Komite bersama anggota dan menyiapkan acara dan membuat notulen rapat.
3. Anggota aktif dalam pelaksanaan tugas-tugas Komite, memberikan pendapat/saran
permasalahan etik Rumah Sakit, memberikan pendapat pemecahan masalah
pelanggarann etik, ikut melakukan penyuluhan, pemantauan Kode Etik dan
melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan Ketua.

K. Keputusan Komite Etik Rumah Sakit


1. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan mengacu kepada
Buku Pedoman Etik Rumah Sakit dan Prinsip-prinsip Etik.
2. Keputusan Komite Etik besifat rahasia dan diteruskan kepada Direktur sebagai
rekomendasi untuk tindak lanjutnya.

6
BAB III
PEDOMAN ETIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA

A. Spriritualitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa


1. Pelayanan kesehatan islami
Pelayanan kesehatan Islami, segala bentuk kegiatan asuhan medik dan asuhan
keperawatan yang dibingkai dengan kaidah-kaidah Islam melalui pengajaran praktik
hubungan sosial dan kepedulian terhadap sesama dalam suatu ajaran khusus, yakni
akhlak dan dipraktikkan dengan unsur akidah dan syariah.

2. Arah Dasar Pelayanan Kesehatan


a. Arah Dasar Pelayanan Kesehatan :
1) Membantu Pasien yang dilayani sesuai dengan akidah dan syariah .
2) Menjamin hak Pasien yang dilayani terpenuhi.
3) Menjadi pelayan yang selalu siap sedia menerima dan melayani pasien
sebagai Makhluk
4) Mendukung pelayanan kesehatan nasional.
b. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan selalu :
1) MEMPERJUANGKAN pelayanan yang membela kehidupan dan martabat
dari setiap individu yang dilayani di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa.
2) MENDAHULUKAN pelayanan dan keselamatan individu di setiap unit
pelayanan kesehatan di atas segala perbedaan.
3) MENGEMBANGKAN sistem dan mekanisme pelayanan yang menjamin
kepastian dan rasa aman setiap individu di setiap unit pelayanan
kesehatan.
4) MEMPERHATIKAN perkembangan hidup beriman dan PENDAMPINGAN
hidup rohani bagi setiap individu, sesuai dengan iman dan kepercayaanya
di setiap unit pelayanan kesehatan.
5) MENYEDIAKAN kesempatan pada semua pihak yang terlibat untuk
membangun rasa kebersamaan dan persaudaraan.
6) MENYIAPKAN sistem dan perangkat untuk semakin mampu menanggapi
setiap perubahan kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
nasional.

B. Hak Dan Kewajiban Dalam Pelayanan Kesehatan


1. Hak Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
a. Berhak membuat peraturan-peraturan yang berlaku di rumah sakit sesuai
dengan visi, misi, falsafah, serta kondisi/keadaan yang ada di rumah sakit
(Hospital By Laws & Medical Staf By Laws).
b. Berhak mensyaratkan bahwa pasien, tenaga medis dan tenaga penunjang
lainnya harus mentaati peraturan rumah sakit.
c. Berhak menerima imbalan atas jasa pelayanan, fasilitas dan peralatan yang
digunakan.

7
d. Berhak memilih, mengatur dan membina tenaga dokter dan tenaga penunjang
lainnya sesuai sistem dan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
e. Berhak menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi termasuk
pasien, pihak ketiga dan lain-lain.
f. Berhak mendapatkan perlindungan hukum.

2. Kewajiban Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa


a. Kewajiban Umum
1) Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI).
2) Rumah Sakit sebagai suatu instansi harus dapat mengawasi serta
bertanggung jawab terhadap semua kejadian di rumah sakit.
3) Rumah Sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu
secara berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.
4) Rumah Sakit harus memelihara semua catatan/ arsip baik medik maupun
non medik secara baik.
5) Rumah Sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.
6) Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
7) Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain jika tidak tersedianya
peralatan atau tenaga yang dibutuhkan pasien.
8) Rumah Sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan.

b. Kewajiban Terhadap Masyarakat dan Lingkungan


1) Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik
masyarakat dan berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar rumah
sakit.
2) Rumah Sakit harus senantiasa menyesuaikan pelayanannya pada harapan
dan kebutuhan masyarakat setempat.
3) Rumah Sakit dalam menjalankan opersionalnya bertanggung jawab
herhadap lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan
masyarakat.

c. Kewajiban Terhadap Pasien


1) Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
2) Rumah Sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan
tindakan apa yang hendak dilakukan.
3) Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent)
sebelum melakukan tindakan medik.
4) Rumah Sakit berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan
teknologi kedokteran.
5) Rumah Sakit harus menjaga rahasia pasien.
6) Rumah Sakit harus mengindahan hak pribadi (Privacy) pasien.

8
d. Kewajiban Terhadap Pimpinan, Staf dan Karyawan
1) Rumah Sakit harus menjamin agar pimpinan, staf dan karyawannya
senantiasa mematuhi etika profesi masing-masing.
2) Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat dan
tenaga lainnya berdasarkan nilai, norma dan standar ketenagaan.
3) Rumah Sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik
antara seluruh tenaga di rumah sakit dapat dipelihara.
4) Rumah Sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah
sakit untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta
ketrampilannya.
5) Rumah Sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan
bedasarkan standar profesi yang berlaku.
6) Rumah Sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan
menjaga keselamatan kerja sesuai dengan peralatan yang berlaku.
7) Rumah Sakit harus berlaku adil tanpa pilih kasih.

3. Hak dan Kewajiban Pasien


a. Hak Pasien
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan
medis, standar profesi dan standar prosedur operasional.
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit (sesuai dengan kebijakan Rumah
Sakit).
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit.
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya (isi rekam medis).
10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan/tindakan medis.
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12) Didampingi keluarganya dan dalam keadaan kritis.
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

9
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit.
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya.
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17) Menggugat dan/ atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
18) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

b. Kewajiban Pasien
1) Pasien dan keluarganya berkewajiban mentaati segala peraturan dan tata
tertib di Rumah Sakit.
2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi Dokter dan Perawat
dalam pengobatannya.
3) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang diderita kepada Dokter yang merawat.
4) Pasien dan atau penunggunya berkewajiban untuk melunasi semua biaya
pelayanan Rumah Sakit dan/ atau Dokter.

4. Hak dan Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya
a. Hak Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya
1) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesi dan tugas pekerjaannya.
2) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak
otonominya. Tenaga medis/dokter, walaupun ia berstatus sebagai
karyawan rumah sakit, namun pemilik atau direksi rumah sakit tidak dapat
memerintahkan untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar
profesi atau keyakinannya.
3) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk menolak keinginan pasien/klien yang bertentangan dengan
peraturan, perundang-undangan, profesi, etika serta visi dan misi Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa.
4) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien/klien apabila
misalnya hubungan dengan pasien/klien sudah berkembang begitu buruk
sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk
pasien/klien gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien/klien kepada
tenaga medis, penunjang medis, non medis lain yang berkompeten.

10
5) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak atas privacy dan berhak menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien/klien dengan ucapan maupun tindakan yang
melecehkan atau memalukan.
6) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapat informasi lengkap dari pasien/klien yang dirawat/dilayani
atau dari keluarganya.
7) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapat informasi atau pemberitahuan pertama dalam
menghadapi pasien/klien yang tidak puas terhadap pelayanannya.
8) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit, pasien/klien,
keluarga pasien dan teman sejawat.
9) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk mendapat imbalan jasa atas jasa profesi atau pekerjaan yang
diberikan berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/peraturan yang
berlaku di rumah sakit.

b. Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non


Medis Lainnya
1) Kewajiban Dokter
a) Kewajiban Umum
 Dokter wajib menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan
sumpah dokter.
 Dokter wajib untuk senantiasa melakukan profesinya menurut
ukuran yang tinggi.
 Dokter wajib melakukan pekerjaan kedokterannya dengan tidak
boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
 Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
 Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
 Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan
dan ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa
kebebasan profesi.
 Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya
tahan mahluk insani baik jasmani maupun rohani hanya dilakukan
untuk kepentingan pasien.
 Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan
jasanya kecuali dengan keiklasan, sepengetahuan dan/atau
kehendak pasien.
 Dokter wajib berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya. Seorang dokter hendaknya memberi keterangan
atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua
aspek pelayanan kesehatan yang paripurna, serta berusaha
menjadikan pendidikan dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.

11
b) Kewajiban Terhadap Rumah Sakit
 Dokter wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di rumah sakit.
 Dokter wajib untuk selalu menjaga dan mempertahankan nama baik
rumah sakit.
 Dokter wajib mendukung dan melibatkan diri dalam usaha rumah
sakit untuk memajukan dan mengembangkan rumah sakit.
 Dokter wajib untuk memupuk rasa memiliki, rasa persaudaraan dan
loyalitas dalam satu ikatan keluarga besar rumah sakit.
 Dokter wajib memahami dan dengan setia ikut ambil bagian dalam
mewujudkan visi dan misi rumah sakit.
 Dokter wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak rumah sakit.

c) Kewajiban Terhadap Pasien


 Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya
melindungi hidup insani.
 Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
profesi dan menghormati hak-hak pasien.
 Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senatiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehat
dalam beribadah dan atau dalam masalah lainnya.
 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien.
 Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter
yang lebih senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian
dalam penyakit tersebut.
 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan mampu memberikannya.
 Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan
pertolongan darurat dengan mendahulukan keselamatan pasien
daripada pertimbangan-pertimbangan lain.
 Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang
diketahui tentang seorang pasien, termasuk data hasil pemeriksaan
laboratorium, data dalam rekam medik secara keseluruhan, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia.
 Dokter wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan medik yang bersangkutan serta risiko yang dapat
ditimbulkan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.
 Dokter wajib membuat informed consent atas setiap tindakan medis
yang mengandung resiko tinggi.
 Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara
berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.

12
 Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
 Dokter wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

d) Kewajiban Terhadap Teman Sejawat


 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
 Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman
sejawatnya, tanpa persetujuannya.

e) Kewajiban Terhadap Diri Sendiri


 Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.
 Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.

2) Kewajiban Perawat
a) Perawat wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di rumah sakit.
b) Perawat wajib memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan standar asuhan keperawatan. Meliputi pengkajian, diagnosis,
perencanaan, intervensi keperawatan, evaluasi dan catatan
keperawatan.
c) Perawat wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan asuhan keperawatan yang akan dilakukan serta resiko yang
dapat ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh
pasien.
d) Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang
akan dilakukannya.
e) Perawat wajib menginformasikan keadaan pasien kepada tenaga
medis atau tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan
pasien.
f) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga.
g) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
h) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
i) Setiap perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan mampu memberikannya.
j) Perawat wajib membuat catatan asuhan keperawatan yang baik dan
lengkap secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.

13
k) Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
l) Setiap perawat wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu keperawatan.
m) Perawat wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak rumah sakit.
n) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
o) Perawat wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

3) Kewajiban Bidan
a) Bidan wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib
yang berlaku di rumah sakit.
b) Bidan wajib memberikan asuhan kebidanan kepada pasien sesuai
dengan standar asuhan kebidanan. Meliputi pengkajian, diagnosis,
perencanaan, intervensi kebidanan, evaluasi dan catatan kebidanan.
c) Bidan wajib memberikan informasi yang adekwat tentang perlunya
tindakan asuhan kebidanan yang akan dilakukan serta resiko yang
dapat ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh
pasien.
d) Bidan wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang
akan dilakukannya.
e) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada tenaga medis atau
tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan indikasi medis pasien.
f) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga.
g) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
h) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
i) Setiap Bidan wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia
dan mampu memberikannya.
j) Bidan wajib membuat catatan asuhan kebidanan yang baik dan
lengkap secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
k) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah
diberikan.
l) Setiap Bidan wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kebidanan.
m) Bidan wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak rumah sakit.
n) Bidan wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
o) Bidan wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

14
4) Kewajiban Tenaga Non Medis Lainnya
a) Tenaga non medis lainnya wajib mematuhi perundang-undangan,
peraturan dan tata tertib yang berlaku di rumah sakit.
b) Tenaga non medis lainnya wajib melaksanakan tugas pekerjaannya
sesuai dengan standar mutu dan prosedur tetap yang berlaku di rumah
sakit.
c) Tenaga non medis lainnya wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya berkaitan dengan tugas pekerjaannya.
d) Tenaga non medis lainnya wajib membuat pencatatan dan pelaporan
atas pelaksanaan tugas pekerjaannya.
e) Tenaga non medis lainnya wajib terus menerus menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu yang terkait dengan
tugas pekerjaannya.
f) Tenaga non medis lainnya wajib mengadakan perjanjian hubungan
kerja secara tertulis dengan pihak rumah sakit.
g) Tenaga non medis lainnya wajib memenuhi hal-hal yang telah
disepakati atau dalam perjanjian yang telah dibuatnya.
h) Tenaga non medis lainnya wajib bekerjasama dengan profesi dan
pihak lain yang terkait secara timbal balik dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.

C. Etika Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa


1. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa dalam melaksanakan tugasnya
senantiasa taat dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa senantiasa menjunjung tinggi
nama baik dan profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat-sifat
profesi yang luhur.
3. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa senantiasa memelihara dan
meningkatkan mutu pelayanan perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
setinggi- tingginya.
4. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa senantiasa bekerja secara
profesional dan senantiasa melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah
ditentukan.
5. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa senantiasa mengutamakan
keselamatan pasien serta senantiasa mempertimbangkan kemampuannya sendiri di
dalam menerapkan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan.
6. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang diberikan kepadanya.
7. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa senantiasa menjunjung tinggi
martabat manusia serta senantiasa menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat,
agama dari pasien dan keluarganya.
8. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar di dalam menjalankan tugasnya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan-pertimbangan kebangsaan, kesukuan, agama, politik kedudukan
sosial dari pasien dan keluarganya.
9. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa senantiasa berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan sesuai dengan perkembangn

15
ilmu pengetahuan dan teknologi serta menyebarluaskan pengetahuannya kepada
sesama perawat.
10. Paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa senantiasa memelihara hubungan
baik antara perawat dan karyawan lain dalam rangka mencapai tujuan pelayanan
kesehatan seoptimal mungkin.

D. Hubungan Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa dengan Lembaga Terkait


1. Rumah Sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik berdasarkan
nilai-nilai dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.
2. Rumah Sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit dan
menghindarkan persaingan yang tidak sehat.
3. Rumah Sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan
lain yang bergerak di bidang kesehatan.
4. Rumah Sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan kesehatan.

E. Kerjasama dengan Pelayanan Kesehatan Lainnya


1. Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa bekerjasama dengan jejaring pelayanan
kesehatan lainnya, lembaga-lembaga pendidikan, organisasi medis-paramedis serta
organisasi kesehatan lainnya yang relevan untuk meningkatkan pelayanan,
pendidikan dan penelitian.
2. Bila terdapat keterbatasan fasilitas atau tenaga ahli, demi kepentingan pasien,
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa dapat bekerjasama dan merujuk pasien ke
Rumah Sakit lain yang lebih lengkap dengan sepengetahuan dan sepertujuan
pasien atau keluarga pasien.
3. Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa menerima kerjasama dan rujukan dari institusi
kesehatan lainnya yang memerlukan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
demi penanganan pasien secara optimal.

F. Promosi Pemasaran Rumah Sakit


1. Pemberian informasi tentang hal-hal yang bersifat promosi, reklame dan iklan serta
marketing, dilaksanakan oleh bagian yang ditugaskan untuk hal tersebut dengan
tetap mengindahkan nilai-nilai etik.
2. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus menyatakan yang sebenarnya
dan sebaiknya menyatakan fakta yang signifikan, tidak mencantumkan hal-hal yang
menyesatkan masyarakat.
3. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus menahan diri dari membuat
pernyataan yang salah, menyesatkan atau tidak mendukung pesaing atau
produk/jasa pesaing.
4. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus bebas dari pernyataan, ilustrasi
atau implikasi yang menghina cita rasa yang baik atau kesopanan masyarakat.

G. Tata Cara Penanganan Pelanggaran Etik di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa

16
1. Pengaduan pelanggaran etik di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa dapat berasal
dari :
a. Intern : Unit Kerja Fungsional, Unit Kerja Struktural.
b. Eksternal : Perorangan/Pasien, ini dapat langsung ke Direktur atau lewat Polisi,
Kejaksaan, LBH ataupun instansi lain.
2. Pengaduan dan Pelaporan :
a. Pengaduan dan pelaporan terhadap persoalan etik dan hukum Rumah Sakit
dapat disampaikan secara langsung melalui tatap muka atau secara
tertulis/surat kepada unit pelayanan pengaduan yang terdapat di Rumah Sakit.
b. Pengaduan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat
dipertanggungjawabkan dan dilakukan penanganan secara tepat.
c. Penanganan pengaduan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi pencatatan, penelaahan, penanganan lebih lanjut, pelaporan, dan
pengarsipan.
d. Unit pelayanan pengaduan tersebut melakukan pemilahan terhadap pengaduan
dan pelaporan yang meliputi persoalan :
1) Etika profesi;
2) Etika nonprofesi; atau
3) Di luar etika profesi dan/atau etika non profesi.
4) Persoalan antar Profesi.
e. Hasil pemilahan yang dilakukan oleh unit pelayanan pengaduan tersebut
disampaikan kepada unit terkait di Rumah Sakit untuk ditindaklanjuti.
f. Persoalan etika profesi sebagaimana dimaksud ditindaklanjuti oleh komite
masing- masing tenaga kesehatan di Rumah Sakit sesuai dengan bidangnya.
g. Persoalan etika nonprofesi sebagaimana dimaksud ditindaklanjuti oleh bagian
sumber daya manusia dan/atau Komite Etik dan Hukum.
h. Persoalan di luar etika profesi dan/atau etika nonprofesi sebagaimana dimaksud
ditindaklanjuti oleh Komite Etik dan Hukum.
i. Dalam hal persoalan etika profesi sebagaimana dimaksud melibatkan antar
profesi di Rumah Sakit, ditindaklanjuti oleh Komite Etik dan Hukum.

3. Alur Penyelesaian Pengaduan Pelanggaran Etika dan Hukum di Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa

17
a. Alur I

Masalah Etik dan Hukum

Lisan/Tulisan

Unit Pelayanan Pengaduan (HUMAS)


Pencatatan
Penelaahan
Penanganan Lebih lanjut
PEMILAHAN Pelaporan
Pengarsipan

si (Kom.Medik, Etika Non Profesi (SDM Diluar Etika Profesi dan Persoalan antar Profesi
rawatan, dan Komite Etik dan Etika Non Profesi (Komite Etik dan Hukum)
s Lainnya) Hukum) (Komite Etik dan Hukum)

Pelaporan kepada Komite Etik dan Hukum

Pelaporan kepada Komite Etik dan Hukum

Pelaporan kepada Komite Etik dan Hukum

b. Alur I

KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADAA.
PELANGGARAN ETIK DAN DISIPLIN PROFESI 18
B.
C.

TIDAK ADA PELANGGARAN


ADA PELANGGARAN
TINDAKAN PENDISIPLINAN PERILAKU PROFESIONAL :
Peringatan tertulis
Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege)
Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau selamanya
Pelaksanaan keputusan

KOMITE MEDIK/ KOMITE KEPERAWATAN KOMITE NAKES. LAIN

REKOMENDASI

IREKTUR

SUBKOMITE ETIK & DISIPLIN PROFESI

MELAKUKAN PEMBINAAN PROFESIONALISME KEDOKTERAN, CERAMAH, DISKUSI, SI


EPUTUSAN / EKSEKUSI

H. Etika Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa

19
Penelitian merupakan salah satu misi penting rumah sakit. Perkembangan ilmu
kedokteran sangat ditunjang oleh hasil-hasil penelitian yang baik. Namun penelitian juga
dapat membawa dampak negatif dalam bentuk penyimpangan etika maupun hukum,
oleh karena itu diperlukan adanya panitia Etika Rumah Sakit (Komite Etik dan hukum)
yang dapat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan etika penelitian yang baik di
rumah sakit.
Maka setiap penelitian kedokteran yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Meuraxa ini harus mendapat ijin dari panitia etika Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
dalam bentuk “ethical elearance”.
1. Landasan kerja dalam pemberian “ethical elearance” terhadap penelitian
kedokteran yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
berpedoman kepada :
a. Nuremberg Code : yang mengharuskan adanya persetujuan subyek penelitian
dalam bentuk informd consent
b. Deklarasi Helsinki : yang merupakan panduan untuk melakukan penelitian klinis,
keharusan adanya pertimbangan etika (ethical elearance) sebelum pelaksanaan
suatu penelitian.
c. Kode Etik Kedokteran Indonesia.
2. Dasar-dasar pertimbangan dalam pemberian “ethical elearance”.
Dalam dasar-dasar pertimbangan pemberian “ethical elearance” yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Kriteria Kepatutan
1) Eksperimen terhadap pasien hanya diperbolehkan atas dasar indikasi
medis serta pertimbangan ilmiah yang jelas. Hal ini perlu untuk melindungi
hukum. Ada harapan bahwa eksperimen itu akan memberikan pandangan
baru yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
2) Arti eksperimen ini harus sebanding dengan resiko yang dihadapi orang
percobaan.
3) Kepentingan subyek penelitian selalu dipertimbangkan di atas kepentingan
ilmu pengetahuan.
4) Eksperimen tersebut harus sesuai dengan prinsip ilmiah dan harus
didasarkan atas penelitian laboratorium maupun penelitian hewan
percobaan dan juga harus didasarkan atas pengetahuan dan cukup dari
kepustakaan ilmiah.
5) Dalam pelaksanaan eksperimen, tiap pasien harus yakin bahwa metode
diagnostik atau teraupetik yang sebaik mungkin yang digunakan.
6) Bentuk dan cara pelaksanaan penelitian oleh peneliti yang berkualitas baik
dan harus dinilai oleh sebuah panitia independent.
7) Eksperimen tersebut harus dilaksanakan oleh peneliti yang berkualitas baik
dan harus diawasi oleh dokter yang berkompenten.
8) Dalam eksperimen dengan manusia berlaku standar profesi tertinggi.
9) Pada eksperimen dengan manusia secara hukum peneliti selalu
bertanggung jawab penuh secara pribadi.
10) Integritas psikis dan fisik dan dari subyek percobaan harus dijaga dan
dilindungi.
11) Rahasia orang percobaan harus dijunjung tinggi.

20
12) Pasienan rohani dan fisik dari orang percobaan harus dibatasi secara
maksimal.
13) Harus dilakukan usaha-usaha pencegahan kerugian, invaliditas dan
kematian orang percobaan.
14) Tiap eksperimen harus diakhiri jika ternyata ada kemungkinan kerugian
invaliditas dan kematian.
b. Kriteria persetujuan
1) Eksperimen tidak boleh dilaksanakan jika tidak ada persetujuan dari orang
percobaan, pasien bukan pasien. Orang percobaan pasien bukan pasien
selengkap mungkin mendapat informasi dan tidak boleh ada informasi
tertentu yang dirahasiakan oleh peneliti. Persetujuan setelah penjelasan ini
disebut sebagai “informed consent”
2) Penjelasan secukupnya dengan bahasa yang dipahami oleh pasien.
3) Orang yang memberi persetujuan tersebut harus mempunyai kapasitas
legal, mempunyai kemampuan mengambil keputusan dengan bebas tanpa
tekanan dari luar.
4) Persetujuan (informed consent) sewaktu-waktu dapat ditarik, dengan
penarikan tersebut keikutsertaan pasien dalam percobaan tersebut
berakhir.
5) Jika terdapat pasien yang tidak memberi persetujuan keikutsertaan atau
menarik persetujuannya, maka hal ini sama sekali tidak boleh mempunyai
dampak negatif terhadap hubungan dokter-pasien.

3. Tatacara pengajuan “ethical elearance”.


Tata cara pengajuan “ethical elearance” untuk penelitian kedokteran yang
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa, yaitu :
a. Peneliti mengajukan surat permintaan “ethical elearance” kepada Panitia Etika
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa dengan melampirkan :
1) Satu fotocopy proposal lengkap
2) Tiga fotocopy Model Resume Aspek Etika Penelitian.
b. Panitia Etika Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa akan membahas aspek etika
proposal tersebut, dalam hal ini dapat dilakukan oleh suatu Panitia Khusus yang
ditunjuk oleh Ketua Panitia Etika Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa. Jika
perlu dapat meminta penjelasan langsung dari tim Peneliti, dapat juga
dimintakan pertimbangan (second opinion) dari pakar di bidang tersebut.
c. Panitia Etika Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa dapat memberikan
persetujuan secara lansung atau memberikan saran perbaikan dari segi etika,
atau dapat menolak penelitian tersebut.

KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA

21
BAB I
MUKADIMAH

Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari sejarah
peradaban umat manusia, kesadaran sosial dan naluri untuk saling tolong menolong diantara
sesama, serta semangat keagamaan yang tinggi dalam kehidupan umat manusia.
Bahwa sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia, serta perkembangan
tatanan sosio-budaya masyarakat, dan sejalan pula dengan kemajuan ilmu dan teknologi
khususnya dalam bidang kedokteran dan kesehatan, rumah sakit telah berkembang menjadi
suatu lembaga berupa suatu “unit sosio ekonomi” yang majemuk.
Bahwa perumahsakitan di Indonesia, sesuai dengan perjalanan sejarahnya telah memiliki jati
diri yang khas, ialah dengan mengakarnya azas perumahsakitan Indonesia kepada azas
Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, sebagai falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia.
Bahwa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya
mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya :
1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya dan
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap insan Indonesia sebagai hamba Allah. Maka
Rumah Sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI), bersama ini menyampaikan “KODE ETIK RUMAH SAKIT” yang
merupakan pedoman bagi setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya di Rumah
Sakit.
Rumah Sakit sebagai suatu rangkuman nilai-nilai dan norma-norma yang dapat dipakai
sebagai pedoman operasional sangat dibutuhkan, mengingat rumah sakit dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran sudah menjadi suatu unit sosio-
ekomoni yang majemuk. Hal tersebut lebih terasa lagi mengingat di dalam Rumah Sakit
terdapat tenaga kerja dari aneka disiplin keilmuan yang mempunyai etika profesi masing-
masing sehingga “Semangat Kebersaman” sangat dibutuhkan agar rumah sakit dapat
berfungsi dengan baik.

BAB II
KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT

Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.

Pasal 2
Rumah Sakit sebagai suatu institusi harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab
terhadap semua kejadian di rumah sakit (Corporate Liability).
Pasal 3

22
Rumah Sakit harus memberikan pelayanan yang baik (duty of care) Rumah Sakit wajib
memberikan pertolongan emergency tanpa mengharuskan pembayaran uang muka lebih
dulu.

Pasal 4
Rumah Sakit harus memelihara Rekam Medis dengan baik.

Pasal 5
Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam keadaan siap
pakai.

Pasal 6
Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain, jika tidak tersediannya peralatan atau
tenaga yang dibutuhkan pasien.

BAB III
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN

Pasal 7
Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.

Pasal 8
Rumah Sakit harus memberika penjelasan apa yang hendak dilakukan.

Pasal 9
Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent) sebelum melakukan
suatu tindakan medik.

Pasal 10
Rumah Sakit harus mengindahkan hak pribadi (Privacy) pasien.

Pasal 11
Rumah Sakit harus menjaga Rahasia pasien.

BAB IV

23
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP STAF

Pasal 12
Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf.

Pasal 13
Dokter rumah sakit harus mengadakan koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh
tenaga Rumah sakit.

Pasal 14
Rumah Sakit harus mengawasi agar segala sesuatu dilakukan berdasarkan standar profesi
yang berlaku.

Pasal 15
Rumah Sakit harus berlaku adil tanpa pilih kasih.

BAB V
KEWAJIBAN TENAGA KERJA

Pasal 16
Menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 17
Melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.

Pasal 18
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi.

Pasal 19
Tidaklah etik seorang dokter : Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.

Pasal 20
Melaksanakan secara sendiri atau bersama-sama penerapan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.

Pasal 21
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan mahluk insani baik
jasmani maupun rohani hanya dilakukan untuk kepentingan pasien.

24
Pasal 22
Berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau
pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.

Pasal 23
Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Pasal 24
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.

Pasal 25
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani.

Pasal 26
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang lebih
senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 27
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehat dalam beribadah dan atau dalam masalah
lainnya.

Pasal 28
Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan pertolongan darurat dengan
mendahulukan keselamatan pasien daripada pertimbangan-pertimbangan lain.

Pasal 29
Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap
setia kepada cita-citanya yang luhur.

Pasal 30
Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang diketahuinya termasuk data
hasil pemeriksaan laboratorium data dalam rekam medik secara keseluruhan.

Pasal 31

25
Dalam memeriksa pasien seorang wanita, disamping menerapkan tata sopan santun secara
umum, pemeriksaan di dalam kamar periksa sebaiknya dokter di dampingi seorang perawat
wanita.

Pasal 32
Terhadap jenasah, baik untuk kepentingan pendidikan mahasiswa kedokteran maupun untuk
kepentingan visum et repertum setiap dokter, mahasiswa kedokteran dan semua tenaga
kesehatan lainnya haruslah bersikap hormat layaknya menghadapi orang yang masih hidup.

BAB VI
TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ETIK

Pasal 33
Pengaduan pelanggaran etik rumah sakit dapat berasal dari : Intern : Unit Kerja Fungsional,
Unit kerja struktural.
Eksternal : Perorangan/ Pasien ini dapat langsung ke direktur atau lewat Polisi, Kejaksaan,
LBH ataupun instansi lain.

Pasal 34
Pengaduan ini ditujukan langsung kepada Direktur Rumah Sakit.

Pasal 35
Direktur Rumah Sakit meneruskan masalah tersebut kepada Panitia Etika Rumah Sakit.

Pasal 36
PERS melakukuan penyelidikan terhadap masalah tersebut dengan mengumpulkan
informasi dengan penelitian rekam medis, menghubungi unit kerja ataupun mereka- mereka
yang berhubungan dengan masalah.

Pasal 37
Apabila pelenggaran ini merupakan pelanggaran murni etik profesi maka PERS dapat
mengkonsultasikan kepada Ikatan Profesi yang bersangkutan.

Pasal 38
Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam sidang PERS.

Pasal 39
Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada direktur dalam memecahkan masalah.

BAB VII

26
LAIN-LAIN

Rumah sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan. Rumah Sakit harus
mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan. Rumah sakit harus memelihara hubungan
yang baik antar rumah sakit dan menghindarkan persaingan yag tidak sehat.
Rumah sakit harus menggalang kerja sama yang baik dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan.
Rumah Sakit harus berusaha membantu untuk mengadakan penelitian demi perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Rumah Sakit dalam melakukan pemasaran harus bersifat
informative dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit.

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

27
MUKADIMAH

Sejak permulaan sejarah yang tersurat mengenai umat manusia hubungan kepercayaan
antara dua insan yaitu sang pengobat dan pasien. Dalam zaman modern hubungan itu di
sebut hubungan (transaksi) terapetik antara dokter dan pasien yang dilakukan dalam
suasana saling percaya mempercayai (Konfidensial) serta senantiasa diliputi oleh segala
emosi, harapan kekhawatiran makhluk insani.
Sejak perwujudan sejarah kedokteran, seluruh umat manusia mengakui serta mengetahui
adanya beberapa sifat mendasar (fundamental) yang melekat secara mutlak pada diri
seorang dokter yang baik dan bijaksana yaitu kemurnian niat, kesungguhan hati, kerendahan
hati serta integritas ilmiah dan sosial yang tidak diragukan.
Imhotep dari Mesir, Hippocrates dari Yunani, Galenus dari Roma merupakan beberapa ahli
pelopor kedokteran kuno yang telah meletakan sendi-sendi permulaan untuk terbina suatu
tradisi kedokteran yang mulia. Beserta semua tokoh dan organisasi kedokteran yang tampil
ke forum internasional kemudian mereka bermaksud mendasarkan tradisi dan disiplin
kedokteran tersebut atas suatu etik profesional. Etik tersebut sepanjang masa
mengutamakan pasien yang berobat demi keselamatan dan kepentingannya.
Etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas norma-norma etik yang mengatur
hubungan manusia umumnya, dan dimiliki azas-azasnya dalam falsafah masyarakat yang
diterima dan dikembangkan terus. Di Indonesia azas-azas itu adalah Pancasila sebagai
landasan strukturik.
Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu
kedokteran, kami pada dokter Indonesia, baik yang bergabung secara profesional dalam
Ikatan Dokter Indonesia, maupun secara fungsional terikat dalam organisasi di bidang
pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan dan kedokteran, dengan rahmat Tuhan
Yang Maha Esa telah merumuskan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang diuraikan dalam
pasal -pasal sebagai berikut :

KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunnjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi.

Pasal 4
Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
1. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
2. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan ketrampilan
kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.

28
3. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan asanya kecuali dengan
keiklasan, pengetahuan dan atau kehendak pasien.

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insan baik
jasmani maupun rohani hanya diberikan untuk kepentingan pasien.

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.

Pasal 7
Setiap dokter hanya diberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaanya seorang dokter harus mengutamakan, mendahulukan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan dehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik
dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.

Pasal 9
Setiap dokter dalam kerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN


Pasal 10
Setiap doker harus senatiasa mengingat akan kewajiban melindungi makluk insani.

Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan maka ia wajib merujuk pasien kepada dokter lain yang mempunyai keahlian
dalam bidang penyakit tersebut.

Pasal 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam masalah lainnya.

Pasal 13

29
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui yang diketahui tentang
seorang pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri kemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA


Pasal 15
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari temann sejawatya, tanpa
persetujuannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI


Pasal 17
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 18
Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap
setia kepada cita-citanya yang luhur.

PENUTUP
Pasal 19
Setiap dokter harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan
dalam pekerjaan sehari-hari Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEK) hasil musyawarah
Kerja Nasional Kedokteran II demi untuk mengabdi kepada masyarakat Bangsa dan Negara.

KODE ETIK KEPERAWATAN

30
1. Tanggung jawab terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
a. Dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung
jawab yang berpangkaltolaknya bersumber pada kebutuhan akan perawatan untuk
individu, keluarga dan masyarakat.
b. Dalam melaksanakan pengabdiannya dibidang keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan dengan menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
c. Dalam melaksanakan kewajiban bagi individu dan masyarakat senantiasa dilandasi
oleh rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
d. Senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan individu dan
masyarakat dalam mengambil prakasa dan mengadakan usaha-usaha
kesejahteraan umumnya sebagai bagian dari tugas kewajiban demi kepentingan
masyarakat.

2. Tanggung jawab terhadap tugas.


a. Senantiasa meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan setinggi-tingginya disertai kejujuran profesional dalam menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan perawatan sesuai dengan kebutuhan individu atau
pasien/ klien keluarga dan masyarakat.
b. Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan.
c. Tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan untuk tujuan
yang dipercayakan.
d. Dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin.
e. Harus senantiasa mengutamakan perlindungan keselamatan pasien/ klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan, serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan baik daln menerima maupun dalam mengalihkan tugas dan tanggung
jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

3. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan tenaga kesehatan lain.


a. Senantiasa memelihara hubungan baik antara dan dengan tenaga kesehatan lainya
dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
b. Senantiasa menyebarluaskan pengetahuan ketrampilan dan pengalamannya
kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi
lainnya dalam meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan tenaga kerja kesehatan lain.
a. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama dengan jalan manambah ilmu, ketrampilan dan
pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b. Senantiasa menjunjung tinggi nama baik dan tanggung jawab terhadap pemerintah
bangsa dan tanah air.

31
c. Berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin.
d. Harus senantiasa mengutamakan perlindungan keselamatan pasien/ klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam maempertimbangkan
kemampuan baik dalam menerima, maupun dalam mengalihkan tugas dan tanggung
jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
5. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air serta agama.
a. Dalam melaksanakan tugasnya harus senantiasa taat dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Harus senantiasa melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.
c. Harus senantiasa berperan serta aktif dengan mengembangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.

32
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

1. Kewajiban Apoteker Terhadap Masyarakat.


a. Harus berbudi luhur dan memberikan contoh yang baik di dalam lingkungan
kerjanya.
b. Harus bersedia untuk mengembangkan keahlian dan pengetahuannya.
c. Harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan pada umumnya.
d. Hendaknya selalu melibatkan diri dari Pembangunan Nasional khususnya di bidang
kesehatan
e. Harus jadi sumber informasi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan
pendidikan kesehatan.
f. Hendaknya menjauhkan diri dari usaha-usaha untuk mencari keuntungan dirinya
semata-mata.
2. Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat
a. Harus selalu menganggap teman sejawat kerja sebagai saudara kandung yang
selalu saling mengingatkan dan menasehati.
b. Harus menjauhkan diri dari setiap tindakan yang dapat merugikan teman sejawat
baik moril maupun material.
c. Harus menggunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik
mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
3. Kewajiban Apoteker Terhadap Sejawat, Petugas Kesehatan Lainnya
a. Harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan hubungan profesi
saling menghargai, menghormati dan mempercayai sejawat yang berkecimpung
dalam bidang kesehatan.
b. Hendaknya menjauhkan diri dari tindakan/ perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas
kesehatan lainnya.

33
KODE ETIK BIDAN INDONESIA

BAB I
MUKADIMAH II

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur demi
tercapainya :
1. Masyarakat yang adil dan makmur bedasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia.
Maka ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi wadah
persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik Indonesia yang
disusun atas dasar penekanan keselamataan klien di atas kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap
bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai anggota tim
kesehatan demi tercapainya cita-cita pembangunan nasional di bidang kesehatan pada
umumnya, KIA, KB dan Kesehatan Keluarga pada khususnya.
Mengupayakan segala sesuatu agar kaumnya pada detik-detik yang sangat menentukan
pada saat menyambut kelahiran insane generasi secara selamat dan nyaman merupakan
tugas sentral dari pada bidan.
Menelusuri tuntutan masyarakat terhadap paelayanan kesehatan yang terus meningkat
sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam
masyarakat. Sudah sewajarnya kode etik bidan ini berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai landasan ideal dan garis-garis Besar Haluan Negara sebagai
landasan operasional.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik
ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan palayanan
profesional.
Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang komprehensif
terhadap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh
berkembangnya menjadi Indonesia yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap
memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada
khususnya.

BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT

A. Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah


jabatan dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
B. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
C. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

34
D. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasan mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak dan klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
E. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
F. Setiap bidan senatiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk menungkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.

BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA

A. Setiap bidan sentiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemapuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
B. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenagan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan.
C. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan kita.

BAB IV
KEWAJIBAN BIDAN TERHAPAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

A. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
B. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling mengobati baik terhadap
sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.

BAB V
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA

A. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
B. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesianya.

35
BAB VI
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI

A. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas


profesinya dengan baik.
B. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB VII
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH NUSA BANGSA DAN TANAH AIR

A. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan-


ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam palayanan KIA/ KB
dan kesehatan keluarga
B. Setiap bidan melalui profesinya berpatisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/ KB dan kesehatan keluarga.

BAB VIII
PENUTUP

Setiap bidan dalm malaksanakan tugasnya sehari-hari senatiasa menghayati dan


mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

36
POKOK-POKOK ETIKA PELAYANAN ANASTHESIA
PERAWATAN INTENSIF DAN EUTANASIA

A. PELAKSANAAN DAN EVALUASI PRA-ANESTHESIA


Evaluasi pra-anesthesia dilakukan oleh dokter spesialis anesthesi menilai kondisi pasien
sebelum pembedahan/ tindakan lain yang yang memerlukan anesthesia. Tujuannya agar
pasien dalam kondisi optimal untuk enestesia/ pembedahan.
Evaluasi pra-anesthesia hendaknya dilakukan oleh dokter spesialis anesthesi yang akan
melaksanakan dengan konsultasi pada dokter spesialis lainnya apabila diperlukan.
Evaluasi ini harus dilakukan untuk mempersiapkan pasien secara optimal, meskipun
pada keadaan darurat walaupun evaluasi dini seringkali tidak mungkin dilaksanakan.
1. Evaluasi pra- anesthesia mencakup :
a. Identifikasi jenis prosedur yang akan dilaksanakan.
b. Konfirmasi jenis prosedur yang akan dilaksanakan.
c. Konfirmasi dan pemeriksaan medis umum / khusus yang menyangkut penyakit
dan pengobatan pasien.
d. Konsultasi dengan dokter spesialis lain.
e. Informed consent yang ditandatangani disertai penjelasan tentang prosedur
anesthesia dan pembedahan kepada pasien dan keluarga.
f. Instruksi premedikasi yang diperlukan.

2. Penatalaksanaan anesthesia
a. Pemberitahuan anesthesia menjadi tanggung jawab dokter spesialis anesthesia.
b. Pasien yang diberikan anesthesia (dokter peserta program studi anestesiologi)
menjadi tanggung jawab Spesialis Anestesi yang bertugas.
c. Spesialis Anestesi yang bertanggung jawab harus berada dalam satu atap di
lingkungan rumah sakit dapat segera hadir jika diperlukan.
d. Setiap spesialis Anestesi yang bertugas pada saat yang bersamaan, hanya
bertanggung jawab maksimum pada tiga pasien yang dianestesi.
e. Pematauan pasien dilakukan sesuai standar pemantauan intra operatif

B. KEAMANAN PASIEN SELAMA ANESTHESIA


Mesin anesthesi harus dalam keadaan baik dan dikalibrasi. Bahaya munculnya
kebakaran akibat bunga api dan bahan anesthesi yang mudah meledak harus selalu
diwaspadai dan dihindari dengan memperhatikan peraturan-peraturan bahaya
kebakaran.
1. Bantuan dari paramedic
Untuk pelaksanaan anesthesia, dokter spesialis anestesi dapat dibantu oleh tenaga
paramedik. Tenaga bantuan tersebut harus dikualifikasikan dan diperlukan selama
persiapan, induksi, selama pemberian anesthesia dan pengakhiran anesthesia.
2. Penatalaksanaan pasien pulih anesthesia

37
Setelah pengakhiran anesthesia, pasien akan dievaluasi untuk penataan paska
anesthesia. Kemudian pasien dikirim ke kamar pulih untuk pemantauan fisiologis
yang diperlukan. Pemantauan dilakukan oleh perawat yang terlatih atau perawat
yang berpengalaman dalam bidang ini. Penatalaksanaan dilakukan oleh dokter yang
bertugas/ dokter spesialis yang bersangkutan. Pasien dipindah ke ruang perawatan
biasanya setelah keadaan stabil.

C. STANDAR PEMANTAUAN INTRA-OPERATIF


Standar ini berlaku untuk setiap pemberian anestesi/ analgesia di dalam ruang yang
disiapkan untuk prosedur ini, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pemberian
anesthesia/ analgesia. Standar ini dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
ilmu dan teknologi kedokteran/ anestesiologi.

D. STANDAR I (BERHUBUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA)


Tenaga anesthesia yang berkualitas harus berada di dalam kamar bedah selama
pemberian anesthesia/ analgesia. Tujuannya adalah apabila terjadi perubahan keadaan
pasien selama anesthesia, ahli anesthesia/ tenaga anesthesia bisa mengawasi pasien
dari dekat dan dapat memberikan tindakan yang diperlukan.
Pada keadaan darurat di tempat lain, tenaga ahli anesthesia dapat meninggalkan kamar
operasi jika diruang operasi yang tinggal tersebut terdapat tenaga ahli anesthesia yang
lain.

E. STANDAR II
Selama pemberian anesthesia/ analgesia, oksigenasi, sirkulasi darah dan suhu tubuh
pasien dilakukan monitor secara terus menerus. Oksigenasi adalah memastikan bahwa
kadar oksigen di dalam gas inspirasi dan di dalam darah adekuat selama pemberian
anesthesia/ analgesia. Ventilasi di sini bahwa selama anesthesia/ analgesia, ventilasi
pasien adekuat. Sirkulasi (darah bertujuan untuk memastikan bahwa selama pemberian
anesthesia, sirkulasi darah cukup baik guna memberikan perfusi darah ataupun jaringan-
jaringan vital dan perifer. Suhu tubuh juga harus dipertahankan seama anesthesia/
analgesia.

F. PERAWATAN DAN TERAPI INTENSIF (ICU)


Pelayanan ICU meliputi :
1. Diagnostik dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut yang mengancam nyawa di
dalam waktu singkat.
2. Pemberian bantuan dan pengambilan fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
penatalaksanaan spesifik masalah dasar yang ada.
3. Pemantauan fungsi vital tubuh terhadap komplikasi yang terjadi.
4. Penatalaksaan untuk mencegah komplikasi yang lebih jauh dari keadaan koma,
imobilisasi yang lama, stimulasi berlebihan dan hilangnya daya sensor.
5. Pemberian bantuan emosional dan psikologis terhadap pasien yang hidupnya
tergantung pada alat Bantu/ pada orang lain.
6. Ruang intensif berbeda dari ruang perawatan biasa oleh karena harus mempunyai
kemampuan pelayanan tertentu atau maksimal seperti :
a. Resusitasi jantung, paru

38
b. Penatalaksanaan jalan nafas, antara lain intubasi endoktrakea, trakheostosmi,
ventilasi.
c. Terapi Oksigen.
d. Pemantauan EKG.
e. Pelayanan laboratorium yang lengkap dan cepat.
f. Pelayanan bantuan nutrisi (parenteral/ enteral).
g. Terapi bantuan nutrisi (parenteral/ enteral).
h. Terapi titrasi intervensi dengan pompa infuse/ pompa injeksi.
i. Alat-alat Bantu hidup protabel untuk transport pasien.
Cara kerja dan hubungan dokter ahli anestesiologi dan dokter ahli lain di dalam merawat
pasien ICU diatur berdasarkan kesepakatan bersama.

G. EUTANASIA
Kita kenal dua jenis Eutanasia, yaitu Eutanasia aktif dan pasif. Eutanasia aktif :
mempercepat kematian pasien melalui tindakan medis yang direncanakan, merupakan
tindakan yang melanggar hukum KUHP pasal 344, 345 dan 304. Eutanasia pasif :
penghentian segala pengobatan dan upaya yang tidak berguna lagi pada pasien dalam
keadaan saat berat (terminal) demi kepentingan pasien itu sendiri baik atas permintaan
pasien atau keluarga terdekat.
Eutanasia pasif dapat dikerjakan dengan fatwa IDI dengan memakai Triase Gawat
Darurat yang dikeluarkan IDI. Seorang dinyatakan mati, jika : Fungsi spontan pernafasan
dan jantung berhenti secara pasti atau irreversible sebagai bukti telah terjadi kematian
batang otak. Upaya resusitasi darurat dapat diakhiri jika diketahui kemudian bahwa
pasien telah berada pada stadium tertentu dan penyakit yang tidak yakin dapat
disembuhkan lagi, atau hampir dapat dipastikan pasien tidak memperoleh kembali fungsi
serebralnya.
1. Terdapat tanda-tanda klinis mati otak :
a. Terdapat tanda-tanda mati jantung selama 30 menit (garis datar pada EKG).
b. Penolong terlalu lelah sehingga tidak dapat melanjutkan upaya resusitasi.
2. Diagnosis mati batang otak
Tes yang perlu menunjukkan bahwa batang otak tidak berfungsi lagi hanya
memerlukan waktu yang singkat. Tanda-tanda hilangnya fungsi batang otak adalah
a. Koma
b. Tidak ada sikap abnormal (dekortikasi, desebrasi)
c. Tidak ada serangan dari stimulasi korteks (kejang/ seizure)
d. Tidak ada refleks batang otak
e. Tidak ada pernafasan spontan
f. Tes fungsi batang otak dilakukan sesuai dengan rekomendasi dan dapat ulang
jika ada keragu-raguan.
3. Penghentian tindakan terapeutik/ intensif
g. Jika dapat membuktikan bahwa fungsi batang otak sudah mati, maka pasien
dinyatakan telah mati, meskipun jantung masih berdenyut (fungsi otonom).

39
h. Jika pasien dalam keadaan gawat dan tidak mungkin di tolong dengan
pengobatan yang ada, meskipun diagnosis mati batang otak belum di tegakkan,
maka penghentian pengobatan telah dapat dimulai.
i. Sesuai dengan kondisi pasien, penghentian terapi terapeutik/ paliatif dapat
dilakukan secara bertahap yaitu sebagai berikut :
1) Untuk pengakhiran resusitasi jangka panjang dipergunakan criticak care
triage.
2) Bantuan total fungsi hidup apabila kerusakan organ belum / tidak reversible.
3) Semua diusahakan kecuali resusitasi jantung paru pada pasien dengan
fungsi yang masih ada akan tetapi menderita suatu penyakit yang tidak
dapat disembuhkan lagi, misalnya pasien penyakit keganasan tingkat akhir.
4) Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa bagi pasien yang jika diberi
tindakan tertentu, tampaknya hanya memperpanjang proses kematian dan
bukan kehidupan. Misalnya pasien dengan fungsi otak minimal tanpa
harapan sehingga tidak ada kemungkinan untuk human mentation.
5) Pengakhiran semua bantuan hidup untuk pasien dengan penghentian
fungsi batang otak yang irreversible, kecuali ada perencanaan donasi organ
tertentu.

H. TINDAKAN LUAR BIASA


Yang digolongkan dalam tindakan luar biasa adalah :
1. Perawatan ICU
2. Pengendalian distrimia jantung
3. Intubasi endotrakheal
4. Ventilasi mekanis
5. Infus I.V, obat vaso aktif kuat
6. Nutrisi parenteral total
Keputusan mengentikan tindakan luar biasa untuk bantuan hidup adalah merupakan
keputusan medis. Hal ini harus dibuat oleh dokter-dokter yang berpengalaman setelah
mengadakan konsultasi dengan dokter ahli anesthesiology, neurology dan juga
mempertimbangkan keinginan pasien atau keluarganya.
Bila keputusan yang diambil adalah membiarkan pasien meninggal secara wajar, maka
mesin ventilator dimatikan, dan diupayakan agar pasien bernafas secara spontan jika
upaya ini gagal, tetapi ventilator tidak diberikan lagi dan pasien di biarkan meninggal
secara alamiah. Akan tetapi jika pasien bernafas spontan kembali, maka terapi ventilator
dilanjutkan sampai ada indikasi untuk melepasnya.

40
POKOK – POKOK ETIKA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN DATA PASIEN (REKAM MEDIK)

A. PENDAHULUAN
Rekam medis rawat jalan dan rawat inap merupakan suatu dokumen atau alat informasi
dan komunikasi seorang pasien, baik terhadap dokter yang merawatnya, pegawai
administrasi rumah sakit, maupun terhadap keluarga pasien sendiri. Setiap dokter yang
memberikan pelayanan rawat jalan atau rawat inap, wajib membuat rekam medis dan
harus dibuat segera setelah pasien mendapat pelayanan/ tindakan. Dokter yang
memberi pelayanan/ tindakan bertanggung jawab penuh atas kebenaran rekam medis
yang dibuatnya. Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tanganyang jelas oleh
pemberi pelayanan/ tindakan.
1. Bentuk, Sifat, Kegunaan dan Penyimpanan
a. Bentuk disusun secara sistematik terdiri dari data identifikasi, masalah utama,
hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, rencana pengelolaan, tindak lanjut
penatalaksanaan, hasil pemeriksaan lanjut (follow up) dan catatan keperawatan
yang diberikan, serta catatan lain yang diperlukan. Rekam Medis harus mudah
cara pengisiannya dan berorientasi terhadap masalah.
b. Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/Per/III/
2008 tentang rekam medis, rekam medis sebagai suatu dokumen legal
disimpan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak terakhir pasien berobat.
Rekam medis harus dijaga kerahasiaannya. Pemaparan isi rekam medis hanya
dilakukan oleh dokter yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien, orang
tua atau yang bertanggung jawab. Disamping itu pimpinan sarana pelayanan
dapat memaparkan isi rekam medis tanpa seijin pasien, orang tua atau yang
bertanggungjawab berdasarkan peraturan/ perundang-undangan yang berlaku.
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilangnya,
rusaknya atau pemalsuan rekam medis dan penggunaan oleh orang atau badan
yang tidak berhak.
c. Rekam Medis untuk rawat jalan lebih sederhana dibandingkan dengan rawat
inap.
d. Rekam Medis dapat dipakai sebagai :
1) Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan.
2) Bahan pembuktian dalam perkara hokum.
3) Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan (tanpa menyebutkan
identitas pasien).
e. Penyerahan Rekam Medis
Rekam Medis harus sudah ada diserahkan ke Bagian Penyimpanan Rekam
Medis paling lambat 3 (tiga) hari setelah pasien dipulangkan.

2. Isi Data Rekam Medis


a. Identifikasi
Identifikasi meliputi nama dan umur pasien, nomor rekam medis, alamat,
pekerjaan dan pendidikan. Identifikasi ini harus ditempatkan pada sampul
bagian muka dari rekam medis.

41
b. Data dasar
c. Masalah yang dihadapi/ keluhan saat ini
Riwayat penyakit terdahulu
1) Riwayat keluarga/ makanan
2) Khusus untuk pasien anak, rekam medis juga harus memuat riwayat
perinatal, tumbuh kembang dan imunisasi.
3) Pemeriksaan jasmani
4) Hasil Pemeriksaan penunjang
5) Rencana dan tindakan yang diberikan
6) Ringkasan
d. Data Masalah utama
Dalam data ini disebutkan diagnosis kerja, diagnosis banding dan catatan lain
yang berkaitan dengan masalah yag dihadapi.
e. Pengelolaan
Pengelolaan, pemeriksaan khusus dan konsultasi.
f. Bila perlu tindakan yang dapat menimbulkan resiko diperlukan persetujuan
tertulis dari pasien, orang tua atau keluarga.
g. Tindak lanjut :
Disusun dengan pendekatan sistem SOAP. Catatan mengenai perawatan
selama dirawat dirumah sakit, konsultasi, korespondensi dan kunjungan gawat
darurat. Data tersebut harus merupakan kelengkapan dari rekam medis yang
harus dicantumkan dalam arsip utama.

3. Organisasi dan pemeliharaan rekam medis


a. Ukuran rekam medis disesuaikan dengan keadaan setempat
b. Tersedia tempat penyimpanan dan terjsmin kerahasiaannya
c. Rekam medis tidak diijinkan dibaw keluar ruangan tempat penyimpanan rekam
medis tanpa seijin pimpinan rumah sakit.
d. Rekam medis hanya boleh dipinjamkan kepada dokter yang mengadakan
penelitian dengan seijin pimpinan rumah sakit. Dokter yang meminjam rekam
medis bertanggung jawab atas kerahasiaan, kelengkapan dan keutuhan rekam
medis yang dipinjamnya.

4. Penelusuran informasi
a. Tulisan harus jelas dan mudah dibaca
b. Dihindarkan singkatan yang tidak lazim

5. Indeks penyakit
a. Penetapan diagnosis berdasarkan International Code of Disease/ WHO (ICD)
atau Depkes RI tahun terbaru.
b. Untuk penyakit kronik yang memerlukan kontrol, perlu dibuat cara pengenalan
khusus agar rekam medis tersebut mudah dan cepat dapat ditelusuri kembali.

42
B. ETIKA DAN PERILAKU PETUGAS RUMAH SAKIT DALAM PENGISIAN REKAM
MEDIS
1. Etika dan perilaku Dokter
Sesuai dengan keahliannya, dokter merupakan petugas rumah sakit yang bertugas
dan bertanggung jawab dalam pengisian data pasien / rekam medis, baik pasien
yang sedang dirawatnya maupun yang dikonsultasikan kepadanya. Dalam pengisian
rekam medis ini dokter harus benar-benar bekerja dengan berpegang teguh pada
ilmu yang didapatnya, disamping harus berpegangan pada sumpah jabatan sebagai
seorang dokter.

2. Etika dan Perilaku Paramedis Perawatan dan Non Perawatan


Paramedis perawatan dan paramedic non perawatan merupakan petugas rumah
sakit yang bertugas dan bertanggungjawab dalam pengisian data keperawatan
selama pasien dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, sesuai dengan kewenangan
yang diberikan kepadanya, pengisian data keperawatan yang diisi oleh dua petugas
ini harus benar-benar sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Apabila
pelaku-pelaku ini adalah tenaga yang masih dalam pendidikan, seluruh data yang
mereka cantumkan dalam data pasien / rekam medis harus disetujui dan harus
dibubuhi paraf atasannya.

3. Etika dan Perilaku tenaga administrasi Pasien


Tenaga administrasi pasien rumah sakit adalah petugas yang bertanggungjawab
dalam pengisian data non medis, sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien
meninggalkan rumah sakit.
Data yang dibuat oleh petugas administrasi rumah sakit, erat kaitannya dengan data
individual pasien, sehingga pengisian catatan, terutama dalam hal pencantuman
biaya akan sangat mempengaruhi kepentigan paien itu sendiri. Oleh karena itu,
selain diperlukan etika khusus mengenai hal-hal itu, perlu diciptakan suatu
mekanisme komunikasi tarif layanan rumah sakit, yang dikomunikasikan secara
terbuka, baik kepada seluruh petugas rumah sakit maupun kepada masyarakat.

43

Anda mungkin juga menyukai