PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat adalah suatu lembaga yang
merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang berfungsi melaksanakan
berbagai aspek pelayanan kesehatan baik preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun
promotif kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. RSUD Rantauprapat sebagai
rumah sakit rujukan harus mampu memberikan pelayanan yang aman, berkualitas,
dan menjunjung tinggi norma-norma etika, disiplin dan hukum sehingga pasien
sembuh dan dapat memberikan apresiasi yang tinggi atas pelayanan yang diberikan
rumah sakit.
Untuk mencapai hal tersebut, maka seluruh staf dan karyawan serta peserta
didik di rumah sakit harus berkomitmen memberikan pelayanan, bersikap dan
bertindak dengan empati, jujur, dan memiliki kepedulian yang tinggi. Oleh karena itu
dalam rangka membentuk tata kelola pelayanan di rumah sakit yang baik, harus
dibuat Pedoman Perilaku Pegawai (Code of Conduct) yang disusun sebagai standar
cerminan dari berbagai norma yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan di RSUD
RANTAUPRAPAT yang meliputi norma etik, tata krama, disiplin, dan norma hukum,
yang merupakan bagian dari budaya RSUD RANTAUPRAPAT untuk mencapai visi
dan misi. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) RSUD RANTAUPRAPAT diharapkan
mampu menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi sumber daya manusia
yang harmonis dan kondusif sehingga implementasinya baik dan benar.
B. Tujuan
1. Panduan Perilaku Pegawai (Code of Conduct) ini dibuat sebagai acuan bagi
setiap staf dan karyawan serta peserta didik, agar bersikap, bertindak,
menjalankan fungsi dan perannya baik sebagai penyedia layanan maupun
penyelenggara pendidikan dengan baik dan benar dalam memberikan pelayanan
kesehatan dengan empati, jujur, dan memiliki kepedulian yang tinggi baik di dalam
maupun di luar rumah sakit.
2. Agar RSUD RANTAUPRAPAT dapat melakukan evaluasi terhadap perilaku staf
dan karyawan serta peserta didik dengan parameter yang terstandar, dalam
1
memberikan pelayanan dan berinteraksi dengan pelanggan, baik internal maupun
eksternal.
3. Agar seluruh staf dan karyawan serta peserta didik RSUD RANTAUPRAPAT
memiliki sikap tindak, perilaku yang santun, dan profesional sejalan dengan nilai
budaya organisasi dalam konteks hubungan tenaga kesehatan dengan pasien/
keluarga pasien, dengan sesama staf dan karyawan serta peserta didik sehingga
dapat meningkatkan citra dan mutu pelayanan di RSUD RANTAUPRAPAT.
4. Agar seluruh staf dan karyawan serta peserta didik RSUD RANTAUPRAPAT
dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan aktivitas kegiatan pelayanan.
5. Untuk mengatur perilaku setiap staf dan karyawan serta peserta didik RSUD
RANTAUPRAPAT dalam menjalankan aktivitasnya demi terciptanya ketertiban,
keserasian, kenyamanan, kepatutan, dan kepantasan sesuai dengan norma yang
berlaku di lingkungan RSUD RANTAUPRAPAT.
6. Untuk pencegahan, deteksi, dan koreksi atas tindakan pegawai yang menyimpang
dari pedoman yang telah dibuat.
7. Agar tercipta sebuah lingkungan yang mendorong bagi setiap staf, karyawan, dan
peserta didik untuk melaporkan berbagai permasalahan dalam pelayanan
kesehatan tanpa rasa takut dan ragu.
8. Menciptakan pengendalian perilaku pegawai internal yang efektif untuk
mempertahankan praktik bisnis yang etis dan transparan
C. Ruang Lingkup
Pedoman Perilaku Pegawai (Code of Conduct) RSUD RANTAUPRAPAT ini
merupakan kodifikasi norma etika, disiplin, dan norma hukum yang mengikat
kewajiban bagi setiap staf dan karyawan serta peserta didik RSUD RANTAUPRAPAT
yang bekerja melaksanakan tugas sehari-hari sesuai tugas pokok, fungsi dan
kewenangan masing-masing.
D. Batasan Operasional
1. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Komite Etik dan
Hukum adalah unsur organisasi non struktural yang membantu kepala atau direktur
rumah sakit untuk penerapan etika rumah sakit dan hukum perumahsakitan.
2. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2
3. Kepala atau Direktur Rumah Sakit adalah pimpinan tertinggi di Rumah Sakit yang
bertugas memimpin penyelenggaraan Rumah Sakit.
4. Tata Kelola Etika dan Hukum adalah serangkaian proses yang terkait dengan
tindakan yang bersifat mengatur, membina, mengendalikan, dan mengawasi
perilaku pemberi pelayanan dan pengelola Rumah Sakit agar sesuai dengan nilai-
nilai dan hukum Rumah Sakit.
5. Panduan Etik dan Perilaku (Code of Conduct) adalah serangkaian petunjuk yang
berisikan etika perilaku umum, etika pelayanan, dan etika penyelenggaraan rumah
sakit sebagai suatu standart perilaku sumber daya manusia dan pengelolaan dalam
menjalankan pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan Rumah Sakit untuk
mewujudkan perilaku dan budaya kerja yang sesuai dengan visi dan misi Rumah
Sakit.
6. Etika Pelayanan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Etika Pelayanan adalah
sistem nilai atau kaidah perilaku dalam pelayanan klinis di Rumah Sakit .
7. Etika Penyelengaraan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Etika
Penyelenggaraan adalah sistem nilai atau kaidah perilaku institusi dalam
penyelenggaraan Rumah Sakit
8. Pedoman Etika Pelayanan adalah serangkaian petunjuk yang berisikan Etika
Pelayanan.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang –undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang –undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Undang –undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
4. Undang –undang No.36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
5. PP No.77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
6. PERMENKES No.42 Tahun 2018 Tentang Etika dan Hukum Rumah Sakit
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN
5
8) Rumah Sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan.
b. Kewajiban Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
1) Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik
masyarakat dan berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar
rumah sakit.
2) Rumah Sakit harus senatiasa menyesuaikan pelayanannya pada
harapan dan kebutuhan masyarakat setempat.
3) Rumah Sakit dalam menjalankan opersionalnya bertanggung jawab
herhadap lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang
merugikan masyarakat.
c. Kewajiban Terhadap Pasien
1) Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
2) Rumah Sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien,
dan tindakan apa yang hendak dilakukan.
3) Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent)
sebelum melakukan tindakan medik.
4) Rumah Sakit berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan
teknologi kedokteran.
5) Rumah Sakit harus menjaga rahasia pasien.
6) Rumah Sakit harus mengindahan hak pribadi (Privacy) pasien.
d. Kewajiban Terhadap Pimpinan, Staf dan Karyawan
1) Rumah Sakit harus menjamin agar pimpinan, staf dan karyawannya
senantiasa mematuhi etika profesi masing-masing.
2) Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat
dan tenaga lainnya berdasarkan nilai, norma dan standar ketenagaan.
3) Rumah Sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang
baik antara seluruh tenaga di rumah sakit dapat dipelihara.
9
tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan
pribadi.
(4) Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
(a) Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
(b) Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan kedokteran dalam segala
bentuk tanpa kebebasan profesi.
(c) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan
daya tahan mahluk insani baik jasmani maupun rohani
hanya dilakukan untuk kepentingan penderita.
(d) Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai
dengan jasanya kecuali dengan keiklasan, sepengetahuan
dan/atau kehendak penderita.
(5) Dokter wajib berhati-hati dalam mengumumkan dan
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru
yang belum diuji kebenarannya. Seorang dokter hendaknya
memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
(6) Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna, serta
berusaha menjadikan pendidikan dan pengabdi masyarakat
yang sebenarnya.
b) Kewajiban Terhadap Rumah Sakit
1) Dokter wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan
tata tertib yang berlaku di rumah sakit.
2) Dokter wajib untuk selalu menjaga dan mempertahankan
nama baik rumah sakit.
3) Dokter wajib mendukung dan melibatkan diri dalam usaha
rumah sakit untuk memajukan dan mengembangkan rumah
sakit.
4) Dokter wajib untuk memupuk rasa memiliki, rasa
persaudaraan dan loyalitas dalam satu ikatan keluarga besar
rumah sakit
5) Dokter wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara
10
tertulis dengan pihak rumah sakit.
c) Kewajiban Terhadap Pasien
1) Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajibannya melindungi hidup insani.
2) Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan menghormati hak-hak pasien.
3) Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada
penderita agar senatiasa dapat berhubungan dengan
keluarga dan penasehat dalam beribadah dan atau dalam
masalah lainnya.
4) Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk
kepentingan penderita.
5) Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi
kepada dokter yang lebih senior atau kepada dokter lain
yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
6) Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu tugas peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya.
7) Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib
melakukan pertolongan darurat dengan mendahulukan
keselamatan penderita daripada pertimbangan-pertimbangan
lain.
8) Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran
yang diketahui tentang seorang penderita, termasuk data
hasil pemeriksaan laboratorium, data dalam rekam medik
secara keseluruhan, bahkan juga setelah penderita itu
meninggal dunia.
9) Dokter wajib memberikan informasi yang memadai tentang
perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta resiko
yang dapat ditimbulkan dalam bahasa yang mudah
dimengerti oleh pasien.
10) Dokter wajib membuat informed consent atas setiap tindakan
medis yang mengandung resiko tinggi.
11
11) Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara
berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
12) Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau
dalam perjanjian yang telah dibuatnya.
13) Dokter wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain
yang terkait secara timbal balik dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
d) Kewajiban Terhadap Teman Sejawat
1) Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
2) Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari
teman sejawatnya, tanpa persetujuannya.
e) Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
1) Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya
dapat bekerja dengan baik.
2) Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia kepada
cita-citanya yang luhur.
2. Kewajiban Perawat
a) Perawat wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan
tata tertib yang berlaku di rumah sakit.
b) Perawat wajib memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Meliputi
pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi keperawatan,
evaluasi dan catatan keperawatan.
c) Perawat wajib memberikan informasi yang memadai tentang
perlunya tindakan asuhan keperawatan yang akan dilakukan
serta resiko yang dapat ditimbulkannya dalam bahasa yang
dapat dimengerti oleh pasien.
d) Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien atas
tindakan yang akan dilakukannya.
e) Perawat wajib menginformasikan keadaan pasien kepada
tenaga medis atau tenaga lain yang berkompeten sesuai
dengan kebutuhan pasien.
f) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar
12
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga.
15
pertimbangan-pertimbangan kebangsaan, kesukuan, agama, politik
kedudukan sosial dari pasien dan keluarganya.
9. Paramedis RSUD Rantauprapat senantiasa berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan sesuai dengan perkembangn ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menyebarluaskan pengetahuannya
kepada sesama perawat.
16
E. PROMOSI PEMASARAN RUMAH SAKIT
1. Pemberian informasi tentang hal-hal yang bersifat promosi, reklame dan
iklan serta marketing, dilaksanakan oleh bagian yang ditugaskan untuk hal
tersebut dengan tetap mengindahkan nilai-nilai etik.
2. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus menyatakan yang
sebenarnya dan sebaiknya menyatakan fakta yang signifikan, tidak
mencantumkan hal-hal yang menyesatkan masyarakat.
3. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus menahan diri dari
membuat pernyataan yang salah, menyesatkan atau tidak mendukung
pesaing atau produk/jasa pesaing.
4. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus bebas dari pernyataan,
ilustrasi atau implikasi yang menghina cita rasa yang baik atau kesopanan
masyarakat.
17
memecahkan masalah.
KOMITE MEDIK
Kompetensi klinis Dilakukan oleh Panel Pendisiplinan Profesi (dibentuk oleh Sub Komite)
Penatalaksanaan kasus medis Melalui proses pembuktian
Petugas Sekretariat Komite Medik mencatat proses pemeriksaan
Pelanggaran etik dan disiplin profesi Terlapor didampingi oleh personil dari RSUD Rantauprapat Surakarta
Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak Panel
sesuai dengan
dapat standarketerangan
menggunakan pelayanan ahlikedokteran di rumah sakit
sesuai kebutuhan
Ketidakmampuan bekerjasama dengan staf rumah sakitpemeriksaan
Seluruh yang dapat membahayakan
yang pasienprofesi bersifat tertutu
dilakukan panel disiplin
KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADA PELANGGARAN ETIK DAN DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN
18
A
.
b. ALUR II
B
1. Peringatan tertulis
2. Limitasi (reduksi) kewe-
nangan klinis (clinical
privilege)
3. Bekerja dibawah
supervisi dalam waktu
tertentu oleh orang
yang mempunyai
kewenangan untuk
pelayanan medis
tersebut
4. Pencabutan
kewenangan klinis
(clinical privilege)
sementara atau
selamanya
5. Pelaksanaan keputusan
DIREKTUR UTAMA
REKOMENDASI KOMITE MEDIK
19
4. Penyelesaian Masalah Etik Di RSUD RANTAUPRAPAT
a. Pelanggaran etika meliputi kelalaian yang tidak sesuai dengan etik
profesional, prosedur tetap yang disepakati kebiasaan atau cara-cara
yang telah lazim diberlakukan dengan suatu kesadaran dan
kesengajaan.
b. Pengaduan masalah etika dapat berasal dari unsur luar maupun dari
dalam RSUD RANTAUPRAPAT dan dapat diajukan kepada Direktur
maupun Tim Etika Rumah Sakit.
c. Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Etika Rumah Sakit dapat minta
bantuan/ pertimbangan dari badan-badan etika di luar RSUD
RANTAUPRAPAT seperti Ikatan profesi lainnya.
d. Keputusan dan penerapan sanksi dari pelanggaran etika dilakukan
oleh Direktur setelah mempertimbangkan masukan, saran dan
pertimbanagan dari Tim Etika Rumah Sakit.
e. Jika pelanggaran etika dilakukan oleh peserta didik, keputusan
diteruskan ke lembaga pendidikan yang bersangkutan dan selanjutnya
sanksi diberikan.
5. Tatacara Menghadapi
Wartawan Prosedur :
a. Dokter wajib menyimpan rahasia kedokteran mengenai penderita.
b. Dokter pada umumnya tidak ada hubungan dengan wartawan.
c. Dokter jangan melayani seseorang yang mengaku sebagai wartawan
lewat pembicaraan telepon atau yang tidak menunjukkan Kartu
Wartawan.
d. Dokter berhak meminta wartawan menunjukan Kartu Wartawan yang
masih berlaku.
e. Sebaiknya dokter segera membuat fotokopy kartu karyawan tersebut.
f. Dokter jangan melayani wartawan di tempat umum, sebaiknya di kamar
kerja atau kamar praktek.
g. Dokter sebaiknya merekam seluruh pembicaraan dengan wartawan
dengan tape recorder.
h. Dokter jangan membicarakan kasus tertentu dengan wartawan, kecuali
kalau Suami/istri penderita yang bersangkutan atau Ayah/ibu penderita
yang bersangkutan.
20
i. Dokter sebaiknya selalu memberi penyuluhan kesehatan kepada
wartawan.
j. Dokter sebaiknya selalu melayani wartawan dengan memberikan
jawaban tertulis atau pertanyaan wartawan yang tertulis juga kalau
pembicaraan itu tidak direkam.
k. Dokter jangan terpengaruh oleh gertak/ intimidasi maupun perasaan/
Chantage oleh wartawan.
21
j. Dokter sebaiknya hanya melayani pengacara dengan memberikan
jawaban tertulis atas pernyataan tertulis juga kalau pembicaraan itu
tidak direkam.
b. Kriteria persetujuan
1) Eksperimen tidak boleh dilaksanakan jika tidak ada persetujuan dari
orang percobaan, pasien bukan pasien. Orang percobaan pasien
bukan pasien selengkap mungkin mendapat informasi dan tidak
boleh ada informasi tertentu yang dirahasiakan oleh peneliti.
Persetujuan setelah penjelasan ini disebut sebagai “informed
consent”
2) Penjelasan secukupnya dengan bahasa yang dipahami oleh
23
penderita.
3) Orang yang memberi persetujuan tersebut harus mempunyai
kapasitas legal, mempunyai kemampuan mengambil keputusan
dengan bebas tanpa tekanan dari luar.
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
24
Lampiran II : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
25
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), bersama ini menyampaikan “KODE ETIK RUMAH
SAKIT”
BAB II
KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
Pasal 2
Rumah Sakit sebagai suatu institusi harus dapat mengawasi serta bertanggung
jawab terhadap semua kejadian di rumah sakit (Corporate Liability).
Pasal 3
Rumah Sakit harus memberikan pelayanan yang baik (duty of care) Rumah Sakit
wajib memberikan pertolongan emergency tanpa mengharuskan pembayaran uang
muka lebih dulu.
Pasal 4
Rumah Sakit harus memelihara Rekam Medis dengan baik.
Pasal 5
Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
26
Pasal 6
Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain, jika tidak tersediannya peralatan
atau tenaga yang dibutuhkan pasien.
BAB III
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN
Pasal 7
Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 8
Rumah Sakit harus memberika penjelasan apa yang hendak dilakukan.
Pasal 9
Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent) sebelum
melakuka suatu tindakan medik.
Pasal 10
Rumah Sakit harus mengindahkan hak pribadi (Privacy) pasien.
Pasal 11
Rumah Sakit harus menjaga Rahasia pasien.
BAB IV
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP STAF
Pasal 12
Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf.
Pasal 13
Dokter rumah sakit harus mengadakan koordinasi serta hubungan yang baik antara
seluruh tenaga Rumah sakit.
27
Pasal 14
Rumah Sakit harus mengawasi agar segala sesuatu dilakukan berdasarkan standar
profesi yang berlaku.
Pasal 15
Rumah Sakit harus berlaku adil tanpa pilih kasih.
BAB V
KEWAJIBAN TENAGA KERJA
Pasal 16
Menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 17
Melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
Pasal 18
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 19
Tidaklah etik seorang dokter : Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
Pasal 20
Melaksanakan secara sendiri atau bersama-sama penerapan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
Pasal 21
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan mahluk insani
baik jasmani maupun rohani hanya dilakukan untuk kepentingan penderita.
Pasal 22
Berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau
pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.
28
Pasal 23
Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Pasal 24
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna,
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 25
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani.
Pasal 26
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada
dokter yang lebih senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut.
Pasal 27
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehat dalam beribadah dan atau
dalam masalah lainnya.
Pasal 28
Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan pertolongan darurat
dengan mendahulukan keselamatan penderita daripada pertimbangan-pertimbangan
lain.
Pasal 29
Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.
Pasal 30
Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang diketahuinya
termasuk data hasil pemeriksaan laboratorium data dalam rekam medik secara
keseluruhan.
29
Pasal 31
Dalam memeriksa pasien seorang wanita, disamping menerapkan tata sopan santun
secara umum, pemeriksaan di dalam kamar periksa sebaiknya dokter di dampingi
seorang perawat wanita.
Pasal 32
Terhadap jenasah, baik untuk kepentingan pendidikan mahasiswa kedokteran
maupun untuk kepentingan visum et repertum setiap dokter, mahasiswa kedokteran
dan semua tenaga kesehatan lainnya haruslah bersikap hormat layaknya
menghadapi orang yang masih hidup.
BAB VI
TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ETIK
Pasal 33
Pengaduan pelanggaran etik rumah sakit dapat berasal dari :
Intern : Unit Kerja Fungsional, Unit kerja struktural.
Eksternal : Perorangan/ Pasien ini dapat langsung ke direktur atau lewat
Polisi, Kejaksaan, LBH ataupun instansi lain.
Pasal 34
Pengaduan ini ditujukan langsung kepada Direktur Rumah Sakit.
Pasal 35
Direktur Rumah Sakit meneruskan masalah tersebut kepada Panitia Etika Rumah
Sakit.
Pasal 36
PERS melakukuan penyelidikan terhadap masalah tersebut dengan mengumpulkan
informasi dengan penelitian rekam medis, menghubungi unit kerja ataupun mereka-
mereka yang berhubungan dengan masalah.
Pasal 37
Apabila pelenggaran ini merupakan pelanggaran murni etik profesi maka PERS
dapat mengkonsultasikan kepada Ikatan Profesi yang bersangkutan.
30
Pasal 38
Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam sidang PERS.
Pasal 39
Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada direktur dalam memecahkan masalah.
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
31
Lampiran III : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
32
Pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan dan kedokteran, dengan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa telah merumuskan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang
diuraikan dalam pasal-pasal sebagai berikut :
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 4
Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insan
baik jasmani maupun rohani hanya diberikan untuk kepentingan penderita.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.
Pasal 7
Setiap dokter hanya diberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaanya seorang dokter harus mengutamakan,
33
mendahulukan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek
pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan dehabilitatif),
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam kerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter
lain yang mempunyai keahlian dalam bidang penyakit tersebut.
Pasal 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam masalah lainnya.
Pasal 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui yang diketahui
tentang seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu
memberikannya.
34
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA
Pasal 15
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari temann sejawatya, tanpa
persetujuannya.
Pasal 18
Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.
PENUTUP
Pasal 19
Setiap dokter harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan dalam pekerjaan sehari-hari Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEK) hasil musyawarah Kerja Nasional Kedokteran II demi untuk mengabdi
kepada masyarakat Bangsa dan Negara.
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
35
Lampiran IV : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
36
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin.
DIREKTUR
38
Lampiran V : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
39
b. Hendaknya menjauhkan diri dari tindakan/ perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
40
Lampiran VI: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
Dengan rahamt Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur
demi tercapainya :
a. Masyarakat yang adil dan makmur bedasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
b. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
c. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA
42
B. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenagan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan
konsultasi dan atau rujukan.
C. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan kita.
BAB IV
KEWAJIBAN BIDAN TERHAPAP SEJAWAT
DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA
BAB V
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA
A. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
B. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
C. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesianya.
BAB VI
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI
43
BAB VII
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH
NUSA BANGSA DAN TANAH AIR
BAB VIII
PENUTUP
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
44
Lampiran VII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
2. Penatalaksanaan anesthesia
a. Pemberitahuan anesthesia menjadi tanggung jawab dokter spesialis
anesthesia.
b. Pasien yang diberikan anesthesia (dokter peserta program studi
anestesiologi) menjadi tanggung jawab Spesialis Anestesi yang
bertugas.
45
c. Spesialis Anestesi yang bertanggung jawab harus berada dalam satu
atap di lingkungan rumah sakit dapat segera hadir jika diperlukan.
46
yang diperlukan.
Pada keadaan darurat di tempat lain, tenaga ahli anesthesia dapat
meninggalkan kamar operasi jika diruang operasi yang tinggal tersebut terdapat
tenaga ahli anesthesia yang lain.
E. STANDAR II
Selama pemberian anesthesia/ analgesia, oksigenasi, sirkulasi darah dan suhu
tubuh pasien dilakukan monitor secara terus menerus. Oksigenasi adalah
memastikan bahwa kadar oksigen di dalam gas inspirasi dan di dalam darah
adekuat selama pemberian anesthesia/ analgesia. Ventilasi di sini bahwa
selama anesthesia/ analgesia, ventilasi pasien adekuat. Sirkulasi (darah
bertujuan untuk memastikan bahwa selama pemberian anesthesia, sirkulasi
darah cukup baik guna memberikan perfusi darah ataupun jaringan- jaringan
vital dan perifer. Suhu tubuh juga harus dipertahankan seama anesthesia/
analgesia.
G. EUTANASIA
Kita kenal dua jenis Eutanasia, yaitu Eutanasia aktif dan pasif. Eutanasia
aktif : mempercepat kematian pasien melalui tindakan medis yang direncanakan,
merupakan tindakan yang melanggar hukum KUHP pasal 344, 345 dan 304.
Eutanasia pasif : penghentian segala pengobatan dan upaya yang tidak berguna
lagi pada penderita dalam keadaan saat berat (terminal) demi kepentingan
pasien itu sendiri baik atas permintaan pasien atau keluarga terdekat.
Eutanasia pasif dapat dikerjakan dengan fatwa IDI dengan memakai Triase
Gawat Darurat yang dikeluarkan IDI. Seorang dinyatakan mati, jika: Fungsi
spontan pernafasan dan jantung berhenti secara pasti atau irreversible sebagai
bukti telah terjadi kematian batang otak. Upaya resusitasi darurat dapat diakhiri
jika diketahui kemudian bahwa pasien telah berada pada stadium tertentu dan
penyakit yang tidak yakin dapat disembuhkan lagi, atau hampir dapat dipastikan
pasien tidak memperoleh kembali fungsi serebralnya.
1. Terdapat tanda-tanda klinis mati otak :
a. Terdapat tanda-tanda mati jantung selama 30 menit (garis datar pada EKG).
b. Penolong terlalu lelah sehingga tidak dapat melanjutkan upaya resusitasi.
2. Diagnosis mati batang otak
Tes yang perlu menunjukkan bahwa batang otak tidak berfungsi lagi hanya
memerlukan waktu yang singkat. Tanda-tanda hilangnya fungsi batang otak
adalah
a. Koma
b. Tidak ada sikap abnormal (dekortikasi, desebrasi)
c. Tidak ada serangan dari stimulasi korteks (kejang/ seizure)
d. Tidak ada refleks batang otak
e. Tidak ada pernafasan spontan
f. Tes fungsi batang otak dilakukan sesuai dengan rekomendasi dan dapat
ulang jika ada keragu-raguan.
48
3. Penghentian tindakan terapeutik/ intensif
a. Jika dapat membuktikan bahwa fungsi batang otak sudah mati, maka
pasien dinyatakan telah mati, meskipun jantung masih berdenyut (fungsi
otonom).
b. Jika pasien dalam keadaan gawat dan tidak mungkin di tolong dengan
pengobatan yang ada, meskipun diagnosis mati batang otak belum di
tegakkan, maka penghentian pengobatan telah dapat dimulai.
Sesuai dengan kondisi pasien, penghentian terapi terapeutik/ paliatif dapat
dilakukan secara bertahap yaitu sebagai berikut :
a. Untuk pengakhiran resusitasi jangka panjang dipergunakan critical care
triage.
b. Bantuan total fungsi hidup apabila kerusakan organ belum / tidak
reversible.
c. Semua diusahakan kecuali resusitasi jantung paru pada pasien dengan
fungsi yang masih ada akan tetapi menderita suatu penyakit yang tidak
dapat disembuhkan lagi, misalnya penderita penyakit keganasan tingkat
akhir.
d. Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa bagi pasien yang jika diberi
tindakan tertentu, tampaknya hanya memperpanjang proses kematian dan
bukan kehidupan. Misalnya pasien dengan fungsi otak minimal tanpa
harapan sehingga tidak ada kemungkinan untuk human mentation.
e. Pengakhiran semua bantuan hidup untuk pasien dengan penghentian
fungsi batang otak yang irreversible, kecuali ada perencanaan donasi
organ tertentu.
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
50
Lampiran VIII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
I. PENDAHULUAN
Rekam medis rawat jalan dan rawat inap merupakan suatu dokumen atau
alat informasi dan komunikasi seorang pasien, baik terhadap dokter yang
merawatnya, pegawai administrasi rumah sakit, maupun terhadap keluarga
pasien sendiri. Setiap dokter yang memberikan pelayanan rawat jalan atau rawat
inap, wajib membuat rekam medis dan harus dibuat segera setelah penderita
mendapat pelayanan/ tindakan. Dokter yang memberi pelayanan/ tindakan
bertanggung jawab penuh atas kebenaran rekam medis yang dibuatnya. Rekam
Medis harus dibubuhi nama dan tanda tanganyang jelas oleh pemberi
pelayanan/ tindakan.
52
5. Pengelolaan
Pengelolaan, pemeriksaan khusus dan konsultasi.
6. Bila perlu tindakan yang dapat menimbulkan resiko diperlukan
persetujuan tertulis dari penderita, orang tua atau keluarga.
7. Tindak lanjut :
Disusun dengan pendekatan sistem SOAP. Catatan mengenai
perawatan selama dirawat dirumah sakit, konsultasi, korespondensi dan
kunjungan gawat darurat. Data tersebut harus merupakan kelengkapan
dari rekam medis yang harus dicantumkan dalam arsip utama.
D. Penelusuran informasi
1. Tulisan harus jelas dan mudah dibaca
2. Dihindarkan singkatan yang tidak lazim
E. Indeks penyakit
1. Penetapan diagnosis berdasarkan International Code of Disease/ WHO
(ICD) atau Depkes RI tahun terbaru.
2. Untuk penyakit kronik yang memerlukan kontrol, perlu dibuat cara
pengenalan khusus agar rekam medis tersebut mudah dan cepat dapat
ditelusuri kembali.
53
kepadanya. Dalam pengisian rekam medis ini dokter harus benar-benar
bekerja dengan berpegang teguh pada
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
54
Lampiran VIII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
55
2. Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang klien
karena kepercayaan yang diberikan kepadanya dan bilamana
diperlukan oleh hokum.
3. Dalam memberikan pelayanan gizi harus bertindak sesuai dengan
kemampuan yang di tuntut oleh profesi.
4. Wajib mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya dibidang gizi
dan bidang yang berkaitan serta mengamalkan kepada masyarakat.
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
57
Lampiran VIII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
1. KEWAJIBAN UMUM
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian
tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan
dan kemandirian profesi.
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri sendiri.
5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap
penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-
hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui
suatu proses analisis secara komprehensif.
7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien
atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan
teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam
Menangani masalah klien atau masyarakat.
58
9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-
hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan klien atau masyarakat.
10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-
benarnya.
11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
59
4. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP DIRI SENDIRI
1. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktekan hidup bersih dan
sehat supaya dapat bekerja dengan baik.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang-
bidang lain yang terkait.
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
60
Lampiran VIII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RANTAUPRAPAT.
Nomor :
Tanggal :
62
Tenaga teknik elektromedik tugasnya harus melakukan informasi
tertulis dalam melakukan modifikasi dan hasil diagnosa.
Tenaga teknik elektromedik senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan teknik elektromedik.
6. Kewajiban tenaga teknik elektromedik terhadap diri sendiri:
Tenaga teknik elektromedik melaksanakan tugasnya harus
senantiasa memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.
Tenaga teknik elektromedik senantiasa mempunyai motivasi untuk
meningkatkan kemampuannya.
Tenaga teknik elektromedik senantiasa mengutamakan kepentingan
umum diatas kepentingan diri sendiri.
Ditetapkan di RANTAUPRAPAT
Pada tanggal : 1 September 2022
DIREKTUR
1. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) merupakan perangkat organisasi rumah sakit di
bentuk di Rumah Sakit dalam rangka membantu pimpinan rumah sakit
menerapkan Kode Etik Rumah Sakit di rumah sakit.
2. Pembentukan KERS adalah wajib
3. Ketua dan Anggota KERS dipilih dan diangkat oleh Direktur/Pimpinan Rumah
Sakit, untuk selama masa bakti tertentu. KERS sekurang-kurangnya harus terdiri
dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan 2 (dua) orang
Anggota, dengan jumlah seluruhnya paling banyak 7 (tujuh) orang.
4. Keanggotaan KERS harus mewakili berbagai profesi di dalam rumah sakit.
5. Dalam struktur organisasi rumah sakit, posisi KERS setingkat direktur rumah
sakit dan komite medik rumah sakit. Selain itu KERS juga bisa berada di bawah
direktur rumah sakit dan setingkat komite medik rumah sakit.
6. Komite etik rumah sakit bertanggung jawab langsung kepada pimpinan rumah
sakit atau yang mengangkatnya.
7. Bila dipandang perlu anggota KERS dapat berasal dari individu di luar rumah
sakit
8. Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota KERS: berjiwa Pancasila, memiliki
integritas, kredibilitas sosial, dan profesional. Ia juga memiliki kepedulian dan
kepekaan terhadap masalah sosial, lingkungan, dan kemanusiaan.
9. Keanggotaan KERS diupayakan tidak dirangkap dengan jabatan-jabatan
struktural di rumah sakit.
Pasal 4
Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab KERS
KOMITMEN PERILAKU
1. Ketentuan Umum
Secara garis besar komitmen perilaku staf dan karyawan serta peserta didik
RSUDRANTAUPRAPAT adalah:
a. Menjunjung tinggi norma moral, kesusilaan, dan kesopanan yang dianut oleh
masyarakat Indonesia
b. Menjaga nama baik RSUD RANTAUPRAPAT
c. Saling menghormati dan menjalin hubungan baik dengan sesama staf,
karyawan, serta peserta didik RSUD RANTAUPRAPAT maupun dengan
pasien, keluarga, pengunjung, dan anggota masyarakat yang berada di
lingkungan RSUD RANTAUPRAPAT
d. Menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan dan keselamatan kerja di
lingkungan RSUD RANTAUPRAPAT
e. Berusaha untuk menjaga, melindungi, dan bertanggung jawab dalam
pemakaian aset milik RSUD RANTAUPRAPAT
f. Saling menegur sapa apabila bertemuan dengan sesama staf, karyawan,
serta peserta didik RSUD RANTAUPRAPAT
3. Perilaku Profesional
Staf dan karyawan serta peserta didik RSUD RANTAUPRAPAT akan
bersikap dan berperilaku profesional sesuai Kode Etik Profesi dan/atau Kode Etik
Pegawai RSUD RANTAUPRAPAT dalam bentuk:
a. memberikan pelayanan kesehatan di RSUD RANTAUPRAPAT, akan bekerja
sesuai standar prosedur operasional dan standar profesi.
b. senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.
c. mematuhi kode etik profesi
d. tidak menutup diri terhadap perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit merupakan bagian tak terpisahkan dari
tata kelola rumah sakit yang baik, namun disadari bahwa pedoman ini tidak dapat
mengarahkan seluruh tindakan yang tepat pada setiap situasi. Oleh karenanya
RSUD RANTAUPRAPAT sangat mengandalkan setiap insan untuk selalu berpikir
dan bertindak secara benar dan tepat dalam situasi dan kondisi yang dihadapi
dengan mengedepankan kepentingan rumah sakit. perilaku ini dapat dikenakan
sanksi moral, administratif dan/ atau disiplin sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Staf, karyawan, serta peserta didik RSUD Ranrauprapat yang dikenakan
sanksi moral dan tidak bersedia mengajukan permohonan maaf secara lisan dan/
atau tertulis atau membuat pernyataan penyesalan dapat dijatuhi hukuman disiplin
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjaga kesesuaian, panduan perilaku ini akan dikaji secara berkala
dan diperbaharui sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan RSUD
Rantauprapat, pemangku kepentingan, dan terutama mutu serta keselamatan
pasien.