PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang pada dasarnya merupakan
suatu pengabdian kepada kepentingan masyarakat banyak,
dewasa ini telah berkembang menjadi suatu unit sosio-ekonomi yang makin hari
makin kompleks permasalahannya. Kompleksitas permasalahan di rumah sakit itu.
Antara lain karena dualisme fungsi rumah sakit seperti tersebut di atas sering
menimbulkan persepsi serta harapan masyarakat yang tersusun oleh berbagai unsur
profesi tidak jarang dapat menimbulkan permasalahan tersendiri. Oleh karena itu
perlu suatu pengelolaan yang cermat dan seksama agar para professional dapat
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya demi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Berbagai profesi yang bekerja di rumah sakit didasari oleh kode etik profesi
masing-masing, yang dijadikan tatanan perilaku masing-masing profesi tersebut.
Tatanan perilaku ini hanya dapat dipahami oleh nurani masing-masing profesi
sehingga perilaku suatu profesi sering sulit dipahami oleh profesi lain.
Kode Etik Rumah Sakit adalah norma yang diharapkan untuk dijadikan tatanan
perilaku bagi setiap anggota masyarakat rumah sakit yang multi profesi tersebut.
Pengaturan perilaku yang dimaksud disini menekankan pada perilaku masing-masing
profesi dalam pengamalan profesinya agar dapat menghasilkan manfaat yang optimal
bagi semua pihak. Selain itu kode etik rumah sakit diharapkan dapat merupakan
jaminan bagi semua profesi untuk dapat melakukan profesinya dengan tenang dan
aman. Selain itu profesi pelayanan kesehatan kesehatan selalu berhadapan dengan
resiko yang melekat. Walaupun telah bekerja dengan hati-hati, resiko yang melekat
sulit dihilangkan sama sekali.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan disegala bidang dewasa ini akan
mendorong serta memperbesar kemungkinan terjadinya resiko. Etika rumah sakit
merupakan pegangan yang dapat menuntun kearah penyempurnaan fungsi rumah sakit
agar kode etik dapat ditegakkan. Usaha-usaha tersebut tentu saja harus dilaksanakan
oleh orang-orang yang mengerti benar tentang kode etik rumah sakit serta kode etikkode etik dari
berbagai profesi yang ada di rumah sakit.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman dan Tatalaksana Komite Etik di Rumah Sakit Brayat
Minulya Surakarta meliputi pengendalian perilaku dokter, perawat dan tenaga
penujang lainya agar dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan
berpedoman pada etika-etika yang baku baik etika perumahsakitan, etika kedokteran,
perawatan maupun etika lainnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. PENERAPAN ETIKA RUMAH SAKIT SECARA UMUM
Pengelolaan Rumah Sakit yang efisien dan efektif haruslah berdasarkan atas
dengan 3 (tiga) prinsip: Good Corporate Governance (GCG), Good Clinical Standard
(GCS); dan Good Ethical Practice (GEP). Ketiganya disebut sebagai TRILOGI Tata
Kelola Rumah Sakit. Di Indonesia maka istilah yang dipakai adalah Hospital Bylaw,
Medical Staff Bylaw dan Kode Etik Rumah Sakit.
Penyebab timbulnya kasus komplain di Rumah Sakit akhir-akhir ini
dipengaruhi banyak faktor. Pertama pelayanan yang tidak memenuhi standar minimal,
kemudian sistem pelayanan Rumah Sakit dan komunikasi yang buruk. Selanjutnya
Komite Medis & Keperawatan yang tidak berfungsi baik dibarengi dengan standar
profesi yang sudah tidak update. Selain itu Pengamalan Etika RUMAH SAKIT tidak
sempurna dan Pengetahuan & Keberanian pasien meningkat seiring dengan
banyaknya informasi di media maya. Tidak ketinggalan faktor banyaknya pengacara/
media/ organisasi yang “proaktif” mendekati pasien yang tidak puas terhadap
pelayanan Rumah Sakit.
Tenaga kesehatan merupakan tenaga yang sangat penting dalam organisasi
rumah sakit. Perilaku dokter, perawat dan tenaga penujang lainya mempunyai andil
yang besar terhadap budaya dan mutu suatu rumah sakit . Oleh karena itu perilaku
tenaga tersebut perlu dijaga dengan berpedoman pada etika-etika yang baku baik etika
perumahsakitan, etika kedokteran, perawatan maupun etika lainnya. Selain perilaku
masing-masing tenaga kesehatan sangat dibutuhkan, agar rumah sakit dapat berfungsi
baik, mengingat di dalam rumah sakit terhadap tenaga kerja dari aneka disiplin
keilmuan yang mempunyai etik profesi masing-masing. Untuk menegakkan Good Ethical
Practice (GEP) ini rumah Sakit harus
membentuk komite etik rumah Sakit ( KERS ) yang juga merupakan syarat dari
operasional rumah sakit. Komite Etik Rumah Sakit diharapkan berperan secara aktif
menangani masalah etika institusi Rumah Sakit yang cakupannya lebih luas daripada
etika profesi, hukum, atau disiplin profesi. Selain itu KERS juga diharapkan membina
praktek Good Ethical Practice (GEP) dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
Kode Etik Kedokteran Indonesia yang telah dirumuskan beberapa tahun yang
lalu dan telah mendapat penyempurnaan pada tahun-tahun berikutnya, diterbitkan
kembali sebagai hasil Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteraan 11 Tahun 1981.
Kode Etik Kedokteran mutlak diperlukan sebagai panduan bagi setiap dokter dalam
melaksanakan tugasnya dapat mengetahui apa yang patut dan tidak patut dia lakukan
dalam melaksanakan tugas.
Rumah sakit di pihak lain yang merupakan tempat bekerja para dokter juga
perlu memiliki rambu-rambu yang serupa guna memberikan pedoman bagi semua
tenaga keja kesehatan yang bekerja di dalamnya. Demikian pula dengan etik Rumah
Sakit Indonesia merupakan landasan/ pedoman bagi penyelenggaraan Rumah Sakit di
seluruh Indonesia termasuk RS Karisma Cimareme Surakarta sehingga pemberian
pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya bagi pasien dapat tercapai dengan
baik, bermutu dan profesional.
B. FALSAFAH
1. Etika rumah sakit adalah tatanan perilaku masyarakat rumah sakit.
2. Perilaku dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan bercermin pada etika rumah
sakit akan menambah keserasian interaksi antar unsur-unsur masyarakat di dalam
maupun di luar rumah sakit.
3. Etika rumah sakit adalah dinamis yang setiap saat akan berkembang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, Ekonomi dan Budaya, oleh
karena itu perlu dibina, dikembangkan oleh satuan tugas tersendiri ialah Komite
Etik Rumah Sakit.
C. MISI
1. Menjaga keserasian hubungan antar berbagai profesi di lingkungan RS Brayat
Minulya agar dapat dikembangkan suasana yang konduktif bagi pelayan kesehatan
di rumah sakit yang bermutu serta menjaga keserasian hubungan antar rumah sakit
dengan masyarakat/ pasien.
2. Menjaga keserasian hubungan dengan rumah sakit lain/ pelayan kesehatan lain
serta dengan masyarakat/ pasien.
D. PERAN
1. Menentukan, menjaga serta mengembangkan etika di rumah sakit.
2. Memberikan saran-saran tentang penyelesaian permasalahan etik.
3. Sumber informasi bagi para dokter, perawat dan tenaga kesehatan di rumah sakit
dalam menghadapi masalah-masalah etika rumah sakit.
E. KEDUDUKAN KOMITE ETIK
Komite Etik Rumah Sakit Karisma Cimareme adalah suatu badan yang dibentuk oleh
Direktur sebagai refisi dan Tim penyelesaian sengketa, guna memberikan
pertimbangan untuk menangani masalah etik di Rumah Sakit. Bertanggung jawab
kepada Direktur RS Karisma Cimareme, bersifat Otonom.
F. KEANGGOTAAN KOMITE ETIK
1. Keanggotaan Komite Etik Rumah Sakit Karisma Cimareme
Terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan 4 (empat) Anggota terdiri dari
unsur-unsur : Direktorat SDM, Direktorat Keperawatan, Direktorat Medis, Bagian
Penunjang, Direktorat Umum dan Sekretaris.
Dalam penyelesaian kasus pelanggaran etik, komite dapat menambah anggota
2. Masa Jabatan
Masa jabatan anggota Kemite etik adalah 4 (empat ) tahun bila seseorang anggota
mengundurkan diri maka direktur menunjuk seorang pengganti dari unsur yang
bersangkutan.
Masa kerja/ jabatan tersebut segera berlaku setelah adanya pengesahan dari
direktur rumah sakit dengan mengeluarkan Surat Keputusan. Ketua dapat dipilih
untuk 2 x masa kepengurusan berturut-turut.
3. Syarat – Syarat Anggota Komite Etik
Syarat-syarat anggota Komite Etik Rumah Sakit, harus dipenuhi oleh seorang,
untuk dapat dipilih sebagai anggota Komite Etik Rumah Sakit adalah :
a. Taat kepada Tuhan Yang maha Esa.
b. Berkepribadian yang dapat diterima dan disegani, disertai profesionalisme yang
tinggi.
c. Peka dan responsive terhadap perkembangan masyarakat, lingkungan dan nilainilai
kemanusiaan dan kehidupan.
d. Berwibawa, bersih, jujur, sabar terbuka dan dapat menjaga rahasia dan
mempunyai minat terhadap masalah-masalah etik dalam rumah sakit.
G. TUGAS DAN WEWENANG KOMITE ETIK
1. Tugas Komite Etik Rumah Sakit Karisma Cimareme
a. Menerima pengaduan tentang pelanggaran etik yang terjadi di Rumah Sakit
Karisma Cimareme.
b. Mengawasi pelaksanaan etik profesi di rumah sakit.
c. Memberikan nasehat dan bimbingan kepada tenaga profesi kesehatan di
lingkungan Rumah Sakit Karisma Cimareme.
d. Membina dan mengembangkan etik profesi di kalangan masyarakat rumah
sakit.
e. Memasyarakatkan etik profesi kepada masyarakat umum.
f. Menginvetarisasi masalah etik Rumah Sakit. Melaksanakan pertemuan rapat
Komite Etik Rumah Sakit dengan ketentuan : Diadakan sekurang-kurangnya
sekali dalam 3 (tiga) bulan, rapat dipimpin oleh ketua/ wakil ketua, rapat
dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya lebih dari separuh jumlah
anggota Komite Etik, dan setiap Rapat Komite Etik harus dibuat notulennya.
2. Wewenang
a. Memberikan pertimbangan, usulan penyelesaian serta pemberian sangsi kepada
direktur rumah sakit.
b. Dapat melakukan kerjasama dengan persatuan profesi : IDI, PDGI, ISF, PPNI,
IBI, Instansi Kesehatan maupun Instansi di luar Kesehatan dalam usaha
menyelesaikan pelanggaran etik.
c. Memanggil/ meminta keterangan pada tenaga rumah sakit yang berkaitan
dengan pelanggaran etik.
d. Meminjam serta mempelajari rekam medis.
e. Melakukan evaluasi tentang pelaksanaan etik rumah sakit.
H. FUNGSI KOMITE ETIK RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
1. Memberikan pendidikan kepada anggota Komite etik, staf rumah sakit dan
masyarakat.
2. Memberikan masukan kepada Direksi dan penyusunan kebijakan terhadap msalah-masalah
terbaru dan kemudian menuangkan perkiraannya dalam berbagai bentuk
(seperti pedoman, rumusan kebijakan atau rumusan prinsip).
3. Membahas Kasus Prospektif dan Membahas Kasus Retrospektif.
4. Memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian di RS Karisma Cimareme ditinjau
dari segi etiknya.
I. SUSUNAN KOMITE ETIK RS KARISMA CIMAREME
Susunan Keanggotaan Komite Etik RS Karisma Cimareme adalah sebagai berikut :
1. Ketua : Rm. Antonius Budi Wihandono, Pr
2. Wakil : Sr. M. Lorenza, OSF
3. Sekteraris : Yosepha Sri Wijayanti
4. Anggota : 1) P. Bambang Ari Wibowo, SH
2) Heriberthus Rusdhi Keswanto
3) dr. RAY Kwinsiyanto PH
4) Dr. dr. JB. Prasodjo, Sp.Rad.
5) Suryati
6) Isabella Rustina
J. URAIAN TUGAS
1. Ketua mengkoordinir dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Komite,
memimpin pertemuan/evaluasi, memberikan pengarahan dan saran dalam
menjalankan tugas, melakukan koordinasi dengan Komite Medik dan membuat
laporan kepada Direktur Utama.
2. Sekretaris bertanggung jawab terhadap kelancaran tugas-tugas Komite dalam
bidang administrasi kesekretarisan, aktif dalam pelaksanan tugas-tugas Komite
bersama anggota dan menyiapkan acara dan membuat notulen rapat.
3. Anggota aktif dalam pelaksanaan tugas-tugas Komite, memberikan pendapat/saran
permasalahan etik Rumah Sakit, memberikan pendapat pemecahan masalah
pelanggarann etik, ikut melakukan penyuluhan, pemantauan Kode Etik dan
melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan Ketua.
K. KEPUTUSAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT
1. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan mengacu kepada
Buku Pedoman Etik Rumah Sakit dan Prinsip-prinsip Etik.
2. Keputusan Komite Etik besifat rahasia dan diteruskan kepada Direktur Utama
sebagai rekomendasi untuk tindak lanjutnya.
BAB III
PEDOMAN ETIK
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME SURAKARTA
A. SPRIRITUALITAS PELAYANAN RS KARISMA CIMAREME SURAKARTA
1. PELAYANAN KESEHATAN OSF
Pelayanan kesehatan OSF, pelayanan melanjutkan karya cinta kasih Kristus
dalam karya penyelamatan sebagai penjaga kehidupan dengan persaudaraan
sejati dan percaya pada penyelenggaraan Illahi.
3. Hak dan Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga
Non Medis Lainnya
a. Hak Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya
1) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak mendapatkan perlindungan hokum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesi dan tugas pekerjaannya.
2) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan
hak otonominya. Tenaga medis/dokter, walaupun ia berstatus sebagai
karyawan rumah sakit, namun pemilik atau direksi rumah sakit tidak
dapat memerintahkan untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari
standar profesi atau keyakinannya.
3) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak untuk menolak keinginan pasien/klien yang bertentangan
dengan peraturan, perundang-undangan, profesi, etika serta visi dan misi
RS Karisma Cimareme Surakarta.
4) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien/klien
apabila misalnya hubungan dengan pasien/klien sudah berkembang
begitu buruk sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan
lagi, kecuali untuk pasien/klien gawat darurat dan wajib menyerahkan
pasien/klien kepada tenaga medis, penunjang medis, non medis lain yang
berkompeten.
5) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak atas privacy dan berhak menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien/klien dengan ucapan maupun tindakan yang
melecehkan atau memalukan.
6) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak mendapat informasi lengkap dari pasien/klien yang
dirawat/dilayani atau dari keluarganya.
7) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak mendapat informasi atau pemberitahuan pertama dalam
menghadapi pasien/klien yang tidak puas terhadap pelayanannya.
8) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak untuk diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit,
pasien/klien, keluarga pasien dan teman sejawat.
9) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak untuk mendapat imbalan jasa atas jasa profesi atau
pekerjaan yang diberikan berdasarkan perjanjian dan atau
ketentuan/peraturan yang berlaku di rumah sakit.
b. Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya
1. Kewajiban Dokter
a) Kewajiban Umum
(1) Dokter wajib menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan
sumpah dokter.
(2) Dokter wajib untuk senantiasa melakukan profesinya menurut
ukuran yang tinggi.
(3) Dokter wajib melakukan pekerjaan kedokterannya dengan tidak
boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
(4) Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
(a) Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
(b) Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan
dan ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa
kebebasan profesi.
(c) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya
tahan mahluk insani baik jasmani maupun rohani hanya
dilakukan untuk kepentingan penderita.
(d) Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan
jasanya kecuali dengan keiklasan, sepengetahuan dan/atau
kehendak penderita.
(5) Dokter wajib berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya. Seorang dokter hendaknya memberi keterangan
atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
(6) Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna, serta berusaha
menjadikan pendidikan dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
PEMERIKSAAN
1. Dilakukan oleh Panel Pendisiplinan
Profesi (dibentuk oleh Sub Komite)
2. Melalui proses pembuktian
3. Petugas Sekretariat Komite Medik
mencatat proses pemeriksaan
4. Terlapor didampingi oleh personil dari RS
Karisma Cimareme Surakarta
5. Panel dapat menggunakan keterangan ahli
sesuai kebutuhan
6. Seluruh pemeriksaan yang dilakukan panel
disiplin profesi bersifat tertutup dan
pengambilan keputusannya bersifat
KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADA PELANGGARAN
ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
KEDOKTERAN
b. ALUR II
A.
B.
C.
KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADA PELANGGARAN
ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
KEDOKTERAN
ADA PELANGGARAN
TINDAKAN PENDISIPLINAN
PERILAKU PROFESIONAL :
1. Peringatan tertulis
2. Limitasi (reduksi) kewe-nangan
klinis (clinical privilege)
3. Bekerja dibawah supervisi dalam
waktu tertentu oleh orang yang
mempunyai kewenangan untuk
pelayanan medis tersebut
4. Pencabutan kewenangan klinis
(clinical privilege) sementara atau
selamanya
5. Pelaksanaan keputusan
PELANGGARAN
REKOMENDASI
KOMITE MEDIK
DIREKTUR UTAMA
Rumah Sakit sebagai suatu rangkuman nilai-nilai dan norma-norma yang dapat
dipakai sebagai pedoman operasional sangat dibutuhkan, mengingat rumah sakit dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran sudah menjadi suatu unit
sosio-ekomoni yang majemuk. Hal tersebut lebih terasa lagi mengingat di dalam Rumah
Sakit terdapat tenaga kerja dari aneka disiplin keilmuan yang mempunyai etika profesi
masing-masing sehingga “Semangat Kebersaman” sangat dibutuhkan agar rumah sakit
dapat berfungsi dengan baik.
BAB II
KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
Pasal 2
Rumah Sakit sebagai suatu institusi harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab
terhadap semua kejadian di rumah sakit (Corporate Liability).
Pasal 3
Rumah Sakit harus memberikan pelayanan yang baik (duty of care) Rumah Sakit wajib
memberikan pertolongan emergency tanpa mengharuskan pembayaran uang muka lebih
dulu.
Pasal 4
Rumah Sakit harus memelihara Rekam Medis dengan baik.
Pasal 5
Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
Pasal 6
Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain, jika tidak tersediannya peralatan atau
tenaga yang dibutuhkan pasien.
BAB III
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN
Pasal 7
Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 8
Rumah Sakit harus memberika penjelasan apa yang hendak dilakukan.
Pasal 9
Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent) sebelum melakuka
suatu tindakan medik.
Pasal 10
Rumah Sakit harus mengindahkan hak pribadi (Privacy) pasien.
Pasal 11
Rumah Sakit harus menjaga Rahasia pasien.
BAB IV
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP STAF
Pasal 12
Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf.
Pasal 13
Dokter rumah sakit harus mengadakan koordinasi serta hubungan yang baik antara
seluruh tenaga Rumah sakit.
Pasal 14
Rumah Sakit harus mengawasi agar segala sesuatu dilakukan berdasarkan standar profesi
yang berlaku.
Pasal 15
Rumah Sakit harus berlaku adil tanpa pilih kasih.
BAB V
KEWAJIBAN TENAGA KERJA
Pasal 16
Menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 17
Melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
Pasal 18
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 19
Tidaklah etik seorang dokter : Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
Pasal 20
Melaksanakan secara sendiri atau bersama-sama penerapan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
Pasal 21
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan mahluk insani baik
jasmani maupun rohani hanya dilakukan untuk kepentingan penderita.
Pasal 22
Berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau
pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.
Pasal 23
Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pasal 24
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 25
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani.
Pasal 26
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang
lebih senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 27
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehat dalam beribadah dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 28
Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan pertolongan darurat dengan
mendahulukan keselamatan penderita daripada pertimbangan-pertimbangan lain.
Pasal 29
Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap
setia kepada cita-citanya yang luhur.
Pasal 30
Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang diketahuinya termasuk
data hasil pemeriksaan laboratorium data dalam rekam medik secara keseluruhan.
Pasal 31
Dalam memeriksa pasien seorang wanita, disamping menerapkan tata sopan santun secara
umum, pemeriksaan di dalam kamar periksa sebaiknya dokter di dampingi seorang
perawat wanita.
Pasal 32
Terhadap jenasah, baik untuk kepentingan pendidikan mahasiswa kedokteran maupun
untuk kepentingan visum et repertum setiap dokter, mahasiswa kedokteran dan semua
tenaga kesehatan lainnya haruslah bersikap hormat layaknya menghadapi orang yang
masih hidup.
BAB VI
TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ETIK
Pasal 33
Pengaduan pelanggaran etik rumah sakit dapat berasal dari :
Intern : Unit Kerja Fungsional, Unit kerja struktural.
Eksternal : Perorangan/ Pasien ini dapat langsung ke direktur atau lewat Polisi,
Kejaksaan, LBH ataupun instansi lain.
Pasal 34
Pengaduan ini ditujukan langsung kepada Direktur Rumah Sakit.
Pasal 35
Direktur Rumah Sakit meneruskan masalah tersebut kepada Panitia Etika Rumah Sakit.
Pasal 36
PERS melakukuan penyelidikan terhadap masalah tersebut dengan mengumpulkan
informasi dengan penelitian rekam medis, menghubungi unit kerja ataupun merekamereka yang
berhubungan dengan masalah.
Pasal 37
Apabila pelenggaran ini merupakan pelanggaran murni etik profesi maka PERS dapat
mengkonsultasikan kepada Ikatan Profesi yang bersangkutan.
Pasal 38
Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam sidang PERS.
Pasal 39
Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada direktur dalam memecahkan masalah.
BAB VII
LAIN-LAIN
Rumah sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan. Rumah Sakit
harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan. Rumah sakit harus memelihara
hubungan yang baik antar rumah sakit dan menghindarkan persaingan yag tidak sehat.
Rumah sakit harus menggalang kerja sama yang baik dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan.
Rumah Sakit harus berusaha membantu untuk mengadakan penelitian demi
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Rumah Sakit dalam melakukan pemasaran
harus bersifat informative dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit.
Pedoman & Tata Laksana Komite Etik & Hukum RS Karisma Cimareme
KOMITE ETIK & HUKUM - RS KARISMA CIMAREME
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
MUKADIMAH
Sejak permulaan sejarah yang tersurat mengenai umat manusia hubungan
kepercayaan antara dua insan yaitu sang pengobat dan penderita. Dalam zaman modern
hubungan itu di sebut hubungan (transaksi) terapetik antara dokter dan penderita yang
dilakukan dalam suasana saling percaya mempercayai (Konfidensial) serta senantiasa
diliputi oleh segala emosi, harapan kekhawatiran makhluk insani.
Sejak perwujudan sejarah kedokteran, seluruh umat manusia mengakui serta
mengetahui adanya beberapa sifat mendasar (fundamental) yang melekat secara mutlak
pada diri seorang dokter yang baik dan bijaksana yaitu kemurnian niat, kesungguhan hati,
kerendahan hati serta integritas ilmiah dan sosial yang tidak diragukan.
Imhotep dari Mesir, Hippocrates dari Yunani, Galenus dari Roma merupakan
beberapa ahli pelopor kedokteran kuno yang telah meletakan sendi-sendi permulaan untuk
terbina suatu tradisi kedokteran yang mulia. Beserta semua tokoh dan organisasi
kedokteran yang tampil ke forum internasional kemudian mereka bermaksud mendasarkan
tradisi dan disiplin kedokteran tersebut atas suatu etik profesional. Etik tersebut sepanjang
masa mengutamakan penderita yang berobat demi keselamatan dan kepentingannya.
Etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas norma-norma etik yang
mengatur hubungan manusia umumnya, dan dimiliki azas-azasnya dalam falsafah
masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus. Di Indonesia azas-azas itu adalah
Pancasila sebagai landasan strukturik.
Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu
kedokteran, kami pada dokter Indonesia, baik yang bergabung secara profesional dalam
Ikatan Dokter Indonesia, maupun secara fungsional terikat dalam organisasi di bidang
pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan dan kedokteran, dengan rahmat Tuhan
Yang Maha Esa telah merumuskan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang diuraikan dalam
pasal -pasal sebagai berikut :
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunnjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 4
Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan ketrampilan
kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
c. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan asanya kecuali dengan
keiklasan, pengetahuan dan atau kehendak penderita.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insan baik
jasmani maupun rohani hanya diberikan untuk kepentingan penderita.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.
Pasal 7
Setiap dokter hanya diberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaanya seorang dokter harus mengutamakan, mendahulukan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan dehabilitatif), serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam kerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PENDERITA
Pasal 10
Setiap doker harus senatiasa mengingat akan kewajiban melindungi makluk insani.
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang
mempunyai keahlian dalam bidang penyakit tersebut.
Pasal 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam masalah lainnya.
Pasal 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui yang diketahui tentang
seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri kemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA
Pasal 15
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari temann sejawatya, tanpa
persetujuannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 17
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 18
Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap
setia kepada cita-citanya yang luhur.
PENUTUP
Pasal 19
Setiap dokter harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan
dalam pekerjaan sehari-hari Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEK) hasil musyawarah
Kerja Nasional Kedokteran II demi untuk mengabdi kepada masyarakat Bangsa dan
Negara.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan,
kode etik ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan
palayanan profesional.
Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang
komprehensif terhadap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita pada khususnya, sehingga
mereka tumbuh berkembangnya menjadi Indonesia yang sehat jasmani dan rohani dengan
tetap memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat
pada khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
A. Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatan dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
B. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
C. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
D. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasan mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak dan klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
E. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
F. Setiap bidan senatiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk menungkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA
A. Setiap bidan sentiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemapuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
B. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenagan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan.
C. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan kita.
BAB IV
KEWAJIBAN BIDAN TERHAPAP SEJAWAT
DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA
A. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
B. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling mengobati baik terhadap
sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
BAB V
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA
A. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
B. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesianya.
BAB VI
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI
A. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
B. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB VII
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH
NUSA BANGSA DAN TANAH AIR
A. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuanketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam palayanan KIA/ KB
dan kesehatan keluarga
B. Setiap bidan melalui profesinya berpatisipasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/ KB dan kesehatan keluarga.
BAB VIII
PENUTUP
Setiap bidan dalm malaksanakan tugasnya sehari-hari senatiasa menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.
POKOK-POKOK ETIKA PELAYANAN ANASTHESIA
PERAWATAN INTENSIF DAN EUTANASIA
A. PELAKSANAAN DAN EVALUASI PRA-ANESTHESIA
Evaluasi pra-anesthesia dilakukan oleh dokter spesialis anesthesi menilai
kondisi pasien sebelum pembedahan/ tindakan lain yang yang memerlukan anesthesia.
Tujuannya agar pasien dalam kondisi optimal untuk enestesia/ pembedahan.
Evaluasi pra-anesthesia hendaknya dilakukan oleh dokter spesialis anesthesi
yang akan melaksanakan dengan konsultasi pada dokter spesialis lainnya apabila
diperlukan. Evaluasi ini harus dilakukan untuk mempersiapkan pasien secara optimal,
meskipun pada keadaan darurat walaupun evaluasi dini seringkali tidak mungkin
dilaksanakan.
1. Evaluasi pra- anesthesia mencakup :
a. Identifikasi jenis prosedur yang akan dilaksanakan.
b. Konfirmasi jenis prosedur yang akan dilaksanakan.
c. Konfirmasi dan pemeriksaan medis umum / khusus yang menyangkut
penyakit dan pengobatan penderita.
d. Konsultasi dengan dokter spesialis lain.
e. Informed consent yang ditandatangani disertai penjelasan tentang prosedur
anesthesia dan pembedahan kepada pasien dan keluarga.
f. Instruksi premedikasi yang diperlukan.
2. Penatalaksanaan anesthesia
a. Pemberitahuan anesthesia menjadi tanggung jawab dokter spesialis
anesthesia.
b. Pasien yang diberikan anesthesia (dokter peserta program studi anestesiologi)
menjadi tanggung jawab Spesialis Anestesi yang bertugas.
c. Spesialis Anestesi yang bertanggung jawab harus berada dalam satu atap di
lingkungan rumah sakit dapat segera hadir jika diperlukan.
d. Setiap spesialis Anestesi yang bertugas pada saat yang bersamaan, hanya
bertanggung jawab maksimum pada tiga pasien yang dianestesi.
e. Pematauan pasien dilakukan sesuai standar pemantauan intra operatif
E. STANDAR II
Selama pemberian anesthesia/ analgesia, oksigenasi, sirkulasi darah dan suhu tubuh
pasien dilakukan monitor secara terus menerus. Oksigenasi adalah memastikan
bahwa kadar oksigen di dalam gas inspirasi dan di dalam darah adekuat selama
pemberian anesthesia/ analgesia. Ventilasi di sini bahwa selama anesthesia/ analgesia,
ventilasi pasien adekuat. Sirkulasi (darah bertujuan untuk memastikan bahwa selama
pemberian anesthesia, sirkulasi darah cukup baik guna memberikan perfusi darah
ataupun jaringan- jaringan vital dan perifer. Suhu tubuh juga harus dipertahankan
seama anesthesia/ analgesia.
F. PERAWATAN DAN TERAPI INTENSIF (ICU)
Pelayanan ICU meliputi :
1. Diagnostik dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut yang mengancam nyawa di
dalam waktu singkat.
2. Pemberian bantuan dan pengambilan fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
penatalaksanaan spesifik masalah dasar yang ada.
3. Pemantauan fungsi vital tubuh terhadap komplikasi yang terjadi.
4. Penatalaksaan untuk mencegah komplikasi yang lebih jauh dari keadaan koma,
imobilisasi yang lama, stimulasi berlebihan dan hilangnya daya sensor.
5. Pemberian bantuan emosional dan psikologis terhadap penderita yang hidupnya
tergantung pada alat Bantu/ pada orang lain.
6. Ruang intensif berbeda dari ruang perawatan biasa oleh karena harus mempunyai
kemampuan pelayanan tertentu atau maksimal seperti :
a. Resusitasi jantung, paru
b. Penatalaksanaan jalan nafas, antara lain intubasi endoktrakea, trakheostosmi,
ventilasi.
c. Terapi Oksigen.
d. Pemantauan EKG.
e. Pelayanan laboratorium yang lengkap dan cepat.
f. Pelayanan bantuan nutrisi (parenteral/ enteral).
3. Rekam Medis untuk rawat jalan lebih sederhana dibandingkan dengan rawat
inap.
4. Rekam Medis dapat dipakai sebagai :
a. Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan.
b. Bahan pembuktian dalam perkara hokum.
c. Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan (tanpa menyebutkan
identitas penderita).
5. Penyerahan Rekam Medis
Rekam Medis harus sudah ada diserahkan ke Bagian Penyimpanan Rekam
Medis paling lambat 3 (tiga) hari setelah penderita dipulangkan.
B. Isi Data Rekam Medis
1. Identifikasi
Identifikasi meliputi nama dan umur penderita, nomor rekam medis, alamat,
pekerjaan dan pendidikan. Identifikasi ini harus ditempatkan pada sampul
bagian muka dari rekam medis.
2. Data dasar
3. Masalah yang dihadapi/ keluhan saat ini
Riwayat penyakit terdahulu
a. Riwayat keluarga/ makanan
b. Khusus untuk penderita anak, rekam medis juga harus memuat riwayat
perinatal, tumbuh kembang dan imunisasi.
c. Pemeriksaan jasmani
d. Hasil Pemeriksaan penunjang
e. Rencana dan tindakan yang diberikan
f. Ringkasan
4. Data Masalah utama
Dalam data ini disebutkan diagnosis kerja, diagnosis banding dan catatan lain
yang berkaitan dengan masalah yag dihadapi.
5. Pengelolaan
Pengelolaan, pemeriksaan khusus dan konsultasi.