Anda di halaman 1dari 43

Ujian Tengan Semester

MATA KULIAH : HUKUM KESEHATAN

Nama : evy silmy abdillah


Nim : 20220309104
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) – S2 MARS UEU 2023
R. Fresley Hutapea, SH., MH., MARS

KRONOLOGIS KASUS

Sebuah lembaga keagamaan berbentuk Yayasan berkeinginan untuk


mengembangkan Rumah Sakit kls B dengan data RS BOR 55 %,jumlah
pelayanan ada 13 bidang dan jumlah kunjungan rata rata 350 0rg perhari
dan melayani pasien BPJS rata 70 % dari jumlah kunjungan pasien Data
pelayanan dengan kondisi masyarakat dengan asuransi lainnya 15 %
serta yang bayar sendiri ada 10 % serta dengan cara yang lainnya

Pengembangan ini sesuai kebutuhan masyarakat setempat di sebuah


daerah dengan jumlah penduduk 1,7 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yg sangat padat karena dekat dengan pusat industri, dengan
karateristik masyarakat yang sangat heterogen dimana ada ASN,Pegawai
BUMN,Pegawai Swasta Asing dan Pegawai Swasta Nasional ,Pegawai
pabrik dan para Pensiunan serta pedagang dan lainnya

Menurut Data Kesehatan di daerah tersebut ada fasilitas pelayanan


kesehatan ada 12 Puskesmas/Klinik, RS swasta kelas D tiga (7 ) buah
berbentuk PT/Yayasan ada tiga ( 10 ) RS kelas C dan RS kls B ada 3
serta Fasyakes lainnya
Lembaga keagamaan dimaksud berkeinginan mengembangkan Rumah
Sakitnya dengan dengan keunggulan Trauma Center Terpadu dengan
didukung peralatan modern untuk menganatisipasi terjadinya kecelakaan
dalam melaksanakan pekerjaan .

Permasalahan yang dihadapi perusahaan tadi adalah bagaimana


prosedurnya mendirikan dan menyelenggarakan rumah sakit, dengan
kepada siapa/instansi mana harus berhubungan serta berapa biaya
yang dibutuhkan, sarana prasarana serta alat apa yang dibutuhkan
dan tenaga yang diperlukan. termasuk standar-standar seperti Standar
Pelayanan dan SOP/SPO.
Untuk itu meminta bantuan saudara sebagai Calon Lulusan Magister
Managemen RS yang dianggap sebagai konsultan dlm bidang
Perumahsakitan dengan imbalan yang dapat disepakati bersama

I.PERTANYAAN KASUS

1. Sebagai calon Lulusan Magister Managemen RS tentunya


saudara dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan
dalam menyelenggarakan Rumah Sakit Uraikan
pertimbangan-pertimbangan Saudara secara lengkap
dan jelas sesuai kondisi RS
Jawab
Sebelum mendirikan rumah sakit perlu diperhatikan
beberapa aspek sebagai berikut :
a.Aksesibilitas : memudahkan penduduk untuk mengakses
pelayanan kesehatan. Perlu diperhatikan berapa jarak
rumah sakit yang direncanakan dengan rumah sakit yang
ada. Jika letaknya berjauhan maka pendirian rumah sakit ini
adalah upaya yang tepat. Pendirian rumah sakit baru
merupakan solusi untuk mengatasi masalah minimnya
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
b.Morbiditas dan mortalitas. Angka kesakitan dan kematian
merupakan salah satu faktor yang perlu menjadi
pertimbangan didirikannya rumah sakit. Jika angka
kesakitan dan kematian di suatu daerah melebihi
standar/cenderung tinggi, maka ini merupakan salah satu
indikasi perlunya rumah sakit di daerah tersebut, walaupun
perlu pengumpulan data yang lebih mendalam apakah hal
tersebut terjadi karena akses ke rumah sakit yang sulit
c.Segmen pasar merupakan aspek yang berkaitan dengan
peluang pasar untuk suatu produk yang akan di tawarkan
oleh suatu proyek tersebut dalam hal ini rumah sakit. Perlu
dipertimbangkan bagaimana pemsaran dan marketing
nya,dan apa aja yang akan diunggul kan oleh rumah sakit
yang akan kita bangun

2. Prosedur Penyelengaraan dan pengembangan Rumah sakit


sangat penting diketahui Calon Managemen/pimpinan
Rumah Sakit
a. Uraikan prosedur mengembangan atau pembentukan
unggulan sebuah Rumah Sakit beserta dengan
mekanisme sesuai aturan yang berlaku.
b.Hal hal apa yang saudara persiapan dalam rangka
pengembangan Rumah Sakit dimaksud.Jelaskan
Jawab
a.prosedur mengembang kana tau pembentukan unggulan
sebuah rumah sakit adalah bagaimna kita melihat pasaran
yang sedang tred dan apa aja yang kita harus fasilitasi alat2
medis yang harud menjadi unggulan dirumah sakit
dengan pusat rumah sakit dengan Perusahaan kita lebih
menagjukan Kerjasama dengan asuransi dan bpjs
dengan unggulan kita dengan keunggulan Trauma Center
Terpadu dengan didukung peralatan modern untuk
menganatisipasi terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan
pekerjaan itu akan lebih menguntungkan,karana dengan
jumlah pasien dan padat nya penduduk.
b.hal hal yang harus dipersiapkan dalam pengembangan
1.kita mengajukan Kerjasama kesetiap perusaan disekitar
rumah sakit,dengan menjelas kan bagaimana keuntungan
rumah sakit kita
2.membikin planing untuk pengembangan rumah sakit misal
dengan menambah jumlah kamar dan fasilitas dirumah sakit
dengan dokter spesialis yang lengkap
3.memberikan pelayanan maksimal bagi setiap pasien
sehinggan pasien akan merasa nyaman dan aman berobat
ditempat kita
4.memberikan palayanan apa yang mereka butuh kan
dengan fasilitas yang maksimal

3. Dalam proses pengembangan keunggulan Rumah Sakit


diperlukan adanya Studi Kelayakan (feasibility study),
sesuai peraturan yang berlaku.Bagaimana prosedur
membuat Study Kelayakan RS dengan rincian kebutuhan
dalam hal itu sehinga dapat diketahui
a. Analisis kebutuhan pelayanan
b. Analisis kebutuhan SDM (kompetensi masing-masing)
c. Analisis kebutuhan Sarana, Prasarana dan Alat (SPA)
d. Analisis kebutuhan biaya
e. Analisis program Fungsi

Pertanyaannya : Coba sdr susun secara lengkap Study


Kelayakan dimaksud sesuai pengetahuan sdr yang
didukung data dan perhitungan serta pertimbangan yang
tegas dan secara lengkap.
Jawab
Kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari
pendirian atau pengembangan suatu Rumah Sakit, terkait
dengan penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit yang baru akan dilakukan maupun lanjutan
dari yang sudah ada dalam melakukan rencana
pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu Rumah
Sakit
Aspek Internal yang akan dianalisis guna melihat kekuatan
bagi Rumah Sakit untuk dapat
survive dalam melaksanakan operasional yang akan
mengurangi ancaman yang terjadi,
serta melihat kelemahan yang perlu diantisipasi oleh Rumah
Sakit agar tidak menjadisuatu hambatan di dalaoperasional
Rumah Sakit kedepannya.

1. Sarana Kesehatan
Kajian Sarana Kesehatan di sekitar wilayah jangkauan
pelayanan Rumah Sakit yangakan dibangun atau
pengembangan dimaksud untuk mendapatkan
kecenderungan dalam hal pangsa pasar serta pola
penentuan Sistim Tarif di wilayah tertentu.
2. Pola Penyakit dan Epidemiologi
Kajian Pola Penyakit di Rumah Sakit dimaksudkan untuk
melihat kecederungan Pola Penyakit yang banyak terjadi
pada Rumah Sakit tersebut dengan memproyeksikan
kencenderungan Pola Penyakit guna menentukan unggulan
Rumah Sakit.
3. Teknologi
Kajian terhadap Kemajuan Teknologi berupa peralatan
kesehatan yang terus menerus mengalami perkembangan
tentunya sangat berpengaruh terhadap Layanan
Kesehatan serta kesiapan SDM Rumah Sakit tersebut.
4. SDM/ Ketenaga Kerjaan Rumah Sakit
Kajian terhadap SDM di Rumah Sakit dimaksudkan
mengkaji kesiapan SDM diRumah Sakit terhadap Jenis
Layanan Kesehatan yang akan diberikan kepada
masyarakat sesuai dengan segmentasi dan posisioning dari
Rumah Sakit tersebut.
5. Organisasi
Organisasi di Rumah Sakit tentunya akan berpengaruh
terhadap KegiatanOperasional Rumah Sakit yang
berdampak kepada Kinerja suatu Rumah Sakit.
Bentuk Organisasi akan disesuaikan dengan Jenis Layanan
dan Klasifikasi RumahSakit.

6. Kinerja dan Keuangan Kondisi Kinerja Rumah Sakit dan


Kondisi Keuangan Rumah Sakit berupa Pendapatan dan
Pengeluaran Rumah Sakit akan dikaji dan diproyeksikan
yang diharapkan dapat melihat kecenderungan dan potensi
perkembangan kinerja dan pendapatan Rumah Sakit dimasa
mendatang sehingga mendapatkan gambaran kekuatan
atau kelemahan rencana pengembangan Rumah Sakit
tersebut.

II MATERI UMUM

1. Setiap kegiatan pelayanan kesehatan di RS selalu terkait dengan


pelaksanaan Etika,Displin dan Hukum.
a. Jelaskan pendapat saudara keterkaitan Etika,Displin dan Hukum
dalam penyelengaraan Rumah Sakit .Jelaskan
Jawab
Etika rumah sakit adalah suatu etika praktis yang dikembangkan untuk
rumah sakit sebagai suatu institusi , dan ada pada waktu yang hampir
bersamaan dengan kehadiran etika biomedis. Atau dapat juga
dikatakan etika institusional rumah sakit adalah pengembangan dari
etika biomedika (bioetika), karena masalah-masalah atau dilema etika
yang baru sama sXli sebagai dampak atau akibat dari penerapan
kemajuan pesat ilmu dan teknologi biomedis justru terjadi di rumah
sakit, seperti transplantasi organ.
Dalam rumah sakit terdiri atas beragam disiplin ilmu. Masing-masing
disiplin umumnya telah memiliki etik profesi yang harus diamalkan
anggotanya. Begitu pun dengan RSUD Jakarta yang sebagai suatu
institusi dalam memberikan pelayanan kesehatan juga telah
mempunyai etik, sehingga setiap petugas dalam memberikan
pelayanan kesehatan, harus berpedoman pada etika profesi masing-
masing, etika profesi lainnya dan etik rumah sakit agar tidak saling
berbenturan.

b. Bagaimana penerapan Etika,Displin dan Hukum


dalam bidang pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit saudara
berikan dengan Contoh konkrit
jawab

Pimpinan rumah sakit harus melakukan identifikasi masalah etika pada


kasus tertentu sebelum proses pemecahan masalah. Identifikasi masalah
etika dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menempatkan diri sendiri sebagai proses refleksi terhadap kasus yang
terjadi pada pasien, petugas atau masyarakat umum
2. Pastikan pasien, petugas serta masyarakat umum telah cukup
dilindungi terhadap kemungkinan cedera dalam keberadaan dan
mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Hal ini terkait dengan
prinsip patient safety.

3.Pastikan apakah petugas telah memberikan penjelasan


mengenai informed consent yang cukup mengenai apa yang akan
dilakukan pada diri pasien dan pasien telah mengerti sepenuhnya
terhadap penjelasan tersebut

c. Bagaimana peranan Komite Etik dan hukum dalam penyelesaian


masalah yang terkait pelaksanaan Etik,Displin dan Hukum di RS
Jawab
Komite Etik dan Hukum bertugas meningkatkan dan menjaga
kepatuhan penerapan etika dan hukum di Rumah Sakit,
dengan cara : Menyusun Panduan etik dan Perilaku (Code of
Conduct)

2. Dalam penyelenggaraan Rumah sakit terdapat Permasalahan


Manajerial di RS, Permasalahan Hukum yang berkaitan dengan
Manajerial RS dan Permasalahan Tehnis medis yang berkaitan
dengan hukum pada saat ini.
a. Bagaimana tanggapan saudara terhadap masalah masalah
dimaksud Uraikan secara singkat dan jelas
masalah Hukum yang terjadi di RS
jawab
Masalah-masalah yang timbul antara lain :
1. Tenaga, khususnya tenaga medis spesialis masih kurang dan
tidak merata (di Pulau Jawa lebih banyak dibanding daerah lain).
2. Belum semua Rumah Sakit menerapkan/mengacu kepada
struktur organisasi 983/1992 karena keterbatasan kualifikasi
tenaga yang ada.
3. Fasilitas yang belum sesuai dengan standar.
4. Kecenderungan untuk memiliki alat canggih tanpa
memperhitungkan efisiensi dan efektivitas.
5. Sikap dan perilaku tenaga medis yang kurang mendukung
sistem pelayanan medis maupun Rumah Sakit sebagai suatu
sistem.
6. Sikap dan perilaku pimpinan Rumah Sakit yang kurang tegas
dalam pelaksanaan pelayanan medis
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
1. Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) bagi daerah-
daerah yang
sangat memerlukan dan tidak ada Fakultas Kedokteran.
2. Rumah Sakit Swasta sebaiknya merekrut dokter pasca PTT
dan
menyekolahkannya sehingga menuju kemandirian swasta dalam
aspek
tenaga.
3. Adanya program kerjasama antar Rumah Sakit namun tanpa
melanggar
Keputusan Menkes 415a/1984 baik bagi "provider" maupun
Rumah Sakit
sendiri.
4. Perencanaan peralatan secara bertahap perlu ditingkatkan
dengan
memperhitungkan skala prioritas dan projek unggulan, tidak
perlu
seluruhnya membeli tetapi dengan sistem kerja sama ataupun
sewa.
5. Komunikasi, koordinasi, integrasi dengan unit lain di Rumah
Sakit
ditingkatkan. Unit lain sebagai "MITRA". Sehingga pelayanan
medik dan
Rumah Sakit sebagai suatu sistem dapat berlangsung dengan
optimal.
6. Menempatkan tenaga medis sesuai dengan peran, tugas dan
fungsinya.
7. Pimpinan Rumah Sakit harus mempunyai sikap yang tegas
dalam
mengayomi, mengawasi dan mengendalikan pelayanan medis
Rumah
Sakit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan : Pelayanan medis khususnya medis spesialis
merupakan salah
satu inti dan ciri khas pelayanan Rumah Sakit.
Di dalam pelaksanaannya masih ditemukan berbagai kendala
sehingga perlu dilakukan berbagai upaya pemecahan masalah
dengan mengikutsertakan semua pihak yang terkait dan sikap
tegas seorang pimpinan Rumah Sakit.
Saran : - Rumah Sakit harus mempunyai visi untuk kemandirian
Rumah
Sakit dalam aspek ketenagaan khususnya tenaga medis
spesialis.
- Pelaksanaan Rumah Sakit sebagai suatu sistem dan keinginan
yang transparan dari berbagai pihak Rumah Sakit agaknya
13
merupakan salah satu cara yang tepat untuk penyelesaian
masalah yang ada

b. Masalah hukum di RS yaitu PMH ( Perbuatan Melawan


Hukum),Malpraktek,Kelalaian Medis KTD,KNC dll termasuk
istilah Resiko medis Coba sdr jelaskan bagaimana pandangan
saudara tentang Risiko medis dibandingkan dengan Kelalaian
Medis dilihat dari aspek hukum Kesehatan
Jawab
.menurut saya resiko medis dirumah sakit sering banget
terjadin,sehinggan untuk kita lebih dilakukan pehaman bahaimana
hukum Kesehatan.
Bagaimana perbedaan resiko medis dan kelalain medis (malapraktik)
risiko medis adalah dua hal yang sangat berbeda. Malapraktik terjadi
karena kelalaian melakukan tindakan medik dan kekuranghati-hatian
dalam tindakan medik.
Sementara itu, risiko medis, bisa terjadi kapan saja dan di mana saja,
sekecil apapun tindakan medis yang dilakukan yang menjadi Kejadian
Tidak Diharapkan. Risiko medis juga sudah diketahui oleh pasien atau
pihak terkait, meski belum tentu terjadi.
Untuk itu, mengingatkan agar pihak rumah sakit dan dokter yang
menangani pasien wajib menginformasikan risiko medis sebelum
melakukan tindakan, baik itu pengobatan, pemberian obat atau
bahkan operasi bedah. Di samping itu, dia mendorong keluarga
mapun pasien untuk selalu kritis mempelajari dan menanyakan terkait
penanganan medis berikut risikonya.

"Keluarga pasien harus kritis, bertanya kepada pihak rumah sakit atau
dokter terkait proses pengobatan atau operasi dan risikonya. Setelah
memahami itu semua, baru keluarga pasien atau pasien memutuskan.

Sementara itu, dokter dan pasien sama-sama memiliki hak dan


kewajiban yang harus ditunaikan sebagai salah satu upaya
kesembuhan pasien. Hak pasien, adalah mendapatkan pengobatan
yang sesuai dengan prosedur, sedangkan kewajiban pasien adalah
mengikuti instruksi dokter.

Di lain sisi, dokter berhak mendapat perlindungan hukum dan


mendapat informasi yang jelas, lengkap, dan jujur dari pasien.
Sedangkan kewajiban dokter adalah memberikan pelayanan medis
yang sesuai dengan prosedur dan kebutuhan medis pasien.

"Maka cara membedakan malapraktik atau risiko medis juga dari


sana. Malapraktik artinya pelayanan medis tidak dijalankan sesuai
prosedur, sedangkan risiko medis itu dokter telah menjalankan
pemeriksaan sesuai prosedur namun terjadi kecelakaan medis
c. Siapa saja yang harus bertanggung jawab dalam hal
menyelesaikan masalah masalah dimaksud bila terjadi di RS dan
bagaimana meminimalkannya
Jawab
Tanggung jawab rumah sakit di Indonesia diatur dalam Pasal 46 UU
Rumah Sakit yang menyatakan bahwa rumah sakit bertanggung
jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Ada
dua makna yang terkandung di dalam pengaturan ini. Pertama,
rumah sakit hanya bertanggung jawab terhadap kesalahan yang
bersifat kelalaian dan bukan kesalahan yang bersifat kesengajaan.
Hal ini dikarenakan, kesalahan yang bersifat kesengajaan merupakan
perbuatan yang digolongkan sebagai kriminal karena terdapat mens
rea (sikap batin pelaku ketika melakukan tindak pidana) dan actus
reus (perbuatan yang melanggar undang-undang pidana).
Kedua, kelalaian tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan pada saat
atau dalam rangka melaksanakan tugas yang diberikan oleh rumah
sakit. Pertanggungjawaban yang terpusat kepada rumah sakit juga
dipertegas di dalam Pasal 32 (q) Undang-Undang Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa setiap pasien
mempunyai hak, salah satunya adalah menggugat dan/atau
menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.
Pola pertanggungjawaban hukum sebagaimana yang diatur di dalam
Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakit tidak menimbulkan
permasalahan hukum apabila diterapkan terhadap tenaga kesehatan
non dokter, tetapi berpotensi menimbulkan permasalahan hukum
apabila diterapkan terhadap dokter. Hal ini dikarenakan status dokter
di rumah sakit beraneka ragam. Akibatnya adalah beberapa kali
terjadi ketidakkonsistenan dalam putusan pengadilan dalam
menyikapi pola tanggung jawab hukum rumah sakit terhadap
dokternya, misalnya dalam Putusan Pengadilan Negeri Palembang
Nomor 18/Pdt.G/2006/PN.PLG, Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat Nomor 625/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Brt, Putusan Pengadilan Tinggi
Palembang Nomor 62/PDT/2006/PT.PLG, Putusan Pengadilan Tinggi
Jakarta Nomor 614/PDT/2016/PT.DKI, Putusan Kasasi Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 1752/K/Pdt/2007, Putusan Kasasi
Mahkamah Agung Republik Indonensia Nomor 42 K/Pdt/2018 dan
Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Republik Indonesia
352/PK/PDT/2010. Pengaturan pola pertanggungjawaban hukum
rumah sakit yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit dalam implementasinya dapat
menimbulkan berbagai interpretasi.
Duty of care dapat diartikan sebagai kewajiban memberikan
pelayanan yang baik dan wajar. Terlaksananya kewajiban
memberikan pelayanan yang baik terkait dengan berbagai hal antara
lain berkaitan dengan personalianya, karena rumah sakit sebagai
suatu organisasi hanya dapat bertindak melalui tenaga-tenaga yang
dipekerjakannya. Pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit
dilakukan baik oleh tenaga kesehatan maupun bukan tenaga
kesehatan. Pelayanan yang diberikan oleh personalia rumah sakit,
khususnya tenaga kesehatan, harus sesuai dengan ukuran standar
profesi. Rumah sakit seharusnya bertanggung jawab apabila ada
pemberian pelayanan kesehatan di bawah standar yang dilakukan
oleh personalianya sehingga menimbulkan akibat yang tidak
diinginkan bagi pasien.
Peraturan yang terkait dengan kewajiban ini, di antaranya adalah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien, yang mendefinisikan
keselamatan pasien sebagai suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman, meliputi asessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Beberapa kelalaian rumah sakit yang terkait
dengan pelaksanaan duty of care terlihat dalam putusan pengadilan
di antaranya adalah Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang
Nomor 381/Pid.B/2014/PN.Tk, Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat Nomor 569/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Pst, Putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Barat Nomor 577/Pdt/G/2011/PN/Jkt.Bar, Putusan
Pengadilan Tiniggi Jakarta Nomor 08/PDT/2013/PT.DKI, dan
Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 779K/Pdt/2014.

3. Bagaimana pendapat saudara tentang ketentuan sesuai PP 47 Th


2021 tentang Penyelenggaraan Perumahsakitan dikaitkan dengan
peraturan Klasifikasi dan Perizinan RS selama ini .
a. Uraikan pula secara tegas dan jelas masalah masalah yang
dihadapi RS dalam persyaratan perizinan

JAWAB
Masalah - masalah dalam persyaratan perizinan RS adalah
 Pemenuhan persyaratan perizinan yang banyak sehingga proses
perizinan lama
 Masalah anggaran yang cukup besar dalam pemenuhan
persyaratan perizinan
 Tumpang tindihnya peraturan perizinan menjadikan kendala
dalam implementasi peraturan
 Beberapa daerah belummemilikisistem perizinan1
pintusehinggaharus melakukan perizinan ke beberapa tempat.
 Adanya oknum-oknum perangkat daerah yang mempesulit proses
penerbitan izin rumah sakit dikarenakan kepentingan politik

b. Bagaimana pandangan saudara dengan adanya Kelas Standar


RS yang akan diberlakukan th 2023. Apa yang harus
dipersiapkan .Jelaskan hubungan Kelas Standar dengan izin
Operasional dan kredensial BPJS

JAWAB
Dalam penetapan klasifikasi Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus yang ditetapkan Pemerintah berdasarkan dengan kemampuan
pelayanan, fasilitas kesehatan, sarana penunjang, sumber daya manusia,
Administrasi dan Manejemen. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit
yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu,
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.
Menurut lampiran Permenkes no 3 tahun 2020 tentang klsifikasi dan
perizinan Rumah sakit:
a.Klasifikasi Rumah Sakit Umum adalah
RSU kelas A merupakan RSU yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
RSU kelas B merupakan RSU yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 200 (dua ratus) buah.
RSU kelas C merupakan RSUyang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 100 (seratus) buah.
RSU kelas D merupakan RSU yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 50 (lima puluh) buah.

RSU Kelas D Pratama sama dengan RSU Kelas D tetapi RSU kelas D
pratama hanya dapat didirikan dan diselenggarakan di daerah tertinggal,
perbatasan, atau kepulauan sesuai aturan yg ada b.Klasifikasi Rumah
Sakit Khusus adalah
RS khusus kelas Amerupakan RS khusus yang memiliki jumlah tempat
tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
RS khusus kelas B merupakan RS khusus yang memiliki jumlah tempat
tidur paling sedikit 75 (tujuh puluh lima) buah.
RS khusus kelas C merupakan RS khusus yang memiliki jumlah tempat
tidur paling sedikit 25 (dua puluh lima) buah.
Tanggapan saya tentang klasifikasi Rumah Sakit adalah Klasifikasi Rumah
Sakit berfungsi untuk menjamin ketersediaan dan meningkatkan
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tingkat kedua
sehingga rujukan berjenjang di era JKN dapat dilakukan dan tidak adanya
penumpukan pasien di RS tipe A

c. Bagaiamana pendapat saudara hubungan antara Perizinan


dengan Akreditasi .dalam proses pelaksanaan pelayanan di RS
Jelaskan
JAWAB
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
2. Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Akreditasi
adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit,
setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi
standar Akreditasi.
3. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah
Sakit berdasarkan kemampuan pelayanan, fasilitas kesehatan,
sarana penunjang, dan sumber daya manusia.
4. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di
Rumah Sakit.
5. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indoncsia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 45.
6 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
7.Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
8. Kementerian Kesehatan yang selanjutnya disebut
Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

4. Setiap RS mempunyai kewajiban dan hak dalam pelaksanaan


pelayanan Kesehatan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundangan yang berlaku .
a. Jelaskan apa maksud Norma pelayanan Kesehatan dalam
pelaksanaan di RS dan mengapa hal itu dianggap penting
dalam RS .Uraikan fungsi pelayanan kesehatan dan fungsi
pelayanan public di RS

JAWAB
Pelayanan Kesehatan Kesehatan merupakan hal yang paling
penting bagi manusia. Dengan adanyakesehatan, manusia
dapat menjalankan segala aktivitas. Menjaga kesehatan diri
dapat dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan
agar tidak timbul penyakit yang dapat menyerang. Selain itu,
pemerintah telah memberikan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat
yang terserang penyakit. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social dan
ekonomis(Azwar, 1994:11).
Menurut Levey Loomba, pelayanan kesehatan adalah upaya
yang dilakukan oleh suatu organisasi baik secara sendiri atau
bersama-sama untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan perseorangan, kelompok dan ataupun
masyarakat (Azwar, 1994: 42). Hodgetts dan Casio (Azwar,
1994: 43) menyatakan bahwa bentuk dan jenis pelayanan
kesehatan tersebut terbagi menjadi dua yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan yang termasuk
dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical service)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat berdiri
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu
organisasi (institution). Tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan
yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan
masyarakat (publik health service) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama
dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit dan sasaran utamanya
adalah untuk kelompok dan Masyarakat
b. Apa yang harus dilaksanakan RS terhadap kewajiban RS
membuat,melaksanakan dan menjaga Standar mutu layanan
RS Jelaskan
JAWAB
1.Pertama, reliabilitas yaitu kemampuan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan secara akurat. Pelayanan
yang akurat diantaranya tepat diagnosa penyakit, tepat waktu
dalam memberikan pelayanan. Maka dari itu seluruh petugas
medis harus bekerja secara profesional. Pekerjaan yang
professional dapat menghindarkan dari kesalahan dalam
melakukan pelayanan kepada masyarakat. Masih adanya
kasus dugan malpraktik di Indonesia menunjukkan bahwa
profesionalitas seorang petugas medis harus benar-benar
dijunjung sehingga petugas medis tidak sewenang-wenang
didalam menjalankan kewajibannya. Begitu juga petugas
medis yang ada dirumah sakit Muhammadiyah juga harus
menjaga serta terus meningkatkan profesionalitasnya dalam
melayani masyarakat. Selain itu, ketepatan waktu juga sangat
diperlukan. Beberapa keluhan yang sering disampaikan oleh
pasien rumah sakit terkait ketidak tepatan jam praktik
poliklinik. Hal ini tidak boleh terjadi dirumah sakit , sehingga
manajemen harus menegakkan kedisiplinan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2.Kedua, daya tanggap merupakan kemampuan petugas
rumah sakit dalam memberikan respon untuk memenuhi
permintaan dan kebutuhan para pelanggan. Setiap petugas
rumah sakit harus cepat tanggap dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kecepatan
dalam melakukan pelayanan saat ini sangat diperlukan, hal ini
dikarenakan merupakan kebutuhan para pelanggan yang
menginginkan pelayanan yang cepat. Keterlambatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan dapat menurunkan
penilaian mutu yang dilakukan oleh pelanggan rumah sakit.
Maka dari itu petugas rumah sakit juga harus memperhatikan
dimensi tersebut. Salah satu alasan masyarakat mempercayai
rumah sakit karena cepat dalam merespon kebutuhan para
pelanggan termasuk dalam memberikan bantuan kepada
masyarakat yang kurang mampu. Hal ini harus dipertahankan
dan perlu ditingkatkan untuk terus membantu masyarakat
kurang mampu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
3.Ketiga, jaminan merupakan sikap dan perilaku yang
ditunjukkan petugas rumah sakit dalam memberikan rasa
aman dan nyaman dalam melayani pelanggan. Setiap orang
yang hendak memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
tentu menginginkan pelayanan yang aman dan nyaman.
Aman dalam arti setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan harus sesuai dengan prosedur dan standar yang
berlaku. Rasa aman menjadi poin penting untuk
menumbuhkan rasa percaya. Pelayanan aman dapat
mencegah dari insiden yang dapat membahayakan
keselamatan pasien. Selain itu, petugas rumah sakit juga
harus memberikan kenyamanan kepada pelanggan seperti
bersikap sopan, murah senyum, memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang baik. Setiap rumah sakit harus mampu
memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang
hendak memanfaatkan pelayanan kesehatan disana. Rasa
aman dan nyaman bisa didapat dengan meningkatkan
profesionalitas petugasnya serta kepatuhan terhadap
prosedur atau standar yang ada.
4.Keempat, empati merupakan sikap memahami yang
ditunjukkan oleh pihak rumah sakit kepada pelanggan. Pihak
rumah sakit, baik manajemen maupun petugas kesehatan
harus bisa memahami apa yang diinginkan dan dirasakan
oleh para pelanggan. Selain itu, juga harus mampu
memahami permasalahan yang sedang dihadapi oleh para
pelanggannya. Rasa empati harus selalu ditunjukkan oleh
petugas rumah sakit, termasuk petugas rumah sakit . Adanya
rasa empati yang ditunjukkan dapat memberikan kenyamanan
pada pelanggan atau pasien yang sedang memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan. Perasaan nyaman yang muncul
dapat menumbuhkan kepercayaan. Rasa empati yang
ditunjukkan tetap harus berada pada batas hubungan antara
petugas rumah sakit dengan pasien sehingga tidak melebihi
batas kewajaran yang dapat mengganggu pelayanan
kesehatan.
5.Kelima, bukti fisik berkaitan dengan kualitas fasilitas yang
disediakan oleh rumah sakit. Fasilitas tersebut terdiri dari
fasilitas utama rumah sakit, fasilitas penunjang maupun
kelengkapan sarana dan prasarana yang ada dirumah sakit
tersbut. Termasuk penampilan para petugas rumah sakit
ketika memberikan pelayanan kepada masyarakat. Banyak
rumah sakit yang memiliki kualitas fisik yang baik seperti
peralatan medis, gedung, maupun sarana yang lain. Kualitas
fisik ini harus tetap dijaga dengan terus melakukan kegiatan
pemeliharaan terhadap peralatan daupun sarana yang
dimiliki. Pemeliharaan dilakukan selain untuk melakukan
efisiensi juga untuk mencegah dari insiden yang dapat
membahayakan keselamatan pasien.
Kelima dimensi mutu ini harus tetap dilakukan dan
ditingkatkan oleh semua rumah sakit. Maka kepercayaan
masyarakat tidak akan pernah hilang dan justru akan semakin
meningkat. Di tengah kempetisi antar rumah sakit yang
semakin ketat, maka rumah sakit harus tetap mampu menjaga
mutu pelayanannya sehingga bisa berkompetisi dengan
rumah sakit lain. Dan dengan kepercayaan masyarakat yang
tinggi, rumah sakit bisa berkontribusi dalam mensejahterakan
masyarakat. Tanpa adanya rasa percaya dari masyarakat
tentu amal usaha dibidang kesehatan ini tidak akan bisa
berkembang dan tidak bisa berkontribusi kepada masyarakat,
bangsa dan Negara
c. Langkah apa aja yang dilakukan RS apabila menolak keinginan
pasien yang bertentangan dengan Standar Profesi,Etika dan
Peraturan yang berlaku. Jelaskan
JAWAB
Penolakan keinginan Pasien sebagaimana dimaksud
pada PP NOMOR 4 TAHUN 2018 Tentang kewajiban rumah
sakit dan Kewajiban
Pasien dilakukan setelah diberikan penjelasan
mengenai alasan penolakan tersebut dan dicatat
dalam dokumen tertulis.
Dokumen tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat
berupa rekam medis atau dokumentersendiri
Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan
Rumah Sakit kepada masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah
Sakit;
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai
dengan kemampuan pelayanannya;
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak
mampu atau miskin;
f. melaksanakan fungsi sosial;
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien;
h. menyelenggarakan rekam medis;
i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak
meliputi sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk
orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
j. melaksanakan sistem rujukan;
k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
standar profesi dan etika serta peraturan perundang-
undangan;
l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai hak dan kewajiban pasien;
m. menghormati dan melindungi hak pasien;
5. Perizinan RS sangat terkait dengan Klasifikasi RS sehingga layak
untuk melakukan pelayanan kesehatan
a. Jelaskan hal hal yg dipertimbangan dalam penetapan klasifikasi
RS dikaitkan dengan jumlah tempat tidur kelas Standard {KRIS} .
JAWAB
Sesuai dengan PP no 47 tahun 2021 tentang penyelengaraan
bidang rumah sakit klasifikasi rumah sakit
(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit
khusus.
(2) Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 ditetapkan klasifikasinya oleh pemerintah
berdasarkan kemampuan pclayanan, fasilitas kesehatan, sarana
penunjang, dan sumber daya manusia
1.Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B;
c. Rumah Sakit umum kelas C; dan
d. Rumah Sakit umum kelas D.
2. Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) terdiri atas:
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B; dan
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
b. Bagaimana pengaturan ketersediaan tempat tidur supaya dapat
memenuhi persyaratan perizinan dan akreditasi RS
JAWAB
(1) Ketentuan mengenai ketersediaan tempat tidur rawat
inap Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf b dikecualikan bagi Rumah
Sakit khusus gigi dan mulut, Rumah Sakit khusus
mata, dan Rumah Sakit khusus telinga hidung tenggorok dan
bedah kepala leher.
(2) Ketersediaan tempat tidur rawat inap dan dental unit
bagi Rumah Sakit khusus gigi dan mulut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) metiputi:
a. kelas A paling sedikit 14 (empat belas) tempat tidur rawat inap
dan 75 (tujuh puluh lima) dental unit;
b. kelas B paling sedikit 12 (dua belas) tempat tidur rawat inap dan
50 (lima puluh) dental unit; dan
c. kelas C paling sedikit 10 (sepuluh) tempat tidur
rawat inap dan 25 (dua puluh lima) dental unit.

Tanggapan saya tentang klasifikasi Rumah Sakit adalah Klasifikasi


Rumah Sakit berfungsi untuk menjamin ketersediaan dan
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan tingkat kedua sehingga rujukan berjenjang di era JKN
dapat dilakukan dan tidak adanya penumpukan pasien di RS tipe
A
c. Bagaimana pelaksanaan System Rujukan pelayanan dalam
penyelenggaran BPJS di RS baik System Rujukan Vertikal dan
System Horizontal
JAWAB
Sistem rujukan berjenjang merupakan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab oleh perujuk yang dapat dilakukan secara vertikal-
horizontal atau structural-fungsional.
Sistem ini wajib dijalankan oleh peserta jaminan kesehatan atau
asuransi Kesehatan sosial.
Sistem rujukan memberi manfaat baik pada pasien, tenaga
kesehatan maupun fasilitas kesehatan.
Namun pada kenyataannya implementasi di negara berkembang
Belum efektif karena keterbatasan infrastruktur, SDM, pendanaan
serta dukungan pemerintah.
Mekanisme sistem rujukan di Indonesia diatur dalam Permenkes
tentang sistem rujukan dan peraturan perundangan lainnya
Aturan umum dalam mekanisme rujukan berjenjang adalah
sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai
kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat
pertama.
4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
5. Ketentuan di atas tidak berlaku pada keadaan gawat darurat,
bencana, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, dan
pertimbangan geografis

6. Kewajiban dan hak hak RS dikaitkan dengan Hak – hak Pasien


dalam pelayanan Kesehatan di Rumah sakit.
a. Uraikan secara singkat ada 16 kewajiban yang harus
dilaksanakan Profesi Kesehatan dalam pelayanan di
Rumah Sakit
JAWAB
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah
Sakit kepada masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai
dengan kemampuan pelayanannya;
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
e. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien;
f. menghormati dan melindungi hak pasien;
g. pemberi pelayanan;
h. diagnosis dan tata cara tindakan medis;
i. tujuan tindakan medis;
j. alternatif tindakan;
k. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
L. rehabilitatif;
m. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
n. perkiraan pembiayaan
o. tidak membedakan pelayanan kepada Pasien
dalam memberikan pelayanan kesehatan, baik
menurut ras, agama, suku, gender, kemampuan
ekonomi, orang dengan kebutuhan khusus (difable),
latar belakang sosial politik dan antar golongan
p. memberikan pelayanan kesehatan pada Krisis Kesehatan
lainnya sesuai dengan kemampuan pelayanan.

b..Bagaimana pula tanggung jawab RS dikaitkan hak hak


dari Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan sekarang ini.Jelaskan
JAWAB
Sedangkan hak-hak tenaga kesehatan tercantum dalam Pasal 57
UU 36/2014, yakni:

Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:


a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan
Standar Prosedur Operasional;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima
Pelayanan Kesehatan atau keluarganya;
c. menerima imbalan jasa;
d. memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral,
kesusilaan, serta nilai-nilai agama;
e. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
f. menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain
yang bertentangan dengan Standar Profesi, kode etik, standar
pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
g. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
c..Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi RS
terhadapat tuntutan masyarakat atas pelanggaran yang
dilakukan dalam pelayanan kesehatan
JAWAB
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
mengatur mengenai Tanggung jawab Rumah Sakit, Pasal 46
menyatakan:
.Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan diRumah Sakit.Pasal 45 ayat:
(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila
pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang komprehensif.
(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas
dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia. Pasal 45 ayat (1):
Pasien berhak menolak atau menghentikan pengobatan. Pasien yang
menolak pengobatan karena alasan financial harus diberikan
penjelasan bahwa pasien berhak memperoleh jaminan dari
Pemerintah
7. Dalam Pasal 186 ayat {2} UU No 17 Th 2023 diatur bahwa unsur
Pimpinan /Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis dan
tenaga Kesehatan yang mempunyai kompetensi managemen di
bidang perumahsakitan.
a. Bagaimana pendapat saudara terhadap Persyaratan utk
menjadi unsur Pimpinan/ kepala RS sesuai yang diatur dalam
beberapa peraturan yang berlaku bila dikaitkan dengan
kebutuhan sekarang ini. Jelaskan pandangan saudara
JAWAB
Ketentuan ini dipertegas oleh Pasal 10 ayat (1) Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
971/Menkes/Per/XI/2009 tentang Standar Kompetensi Pejabat
Struktural Kesehatan yang menyatakan bahwa, “Direktur
Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang perumah sakitan.”
Dari hasil kebutuhan sekarang ini pemimpin rumah sakit
harus yang lebih paham dalam system dan bagaimna
memajukan rumah sakit dengan sehinggan bisa terwujud visi
dan misi dalam memajukan rumah sakit.
b .Jelaskan tanggapan saudara bila Direktur RS yang
diangkat Pemilik tapi tidak sesuai persyaratan dimaksud
tapi terjadi masalah kerugian RS .Siapa yg bertanggung
jawab dalam hal ini .berikan pendapat sdr
JAWAB
Tanggung jawab hukum rumah sakit terhadap tenaga kesehatannya
mengandung pengertian bahwa rumah sakit harus bertanggung
jawab terhadap kualitas dari tenaga kesehatan yang bekerja.
Hubungan hukum antara rumah sakit dengan dokter pada dasarnya
terbagi menjadi dua pola, yaitu pola hubungan perburuhan di mana
dokter menjadi karyawan atau pegawai tetap dari rumah sakit (biasa
disebut dengan Dokter in) dan pola hubungan perjanjian atau
kemitraan di mana dokter bekerja secara mandiri dan berperan
sebagai mitra rumah sakit (biasa disebut dengan Dokter out).
Perwujudan pola hubungan kemitraan ini di antaranya adalah
Dokter Part Timer; Visiting Dokter atau Dokter Tamu; Dokter yang
bekerja secara full timer di suatu rumah sakit, tetapi bukan
merupakan pegawai tetap rumah sakit. Apapun bentuk pola
hubungan antara dokter dan rumah sakit, dokter merupakan profesi
yang mempunyai kemandirian dan independensi dalam
melaksanakan profesi serta menerapkan keilmuannya.
Mayoritas masyarakat Indonesia mengasumsikan bahwa kegagalan
tindakan medis merupakan malpraktik dan bahkan mempersamakan
kegagalan tindakan medis dengan tindak pidana. Hal ini tidak
sepenuhnya tepat karena dalam tindak pidana, yang dititikberatkan
adalah akibat dari tindak pidana. Sedangkan di dalam tindakan
medis, yang menjadi titik berat adalah proses. Oleh karena itu,
karakteristik dari tindakan medis
adalah inspanningsverbintennis (perikatan yang menitikberatkkan
pada upaya maksimal) dan bukan resultaatsverbintennis (perikatan
yang menitikberatkan pada hasil). Meskipun demikian, dalam
menerapkan upaya maksimal, terdapat parameter yang harus
dipatuhi, yaitu Standar Profesi Kedokteran

8.Pada hakekatnya setiap nakes mendapat perlindungan


hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya .
a. Jelaskan pemahaman saudara tentang perlindungan
hukum nakes .Uraikan hal hal apa saja perlindungan
Nakes yang diatur dalam peraturan yang berlaku
Jawab
Pengertian perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman
kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau
dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan
rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan
berbagai ancaman dari pihak manapun.
Tetapi kenyataan dari kaca mata yang saya lihat masih kurang nya
perlindungan hukum bagi nakes dengan melihat kejadian2 dimana
pasien bisa dengan seenak nya memukul tenaga medis tampa
memperdulikan bagaimana dokter telah berusaha menangani pasien

b. Jelaskan procedure Pelimpahan kewenangan dari


Dokter kepada tenaga Kesehatan tertentu baik pendelegasian Delegatif
dan Mandat serta mekanisme pertanggungjawabanyan sesuai aturan yg
berlaku
JAWAB
Delegasi adalah wewenang yang diberikan oleh dokter kepada perawat
yang disertai dengan pelimpahan tanggung jawab hukum dari dokter.
Kewenangan non‐atributif dapat juga diberikan oleh perawa t profesi
kepada perawat vokasi sesuai dengan kemampuan terlatihnya.
Berdasarkan Undang‐Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran Pasal 35 ayat (1), wewenang yang dimiliki oleh dokter terdiri
atas:
a. mewawancarai pasien;
b. Memeriksa fisik dan mental pasien;
c. Menentukan pemeriksaan penunjang
d. Menegakkan diagnosis;
e. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. Melakukan tindakan kedokteran;
g. Menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. Menerbitkan surat keterangan dokte r;
i. Menyimpan obat dalamjumlah dan jenis yang diizinkan;
j. Meracik dan menyerahkan obat
kepada pasien, bagi yang berpraktik di daerah terpencil dan tidak ada
apotek. Kewenangan dokter di atas selanjutnya harus didasarkan kepada
standar kompetensi dokter.

Pelimpahan Wewenang
Berikut ini beberapa kondisi yang mengharuskan seorang dokter
melakukan pelimpahan wewenang yang bersifat delegasi antara lain
1.Penanganan pasien dalam jumlah banyak, sedangkan jumlah dokter
terbatas
2. Dokter meninggalkan fasilitas kesehatan untuk jangka waktu tertentu.
Pendelegasian dalam kondisi tersebut harus tertuang dalam standar
prosedur operasional (SOP) di fasilitas kesehatan. Selanjutnya harus
diterbitkan surat pendelegasian yang harus ditandatangani oleh dokter
yang mendelegasikan dan perawat yang menerima delegasi. Pada
kondisi di mana jumlah pasien sangat banyak sedangkan jumlah dokter
terbatas, kewenangan yang dapat didelegasikan antara lain:
1. Pemeriksaan tanda vital 2. Anamnesis keluhan utama 3. Pelaksana an
tindakan pengobatan.
Penegakkan diagnosis serta menentukan penatalaksanaan medis
sepenunnya menjadi kewenangan dokter. Pendelegasian wewenang dari
dokter ke perawat harus mem pertim bangkan:
1. Kompetensi perawat yang didelegasikan
2. Evaluasi pelaksanaan wewenang yang di delegasikan. Di dalam UU
Keperawatan Pasal 32 disebutkan pelimpahan wewenang secara
delegatif untuk melakukan suatu tindakan medis diberikan oleh tenaga
medis kepada perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
Pelimpahan delegatif hanya dapat diberikan kepada perawat profesi atau
perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan.
Menjadi permasalahan pendelegasian di sini adalah pada situasi di mana
dokter harus meninggalkan fasilitas kesehatan untuk jangka waktu
tertentu sehingga yang berada di fasilitas hanya perawat. Untuk
melimpahkan kewenangan menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan
disini masih menimbulkan pertanyaan:

1. Apakah perawat yang didelegasikan terlatih untuk menegakkan


diagnosis sekian banyak penyakit medis?
2. Apakah perawat yang didelegasikan terlatih untuk memilih jenis
pengobatan untuk sekian banyak penyakit medis? Pertanyaan ini
haruslah dijawa b oleh organisasi profesi perawa t yaitu Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPN I) untuk menjabarkan kompetensi
perawat yang bertugas difasilitas kesehatan. Penjabaran kompetensi
tersebut ber tujuan untuk melindungai perawat dari implikasi hukum
akibat melaku kan tindakan yang bukan merupakan kompetensinya (lack
of skill). Berdasarkan UU Praktik Kedokteran, seluruh catatan me ngenai
pasien dan tindakan kedokteran yang diberikan kepada pasien harus
dicatat di dalam rekam medik. Rekam medik sen diri merupakan
dokumen milik dokter, dalam arti yang waji b mencatat dalam rekam
medik adalah dokter. Berdasar kan Manual Rekam Medis yang
diterbitkan oleh Konsil Kedok teran Indonesia (KKI) tahun 2006, pencatat
an direkam medik dalam dilakukan oleh selain dokte r dengan pendeleg
asian secara tertulis.

c. Dalam UU 17 th 2023 ttg Kesehatan dimungkin penyelesaian


kasus dengan cara Restorasi Justive
Jelaskan pelaksanaan Restorasi Justive dalam penanganan
kasus di RS sebagai bentuk perlindungan Hukum di RS
JAWAB
Inti dari Restorative justice adalah penyembuhan, pembelajaran moral,
partisipasi dan kepedulian masyarakat,dialog, pengampunan, tanggung
jawab, dan membuat perubahan, semuanya memandu proses restoratif
dari perspektif keadilan restoratif. Tujuan restorative justice adalah
memberikan kesempatan kepada korban atau keluarganya, pelaku dan
masyarakat untuk memperbaiki suatu perbuatan yang tidak adil dengan
menggunakan kesadaran dan keimanan sebagai landasan untuk
memperbaiki kehidupan sosial di masyarakat. Mediasi merupakan suatu
proses yang ruang lingkupnya lebih luas daripada negosiasi karena dalam
mediasi para pihak yang berselisih dapat menentukan dan
mengkomunikasikan apa yang diinginkannya sehingga hasilnya tidak
menimbulkan kerugian atau kerugian bagi kedua belah pihak karena
itulah tujuan mediasi dalam Alasan memenangkan kedua belah pihak
yang sedang berperkara. Proses restorative justice merupakan proses
keadilan yang sepenuhnya disadari dan dicapai oleh masyarakat. sebuah
proses mutlak yang harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan
melakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk mencegah terjadinya
kejahatan kembali. Itu adil dengan memerangi kejahatan dan
menghindari stigma. Oleh karena itu, telah diketahui dengan baik bahwa
masyarakat perlu membentuk mekanisme tindak lanjut untuk
melakukan penyidikan latar belakang tindak pidana guna memberikan
dukungan dan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada pemangku
kepentingan utama. Keadilan Restoratif adalah model penyelesaian
mengedepankan pemulihan terhadap korban, pelaku, dan masyarakat.
Prinsip utama Restorative Justice adalah adanya partisipasi korban dan
pelaku, partisipasi warga sebagai fasilitator dalam penyelesaian kasus,
sehingga ada jaminan anak atau pelaku tidak lagi mengganggu harmoni
yang sudah tercipta di masyarakat. Restorative Justice memiliki tujuan
untuk memberdayakan para korban, pelaku, keluarga, dan masyarakat
untuk memperbaiki suatu perbuatan melawan hukum dengan
menggunakan kesadaran dan keinsyafan sebagai landasan untuk
memperbaiki kehidupan bermasyarakat menjelaskan bahwa konsep
Restorative Justice pada dasarnya sederhana. Pada pasal 29 Undang-
Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa “Dalam
hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan
profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
mediasi.” Sesuai dengan pasal 29 UU Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan bahwa tenaga kesehatan yang diduga melakukan kelalaian
dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan
terlebih dahulu melalui mediasi, oleh karena itu banyak orang yang lebih
memilih melakukan penyelesaian melalui restorative justice
9. Pada era sekarang ini pelayanan dilakukan melalui Telemedicine
dan dengan Rekam Medis Elektronik (RME)
a. Bagaimana pandangan saudara ttg pelaksanaan
Telemedicine dalam pelayanan Kesehatan Jelaskan .
JAWAB
Telemedicine berpotensi mengatasi berbagai masalah layanan
kesehatan dan merevolusi kesehatan masyarakat Indonesia.
Masalah utama yang dialami terkait pelayanan kesehatan di
Indonesia adalah jumlah dokter yang masih terbatas dan
persebarannya belum merata. Jumlah dokter per kapita baru
mencapai 4 per 10.000 penduduk, masih jauh di bawah rekomendasi
WHO yang mencapai 10 per 10.000 penduduk atau satu per 1.000
penduduk di tiap negara.
Rasio dokter di Indonesia menjadi yang terendah kedua di Asia
Tenggara setelah Kamboja. Tiga negara dengan rasio dokter tertinggi
di kawasan ASEAN yakni Singapura dengan angka 2,3 per 1.000
penduduk, Brunei Darussalam 1,8 per 1.000 penduduk, dan Malaysia
1,5 per 1.000 penduduk
Hadirnya Telemedicine tentu menawarkan kemudahan bagi
masyarakat, terutama yang berada di wilayah dengan jumlah dokter
terbatas, untuk mendapatkan layanan kesehatan. Selain itu, harga
yang lebih terjangkau membuat semakin banyak masyarakat yang
dapat menikmati layanan melalui Telemedicine. Setidaknya ada lima
alasan utama untuk mempertimbangkan
penggunaan Telemedicine yaitu akses yang lebih baik, hemat biaya,
kenyamanan, permintaan dari pengguna generasi milenial, dan
mengurangi ketidakhadiran tenaga medis untuk masyarakat

b. Bandingkan dengan pelayanan konvensional yang


selama ini dilakukan.Bagaimana pertanggungjawaban
hukum pelaksanaan Telemedicine
JAWAB
Pelayanan konvensional itu masih bergantung kebiasaan lama yang
belum bersistem telemedicine,
Dijaman sekarang dengan marak nya system telemedicine
mempermudah Masyarakat dalam pelayanan meskipun tidak harus
bertemu langsung dengan pemberi layanan
Petanggung jawaban hukum pelaksanaan telemedicine Tanggung
jawab
hukum dokter dalam pelayanan telemedicine ditemukan dalam Unda
ng-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016.

c. Bandingkan pelaksanaan antara Rekam Medis


Elektronik {RME} dengan Telemedicine di RS
dikaitkan dengan pelaksanaan SIMRS dalam Sistim
Informasi Kesehatan
JAWAB
Rekam Medis Elektronik (RME) merupakan catatan rekam
medis pasien seumur hidup pasien dalamformat elektronik tentang
informasi kesehatan seseorang yang dituliskan oleh satu atau
lebih petugas kesehatan secara terpadu dalam tiap kali pertemuan
antara petugas kesehatan dengan klien
Rekam medis elektronik adalah rekam medis yang dibuat dengan
menggunakan sistem elektronik. Sistem ini menjadi gudang
penyimpanan informasi elektronik berisi status kesehatan dan
layanan kesehatan yang diperoleh pasien sepanjang hidupnya.
Sistem digital ini tentunya akan membantu staf, dokter dan tenaga
kesehatan untuk mengelola data pasien lebih mudah. Selain itu,
pasien juga dapat mengakses data kesehatan mereka, sehingga
ketika dibutuhkan, pasien tidak perlu bingung meminta data fisik
atau memberikan riwayat kesehatan lagi.
Rekam medis pasien mulai beralih menjadi berbasis elektronik
dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor
24 tahun 2022 tentang Rekam Medis. Melalui kebijakan ini,
fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) diwajibkan menjalankan
sistem pencatatan riwayat medis pasien secara elektronik. Proses
transisi dilakukan sampai paling lambat 31 Desember 2023.
PMK dimaksud merupakan kerangka regulasi pendukung dari
implementasi transformasi teknologi kesehatan yang menjadi
bagian dari pilar ke-6 Transformasi Kesehatan. Kebijakan ini hadir
sebagai pembaharuan dari aturan sebelumnya yaitu PMK nomor
269 tahun 2008 yang dimutakhirkan menyesuaikan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kebutuhan pelayanan, kebijakan, dan
hukum di masyarakat.
Dilansir dari persi.or.id, survei yang dilakukan oleh Persatuan
Rumah Sakit Indonesia (PERSI) pada bulan Maret 2022
menemukan bahwa dari 3.000 rumah sakit di Indonesia, masih
50% saja yang telah menerapkan sistem rekam medis elektronik.
Dari persentase tersebut, baru 16% yang sudah
menyelenggarakan rekam medis elektronik dengan baik. Fakta ini
menunjukan bahwa masih banyak rumah sakit yang harus beralih
ke sistem elektronik, serta mengoptimalisasi sistem elektronik
yang telah diterapkan.
Setiap perubahan pasti memiliki tantangan tersendiri, tidak
terkecuali implementasi rekam medis elektronik. Ada berbagai
persiapan dan tantangan yang harus dihadapi guna
mensukseskan transformasi dari sistem manual ke digital, serta
operasionalnya dalam pemberian layanan kesehatan rumah sakit.
Berikut dijelaskan tantangan-tantangan utama yang harus
dihadapi oleh jajaran manajemen ketika memutuskan untuk mulai
mengimplementasikan sistem rekam medis elektronik.
1. Kurangnya SDM
Penerapan sistem rekam medis elektronik akan melibatkan
instalasi berbagai teknologi digital. Dalam pengelolaanya,
pengetahuan dan keterampilan SDM di bidang teknologi informasi
sangat dibutuhkan. Sayangnya, saat ini masih banyak fasilitas
kesehatan yang masih belum banyak didukung oleh tenaga ahli
teknologi informasi dan tenaga khusus bidang arsip rekam medis.
Hal ini memunculkan tantangan bagi implementasi sistem rekam
medis elektronik.
Pengelolaan rekam medis harus optimal agar informasi tersebut
mampu digunakan secara tepat, baik dan benar. Tanpa dukungan
SDM dengan kompetensi di bidang teknologi informasi,
implementasi rekam medis elektronik tidak akan berjalan dengan
fungsional. Selain itu, jika terdapat kendala teknis yang
membutuhkan problem solving, tidak dapat segera diselesaikan
karena keterbatasan pengetahuan.
2. Anggaran Implementasi
Ketika rumah sakit telah menetapkan untuk beralih ke sistem
elektronik, mereka harus siap untuk melakukan pengadaan
infrastruktur, instalasi dan pengelolaan operasionalisasinya. Untuk
menjalankan itu semua, tentu dibutuhkan anggaran khusus yang
dialokasikan untuk implementasi rekam medis elektronik. Padahal
pengadaan infrastruktur pendukung sistem rekam medis elektronik
membutuhkan anggaran yang cukup besar. Tidak semua fasilitas
kesehatan siap untuk mengatasi kebutuhan ini. Tidak hanya itu,
biaya operasional dan pengadaan SDM ahli untuk mendukung
implementasi sistem elektronik juga menjadi pengeluaran
tambahan bagi rumah sakit. Itulah sebabnya, kesiapan dan
perencanaan menjadi sangat penting.
Untuk menghindari berbagai permasalahan yang dapat
menghambat implementasi rekam medis elektronik, perencanaan
anggaran implementasi yang matang wajib dilakukan. Dengan
melakukan perhitungan dan kalkulasi secara cermat, manajemen
rumah sakit dapat menyesuaikan sistem elektronik yang
digunakan dengan kondisi keuangan di masing-masing rumah
sakit.
3. Adaptasi Teknologi
Pengelolaan rekam medis secara elektronik terdapat beberapa
perbedaan dengan pengelolaan secara manual (dalam bentuk
cetak). Sedikit banyak, staf rumah sakit harus memahami aplikasi
dan sistem informasi yang digunakan. Keterbatasan pengetahuan
dan keterampilan di bidang teknologi digital, memunculkan
tantangan tersendiri bagi setiap staf rumah sakit untuk
menyesuaikan diri dalam upaya mengoptimalkan fungsinya.
4. Penerapan SIMRS
Untuk mendukung optimalisasi operasional rekam medis
elektronik terintegrasi, idealnya rumah sakit telah menerapkan
SIMRS terlebih dulu sebagai sistem dasar. Sayangnya, masih
banyak rumah sakit yang bahkan belum mengenal SIMRS.
Berdasarkan laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan
(LAKIP) tahun 2020 yang diunggah pada situs e-
renggar.kemkes.go.id, hanya 20% rumah sakit yang telah
menerapkan rekam medis elektronik terintegrasi seperti SIMRS.
Implementasi SIMRS menjadi tantangan tersendiri dalam upaya
untuk mewujudkan optimalisasi sistem rekam medis elektronik
rumah sakit yang terintegrasi

10.Pada umumnya setiap RS menyelengarakan aspek hukum


pelayanan Kesehatan { Rekam Medis, Informed Consent
dan Rahasia Medis }.
a. Bagaimana pelaksanaan Informed Consent sesuai Manual
Persetujuan Tindakan Kedokteran dengan prinsip prinsip Deklarasi
Lisbon dibandingkan dengan pelaksanaan di beberapa
RS.Bagaimana seharusnya demi melindungi pasien dan RS
JAWAB
Istilah informed consent (persetujuan tindakan) merupakan salah
satu istilah yang paling sering disebut atau paling sering
digunakan dalam praktek kedokteran, karena setiap kali dokter
akan melakukan suatu tindakan medik tertentu kepada pasien
akan selalu berhubungan dengan istilah ini. Meskipun istilah ini
sudah sering disebutkan dan digunakan dalam praktek kedokteran
, namun esensi dari Informed consent belum semua dipahami
dengan baik dan benar oleh dokter , sehingga dalam
penerapannya terkadang masih dijumpai permintaan persetujuan
tindakan medis kepada pasien atau keluarganya asal seadanya
saja, tanpa melalui proses atau mekanisme yang benar sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Praktek
Kedokteran
Sebagai bentuk kurangnya pemahaman terhadap informed
consent, masih sering dijumpai seorang dokter mewakilkan
permintaan persetujuan tindakan medis dari pasien atau
keluarganya melalui perawat, bidan atau penata anastesi yang
bertugas di kamar operasi. Dalam hal demikian, basanya pasien
atau keluarganya hanya disodorkan berkas persetujuan tindakan
medis untuk ditandatangani tanpa mendapatkan penjelasan yang
cukup mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, cara
pelaksanaan tindakan dan kemungkinan resiko yang dapat terjadi
atas pelaksanaan tindakan tersebut.
Mungkin saja hal ini dianggap sepele dengan alasan
bahwa pasien telah menandatangani berkas persetujuan sebagai
bukti bahwa pasien telah menyatakan persetujuannya. Namun
dari sudut pandang hukum , persetujuan tindakan medis tanpa
mendapatkan penjelasan yang cukup dari dokter yang akan
melakukan tindakan tersebut dapat dianggap cacat prosedur
sehingga tidak memiliki kekuatan hukum mengikat dan berpotensi
untuk menimbulkan sengketa medis.
Informed consent terdiri dari dua kata
yaitu informed dan consent. John M. Echols (2003) memberi
pengertian informed yaitu telah mendapatkan penjelasan atau
keterangan telah disampaikan atau diinformasikan.
Sedangkan consent yang berarti persetujuan yang telah diberikan
pada seseorang untuk berbuat sesuatu Jadi informed
consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh
pasien kepada dokter untuk melakukan tindakan kedokteran
tertentu setelah mendapatkan penjelasan dari dokter yang
bersangkutan.
Setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh
dokter harus mendapatkan persetujuan dari pasien. Persetujan
tersebut diberikan oleh pasien setelah mendapatkan penjelasan
yang cukup dari dokter yang akan melakukan tindakan medis
tersebut . Pemberian penjelasan oleh dokter kepada pasien
sekurang-kurangnya mencakup diagnosis dan tata cara tindakan
medis; tujuan tindakan medis yang dilakukan;
alternatif tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi; dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat
dipahami bahwa esensi dari persetujuan tindakan medis terletak
pada proses atau tatacara dalam mencapai persetujuan yang
akan diberikan oleh pasien atau keluarganya kepada dokter.
Sedangkan berkas Persetujuan tindakan medis merupakan
pengukuhan atas persetujuan yang telah dibuat oleh pasien atau
keluarganya untuk memberi izin kepada dokter dalam
melaksanakan tindakan medis.
Proses atau tatacara memperoleh persetujuan tindakan
medis tidak dirinci dengan jelas dalam Undang-Undang Praktek
Kedokteran. Namun secara tersirat di dalam ketentuan Pasal 45
Undang-Undang Kedokteran dapat dikonstruksikan suatu proses
atau tatacara dalam memperoleh persetujuan tindakan medis dari
pasien atau keluarganya sebagai berikut:
1. Diawali dengan sebuah hubungan hukum dalam suatu perjanjian
terapeutik antara dokter dan pasien
2. Adanya komunikasi terapeutik interpersonal dua arah secara
berimbang yaitu antara dokter yang akan melakukan tindakan medis
tanpa diwakili dan kepada pasien yang cakap menurut ketentuan
perundang-undangan atau keluarganya yang berhak menurut
ketentuan perundang-undangan.
3. Komunikasi terapeutik yang dibangun adalah pemberian informasi
dan penjelasan dari dokter kepada pasien dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh pasien dan sebaliknya pasien
menyampaikan informasi kepada dokter secara lengkap, jujur dan
benar mengenai keluhan atau penyakit yang dialaminya, termasuk
mempertanyakan secara terbuka dan bebas terhadap hal-hal yang
tidak dipahami atas penjelasan yang diberikan oleh dokter.
4. Informasi atau penjelasan yang diberikan oleh dokter kepada pasien
sekurang-kurangnya menyangkut diagnosis dan tata cara
pelaksanaan tindakan medis, mengenai diagnosis penyakit, tujuan
tindakan medis yang dilakukan;
alternatif tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi; dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
5. Pasien mengambil keputusan untuk memberi persetujuan atau
penolakan terhadap tindakan medis yang akan dilakukan secara
indepen, tanpa tekanan atau paksaan yang harus dihormati oleh
dokter.

b. Bagaimana pandangan sdr tentang larangan tentang perekaman


yg dilakukan di RS dengan dasar hukumnya . Apa yang harus
dilakukan penyelenggara Rumah Sakit . Jelaskan
JAWAB
Mengambil foto pasien rumah sakit ada etikanya. Perhatikan hal-
hal ini untuk menghindari ketidaknyamanan hingga tuntutan
hukum di masa mendatang. Mengambil foto pasien rumah sakit
tidak boleh sembarangan, apalagi jika Anda ingin
menyebarluaskan gambar tersebut.
Oleh karena itu, pahami aturannya agar Anda tidak berurusan
dengan hukum seandainya pihak rumah sakit atau pasien tidak
berkenan untuk diambil gambarnya
Berhati-hatilah sebelum mengambil foto pasien rumah sakit.
Pada prinsipnya, pengambilan foto di rumah sakit tidak boleh
melanggar privasi petugas rumah sakit, pasien, maupun keluarga
pasien. Untuk itu, Anda disarankan untuk melakukan hal-hal
berikut ini sebelum mengambil foto pasien rumah sakit:
 Meminta izin pasienJika pihak yang Anda ingin ambil gambarnya
tidak keberatan, maka silakan memotret. Sebaliknya, Anda tidak
boleh memotret dengan alasan apapun jika pasien atau pihak
keluarga keberatan.
 Meminta izin rumah sakitHal ini dilakukan bila pengambilan gambar
diperuntukkan kepentingan penelitian atau pekerjaan. Anda harus
menjelasankan tujuan pengambilan gambar tersebut dan mungkin
harus menunggu beberapa jam hingga hari sebelum diizinkan
memotret.
Setelah mendapat izin, Anda juga tetap harus memperhatikan
prinsip, standar, dan pedoman etik yang bersifat universal dan
tidak melanggar privasi pasien dan keluarganya.
Ikuti prosedur yang ada sebelum mengambil foto pasien rumah
sakit, termasuk menandatangani sejumlah dokumen bila
diperlukan, untuk menghindari tuntutan hukum yang mungkin
muncul di kemudian hari.
Peraturan pemerintah tentang pengambilan foto pasien
rumah sakit
Larangan mengambil foto pasien rumah sakit tanpa
memperhatikan privasi didasarkan atas peraturan pemerintah,
baik melalui Undang-Undang maupun Peraturan Menteri. Berikut
ini beberapa contoh peraturan tertsebut dan isinya yang
menggarisbawahi soal pengambilan foto di rumah sakit.
1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
Dalam Undang-Undang ini, pengambilan foto pasien rumah sakit
diatur oleh Bab VIII mengenai hak dan kewajiban rumah sakit
serta pasien. Pasal 29 meyebutkan bahwa rumah sakit
berkewajiban menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
Pasal 32 UU yang sama kemudian menjabarkan beberapa hak
pasien. Salah satu hak yang harus diterima oleh pasien ialah
mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita,
termasuk data-data medisnya.
Ketika rumah sakit tidak mampu melakukannya, maka instansi
tersebut bisa mendapat sanksi administratif dari pemerintah.
Sanksi paling ringan adalah teguran, kemudian naik menjadi
teguran tertulis, denda, hingga yang paling parah adalah
pencabutan izin rumah sakit.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
Anda sebenarnya tidak boleh memotret di ruang bersalin.
Peraturan menteri ini merupakan turunan dari Undang-Undang
tentang Rumah Sakit yang sebelumnya dijelaskan. Peraturan
tersebut mencakup hal-hal yang lebih detail, termasuk soal
pengambilan foto pasien di rumah sakit meski tidak spesifik.
Pasal 26 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4/2018
menyebutkan, pasien (maupun keluarga pasien) berhak mendapat
bantuan medis di rumah sakit. Mereka juga harus menghormati
hak pasien lain, pengunjung, serta tenaga kesehatan dan petugas
lain yang bekerja di rumah sakit.
Terkait hal tersebut, pihak rumah sakit bisa memberi tahu pasien
atau keluarga bila ingin mengambil foto pasien rumah sakit,
terutama bila pasien tersebut adalah orang lain (bukan keluarga).
Selain itu, Anda juga tidak diperkenankan mengambil gambar
pada tempat tertentu di rumah sakit, seperti:
 Ruang bayi
 Ruang bersalin
 Ruang perawatan intensif
 Ruang pemulihan
 Ruang psikiatri
 Ruang informasi dan teknologi
 Ruang penyimpanan berkas rekam medis
 Ruang lain dengan akses terbatas
Perhatikan ada atau tidaknya stiker larangan pengambilan foto
pasien rumah sakit sebelum Anda mengambil gambar dan
mempublikasikannya di akun media sosial.
Rumah sakit berhak menegur, memberi peringatan, hingga
menempuh jalur hukum bila larangan tersebut tidak dipatuhi.
Setiap pusat kesehatan mungkin memiliki peraturan internal yang
berbeda-beda mengenai etika pengambilan foto pasien rumah
sakit. Hal ini pun sah-sah saja dan sudah diatur dalam Undang-
Undang maupun Peraturan Menteri Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE)
Mengambil foto pasien rumah sakit tanpa izin juga bisa dikenakan
pasal pelanggaran berdasarkan Undang Undang ITE. Hal ini
terjadi bila pasien atau keluarganya yang tidak berkenan
gambarnya diambil, merasa foto tersebut dianggap menghina,
mencemarkan nama baik, serta melanggar kesusilaan.
Anda boleh meyakinkan pasien, keluarga, maupun pihak rumah
sakit bila menolak memberikan izin di awal kegiatan. Namun,
jangan memaksa apalagi mengambil foto pasien rumah sakit
secara ilegal demi menghindari ketidaknyamanan hingga potensi
tuntutan hukum di masa mendatang.

CATATAN: Dikerjakan masing masing mahasiwa dan


diemail : fresleyhutapea@yahoo.com paling lama 1 (satu )
minggu melalui Ketua Kls masing masing

Anda mungkin juga menyukai