UJI PENDENGARAN
disusun oleh :
Nim : 2000029145
2020
UJI PENDENGARAN
A. TUJUAN
1. Mengetahui dan mampu melakukan uji pendengaran (Tes Rinne, Tes Swabach,
Tes Weber, Tes Bing) secara baik dan benar.
2. Mampu membedakan jenis tuli konduksi dan tuli saraf berdasarkan uji
pendengaran.
B. DASAR TEORI
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks(pendengaran dan
keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting padapartisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untukperkembangan normal dan pemeliharaan bicara,dan
kemampuan berkomunikasidengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar (Miyoshi, dkk, 2010).
Jenis-jenis ketulian Tuli konduktif : Gangguan terjadi pada telinga luar dan tengah. Tuli
saraf : Gangguan terjadi pada telinga dalam (cochlea danakustikus). Ciri dari tuli saraf
yaitu ketidak sesuaian suara percakapan, tinitus,umumnya gangguan pendengaran terhadap
suara frekuensi tinggi, dan suara yangada disekeliling menimbulkan kesulitan saat
mendengar. Kebisingan dapatmenyebabkan terjadinya tuli saraf, karena terpapar
bahaya kebisinganmengakibatkan ketulian melalui destruksi sel-sel rambut pada cochlea. Tuli
campuran : Gangguan terjadi pada telinga luar, tengah dan dalam (Rampal, 2010).
C. METODE
1) Alat dan Bahan
a. Kapas
b. Garputala 512 Hz.
2) Cara Kerja
Percobaan Tes Pendengaran
A. Teori Rinne
Cara Kerja :
1. Penguji meletakan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak
kepala (vertex) atau pada proses mastoideus probandus. Mula-mula probandus
akan mendengar garputala itu makin lemah dan akhimya tidak mendengar
lagi.
2. Pada saat probandus tidak mendengar suara garputala, penguji segera
memindahkan garpu tala itu, ke dekat telinga kanan. pemindahan garputala
itu,
maka ada dua kemungkinan yang bisa diperoleh yaitu:
a. probandus akan mendengar garputala lagi, disebut tes Rinne positif,
b. probandus tidak mendengar suara garputala, disebut Rinne negatif.
3. Lakukan percobaan ini untuk telinga kiri dan ulangi percobaan sebanyak
tiga kali, catatlah hasilnya dilembar kerja dan bandingkan hasilnya yang anda
peroleh antara telinga kanan telinga kiri.
lnterpretasi:
Tes Rinne (+): Normal
Tes Rinne (-) (getaran didengar melalui tulang lebih lama): Tuli konduksi
B. Teori Swabach
Cara Keja :
1. Penguji meletakan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak
kepala atau ke tulang mastoid probandus.
2. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah
dan akhimya tidak mendengar suara garputala lagi.
3. Pada saat probandus tidak mendengar suara garputala, maka penguji segera
memindahkan garpu tala itu, ke puncak kepala atau tulang mastoid orang yang
diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding).
4. Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi :
a. akan mendengar suara artinya hasil tes swabach : memendek
b. tidak mendengar suara dilanjutkan melakukan tes swabach dari
pembanding ke probandus.
5. Jika tes swabach dari pembanding ke probandus, probandus masih
mendengar suara menandakan hasil tes swabach : memanjang.
6. Jika dari pembanding ke probandus, probandus sudah tidak mendengar
suara
menandakan hasil tes swabach : Normal
Interpretasi:
Hasil tes swabach memendek = Tuli persepsi / tuli saraf
Hasil tes swabach memanjang = Tuli konduksi
Hasil tes swabach probandus dan pembanding 2x tes sama sama sudah tidak
mendengar
suara artinya normal.
C. Percobaan Weber
1. Peneliti meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak
kepala probandus.
2. Probandus memperhatikan intensitas suara di kedua telinga.
3. Apabila, probandus mendengar lebih keras pada sisi sebelah kanan disebut
lateralisasi kekanan. Disebut normal apabila antara sisi kanan dan kiri
intensitas
suaranya sama.
Interpretasi:
Lateralisasi (+): tuli konduksi pada telinga tersebut
Lateralisasi (-): normal
D. Percobaan Bing
1. Penguji meletakan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak
kepala probandus.
2. Probandus memperhatikan intensitas suara pada telinga kanan. Sebelum
suara menghilang sumbatlah telinga kanan kapas atau ujung jari.
Kemungkinan yang terjadi pada probandus adalah :
a. Suara garpu tala kedengaran bertambah keras (percobaan Bing positit),
b. Keras suara garpu tala tidak mengalami perubahan (percobaan Bing
indeferent). Ulangi percobaan ini tiga kali..
3. Lakukan percobaan ini seperti di atas untuk telinga kiri.
4. Catatlah hasilnya pada lembar kerja. Bandingkan hasil yang diperoleh.
5. Interpretasi:
Bing (+): normal
Bing indeferent: tuli konduksi
D. HASIL PERCOBAAN
Keterangan :
T.Ka = Telinga Kanan
T.Ki = Telinga Kiri
+ = positif
- = negative
Data Probandus Uji Pendengaran
Dari uji pendengaran di dapatkan hasil sebagai berikut Diketahui bahwa dari data
probandus pria 1 umur 30 tahun tinggi badan 150 cm berat badan 65 kg dari hasil uji
pendengaran pada percobaan Rinne bahwa telinga kanan positif dan telinga kiri positif
sedangkan pada percobaan swabach diketahui telinga kanan sama dan telinga kiri sama lalu
pada percobaan Weber menunjukkan hasil negatif kemudian pada percobaan Bing telinga kanan
positif dan pada telinga kiri positif maka interpretasi yang dihasilkan telinga kanan normal dan
telinga kiri normal. dari data probandus pria 2 umur 55 tahun tinggi badan 145 cm berat badan
60 kg dari hasil uji pendengaran pada percobaan rinne bahwa telinga kanan negatif dan telinga
kiri positif sedangkan pada percobaan swabach diketahui telinga kanan memanjang dan telingan
kiri sama lalu pada percobaan weber menunjukkan hasil positif pada telinga kanan kemudian
pada percobaan Bing telinga kanan negatif dan pada telinga kiri positif maka interpretasi yang
dihasilkan telinga kanan tuli konduksi dan telinga kiri normal. dari data probandus pria 3 umur
42 tahun tinggi badan 168 cm berat badan 60 kg hasil uji pendengaran pada percobaan rinne
bahwa telinga kanan positif dan telinga kiri positif sedangkan pada percobaan swabach diketahui
telinga kanan sama dan telinga kiri memendek lalu pada percobaan weber menunjukkan hasil
positif pada telinga kanan kemudian pada percobaan Bing telinga kanan positif dan telinga kiri
positif maka interpretasi yang dihasilkan telinga kiri tuli persepsi dan telinga kanan normal. pada
data probandus wanita 1 umur 65 tahun berat badan 53 kg dan tinggi badan 160 cm dari hasil uji
pendengaran pada percobaan rinne bahwa telinga kanan positif dan telinga kiri negatif sedangkan
pada percobaan swabach diketahui telinga kanan sama dan telinga kiri sama lalu pada percobaan
weber didapatkan hasil positif pada telinga kiri kemudian pada percobaan Bing positif pada
telinga kanan dan negatif pada telinga kiri dan interpretasi nya telinga kanan normal dan telinga
kiri tuli konduksi. Pada data probandus wanita 2 umur 25 tahun berat badan 50 kg dan tinggi
badan 155 cm dari hasil uji pendengaran pada percobaan rinne bahwa telinga kanan positif dan
telinga kiri positif sedangkan pada percobaan swabach diketahui telinga kanan sama dan telinga
kiri sama lalu pada percobaan weber hasilnya negative kemudian pada percobaan Bing pada
telinga kanan positif dan pada telinga kiri positif jadi interpretasi pada telinga kanan normal dan
pada telinga kiri normal. Pada data probandus wanita 3 umur 55 tahun berat badan 56 kg dan
tinggi badan 150 cm dari hasil uji pendengaran pada percobaan rinne bahwa pada telinga kanan
positif dan telinga kiri positif sedangkan pada percobaan swabach telinga kanan memendek dan
telinga kiri sama lalu pada percobaan weber di dapatkan hasil positif pada telinga kiri dan pada
percobaan Bing positif pada telinga kanan dan positif pada telinga kiri maka interpretasi pada
telinga kanan tuli persepsi dan normal pada telinga kiri.
Akibat yang ditimbulkan Ada 3 tipe gangguan pendengaran yang dapat terjadi, yaitu
gangguan pendengaran konduktif, gangguan pendengaran sensorineural, dan gangguan
pendengaran campuran. Berikut adalah penjelasannya: Gangguan pendengaran konduktif
Gangguan pendengaran konduktif terjadi ketika proses penghantaran bunyi atau suara terganggu
akibat adanya gangguan pada telinga. Beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan
gangguan pendengaran konduktif adalah : Adanya penumpukan cairan di telinga bagian tengah
akibat pilek atau rhinitis, Infeksi telinga tengah atau otitis media, Infeksi telinga luar atau otitis
eksterna, Gangguan atau kerusakan pada tuba eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan
telinga dengan hidung dan tenggorokan, Gendang telinga robek atau perforasi membran timpani,
Tumor atau pertumbuhan jaringan yang tidak normal di telinga bagian luar dan telinga bagian
tengah, seperti kolesteatoma, Kotoran telinga yang menumpuk dan menyumbat saluran telinga
atau serumen prop, Adanya benda asing yang tersangkut saluran saluran telinga, seperti batu
kerikil atau manik-manik, Kalainan bentuk telinga atau malformasi telinga, seperti mikrotia,
tidak terbentuknya daun telinga, atau adanya kelainan tulang-tulang pendengaran, Penyakit pada
tulang-tulang pendengaran, seperti otosklerosis. Gangguan pendengaran sensorineural Gangguan
pendengaran sensorineural terjadi ketika ada kerusakan telinga bagian dalam dan gangguan pada
jalur saraf antar telinga bagian dalam dan otak. Ada beberapa kondisi dan penyakit yang bisa
menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, yaitu : Penyakit tertentu, seperti penyakit
autoimun yang menyerang telinga atau penyakit Meniere, Penggunaan obat yang bisa
menimbulkan efek samping pada telinga, seperti antibiotik aminoglikosida, obat kemoterapi,
aspirin dosis tinggi, dan loop diuretic, Kondisi genetik tertentu yang diturunkan di dalam
keluarga, Gangguan pembentukan telinga bagian dalam, Proses penuaan yang disebut juga
presbikusis, Pukulan atau cedera di kepala, Paparan suara keras yang berlangsung dalam waktu
lama, seperti bekerja di proyek dengan kebisingan tinggi. Gangguan pendengaran campuran
Gangguan pendengaran campuran terjadi ketika timbul gangguan pendengaran konduktif
bersamaan dengan gangguan pendengaran sensorineural. Kondisi ini dapat menunjukan adanya
kerusakan pada telinga bagian luar, tengah, dan bagian dalam, atau jalur saraf ke otak.
Penyebab yang ditimbulkan Saat terjadi gangguan dari proses pengiriman getaran suara
dan penerimaan suara yang telah diolah, maka pendengaran akan terganggu. Di bawah ini adalah
gejala yang dapat timbul akibat gangguan pendengaran : Suara atau perkataan terdengar pelan,
Selalu menyetel suara TV dan musik dengan volume keras, Telinga berdenging atau tinnitus,
Kesulitan mendengar perkataan orang lain dan salah menangkap hal yang dimaksud, terutama
ketika berada di keramaian, Kesulitan mendengar suara konsonan dan suara bernada tinggi, Perlu
berkonsentrasi keras untuk mendengar hal yang dikatakan orang, Sering meminta orang lain
untuk mengulang pembicaraan, berbicara dengan lebih jelas, pelan, atau keras, Sering
menghindar dari situasi social, Gejala-gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak
sedikit berbeda dengan orang dewasa. Beberapa gejala gangguan pendengaran pada bayi dan
anak-anak adalah : Tidak kaget saat mendengar suara nyaring, Tidak menoleh ke arah sumber
suara (bagi bayi yang berusia 4 bulan ke atas), Tidak bisa menyebutkan satu kata pun saat sudah
berusia sekitar 15 bulan, Tidak mendengar ketika dipanggil namanya dan baru menyadari
kehadiran seseorang ketika melihat, Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas ketika berbicara,
Sering berbicara dengan lantang atau menyetel TV dengan volume keras, Jawaban anak tidak
sesuai dengan pertanyaan, Anak meminta Anda untuk mengulang perkataan atau pertanyaan.
F. KESIMPULAN
Dengan praktikum ini kita bisa melakukan uji pendengaran berbagai percobaan seperti
tes rinne, tes swabach, tes weber, tes bing. Kita bisa juga membedakan antara tuli konduksi dan
tuli saraf dari percobaan ini.
G. DAFTAR PUSTAKA
Kirnantoro, tanto H, Washudi , (2016). pemeriksaan penglihatan. modul bahan ajar cetak
keperawatan.
Rampal, K.G, Noorhassim, I, (2010). gangguan pendengaran buku ajar praktik kedokteran
kerja. jakarta: EGC.