Anda di halaman 1dari 32

Pemeriksaan

Pendengaran
Pemeriksaan Pendengaran

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


2. Tes Berbisik
3. Tes Penala (garpu tala)
a. Tes Rinne
b. Tes Weber
c. Tes Schwabach
d. Tes Bing
4. Audiometri
5. Timpanometri
1. Anamnesis & Pemeriksaan Fisik

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik : otoskop
Membran Timpani

• Bagian paling luar telinga


tengah
• Secara anatomi : 4 kuadran
• Bayangan penonjolan bgn I
II
bawah maleus Umbo
• Reflex cahaya  gerakan
serabut yang radier dan
sirkuler. UMBO
IV
• Reflek cahaya jam 7 untuk III
MT kiri dan jam 5 utk MT RC
kanan
Membrana Timpani
Perforasi membrana tympani
2. Tes Berbisik
• Merupakan tes semikuantitatif
• Tujuan : menentukan derajat ketulian secara kasar
• Orang normal daat mendengar bisikan dari jarak 6-10 meter
• Cara pemeriksaam:
• Ruangan cukup tenang, dengan panjang 6 meter
• Berbisik pada akhir ekspirasi
• Dimulai dari jarak 6 meter dan makin lama makin mendekat, maju tiap satu
meter sampai dapat mengulangi tiap kata dengan benar
• Telinga yang tidak diperiksa ditutup, orang yang diperiksa tidak boleh melihat
pemeriksa (pemeriksa berdiri di sisi telinga yang diperiksa)
..con’t

• Interpretasi :
• Normal : 5/6 sampai 6/6

• Tuli ringan bila suara bisik 4 meter

• Tuli sedang bila suara bisik antara 2 - 3 meter

• Tuli berat bila suara bisik antara 0 - 1 meter


3. Tes Penala (Garpu Tala)

• Dasar fisiologi pemeriksaan:


• Telinga dalam (koklea) terletak pada kavitas bertulang di dalam os temporalis
(labyrinth tulang)  getaran di seluruh tulang tengkorak dapat menyebabkan
getaran pada cairan koklea
• Masking phenomenon adanya bunyi akan menurunkan kemampuan
seseorang mendengar bunyi lain  masa refrakter relatif dan absolut
reseptor dan serat n.auditorik  berkaitan dengan nada
a. Tes Rinne

• Merupakan tes kualitatif


• Tujuan: membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang
• Cara pemeriksaan:
• Penala digetarkan
• Dasar penala diletakan pada prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa
• Jika op tidak mendengar bunyi lagi, penala di pindahkan ke depan liang
telinga, ± 2,5 cm dari liang telinga
…Con’t

• Interpretasi :
• Normal  AC : BC = 2:1
• Rinne (+) : intensitas AC > BC  Telinga normal atau tuli saraf
• Rinne (-) : intensitas AC < BC  Tuli Konduktif
b. Tes Weber

• Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga


kanan
• Cara pemeriksaan:
• Penala digetarkan
• Dasar penala diletakkan pada garis tengah kepala : ubun-ubun, glabella,
dagu, pertengahan gigi seri paling sensitif)
• Interpretasi :
• Tak ada lateralisasi  normal
• Lateralisasi ke telinga yang sakit  telinga tsb tuli konduktif
• Lateralisasi ke telinga yang sehat  telinga yang sakit tuli saraf
c. Tes Schwabach

• Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa


dengan pemeriksa yang pendengarannya normal
• Cara pemeriksaan :
• Penala digetarkan
• Dasarnya diletakkan ada prosesus mastoideus op
• Bila sudah tidak didengar lagi, penala dipindahkan pada proc.mastoideus
pemeriksa
• Bila masih terdengar kesan: pendengaran op memendek
• Bila pemeriksa juga tidak mendengar  ulangi tes kembali.
• Penala digetarkan kembali dan diletakkan di proc.mastoideus pemeriksa
terlebih dahulu, bila sudah tidak terdengar lagi pindahkan pada op
• Interpretasi :
• Normal apabila BC op = BC pemeriksa
• Bila BC op < pemeriksa  Schwabach memendek  telinga op yang
diperiksa tuli saraf
• Bila BC OP > pemeriksa  Schwabach memanjang  telinga op yang
diperiksa tuli konduktif
d. Tes Bing (Tes Oklusi)

• Cara pemeriksaan :
• Tragus telinga yang diperiksa ditekan (ditutup) sehingga terdapat tuli
konduktif kira2 30 Db.
• Penala digetarkan, diletakkan di tengah kepala seperti pada tes weber
• Interpretasi:
• Lateralisasi ke telinga yang ditutup  telinga normal atau tuli saraf
• Tidak ada lateralisasi ke telinga yang ditutup (yang diperiksa)  telinga
tersebut tuli konduktif
4. Audiometri
• Tujuan : untuk menentukan sifat kelainan pendengaran
• Merupakan earphone sederhana yang dihubungkan dengan ossilator
elektronik yang mampu memancarkan suara murni dengan kisaran
frekuensi rendahtinggi
• Tingkat intensitas nol pada masing2 frekuensi adalah kekerasan yang
hampir tidak bisa didengar oleh telinga normal
• Volume dapat ditingkatkan,bika harus ditingkatkan hingga 30 desibel
dari normal org tsb dikatakan kehilangan pendengaran 30 dB untuk
frekuensi tertentu
• Pada tiap pemeriksaan  digunakan 8-10 frekuensi yang mencakup
spektrum pendengaran
• Hasil  audiogram
Audiometri
5. Timpanometri

• Definisi : pengukuran tekanan telinga yang berhubungan dengan tuba


saluran eustachius pada membran tImpani
• deteksi kehilangan pendengaran
• instrumen diagnostik
• Tujuan, mengetahui:
• Compliance/mobilitas membrana timpani
• Tekanan pada telinga tengah
• Volume canalis auditorius eksterna
…Con’t

• Hasil  timpanogram
• Klasifikasi timpanogram :
• tipe A (normal)
• type B (menunjukkan adanya cairan di belakang membrana timpani)
• tipe C (menunjukkan adanya disfungsi tuba eustachius)
• Berguna untuk diagnosis dan follow-up penyakit pada telinga tengah
(aling sering : otitis media pd anak-anak)
..con’t

• Cara pemeriksaan: menggunakan probe dengan frekuensi 226 Hz


• Interpretasi :
• Compliance membrana tympani (normal volume: 0.2 to 2.0 mL),
• normal tekanan pada telinga tengah = +100 mm H2O s/d -150 mm H2O
• Volume canalis auditorius eksternal = 0.2 s/d 2.0 mL).

Anda mungkin juga menyukai